A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Kanker adalah penyakit sel yang dikarakteristikan dengan proliferasi
sel yang tidak terkontrol. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak
normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-
sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak
terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas
tulang belikat (Vera, 2015).
Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas
dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang
jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase .
Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang
terjadi pada jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang
keras dan kenyal tanpa adanya batas. Mungkin adanya garis asimetris antara
kedua payudara.Bila kanker sudah berkembang, tanda-tanda akan lebih
nyata sepeti jaringan menjadi merah,borok,membengkak dan kanker terlihat
dengan jelas (Lutfianto, 2018).
2. Klasifikasi
a) Karsinoma insitu
Karsinoma insitu artinya kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari
tempat asalnya.
b) Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju
putting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal.
c) Karsinoma lobuler
d) Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi
setelah menopause.
e) Karsinoma invansive
f) Karsinoma invasive adalah kanker yang telah menyebar dan merusak
jaringan lainnya, biasanya terinkalisir maupun metastatik
Stadium kanker payudara penting untuk panduan pengobatan, follow up dan
menentukan prognosis. Berikut ini stadium kanker payudara:
a. Stadium 0 : kanker insitu dimana del kanker berada pada tempatnya
didalam jaringan payudara normal
b. Stadium I : tumor dengan garis tenga kurang 2 cm dan belum menyebar
ke luar payudara
c. Stadium IIA : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang 2 cm
tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
d. Stadium IIB : tumor dengan garis tengah lebih besr dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah
2- 5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
e. Stadium III A: tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar kekelenjar getahbening ketiak disertai perlengketan satu sama
lain atau perlengketan ke struktur lainnya atau tumor dengan garis tengah
lebih dari dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara yaitu kedalam
kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening didalam dinding dada dan tulang dada.
g. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding
dada misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. (Pudiastuti, 2011)
3. Etiologi
Penyebab kanker payudara sampai saat ini belum dapat
diketahui secara pasti, diduga penyebab kanker payudara adalah
multifactorial (Yulianti, Setyawan, dan Sutiningsih, 2016). Kanker payudara
lebih berisiko dialami pada wanita berusia lebih dari 35 tahun, sedangkan
wanita yang berusia kurang dari 30 tahun tidak memiliki risiko yang besar.
Hal ini dikarenakan pada usia 35- 50 tahun mulai terjadi ketidakseimbangan
pada kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga
mengaktifkan pertumbuhan sel kanker (Utami dan Mustikasari, 2017).
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara
meliputi faktor usia, usia menarche, usia menopauase, lama menyusui,
lama pemakaian kontrasepsi, pola konsumsi makanan berlemak, pola
konsumsi makanan berserat, akitivitas fisik, riwayat obesitas, pola diet,
perokok pasif, konsumsi alkohol dan riwayat kanker payudara pada
keluarga sebelumnya (Yulianti, Setyawan, dan Sutiningsih, 2016).
Menurut Humaera dan Mustofa (2017) kanker payudara mungkin
disebabkan antara lain oleh gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan,
polusi lingkungan, penggunaan insektisida, zat-zat pengawet, penyedap rasa,
pewarna, serta stres yang berkepanjangan.
4. Patofisiologi
Kanker payudara merupakan suatu gambaran pertumbuhan yang
ganas dari sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Awalnya
sel kanker berkembang sebagai suatu hiperplasia sel dengan perkembangan
sel-sel yang atipikal. Perkembangan selanjutnya sel ini berubah menjadi
karsinoma insitu dan menginvasi stoma (Irawan, Hayati, dan Purwaningsih,
2017).
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon:
a) Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas,
masa fertilitas, sampai klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas
pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
hipofisis, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b) Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari
ke 8 haid ,payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi perbesaran maksimal. Selama beberapa hari menjelang
haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik
terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.
c) Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara Menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan
hipofise anterior memicu. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus,
mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi
hiperflasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut
menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat teraba ( diameter 1 cm). Pada ukuran
tersebut ,kira kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma , berasal dari epitel
saluran dan kelenjar payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel
yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol
dan tidak beraturan. .Sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan
perubahan perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya. Mutasi gen ini
dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang masuk dalam tubuh kita,
diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau karsinognik
yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah.
Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus yang
disebut karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding
duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma , yang
dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya
tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau daerah kulit yang
menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor
dikategorikanstadium lanju inoperabel. Penyebaran tumor terjadi melalui
pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh dikelenjar getah bening
sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membersar.
Kemudian melalui pembukuh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara
lain paru , hati, tulang dan otak . Akan tetapi dari penelitian para pakar ,
mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului
penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang dihasilkannya dapat
menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang , paru-paru dan liver tanpa
disadari oleh penderita,.
Oleh karena itu penderita kanker payudara ditemukan benjolan
diketiak atau dikelenjar getah bening lainnya. Bahkan muncul pula kanker
pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya. Diduga penyebab
terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari
aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang
paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah
immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan
menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen
supresor p53 pada penderita kanker payudara telah mengalami mutasi
sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53
menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah
yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel
yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015).
Pathway (Nurarif & Kusuma, 2015 )
Nyeri
Hipermetabolisme ke
Menekan jaringan pada
jaringan Aliran darah terhambat
mammae
Penuruan hipermebolisme
Peningkatan konsIstensi
ke jaringan lain sehingga BB hipoxia
mammae
menurun
Nekrosis jaringan
Defisit Nutrisi
Bakeri pathogen
Melalui insisi vertical otot pektoralis mayor dan minor diangkat, vena
aksila dipotong seluruh payudara diangkat dengan batas kulit yang
bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Kulit yang tipis
ditinggalkan dalam pembedahan.
b. Radiotrapi
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan untuk membunuh sel
kanker. Proses ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker
yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Efek
samping dari kemoterapi yaitu pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi (Putra, 2015). Terapi ini disebut juga dengan terapi anti-
estrogen yang sistem kerjannya memblok kemampuan estrogen dalam
menstimulus perkembangan kanker payudara (Putra, 2015).
d. Lintas metabolisme
e. Rekontruksi payudara
Rekontruksi payudara bisa mengunakan implant silicon atau salin
maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya yang dilakukan
bersamaan mastektomi atau bisa juga dikemudian hari (Wijaya & Putri,
2013).
f. Hormon terapi
8. Komplikasi
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh.
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang
paling sering untuk metastase yang jauh atau sistemik adalah paru paru,
pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati.
Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata,
perikardium dan ovarium.( Irianto , 2015).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut (Suddarth, 2014 dalam Rafu, 2019) pengkajian mengenai nama,
umur dan jenis kelamin, perlu dikaji pada penyakit status Ca Mamae,
umumnya Ca Mamae karena faktor genetik dan bisa menyerang pada usia
kurang lebih 35 tahun. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat
klien berada, dapat mengetahui faktor pencetus Ca Mamae. Status
perkawinan gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau
lingkungan merupakan faktor pencetus Ca Mamae, pekerjaan serta bangsa
perlu dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan elergen hal ini yang
perlu dikaji tentang : tanggal MRS, No RM, dan diagnosis Medis.
Anamnesis atau wawancara merupakan metode pengumpulan data secara
langsung antara perawat dan pasien. Data wawancara merupakan semua
ungkapan perasaan yang dirasakan pasien atau orang lain yang mengatahui
kondisi klien seperti keluarga pasien, teman dan orang terdekat pasien. Data
yang mencakup wawancara meliputi:
1) Identitas pasien
Identitas pasien terdiri dari nama pasien, tanggal lahir/usia,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, nomor rekam medik dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit
4) Data pisikososial
5) Personal hygine
6) Pengkajian spiritual
a. Observasi
Inspeksi:
Palpasi:
Kaji Tiroid, kelenjar limfe, apakah ada penonjolan vena jugularis, dan
cek denyut nadi karotis.
● Pada payudara
Inspeksi :
Biasanya terjadi perubahan pigmentasi kulit seperti kemerahan, papila
mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola mamae, ada atau
tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak edema, dan
apakah payudara simetris antara kanan dan kiri, serta apakah ada
ulkus pada bagian payudara. Jika terdapat ulkus pada payudara
lakukan pengkajian luka yang meliputi jenis luka, panjang luka, lebar
luka, kedalaman luka, warna luka, jenis eksudat.
Palpasi:
Biasanya teraba ada massa pada payudara, kaji ada atau tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening di sekitar payuudara yaitu bagian
aksila atau ketiak, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan
(PQRST).
● Pada pemeriksaan sistem respirasi
Inspeksi :
Kaji bentuk dada, apakah terlihat menggunakn otot bantu pernafasan
dan lihat bagaimana pola nafas
Palpasi:
Penilaian vokal premitus, perkusi (melakukan perkusi di semua lapang
paru), auskultasi (penilaian suara nafas seperti wheezing, mengi,
ronki).
Inspeksi:
Bagaimana bentuk dada, mengamati pulsasi dan ictus cordis.
Palpasi:
Menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung
Auskultasi:
Mendengarkan bunyi jantung, apakah terdengar bunyi jantung
tambahan atau tidak.
● Pemeriksaan abdomen
Inspeksi:
Melihat bentuk abdomen, ada atau tidak benjolan, ada atau tidak
bayangan pembuluh darah
Palpasi:
Teraba ada atau tidak massa, ada atau tidak pembesaran limfe dan line
serta ada atau tidak nyeri tekan
Perkusi:
Penilaian suara abdomen suara normalnya berupa timpani dan jika
abdomen terlihat membesar lakukan pemeriksaan shifting dullnes
Auskultasi:
Bising usus dengan hasil yang normal 5-35x/menit),
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada pasien Kanker Payudara
adalah sebagai berikut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (2016):
1) Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neuromaskular
2) Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis, agens cedera
fisik.
3) Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan dan
mengabosrbsi makanan
4) Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, efek
tindakan / pengobatan.
6) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Rencana Intervensi (Rasional)