Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Hi’is Dahlia


NIM : I4051201015
Tanggal Praktik : 08 Maret 2021
Judul Kasus : Ca Mammae
Ruang Praktik : Ruang Perawatan Bedah (K) RSUD Dr. Soedarso Pontianak

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Kanker adalah penyakit sel yang dikarakteristikan dengan proliferasi
sel yang tidak terkontrol. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak
normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-
sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak
terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas
tulang belikat (Vera, 2015).
Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas
dengan pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang
jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase .
Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang
terjadi pada jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang
keras dan kenyal tanpa adanya batas. Mungkin adanya garis asimetris antara
kedua payudara.Bila kanker sudah berkembang, tanda-tanda akan lebih
nyata sepeti jaringan menjadi merah,borok,membengkak dan kanker terlihat
dengan jelas (Lutfianto, 2018).

2. Klasifikasi
a) Karsinoma insitu
Karsinoma insitu artinya kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari
tempat asalnya.
b) Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju
putting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal.
c) Karsinoma lobuler
d) Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi
setelah menopause.
e) Karsinoma invansive
f) Karsinoma invasive adalah kanker yang telah menyebar dan merusak
jaringan lainnya, biasanya terinkalisir maupun metastatik
Stadium kanker payudara penting untuk panduan pengobatan, follow up dan
menentukan prognosis. Berikut ini stadium kanker payudara:
a. Stadium 0 : kanker insitu dimana del kanker berada pada tempatnya
didalam jaringan payudara normal
b. Stadium I : tumor dengan garis tenga kurang 2 cm dan belum menyebar
ke luar payudara
c. Stadium IIA : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang 2 cm
tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
d. Stadium IIB : tumor dengan garis tengah lebih besr dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah
2- 5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
e. Stadium III A: tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar kekelenjar getahbening ketiak disertai perlengketan satu sama
lain atau perlengketan ke struktur lainnya atau tumor dengan garis tengah
lebih dari dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara yaitu kedalam
kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar
getah bening didalam dinding dada dan tulang dada.
g. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding
dada misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. (Pudiastuti, 2011)
3. Etiologi
Penyebab kanker payudara sampai saat ini belum dapat
diketahui secara pasti, diduga penyebab kanker payudara adalah
multifactorial (Yulianti, Setyawan, dan Sutiningsih, 2016). Kanker payudara
lebih berisiko dialami pada wanita berusia lebih dari 35 tahun, sedangkan
wanita yang berusia kurang dari 30 tahun tidak memiliki risiko yang besar.
Hal ini dikarenakan pada usia 35- 50 tahun mulai terjadi ketidakseimbangan
pada kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga
mengaktifkan pertumbuhan sel kanker (Utami dan Mustikasari, 2017).
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara
meliputi faktor usia, usia menarche, usia menopauase, lama menyusui,
lama pemakaian kontrasepsi, pola konsumsi makanan berlemak, pola
konsumsi makanan berserat, akitivitas fisik, riwayat obesitas, pola diet,
perokok pasif, konsumsi alkohol dan riwayat kanker payudara pada
keluarga sebelumnya (Yulianti, Setyawan, dan Sutiningsih, 2016).
Menurut Humaera dan Mustofa (2017) kanker payudara mungkin
disebabkan antara lain oleh gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan,
polusi lingkungan, penggunaan insektisida, zat-zat pengawet, penyedap rasa,
pewarna, serta stres yang berkepanjangan.

4. Patofisiologi
Kanker payudara merupakan suatu gambaran pertumbuhan yang
ganas dari sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Awalnya
sel kanker berkembang sebagai suatu hiperplasia sel dengan perkembangan
sel-sel yang atipikal. Perkembangan selanjutnya sel ini berubah menjadi
karsinoma insitu dan menginvasi stoma (Irawan, Hayati, dan Purwaningsih,
2017).
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon:
a) Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas,
masa fertilitas, sampai klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas
pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
hipofisis, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b) Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari
ke 8 haid ,payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi perbesaran maksimal. Selama beberapa hari menjelang
haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik
terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.
c) Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara Menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan
hipofise anterior memicu. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus,
mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi
hiperflasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut
menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat teraba ( diameter 1 cm). Pada ukuran
tersebut ,kira kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma , berasal dari epitel
saluran dan kelenjar payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel
yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol
dan tidak beraturan. .Sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan
perubahan perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya. Mutasi gen ini
dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang masuk dalam tubuh kita,
diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau karsinognik
yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah.
Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus yang
disebut karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding
duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma , yang
dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya
tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau daerah kulit yang
menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor
dikategorikanstadium lanju inoperabel. Penyebaran tumor terjadi melalui
pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh dikelenjar getah bening
sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membersar.
Kemudian melalui pembukuh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara
lain paru , hati, tulang dan otak . Akan tetapi dari penelitian para pakar ,
mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului
penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang dihasilkannya dapat
menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang , paru-paru dan liver tanpa
disadari oleh penderita,.
Oleh karena itu penderita kanker payudara ditemukan benjolan
diketiak atau dikelenjar getah bening lainnya. Bahkan muncul pula kanker
pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya. Diduga penyebab
terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari
aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang
paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah
immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan
menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen
supresor p53 pada penderita kanker payudara telah mengalami mutasi
sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53
menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah
yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel
yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015).
Pathway (Nurarif & Kusuma, 2015 )

Faktor predisposisi dan Mendesak sel saraf Interupsi sel syaraf


resiko tinggi hiperplasi pada
sel mammae

Nyeri

Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh darah


Mendesak jaringan sekitar
jaringan karsinoma

Hipermetabolisme ke
Menekan jaringan pada
jaringan Aliran darah terhambat
mammae

Penuruan hipermebolisme
Peningkatan konsIstensi
ke jaringan lain sehingga BB hipoxia
mammae
menurun

Nekrosis jaringan
Defisit Nutrisi

Bakeri pathogen

Mammae membengkak Ukuran mammae


abnormal Resiko infeksi

Massa tumor mendesak Mammae asimetrik


kejaringan luar

Gangguan citra tubuh

Perfusi jaringan terganggu Infltrasi pleura perietale

Ulkus Ekspansi paru menurun

Gangguan integritas kulit / Pola Nafas tidak efektif


jaringan
5. Tanda dan gejala
Ciri-ciri dari kanker payudara yaitu adanya rasa sakit pada payudara,
benjolan pada payudara semakin membesar, kulit payudara meneriput seperti
kulit jeruk, dan terkadang keluar cairan atau darah dari puting susu (Romito
et al, 2012). Selain itu, kanker payudara merupakan jenis payudara yang
sering menimbulkan luka daripada jenis kanker. Biasanya, luka kanker akan
muncul pada stadium lanjut yang membuat penderita tidak nyaman sehingga
mempertimbangkan untuk mencari pertolongan kesehatan. Kondisi ini akan
berdampak pada aspek psikologis penderita, yaitu perubahan citra tubuh,
konsep diri, hubungan sosial, dan lainnya (Utami dan Mustikasari, 2017).
Penderita kanker payudara banyak mengalami perubahan dalam
dirinya dan kehidupan sehari-harinya, yang meliputi kondisi fisik dan
psikologis seperti nyeri, kelelahan, istirahat tidur sedangkan psikologis
seperti penampilan, konsep diri, perasaan positif dan perasaan negatif. Hal
tersebut berlangsung sejak proses diagnosis hingga akhir hidupnya berfokus
pada kesehatan, kehidupan penderita kanker dan pada saat menjalani
pengobatan (Irawan, Hayati, dan Purwaningsih, 2017).
Gejala-gejala umum pada Ca mammae ialah :
a) Teraba adanya massa/benjolan pada payudara
b) Payudara tak simetris/mengalami perubahan wujud & ukuran karena
adanya muncul pembengkakan.
c) Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting
susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut & adanya ulkus pada payudara.
d) Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas.
e) Ada cairan yg keluar dari puting susu
f) Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh & kadar kalsium
darah berkembang/berubah naik
g) Adanya rasa nyeri / sakit pada payudara
h) Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d’Orange
i) Benjolan menyerupai bunga kobis & gampang berdarah.
j) Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar & alat tubuh lain
6. Pemeriksaan penunjang
Penderita kanker payudara membutuhkan terapi dan pengobatan,
sedangkan terapi maupun pengobatan untuk kanker payudara itu sendiri akan
menimbulkan dampak baik positif maupun negatif. Masalah yang dialami
penderita kanker payudara jangka panjang akan mempengaruhi kualitas
hidup (Irawan, Hayati, dan Purwaningsih, 2017).
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan
klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu
histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT
scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak sekali cara untuk menentukan
stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker
berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh
International Union Against Cancer dari World Health Organization
(UIIC)/ American Joint Committee On cancer (AJCC). Metode TNM
merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu
node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis
sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan
histopatologi (PA) (Humaera dan Mustofa, 2017).
Pemeriksaan penunjang mamografi juga bisa dilakukan. Kelebihan
mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau
terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang
tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk
analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar
80%. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat mendukung diagnosis
karsinoma mammae adalah USG, MRI mammae, pemeriksaan dan biopsy
(Humaera dan Mustofa, 2017).
Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan
perkiraan metastasis. Pemeriksaan tumor marker apabila hasil tinggi, perlu
diulang untuk follow up
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kanker payudara antara lain:
a. Mastektomi
Mastektomi merupakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
payudara. Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014)
yaitu:

1) Mastektomi radikal luas


2) Terdiri dari prosedur eksisi kelenjar limfe mammae internal di
beberapa bagian rusuk sehingga harus diangkat untuk mencapai
kelenjar mammae internal. Operasi mastektomi radikal luas jarang
dilakukan.
3) Mastektommi radikal (haisted klasik)

Melalui insisi vertical otot pektoralis mayor dan minor diangkat, vena
aksila dipotong seluruh payudara diangkat dengan batas kulit yang
bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Kulit yang tipis
ditinggalkan dalam pembedahan.

4) Mastektomi radikal modifikasi

Sebagian besar kelenjar limfe pada aksila dan seluruh payudara


diangkat, vena aksila dipotong dan otot pektoralis dipertahankan.
5) Mastektomi sederhana (total)

Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dipotong dan otot


pektoralis dipertahankan. Aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi
radikal apabila kanker telah menyebar

6) Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)

Biasanya sekitar sepertiga payudara yang mengalami tumor dan besar


segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia, dan kulit di
atasnya diangkat.

7) Lumpektomi, tilektomi atau eksisi local

Tumor berukuran 3 cm - 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat,


tetapi tetap mempertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.
8) Mastektomi subkutan

Jaringan payudara dan kedua aksila diangkat melalui insisi di bawah


payudara. Semua kulit payudara, putting, areola dan tonjolan jaringan
kecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya kemdian implan silikon
disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan
sesudah mastektomi subkutan

b. Radiotrapi

Radiotrapi merupakan proses penyinaran di daerah yang terkena kanker


dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan untuk
membunuh sel kanker yang masih tersisa pada payudara setelah operasi.
Tindakan ini mempunyai efek samping seperti tubuh menjadi lemah,
nafsu makan menurun, warna kulit di sekitar payudara menghitam, serta
Hb dan leukosit mengalami penurun akibat dari radiasi (Putra, 2015).

c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan untuk membunuh sel
kanker. Proses ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker
yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Efek
samping dari kemoterapi yaitu pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat
kemoterapi (Putra, 2015). Terapi ini disebut juga dengan terapi anti-
estrogen yang sistem kerjannya memblok kemampuan estrogen dalam
menstimulus perkembangan kanker payudara (Putra, 2015).

d. Lintas metabolisme

Asam bifosfonat adalah senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan


resorbsi tulang yang digunakan untuk melawan osteoporosis yang
diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan
metabolism tulang yang menunjukan evektivitas untuk menurunkan
metastasis sel kanker payudara menuju tulang. Dampak penggunaan
asam bifosfonat dalam jangka panjang dapat menimbulkan osteonekrosis
dan turunnya fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma, 2015).

e. Rekontruksi payudara
Rekontruksi payudara bisa mengunakan implant silicon atau salin
maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya yang dilakukan
bersamaan mastektomi atau bisa juga dikemudian hari (Wijaya & Putri,
2013).

f. Hormon terapi

Tomoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa digunakan sebagai


terapi lanjutan setelah pembedahan. Hormone terapi untuk pasca
menopause dengan pemberian tomoksifen selama 1-2 tahun (Wijaya &
Putri, 2013).

8. Komplikasi
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh.
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang
paling sering untuk metastase yang jauh atau sistemik adalah paru paru,
pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati.
Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata,
perikardium dan ovarium.( Irianto , 2015).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut (Suddarth, 2014 dalam Rafu, 2019) pengkajian mengenai nama,
umur dan jenis kelamin, perlu dikaji pada penyakit status Ca Mamae,
umumnya Ca Mamae karena faktor genetik dan bisa menyerang pada usia
kurang lebih 35 tahun. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat
klien berada, dapat mengetahui faktor pencetus Ca Mamae. Status
perkawinan gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau
lingkungan merupakan faktor pencetus Ca Mamae, pekerjaan serta bangsa
perlu dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan elergen hal ini yang
perlu dikaji tentang : tanggal MRS, No RM, dan diagnosis Medis.
Anamnesis atau wawancara merupakan metode pengumpulan data secara
langsung antara perawat dan pasien. Data wawancara merupakan semua
ungkapan perasaan yang dirasakan pasien atau orang lain yang mengatahui
kondisi klien seperti keluarga pasien, teman dan orang terdekat pasien. Data
yang mencakup wawancara meliputi:

1) Identitas pasien
Identitas pasien terdiri dari nama pasien, tanggal lahir/usia,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, nomor rekam medik dan diagnosa medis.

2) Keluhan utama

● Keluhan utama saat masuk rumah sakit: pasien dengan kanker


payudara dapat berupa adanya massa tumor di payudara, rasa
sakit di payudara, keluar cairan pada puting, kemerahan pada
payudara, payudara terasa restraksi.
● Keluhan saat pengkajian.

3) Riwayat penyakit

● Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan


sebelum terjadinya keluhan utaman sampai terjadi keluhan
utama dan hingga pada saat pengkajian. Riwayat kanker
payudara dari tanda gejala munjul, penetapan biopsi,
keluhan yang paling dirasakan hingga penanganan yang
sudah diberikan untuk menangani keluhan tersebut.

● Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit yang


pernah dialami oleh pasien yang berhubungan dengan
penyakit kanker payudara.

● Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit keluarga yaitu tentang semua anggota


kelurga pasien yang memiliki penyakit kronis (misal
jantung, hipertensi), menular (misal TBC, Hepatitis,
Penyakit kelamin), menurun (misal kanker, diabetes
mellitus), menahun (missal HIV) dan khsusnya tanyakan
kepada pasein tentang apakah ada kelurga yang memiliki
riwayat kanker payudara sebelumnya.
● Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Perilaku yang memengaruhi kesehatan adalah aktivitas atau


perilaku sebelum pasien sakit yang dapat mempengaruhi
kesehatan pasien, misalnya konsumsi alkohol atau tidak,
merokok atau tidak, ketergantungan obat-obatan atau tidak,
dan aktivitas berolahraga.

4) Data pisikososial

Data pisikososial diperlukan untuk mengetahui pola koping atau


cara pasien mengatasi masalahnya, persepsi pasien tentang
penyakitnya dan untuk mengetahui apakah pasien mengalami
gangguan konsep diri.

5) Personal hygine

Data personal hygine diperlukan untuk mengetahui perawatan diri


pasien sebelum dan sesudah mengalmi sakit seperti frekuensi
mandi, kramas, menyikat gigi, memotong kuku dan ganti pakaian
dalam sehari.

6) Pengkajian spiritual

Pengkajian spiritual adalah bagaimana kegiatan ibadah pasien


selama sebelum sakit dan sesudah sakit. Biasanya pada pasien yang
mengalami penyakit kronis seperti kanker akan mendekatkan diri
kepada tuhan untuk mencari ketenangan hidup.

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara melihat kondisi


pasien maupun lingkungan sekitar pasien dan respon pasien terhadap
penyakit kanker yang dideritanya. Biasanya pada pasien dengan kanker
terdapat nyeri sehingga respon pasien terlihat seperti meringis menahan
nyeri.
b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah proses pemeriksaan fisik dengan menggunakan


metode head to toe yaitu pemeriksaan dari ujung rambut hingga ujung kaki
untuk menemukan tanda-tanda klinis atau kelainan pada suatu sistem
dengan teknik inspeksi, palpasi, auskutasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik
meliputi:
● Keadaan umum berupa keadaan kesadaran pasien, apakah pasien
dalam keadaan composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mendapatkan data objektif dari
keadaan pasien, meliputi pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
pernapasan dan denyut nadi.
● Pada pemeriksaan pertama di mulai dari kepala sampai leher meliputi

Inspeksi:

● Kepala : bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut,


struktur wajah, warna kulit,
● Mata: kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea
mata, konjungtiva dan sklera, pupil dan iris, ketajaman
penglihatan, lapang pandang penglihatan
● Hidung: keadaan lubang hidung, kesimetrisan septum nasal,
● Telinga: ukuran telinga kanan dan kiri, ketajaman pendengaran,
● Bibir dan mulut: keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan
lidah, keadaan platum dan orofaring, posisi trakea

Palpasi:
Kaji Tiroid, kelenjar limfe, apakah ada penonjolan vena jugularis, dan
cek denyut nadi karotis.

● Pada payudara

Inspeksi :
Biasanya terjadi perubahan pigmentasi kulit seperti kemerahan, papila
mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola mamae, ada atau
tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak edema, dan
apakah payudara simetris antara kanan dan kiri, serta apakah ada
ulkus pada bagian payudara. Jika terdapat ulkus pada payudara
lakukan pengkajian luka yang meliputi jenis luka, panjang luka, lebar
luka, kedalaman luka, warna luka, jenis eksudat.
Palpasi:
Biasanya teraba ada massa pada payudara, kaji ada atau tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening di sekitar payuudara yaitu bagian
aksila atau ketiak, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan
(PQRST).
● Pada pemeriksaan sistem respirasi

Inspeksi :
Kaji bentuk dada, apakah terlihat menggunakn otot bantu pernafasan
dan lihat bagaimana pola nafas
Palpasi:
Penilaian vokal premitus, perkusi (melakukan perkusi di semua lapang
paru), auskultasi (penilaian suara nafas seperti wheezing, mengi,
ronki).

● Pada pemeriksaan kardiovaskuler

Inspeksi:
Bagaimana bentuk dada, mengamati pulsasi dan ictus cordis.
Palpasi:
Menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung
Auskultasi:
Mendengarkan bunyi jantung, apakah terdengar bunyi jantung
tambahan atau tidak.

● Pemeriksaan abdomen
Inspeksi:
Melihat bentuk abdomen, ada atau tidak benjolan, ada atau tidak
bayangan pembuluh darah
Palpasi:
Teraba ada atau tidak massa, ada atau tidak pembesaran limfe dan line
serta ada atau tidak nyeri tekan
Perkusi:
Penilaian suara abdomen suara normalnya berupa timpani dan jika
abdomen terlihat membesar lakukan pemeriksaan shifting dullnes
Auskultasi:
Bising usus dengan hasil yang normal 5-35x/menit),

● Pemeriksaan sistem perkemihan : kemampuan berkemih, intake dan


output cairan serta menghitung belance cairan.
● Pemeriksaan genetalia : pemeriksaan bagian-bagian genetalia apakah
ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia
● Pemeriksaan muskuloskeletal : pemeriksaan kekuatan otot, kelainan
pada tulang belakang (misalnya kifosis, lordosis), dan kelainan pada
ekstremitas (misalnya deformitas ).
● Pemeriksaan integumen : kebersihan kulit, warna kulit, kelembaban,
turgor kulit, apakah ada lesi dan apakah ada penyekit kulit
● Pemeriksaan sistem persarafan : pemeriksaan glasgow coma scale and
score (GCS) cantumkan hasil pemeriksaan hasil eye (4), verbal (5),
dan motoric (6), pemeriksaan ingatan memory, cara berkomunikasi,
kognitif, orientasi (tempt,waktu,orang), saraf sensori (nyeri tusuk,
sentuhan, perasa, pendengaran, penglihatan, penciuman), pemeriksaan
syaraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan
refleks fisiologis (misalnya bisep, trisep, patella, achiles)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada pasien Kanker Payudara
adalah sebagai berikut berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (2016):
1) Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neuromaskular
2) Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis, agens cedera
fisik.
3) Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan dan
mengabosrbsi makanan
4) Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, efek
tindakan / pengobatan.
6) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Rencana Intervensi (Rasional)

Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
1 Pola napas tidak efektif Pola Napas Manajemen jalan napas
berhubungan dengan L.01004 Tindakan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Obeservasi
hambatan upaya napas
3x24 jam diharapkan inspirasi dan eskpirasi yang  Monitor pola napas
D.0005 memberikikan ventilasi adekuat dengan kriteria  Monitor bunyi napas tambahan
hasil: Terapeutik
(1)Menurun  Pertahankan kepatenan jalan napas
(2) Cukup menurun  Posisikan semi fowler/fowler
(3) Sedang  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
(4) Cukup meningkat  Lakukan penghisap lender <15 detik
(5) Meningkat  Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Tekanan inspirasi (5)  Anjurkan asupan cairan
 Tekanan ekspirasi (5) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian oksigenisasi
(1)Meningkat
(2) Cukup meningkat Pemantauan respirasi
(3) Sedang Observasi:
(4) Cukup menurun  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
(5) Menurun napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot dan
 Dispnea (5) ataksis)
 Penggunaan otot bantu napas (5)  Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Pernapasan cuping hidung (5)  Palpasi ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
(1)Memburuk  Monitor saturasi oksigen
(2) Cukup memburuk  Monitor AGD
(3) Sedang  Monitor hasil x-ray
(4) Cukup membaik  Toraks
(5) Membaik Terapeutik:
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
 Frekuensi napas (5) pasien
 Pola napas (5)  Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
2. Nyeri Akut b.d agensTingkat Nyeri Manajemen Nyeri
cedera biologis, agensL.08066 I.08238
cedera fisik.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24Observasi:
jam di harapkan tingkat nyeri menurun dengan
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kriteria hasil:
kualitas dan intensitas nyeri
(6) Menurun  Identifikasi skala nyeri
(7) Cukup menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
(8) Sedang  Identifikasi faktor yang memperberat dan
(9) Cukup meningkat memperingan nyeri
(10) Meningkat  Monitor efek samping penggunaan analgetik
Tarapeutik:
a) Kemampuan menuntaskan aktivitas (5)
 Kontrol lingkungan yang memeperberat nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
(6) Meningkat Koloborasi:
(7) Cukup meningkat
(8) Sedang  Kolaborasi pemberian analgetik
(9) Cukup menurun
(10) Menurun
Pengaturan Posisi
a) Keluhan nyeri (5)
b) Meringis (5) I.01019
c) Sikap protektif (5)
d) Ketegangan otot (5) Observasi:
 Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah
Kontrol Nyeri mengubah posisi
Tarapeutik:
L.08063
 Tempatkan pada posisi terapeutik
(1) Menurun
 Atur posisi semi fowler untuk mengurangi sesak
(2) Cukup menurun
 Hindari posisi yang dapat menimbulkan ketegangan
(3) Sedang
pada luka
(4) Cukup meningkat
 Minimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah
(5) Meningkat
posisi
 Ubah posisi setiap 2 jam untuk mencegah terjadinya
a) Melaporkan nyeri terkontrol (5) dekubitus
b) Kemampuan mengenal onset nyeri (5)
c) Kemampuan mengenali penyebab nyeri (5)
Kemampuan menggunakan teknik non-
farmakologis (5)
3 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keeperawatan selama Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan 3x24 jam diharapkan status nutrisi terpenuhi Tindakan:
dengan kriteria hasil: Observasi:
mencerna makanan dan
 Porsi makanan yang dihabiskan meningkat  Identifikasi status nutrisi
mengabosrbsi makanan  Nafsu makan meningkat  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Frekuensi makan meningkat  Identifikasi makanan yang disukai
 Berat badan atau IMT meningkat  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemerikasaan laboratorium
Terapeutik:
 Lakukan oral hygien sebelum makan
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi:
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan,
jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Tindakan:
Observasi:
 Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik:
 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi klien
 Beri pujian pada klien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi:
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan

4 Gangguan integritasSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama Perawatan luka


3x24 jam diharapkan integritas kulit meningkat I.14564
kulit/jaringan
dengan kriteria hasil: Observasi:
berhubungan dengan  Elastisitas meningkat
1. Monitor karakteristik luka
 Hidrasi meningkat
faktor mekanis 2. Monitor tanda-tanda infeksi
 Kerusakan lapisan kulit menurun
 Perdarahan menurun Terapeutik:
 Nyeri menurun 1. Lepaskan balutan dan plaster secara perlahan
 Hematoma menurun 2. Bersihkan dengan NaCl atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
3. Bersihkan jaringan nekrotik
4. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
5. Pasang balutan sesuai jenis luka
6. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
7. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
2. Kolaborasi prosedur debridement, jika perlu

Perawatan integritas kulit


Tindakan:
Observasi
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
 Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit
Edukasi
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
4. Evaluasi secara teoritis
- S (subjektif) berisi tentang keluhan subyektif pasien setelah dilakukan
tindakan pemberian oksigen, keluhan sesak napas ketika istirahat atau
beraktifitas
- O (Objektif) berisi hasil pengukuran (frekuensi pernapasan, irama
pernapasan, kedalaman pernapasan, frekuensi nadi, kualitas nadi, irama
nadi, tanda-tanda vital, dan hasil observasi tentang kondisi pasien
meliputi (inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi). Inspeksi : batuk,
kedalaman napas, penggunaan otot bantu pernapasan, warna kulit,
membrane mukosa, kesadaran, pergerakan dinding dada, kepatenan jalan
nafas, pernapasan cuping hidug, pernapasan bibir, sianosis. Auskultasi :
bunyi paru, wheezing, ronchi, crackles. Palpasi : nyeri dada, edema,
denyut nadi. Perkusi : sonor, hipersonor, pekak. Selain itu, juga ditulis
kepatenan kanul nasal dan kecepatan aliran.
- A (analisis) membandingkan antara informasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil.
- P (Planning) berisi rencana tindak lanjut setelah dilakukan evaluasi
tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Angrainy, Rizka. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap Tentang Sadari Dalam


Mendeteksi Dini Kanker Payudara Pada Remaja. Journal Endurance 2(2) June
2017 (232-238). http://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1766
Arief, Mansjoer. (2010). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius.
Chandavarkar, V., Mishra, M ., Brargava, D. (2014). An insight into cytopathology of
cancer mammae . Literature review. Gjmedph. 3(3).
Eriza,. Marlinda ,A,. Zanil, M,. & Parintosa, K. (2009). Mammae :
Hemimandibulektomi Dan Rekonstruksi a Dengan Free Vascularized Fibular
Graft. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit THT UI.
Gumgum, S., Hosgoresn, B. Clinical and radiologic behaviour of mammae in 4 cases.
Journal-Canadian Dental Association. 71 (1) : 481.
Humaera, Ranti., dan Mustofa, Syazili. (2017). Diagnosis dan Penatalaksanaan
Karsinoma Mammae Stadium 2. J Medula Unila | Volume 7 | Nomor 2 | April
2017 | 103-107.
Irawan, Erna., Hayati, Sri., dan Purwaningsih, Desi. (2017). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara. Jurnal
Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September 2017. 121-129.
Irianto K.(2015). Kesehatan Reproduksi , Teori & Praktikum. Bandung : Alfabeta CV.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Lutfianto, M, B. (2018). Penatalaksanaan Kasus Kanker Payudara . Litrature Review.
8(1) : 20-24. DOI : 10.18196/di.8102.
Mboi, N. (2014). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 332–337.
Olfah, Y., Mendri, N. K., & Badi’ah, A. (2013). Kanker Payudara & Sadari (pertama).
yogyakarta: Nuha Medika
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Price, S.A.,& Wilson, L.M. (2013) . Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC.
Romito, F., Cormio, C., Giotta, F., Colucci, G., & Mattioli, V. (2012) Quality of life,
fatigue and depression in Italian long-term breast cancer survivors. Support
Care Cancer, 20, 2941– 2948.
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2012). Health psychology: Biopsychosocial
interactions (7th Ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Triana, Dyah Cahyawati. (2018). Cancer Mammae. Jurnal Kedokteran Unram. 7 (1) :
19-25. ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-7154.
Utami, Siwi Setya., dan Mustikasari. (2017). Aspek Psikososial Pada Penderita Kanker
Payudara: Studi Pendahuluan. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2,
Juli 2017, hal 65-74. pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203. DOI:
10.7454/jki.v20i2.503.
Vera, D. (2015). Sitologi Cancer Mammae . Cakradonya Dent J. 7(2) : 807-868.
Yulianti, Iin., Setyawan, Henry., dan Sutiningsih, Dwi. (2016). Faktor-faktor risiko
kanker Payudara (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Ken Saras Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN :
2356-3346).

Anda mungkin juga menyukai