Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

Ca Ovarium
(Sistem Reproduksi II)

Oleh :
Maulindawati
(2010.01.097)

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY
ZAINUL HASAN GENGGONG
2013

1
Definisi

Kanker ovarium adalah kumpulan tumor dengan histiogenesis yang


beranekaragam ,baik yang besar maupun yang kecil.(Sylvia
anderson,1995)
Kanker ovarium adalah bagian dari karsinoma sel skuamosa ovarium
yang dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis skuamosa atau mukosa
yang mengalami metaplasia skuamosa.(Stanley L Robbins,1995)
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. (Wingo,
1995)
1. Insiden
Hampir 25.000 kejadian kasus kanker ovarium dilaporkan setiap tahunnya.
Diperkirakan 70 wanita akan mengidap kanker ovarium disepanjang hidupnya
terutama wanita usia 50 70 tahun. Kanker ovarium sifatnya asimtomatik,
sulit dideteksi secara dini pasien (wanita) sering datang pada stadium lanjut.
Kanker ovarium diperkirakan didiagnosa pada tahun 1997. sekitar 1% dari
kanker ini terjadi pada pria. Adapun perbandingannya antara pria dan wanita
ada 1 : 100.(Sofyan 2006.)
Insiden tinggi di negara barat dan lebih banyak pada populasi kulit putih
dibandingkan kulit hitam. Penyakit ini sering terjadi pada wanita dan
menimbulkan kekhawatiran yang sangat besar. Karena variasi dalam jaringan
ovarium yang terjadi selama siklus menstruasi dan pasca menopause maka
perubahan normal harus dibedakan dari perubahan-perubahan yang
menunjukkan penyakit. Kebanyakan memperhatikan peningkatan nyeri tekan
pada pelvis dan perut semakin membesar.

2
Kanker ovarium menduduki ururan kelima dari semua tipe kanker di
Dunia, baik menurut penyelidikan bagian patologi Universitas Indonesia
(Prof. Soetomo Tjokronegoro), maupun registrasi yang terbaru. Kanker
serviks uteri yang terbanyak, kanker payudara nomor 2 terbanyak dan kanker
nasofarinks nomor 3, kanker uteri nomor 4 dan kanker ovarium nomor 5.
Umur penderita kanker ovarium yang termula adalah 20-29 tahun, yang tertua
80-89 tahuu dan terbanyak berumur 50-70 tahun. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007.
Hal. 486)
2. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan atiologi kanker ovarium.
Berikut ini akan diuraikan beberapa teori tentang etiologi tersebut. (Busmar,
2006:469)
1) Hipotesis Incessant Ovulation
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972, yang
menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan
waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma
baru, proses penyembuhan akan terganggu dan kacau sehingga dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel sel tumor.
2) Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data
epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor
ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan
ini ditemukan bahwa jika kadar hormon esterogen rendah di sirkulasi
perifer, kadar hormon gonadotropin akan mengikat. Peningkatan kadar
hormon goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah
bsarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsiogenik dimetil
benzzatrene ( DMBA ) akan terjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan
pada tikus yang telah dioovorektomi, Tetapi tidak menjadi tumor jinak
tikus tersebut telah dihipofisektomi.
3) Hipotesis Androgen

3
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data
epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor
ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan
ini ditemukan bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi
perifer, kadar hormon gonadotropin akan meningkat. Peningkatan kadar
gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya
tumor ovarium pada binatang tersebut.
4) Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen,
progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya
kanker ovarium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron.
Penelitian pada ayam gallus domesticus menemukan 3-year incidence
terjadinya kanker ovarium secara spontan pada 24% ayam yang berusia
lebih dari dua tahun. Dengan pemberian makanan yang mengandung pil
kontrasepsi ternyata menurunkan insiden terjadinya kanker ovarium.
Penurunan insiden ini ternyata makin banyak jika ayam tersebut hanya
diberikan progesteron.
Percobaan pada kera macaque, progesteron menginduksi terjadinya
apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan esterogen menghambatnya
Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada wanita pasca
menopause akan meningkatkan terjadinya resiko kanker ovarium,
sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan
resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi, menurunkan
kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya
kanker ovarium. Demikian juga yang hanya mengandung progesteron
yang menekan ovulasi juga menurunkan resiko kanker ovarium. Akan
tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron asetat ternyata tidak
menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.
5) Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki
resiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah dari pada
nulipara,yaitu dengan resiko relatif 0,7.pada wanita yang mengalami 4
atau lebih kehamilan anterm,resiko terjadinya kanker ovarium berkurang
sebesar 40% dibandingkan dengan wanita nulipara.
6) Pil Kontrasepsi

4
Penelitian dari center of disease control menemukan penurunan
resiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54
tahun yang memakai pil kontrasepsi ,yaitu dengan rsiko relatif 0,6.
Penelitian lain melaporkan juga bahwa pemakaian pil kontrasepsi selama 1
tahun menurunkan resiko sampai 11%,sedangkan pemakaian sampai 5
tahun menurunkan resiko sampai 50. Penurunan resiko semakin nyata
dengan semakin lama pemakaiannya.
7) Talk
Pemakaian talk(bydrous magnesium silicate)pada daerah perinium
dilaporkan meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium dengan resiko
relatif 1,9%.akan tetapi, penelitian prospektif yang mencangkup kohort
78.000 wanita ternyata tidak mendukung teori diatas . Meskipun 40%
kohort melaporkan pernah memakai talk, hanya sekitar 15% yang
memakainya setip hari. Resiko relatif terkena kanker ovarium pada yang
pernah memakai talk tidak meningkat (RR 1,1). Demikian juga bagi yang
selalu memakainya.
8) Terapi hormon pengganti pada masa menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause (Menopausal
Hormone Therapy = MHT) dengan esterogen saja selama 10 tahun
meningkatkan resiko relatif 2,2. Sementara itu, jika masa pemakaian MHT
selama 20 tahun atau lebih, resiko relatif meningkat menjadi 3,2.
Pemakaian MHT dengan esterogen yang kemudian diikuti dengan
pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan meningkatnya resiko
relatif menjadi 1,5.
Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan esterogen saja, secara nyata
meningkatkan resiko relatif terkena kanker ovarium. Pemakaian MHT
dengan kombinasi esterogen dan progestin, meskipun lebih aman dati
MHT dengan esterogen saja, untuk jangka panjang tidak dianjurkan lagi
sebagai salah satu terapi suportif bagi wanita yang telah menopause.
9) Obat obat yang meningkatkan kesuburan
Obat obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang
diberikan secara oral, dan obat obat gonadotropin yang diberikan dengan
suntikan seperti Follicle stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH
dengan Luteinizing bormone (LH), akan menginduksi terjadinya ovulasi
atau multipel ovulasi.

5
Menurut hipotesis incessant ovulation dan hipotesis gonadotropin,
pemakaian obat penyubur ini jelas akan meningkatkan resiko relatif
terjadinya kanker ovarium. Pemakaian klomifen sitrat yang lebih dari 12
siklus akan meningkatkan resiko relatif menjadi 11. Kanker ovarium yang
terjadi adalah kanker ovarium jenis borderline.
10) Faktor herediter
a. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium
Dari studi metanalisis pada tahun 1988 ditemukan resiko
relatif yang meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis
pertama. Ibu dari penderita kanker ovarium resiko relatifnya 1,1,
saudara perempuan relatifnya 3,8, anak dari penderita kanker
ovarium resiko relatifnya
b. BRCA gen dan kanker ovarium
Antara 5%-10% kanker ovarium dianggap bersifat
herediter. Kelompok kanker ovarium ini termasuk dalam sindroma
hereditary breast and ovarial cancer (HBOC) dan disebabkan oleh
terjadinya mutasi di gen BRCA1 dan BRCA2. Gen BRCA1 adalah
suatu gen yang terletak di kromosom 17q12-21, sedangkan
BRCA2 terletak di kromosom 13q12. Wanita dengan gen BRCA1
yang telah bermutasi, mempunyai resiko terkena kanker ovarium
sebesar 40%-60%, dan resiko terkena kanker payudara sebesarr
hampir 90%. Resiko terkena kanker tuba falopii juga meningkat
50-120 kali jika dibandingkan dengan wanita yang bukan
carrier/pembawa sifat gen BRCA1. Resiko untuk menderita kanker
peritonium primer juga meningkat dengan resiko relatif 45.
Gen lain yang berkaitan dengan kanker ovarium adalah gen
BRCA2 yang terletak pada kromosom 13q12. Resiko untuk
menderita kanker ovarium pada wanita pembawa gen BRCA2 yang
telah bermutasi lebih rendah daripada resiko pembawa gen BRCA1
yang bermutasi, yaitu 16%-27%. Kanker ovarium pada pembawa
gen BRCA1 dan BRCA2 yang telah bermutasi terjadi pada usia
51,2 tahun dan 57,5 tahun.
c. Gen mismatch DNA repair
Kanker ovarium juga merupakan bagian dari sindroma
hereditary nonpolyposis colorectak cancer (HNPCC). HNPCC

6
adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh autosomal dominant
disorder yang berkaitan dengan kerusakan gen yang bertanggung
jawab atas terjadinya reparasi yang tidak normal dari DNA.
Meskipun HNPCC terutama berkaitan dengan terjadinya kanker
kolon pada usia yang lebih muda, HNPCC ini ternyata juga
ditandai dengan meningkatnya resiko sejumlah kanker ekstrakolon
seperti kanker endometrium , kanker ovarium, kanker lambung,
kanker usus halus, dan kanker traktus urinarius. Resiko terjadinya
kanker ovarium pada usia 70 tahun pada penderita HNPCC adalah
12%, lebih tinggi dari masyarakat umum yang resikonya hanya
1,4%.
Meskipun resikonya tidak setinggi resiko penderita dengan
mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, resiko terjadinya kanker ovarium
pada kelompok ini masih 8-9 kali lebih besar dari resiko pada
masyarakat umum. (Ari, 2008).
3. Patofisiologi

7
PATOFISIOLOGI CA OVARIUM
Teori menurut Teori hipotesis gonadtropin Kelainan Teori Factor makanan Radiasi
Virus
hipotesis incessant kromosom androgen
Hormone estrogen
ovulation Androgen Adanya Menginvasi Sel2 ovarium
Ovulasi Gen BRCA1
menstimulus zat2 sel2 ovarium terpapar radiasi
Hormon bermutasi
Kerusakan pada sel2 ovarium tumbuhnya karsinogen
gonadtropin Sel2 ovarium Sel2 ovarium Menghambat
sel epitel
meningkat (mening terakumulasi terinvasi oleh pertumbuhan
Proses penyembuhan
luka sangat lama oleh zat2 virus sel2 ovarium
Proses
karsinogen
ovulasi cepat
Terjadi ovulasi
Adanya akumulasi sel2
lagi/trauma baru
abnormal
Sel2 tumbuh dan berkembang diluar kendali(tidak mati pada
Proses penyembuhan luka
waktunya
Sel2 ovarium menjadi Transformasi menjadi sel2
kanker
CA
Ovarium
Penekanan
Ca ovarium Ovarium Traktus Gastrointestinal Vagina
saraf2 ovarium
membesar
Sekresi cairan yang Pada dinding vagina 0leh sel2 kanker
Terasa penuh Menekan Statis Gaster
bersifat serous musin kanker mengalami
pada perut dan kandung kemih Menekan
erosi
merasa tertekan 8 pleksus lumbal
sakralis
anoreksia Urinari urgensi asites Medula Oblongata Dinding vagina dan Menstimulasi
servik menjadi tips mediator nyeri
nutrisi kurang Kehilangan Penekanan pada traktus Merangsang pusat muntah

dari kebutuhan banyak cairan GI di reticular formator


Laserasi
Hipotalamus
tubuh

Gangguan anoreksia Nausea dan muntah Perdarahan pervagina


pemenuhan Nyeri akut
Ganggguan
cairan dan Anemia, 02 ke
eliminasi urin nutrisi kurang Resiko infeksi
elektrolit jaringan berkurang
dari kebutuhan
tubuh dispereurinea Gangguan perfusi
jaringan

Gangguan pola seksual


Ansietas

9
4. Stadium Kanker

Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation


InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
STADIUM I > pertumbuhan terbatas pada ovarium
a) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh.
b) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak
asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul
intak.
c) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau
dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum
positif.
STADIUM II > Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke panggul
a) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
b) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
c) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM III > tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif.
Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke
usus besar atau omentum.
a) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan
peritoneum abdominal.
b) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis,
diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
c) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.

10
STADIUM IV > pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium
dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif
dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
5. Manifestasi Klinis
a) Gangguan haid
b) Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c) Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d) Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e) Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
f) Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut
6. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang


dilakukan dengan :
a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada)
yang akan dicatat dalam rekam medik.
b) Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes
laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya
sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau
tulang
c) X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang
diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan
memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam.

11
d) Pencitraan lain
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang
secara alamiah dihasilkan oleh tubuh.
Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN
bekerja dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel
tubuh. Sel-sel kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel
hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel
normal.
e) CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam tubuh.

f) Ultrasound

12
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan
sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk
memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain
dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang
ditembakkan gelombang suara.
Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan
kristik.

g) Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga
tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa
adanya abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-
lain.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Stadium I :
Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
a) Stadium Ia :
Pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
ansietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan
dipermukaan luar, kapsul utuh.
b) Stadium Ib :

13
Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada tumor dipermukaan
luar, kapsul intak.
c) Stadium Ic :
Tumor dengan stadium Ia dan Ib tetapi ada tumor di
permukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau
dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
2. Stadium II :
Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul.
a) Stadium 2a :
Perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
b) Stadium 2b :
Perluasan jaringan pelvis lainnya.
c) Stadium 2c :
Tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau
dengan asietas yang mengandung sel ganas dengan bilasan
peritoneum positif
3. Stadium III :
Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor
terbatas dalam pelvis kecil tapi histologi terbukti meluas ke usus
besar dan omentum.
a) Stadium 3a :
Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding)
dipermukaan peritoneum abdominal.
b) Stadium 3b :
Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis,
diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
c) Stadium 3c :
Implant di abdomen dengan diameter > 2 cm dan kelenjar
getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4. Stadium IV :

14
Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium
4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
7. Penatalaksanaan

a) Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan


pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba
falopiinya (saluran indung telur).
b) Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening
dan struktur di sekitarnya.
c) Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan
pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening
dan struktur di sekitarnya.
8. Komplikasi
a) Penyebaran kanker ke organ lain
b) Progressive function loss of various organs Fungsi progresif hilangnya
berbagai organ
c) Ascites (fluid in the abdomen) Ascites (cairan di perut)
d) Intestinal Obstructions Usus Penghalang

9. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Umum
Identitas pasien
Nama,alama,.pekerjaan,pendidikan,suku bangsa,no rumah sakit,diagnose
rumah sakit, nama keluarga dekat yang bisa dihubungi
Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut,perut terasa tertekan ,rasa
tertekan pada panggul.
Riwayat penyakit saat ini
Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut,perut terasa tertekan ,rasa
tertekan pada panggul, Mual,Sembelit,Sering buang air kecil,Kehilangan
nafsu makan atau cepat merasa kenyang,sakit saat hubungan seksual
(dispareunia),perubahan menstruasi, Perdarahan pervaginam
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit
kanker CA Ovarium, CA Endometrium,riwayat pemakaian obat-obat
penyubur,pemakaian kontrasepsi yang memiliki kadar estrogen yang tinggi

15
Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita penyakit
kanker ovarium dan kanker puyudara
Pola-pola kesehatan
Pola aktivitas
Melaporkan adanya kelemahan, keletihan, kurang energi
Pola Integritas ego
stress mungkin sangat cemas dan ketakutan
Pola nutrisi
Pasien akan mengalami penurunan pencernaan, Anoreksia ,mual,muntah
Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih, nyeri tekan abdomen, konstipasi.
Pola tidur dan istirahat
Biasanya pasien tidak bisa tidur karena adanya nyeri dan rasa tertekan
pada abdomen dan pada pinggul
Pola interaksi sosial
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat.
Pola seksual
Biasanya pasien mengalami haid yang tidak teratur dan pendarahan
pervagina
Pemeriksaan fisik
Sistem integumen
Pada pasien dengan CA Ovarium tidak ada perubahan pada sistem
integumenya,hanya terjadi perubahan pada turgor kulitnya
Kepala
Pada pasien dengan CA Ovarium tidak terdapat perubahan pada sisi
kepalanya,hanya terdapat nyeri pada kepala
Muka
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium pasien terlihat meringis
Mata
Pada pasien degan penyakit dengan CA Ovarium mata tidak terdapat
perubahan
Leher
Bentuk simetris,kelenjar limpa tidak terdapat membesar kecuali adanya
metastase kanker
Thorak
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium terdapat sesak pada dada, nafas
pendek yang progresif.
Jantung
I: Tidak ada kelainan
P:Suara ketok dulness
P:tidak ada nyeri tekan
A:S1 S2 tunggal

16
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium terdapat penyakit
Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna).
System neurologi
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium sering mengalami sakit kepala
Vagina
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium sering mengalami haid yang
tidak teratur dan pendaran pervagina
Abdomen
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium sering merasa abdomen tegang
atau nyeri (sedang/berat), dan terasa tertekan pada perut
Panggul.
Selama pemeriksaan panggul:
Dengan hati-hati memeriksa bagian luar alat kelamin terkena
(vulva),
Kemudian memasukkan dua jari dari satu tangan ke dalam vagina
dan sekaligus menekan sisi lain di perut untuk merasakan rahim
dan ovarium.
2. Diagnosa
a) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
b) Gangguan eliminasi urin b.d penekanan organ perkemihan
c) Ansietas b.d disperenia
3. Intervensi
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, nutrisi pasien
terpenuhi / adekuat
Kriteria hasil :
1. Mual muntah berkurang / tidak ada
2. Nafsu makan pasien meningkat
3. BB stabil
4. Penambahan BB progresif

Intervensi Rasional

Pantau masukan makanan setiap Mengidentisifikasi kekuatan atau


hari. defisiensi nutrisi.
Dorong pasien untuk makan diet Kebutuhan jaringan metabolic
tinggi kalori kaya protein kaya ditingkatkan begitu juga cairan
nutrient, dengan masukan cairan (untuk menghilangkan produk

17
adekuat. sisa).

Dorong penggunaan suplement Suplemen dapat memainkan


dan makan sering atau lebih peran penting dalam
sedikit yang dibagi-bagi selama mempertahankan kalori dan
sehari protein adekuat

Kontrol factor lingkungan. Makanan-makanan manis,


Hindari terlalu terlalu manis, berlemak atau pedas dapat
berlemak, atau makanan pedas. mentriger respons mual muntah.

Dorong penggunaan teknik Tekhnik relaksasi/latihan


relaksasi, visualisasi, bimbingan sebelum makan dapat mencegah
imajenasi, latihan sedang awitan atau menurunkan
sebelum makan. beratnya mual, penurunan
anoreksia, dan memungkinkan
pasien meningkatkan masukan
oral

Identifikasi pasien yang Mual atau muntah psikogenik


mengalami mual atau muntah terjadi karena perubahan
yang diantisipasi. lingkungan pengobatan atau
rutinitas pasien pada hari
pengobatan mungkin efektif.

b. Gangguan eliminasi urin b.d penekanan organ perkemihan


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x 24jam, eliminasi
kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hail:
1. Tidak ada retensi urin
2. Mampu berkemih secara nyaman tanpa persepsi kandung
kemih penuh
3. Mengosongkan kandung kemih secara teratur

18
Intervensi Rasional
Perhatikan pola berkemih dan Dikatakan retensi urin bila
awasi keluaran urin berkemih dengan sering dalam
jumlah sedikit / kurang ( <100
ml )
Palpasi kandung kemih, selidiki Persepsi kandung kemih penuh,
keluhan ketidaknyamanan / distensi kandung kemih diatas
ketidakmampuan berkemih simpisis pubis menunjukkan
adanya retensi urine.
Berikan tindakan berkemih rutin, Berkemih dengan rutin, posisi
posisi normal, aliran air pada normal dan penyiraman air
baskom, penyiraman air hangat hangat pada perineum
pada perineum meningkatkan relaksasi otot
perineal dan dapat
mempermudah upaya berkemih.
Berikan perawatan kebersihan Perawatan kebersihan dapat
perineal dan keperawatan kateter menurunkan resiko ISK
asendens
Kaji karakteristik urine, retensi urine, drinase vagina, dan
perhatikan warna, kejernihan, kemungkinan adanya kateter
bau intermitten meningkatkan resiko
infeksi

c. Ansietas b.d disperenuria


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, ansietas
menurun
Kriteria Hasil :
1. Berkurangnya rasa takut,
2. Klien tahu dan mengerti tentang keadaan dirinya,
3. Klien dapat melakukan manajemen stress terhadap
kondisinya.

19
Intervensi Rasional
Mendengarkan pernyataan klien masalah seksual sering
dan pasangan tersembunyi sebagai
pernyataan humor dan / atau
ungkapan yang gambling
Diskusikan sensasi atau nyeri vagina dapat nyata
ketidaknyamanan fisik, perubahan menyertai prosedur vagina atau
pada respons individu kehilanagn sensori dapat
terjadi sehubungan dengan
trauma bedah. Meskipun
kehilangan sensori biasanya
sementara, ini dapat dialami
selama beberapa minggu atau
bulan untu kembali baik.
Kaji informasi klien dan pasangan menunjukan kesalahan
tentang anatomi/ fungsi seksual informasi/konsep yang
dan pengaruh prosedur mempenagruhi pengambilan
pembedahan keputusan. Harapan negative
sehubungan dengan hasil yang
buruk.
Identifikasi faktor budaya/nilai dapat mempengaruhi
budaya kembalinya kepuasan
hubungan seksual
Dorong klien untuk menyadari kehilangan bagian tubuh,
atau menerima tahap berduka hilangnya bagian tubuh, dan
menerima kehilangan yang
memebutuhkan penerimaan
sehingga pasien dapat
membuat rencana untuk masa
depan.
Dorong klien untuk berbagi komunikasi terbuka dapat
pikiran/masalah dengan orang mengidentifikasi area
terdekatnya penyesuaian / masalah dan
meningkatkan diskusi dan

20
resolusi.
Berikan solusi masalah terhadap membantu pasien kembali
masalah potensial. ex : menunda pada hasrat / kepuasan
koitus seksual saat kelelahan aktivitas seksual.

Evaluasi Tindakan
Diagnosa 1
1. Mual muntah berkurang / tidak ada
2. Nafsu makan pasien meningkat
3. BB klien stabil
4. Terjadi penambahan BB progresif

Diagnosa 2
1. Tidak ada retensi urin
2. Klien mampu berkemih secara nyaman tanpa merasa kandung kemih penuh
3. Klien mampu mengosongkan kandung kemih secara teratur

Diagnosa 3
1. Klien mengatakan rasa takutnya berkurang,
2. Klien mengatakan tahu dan mengerti tentang keadaan dirinya,
3. Klien mengatakan dapat melakukan manajemen stress terhadap kondisinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Deitra Leonard Lowdermilk , Shannon E. Perry , Irene M.


Bobak.1999.Keperawatan maternitas. Jakarta . EGC

Engram, Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Vol.3.


Jakarta : EGC.

Long Barbara. C (1996). Keperawatan Medical Bedah, Edisi II, USA. The CV
Mousby Company.

______.2010. Kista Ovarium.http://fordearest.wetpaint.com/page/kista+ovarium.


Diakses tgl 6 Maret 2013. Jam 14.05

Wiknjosastro.et.all. (1999). Ilmu kandungan, Edisi II. Jakarta : YBP SP

______.2010.Askep Ca Ovarium.

http://augusfarly.wordpress.com/2008/09/14/asuhan-keperawatan-dengan-klien-
ovarium/. Diakses tgl 6 Maret 2013 . jam 14.35

22

Anda mungkin juga menyukai