Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN EKLAMPSIA

DI KB TINDAKAN RSAM DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

DISUSUN OLEH:
Witri Setiawati Nabila, S. Kep
NIM. 1914901043

CI AKADEMIK CI KLINIK

(Ns. Yelmi Reni Putri,S.Kep, MAN) ( Afifah, S. ST )

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TA. 2019/2020

KEHAMILAN KEMBAR

A. PENGERTIAN
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih (Manuaba,
1998 : 265). Kehamilan ganda adalah bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih
dari satu (Saifuddin, 2001 : 311). Kembar siam adalah keadaan anak kembar dimana
tubuh keduanya bersatu yang terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal
terpisah secara sempurna.
Kehamilan ganda adalah suatu keadaan kehamilan dengan jumlah janin dua atau
lebih.(Taber, 1994 : 282).Kehamilan ganda adalah kehamilan dimana terdapat dua atau
lebih janin dalam satu uterus pada waktu kehamilan tersebut (sewaktu hamil).
(Wikipedia Indonesia, 2003).

B. KLASIFIKASI
Jenis kehamilan kembar menurut Manuaba dan Mochtar (1990) meliputi:
1. Kehamilan kembar monozigote (identik).
Merupakan kehamilan kembar yang berasal dari satu ovum sehingga disebutkan
juga hamil kembar identik atau hamil kembar homolog atau hamil kembar
uniovuler. Kehamilan kembar monozigote dapat terjadi karena:
a. Satu ovum dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula.
b. Hambatan pada tingkat segmentasi.
c. Hambatan setelah amnion terbentuk, tetapi sebelum primitive strike (4 – 5
minggu kehamilan).
Hamil kembar ini mempunyai ciri sebagai berikut:
- Jenis kelamin sama.
- Biasanya kembar identik.
- Mempunyai gen yang sama.
- Pada kehamilan dalam rahim terdapat 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion.
Pada hamil kembar monozigote dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti kembar
siam.

2. Kehamilan kembar dizigote


Merupakan kehamilan kembar 2 ovum, heterolog, glovuler dan fraternal.
Kedua telur dapat berasal dari:
a. 1 ovarium dari 2 flikel de graff.
b. 1 ovarium dari 1 folikel de graff.
c. 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
Ciri kehamilan kembar dizigote yaitu:
- Jenis kelamin dapat sama atau berbeda.
- Mempunyai 2 plasenta, 2 amnion, 2 korion.
Pada kehamilan kembar digizote:
- Dapat terjadi satu janin meninggak dan yang lain tumbuh sampai cukup bulan.
- Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada
kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau kompresus.

Perbedaan kehamilan kembar monozigote dan dizigote

Perbedaan Kembar Monozigote Kembar Dizigote


Plasenta 1 (70 %)
2 (30 %) 2 (100 %)
Khorion 1 (70 %)
2 (30 %) 2 (100 %)
Amnion 1 (70 %)
2 (30 %) 2 (100 %)
Tali pusat 2 bersekutu 2 terpisah
Sekat kedua kantong 2 lapis 4 lapis
Jenis kelamin Sama Sama / tidak
Rupa dan sifat Sama Agak berlainan
Mata, kuping, gigi, kulit Sama Berbeda
Ukuran antropologik Sama Berbeda
Sidik jari Sama Berbeda
Cara pegangan Bisa sama, bisa satu Bisa sama, bisa duanya
kidal, uang lain kanan kanan
Golongan darah Sama Sama / tidak

3. Conjoined twins, suporfokundasi dan suporfotasi


a. Conjoined twins atau kembar siam
Adalah kembar dimana janin melekat satu dengan yang lainnya.
Misalnya:
- torakopagus (dada dengan dada)
- dominopagus (perlengketan kedua abdomen)
- kraniopagus (kedua kepala)
b. Suporfokundasi
Adalah perbuahan 2 telur yang dikeluarkan pada ovum yang sama pada dua kali
koitus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek.
c. Suporfetasi
Adalah kehamilan kedua yang terjadi pada beberapa minggu atau setelah
kehamilan pertama.

Letak Janin
Pada kehamilan kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua
janin. Begitu pula letak janin kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir, misalnya
letak lintang berubah jadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak,
presentasi dan posisi bisa terjadi; yang paling sering dijumpai adalah:
1. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala; (44-47%);
2. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38%);
3. Keduanya presentasi bokong (8-10%);
4. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%);
5. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%);
6. Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%);
7. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi “kunci
mengunci” (interlocking).

C. ETIOLOGI
Beberapa faktor berikut menurut Mariono ikut berperan dalam menyebabkan
terjadinya kehamilan ganda:
1. Ras/bangsa
Menurut literatur, ras berwarna seperti bangsa Asia dan Afrika cenderung
lebih besar mengalami kehamilan ganda ketimbang ras kulit putih/Eropa. Meski
belum dapat dibuktikan secara empiris, tapi pada banyak kasus memang terlihat
kehamilan ganda lebih sering dialami ibu-ibu hamil kulit berwarna dibanding
mereka yang berkulit putih.
2. Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya kehamilan ganda
semakin besar. Akan tetapi selepas umur 40 tahun, probabilitas terjadinya kehamilan
ganda akan menurun lagi.
3. Hereditas/keturunan
Hamil kembar biasanya diwariskan secara maternal (garis keturunan ibu).
Bila dari garis keturunan ibu ada yang kembar, maka prosentase melahirkan anak
kembar lebih besar. Namun tidak tertutup kemungkinan garis keturunan ayah bisa
menimbulkan kehamilan kembar. Yang pasti, insiden atau angka kejadian dari garis
maternal lebih besar dibanding dari garis paternal.
4. Obat-obatan
Ibu yang memakai obat pemicu ovulasi untuk mematangkan sel telurnya
juga ikut meningkatkan peluang terjadinya kehamilan kembar. Soalnya, dengan obat
tersebut sel telur yang matang pada setiap siklus jadi lebih dari satu. Obat ini
biasanya diberikan pada pasangan yang sulit hamil dengan faktor penyebab
infertilitas indung telur. Itulah mengapa, pada kasus-kasus pasangan yang sulit
mendapat momongan kemudian menjalani terapi obat-obat penyubur ini, bila
akhirnya terjadi kehamilan, biasanya merupakan kehamilan kembar.
5. Prosedur fertilisasi in vitro
Di sini beberapa embrio yang sudah dibuahi diimplantasikan dalam rahim.
Jika semua berkembang dengan baik, maka terjadi pertumbuhan lebih dari satu. Di
atas usia kehamilan 30 minggu, berat badan masing-masing janin ini umumnya
lebih ringan dibanding janin pada kehamilan tunggal di usia kehamilan yang sama.
Perbedaan berat saat persalinan bisa mencapai 1000-1500 gram. Penyebabnya
diperkirakan adalah regangan berlebih pada uterus, hingga sirkulasi darah di
plasenta mengalami penurunan.

D. PROSES TERJADINYA KEHAMILAN GANDA


Pada kembar identik atau kembar monozigote, proses terjadinya yaitu pada saat
pembuahan, satu ovum dibuahi oleh satu sel sperma. Kemudian terbentuk zigote.
Zigote membelah secara mitosis, dari 1 sel menjadi 2, dari 2 sel menjadi 4 dan
seterusnya yang disebut fase morula, blastula, gastula, dan neurula.
Bila pembelahan seperti diatas terjadi pada fase morula (1-3 hari setelah
pembuahan), maka setiap embrio akan memiliki kantong ketuban yang berbeda dan satu
plasenta. Kemudian pada fase primitif, akan terjadi pemisahan sempurna yang akan
berkembang menjadi 2 (atau lebih) janin yang kembar identik.
Bila pada fase primitif terjadi gangguan, atau terdapat kegagalan pembelahan,
maka biasanya akan menimbulkan kecacatan fisik atau dempetnya bagian tubuh
tertentu. Ketidaksempurnaan akibat gangguan segmentasi inilah yang menyebabkan
proses pemisahan dua jabang bayi tak berlangsung sempurna dan disebut kembar siam.
Pada kembar fraternal atau kembar dizigote, dimana terjadi dua ovum yang matang
secara bersama – sama dibuahi oleh masing masing 1 sel sperma. Sehingga pada proses
pembelahan selanjutnya akan terbentuk 2 janin dengan 2 plasenta, 2 amnion dan 2
korion yang terpisah, tetapi masih dalam satu rahim.

E. PATHWAY KEPERAWATAN
1 sel Sperma membuahi 1 Bangsa, umur, peritas, keturunan,
ovum (1 zigot) obat penginduksi ovulasi

Hambatan pada tingkat blastula, 2 zigote 2 ovum diabuahi 2 sperma


zigote mengalami pembelahan

Kehamilan Ganda Perubahan hormon

Mual, muntah, anoreksia


Mal presentasi Bayi prematur
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Presentasi janin normal kebutuhan tubuh

Pembedahan (SC) Kepekaan uterus


meningkat
Persalinan pervaginam

Resiko tinggi infeksi Post


operasi (SC) Resting intoleransi
aktivitas

Ancaman kematian
ibu & janin

Ansietas Uterus membesar sesuai


usia kehamilan

Kurang informasi
Tekanan abdomen
meningkat

Kurang pengetahuan

Perubahan eliminasi
urine (sering berkemih)
F. GAMBARAN KLINIK
Pada kehamilan ganda dengan distensi uterus yang berlebihan dapat terjadi
persalinan prematur. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan janin lebih besar sehingga
terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia kehamilan yang dapat menggangu pertumbuhan
janin dalam rahim. Frekuensi terjadinya hidramnion pada hamil ganda sekitar 10 kali
lebih besar dari kehamilan tunggal. Keregangan otot rahim yang menyebabkan iskemik
uteri dapat meningkatkan kemungkinan pre eklampsia dan eklampsia.
Solusio plasenta dapat terjadi setelah persalinan anak pertama karena retraksi otot
rahim yang berlebihan, perjalanan persalinan dapat berlangsung lebih lama, karena
ketegangan otot rahim yang melampaui batas setelah persalinan, terjadi gangguan
kontraksi otot rahim yang menyebabkan atonia uteri, menimbulkan perdarahan, retensio
plasenta dan plasenta rest.
Dengan janin yang relatif berat badannya rendah menyebabkan morbiditas yang
tinggi. Keluhan pada kehamilan kembar diantaranya terasa sesak napas, sering ingin
kencing, edema tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises). Dalam perawatan
antenatal pada kehamilan kembar dapat di tingkatkan.
(Manuaba, 1994)

G. KOMPLIKASI
Komplikasi potensial meliputi hal – hal berikut :
1. Persalinan dan kelahiran prematur, yang terjadi 5 sampai 10 kali lebih sering
dibangding kehamilan tunggal, dan merupakan ancaman terbesar bagi kehamilan
kembar / ganda.
2. Kelainan letak (mal presentasi) kembar yang pertama, dapat bokong, oblik, atau
lintang dan diperkirakan terjadi pada 25 – 30 % kasus.
3. Persalinan disfungsional, yang disertai dengan peregangan uterus yang berlebihan.
4. Malformasi janin.
5. Prolaps tali pusat.
6. Hidramnion.
7. Anemia defisiensi besi pada bumil.
8. Pre eklampsia atau eklampsia.
9. Perdarahan antepartum, baik plasenta previa ataupun solusio plasenta, yang dapat
terjadi pada hampir 5 % kehamilan kembar.
10. Perdarahan post partum.
11. Toxaemia gravidarum, lebih sering terjadi pada kehamilan kembar dibandingkan
dengan kehamilan tunggal.

Komplikasi yang sangat jarang meliputi hal – hal berikut :


1. Kolisi (collision), yaitu persentuhan bagian – bsgisn janin kembar dengan
kembarannya sehingga mencegah penurunan janin.
2. Impaksi, perlekukan bagian janin dari salah satu kembar kedalam permukaan
kembarannya, sehingga memungkinkan penurunan keduanya secara bersamaan.
3. Kompaksi, proses pengeluaran janin yang betul – betul bersamaan dari kutub
presentasi keduanya yang mengisi rongga pelvis sejati dan mencegah desensus lebih
lanjut keduanya.
4. Kembar terkunci (locked twins), presentasi kembar pertama bokong dan kembar
kedua puncak kepala (verteks). Ketika kembar pertama menjalani desensus,
dagunya mengenai leher dan dagu kembar kedua diatas pintu atas panggul, dan
mencegah kemajuan selanjutnya.
5. Kembar monoamniotik, angka mortalitasnya sangat tinggi, hampir 50 %,
mempunyai tali pusat yang kusut dan bersimpul.
(Taber, 1994)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Ultrasonografi memudahkan diagnosis kehamilan ganda, evaluasi pertumbuhan
janin dan identifikasi presentasi janin.
2. Foto abdimen dapat membantu bila USG tidak tersedia.
3. Pemantauan frekuensi jantung janin memberikan penilaian kesehatan janin
I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan dalam Kehamilan
1) Prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah
komplikasi yang timbul, dan bila diagnosa telah ditegakkan periksa ulang akan
lebih sering (1 kali seminggu pada kehamilan 32 minggu ke atas).
2) Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh dilarang, karena akan
merangsang partus prematurus.
3) Pemakaian gurita korset yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa
lebih ringan.
4) Pemeriksaan darah lengkap, Hb dan golongan darah.
5) Makanan dianjurkan mengandung banyak protein dan makan dilaksanakan lebih
sering dalam jumlah lebih sedikit.
6) Bila ada tanda-tanda partus prematurus yang mengancam dengan pemberian
betamethason 24 mg per hari untuk pematangan janin.
7) Anjurkan rawat inap bila:
- ada kelainan obstetri,
- ada his/pembukaan serviks,
- adanya hipertensi,
- pertumbuhan salah satu janin terganggu,
- kondisi sosial yang tidak baik,
- profilaksis/mencegah partus prematurus dengan obat tokolitik,
- pemasangan jerat (Shirodkar’s operation).

2. Penanganan dalam Persalinan


1) Bila anak I letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong seperti
biasa dengan episiotimi mediolateralis.
2) Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan
keadaan janin II. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah ibu dan lain-lain.
3) Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila janin II letak membujur,
ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak deras mengalir keluar.
Tunggu dan pimpin persalinan anak II seperti biasa.
4) Awas atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka sebaiknya
dipasang infus profilaksis.
5) Bila ada kelainan letak anak II, misalnya melintang atau terjadi prolaps talipusat
dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetrik;
a) Pada letak lintang coba versi luar dahulu.
b) Atau lahirkan dengan cara versi dan ekstraksi;
c) Pada letak kepala persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau
forceps.
d) Pada letak bokong atau kaki; ekstraksi bokong atau kaki.
6) Indikasi sectio caesarea hanya pada:
a) Janin I letak lintang;
b) Terjadi prolaps talipusat;
c) Plasenta previa;
d) Terjadi interlocking pada letak kedua janin 69; anak I letak sungsang dan
anak II letak kepala.

J. PROGNOSIS
Mochtar (1998 : 265) menyatakan bahwa prognosis gemelli pada ibu dan janin adalah :
1. Pada ibu prognosis jelek dibandingkan kehamilan tunggal karena sering terjadi
taksania gravidarum, hidramnion anemia, pertolongan obstetric operatif dan
perdarahan post partum.
2. Pada janin menyebabkan angka kematian peri natal tinggi karena prmature,
prolapsus tali pusat, solutio plasenta, tindakan obstetric karena kelainan letak janin.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEHAMILAN GANDA

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Pada anamnesa dapat diketahui adanya anak kembar dalam keluarga, umur dan
paritas ibu hamil juga diperhatikan.
Ibu merasa bahwa perutnya lebih besar dari semestinya kehamilan, dan pergerakan
anak mungkin lebih sering terasa.
Kaji keluhan subjektif seperti: perasaan berat, sesak napas, bengkak kaki dan lain –
lain.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi
Perut lebih besar dari tuanya kehamilan.
b. Palpasi
Fundus uteri lebih tinggi tidak sesuai dengan usia kehamilan. Teraba 3 bagian
besar janin, teraba 2 balotement, teraba gerakan – gerakan janin yang lebih
banyak, serta teraba banyak bagian – bagian kecil
c. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau sama – sama dihitung
dan berselisih 10.
d. Vaginal toucher
Mungkin teraba kepala yang sudah masuk kedalam rongga pinggul diatas
simphisis teraba bagian besar.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OPERASI
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,
anoreksia.
2. Perubahan eliminasi urine b.d pembesaran uterus dan peningkatan tekanan
abdomen.
3. Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d kepekaan uterus meningkat.
4. Ansietas b.d kemungkinan kelahiran prematur, ancaman yang dirasakan atau aktual
terhadap janin dan diri sendiri.
5. Kurang pengetahuan mengenai situasi resiko tinggi b.d kurangnya informasi.

POST OPERASI
1. Resiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OPERASI

Diagnosa NOC NIC


Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji pola makan klien saat
nutrisi kurang dari selama ....x 24 jam diperoleh ini dan masa lalu.
kebutuhan tubuh b.d kriteria hasil sebagai berikut: 2. Timbang berat badan
mual, muntah, anoreksia. - mual dan muntah klien, bandingkan berat
berkurang. badan saat ini dengan
- Berat badan meningkat berat badan kehamilan.
karena adanya kehamilan 3. Berikan informasi tentang
ganda dan sesuai dengan resiko penurunan berat
usia kehamilan. badan selama kehamilan
- Nafsu makan meningkat. dan tentang kebutuhan
makanan klien dan janin.
4. Anjurkan makan sedikit
tapi sering dan sajikan
dalam keadaan hangat,
menu seimbang.

Perubahan eliminasi Setelah dilakukan intervensi 1. Berikan informasi tentang


urine b.d pembesaran selama ....x 24 jam diperoleh perubahan perkemihan
uterus dan peningkatan kriteria hasil sebagai berikut: sehubungan dengan
tekanan abdomen. - Fekuensi berkemih 6 – 7 trimester ketiga.
kali/hari. 2. Anjurkan klien untuk
- Dapat mengidentifikasi melakuakn posisi miring
cara-cara untuk mencegah kiri saat tidur, perhatikan
statis urunarius. keluhan nokturia.
3. Berikan informasi
mengenai perlunya
masukan cairan 6 sampai
8 gelas perhari.

Resiko tinggi intoleransi Setelah dilakukan intervensi 1. Anjurkan klien melakukan


aktivitas b.d kepekaan selama ....x 24 jam diperoleh aktivitas dengan istirahat
uterus meningkat. kriteria hasil sebagai berikut: yang cukup.
- Klien dapat menyatakan 2. Anjurkan istirahat yang
kesadaran terhadap adekuat dan penggunaan
toleransi aktivitas. posisi miring kiri.
- Klien dapat merencanakan 3. Instruksikan klien untuk
perubahan yang perlu pada menghindari aktivitas /
gaya hidup / aktivitas setiap kerja berat, dan perjalanan
hari. jauh (dengan motor) lebih
- Bebas dari kelelahan dari 1 – 2 jam.
berlebihan atau kepekaan / 4. Tekankan pentingnya
kontraksi terus menerus aktivitas hiburan yang
dari uterus. tenang.

Ansietas b.d Setelah dilakukan intervensi 1. Perhatikan tingkat


kemungkinan kelahiran selama ....x 24 jam diperoleh ansietas dan derajat
prematur, ancaman yang kriteria hasil sebagai berikut: pengaruh terhadap
dirasakan atau aktual - Klien tampak kemampuan untuk
terhadap janin dan diri rileks. berfungsi / membuat
sendiri. - Klien keputusan.
melaporkan ansietas 2. Tinjau ulang
berkurang sampai tingkat kemungkinan
dapat diatasi. kemungkinan sumber
ansietas.
3. Kaji tingkat stress klien /
pasangan berhubungan
dengan komplikasi medis,
hubungan pasangan,
hubungan dengan anggota
keluarga, dan ketersediaan
dan jaringan kerja
pendukung.
4. Anjurkan klien / pasangan
mengekspresikan perasaan
frustasi yang berkenaan
dengan aturan terapi dan
atau perubahan gaya
hidup. Jelaskan pada klien
bahwa pengungkapan
dapat diterima dan
penting.
5. Berikan informasi yang
tepat secara individu
mengenai intervensi atau
tindakan dan dampak
potensial kondisi pada
klien dan janin.

Kurang pengetahuan Setelah dilakukan intervensi 1. Berikan informasi yang


mengenai situasi resiko selama ....x 24 jam diperoleh adekuat berhubungan
tinggi b.d kurangnya kriteria hasil sebagai berikut: dengan situasi resiko
informasi. - Klien dapat tinggi, termasuk
mengungkapkan kesadaran penjelasan yang singkat
akan kondisi yang membuat dan sederhana dari
klien beresiko. perubahan patofisiologis
- Klien dapat dan implikasi maternal
menyebutkan kemungkinan dan janin.
tindakan pencegahan. 2. Berikan informasi yang
- Klien tepat berkenaan dengan
berpartisipasi untuk skrining dan metode tes
mencapai kemungkinan serta prosedur.
kehamilan dan persalinan 3. Identifikasi tanda –tanda
terbaik. bahaya yang memerlukan
pemberitahuan segera
terhadap pemberi
perawatan kesehatan
(misal: KPD, persalinan
preterm, perdarahan
vaginal).

POST OPERASI

Diagnosa NOC NIC


Resiko tinggi infeksi b.d Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji suhu dan
prosedur pembedahan. selama ....x 24 jam diperoleh pernapasan klien
kriteria hasil sebagai berikut: 2. Perhatikan jumlah dan
- Tidak bau rabas lokhea. Tinjau
terdapat tanda gejala ulang kemajuan normal
infeksi dari rubra ke serosa ke
- TTV dalam alba.
batas normal. 3. Rawat luka post operasi
SC dengan teknik aseptik
secara rutin, dan
laporkan bila terdapat
tanda gejala infeksi.
4. Kolaborasi medis
pemberian antibiotika,
anti inflamasi.
5. Beri nutrisi yang cukup
dan menu seimbang,
serta masukan cairan
yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F., Gary, et al., 1995, Obstetri Williams, Ed. 18, EGC, Jakarta.
Doengoes, Marilynn E, et al., 2001, Rencana Perawatan Maternal / Bayi: Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Ed. 2, EGC, Jakarta.
Hacker, Neville F, Moore, J. G., 2001, Essential Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2,
Hipokrates, Jakarta.
Manuaba, I.B.G., 2001, Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetric Ginekologi & KB,
EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam, 1990, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, EGC,
Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 1984, Pengantar Ilmu dan Praktek Kebidanan Bag. I, FKUI,
Jakarta.
Sulaiman, Sastrawinata, 1979, Obstetri Patologi, UNPAD, Bandung.
Taber, Ben Zion, 1994, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2, EGC,
Jakarta.
Varney, Helen, 2001, Buku Saku Bidan, EGC, Jakarta.
Wikrojosastro, Hanifa, 1999, Ilmu Kebidanan, Ed. 3, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai