Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), serta
PP nomor 11 tahun 2017 tetang Manajemen ASN mengamanatkan instansi
pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu tahun masa percobaan. Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia menerjemahkan amanat Undang-Undang
tersebut dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia nomor 10
tahun 2021 tentang perubahan atas peraturan Lembaga administrasi negara nomor 1
tahun 2021 tentang pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil.
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2021 tanggal
26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur
Sipil Negara, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah
satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia
(World Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai
Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Pada
tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values dan Employer
Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian PANRB ke-62.
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim
dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan dimaknai oleh
seluruh ASN serta dapat diimplementasikan sepenuhnya dalam pelaksanaan tugas
dan kehidupan sehari-hari.
Pelatihan dan penerapan nilai-nilai dasar PNS yang ber-AKHLAK, pelayanan
publik, manajemen ASN, serta Whole Of Government dituangkan oleh peserta latsar
dalam suatu rancangan aktualisasi yang nantinya akan di habituasikan di instansi
masing-masing. Salah satu instansi dimana tempat penulis bekerja yaitu Rumah Sakit.
Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan. Rumah sakit
menyediakan pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, pusat alih
pengetahuan dan teknologi dan berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) dr. Achmad Darwis merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat di wilayah kabupaten Lima Puluh Kota.
Manajemen nyeri masih merupakan masalah yang belum terselesaikan pada
semua fasilitas pelayanan kesehatan. Diperlukan suatu pemeriksaan dan penilaian
nyeri yang obyektif, mudah dan dapat digunakan oleh setiap pihak yang terlibat
dalam penangan nyeri dengan hasil yang dapat dipercaya. Menurut
International Association for Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai suatu
sensori subyektif dan emosional tidak menyenangkan yang didapat, terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.
Menegakkan keluhan nyeri pada pasien merupakan langkah yang
membutuhkan kehati-hatian untuk kelak dapat memberikan tatalaksana nyeri dengan
baik. Anderson, dkk menemukan ada jarak antara penilaian nyeri dengan tatalaksana
yang diberikan oleh tenaga medis, harus ada standar yang menjadi acuan dalam
menilai nyeri.
Suatu keadaan nyeri atau sakit dapat membuat orang terganggu untuk
menjalankan aktifitasnya dan mengharuskan seseorang untuk beristirahat, sehingga
semua tugas-tugas wajibnya tertunda. Tidak hanya sakit fisik, seseorang atau pasien
juga dapat pula terganggu psikologisnya. Keadaan demikian membuat seseorang
tersebut terganggu dalam menanggapi suatu situasi, apalagi harus sampai
mengambil keputusan.
Prevalensi dispepsia di seluruh dunia cenderung mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Populasi orang dewasa di negara barat yang dipengaruhi oleh
dispepsia berkisar antara 14-38%. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2007,
dispepsia rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dengan jumlah pasien 34.029 atau
sekitar sudah menempati peringkat ke-10 untuk kategori penyakit terbanyak pasien
1,59%. Sedangkan insiden kasus dispepsia kategori non-ulcer (dispepsia fungsional )
di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2011 sebanyak 231 orang (Widya dkk,
2015).
Prevalensi kasus dispepsia maupun penyakit akut lainnya pada 2 tahun terakhir
ini, yang menyebabkan intensitas nyeri pasien bertambah yang terjadi pada pasien
khususnya di ruang rawat Inap Asoka berkisar antara 50-60% dari total pasien yang
dirawat diruangan tersebut, pada umumnya pasien mengeluhkan nyeri ringan sampai
berat, sehingga penanganan nyeri yang belum optimal dilakukan oleh petugas.
Perawat memiliki peran penting dalam melaksanakan pengkajian nyeri kepada
pasien. Baik pengkajian awal saat pasien baru masuk rumah sakit maupun pengkajian
ulang nyeri saat pasien masih dalam perawatan di Rumah sakit, hal tersebut karena
perawat adalah tenaga kesehatan rumah sakit yang paling lama bertemu dengan
pasien dalam sehari. Perawat memiliki banyak peran dalam melakukan pengkajian
awal maupun pengkajian lanjutan nyeri pasien, serta peran dalam penatalaksanaan
intervensi nyeri kepada pasien.
RSUD dr. Achmad Darwis telah melakukan upaya dalam mengetahui
intensitas/skala nyeri yang dialami pasien dengan adanya kebijakan untuk melakukan
pengkajian awal nyeri saat pasien masuk dan melakukan pengkajian nyeri lanjutan
serta tindakan intervensi dalam mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Ruang
Asoka merupakan salah satu rawat inap yang berada di RSUD dr.Achmad Darwis.
Pada pelaksanaannya, perawat di ruang rawat Asoka sudah melakukan pengkajian
awal nyeri pasien. Namun belum dilakukan secara optimal, karena masih ada pasien
yang belum dilakukan pengkajian nyeri lanjutan sehingga tidak dilakukan intervensi
nyeri pasien secara maksimal. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, mengakibatkan
meningkatnya intensitas nyeri yang dialami pasien dan penanganan nyeri pasien tidak
terkontrol dan terlaksana dengan baik
Dengan diterapkannya dan dlaksanakannya pengisian formulir pengkajian nyeri
lanjutan dan intervensi nyeri, maka diharapkan bisa meningkatkan penanganan nyeri
pasien dan terdokumentasinya dengan baik hasil pengkajian nyeri pasien selama
dalam perawatan di rumah sakit dan pelaksanaan intervensi nyeri pada pasien dapat
terimplementasi dengan baik.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menyusun rancangan Aktualisasi ini
dengan judul “Optimalisasi pelaksanaan dan pengisian formulir pengkajian
(Asesmen) nyeri lanjutan dan intervensi nyeri oleh perawat di Ruang Rawat Inap
Asoka RSUD dr. Achmad Darwis”.

B. Identifikasi Isu
Ruang Asoka merupakan salah satu rawat inap yang berada di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Achmad Darwis. Pada dasarnya program di Ruang Rawat Inap
Asoka sudah banyak. Namun dalam pelaksanaannya masih belum berjalan secara
optimal karena adanya keterbatasan. Keterbatasan dalam suatu instansi dipandang
sebagai sebuah isu atau permasalahan. Isu yang terjadi di RSUD dr. Achmad Darwis
meliputi pelayanan dan sarana dan prasarana. Isu ini diperoleh dari hasil observasi
penulis di ruang rawat inap Asoka RSUD dr. Achmad Darwis selama beberapa minggu
terakhir.
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan beberapa isu, antara lain:
1. Belum adanya etiket/label pengontrol cairan infus pada pasien di ruang rawat
Inap Asoka RSUD dr.Achmad Darwis ( Isu ini terkait dengan Agenda 3 yaitu
Manajemen ASN karena berkaitan dengan fungsi ASN sebagai pelayan public
yang memberikan pelayanan secara professional dan berkualitas)
2. Belum optimalnya pelaksanaan dan pengisian formulir pengkajian nyeri lanjutan
dan intervensi nyeri yang dilakukan oleh perawat di ruang rawat inap Asoka
RSUD dr.Achmad Darwis (Isu ini terkait dengan Agenda 3 yaitu Manajemen
ASN karena berkaitan dengan fungsi ASN sebagai pelayan public yang
memberikan pelayanan secara professional dan berkualitas, SMART ASN
karena dengan kompetensi, kinerja, serta profesionalisme sehingga mampu
beradaptasi dan responsive terhadap perubahan dan pencapaian tujuan dalam
organisasi )
3. Kurang patuhnya keluarga pasien terhadap aturan Rumah Sakit untuk tidak
boleh berkunjung di ruang rawat inap Asoka RSUD dr.Achmad Darwis (Isu ini
terkait dengan Agenda 3 yaitu Manajemen ASN karena terdapat pengelolaan
terhadap penatalaksanaan peraturan yang ada dilingkungan RS)

C. Perumusan dan Penetapan Isu


Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu dilakukan proses
identifikasi isu untuk menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang dapat
dicarikan solusi oleh penulis. Adapun metode yang penulis gunakan dalam
menetapkan isu adalah metode USG. Metode USG merupakan salah satu cara
menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring. Pada
penggunaan matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang prioritas, terdapat
tiga faktor yang perlu dipertimbangkan.
Ketiga faktor tersebut adalah urgency, seriuosness, dan growth.
1. U (Urgency), seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas, dianalisa dan
ditindaklanjuti
2. S (Seriousness) seberapa serius isu tersebut harus dibahas, dianalisa dan
ditindaklanjuti.
3. G (Growth) seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera.

Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode USG dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 Analisa isu dengan metode USG

No Isu U S G Total Peringkat


1. Belum adanya etiket/label pengontrol 4 4 4 12 2
cairan infus pada pasien di ruang
rawat Inap Asoka RSUD dr.Achmad
Darwis
Belum optimalnya pelaksanaan dan
pengisian formulir pengkajian nyeri
lanjutan dan intervensi nyeri yang
2. 5 5 4 14 1
dilakukan oleh perawat di ruang
rawat inap Asoka RSUD dr.Achmad
Darwis
Kurang patuhnya keluarga pasien
terhadap aturan Rumah Sakit untuk
3. 4 4 3 11 3
tidak boleh berkunjung di ruang rawat
inap Asoka RSUD dr.Achmad Darwis

Keterangan:
1 = Tidak Mempengaruhi
2 = Kurang Mempengaruhi
3 = Cukup Mempengaruhi
4 = Mempengaruhi
5 = Sangat Mempengaruhi

Berdasarkan analisa diatas penulis memilih isu “Belum optimalnya pelaksanaan


dan pengisian formulir pengkajian nyeri lanjutan dan intervensi nyeri yang dilakukan
oleh perawat di ruang rawat inap Asoka RSUD dr.Achmad Darwis”. Jika hal ini
dibiarkan terus menerus, mengakibatkan meningkatnya intensitas nyeri yang dialami
pasien dan penanganan nyeri pasien tidak terkontrol dan terlaksana dengan baik dan
efisien.

Anda mungkin juga menyukai