Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI UNTUK MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

MAKALAH

Tugas Pada Mata Kuliah MUTU LAYANAN KEBIDANAN DAN


KEBIJAKAN KESEHATAN

PSKM Reg A-2 Semester 4

Dosen Pengampu :

Junie Harista SST,M.kes

Disusun Oleh :

Mellyza
Npm :

17.15401.11.17
Jenny Handariza Npm : 17.15401.11.18
Novita Ariani Npm : 17.15401.11.
Cinta Npm: 17.15401.11.
Putri Diana Npm: 17.15401.11
Sindy Selvia Npm: 17.15401.11
Intan Ayu Lestari Npm: 17.15401.11
Herawati Npm: 17.15401.11
Dwi Ananda puri Npm: 17.15401.11
Rosmita Npm: 17.15401.11
Sasa Alika Npm:17.15401.11
Elva Shalbila putri Npm: 17.15401.11
Cica Hermanya Npm: 17.15401.11
Resta Utami Npm:17.15401.11
Nori Lestari Npm; 17.15401.11.
Putri Afriliani Npm: 17.15401.11
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG

2019/201

KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat


rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjud ul STRATEGI
UNTUK MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Mutu


L a y a n a n Kebidanan dan kebijakan kesehatan. Kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, ol e h k a r e n a
itu, kritik dan saran yang bers ifat membangun sangat kami harapkan
d e m i sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan inforrmasi bagi para
pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, 27 Mei 2019

penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang
dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007).
Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang
dapat dilaksanakan. Upaya tersebut akan terwujud jika dilaksanakan secara terarah dan
terencana dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama Program Menjaga
Mutu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penilaian mutu kebidanan ?

2. Apa saja pendekatan penilaian mutu pelayanan kebidanan ?

3. Bagaimana cara penilaian mutu pelayanan kebidanan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari penilaian mutu pelayanan kebidanan

2. Untuk mengetahui pendekatan apa sajayang diperluhkan dalam penilaian mutu pelayanan
kebidanan

3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penilaian mutu pelayanan kebidanan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan

Mutu Pelayanan Kebidanan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang
dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007).
Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).

Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :

1. Kompetensi Teknis (Technical competence)


2. Akses terhadap pelayanan (Access to service)

3. Efektivitas (Effectiveness)

4. ·Efisiensi (Efficiency)

5. Kontinuitas (Continuity)

6. Keamanan (Safety)

7. Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)

8. Kenyamanan (Amenities)

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan


penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam
pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda
persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian
yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan
petugas terhadap klien

b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien

c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran
pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.

Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu
berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
(health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan
menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang
diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka
semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan
penilaian mutu, yaitu :

1. Struktur

Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi, dan lain-lain.Indikator input (struktur) merujuk pada sumber-
sumber yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas personel, alat/fasilitas, informasi,
dana, peraturan/kebijakan. Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan,
organisasi dan manajemen keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari:

a. Jumlah, besarnya input

b. Mutu struktur atau mutu input

c. Besarnya anggaran atau biaya

d. Kewajaran

2. Proses

Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien. Proses
mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan
kasus.Indikator proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
Indikator output mengukur hasil meliputi cakupan, termasuk pengetahuan, sikap, dan
perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan. Indikator ini juga
disebut indicator effect. Baik tidaknya proses dapat diukur dari:

a. Relevan tidaknya proses itu bagi klien

b. Fleksibilitas dan efektifitas

c. Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelyanan yang semestinya
d. Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

3. Outcomes

Outcomes adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap klien. dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik
positif maupun negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan
tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka panjang adalah setatus kesehatan dan
kemampuan fungsional klien.

Langkah-kangkah dalam menetapkan masalah mutu:

1. Menyusun daftar masalah

Menggunakan tekhnik kesepakatan kelompok (group decision making) yaitu:

a. Curah pendapat (brain storming)


b. Kelompok nominall (nominal group)

2. Melakukan konfirmasi daftar masalah

Dapat dilakukan dengan:

a.Mengumpulkan daftar masalah secara langsung yaitu melalui survey


b.Mengumpulkan daftar masalah secara tidak langsung, yaitu dengan meminta pendapat
staf lain yang terkait tentang kebenaran daftar masalah yang telah disusun.

3. Menetapkan prioritas masalah mutu pelayanan kesehatan

Yaitu metetapkan prioritas masalah mutu dengan teknik votting hingga mencapai
kata sepakat (cosensus).

4. Merumuskan masalah

a.Apa masalahnya

b .Siapa yang terkena masalah

c.Seberapa besar masalah itu


d.Dimana terjadinya

e.Bilamana masalah itu terjadi

5. Menetapkan penyebab masalah mutu, bisa berasal dari:

· Unsur masukan (Input)

· Unsur proses (process)

· Unsur lingkungan (environmnet)

Langkah menetapkan penyebab masalah mutu:

1. Menyusun daftar penyebab masalah

Penyebab masalah adalah “sebab” yang telah teridentifikasi. Gunakan teknik curah
pendapat atau kelompok nominal. Untuk membantu menyusun daftar penyebab, dapat
menggunakan diagram tulang ikan (fish bone diagram)

2. Konfirmasi daftar penyebab masalah

· Melihat/ mengkaji daftar penyebab masalah

· Menanyakan daftar penyebab masalah kepada staf yang terkait

3. Menetapkan urutan prioritas penyebab masalah

· Dapat menggunakan teknik kriteria matriks

Untuk melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan dapat menggunakan indikator.


Indikator adalah tolak ukur yang menunjukkan tercapai tidaknya suatu standar pelayanan
kesehatan, dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau suatu daftar tilik.

Daftar tilik adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa
jauh pelayanan sesuai atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Daftar tilik berisi
daftar kelengkapan sarana, pra sarana, pengetahuan, kompetensi teknis, persepsi klien,
dan sebagainya.

B. Teknik Penilaian Mutu Layanan Kebidanan

1. Berdasar konsep siklus PDCA


Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun
1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan,
Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu proses
pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian
kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang
kemudian dikenal dengan ”The Deming Wheel” (Tjitro, 2009). Siklus PDCA berguna
sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehingga mutu pelayanan
kesehatan. PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus
dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan
kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan ( Plan ) Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan


merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke
dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat
dipakai sebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir
yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah
mutu yang akan diselenggarakan. Syarat rencana kerja (Plan):

a. Berorientasi ke masa depan

b. Fleksibel, logis dan masuk akal

c. Mengandung uraian semua unsur rencana Rencana kerja penyelesaian masalah


mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:

· Judul rencana kerja (topic)

· Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem
statement)

· Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin
dicapai (goal, objective, and target)

· Kegiatan yang akan dilakukan (activities)

· Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)

· Biaya dan waktu yang diperlukan (budget and time)


· Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone)

2. Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika
pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim,
perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat
memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini diperlukan
suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai
kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap


cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan.

b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara


penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan.

c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara


penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan.

d. Keterampilan pengarahan (directing).

3. Pemeriksaan ( Check )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang
dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk
mengetahui :

· Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.

· Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum berjalan dengan
baik. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia.

· Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
tidak.
Terdapat dua cara yang sering dipergunakan untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara
penyelesaian masalah, yakni :

1) Lembaran pemeriksaan (check list) Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang
digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi.
Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:

· Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati

· Tetapkan jangka waktu pengamatan

· Lakukan perhitungan penyimpangan

2) Peta kontrol (control diagram) Peta kontrol adalah suatu peta / grafik yang
mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :

· Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum

· Tentukan prosentase penyimpangan

· Buat grafik penyimpangan

· Nilai grafik

4. Perbaikan ( Action )

Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja.


Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan
dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah
diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta
hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut,
laksanakan tindakan yang sesuai.

Jika Hasil penilaian pelaksanaan satu siklus ternyata berhasil mencapai tujuan
sebagaimana yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan menyusun saran. Pada umumnya
ada dua saran tindak lanjut yang dapat diajukan yaitu:
1. Mempertimbangkan dimasukannya cara penyelesaian masalah tersebut sebagai bagian
kegiatan rutin yang dilakukan oleh institusi kesehatan.

2. Menetapkan lagi masalah mutu lain dan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
untuk kemudian diikuti dengan menetapkan penyebab masalah serta pelaksanaan cara
penyelesaian masalah tersebut dengan mengikuti siklus PDCA.

Pada waktu menyelenggarakan kegiatan ini ada beberapa karakteristis yang perlu
diperhatikan, karakteristik yang dimaksud adalah:

o Berkesinambungan,artinya pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu


kali tetapi harus terus menerus.

o Sistematis,artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus mengikuti alur


kegiatan serta sasaran yang baku.

o Objektif, artinya pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu


menetapkan masalah, penyebab masalah dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh
berbagai pertimbangan lain kecuali atas dasar yang ditemukan.

o Terpadu,artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus terpadu dengan


pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

2. Lihat Sasaran Penilaian

a. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah suatu prosedur yang berencana, yang meliputi melihat,
mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang
ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Observasi yaitu mengamati pada saat
pelayanan. Observasi adalah suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis dan
sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-
kejadian yang langsung. Observasi merupakan pemantauan kegiatan dengan
pengumpulan atau pengkajian data secara rutin untuk memperoleh informasi tentang
seberapa jauh kemajuan kegiatan yang telah dicapai atau suatu proses pengumpulan dan
menganalisis informasi dari penerapan suatu program termasuk mengecek secara reguler
untuk melihat apakah kegiatan atau program itu berjalan sesuai rencana sehingga masal
yang dilihat atau ditemui dapat diatasi.

Ø Kelebihan observasi:
Dapat membandingkan apakah perkataan sesuai dengan tindakan. Peneliti dapat
mempelajari subjek yang tidak memberi kesempatan laporan lisan (verbal). Subjek
observasi bebas melakukan kegiatan. Dimungkinkan mengadakan pencatatan secara
serempak kepada sasaran penilaian yang lebih banyak.

Ø Kelemahan observasi :

1. Observasi tidak selamanya memungkinkan untuk suatu kejadian yang spontan, harus ada
persiapan.

2. Tidak bisa menentukan ukuran kuantitas terhadap variabel yang ada, karena hanya dapat
menghitung variabel yang kelihatan.

3. Sulit mendapatkan data terutama yang sifatnya rahasia dan memerlukan waktu yang
lama.

4. Apabila sasaran penilaian mengetahui bahwa mereka sedang diamati, mereka akan
dengan sengaja menimbulkan kesan-kesan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan, jadi sifatnya dibuat-buat.

5. Subyektifitas dari observer tidak dapat dihindari.

Instrumen Penilaian Mutu Dengan Observasi :

1. Daftar Tilik/Check List

Daftar alat berisi nama subyek dan beberapa hal/ciri yang akan diamati dari sasaran
pengamatan. Pengamat dapat memberi tanda cek (√) pada daftar tersebut yang
menunjukkan adanya ciri dari sasaran pengamatan. Daftar tilik terdiri dari 4
bagian,yaitu: daftar tilik pengamatan pelayanan, daftar tilik pengetahuan pasien, daftar
tilik pengetahuan petugas dan daftar tilik sarana esensial. Check list hanya dapat
menyajikan data yang kasar saja, hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.

2. Skala penilaian (rating scale)

Skala ini berupa daftar yang berisikan ciri-ciri tingkah laku yang dicatat secara
bertingkat. Rating scale ini dapat merupakan satu alat pengumpulan data untuk
menerangkan, menggolongkan dan menilai seseorang atau suatu gejala.

3. Alat-alat mekanik
Alat-alat ini antara lain: alat perekam, alat fotografis, film, tape recorder, kamera televisi,
dan sebagainya. Alat-alat tersebut setiap saat dapat diputar kembali untuk memungkinkan
mengadakan penilaian secara teliti.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana
peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari sasaran penelitian
(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)
Wawancara dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman. Kartono (1980: 171),
Interview (wawancara) suatu percakapan yg diarahkan pada suatu masalah, ini
merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadap-hadapan secara
fisik. Dalam proses interview terdapat 2 pihak dengan kedudukan yg berbeda. pertama
berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya berfungsi sebagai
pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau informan. Interviewer
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan (penjelasan), sambil menilai
jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi
jawaban interviewer dgn kata-kata lain), mengingat-ingat & mencatat jawaban-jawaban.
Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih lanjut dan berusaha
melakukan “probing” (rangsangan, dorongan). Beberapa jenis wawancara :

1. Wawancara terhadap Petugas

Pengamat melakukan wawancara terhadap petugas yang diamati untuk mengetahui


tingkat pengetahuan petugas yang bersangkutan tentang pelayanan yang telah dilakukan.

2. Wawancara terhadap Pasien

Dilakukan pula wawancara terhadap pasien yang diamati, sewaktu pasien akan
meninggalkan tempat pelayanan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien mengenai
bagaimana penanganan pelayanan misalnya : penyuluhan, kapan harus kembali atau cara
minum obat.

Dalam wawancara gunakan kata-kata kunci :

1) Mengapa

2) Dimana

3) Apa

4) Kapan
5) Siapa

6) Bagaimana

Ø Kelebihan wawancara

1. Flexibility

Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi saat itu.
Dan memungkinkan diberikan penjelasan kepada responden bila pertanyaan kurang
dimengerti.

2. Nonverbal behavior

Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, rasa tidak
suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.

3. Completeness

Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan secara
langsung.

4. Time of interview

Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan, dimana,
sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari rancangan yang sudah disusun Data yang
diperoleh dapat langsung diketahui objektifitasnya karena dilaksanakan secara tatap
muka.

Ø Kelemahan wawancara

a. Proses wawancara membutuhkan biaya dan tenaga yang besar.

b. Keberhasilan wawancara sangat tergantung kepandaian pewawancara dalam


menggali, mencatat, dan menafsirkan setiap jawaban.

c. Responden sulit menyembunyikan identitas dirinya, pewawancara bisa


dipandang mempunyai potensi yang bisa mengancam dirinya, sehingga jawaban
harus dilakukan ekstra hatihati, apalagi jika jawabannya direkam melalui pita
perekam.
Penilaian Mutu Dengan Wawancara Secara Spesifik Digunakan Pada:

1. Saat tim penjaga mutu melakukan validasi terhadap interpretasi data yang bertujuan
untuk mengatasi masalah mutu pelayanan kesehatan

2. Menilai alasan yang digunakan untuk melakukan tindakan

3. Menilai kemampuan terhadap perkembangan kasus pada mutu pelayanan kesehatan.

Instrumen Penilaian Mutu Dengan Wawancara Dapat berupa kuesioner yaitu daftar
pertanyaan yang sudah disusun dengan baik sehingga pewawancara dalam wawancara
dapat memberi jawaban atau Anda pada lembaran tersebut.

c. Dokumen

Dokumen sebuah tulisan yang memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas
dan informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai media
elektronik, melihat kelengkapan dokumen rekam medik, register, buku catatan.

Ø Tujuan Pendokumentasian

a) Sebagai sarana komunikasi antar petugas kesehatan

Dokumentasi dapat dibagikan diantara petugas kesehatan, hal ini penting jika dilakukan
rujukan untuk mengetahhui sejauh mana kondisi klinis klien dan asuhan yang diberikan
kepada klien, sehingga dapat dilakukan penanganan lebih lanjut.

b) Sebagai aspek financial ekonomi

Merupakan data untuk mengganti (penggantian biaya) yang wajar dan informsdi
penghematan biaya

c) Bermanfaat bagi penelitian

d) Sumber informasi statistik untuk standarisasi dan penelitian kesehatan

e) Mempunyai aspek legal


BAB III

PENUTUP

Ø Kesimpulan

Kegiatan penilaian mutu pelayanan kebidanan merupakan salah satu dari kegiatan
pelaksanaan dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan. Penilaian tersebut dapat
dilaksanakan dengan bermacam-macam cara seperti dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara
langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan
diteliti. Dalam metode observasi ini, instrumen yang dapat digunakan, antara lain :
lembar observasi, panduan pengamatan (observasi) atau lembar checklist. Dalam
mengobservasi sesuatu ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh Bidan, yaitu pengamatan
objektif dan penafsiran (interpretasi). Seorang Bidan yang tajam pengamatannya akan
memperhatikan bahwa ada beberapa ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan
nonverbal, antara apa yang di ucapkan dan apa yang dikerjakan.

Wawancara merupakan bagian penting dari pewawancara dalam melaksanakan tugas


pewawancara yaitu untuk memperoleh data yang relevan dari klien/keluarga/masyarakat.
Berdasarkan data itu pewawancara dapat menentukan masalah serta membantu klien
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang
harus dikerjakan oleh bidan setelah memberikan asuhan kepada pasien. Dokumentasi
merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien,
kegiatan asuhan kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.
Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis
pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan
dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan
koordinasi antar profesi (interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap
suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan


Kesehatan,

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Depkes.2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal dan


Neonatal. Yayasan Bina Pustaka :Jakarta

Sultina, Sarita. 2012. Kesehatan Masyarakat. Kendari: Poltekkes Kemenkes


Kendari.

Anda mungkin juga menyukai