Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Diharapkan mahasiswa mengerti dan memahami materi yang telah disampaikan yang
berjudul Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Indikator
Tujuan Pembelajarsn
1) Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR)
2) Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
3) Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Ekstrim Rendah (BBLER)
c. Etiologi
1) Faktor Iatrogenik (Indikasi Medis pada Ibu/ Janin)
Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini dengan seksio sesarea karena
alasan bahwa bayi lebih baik dirawat di bangsal anak dari pada dibiarkan
dalam rahim. Hal ini dilakukan dengan alasan ibu atau janin dalam
keadaan seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi dalam kehamilan
dan terjadi gangguan pertumbuhan intrauterin (Oxorn,2016).
2) Faktor Maternal
a. Umur ibu
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun.
Pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis
masih kurang, misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan
zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia 10 lebih dari
35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya tahan
tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.
b. Paritas ibu
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (Saifuddin, 2015). Paritas adalah jumlah janin dengan berat
badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun
mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan
lebih dari 24 minggu (Sumarah, 2015).
Macam paritas menurut Varney dibagi menjadi:
a) Primiparitas
Seorang wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk
pertama kali.
b) Multiparitas
Wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali
(sampai 5 kali atau lebih).
c. Trauma
Terjatuh, setelah berhubungan badan, terpukul pada perutatau
mempunyai luka bekas operasi/ pembedahan seperti bekas luka SC
merupakan trauma fisik pada ibu yang dapat mempengaruhi
kehamilan. Sedangkan trauma psikis yang dapat mempengaruhi
kehamilan ibu adalah stres atau terlalu banyak pikiran sehingga
kehamilan ibu terganggu. Ibu yang mengalami jatuh, terpukul pada
perut atau riwayat pembedahan seperti riwayat SC sebelumnya
(Oxorn, 2015)
d. Riwayat prematur sebelumnya
Persalinan prematur dapat terjadi pada ibu dengan riwayat
prematur sebelumnya. Menurut Oxorn risiko persalinan prematur
berulang bagi wanita yang persalinan pertamanya preterm, dapat
meningkat tiga kali lipat dibanding dengan wanita yang persalinan
pertamanya mencapai aterm.Riwayat prematur sebelumnya
merupakan ibu yang pernah mengalami persalinan prematur
sebelumnya pada kehamilan yang terdahulu.
e. Plasenta previa
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen
bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga
perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks . Plasenta
yang menutupi jalan lahir dapat menutupi seluruh osteum uteri
internum, sebagian atau tepi plasenta berada sekitar pinggir osteum
uteri internum (Wiknjosastro, 2017, p.365).
f. Hidramnion
Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban
lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang
persalinan sebalum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat
menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) pada bayi (Cunningham, 2016).
g. Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab
terjadinya kematian ibu dan janin. Hipertensi yang disertai dengan
protein urin yang meningkat dapat menyebabkan
preeklampsia/eklampsia. Preeklampsia-eklampsia dapat
mengakibatkan ibu mengalami komplikasi yang lebih parah, seperti
solusio plasenta, perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin dari ibu
yang mengalami preeklampsia-eklampsia meningkatkan risiko
terjadinya kelahiran prematur, terhambatnya pertumbuhan janin
dalam rahim (IUGR), dan hipoksia (Bobak, 2014).
h. Malnutrisi
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap
janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran
mati maupun kematian neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yangbaik
yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan
berat badan selama hamil (Varney, 2017).
3) Faktor Janin
1) Gemelli
Proses persalinan pada kehamilan ganda bukan multiplikasi
proses kelahiran bayi, melainkan multiplikasi dari risiko kehamilan
dan persalinan (Saifuddin, 2009). Persalinan pada kehamilan kembar
besar kemungkinan terjadi masalah seperti resusitasi neonatus,
prematuritas, perdarahan postpartum, malpresentasi kembar kedua,
atau perlunya seksio sesaria
2) Janin Mati Dalam Rahim (IUFD)
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin
dalam uterus yang beratnya 500 gram atau lebih dan usia kehamilan
telah mencapai 20 minggu atau lebih
3) Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelainan
dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan
4) Faktor Perilaku
1) Merokok
Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat
mengganggu pertumbuhan janin dan risiko terjadinya prematuritas
sangat tinggi
2) Minum alkohol
Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin
tidak baik sehingga kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada
ibu yang mengkonsumsi minuman beralkohol
Faktor Resiko Kelahiran Prematur
1) Resiko Demografik
a. Ras
b. Usia (<> 40 tahun)
c. Status sosio ekonomi rendah
d. Belum menikah
e. Tingkat pendidikan rendah
2) Resiko Medis
a. Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
b. Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau
elektif)
c. Anomali uterus
d. Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
e. Resiko kehamilan saat ini
3) Resiko Perilaku dan Lingkungan
a. Nutrisi buruk
b. Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
c. Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
d. Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
4) Faktor Resiko Potensial
a. Stres
b. Iritabilitas uterus
c. Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
d. Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
e. Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
f. Defisiensi progesterone
g. Infeksi
d. Tanda Dan Gejala
Tanda-tanda persalinan prematur, yaitu:
1) Kram seperti ketika datang bulan atau rasa sakit pada punggung.
2) Kram perut, dengan atau tanpa diare.
3) Kontraksi rahim yang teratur dengan jarak waktu sepuluh menit atau
kurang dan kontraksi ini tidak harus terasa sakit.
4) Rasa tertekan pada perut bagian bawah, terasa berat atau seperti bayi
yang mendorong kebawah.
5) keluar air atau cairan lainnya dari vagina.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Laboraturium
a. Pemeriksaan kultur urine
b. Pemeriksaan gas dan pH darah janin
c. Pemeriksaan darah tepi ibu
2) Amniosentesis
a. Hitung leokosit
b. Perwarnaan gram bakteri (+) pasti ammnionitis
c. Kultur
d. Kadar glukosa cairan amnion,
3) Pemeriksaan ultrasonografi
a. Oligohidramnion
Goulk dkk. (2015) mendapati hubungan antara oligohidramnion
dengan korioamnionitis klinis antepartum.
b. Penipisan serviks :
Lams dkk. (2016) mendapati bila ketebalan serviks <3cm (USG),
dapat dipastikan akan terjadi persalina preterm.
c. Kardiotokografi :
Kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi
f. Penatalaksanaan
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm akibat
amnionitis dan yang mengalami gejala persalinan preterm membakat harus
ditangani seksama untuk meningkatkan keluaran noenatal. Pada kasus-kasus
amnionitis yang tidak mungkin ditangani akspektatif, harus dilakukan
intervensi, yaitu dengan :
1) Akselerasi pematangan fungsi paru
2) Pemberian antibiotik
3) Pemberian tokolitik
a. Nifedin 10mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam.
Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.
b. Golongan beta – mimetik
1) Salbutamol
2) Per infus : 20 – 50
3) Per oral : 4 mg ,2- 4 kali/hari( maintenance)
g. Penanganan
Penanganan umum
1) Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu
2) Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi
Prinsip penanganan
3.Persalinan Postterm
a. Definisi
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan
lewat waktu ,kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, postdate/ post
datisme/ pasca maturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42
minggu(294 hari) atau lebih , dihitung dari hari pertama haid terakhir
menurut rumus naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (WHO 2015)
Persalinan postmatur adalah persalinan dari kehamilan yang melewati
294 hari atau 42 minggu. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan
perhitungn usia kehamilan denganrumus Naegele atau dengan penghitungan
tinggi fundus uteri
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan persalinan
postmatur/postdate/serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari
42 minggu.
b. Etiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah
a) Masalah Ibu
a. Teori Progesteron, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang (Rustam, 2015). Penurunan hormon progesteron
dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin
yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin , sehingga terjadinya
kehamilan dan persalinan postterm
b. Servik belum matang dan kecemasan ibu : pada kehamilan lewat waktu ,
otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan
psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba, 2015).
c. Teori oksitosin : pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang
kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor
penyebab kehamilan postterm. Pemakaian oksitosin untuk induksi
persalinan pada KLB (Kehamilan Lebih Bulan) atau Kehamilan
Serotinus secara fisiologis memegang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis.
Wanita hamil yang kurang pelepasan oksitosin dari neurohipofisis pada
kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab KLB atau
kehamilan serotinus.
1.Faktor hereditas : bilamana seorang ibu mengalami kehamilan
postterm saat melahirkan anak perempuan , maka besar
kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan
postterm
2.Insufisiensi plasenta
masalah pada plasenta yang mengakibatkan oksigenasi pada janin
terganggu yang menimbulkan hipoksia. Pemberian zat-zat makanan
kepada janin tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir
melaluiplasenta dan zat- zat yang diangkutnya.
b) Masalah bayi
a. Kelainan pertumbuhan janin : tekanan ganglion servikalis akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keaadaan dimana tidak ada
tekana pada fleksus ini, seperti kelainan letak , tali pusat pendek dan
bagian bawah masih tinggi semuanya diduga penyebab terjadinya
kehamilan post term
3.Oligohidramnion , jumlah cairan amnion dapat menjadi lebih sedikit
dari normal
c. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya
kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari
pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan
diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa
atau tidak tahu, hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan
USG dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin
dan jumlah air ketuban (Muchtar, 2016). Gerakan janin jarang ( secara
subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara objektif kurang dari 10x /
menit.
Menurut Achdiat (2016), umur kehamilan melewati 294 hari/ genap 42
minggu palpasi bagian –bagian janin lebih jelas karena berkurangnya air
ketuban. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan
pemeriksaan auskultasi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban
berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui
dengan pemeriksaan USG.
d. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sujiyatini dkk (2016), pemeriksaan penunjang yaitu USG
untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.
KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin. Penilaian warna air
ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah
reaktif atau tidak ada dan tes tekanan oksitosin). Pemeriksaan sitologi vagina
dengan indeks kariopiknotik
Menurut Mochtar (2015), pemeriksaan penunjang sangat penting
dilakukan, seperti pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya
berat badan, lingkaran perut dan jumlah air ketuban. Pemeriksaan yang
dilakukan seperti:
a. Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah persalinan
yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan
kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri,
mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran
diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
c. Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan setiap
kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.
d. Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air
ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air ketuban
bercampur mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin (Prawirohardjo,
2015).
e. Tanda Bayi Postmatur
Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
2) Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas
3) Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
4) Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
5) Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 2016)
e. Kuku-kuku panjang
f. Penatalaksanaan
Pengelolaan kehamilan lewat waktu diawali dari umur kehamilan 41
minggu disebabkan meningkatnya pengaruh buruk pada keadaan perinatal
setelah umur kehamilan 40 minggu dan meningkatnya insiden janin besar.
a. Pengelolaan persalinan :
a) Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan
tergantung dari derajat kematangan serviks.
b) Bila serviks matang (skor bishob > 5) dilakukan induksi persalinan
asal tidak ada janin besar. Jika janin > 4000 gram dilakukan secetio
saesaria.
c) Pemantauan intra partum dengan menggunakan KTG dan kehadiran
dokter spesialis anak, apalagi bila ditemukan mekonium mutlak
diperlukan.
d) Pada serviks belum matang (skor bishop <>
e) NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal,
kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan
seminggu 2 kali.
f) Bila ditemukan oligohidramnion (<>
g) Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes dnegan
kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif janin perlu
dilahirkan. CST begatif kehamilan dibiarkan berlangsung dan
penilaian dilakukan 3 hari lagi kemudian.
h) Keadaan serviks (ekor bishop) harus dinilai ulang setiap kunjungan
pasien dan kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.
i) Kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti DM,
Preeklamsia, kehamilan harus diakhiri tanpa harus memandang
keadaan serviks.
b. Pengelolaan Intrapartum
a) Pasien tidur miring sebelah kiri
b) Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
c) Berikan oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
d) Perhatikan jalannya persalinan
e) Segera setelah lahir bayi harus segera diperiksa terhadap
kemungkinan hipolikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi.
4.Distosia Bahu
a. Definisi
Distosia bahu adalah suatu keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu
anterior tidak dapat lewat dibawah simfisis pubis. Kondisi ini merupakan
kegawatdaruratan obstetric karena bayi dapat meninggal jika tidak segera
dilahirkan (World Health Organization, 2015).
a. Kelainan daya dorong ( ekspulsi) baik akibat gaya uterus yang yang
kurang kuat atau kurangnnya koordinasi untuk melakukan pendataran
dan dilatasi serviks ( disfungsi uterus), maupun kurangnya upaya otot
volunteer selama persalinan kala dua.
b. Kelainan tulang panggul ibu yaitu panggul sempit.
c. Kelainan presentasi, posisi atau perkembangan janin dan kelainan
jaringan lunak saluran reproduksi yang membentuk halangan bagi
turunnya janin.(Cunningham,Gary:2015).
Antonim bahasa Yunani untuk eutosia, atau persalinan normal adalah
distosia yang mennadakan persalinan yang abnormal atau sulit. Distosia
dapat terjadi akibat beberapa kelainan tertentu yang melibatkan
serviks,uterus,janin,tulang panggul ibu,atau obstruksi lain dijalan lahir.
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang,sulit atau
abnormal,yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan
lima faktor persalinan.(Bobak : 24).
Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior
macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam
panggul,atau bahu tersebut bisa leat promontorium,tetapi mendapat halangan
dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu merupakan
kejadian dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan.
Klasifikasi Ditosia :
a) Distosi karena kelainan bahu
b) Distosia karena kelainan tenaga
c) Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin
d) D istosia karena kelainan panggul
e) Distosia karena kelainan traktus genitalis ( Hanifah : 26).
b. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala dari distosia bahu adalah :
1. pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi.
Namun pada distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat
mengalami putar paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan
besar . begitu juga dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga
mengalami obesitas.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi keluar, fleksi lateral dan traksi tidak
berhasil melahirkan bahu.
4. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada divulva
5. Dagu tertarik dan menekan perineum
6. Tanda kepala kura kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap
perineum sehingga tampak masuk kembali kedalam vagina.
c. Etiologi
Secara umum, keadaan berikut yang dapat menyebabkan distosia bahu
adalah (Prawirohardjo :20)
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau
akibat upaya mengedan ibu (kekuatan atau power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir atau passage).
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan
posisi, bayi besar, dan jumlah bayi (penumpang atau passengers).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5. Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan demgan
pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya serta sistem pendukung.
Penyebab dari distosia ahu disebabkan oleh deformitas panggul. Kegagalan
bahu untuk melipat kedalam panggul (misalnya pada makrosomia) yang
disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara
sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat masuk kedalam panggul.
d. Faktor Resiko
Sejumlah karakteristik ibu, janin dan inpartum sering menyertai
distosia bahu. Beberapa faktor resiko pada ibu, termasuk obesitas,
multiparitas dan diabetes berpengaruh terhadap distosia bahu akibat
pengaruhnya pada peningkatan berat lahir. Hubungan antara kehamilan lewat
waktu dengan distosia bahu tampaknya disebabkan karena banyak janin terus
tumbuh seyelah usia 42 minggu. Penyulit inpartum yang dihubungkan
dengan distosia bahu adalah kelahiran dengan forceps tengah serta persalinan
kala satu dan kal dua yang memanjang (Smith dkk,15)
e. Penatalaksanaan
a. Tatalaksana Umum
a) Minta bantuan tenaga kesehatan lain untuk menolong persalinan dan
resusitasi neonates bila diperlukan. Bersiaplah juga untuk
kemungkinan perdarahan pascasalin atau robekan perineum setelah
tatalaksana.
b) Lakukan maneuver Mc Robert dalam posisi berbaring terlentang,
mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan
lututnya sejauh mungkin kea rah dadanya. Mintalah bantuan 2 orang
asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu kea rah dada.
c) Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan secara
simultan kearah lateral bawah pada daerah suprasimfisis untuk
membantu persalinan bahu
d) Dengan memakai sarung tangan yang telah didisenfeksi tingkat
tinggi, lakukan tarikan yang mantap dan terus menerus kea rah
aksial (searah tulang punggung janin) pada kepala janin untuk
menggerakkanbahu depan di bawah simfisis pubis.
f. Tatalaksana khusus
a. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan :
a) Buatlah episiotomy untuk member ruangan yang cukup untuk
memudahkan maneuver internal
b) Pakailah sarung tangan yang telah didisenfeksi tingkat tinggi,
masukkan tangan kedalam vagina pada sisi punggung bayi
c) Lakukan penekanan disisi posterior pada bahu posterior untuk
mengadduksikan bahu dan mengecilkan diameter bahu
d) Rotasikan bahu ke diameter oblik untuk membebaskan distosia
bahu
e) Jika diperlukan, lakukan juga penekanan pada sisi posterior
bahu anterior dan rotasikan bahu ke diameter oblik
b. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan
di atas :
a) Masukkan tangan kedalam vagina
b) Raih humerus dari lengan posterior, kemudian sembari
menjaga lengan tetap fleksi pada siku, pindahkan lengan
kearah dada. Raih pergelangan tangan bayi dan tarik lurus
kearah vagina. Maneuver ini akan memberikan ruangan untuk
bahu anterior agar dapat melewati bawah simfisi pubis.
c) Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu,
terdapat maneuver-manuver lain yang dapat dilakukan.(World
Health Organization, 2015)