Anda di halaman 1dari 206

PENDAHULUAN

Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis dan
komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di negara
berkembang. Persalinan yang terjadi di Indonesia masih di tingkat pelayanan primer dimana tingkat
keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum
memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan
ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong persalinan dilatih agar mampu mencegah atau
deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi; menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan
waktu, baik sebelum atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu dan
bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
Mata kuliah ini memberikan materi tentang asuhan kebidanan pada ibu dalam persalinan dengan
pendekatan manajemen kebidanan yang didasarkan pada konsep, sikap dan keterampilan serta hasil
evidence based. Pokok materi yang dibahas adalah konsep dasar persalinan, beberapa faktor yang
mempengaruhi persalinan, tahapan dalam persalinan, asuhan pada setiap kala persalinan, deteksi dini
komplikasi persalinan dan cara penanganannya, serta cara pendokumentasian asuhan masa persalinan.
Mata kuliah ini membahas konsep tentang asuhan persalinan sesuai dengan kewenangannya
pada ibu bersalin, baik di sarana pelayanan kesehatan ataupun di rumah sesuai dengan prasyarat, serta
kondisi pasien dan tanggap budaya. Materi yang dibahas meliputi anamnesa, pemeriksaan umum,
pemerikaan khusus kebidanan, pemeriksaan penunjang pada ibu bersalin, partograf dan masalah
potensial, serta kebutuhan akan tindakan segera (deteksi komplikasi ) yang terjadi pada saat
persalinan kala I, kala II, Kala III dan IV. Disamping itu, juga dibahas tentang penanganan awal kasus
kegawatdaruratan kebidanan pada kala I, II, III, IV, rujukan yang tepat pada kondisi kasus persalinan
dengan komplikasi dan kegawatdaruratan, komunikasi efektif, asuhan kebidanan dengan
memperhatikan aspek psikologi, sosial budaya, etika hukum dan perundang undangan, serta
kebutuhan gizi dalam asuhan dalam asuhan kebidanan pada masa persalinan.
Setelah mempelajari materi Bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar
persalinan. Secara khusus, mahasiswa diharapkan mampu mendiskripsikan konsep dasar persalinan
yang meliputi : pengertian persalinan, sebab-sebab mulainya persalinan, tahapan persalinan, tujuan
asuhan persalinan dan tanda-tanda persalinan. Disamping itu, mahasiswa diharapkan mampu
mendiskripsikan mekanisme persalinan Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV.
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian kejadian
pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).

Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :


1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan
yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali
dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai
dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan
berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawirohardjo, 2002).

A. Macam-macam Persalinan
1. Persalinan Spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan
lahir ibutersebut.
2. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau
dilakukan operasi Sectio Caesaria.
3. Persalinan Anjuran

4
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

B. Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan


1. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan
beratbadan kurang dari 500 gr.
2. Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan
beratbadan antara 500 gram dan 999 gram.
3. Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan
beratbadan antara 1000 gram dan 2499 gram.
4. Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan
beratbadan 2500 gram atau lebih.
5. Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.

C. Sebab Mulainya Persalinan


Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak faktor yang
memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang
dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot,
pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan mulainya
persalinan adalah sebagai berikut :
1. Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

5
Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive
terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu
2. Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan
estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga
oxitocin bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya
kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.
3. Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati
batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan
Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh,
pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan.
4. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal
ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.

D. Tujuan Asuhan Persalinan


Adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajad kesehatan yang tinggi
bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal dengan asuhan kebidanan persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan
sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

6
E. Tanda dan Gejala Persalinan

Untuk mendukung deskripsi tentang tanda dan gejala persalinan, akan dibahas materi sebagai
berikut :
1. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
a. Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya menjadi
lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit
lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
b. Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri
lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu
atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang
ibu untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.
c. False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his
pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton
Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
1) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
2) Tidak teratur
3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila dibawa
jalan malah sering berkurang
4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa cervix yang
tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapa
menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk
masing- masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada
primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.

7
e. Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam sebelum
persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya
kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh.
Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan
rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu
akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi panjang
dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan
muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.

2. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai
sifatsebagai berikut :
1. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin besar
4. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran,
penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan
darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai
dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair

8
darah terputus.

9
d. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal
ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan


berikut!
1) Jelaskan pengertian persalinan
2) Jelaskan tanda tanda persalinan

Petunjuk Jawaban Latihan

Cocokkan jawaban hasil diskusi anda dengan petunjuk di bawah ini :


1) Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dan berlangsung dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
2) Tanda tanda persalinan adalah adanya Lightening dan terjadinya his permulaan/his palsu)
dan tanda-tanda persalinan berupa penipisan dan pembukaan serviks (effacement dan
dilatasi serviks), kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), serta keluarnya lendir bercampur darah
(show) melalui vagina.

10
RINGKASAN

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, serta berlangsung dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Sebab-sebab mulainya persalinan berdasarkan teori adalah adanya penurunan kadar
progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin.
Tujuan Asuhan Persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan
dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan
aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Tanda-tanda persalinan itu terdiri dari tanda persalinan sudah dekat (adanya lightening
dan terjadinya his permulaan/his palsu) dan tanda-tanda persalinan (penipisan dan pembukaan
serviks (effacement dan dilatasi serviks), kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), serta keluarnya lendir bercampur darah
(show) melalui vagina.

EVALUASI
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Persalinan disebut juga dengan....
A. Proses pembukaan 1-10 cm
B. Proses yang terjadi setelah 2 jam persalinan
C. Proses mulai perut mulas sampai dengan bayi lahir
D. Proses pengeluaran plasenta sampai 2 jam persalinan
E. Proses pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu
2) Mulainya persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memegang peranan
penting. Di bawah ini faktor mana yang mempengaruhi mulainya persalinan….
A. Adanya sakit perut
B. Adanya penipisan servik
C. Masuknya nutrisi ibu pada saat bersalin
D. Adanya nyeri hebat yang dirasakan oleh ibu
E. Penurunan kadar progesterone (teori oxytosin)
11
3) Sinklitismus, asinklitismus, fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putar paksi luar,
merupakan mekanisme…
A. Penurunan kepala janin pada proses persalinan
B. Penekanan kepala janin pada servik
C. Penyesuaian diri janin dengan ibu
D. Terjadinya proses persalinan
E. Pengeluaran bayi dan plasenta
4) Dalam melakukan pertolongan persalinan, bidan harus mengetahui tahapan persalinan.
Turun dan masuknya kepala janin ke bidang PAP secara berurutan meliputi…
A. Sinklitismus, asinklitismus posterior, asinklitismus anterior
B. Sinklitismus, asinklitismus anterior, asinklitismus posterior
C. Asinklitismus anterior, sinklitismus, asinklitismus posterior
D. Asinklitismus posterior, sinklitismus, asinklitismus anterior
E. Asinklitismus anterior, asinklitismus posterior, sinklitismus
5) Diketahui ibu dalam masa persalinan. Saat dipimpin meneran oleh bidan, makatahapan
persalinan yang benar sesuai dengan teori adalah…
A. Sinklitismus, asinklitismus, putar paksi dalam, fleksi, ekstensi, putar paksi luar.
B. Sinklitismus, asinklitismus, fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putar paksi luar.
C. Ainklitismus, sinklitismus, putar paksi dalam, fleksi, ekstensi, putar paksi luar.
D. Asinklitismus, sinklitismus, fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putar paksi luar.
E. Asinklitismus, sinklitismus, putar paksi dalam, fleksi,ekstensi, putar paksi luar.
6) ujuan memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin adalah…
A. Melaksanakan 3 bersih dalam asuhan persalinan
B. Memelihara kesejahteraan ibu dan janin
C. Memenuhi standar asuhan persalinan
D. Mempercepat proses persalinan
E. Menunjukkan perhatian bidan
7) Tanda tanda persalinan adalah ...
A. Effacement dan dilatasi serviks yang lengkap.
B. Keluarnya lendir bercampur darah sShow) melalui vagina
C. Diameter meningkat dari 1 cm sampai dilatasi lengkap.
D. Kontraksi uterus frekuensi maksimal 2 kali dalam 10 menit
12
E. Adanya kontraksi uterus yang involuter.
8) Tanda tanda persalinan sudah dekat adalah ...
A. Adanya Lightening menjelang minggu ke 36
B. Penurunan kepala janin pada pintu atas panggul pada minggu ke 36
C. Adanya nyeri ringan yang tidak teratur
D. Adanya nyeri yang terus menerus di pinggang bawah
E. Rasa nyeri yang tetap walaupun beraktivitas
9) Pada saat ibu bersalin kebingungan dalam menghadapi proses persalinan maka sikap
bidan yang tepat adalah ...
A. Mendukung ibu dan keluarganya secara fisik dan emosional selama persalinan
dan kelahiran
B. Selalu memberitahukan pada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan, adanya
penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan
C. Mendampingi ibu setiap saat tanpa harus pendampingan keluarga
D. Memberikan asuhan yang akurat kepada ibu, dengan intervensi minimal, sesuai
dengan tahap persalinannya
E. Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi yang aman
10) Berdasarkan peristiwa di atas, maka diagnose yang tepat adalah…
A. G1P0A0 UK 38 minggu, janin tunggal, hidup intra uterine, letak kepala dengan
inpartu kala 1 fase laten
B. G1P0A0 UK 38 minggu, janin tunggal, hidup intra uterine, letak kepala, dengan
kontraksi Braxton hicks
C. G1P0A0 UK 38 minggu, janin tunggal, hidup intra uterine, letak kepala dengan
inpartu kala 1 fase laten
D. G1P0A0 UK 38 minggu, janin tunggal, hidup intra uterine, letak kepala dengan
inpartu kala 1 fase aktif

13
Kunci Jawaban

1) E
2) E
3) A
4) B
5) B
6) B
7) D
8) E
9) C
10) D

14
Topik 2
Lima Benang Merah dalam Persalinan dan Asuhan Sayang Ibu

1. Membuat Keputusan Klinik


Membuat keputusan meerupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah
dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan ini harus akurat,
komprehensif dan aman baik pasien dan keluarganya maupun petusa yang memberi
pertolongan.
Membuat keputusan klinik merupakan serangkaian proses dan metode yang sistematik
menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta di padukan dengan
kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence based), ketrampilan yang di
kembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan dinperlukan dalam upaya untuk
menyelesaikan masalah yang berfokus pada pasien (Varney, 2002).
Semua upaya di atas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan perilaku yang di harapakan
dari seorang yang memberikan asuhan dalam dalam menjalankan tugas dan pengalaman
ilmunya kepada pasien. Pengetahuan dan ketrampilan saja ternyata tidak dapat menjamin
asuhan atau pertolongan yang di berikan dapat memberikan hasil maksimal atau memenuhi
standar kualitas pelayanan dan harapan pasien apabila tidak di sertai dengan perilaku terpuji.
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :
a. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan Semua pihak yang
terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap langkah pembuatan keputusan klinik.
Dari data subyektif yang di peroroleh dari anamnesa. Data obyektif dari hasil pemeriksaan
fisik di peroleh melalui serangkain upaya sistematik dan terfokus. Validitas dan akurasi
data akan sangat membantu pemberi layanan untuk melakukan analisis dan pada akhirnya,
membuat keputusan klinik yan tepat. Data subyektif adalah infomasi yang di ceritakan ibu
tentang apa yang di rasakanya apa yang sedang di alami dan telah di alaminya. Data
subyektif juga meliputi informasi tambahan yang di ceritkan oleh para anggota keluarga
tentang status ibu, terutama jika hal tersebut dapat di telusuri untuk mengetahui penyebab
masalah atau kondisi kegawatan. Data Obyektif adalah informasi yang di kumpulkan
15
berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengamatan terhadap ibu.

b. Menginterpresetasikan data dan mengidentifikasi masalah


Setelah data di kumpulkan penolong persalinan melakukan analisis untuk membuat alur
algoritma suatu dignosa. Peralihan dari analisis data hingga dignosa yang linear
berlangsung secara terus menerus, serta di kaji ulang berdasarkan waktu, pengamatan, dan
pengumpulan data secara terus menerus.
Diagnosis di buat sesuai dengan istilah atau nomenklatur spesifik kebidanan yang
mengacu pada data utama, analisis data subyektif dan obyektif yang di peroleh. Diagnosa
menunjukan variasi kondisi yang berkisar di antara normal dan patologis.
c. Menetapkan diagnosa kerja atau merumuskan masalah
Proses membuat pilihan definitif setelah pertimbangkan berbagai pilihan lain dengan
kondisi yang hampir sama. Membuat satu diagnosis kerja diantara berbagai dignosis
banding. Rumusan masalah mungkin saja terkait langsung maupun tidak langsung
terhadap dignosis kerja tapi dapat juga masalah utama yang saling terkait dengan berbagai
masalah penyerta atau berbagai faktor lain yang konstribusi dalam terjadinya masalah
utama.
d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah
Bidan tidak hanya terampil membuat diagnosa bagi pasien yang di layani tetapi juga harus
mampu mendeteksi setiap situasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan
bayinya.
Untuk mengenali situasi tersebut, para bidan harus pandai membaca situasi klinik dan
budaya masyarakat setempat sehingga mereka tanggap dalam mengenali kebutuhan
terhadap tindakan segera sebagai langkah penyelamatan bagi ibu dan bayinya jiak suatu
gawat darurat terjadi selama atau setelah menolong persalinan.
e. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah
Upaya ini di kenal sebagi kesiapan menghadapi persalinan dan tanggap terhadap
komplikasi yang mungkin terjadi (birth preparations and complacation readines),
sehingga bidan mampu melakukan deteksi dini jika ada gangguan atau penyulit dalam
persalinan.

16
f. Melaksanakan asuhan / intervensi terpilih
Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin di buat kajian data obyektif dan
subyektif, identifikasi kebutuhan dan kesiapan asuhan atau intervensi efekstif dan
mengukur sumber daya atau kemampuan yang di miliki. Semua di lakukan agar ibu
bersalin dapat di tangani secara baik, terlindungi dari masalah atau penyulit yang dapat
menganngu upaya untuk menolong pasien, hasil pelayanan, kenyamanan dan keselamatan
ibu dan bayi nya.
g. Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intrevensi Rencana kerja yang telah
di kerjakan, akan di evaluasi untuk menilai tingkat efektivitasnya. Proses pengumpulan
data, membuat diagnosis, memilih intervensi, menilai kemampuan diri, melaksanakan
asuhan dan evaluasi. Asuhan yang efektif apabila masalah yang di hadapi dapat
diselesaikan atau membawa dampak yang menguntungkan terhadap diagnosis yang telah
di tegakan. Asuhan atau intervensi di anggap membawa dampak menguntungkan terhadap
diagnosis yang telah di tegakan. Bila asuhan atau intevensi tidak membawa hasil atau
dampak seperti yang di harapkan maka sebaiknya di lakukan kajian ulang dan penyusunan
kembali rencana asuhan sehingga pada akhirnya dapat memberi dampak seperti yang di
harapkan.

2. Asuhan sayang Ibu


Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang mengahargai budaya, kepercayaan, keinginan ibu.
Prinsisp dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa jika
para ibu di berikan dukungan saat proses persalinan dan mengetahui dengan baik bagaimana
proses persalinan serta asuhan yang akan di berikan, maka mereka meraskan rasa nyaman
(Enkin, Et al, 2000).
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
a. Panggil ibu sesuai dengan namamya, hargai dan perlakukan ibu sesuai dengan martabatnya
b. Jelaskan asuhan mulai proses dan asuhan yang akan di berikan
c. Jelaskan Proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuwatirnya
e. Dengarkan dan tanggapi rasa takut dan kekawatiran ibu

17
f. Berikan dukungan dan besarkan hatinya dan tetramkan hati ibu beserta keluarganya
g. Anjurkan ibu di temani suami atau kelurganya
h. Ajarkan kepada suami atau keluarga mengenai cara - cara bagaimana mereka dapat
mengurangi rasa nyeri dan memberikan dukungan saat menjelang persalinanya
i. Secara konsisten lakukan praktek - praktek yang dapat mencegah infeksi
j. Hargai privaci Ibu
k. Anjurkan ibu untuk melakukan berbagai macam posisi saat persalinan
l. Anjurkan ibu untuk makan minum selama dalam proses persalinan
m. Hargai dan perbolehkan praktik tradisional yang tidak merugikan pasien
n. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segara mungkin.
o. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah persalinan
p. Siapkan rencana rujukan (jika perlu)
q. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan

3. Praktek Pencegahan infeksi


Tindakan pencegahan infeski tidak terpisahkan dari komponen komponen lain dalam asuhan
selama persalinan dan kelahiran bayi,tindakan ini ahrus di siapkan di semua aspek asuhan
untuk melindungi ibu dan bayi, keluarga dan petugas. Sehingga dalam tatalaksana asuhan
persalinan salah satunya mengacu pada tata laksana pencegahan infeksi yang baik.
Definisi prosedur yang digunakan dalam pencegahn infeksi :
a. Asepsis atau tindakan aseptik
Semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh
dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Tehnik aseptik membuat prosedur lebih aman
untuk ibu, bayi baru lahir dan petugas dengan cara menurunkan jumlah atau
menghilangkan seluruh mikroorganisme pada kulit, jaringan hingga tingkat aman.
b. Antisepsis
Mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
c. Dekontaminasi
Tindakan yang di lakukan untuk memastikan petugas kesehatan dapat secara aman
menangani berbagai benda yang terkontaminasi darah/ cairan tubuh. Peralatan medis,
jaringan dan instrumen harus segara di dekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan
18
tubuh.
d. Mencuci dan membilas
Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan semua noda darah, caiaran tubuh atau
benda asing.
e. Desinfeksi
Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab
yang mencermari benda mati atau instrument.
f. Desinfeksi Tingkat Tinggi
Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan hampir semua dan atau instrumen.
g. Sterilisasi
Tindakan yang dilkukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk
endospora bakteri dari benda mati.

4. Manfaat dan cara pencacatan medik asuhan persalinan


Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena
memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang di
berikan selama proses persalinan. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganlisa
data yang telah di kumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan
membuat rencana asuhan.
5. Melakukan rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang
memiliki sarana lebih lengkap diharapkan dapat memberikan asuhan yang lebih tepat.

RANGKUMAN
Dalam asuhan persalinan normal harus memberikan asuhan yang komprehensif meliputi bio,
psiko, sosial dan spiritual di mana bidan memberikan asuhan secara lengkap dengan
memperhatikan lima benang merah.

EVALUASI
1. Sebutkan lima benang merah dalam asuhan persalinan?
2. Jelaskan pokok-pokok dalam asuhan persalinan?

19
Topik 3
Faktor-faktor Penyebab Kecemasan dalam Persalinan

1. Nyeri
Hampir semua wanita mengalami dan mersakan nyeri selama persalinan, tetapi
respon setiap wanita terhadap nyeri persalinan berbeda-beda. Nyeri adalah pengalaman
ang berbeda yang dirasakan seseorang (Reeder dan martin, 1997). Nyeri pada persalinan
kala I adalah perasaan sakit dan tidak nyaman yang dialami ibu sejak awal mulainya
persalinan sampai serviks berdilatasi maksimal (10 cm). Nyeri ini disebabkan oleh dilatasi
serviks, hipoksia otot uterus, iskemia korpus uteri, peregangan segmen bawah uterus dan
kompresi saraf di serviks (gangglionik servikalis). Subyektif nyeri ini dipengaruhi paritas,
ukuran dan posisi janin, tindakan medis, kecemasan, kelelahan, budaya dan mekanisme
koping, serta lingkungan (Reeder dan Martin, 2000).
Nyeri mengakibatkan stres karena stres dapat melepaskan katekolamin yang
mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke uterus sehingga uterus kekurangan oksigen.
Nyeri melibatkan dua komponen yaitu fisologis dan psikologis. Secara psikologis
pengurang nyeri akan menurunkan tekanan yang luar biasa bagi ibu dan bayinya. Ibu
mungkin akan menurunkan kesulitan untuk berinteraksi setelah lahir karena ia mengalami
kelelahan saat menghadapi nyeri persalinan. Peristiwa atau kesan yang tidak
menyenangkan saat melahirkan dapat mempengaruhi responnya terhadap aktivitas seksual
atau untuk melahirkan yang akan datang (Kinney dkk, 2000).

2. Keadaan Fisik
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah satu faktor yang menyebabkan
kecemasan. Seseorang yang menderita suatu penyakit akan mengalami kecemasan
dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita sakit (Carpenito, 2001). Seorang ibu
hamil dengan suatu penyakit yang menyertai kehamilannya, maka ibu tersebut akan lebih cemas
lagi karena kehamilan dan persalinan meskipun dianggap fisiologis, tetapi tetap berisiko terjadi
hal-hal psikologis.

20
3. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan
Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada dokter ahli kandungan, dokterumum,
dan bidan. Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah sebagai berikut:
a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan,persalinan dan nifas.
b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita ibu sedini mungkin
c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d. Memberikan nasehat- nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana,kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan, selain pemeriksaan
fisik, ibu akan mendapatkan informasi/pendidikan kesehatan tentang perawatan kehamilan
yang baik, persiapan menjelang persalinan baik fisik maupun psikis, serta informasi
mengenai proses persalinan yang akan dihadapi nanti. Dengan demikian, ibu diharapkan
dapat lebih siap dan lebih percaya diri dalam menghadapi prosses persalinan. Untuk itu
selama hamil hendaknya ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur ke petugas
kesehatan .
4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang suatu hal secara formal
maupun nonformal. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu. Ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,
2003). Selanjutnya dikatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
permanen dianut seseorang dibandingkan dengan perilaku yang biasa berlaku.
Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami kecemasan.
Ketidaktahuan tentang suatu hal yang dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan
krisis sehingga dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada ibu
dengan pengetahuan rendah mengenai proses persalinan, serta hal-hal yang akan dan harus
dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena
kurangnya informasi yang diperoleh.

21
5. Dukungan Lingkungan Sosial (Dukungan Suami)
Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian dari dukungan sosial.
Dukungan sosial secara psikologis dipandang sebagai hal yang kompleks. Wortmen dan
Dunkell Scheffer (dalam Abraham, 1997) menidentifikasikan beberapa jenis dukungan
meliputi ekspresi peranan positif, termasuk menunjukkan bahwa seseorang diperlukan
dengan penghargaan yang tinggi dan ekspresi persetujuan atau pemberitahuan tentang
ketepatan, keyakinan dan perasaan seseorang.
Dukungan keluarga, terutama suami saat ibu melahirkan sangat dibutuhkan seperti
kehadiran kelurga dan suami untuk mendampingi istri menjelang melahirkan atau suami
menyentuh tangan istri dengan penuh perasaan sehingga istri akan merasa lebih tenang
untuk menhadapi proses persalinan. Selain itu kata-kata yang mampu memotivasi dan
memberikan keyakinan pada ibu bahwa proses persalinan yang dijalani ibu akan
berlangsung dengan baik, sehingga ibu tidak perlu merasa cemas, tegang atau ketakutan
(Musbikin, 2005).
Sifat-sifat dukungan persalinan antara lain : sederhana, efektif, murah atau terjangkau, dan
berisiko rendah. Kemajuan persalinan bertambah baik dan menjadikan hasil persalinan
akan bertambah baik, sehingga dukungan persalinan akan bertambah baik. Dukungan
persalinan bertujuan untuk:
a. Mengurangi nyeri pada sumbernya
b. Memberi perangsang alternatif yang kuat untuk mengurangi sensasi
nyeri/menghambat rasa sakit
c. Mengurangi reaksi negatif emosional dan reaksi fisik wanita terhadap rasa sakit
6. Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan terjadi proses
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih baik dari individu, kelompok, dan
masyarakat yang lebih luas. Pendidikan sejalan dengan pengetahuan yaitu pengetahuan
adalah hasil tahu yang terjadi setelah penginderaan terhadap suatu obyek tertentu serta
pengetahuan/ kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmojo, 2003)
Menurut Raytone (dalam Maria, 2005) tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam
memberikan respons terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun luar. Seseorang
yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional

22
dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau yang tidak mempunyai
pendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian, pendidikan
yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.

a. Status Psikologis
Respons psikologis terhadap pengalaman persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi
oleh berbagai faktor, diantaranya faktor yang penting adalah latar belakang budaya wanita.
Orang-orang yang berasal dari latar belakang budaya berbeda mungkin memiliki keyakinan
yang berbeda tentang bagaimana seharusnya sikap wanita bersalin, keberadaan orang-orang
pendukung dan peran perawat. Misalnya dengan sentuhan bisa merupakan bentuk
perhatian yang berharga bagi ibu bersalin. Study kualitatif (Khazoyan et al, 1994)
menunjukkan wanita sangat menginginkan pasangannya menemani sepanjang persalinan
dan kelahiran, sebagai ungkapan cinta dan memperlihatkan pengertian dan kesabaran.
Persiapan kelahiran seringkali bervariasi dan secara dramatis dapat mempengaruhi
kemampuan koping wanita bersalin dan pasangannya. Dalam study klasik (Mercer,
Hackley, dan Bostrom, 1983) menemukan dukungan emosional pasangan selama
melahirkan merupakan prediktor utama terbentuknya persepsi yang positif terhadap
pengalaman. Kepercayaan diri maternal dalam koping terhadap persalinan telah terbukti
berhubungan dengan persepsinya tentang nyeri selama persalinan (Lowe, 1991).
Begitu juga harapan dapat mempengaruhi respons psikologis terhadap persalinan.
Heaman, Beaton, Gupton dan Sloan (1992) mengobservasi bahwa wanita dengan
kehamilan resiko tinggi mungkin lebih mengharapkan intervensi medis dan lebih sulit
mengatasi nyei persalian dan kelahiran dibandingkan wanita dengan kehamilan resiko
rendah. Bagi kedua kelompok wanita tersebut, kecemasan berhubungan secara negatif
dengan harapan melahirkan.
Dalam rangkaian study klasik yang terkenal, Lederman, et al (1978,1979) meneliti
hubungan antara faktor psikologis dalam variabel kehamilan dan persalinan seperti
epineprin plasma dan kemajuan persalinan. Kecemasan dalam persalinan dan epineprin
plasma berhubungan dengan pola denyut jantung janin dalam persalinan aktif (Lederman
et al, 1981). Lama persalinan berhubungan dengan kadar epineprin plasma dan
norepineprin pada multipara. Persalinan yang lebih lama dihubungkan dengan kadar
katekolamin yang lebih tinggi, yang berhubungan dengan ukuran kecemasan pasien
(Lederman, et al, 1985). Peneliti lain menemukan kesamaan bahwa wanita mengalami nyeri

23
yang sangat atau distres akan lebih mengalami persalinan yang tidak efisien (Wuitchik et
al, 1989)

b. Mengatasi Gangguan Psikologis Saat Persalinan


Fenomena psikologis yang menyertai persalinan itu bermacam-macam. Setiap wanita
memiliki disposisi kepribadian yang definitif dan mewarnai proses kelahiran bayinya.
Secara garis besar, mewarnai itu mengandung pengertian menonjolkan kepasifan atau
keaktifan pada saat kelahiran bayinya.
Keadaan emosional pada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh timbulnya rasa sakit dan
rasa tidak enak selama persalinan berlangsung, terutama bila ibu baru pertama kali akan
melahirkan yang pertama kali dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit. Alangkah
baiknya apabila ibu bersalin mengenal dengan baik keadaan ruang bersalin/rumah sakit
dari segi fasilitas pelayanan dan seluruh tenaga pelayanan yang ada. Usahakan agar ibu
bersalin tersebut berada dalam suasana yang hangat dan familier walaupun dirawat di
rumah sakit.
Peran bidan yang empati pada ibu bersalin sangat berarti, keluhan dan kebutuhan-
kebutuhan yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik. Penjelaan tentang
kemajuan persalinan harus dikerjakan secara baik sedemikian rupa agar ibu bersalin tidak
mengalami panik.
Peran suami yang sudah memahami proses persalinan bila berada di samping ibu yang
sedang bersalin sangat membantu kemantapan ibu dalam menghadapi rasa sakit dan takut
yang timbul. Pengurang rasa sakit (pain relief) dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik, emosional dan
psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses
persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan saat melewati proses
persalinan.
2) Metode pengurang rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk
dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko rendah,
membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat
sayang ibu.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri yang dialami diantaranya dengan
melakukan kompres panas atau dingin kemudian sentuhan dan pemijatan ringan dengan

24
remasan, pijatan melingkar yang halus dan ringan (pemijatan dalam kategori rangsangan
dan sentuhan ringan dan halus).

1. Kompres panas
Kompres dapat dilakukan dengan menggunakan handuk panas, silika gel yang telah
dipanaskan, kantong nasi panas atau botol yang telah diiisi air panas. Dapat juga langsung
dengan menggunakan shower air panas langsung pada bahu, perut atau punggung jika dia
merasa nyaman. Kompres panas dapat meningkatkan suhu lokal pada kulit sehingga
meningkatkan sirkulasi pada jaringan untuk proses metabolisme tubuh. Hal tersebut dapat
mengurangi spasme otot dan mengurangi nyeri
Indikasi pemberian kompres panas
Saat yang tepat pemberian kompres panas, yaitu saat ibu mengeluh sakit atau nyeri pada
daerah tertentu, saat ibu mengeluh adanya tanda - tanda ketegangan otot saat ibu mengeluh
ada perasaan tidak nyaman. Kompres panas tidak diberikan pada ibu dalam keadaan demam
dan disertai tanda - tanda peradangan lain, mengompres daerah yang mengalami
peradangan (ditandai dengan bengkak, panas, dan merah) dapat memperluas peradangan,
atau kompres panas tidak dilakukan jika petugas takut dengan kemungkinan terjadinya
demam akibat kompres hangat.
2. Kompres dingin
Cara pemberian kompres dingin adalah dengan meletakkan kompres dingin butiran es,
handuk basah dan dingin, sarung tanagn karet yang diisi dengan butiran es, botol plastik
dengan air es pada punggung atau perieum. Selain itu kompres dingin dapat digunakan pada
wajah ibu yang bengkak, tangan dan kaki serta dapat diletakkan pada anus untuk
mengurangi nyeri haemorrhoid pada kala II.
Kompres dingin sangat berguna untuk mengurangi ketegangan otot dan nyeri dengan
menekan spasme otot (lebih lama daripada kompres panas) serta memperlambat proses
penghantaran rasa sakit dari neuron ke organ. Kompres dingin juga mengurangi bengkak
dan mendinginkan kulit. Kompres dingin diberikan pada kondisi nyeri punggung, rasa
panas saat inpartu, hemoroid yang menimbulkan sakit. Setelah persalinan, kompres dingin
dapat digunakan pada perineum. Kompres dingin tidak diberikan pada saat ibu menggigil
atau jika ibu nengatakan tidak ada perubahan dengan kompres panas dan menimbulkan
iritasi.
3. Hidroterapi

25
Hidroterapi adalah jenis terapi yang menggunakan media air dengan suhunya tidak lebih
37 – 37,5 0 C untuk mengurangi rasa sakit, ketegangan otot, nyeri atau cemas pada beberapa
wanita.
Hidroterapi juga dapat mengurangi nyeri punggung dengan menggunakan teknik
tertentu, diantaranya sebagai berikut:
a. Hip Squeeze
Kedua tangan memberi tekanan pada otot gluteal (daerah bokong) bergerak ke atas.
Teknik ini mengurangi ketegangan pada sakro iliaka dan juga pada ligamentum.
b. Knee Press.
Dilakukan penekanan pada lutut dengan posisi duduk. Cara ini dapat mengurangi
nyeri punggung.
Beberapa teknik dukungan/pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukandengan
cara sebagai berikut:
a. Kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman dan
dorongan dari orang yang memberikan dukungan
b. Perubahan posisi dan pergerakan
c. Sentuhan dan massage
d. Counter pressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen
e. Pijatan ganda pada pinggul
f. Penekanan pada lutut
g. Kompres hangat dan kompres dingin
h. Berendam
i. Pengeluaran suara
j. Visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa)
k. Musik yang lembut dan menyenangkan ibu .

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan


berikut!
Laksanakan Identifikasi ibu bersalin yang mengalami gangguan psikologis pada ibu
bersalin yang datang ke bidan praktek mandir

26
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Kecemasan dan ketakutan
Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan sendiri. Ketakutan
tersebut berupa takut kalau bayinya akan lahir dengan cacat jasmaniah dan lahiriah, serta
ketakhayulan walaupun jaman ini kepercayaan pada ketakutan- ketakutan gaib selama
proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab secara biologis, anatomis, fisiologis
kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan-alasan patologis
atau sebab abnormalitas (keluarbiasaan). Tetapi masih ada perempuan yang diliputi rasa
ketakutan ketakhayulan.
2) Rasa tegang, takut, cemas dan konflik batin
Rasa tegang, takut, cemas dan konflik batin ini disebabkan oleh semakin membesarnya
janin dalam kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman
badan, tidak dapat tidur nyenyak, sering kesulitan bernafas dan macam- macam beban
jasmaniah lainnya diwaktu kehamilannya
3) Jengkel, tidak nyaman, gerah dan tidak sabar
Perasaan Jengkel, tidak nyaman, gerah dan tidak sabar sering timbul sehingga
menyebabkan harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya jadi terganggu. Ini
disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya kontraksi-
kontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara psikologis
selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban yang amat berat.
4) Takut, cemas, gelisah relasi calon ibu dengan calon bayi terpecah
Relasi ibu dengan calon anaknya terpecah, sehingga popularitas AKU-KAMU (aku
sebagai pribadi ibu dan kamu sebagai bayi) menjadi semakin jelas. Timbulah dualitas
perasaan yaitu:
a) Harapan cinta kasih
b) Impuls-impuls bermusuhan dan kebencian
5) Sikap bermusuhan terhadap bayinya
a) Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
b) Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
c) Belum mampu bertanggung jawab sebagi ibu
6) Ketakutan menghadapi kesakitan dan risiko bahaya melahirkan
a) Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa sebabsebab
yang jelas

27
b) Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar
c) Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
d) Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takikardi
7) Harapan terhadap jenis kelamin bayi yang dilahirkan
8) Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:
a) Takut mati
b) Trauma kelahiran
c) Perasaan bersalah
d) Ketakutan iriil

RINGKASAN

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis


dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi
menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan psikologis merupakan masalah yang kompleks, yang memerlukan adaptasi
terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses persalinan yang sedang terjadi. Konflikantara
keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma norma sosio kultural dan
persoalan saat persalinan dapat merupakan pencetus berbagai reaksi pikologis, mulai dari reaksi
emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberikan dampak terhadap pola kehidupan
sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) dapat mengurangi
gangguan psikologik yang terjadi.
Respon psikologis terhadap pengalaman persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya faktor yang penting adalah latar belakang budaya wanita. Orang -
orang yang berasal dari latar belakang budaya berbeda mungkin memiliki keyakinan yang
berbeda tentang bagaimana seharusnya sikap wanita bersalin, keberadaan orang- orang
pendukung dan peran perawat. Misalnya dengan sentuhan bisa merupakan bentuk perhatian
yang berharga bagi ibu bersalin. Study kualitatif (Khazoyan et al, 1994) menunjukkan wanita
sangat menginginkan pasangannya menemani sepanjang persalinan dan kelahiran, sebagai
ungkapan cinta dan memperlihatkan pengertian dan kesabaran.
Keadaan emosional pada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh timbulnya rasa sakit dan

28
rasa tidak enak selama persalinan berlangsung, terutama bila ibu baru pertama kali akan
melahirkan yang pertama kali dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit. Peran bidan yang
empati pada ibu bersalin sangat berarti, keluhan dan kebutuhan- kebutuhan yang timbul agar
mendapatkan tanggapan yang baik. Penjelasan tentang kemajuan persalinan harus dikerjakan
secara baik sedemikian rupa agar ibu bersalin tidak mengalami panik.

EVALUASI

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Perubahan psikologis yang tidak terjadi pada ibu bersalin kala I adalah…
A. Kecemasan dan ketakutan pada dosa/kesalahan
B. Timbulnya rasa tegang, ketakutan, ketakutan, kecemasan dan konfik batin
C. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi
D. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap.
2) Yang merupakan bentuk perubahan psikologis ibu bersalin di kala II adalah ...
A. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
B. Kecemasan dan ketakutan pada dosa/kesalahan
C. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi
D. Timbulnya rasa tegang, ketakutan, kecemasan dan konflik batin
3) Gejala fisik pada ibu bersalin yang sedang mengalami kecemasan adalah…
A. Ketegangan motorik yang berupa gemetar
B. Keluar keringat dingin, mual, pusing
C. Cemas, takut, khawatir
D. Sukar tidur, sabar tidak mudah tersinggung
4) Yang bukan merupakan faktor penyebab terjadinya kecemasan pada ibu bersalinadalah ...
A. Nyeri
B. Riwayat pemeriksaan kehamilan
C. Riwayat penyakit yang lalu
D. Keadaan Fisik
5) Sikap bermusuhan ibu bersalin terhadap janin yang dikandung pada masa persalinan
dapat berupa...
A. Keinginan untuk memiliki janin
B. Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim

29
C. Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
D. Ingin segera melahirkan
6) Beberapa teknik pendekatan untuk mengurangi rasa sakit saat persalin dengan cara
berikut ini, kecuali...
A. Sentuhan
B. Perubahan posisi
C. Counterpressur
D. Kompres hangat
7) Yang mempengaruhi ibu bersalin saat merespon terhadap sesuatu yang datang baikdari
dalam maupun luar adalah ...
A. Pendidikan
B. Pengetahuan
C. Pekerjaan
D. Budaya
8) Bentuk dukungan yang bisa merupakan prediktor utama terbentuknya persepsi
kenyamanan pada saat persalinan ...
A. Dukungan emosional
B. Dukungan sosial
C. Dukungan suami
D. Dukungan keluarga
9) Berikut ini merupakan upaya untuk mengurangi rasa nyeri persalinan kecuali...
A. Komprres hangat dingin
B. Berendam
C. Alunan Musik
D. Pemusatan perhatian
10) Hiperaktivitas saraf otonom dalam bentuk keringat berlebihan, jantung berdebar- debar, rasa
dingin di telapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil,
diare, muka merah/pucat, denyut nadi dan nafas cepat. Hal tersebut merupakan bentuk gejala
dari ...
A. Cemas
B. Stress
C. Shizoprenia
D. Depresi

30
Kunci Jawaban

1) D
2) A
3) D
4) D
5) D
6) B
7) A
8) C
9) D
10) B

31
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Presalinan

A. PASSAGE (PANGGUL IBU)

Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:


Bagian keras: tulang tulang panggul (rangka panggul)
Bagian lunak: otot-otot, jaringan- jaringan dan ligament-ligament

1. Jalan Lahir Keras (panggul)


Panggul dibentuk oleh empat buah tulang yaitu: 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri
dari os illium, os ischium dan os pubis, 1 tulang kelangkang (os sacrum), dan 1 tulang
tungging (os cocygis) .
a. Os ilium/tulang usus;
Ukurannya terbesar dibanding tulang lainnya. sebagai batas dinding atas dan belakang
panggul/pelvis. Pinggir atas os ilium yang tumpul dan menebal disebut crista iliaka. Bagian
terdepan Crista iliaka spina iliaka anterior posterior (SIAS) dan beberapa sentimeter
dibawahnya menonjol spina iliaka anterior inferior (SIAI). Bagian paling belakang dari crista
iliaka anterior os ischium terletak di bawah os ilium, pada bagian posterior superior (SIPI).
Lengkungan di bawah SIPI dinamakan incisura ischiadika mayor. Pada sisi dalam os ilium
merupakan batas antara panggul mayor dan panggul minor dinamakan incisura ischiadika
mayor. Pada sisi dalam os ilium merupakan batas antara panggul mayor dan panggul minor
dinamakan linia innominata/linia terminalis.
32
b. Os Ischium/tulang duduk;
Posisi os ischium di bawah os ilium, pada bagian belakang terdapat cuat duri dinamakan
spina ischiadika. Lengkung dibawah spina ischiadika dinamakan incisura ischiadika minor,
pada bagian bawah menebal, sebagai penopang tubuh saat duduk dinamakan tuber ischiadikum.
c. Os Pubis/tulang kemaluan:
Membentuk suatu lubang dengan os ischium yaitu foramen obturatorium, fungsi di dalam
persalinan belum diketahui secara pasti. Di atas foramen obturatorium dibatasi oleh sebuah
tangkai dari os pubis yang menghubungkan dengan os ischium disebut ramus superior osis
pubis. Pada ramus superior osis pubis kanan dan kiri terdapat tulang yangbersisir, dinamakan
pectin ossis pubis. Kedua ramus inferior ossis pubis membentuk sudut yang disebut arkus pubis.
Pada panggul wanita normal sudutnya tidak kurang dari 90o. Pada bagian atas os pubis terdapat
tonjolan yang dinamakan tuberkulum pubic.
d. Os Sacrum/tulang kelangkang
Bentuknya segitiga, dengan dasar segitiga di atas dan puncak segitiga pada ujung di
bawah: terdiri lima ruas yang bersatu, terletak diantara os coxae dan merupakan dinding
belakang panggul. Permukaan belakang pada bagian tengah terdapat cuat duri dinamakan crista
skralia. Permukaan depan membentuk cekungan disebut arcus sakralia yang melebar luas
panggul kecil/pelvis minor.
Dengan lumbal ke – 5 terdapat artikulasio lumbo cakralis. Bagian depan paling atas dari
tulang sacrum dinamakan promontorium, dimana bagian ini bila dapat teraba pada waktu
periksa dalam, berarti ada kesempitan panggul.
e. Os Cocsygis/tulang ekor
Dibentuk oleh 3 – 5 ruas tulang yang saling berhubungan dan berpadu dengan bentuk
segitiga. Pada kehamilan tahap akhir koksigeum dapat bergerak (kecuali jika struktur tersebut
patah).
Perhubungan tulang-tulang panggul: di depan panggul terdapat hubungan antara kedua
os pubis kanan dan kiri disebut simpisis pubis. Di belaka terdapat artikulasio artikulasio sakro-
iliaka yang menhubungkan os sacrum dan os ilium. Di bagian bawah panggul terdapat
artikulasio sakro koksigea yang menghubungkan os sacrum dengan os koksigis.
Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian:
1) Panggul palsu/false pelvis (pelvis mayor), yaitu bagian pintu atas panggul dan tidak
berkaitan dengan persalinan.

33
2) Pintu Atas Panggul (PAP): bagian anterior pintu atas panggul, yaitu batas atas panggul
sejati dibentuk oleh tepi atas tulang pubis. Bagian lateral dibentuk oleh linea iliopektenia,
yaitu sepanjang tulang inominata. Bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior tepi
atas sacrum dan promontorium sacrum.
3) Panggul sejati/ true pelvis (pelvis minor)
Bentuk pelvis menyerupai saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke depan. Pelvis
minor terdiri atas: pintu atas panggul (PAP) disebut pelvic inlet. Bidang tengah panggul
terdiri dari bidang luas dan bidang sempit panggul.
4) Rongga panggul
Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior (depan) pendek dan dinding
posterior jauh lebih cembung dan panjang. Rongga panggul melekat pada bagian posterior
simpisis pubis, ischium, sebagian ilium, sacrum dan koksigeum.
5) Pintu Bawah Panggul
Yaitu batas bawah panggul sejati. Struktur ini berbentuk lonjong agak menyerupaiintan,
di bagian anterior dibatasi oleh lengkung pubis, dibagian lateral oleh tuberosisitas iskium,
dan bagian posterior (belakang) oleh ujung koksigeum

f. Bidang Hodge
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan
persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher
(VT).
Adapun bidang hodge sebagai berikut:
1) Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP) yang dibentuk oleh
promontorium, artikulasio sakro iliaca, sayap sacrum, linia inominata, ramus
superior os pubis, dan tepi atas symfisis pubis.

34
2) Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis berhimpit dengan PAP (Hodge
I).
3) Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP (Hodge I)
4) Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

g. Ukuran-Ukuran Panggul
1) Panggul luar
a) Distansia spinarum: diameter antara dua spina iliaka anterior superior kanan
dankiri.: 24- 26 cm.
b) Distansia kristarum: diameter terbesar kedua crista iliaka kanan dan kiri:
28-30cm.
c) Distansia boudeloque atau konjugata eksterna: diameter antara lumbal ke-5
dengan tepi atas symfisis pubis 18-20 cm.
d) Ketiga distansia ini diukur dengan jangka panggul.
e) Lingkar panggul: jarak antara tepi atas symfisis pubis ke pertengahan antara
trokhanter dan spina iliaka anterior superior kemudian ke lumbal ke-5 kembali ke
sisi sebelahnya sampaai kembali ke tepi atas symfisis pubis. Diukur dengan
metlin, berukuran normal 80-90 cm.
2) Panggul dalam
a) Pintu atas panggul
(1) Konjugata vera atau diameter antero posterior (depan-belakang) yaitu
diameter antara promontorium dan tepi atas symfisis sebesar 11 cm. Cara
pengukuran dengan periksa dalam akan memperoleh konjugata diagonalis
yaitu jarak dari tepi bawah symfisis pubis ke promontorium (12,5 cm)
dikurangi 1,5-2 cm.

35
(2) Konjugata obstetrika adalah jarak antara promontorium dengan pertengahan
symfisis pubis.
(3) Diameter transversa (melintang), yaitu jarak terlebar antara ke dua linia
inominata sebesar 13 cm.
(4) Diameter oblik (miring): jarak antara artikulasio sakro iliaka dengan
tuberkulum pubikum sisi yang bersebelah sebesar 12 cm.
b) Bidang tengah panggul
(1) Bidang luas panggul, terbentuk dari titik tengah symfisis pertengahan
acetabulum dan ruas sacrum ke-2 dan ke-3. Merupakan bidang yang
mempunyai ukuran paling besar, tidak menimbulkan masalah dalam
mekanisme turunnya kepala. Diameter antero posterior 12,75 cm, diameter
transfersa 12,5 .
(2) Bidang sempit panggul, merupakan bidang yang berukuran kecil, terbentang
dari tepi bawah symfisis, spina ischiadika kanan dan kiri, dan 1- 2 cm dari
ujung bawah sacrum. Diameter antero-posterior sebesar 11,5 cm dan diameter
transversa sebesar 10 cm.
c) Pintu bawah panggul
(1) Terbentuk dari dua segitiga dengan alas yang sama, yaitu diameter tuber
ischiadikum. Ujung segitiga belakang pada ujung os sacrum, sedangkan ujung
segitiga depan arcus pubis.
(2) Diameter antero-posterior ukuran dari tepi bawah symfisis ke ujung
sacrum: 11,5 cm.
(3) Diameter transfersa: jarak antara tuber ischiadikum kanan dan kiri: 10,5 cm
(4) Diameter sagitalis posterior yaitu ukuran dari ujung sacrum ke pertengahan
ukuran transversa: 7,5 cm.

3) Inklinatio pelvis
Adalah kemiringan panggul, sudut yang terbentuk antara bidang semu. Pintu atas panggul
dengan garis lurus tanah sebesar 55-60 derajat.

36
4) Sumbu panggul
Sumbu secara klasik garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik sejenis di hodge II, III, dan
IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus sejajar dengan sacrum, untuk seterusnya
melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.

Diameter bidang pintu atas panggul tengah, pintu bawah dan sumbu jalan lahir
menentukan mungkin tidaknya persalinan pervaginam berlangsung dan bagaimana janin dapat
menuruni jalan lahir. Sudut sub pubis yang menunjukkan jenis lengkung pubis serta panjang
ramus pubis dan diameter intertuberositas, merupakan bagian terpenting. Karena pada tahap
awal janin harus melalui bagian bawah lengkung pubis maka sudut subpubisyang sempit
kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan lengkung yang bulat dan lebar.

h. Jenis Panggul Dasar


Jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut:
1) Ginekoid (tipe wanita klasik)
2) Android (mirip panggul pria)
3) Anthropoid (mirip panggul kera anthropoid)
4) Platipeloid (panggul pipih)

37
Perbandingan Tipe panggul
Bagian GINEKOID ANDROID ANTROPOID PLATIPELOID
(50%wanita) (23% wanita) (24% wanita) (3% wanita)
Pintu atas Sedikit lonjong Berbentuk hati Oval Sisi
atau sisi kiridan bersudut anteroposterior anteroposterior pipih,
kanan bulat lebih lebar kanan-kirilebar

Bentuk Bulat Hati Oval Pipih


Kedalaman Sedang Dalam Dalam Dangkal
Dinding tepi Lurus Konvergen Lurus Lurus
Spina Tumpul, agak Menonjol Menonjol, diameter Tumpul, terpisah
iskiadika jauh terpisah diameter interspinosa jauh
interspinosa seringkali sempit
sempit
Sakrum Dalam, Sedikit Sedikit melengkung Sedikit
melengkung melengkung, bagian melengkung
ujung sering
bengkok
Lengkung Lebar Sempit Sempit Lebar
subpubis

38
Model Pervaginam Sesaria Forsep/Spontan Spontan
persalinan Spontan Posisi Pervaginam Sulit dengan posisi
yang biasa oksipitoanterior jika menggunakan f oksipitoposterior
terjadi Orsep atau oksipito
anterior

Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi dari keempat bentuk klasik tersebut,
misalnya:
Jenis gineko-android
Jenis gineko-antropoid
Kombinasi lainnya ada 14 jenis
2. Bagian lunak panggul
a. Tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan ligamentum yang
menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul:
1. Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara os sacrum dan
ilium dinamakan ligamentum sacroiliaca posterior, bagian depan dinamakan
ligamentum sacro iliaca anterior.
2. Ligamentum yang menghubungkan os sacro tuber os sacrum dan spina ischium
dinamakan ligamentum sacro spinosum.
3. Ligamentum antara os sacrum dan os tuber iskhiadikum dinamakan ligamentum
sacro tuberosum.
4. Pada bagian bawah sebagai dasar pangggul. Diafragma pelvis terdiri dari bagian otot
disebut muskulus levator ani.
5. Bagian membrane disebut diafragma urogenetal.
6. Muskulus levator ani menyelubungi rectum, terdiri atas muskulus pubo coccygeus,
7. Musculus iliococcygeus dan muskulus ishio coccygeus.
8. Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada hiatus urogenetalis
yang merupakan celah berbentuk segitiga. Pada wanita sekat ini dibatasi sekat yang
menyelubungi pintu bawah panggul sebelah depan dan merupakan tempat keluarnya
urettra dan vagina.
9. Fungsi diafragma pelvis adalah untuk menjaga agar genetalia interna tetap pada
tempatnya. Bila muskulus ini menurun fungsinya, maka akan terjadi prolaps atau
turunnya alat genetalia interna.

39
Gambar . Pelvis dan Ligaments

b. Perineum
Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari:
1. Regio analis, sebelah belakang. Spincter ani eksterna yaitu muskulus yang
mengelilingi anus.
2. Regio urogenetalis terdiri atas muskulus bulbo cavernosus, ischiocavernosus dan
transversus perinei superficialis.

Gambar . Perineum

40
B. POWER/KEKUATAN

Power atau kekuatan terdiri dari:


1. Kontraksi Uterus
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot otot
perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.

Perbedaan his pendahuluan dan his persalinan


His pendahuluan His persalinan
Tidak teratur Teratur
Tidak nyeri Nyeri
Tidak pernah kuat Tambah kuat sering
Tidak ada pengaruh pada serviks Ada pengaruh pada serviks

a. Pengkajian his
1) Frekuensi: jumlah his dalam waktu tertentu
2) Durasi : lamanya kontraksi berlangsung dalam satu kontraksi
3) Intensitas: kekuatan kontraksi diukur dalam satuan mmhg dibedakan menjadi;
kuat, sedang dan lemah
4) Interval: masa relaksasi (diantara dua kontraksi)
5) Datangnya kontraksi: dibedakan menjadi; kadang-kadang, sering, teratur.
b. Cara mengukur kontraksi
1) Selama 10 menit
2) Contoh hasil pengukuran: 3x/10’/40-50”/kuat dan teratur.
c. Pengaruh his
1) Cerviks menipis (effacement)
2) Cerviks berdilatasi sehingga mengakibatkan janin turun.

41
Gambar . His

2. Tenaga mengejan
a. Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak
keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal.
b. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh
lebih kuat lagi.
c. Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu
menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan
diafragmanya kebawah.
d. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan
paling efektif sewaktu ada his.
e. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang
lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps
f. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding
rahim.

42
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan


berikut!
Diskusikan dengan kelompok kecil tentang faktor Passage dan Power yang dapat
mempengaruhi proses persalinan.

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Faktor Passage
Adalah faktor jalan lahir pada ibu yang bisa mempengaruhi persalinan. Adapun faktor
jalan lahir terdiri dari:
a) Bagian keras: tulang tulang panggul (rangka panggul)
b) Bagian lunak: otot-otot, jaringan- jaringan dan ligament-ligament
2) Faktor Power
Adalah kekuatan yang dapat mempengaruhi terjadinya persalinan .Adapun power yang
bisa mempengaruhi persalinan terdiri dari:
a) Kontraksi uterus: kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi kontraksi otot otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
b) Tenaga mengejan: suatu aktifitas yang dilakukan ibu yaitu mengejan seperti
waktu mengejan saat buang air besar dengan kekuatan yang jauh leih kuat sehingga
menyebabkan menutupnya glottis sehingga mengakibatkan kontraksi otot-otot perut
dan menekan diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil,
bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his. Tanpa tenaga
mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot
perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga
melahirkan placenta setelah placenta lepasdari dinding rahim.

RINGKASAN

Factor Passege dan power dapat mempengaruhi persalinan. Fektor Passege terdiri dari
jalan lahir keras (tulang-tulang panggul) dan jalan lahir lunak (otot dan ligamentum). Factor
Power terdiri dari His (kontraksi uterus) dan tenaga mengejan ibu.

43
EVALUASI
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Panggul keras dibentuk oleh 4 buah tulang yang terdiri dari …
A. 1 os coxae, 2 os sacrum, 1 os cocygis
B. 2 os cocxae, 1 os sacrum, 1os coccygis
C. 1 os cocxae, 1 os sacrum, 2 os coccygis
D. 1 os sacrum, 1 os coccygis, 2 os sacrum
2) Pintu atas panggul dibatasi oleh …
A. Spina ischiadika
B. Pelvis minor
C. Linia terminalais
D. Pelvis mayor
3) Pintu atas panggul dibatasi oleh …
A. Promontorium – sayap sacrum – linia inominata, ramus superior osis pubis
pinggir atas simpisis
B. Promontorium – spina iliaka anterior posterior – sayap sacrum - koksigis ramus
superior osis pubis
C. Promontorium – Krista iliaka - linia inominata – arkus pubis – spina iliaka
D. Promontorium – sayap sacrum – ujung os koksigis – ramus superior osis pubis
4) Pintu bawah panggul dibatasi oleh …
A. Simpisis dan arkus pubis
B. Linia terminalis
C. Spina iskhiadika
D. Sacrum dan os koksigis
5) Salah satu ukuran panggul yang normal untuk persalinan ialah …
A. Boudeloqe 10 cm
B. Distansia kristarum 22 cm
C. Distansia tuberum 8 cm
D. Lingkar panggul 80 cm
6) Pembagian panggul menurut Cadwell Molloy dimana pintu atas panggul agak lonjong dan
panjang diameter anterior posterior lebih besar dari diameter transversa yang disebut ...
A. Android

44
B. Ginocoid
C. Anthropoid
D. Platipeloid
7) Bidang yang terbentang setinggi pinggir bawah simfisis disebut …
A. Hodge I
B. Hodge II
C. Hodge III
D. Hodge IV
8) Panjang konjugata oblique adalah …
A. 10 cm
B. 11 cm
C. 12 cm
D. 13 cm
9) Ukuran ruang tengah panggul yang tersempit ukurannya adalah …
A. 11 cm
B. 11,5 x 11 cm
C. 13 x 12,5 cm
D. 14 x 13,5 cm
10) Ligamentum yang berfungsi menahan uterus dalam posisi antefleksi adalah …
A. Ligamentum latum
B. Ligamentum rotundum
C. Ligamentum kardinale
D. Ligamentum infudibulo pelvikum

45
Kunci Jawaban

1) B
2) C
3) A
4) A
5) D
6) C
7) B
8) D
9) B
10) B

46
C. PASSENGER/BUAH KEHAMILAN, PSIKOLOGIS, PENOLONG

1. Passenger/Buah kehamilan: janin, plasenta dan air ketuban

Gambar . Kepala janin

a. Presentasi Janin
1) Presentasi janin: bagian janin yang pertama kali memasuki PAP dan terus melalui
jalan lahir saat persalinan mencapai aterm.
2) Bagian presentasi: bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari
pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam
3) Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu,
presentasi muka, dll.
b. Presentasi Kepala

47
c. Letak Janin
1) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu
panjang (punggung) ibu.
2) Letak janin: memanjang, melintang, obliq/miring
3) Letak janin memanjang: letak kepala, letak bokong.
4) Sikap Janin
5) Sikap: hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang lain, hal ini sebagian
merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin
terhadap bentuk rongga rahim.
6) Sikap: Fleksi umum, punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi kearah sendi lutut,
tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan
tungkai.
d. Posisi Janin
Posisi: hubungan antara bagian presentasi (occiput, sacrum, mentum, sinsiput/puncak
kepala menengadah) yang merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap empat kuadran panggul ibu,
missal pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan
belakang.
e. Variasi Posisi Kepala
Letak belakang kepala (LBK) ditentukan dengan Indikator: ubun-ubun kecil (UUK)Variasi
posisi:
1) Ubun-ubun kecil kiri depan (uuk ki-dep)
2) Ubun-ubun kecil kiri belakang (uuk ki-bel)
3) Ubun-ubun kecil melintang kiri (uuk mel-ki)
4) Ubun-ubun kecil kanan depan (uuk ka-dep)
5) Ubun-ubun kecil kanan belakang (uuk ka-bel)
6) Ubun-ubun kecil melintang kanan (uuk mel-ka)
f. Presentasi Dahi
Letak dahi ditentukan dengan Indikator: teraba dahi dan ubun-ubun besar (UUB)
1) Variasi posisi:
2) Ubun-ubun besar kiri depan (uub ki-dep)
3) Ubun-ubun besar kiri belakang (uub ki-bel)

48
4) Ubun-ubun besar melintang kiri (uub mel-ki)
5) Ubun-ubun besar kanan depan (uub ka-dep)
6) Ubun-ubun besar kanan belakang (uub ka-bel)
7) Ubun-ubun besar melintang kanan (uub mel-ka)
g. Presentasi Muka
Letak muka ditentukan dengan Indikator: dagu (mento). Variasi posisi:
1) Dagu kiri depan (da ki-dep)
2) Dagu kiri belakang (da ki-bel)
3) Dagu melintang kiri (da mel-ki)
4) Dagu kanan depan (da ka-dep)
5) Dagu kanan belakang (da ka-bel)
6) Dagu melintang kanan (da mel-ka)
h. Presentasi Bokong
Letak bokong ditentukan dengan Indikator: sacrum. Variasi posisi:
1) Sacrum kiri depan (sa ki-dep)
2) Sacrum kanan depan (sa ka-dep)
3) Sacrum kanan belakang (sa ka-bel)
4) Sacrum melintang kanan (sa mel-ka)
i. Presentasi Vertex (Oksipito Anterior)

Oksipito Anterior Kanan Oksipito Anterior Kiri

Gambar . Presentasi vertex

49
j. Presentasi Muka

Mento anterior kanan Mento posterior kanan

Gambar . Presentasi muka

k. Plasenta (Uri)
Plasenta: adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi kelahiran janin, yang
berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15- 20 cm, tebal 2-3 cm, berat plasenta 500 -
600 gram. Letak plasenta yang normal: pada korpus uteri bagian depan atau bagian
belakang agak ke arah fundus uteri. Bagian plasenta: permukaan maternal, permukaan
fetal,selaput ketuban, tali pusat.
Variasi anatomi plasenta :
1) Plasenta suksenturiata
2) Plasenta sirkumvalata insersi lateralis
3) Insersi battledore tali pusat insersi marginalis
4) Insersi velamentosa
5) Plasenta bipartite
6) Plasenta tripartite

50
l. Air ketuban
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc. Ciri-ciri air
ketuban: berwarna putih keruh, berbau amis dan berasa manis, reaksinya agak alkalis dan
netral, dengan berat jenis 1,008.
Komposisi: terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam uric, kreatinin, sel-sel epitel,
rambut lanugo, verniks caseosa, dan garam organic. Kadar protein kira-kira 2,6% gramper
liter, terutama albumin.
m. Fungsi air ketuban
Pada persalinan: selama selaput ketuban tetap utuh, cairan amnion/air ketuban melindungi
plasenta dan tali pusat dari tekanan kontraksi uterus. Cairan ketuban juga membantu
penipisan dan dilatasi cerviks.

2. Psikologis
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan keluarganya.
Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional wanita) dalam menghadapi
persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang akan menolong persalinan.
Perasaan cemas, khawatir akan mempengaruhi hormone stress yang akan
mengakibatkan komplikasi persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak ada catatan yang
menyebutkan mengenai hormone stress terhadap fungsi uteri, juga tidak ada catatan
mengenai hubungan antara kecemasan ibu, pengaruh lingkungan, hormone stress dan
komplikasi persalinan.
Namun demikian seseorang penolong persalinan harus memperhatikan keadaan psikologis
ibu yang akan melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh terhadap
persalinan dan kelahiran.

3. Penolong
Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu. Asuhan sayang
ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa
prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dankeluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika
para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta
mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,
mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al,2000).

51
Disebutkan pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan
vakum, cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin, et al,
2000).
Prisip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan adalah:
a. Rawat ibu dengan penuh hormat.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati pengetahuan dan
pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa mendengar sama pentingnya dengan
memberikan nasihat.
c. Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta sopan.
d. Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
e. Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda melakukannya serta
meminta izin dahulu.
f. Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada siapa saja yang ia
inginkan untuk berbagi informasi ini.
g. Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai dan tersedia
bersama ibu.
h. Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama persalinan,
kelahiran dan pasca salin.
i. Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan selama persalinan dan
kelahiran.
j. Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu (episiotomy,
pencukuran dan enema).
k. Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding and attachment).

52
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan


berikut!
Diskusikan dengan kelompok kecil tentang Passenger/Buah Kehamilan, Psikologis, dan
Penolong dapat mempengaruhi persalinan.

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Passenger adalah buah kehamilan/janin yang dikandung ibu dapat mempengaruhi


persalinan. Pada passenger yang mempengaruhi adalah:
a) Kepala janin/presentasi kepala janin
b) Letak/posisi janin
c) Keadaan plasenta
d) Keadaan air ketuban

2) Psikologis adalah keadaan yang sedang dialami ibu menjelang persalinan. Perasaan
cemas, khawatir akan mempengaruhi hormone stress yang akan mengakibatkan
komplikasi persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak ada catatan yang menyebutkan
mengenai hormone stress terhadap fungsi uteri, juga tidak ada catatan mengenai hubungan
antara kecemasan ibu, pengaruh lingkungan, hormone stress dan komplikasi persalinan.
Namun demikian seseorang penolong persalinan harus memperhatikan keadaan
psikologis ibu yang akan melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh
terhadap persalinan dan kelahiran.

3) Penolong adalah seseorang akan membantu menolong persalinan. Seorang penolong


persalinan memerlukan kesiapan dengan menerapkan asuhan persalinan yang sayang ibu,
yang tentunya disesuaikan dengan budaya dan ke penolong persalinan perlu kesiapan, dan
menerapkan asuhan saying ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan ibu.

53
RINGKASAN
Faktor Passenger/Buah Kehamilan, Psikologis, dan Penolong dapat mempengaruhi
persalinan.
1) Faktor Passenger/Buah Kehamilan: janin, plasenta dan air ketuban.
2) Faktor psikologis: Perasaan cemas, khawatir akan mempengaruhi hormone stress yang
akan mengakibatkan komplikasi persalinan.
3) Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan saying ibu. Asuhan sayang
ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.

EVALUASI
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Panggul keras dibentuk oleh 4 buah tulang yang terdiri dari …
A. 1 os coxae, 2 os sacrum, 1 os cocygis
B. 2 os cocxae, 1 os sacrum, 1os coccygis
C. 1 os cocxae, 1 os sacrum, 2 os coccygis
D. 1 os sacrum, 1 os coccygis, 2 os sacrum
2) Pintu atas panggul dibatasi oleh …
A. Spina ischiadika
B. Pelvis minor
C. Linia terminalis
D. Pelvis mayor
3) Pembagian panggul menurut Cadwell Molloy dimana pintu atas panggul agak lonjong
dan panjang diameter anterior posterior lebih besar dari diameter transversa disebut…
A. Android
B. Ginocoid
C. Anthropoid
D. Platipeloid
4) Bidang yang terbentang setinggi pinggir bawah simfisis disebut …
A. Hodge I
B. Hodge II
C. Hodge III
D. Hodge IV

54
5) Panjang konjugata oblique adalah …
A. 10 cm
B. 11 cm
C. 12 cm
D. 13 cm
6) Ukuran ruang tengah panggul yang tersempit ukurannya adalah …
A. 11 x 10 cm
B. 13 x 12,5 cm
C. 11,5 x 11 cm
D. 14 x 13,5 cm
7) Ligamentum yang berfungsi menahan uterus dalam posisi antefleksi adalah …
A. ligamentum latum
B. ligmentum rotundum
C. ligamentum krdianale
D. ligamentum infudibulo pelvikum
8) Posisi kepala terhadap jalan lahir : letak belakang kepala, letak puncak kepala, letak
muka, letak dahi. Indikator letak belakang kepala adalah …
A. Ubun-ubun besar
B. Puncak kepala
C. Ubun-ubun kecil
D. Tulang belakang
9) Indikator presentasi muka adalah …
A. Teraba dagu
B. Teraba sacrum
C. Teraba puncak kepala/sinsiput
D. Teraba dahi dan ubun ubun besar
10) Letak plasenta yang normal di uterus adalah …
A. Pada isthmus uteri didepan atau di belakang
B. Pada tanduk rahim didepan atau di belakang
C. Pada serviks uteri didepan atau di belakang
D. Pada korpus uteri bagian depan atau bagian belakang agak kearah fundus uteri.

55
Kunci Jawaban

1) C
2) D
3) B
4) B
5) B
6) A
7) C
8) D
9) D
10) A

56
Topik 5
Topik 4
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Presalinan

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala I


1. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Persalinan
1) Perubahan fisiologis pada persalinan
a. Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik
rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan distolikrata-rata 5-10 mmHg.
Tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi
bila terjadi kontraksi.
b. Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik
akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh
kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang
meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan,
kardiak output dan kehilangan cairan.
c. Perubahan suhu badan
Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 C. Suhu badan yang naik
sedikit merupakan keadaan yang wajar, namun bila keadaan ini berlangsung lama,
kenaikan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus
dilakukan antara lain selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena hal ini bisa
merupakan tanda infeksi.
d. Denyut jantung
Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun
normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi.
e. Pernafasan
Kenaikan pernafasan ini desebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran
serta penggunaan tekhnik pernafasan yang tidak benar.
f. Perubahan renal
57
Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardiak output
yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomelurus serta aliran plasma
ke renal. Kandung kemih harus selalu dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan
agar tidak menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada
kandung kemih serta menghindari retensi uri selama melahirkan.
g. Perubahan gastrointestinal
Lambung yang penuh akan menimbulkan ketidaknyamanan, oleh sebab itu ibu
tidak dianjurkan untuk makan atau minum terlalu berlebihan, tetapi makan dan
minum yang cukup untuk mempertahankan energi dan menghindari dehidrasi.
h. Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke
tingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi
kehilangan terlalu banyak darah selama persalinan.
i. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan
penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon
oksitosin.
j. Pembentukan segmen atas rehim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot
yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan
memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai ishmus uteri.
Segmen Bawah Rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishmus
dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini terdapat
otot yang melingkar dan memanjang.
k. Perkembangan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam keadaan
persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada persalinan abnomal,
karena kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi ring akan tampak sebagai garis
atau batas yang menonjol diatas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman
ruptur uterus.
l. Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium Uteri Internum (OUI)
58
ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi
bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis servikalis
membesar dan atas dan membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagai ujung
dan bentuknya menjadi sempit.
m. Pembukaan ostium uteri interna dan ostium uteri eksterna
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena otot
yang melingkar di ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan
uteri tidak saja karena penarikan SAR akan tetapi juga karena tekanan isi uterus
yaitu kepala dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri
internum terbuka lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat
persalinan terjadi. Sedangkan pada multigravida ostium uteri internum dan
eksternum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan terjadi.
n. Show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terjadi dan sedikit lendir yang
becampur darah, lendir ini berasal dari eksturksi lendir yang menyumbat canalis
servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal dari desidua vera yang
lepas.
o. Tonjolan kantong ketuban
Tonjonlan kantong ketuban ini desebabkan oleh adanya regangan SAR yang
menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus, dengan
adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi cairan yang menonjol ke
ostium uteri internum yang terbuka. Cairan ini terbagi menjadi dua yaitu fare
water dan hind water yang berfungsi untuk melindungi selaput amnion agar
tidak terlepas seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke cairan sama dengan
tekanan ke uterus sehingga akan timbul generasi floud presur. Bila selaput
ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar, sehingga plasenta akan
tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta terganggu. Hal ini akan
menyebabkan uterus kekurangan oksigen.
p. Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi,
ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin yang menyebabkan
kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses kelahiran bayi.
59
2) Perubahan Psikologi
Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun psikologis. Begitu
juga pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi
pada setiap orang, namun ia memerlukan bimbingan dari keluarga dan
penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang terjadi selama
persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis selama persalinan
perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendamping atau penolong persalinan.
Perubahan psikologis pada kala satu
Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama bagi ibu yang
pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan yang dimaksud adalah :
a. Perasaan tidak enak.
b. Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
c. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain
apakah persalinan akan berjalan normal.
d. Menganggap perslainan sebagai cobaan.
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya.
f. Apakah bayinya normal atau tidak.
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya.
h. Ibu merasa cemas.
2. Manejeman Kala Satu
a. Mengidentifikasi masalah
Bidan melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang ditemukan.
b. Mengkaji riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan meliputi: riwayat kesehatan sekarang dan mulai his, ketuban,
perdarahan pervaginam bila ada. Riwayat kesehatan saat kehamilan ini, meliputi
riwayat ANC, keluhan selama hamil, penyakit selama hamil. Riwayat kesehatan
masa lalu bila ada.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ibu meliputi, keadaan umum, pemeriksaan head to toe, vaginal
60
toucher.
d. Pemeriksaan janin.
Kesejahteraan janin diperiksa DJJ ( denyut jantung janin) meliputi frekuensi,
irama, dan intesitas.
e. Menilai data dan membuat diagnosa.
Diagnosa dirumuskan berdasar data yang ditemukan.
f. Menilai kemajuan persalinan.
Kemajuan persalinan dinilai dan pemeriksaan fisik dan vaginal toucher.
g. Membuat rencana asuhan kebidanan kala I.

3. Penggunaan partograf
Partograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik
ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil
keputusan klinik khususnya pada persalinan kala satu.
1) Kegunaan Partograf

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan memeriksa


pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, dengan
demikian dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Hal ini merupakan bagian terpenting dari proses pengambilan keputusan
klinik persalinan kala I.
2) Bagian-bagian partograf
a) Kemajuan persalinan.
 Pembukaan serviks.
 Turunnya bagian terendah dan kepala janin.
 Kontraksi uterus.
b) Kondisi Janin.
 Denyut jantung janin.
 Warna dan volume air ketuban.

61
 Moulase kepala janin.
c) Kondisi ibu.
 Tekanan darah, nadi dan suhu badan.
 Volume urine.
 Obat dan cairan.
3) Cara mencatat temuan pada partograf
Observasi dimulai sejak ibu datang, apabila ibu datang masih dalam fase laten,
maka hasil observasi ditulis di lembar observasi bukan pada partograf. Karena
partograf dipakai setelah ibu masuk fase aktif yang meliputi :
a) Indentifikasi ibu
Lengkapi bagian awal atau bagian atas lembar partograf secara teliti pada saat
mulai asuhan persalinan yang meliputi Nama, Umur, Gravida, Para, Abortus,
Nomor Rekam Medis/Nomor Klinik, Tanggal dan waktu mulai dirawat,
Waktu pecahnya ketuban.
b) Kondisi janin
Kolom lajur dan skala angka pada partograf bagian atas adalah untuk
pencatatan.
 Denyut jantung janin
DJJ dinilai setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis
tebal angka 180 dan 100, nilai normal sekitar 120 s/d 160, apabila
ditemukan DJJ dibawah 120 dan diatas 160, maka penolong harus
waspada.
 Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dengan
menggunakan lambang sebagai berikut:
U : Jika ketuban Utuh belum pecah.
J : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Jernih.
M : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
dengan Mekoneum.
D : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

62
dengan Darah.
K : Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Kering.

 Penyusupan/ moulase kepala janin


Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan kepala janin
dengan menggunakan lambang sebagai berikut:
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat diraba.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi
masih dapat dipisahkan.
3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
c) Kemajuan persalinan
 Dilatasi serviks
Pada kolom dan lajur kedua dari partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera pada tepi kolom kiri
adalah besarnya dilatasi serviks. Kotak diatasnya menunjukkan
penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Pada pertama kali menulis
pembesaran dilatasi serviks harus ditulis tepat pada garis waspada.
Cara pencatatannya dengan memberi tanda silang (X) pada garis
waspada sesuai hasil pemeriksaan dalam/ VT. Hasil pemeriksaan
dalam/ VT selanjutnya dituliskan sesuai dengan waktu pemeriksaan
dan dihubungkan dengan garis lurus dengan hasil sebelumnya.
Apabila dilatasi serviks melewati garis waspada, perlu diperhatikan
apa penyebabnya dan penolong harus menyiapkan ibu untuk
dirujuk.
 Penurunan bagian terendah janin
Skala 0 s/d 5 pada garis tepi sebelah kiri keatas, juga
menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin kedalam
panggul. Dibawah lajur kotak dilatasi serviks dan penurunan kepala

63
menunjukkan waktu/ jam dimulainya fase aktif, tertera kotak-kotak
untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan fase aktif dimulai,
setiap kotak menunjukkan 30 menit.
Pendokumentasian kontraksi uterus lurus segaris pembukaan
serviks mulai dicatat dalam partograf.
 Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus
tersedia lajur kotak untuk mencatat obat-obatan dan cairan
yang diberikan.
 Kondisi ibu
Bagian akhir pada lembar partograf berkaitan dengan
kondisi ibu yang meliputi: Nadi, tekanan darah, temperatur
tubuh, urine (volume, aceton, dan protein).
Catatan:
Sebelum masuk fase aktif, hasil pemeriksaan ditulis
dilembar observasi, karena partograf diisi setelah ibu masuk
fase aktif. Asuhan, pengawasan dan keputusan klinik setelah
bayi lahir ditulis dalam kolom yang tersedia atau dalam catatan
kemajuan persalinan disebaliknya lembar partograf.
4. Dukungan persalinan
Dukungan selama persalinan meliputi:
a) Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah membantu ibu dan pasangan merasa
nyaman sikap para staff sangatlah penting dibandingkan visit ruangan.
b) Teman yang mendukung
Bidan harus menjadi teman yang mendukung bersama dengan keluarga, bidan
diharapkan terampil dan peka serta berfungsi untuk mengembangkan hubungan
dengan wanita asuhan nya dan keluarga.
c) Mobilitas
Diusahakan ibu didorong untuk tetap tegar dan bergerak, persalinan akan berjalan
lebih cepat dan ibu merasa dapat menguasai keadaan, ibu didorong untuk berusaha

64
berjalan bila memungkinkan dan merubah posisi tidur miring kiri, jongkong, atau
merangkak.

65
d) Memberi informasi
Ibu dan keluarga diberikan informasi tentang selengkapnya kemajuan persalinan
dan semua perkembang selama persalinan. Setiap intervensi harus dijelaskan. Ibu
harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan klinis.
e) Teknik Relaksasi
Diharapkan saat ANC ibu sudah mendapatkan informasi tentang teknik relaksasi
apabila belum pernah maka harus diajarkan saat inpartu, terutama saat teknik
bernafas.
f) Percakapan
Pada masa inpartu ibu membutuhkan sikap akrab dan simpatik. Saat kontraksi ibu
akan memerlukan konsentrasi penuh semua emosi dan fisik dikerahkan dan akan
menutup semua pembicaraan. Saat kontraksi sentuhan ekspresi wajah dari orang
orang sekita sangatlah dibutuhkan.
g) Dorongan semangat
Sebagai bidan harus memberikan dorongan semangat selama proses persalinan
dengan ucapan beberapa pujian dan semangat.

5. Pengurangan Rasa Sakit


Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa sakit:
a. Rasa takut dan cemas
Rasa takut dan cemas akan meningkatkan respon seseorang terhadap rasa sakit.
b. Kepribadian
Secara alamiah wanita yang tegang dan cemas akan lebih lemah menghadapi
stress dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.
c. Kelelahan
Wanita yang lelah akan kurang mampu dalam mentolerir rasa sakitnya.
d. Budaya dan Sosial
Beberapa budaya mengharapkan stoitisme (sabar dan membiarkannya) sedangkan
budaya yang lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan.
e. Pengharapan

66
6. Persiapan persalinan
a. Persiapan persalinan
Saat ANC diberikan informasi tentang persalinan sehingga dapat mempersiapakan
diri untuk menghadapi persalinan.
b. Informasi
Sebaiknya wanita hamil berinteraksi atau melakukan hubungan dengan seorang
bidan atau penolong persalinan tertentu untuk mendapatkan informasi.
c. Mengurangi kecemasan
Disarankan wanita hamil untuk mencarai informasi yang jelas agar tidak menerima
informasi yang salah.
d. Keikutsertaan dalam perencanaan
Setiap pasangan harus ikut berpartisipasi dalam perencanaan asuhan yang
dikehendaki agar lebih tenang dalam menghadapi persalinan.
e. Berkenalan dengan staff
Pendekatan antara ibu dan bidan akan memberikan rasa aman.

7. Pemenuhan Kebutuhan Fisik Ibu dan Psikologi selama persalinan


a. Kebutuhan fisik ibu
1) Kebersihan dan kenyamanan Ibu
Dalam inpartu akan merasa sangat panas dn berkeringat sehingga bagi ibu
yang masih memungkinkan untuk berjalan diberikan kesempatan untuk
mandi. Tetapi bagi ibu yang sudah tidak memungkinkan, bidan dan keluarga
membantu ibu menyeka dengan waslap yang dibasah dengan air dingin.
Demikian dengan baju yang basah karena keringat bisa diganti dengan yang
baru.
2) Posisi
Dalam kehamilan beberapa ibu hamil sudah dilatih untuk menghadapi
persalinan, misalnya senam, jalan-jalan, jongkong, dan berdiri. Sehingga saat
persalinan ibu hamil memiliki keinginan untuk merubah posisi pada saat
persalinan, tidak hanya tidur telentang. Ibu berusaha untuk menggunakan
posisi senyaman mungkin.

67
3) Kontak fisik
Selama proses persalinan ibu tidak suka dengan bercakap- cakap. Ibu merasa
lebih nyaman untuk kontak fisik. Keluarga dianjurkan untuk melakukan
kontak fisik seperti berpegangan tangan, menggosok-gosok punggung,
menyeka wajah dengan air dingin, mendekap, mengelus-elus perut, atau
memijat kaki. Bila memungkinkan dapat dilakukan rangsangan pada putting
susu, klitoris, untuk mendorong pelepasan oksitosin sehingga akan
merangsang kontraksi menjadi semakin kuat. Keluarga membantu merubah
posisi tidur ibu.
4) Pijatan
Ibu yang mengeluh sakit pinggang atau nyeri selama persalinan
membutuhkan pijatan untuk meringankan keluhan, dapat dilakukan dengan
pijatan melingkar daerah lumbusakralis, menekan daerah lutut dengan posisi
ibu duduk atau mengelus-elus perut.
5) Perawatan kandung kemih
Keinginan berkemih pada ibu inpartu sering terganggu dengan adanya
kontraksi untuk itu perlu diperhatikan karena dapat menghambat turun nya
bagian terendah janin dan kontraksi uterus setiap 4 jam kandung kemih harus
dikontrol, dan diupayakan ibu kencing sendiri.

b. Kebutuhan psikologis ibu


Ibu bersalin sering merasakan cemas memikirkan hal-hal yang terjadi seperti,
perasaan sakit, takut menghadapi persalinan, penolong sabar atau tidak, apakah
anaknya cacat. Perasaan tersebut akan menambah rasa sakit oleh karena itu ibu
bersalin memerlukan pendamping selama persalinan karena dapat menimbulkan
efek positif terhadap persalinan menguragi rasa sakit, persalinan lebih singkat dan
menurunnya persalinan dengan tindakan.

68
8. Tanda bahaya persalinan kala I
Tanda bahaya pada kala I antara lain:
1) tekanan darah >140/90 mmhg rujuk ibu dengan membaringkan ibu miring ke
kiri sambil diinfus dengan larutan D5%.
2) Temperature >380C, beri minum banyak beri antibiotik dan rujuk
3) DJJ <100 atau >160x/m posisi ibu miring kiri beri oksigen, rehidrasi, bila
membaik diteruskan dengan pantauan partograf, bila tidak membaik rujuk.
4) Kontraksi <2.10’ berlangsung <40”, atur ambulance, perubahan posisi tidur,
kosongkan kandung kemih, stimulasi putting susu, memberi nutrisi, jika
partograf melebihi garis waspada rujuk.
5) Serviks, melewati garis waspada beri hidrasi, rujuk
6) Cairan amnion bercampur mekoniom/darah/berbau, beri hidrasi antibiotik
posisi tidur miring kiri, rujuk.
7) Urine, volume sedikit dan kental beri minum banyak.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala II


1. Perubahan Fisiologis Kala II
a. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding
Kontraksi menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi normal
muskulus. Kontraksi ini dikendalikan oleh syaraf intrinsik, tidak disadari,
tidak dapat diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama kontraksi.
Sifat khas :
1) Rasa sakit dari fundus merata ke seluruh uterus sampai berlanjut ke
punggung bawah.
2) Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti. Beberapa dugaan
penyebab antara lain:
a) Pada saat kontraksi terjadi kekurangan O2 pada miometrium.
b) Penekanan ganglion saraf diserviks dan uterus bagian bawah.
c) Peregangan serviks akibat dari pelebaran serviks.
d) Peregangan peritoneum sebagai organ yang meliputi uterus. Pada
waktu selang kontraksi/periode relaksasi diantara kontraksi
69
memberikan dampak berfungsinya sistem-sistem dalam tubuh,
yaitu:
1) Memberikan kesempatan pada jaringan otot-otot uteri untuk
beristirahat agar tidak menurunkan fungsinya oleh karena kontraksi
yang kuat secara terus menerus.
2) Memberikan kesempatan pada ibu untuk istirahat, karena rasa sakit
selama kontraksi.
3) Menjaga kesehatan janin karena pada saat kontraksi uterus
mengakibatkan kontraksi pembuluh darah plasenta, sehingga bila
secara terus menerus berkontraksi, maka akan mengakibatkan
hypoksia, anoksia, dan kematian janin.
b. Uterus
Terjadi perbedaan pada bagian uterus:
1) Segmen atas: bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan
teraba keras saat kontraksi .
2) Segmen bawah: terdiri atas uterus dan serviks, merupakan daerah yang
teregang, bersifat pasif. Hal ini megakibatkan pemendekan segmen
bagian bawah uterus.
3) Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk
lingkaran cincin retraksi fisiologis. Ada keadaan kontraksi uterus
inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi patologis yang
dinamakan bandl.
c. Perubahan ligamentum rotundum
Pada saat kontraksi uterus ligamentum rotundum yang mengandung otot-otot
polos ikut berkontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
Faal ligamentum rotundum dalam persalinan:
1) Fundus uteri pada saat kehamilan bersandar pada tulang belakang,
ketika persalinan berlangsung berpindah kedepan mendesak
dinding perut bagian depan ke depan pada saat kontraksi.
Perubahan ini menjadikan sumbu rahim searah dengan sumbu jalan
lahir.
2) Fundus uteri tertambat karena adanya kontraksi ligamentum
70
rotundum pada saat kontraksi uterus, hal ini menyebabkan fundus
tidak dapat naik keatas. Bila pada waktu kontraksi fundus naik ke
atas maka kontraksi itu tidak dapat mendorong anak ke bawah.
d. Effasment dan dilatasi serviks
Pengaruh tidak langsung dari kontraksi uterus adalah terjadi nya effasment
dan dilatasi serviks. Effasment merupakan pemendekan atau pendataran
ukuran dari panjang kanalis servikalis. Dilatasi adalah pembesaran ukuran
ostium uteri interna (OIU) yang kemudian disusul dengan pembesaran ukuran
ostium uteri eksterna (OUE) proses dilatasi ini dibantu atau dipermudah oleh
tekanan hidrostatik cairan amnion akibat dari kontraksi uterus.

2. Mekanisme Persalinan Normal


Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan ukuran
dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul. Mekanisme ini sangat
diperlukan mengingat diameter janin yang lebih besar harus berada pada satu garis
lurus dengan diameter paling besar dari panggul.
a. Engagment
Engagment pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan, sedangkan
pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. Engagment adalah peristiwa
ketika diameter biparietal meliputi pintu atas panggul dengan sutura sagitalis
melintang/oblik didalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan
mengalami kesulitan bila masuk kedalam panggul dengan sutura sagitalis dalam
antero posterior. Jika kepala masuk kedalam PAP dengan sutura sagitalis
melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan
ini disebut sinklitismus.
Kepala pada saat melewati PAP daat juga dalam keadaan dimana sutura sagitalis
lebih dekat dengan promotorium atau ke symphisis maka hal ini disebut
Asinklitismus. Ada dua macam asinklistismus :
1) Asinklistismus posterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati
simpisis dan tulang parietal belakang lebih rendah daripada tulang parietal
depan. Terjadi karena tulang parietal depan tertahan oleh sympisis pubis
sedangkan tulang parietal belakang dapat turun dengan mudah karena adanya
71
lengkung sakrum yang luas.
2) Asinklistismur anterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati
promotorium dan tulang parietal depan lebih rendah daripada tulang parietal
belakang.
b. Penurunan Kepala
Dimulai sebelum onset persalinan/inpartu. Penurunan kepla terjadi bersamaan
dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung menurut Cuningham
dalam buku Obstetri William yang diterbitkan tahun 1995 dan ilmu kebidanan
Varney 2002 :
1) Tekanan cairan amnion.
2) Tekanan langsung fundus pada bokong.
3) Kontraksi otot-otot abdomen.
4) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin.
c. Fleksi
1) Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala
janin terhambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
2) Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipito frontalis
12cm berubah menjadi suboksipito bregmatika 9 cm.
3) Posisi dagu bergeser kearah dada janin. Pada pemeriksaan dalam UUK lebih
jelas teraba daripada UUB.
4) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-
ubun besar.
d. Rotasi Dalam
1) Rotasio dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin
dari posisi sebelumnya ke arah depan sampai dibawah simfisisbila presentasi
belakang kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka
ubun-ubun kecil memutar ke depan sampai berada di bawah simpisis.
Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk
jalan lahir.
2) Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:
a) Bagian teendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi

72
b) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang
disebelah depan atas yaitu hiatus genitalis antara musculus levator ani
kiri dan kanan
e. Ekstensi
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada
margo inferior simpisis pubis, penyebabnya adalah sumbu jalan lahir pada pintu
bawah panggul mengarah ke depan dan atas.
f. Rotasi Luar
Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung janin, bagian
kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka
janin menghadap salah satu paha ibu, dan sutura sagitalis kembali melintang.
g. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomoclion untuk
kelahiran bahu. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter
depan dan belakang samai lahir janin seutuhnya.
Tanda Gejala Kala II:
 Adanya dorongan mengejan
 Penonjolan pada perineum
 Vulva membuka
 Anus membuka

3. Asuhan Sayang Ibu dan Posisi Meneran


Adapun beberapa hal yang merupakan asuhan sayang ibu antara lain: pendampingan
keluarga, libatkan keluarga, KIE proses persalinan, dukungan psikologi, membantu ibu
memilih posisi nyaman, KIE cara meneran, dan pemberian nutrisi.
Posisi Meneran:
a. Duduk atau setengah duduk
Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran
kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.
b. Merangkak
Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta pereganga pada perineum
73
berkurang.
c. Jongkok atau berdiri
Posisi jongkok atau berdiri memudahkan penurunan kepala janin, memperluas
panmggul sebesar dua puluh delapan persen lebih bear pada pintu bawah panggul.
Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi (robekan).
d. Hindari posisi terlentang
Pada posisi terlentang dapat menyebabkan:
1) Hipotensi dapat beresiko terjadinya syok dan berkurangnya suplay oksigen dalam
sirkulasi uteroplasenta sehingga dapat menyebabkan hipoksia pada janin.
2) Rasa nyeri yang bertambah
3) Kemajuan persalinan bertambah lama
4) Ibu mengalami gangguan untuk bernafas
5) Buang air kecil tergangu
6) Mobilisasi ibu kurang bebas
7) Ibu kurang bersemangat
8) Resiko laserasi jalan lahir bertambah
9) Dapat mengakitbatkan kerusakan pada syaraf kaki punggung

4. Manufer Tangan dan langkah-Langkah dalam Melahirkan Janin


a. Tujuan manufer tangan adalah untuk
1) Mengusahakan proses kelahiran janin yang aman mengurangi resiko trauma
persalinan seperti kejadian hematum
2) Mengupayakan seminimal mungkin ibu mengalami trauma persalinan
3) Memberikan rasa aman dan kepercayaan penolong dala menolong ibu dan
janin
b. Manufer tangan dan langkah-langkah melahirkan janin menurut APN adalah
sebagai berikut:
Melahirkan Kepala
1) Tidak memanipulasi atau tidak melakukan tindakan apapun pada perineum
sampai kepala tampak di vulva
2) Menahan perineum untuk menghindari laserasi perineum pada saat
diameter kepala janin sudah tampak 5-6 cm di vulva
74
3) Menahan belakang kepala dengan memberikan tekanan terukur pada
belakang kepala dengan cara tiga jari tangan kiri diletakkan pada belakang
kepala untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran dan bernafas cepat dan dangkal
4) Setelah kepala lahir menunggu beberapa saat untuk memberi kesempatan
kepada janin agar dapat terjadi putar paksi luar
5) Mengkaji adanya lilitan tali pusat
Melahirkan bahu janin
1) Setelah kepala mengadakan putar paksi luar, kedua tangan penolong
diletakkan pada kedua parietal anterior dan posterior
2) Lakukan gerakan tekanan ke arah bawah / tarikan ke bawah untuk
melahirkan bahu depan dan gerakan tekanan ke atas/tarikan untuk
melahirkan bahu belakang
Melahirkan seluruh tubuh janin
1) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah ke arah perineum, sanggah
kepala janin dengan meletakkan tangan penolong pada bahu. Bila janin
punggung kiri, maka ibu jari penolong di dada janin dan keempat jari lainnya
di punggung janin. Bila janin punggung kanan, maka ibu jari penolong pada
punggung janin, sedangkan keempat jari lain pada dada janin.
2) Tangan di bawah menopang samping lateral janin, di dekat simpisis pubis
3) Secara simultan, tangan atas menelusuri dan memegang bahu, siku, dan
tangan
4) Telusuri sampai kaki, selipkan jari telunjuk tangan atas di ke-2 kaki
5) Pegang janin dengan kedua tangan penolong menghadap ke penolong, nilai
janin: manangis kuat dan atau bernafas kesulitan, bayi bergerak aktif
6) Letakkan bayi di atas handuk di atas perut ibu dengan posisi kepala sedikit
rendah
7) Keringkan, rangsang taktil/bayi tertutup handuk
Menolong tali pusat
1) Pasang klem tali pusat pertama dengan jarak 3 cm dari dinding perut bayi. Tekan
tali pusat dengan 2 jari, urut ke arah ibu, pasang klem tali pusat kedua dengan
jarak 2 cm dari klem pertama. Pegang ke-2 klem dengan tangan kiri penolong
75
sebagai alas untuk melindungi perut janin
2) Pakai gunting tali pusat DTT, potong tali pusat diantara kedua klem
3) Ganti kain kering, selimuti bayi seluruh tubuh hingga kepala
4) Lakukan inisiasi menyusui dini atau bila terjadi asfiksia lakukan penanganan
asfiksia dengan resusitasi

5. Pemantauan Kala II
a. Pemeriksaan nadi ibu setiap 30 menit, meliputi frekuensi irama, intensitas
b. Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
c. Warna ketuban. Merupakan hal yang perlu diwaspadai bila ketuban bercampur mekonium
pada presentasi kepala berarti terjadi gawat janin, atau ketuban bercampur darah
d. DJJ setiap selesai meneran/mengejan, antara 5-10 menit
e. Penurunan kepala tiap 30 menit. VT tiap 4 jam/atas indikasi
f. Adanya presentasi majemuk
g. Apakah terjadi putaran paksi luar
h. Adakah kembar tidak terdeteksi

6. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Kala II Asuhan yang diperlukan selama kala II
antara lain:
a. Meningkatkan perasaan aman dengan memberikan dukungan dan memupuk rasa
kepercayaan dan keyakinan pada diri ibu bahwa ia mampu untuk melahirkan
b. Membimbing pernafasan adekuat
c. Membantu posisi meneran sesuai pilihan ibu
d. Meningkatkan peran serta keluarga, menghargai anggota keluarga atau teman yang
mendampingi
e. Melakukan tindakan-tindakan yang membuat nyaman seperti mengusap dahi dan memijat
pinggang, libatkan keluarga
f. Memperlihatkan pemasukan nutruisi dan cairan ibu dengan memberi makan dan minum
g. Menjalankan prinsip pencegahan infeksi
h. Mengusahakan kandung kencing kosong dengan cara membantu dan memacu ibu
mengosongkan kandung kencing secara teratur
Pemantauan terhadap kesejateraan ibu
76
1) Mengevaluasi his, berapa kali terjadi dalam 10 menit, lamanya his, dan kekuatan
his
2) Mengkaji keadaan kandung kencing ibu
3) Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak
4) Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi effasment (pendataran serviks) dan
dilatasi serviks (pembukaan)
Observasi terhadap kesejahteraan janin
 Penurunan kepala, presentasi dan sikap
 Mengkaji kepala janin adakah caput atau moulase
 DJJ meliputi frekuensi, ritme dan kekuatannya
 Air ketuban meliputi warna, bau, dan volume

7. Kebutuhan Ibu Bersalin Selama Kala II


Lasser dan Keane dalam buku Midwifery oleh Varney, 2002 menyatakan bahwa
kebutuhan ibu selama persalinan antara lain:
a. Perawatan tubuh
b. Pendampingan oleh keluarga
c. Bebas dari nyeri persalinan
d. Penghormatan akan budaya
e. Informasi tentang diri dan janin
f. Asuhan tubuh misal mengusap muka dengan washlap lembab,
memperhatikan kebersihan tubuh, memperhatikan kebersihan vulva
g. Pemberian nutrisi

8. Amniotomi
Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia.
Cairan amniotik berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh
dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I.
Biasanya selaput ketuban akan pecah secara spontan.
Keuntungan tindakan amniotomi :
a. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium
b. Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
77
c. Mempermudah perekaman pada saat memantau janin
d. Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan
serviks
Kerugian tindakan amniotomi :
a. Dapat menimbulkan trauma pada kepala jann yang mengakibatkan kecacatan
pada tulang kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat
b. Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang
Indikasi Amniotomi:
a. Pembukaan lengkap
b. Pada kasus solusio placenta

9. Episiotomi
Indikasi Episiotomi :
a. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus
segera diakhiri
b. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distorsia bahu, akan
dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacum
c. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
d. Perineum kaku dan pendek
e. Adanya ruptur yang membuat pada perineum
f. Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.

C. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala III


1. Fisiologi kala III
Dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri, dengan durasi 15-30 menit.
Tempat plasenta sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding
lateral, sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Bila terletak disegmen bawah rahim
disebut placenta previa.
Fase-fase kala III
a) Pelepasan plasenta
Ukuran plasenta tidak berubah,sehingga menyebabkan plasenta
terlipat,menebal dan akhirnya terlepas dari dinding uterus, plasenta terlepas
78
sedikit demi sedikit terjadi pengumpulan perdarahan diantara ruang plasenta
disebut retroplacenter hematom.
b) Macam pelepasan plasenta
 Mekanisme Schultz: pelepasan placenta yang dimulai dari
sentral/bagian tengah sehingga terjadi bekuan retroplacenta. Cara
pelepasan ini paling sering terjadi. Tanda pelepasan dari tengah ini
mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir.
Perdarahan banyak terjadi segera setelah plasenta lahir.
 Mekanisme Duncan: terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau
bersamaan dari pinggir dan tengah plasenta. Hal ini mengakibatkan
terjadi semburan darah sebelum plasenta lahir.
c) Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1. Perubahan bentuk uterus. Bentuk uterus yang semula discoid menjadi
globuler akibat dari kontraksi uterus.
2. Semburan darah tiba-tiba
3. Tali pusat memanjang.
4. Perubahan posisi uterus. Setelah plasenta lepas dan menempati
segmen bawah rahim, maka uterus muncul pada rongga abdomen.
d) Pengeluaran placenta :
Placenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim, kemudian
melalui serviks, vagina dan dikeluarkan ke intruitas vagina.
e) Pemeriksaan pelepasan plasenta:
• Kustner : Tali pusat diregangkan dengan kanan, tangan kiri menekan
atas syimpisis. Penilaian :
• Tali pusat masuk berarti belum lepas.
• Tali pusat bertambah panjang atau tidak masuk berarti lepas.
f) Pengawasan perdarahan :
 Selama hamil aliran darah ke uterus 500-800 ml/mnt.
 Uterus tidak berkontraksi dapat menyebabkan kehilangan darah
sebanyak 350-500 ml.
 Kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah uterus diantara
anyaman miometrium.
79
2. Manajeman Aktif Kala III
Syarat janin tunggal /memastikan tidak ada lagi janin di uterus. Tujuan:
membuat kontraksi uterus efektif.
a) Keuntungan :
 Lama kala III lebih singkat.
 Jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan post
partum.
 Menurunkan kejadian retention plasenta.
b) Manajeman aktif kala III terdiri dari :
1. Pemberian oksitosin
2. Penegangan tali pusat terkendali.
3. Masase fundus uteri.
c) Tindakan yang keliru dalam pelaksanaan manajeman aktif kala III:
 Melakukan masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir.
 Mengeluarkan plasenta, padahal plasenta belum semuanya lepas.
 Kurang kompeten dalam mengevaluasi pelepasan plasenta.
 Rutinitas kateterisasi.
 Tidak sabar menunggu saat terlepasnya plasenta.
d) Kesalahan tindakan manejeman aktif kala III :
 Terjadi inversion uteri. Pada saat melakukan penegangan tali pusat
terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan berbalik.
 Tali pusat terputus. Terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan
plasenta belum lepas.
 Syok.

3.Pemeriksaan plasenta meliputi :
a) Selaput ketuban utuh atau tidak.
b) Plasenta: ukuran plasenta
• Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon.
• Bagian fetal : utuh atau tidak.
c) Tali pusat : jumlah arteri dan vena, adakan arteri atau vena yang terputus untuk
80
mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat, apakah sental, marginal serta
panjang tali pusat.

4. Pemantauan kala III


a) Perdarahan. Jumlah darah diukur, deisertai dengan bekuan darah atau tidak.
b) Kontraksi uterus: bentuk uterus, intensitas.
c) Robekan jalan lahir/laserasi, rupture perineum.
d) Tanda vital :
• Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan.
• Nadi bertambah cepat.
• Temperature bertambah tinggi.
• Respirasi: berangsur normal.
• Gastrointestional: normal, pada wal persalinan mungkin muntah.
e) Personal hygiene.

5. Pendokumentasian Kala III


a) Lama kala III
b) Pemberian oksitosin berapa kali
c) Bagaimana pelaksaan penanganan tali pusat terkendali ?
d) Perdarahan
e) Kontraksi uterus
f) Adakah laserasi jalan lahir
g) Vital sign ibu
h) Keadaan bayi baru lahir

81
RANGKUMAN
Asuhan persalinan meliputi asuhan kala I sampai dengan kala IV, dimana asuhan
dapat diberikan oleh bidan sesuai dengan kebutuhan kebutuhan pada ibu bersalin.

EVALUASI
1. Jelaskan asuhan pada ibu bersalin kala I !
2. Jelaskam asuhan pada ibu bersalinan kala II !
3. Jelaskan asuhan pada ibu berslinan kala III !
4. Jelaskan asuhan pada ibu bersalin kala IV !

82
Topik 6
Manajemen Nyeri Persalinan

1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Sedangkan nyeri
persalinan merupakan pengalaman subyektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan
kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama
persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah,
denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot.
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang
terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin
selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan
darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot.
Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi sebenarnya telah
terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi braxton hicks akibat
perubahan-perubahan dari hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya tidak
teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan
kontraksi braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya
teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang
pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam.
Dalam persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat orang yang
merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan sumber
kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat,
seperti kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijat harus
memperhatikan respon ibu, apakah tekanan yang diberikan sudah tepat.
Bidan mempunyai andil yang sangat besar dalam mengurangi nyeri
nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam pendekatan nonfarmakologi adalah
analgesia psikologis yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage,
83
stimulasi cuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga.
Tingkat nyeri seseorang dalam Anonim (2013) dapat diukur dengan skala
nyeri, berikut skala nyeri yang dapat digunakan sebagai patokannya :
Gambar . Skala Nyeri

2. Management Nyeri Persalinan


a. Massage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot
tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi
guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi.
Gerakan- gerakan dasar meliputi: gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak
tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan
tenaga, menepuk-nepuk, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk.
Beberapa metode message antara lain:
1) Metode Effluerage
Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkan kedua
tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar ke arah pusat
simpisis atau dapat kjuga menggunakan satu telapak tangan menggunakan
gerakan melingkat atau satu gerakan.
2) Metode deep back massage
Memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien
menekan daerah sacrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan
tekan lagi, begitu seterusnya.
Deep back massage adalah penekanan pada sakrum yang dapat mengurangi
ketegangan pada sendi sakroiliakus dari posisi oksiput posterior janin. Selama
kontraksi dapat dilakukan penekanan pada sakrum yang dimulai saat awal
kontraksi dan diakhiri setelah kontraksi berhenti. Jika klien menggunakan fetal
monitor, dapat melihat garis kontraksi untuk memulai dan mengakhiri
84
penekanan. Penekanan dapat dilakukan dengan tangan yang dikepalkan seperti
bola tenis pada sakrum 2,3,4. Metode deep back massage memperlakukan
pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan
daerah sakrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi,
begitu seterusnya.

Gambar . Lokasi pemijatan pada nyeri persalinan kala 1


Selain itu dapat dilakukan dengan menggunakan metode rubbing massage yaitu
teknik pijatan yang dilakukan pada punggung diantara kontraksi.
Persalinan disertai rasa nyeri dan 7-14% tidak disertai nyeri. Pada kala I terjadi
kontraksi yang dapat menekan ujung syaraf sehingga menimbulkan rangsangan
nyeri dan berdampak timbulnya ketakutan dan rasa takut. Ada rasa takut
sehingga dapat berdampak pada kecepatan pembukaan serviks sehingga
dibutuhkan intervensi untuk mengurangi rasa takut tersebut salah satunya
dengan memberikan pijatan pada ibu bersalin.
3) Metode rubbing massage
Gerakan pemijatan pada daerah pnggung bagian belakang secara lembut yang
dilakukan dari atas sampai ke bawah menggunakan telapak tangan atau jari
tangan.
4) Metode firm counter pressure
Memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga
pasien menekan sacrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan
secara mantap dan beraturan.
5) Abdominal lifting
Memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi kepala

85
agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang pasien, kemudian
secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan ke arah puncak perut tanpa
menekan ke arah dalam, kemudian ulangi lagi.
b. Relaksasi
Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan
istirahat atau selama proses persalinan :
1) Berbaring terlentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit,
kedua tangan rileks di samping di bawah lutut dan kepala diberi
bantal
2) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah
kepala diberi bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal
juga, agar perut tidak menggantung
3) Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua
lengan di samping telinga
4) Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas
tempat tidue. Kedua kaki tidak boleh menggantung
Keempat posisi tersebut dapat dipergunakan selama ada his.

RANGKUMAN
Manajemen Nyeri dalam asuhan persalinan dapat di gunakan berbagai metode metode
yang ada, dengan metode yang diterapkan dapat memberikan asuhan sayang ibu.

LATIHAN
Diskusi Hasil Penelitian dengan Judul
Pengaruh Pemberian Tekhnik Akupressur Terhadap Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Pada
Primigravida di Puskesmas Kedaung Barat (Catur Erty Suksesty, M.Keb)
1. Telaah hasil pengabdian masyarakat
2. Rangkuman hasil telaah

EVALUASI
1. Jelaskan manajemen nyeri persalinan!
2. Jelaskan macam-macam metode mengurangi nyeri!
86
Topik 7
Penerapan Metode Gentle Birth Dalam Persalinan

A. Gentle Birth

1. Definisi Gentle birth


Gentle Birth adalah metode melahirkan dengan pendekatan holistik yang
ramah jiwa, menjunjung tinggi kearifan persalinan yang merunduk pada prinsip
alam dan dilakukan pada lingkungan yang bersahabat dan familiar bagi seorang
ibu. Gentle Birth, dilihat dari asal katanya, gentle dan birth, merupakan suatu
proses kelahiran yang lembut. Disebut juga sebagai natural birth.Posisi Gentle
Birth dalam sebuah kelahiran adalah menyampaikan pada satu pemahaman
bagaimana persalinan dianggap satu hal alamiah yang merupakan siklus kehidupan
manusia.
Gentle Birth menurut salah satu pakar maternitas, Bidan Yesie Aprilia,
merupakan konsep persalinan yang tenang dan santun dengan memanfaatkan
semua unsur secara alami.Sehingga dengan Gentlebirth, ibu dan bayi diperlakukan
sebagai individu atau lakon utama dalampersalinan, bukan tenaga medis ataupun
peralatan pendukungnya. Dalam Tzu Chi Nursing Journal, Gentle Birth adalah
konsep dari metode persalinan yang telah dilakukan sejak dahulu kalasebelum
berbagai prosedur medis modern dalam proses persalinan menjadi hal yang umum
dilakukan seperti saat ini. Di mana setiap perempuan yang sedang mengandung
dengan kondisi yang sehat memiliki kemampuan untukmelahirkan secara alami
tanpa banyak melibatkan penanganan medissecara modern (Hung, 2009).
2. Kunci Dalam Persalinan Gentle Birth
Gentle birth adalah tentangpemberdayaan, dimana dalam pemberdayaan diri.
Ada 4 hal yang harus Anda lakukan untuk mencapai Gentle Birth :
a. Semangat
b. Bersungguh-Sungguh dan berkomitmen
c. Tidak mudah terpengaruh/Fokus
d. Menyatu Antara Body, Mind & Soul

87
Beberapa elemen kunci dalam Gentle birth antara lain adalah :
a. Perlunya Persiapan
b. Perlunya dukungan untuk melahirkan secara normal dan alami
c. Lingkungan yang Meyakinkan dan Menenangkan
d. Dukungan yang Terus-menerus Selama Persalinan
e. Suasana yang Tenang
f. Cahaya yang Remang-remang
g. Kebebasan Bergerak dan selaran dengan alam serta memahami
tubuh
h. Percayai Kekuatan Alam
i. Mengurangi & mencegah intervensi yang tidak perlu dalam
persalinan
j. Belaian atau Sentuhan Pertama
k. Penundaan Pemotongan Tali Pusat
l. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) &Rooming In
m. Hindari Birth Trauma dan kekerasan dalam persalinan dan
kelahiran.
n. Pentingnya Napas Pertama
3. Selama Kontraksi
a. Fokus pada rasa nyaman saat kontraksi dating
b. Terus fokus pada nafas
c. Buat embusan lebih panjang dibandingkan tarikan nafas.
d. Jangan biarkan ada kerutan diwajah, terutama alis, dan ketegangandi
rahang
e. Selama kontraksi, Anda harus tersenyum
f. Jangan biarkan tangan Anda mencengkram ap pun. Semua harusrileks.
g. Izinkan setiap hembusan nafas membuat tubuh Anda membuka dan
meringankan segala ketidaknyamanan tubuh.
h. Cari posisi yang paling nyaman, Anda bisa berada di posisi tegakatau
bersandar ke depan (berdiri maupun duduk atau bahkan merangkak).
i. Anda bisa membuat suara (dengan low tone) yang mana resonansi dan
getarannya dapat membuat panggul Anda menjadi lebih rileks.Misalnya
setiap kali menghembuskan nafas seperti “Hummmmmm”,
“Ohmmmmmm”, “Aaaaaa….”.
88
4. Analisa Kegiatan yang akan dilaksanakan di fasilitas ini adalah :
a. Fase 1: pemeriksaan kesehamilan, konsultasi, USG, Childbirth
Preparation Class Overview
Diawal proses persalinan sebaiknya tidak hanya rebahan saja namun juga
gerakkan tubuh Anda. Gantilah posisi setidaknya setiap setengah hingga dua jam
sekali. Buatlah ruangan di dalam kamar Anda yang nyaman dan luas untuk
bergerak. Anda bisa menggunakan tumpukan selimut dilatai sebagai alas kaki
dan tungkai jika Anda ingin jongkok atau untuk alas lutut jika Anda ingin
merangkak. Anda bisa menggunakan birthing ball atau beanbag chair untuk
bersandar dan untuk menggoyangkan panggul Anda. Ketika kontraksi datang
begitu kuat, cobalah untuk mandi air hangat atau sekedar berendam untuk
meredahkan ketidaknyamanan yang ada. Berjalan sangat membantu Anda
memendekan fase pertama persalinan karena Anda memanfaatkan gaya gravitasi
bumi.
Beberapa variasi yang digunakan pada posisi berdiri ini adalah :
1) Berdiri
Anda berdiri sambil berpelukan atau memegang bahu dan leher pasangan
Anda sama seperti orang sedang berdansa. Anda juga dapat berdiri
memegang suatu benda atau sambil menyenderkan tangan dan kepala di
tembok.
2) Berjongkok
Posisi jongkok ini adalah posisi yang paling efektif yang bisa dipakai untuk
semua tahap persalinan, baik pada saat awal persalinan maupun pada saat
proses mengejan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah posisi
berjongkok sering membuat Anda cepat lelah jika tidak benar posisinya atau
tidak hati-hati.Ketika berjongkok tekanan harus rata di seluruh telapak kaki,
jangan hanya di ujung jemari kaki (berjinjit) atau jangan hanya di tungkai
saja.
3) Duduk
Duduk dengan tubuh sedikit condong kedepan sangatlah bagus untuk
membantu proses persalinan semakin cepat dan lancer. Selain nyaman
untuk sang ibu, ternyataposisi ini juga mampu mengoptimalkan posisi janin
di dalam kandungan supaya sejajar dengan jalan lahir.

89
4) Berlutut atau Menungging
Posisi ini sering digunakan ibu yang mengalami rasa tidak nyaman di
pinggang.Posisi ini sangat membantu mengurangi tekanan di tulang ekor
dan pinggang.
5) Tidur miring
Posisi ini juga bisa digunakan untuk istirahat, Anda dapat memiringkan
badan ke kanan dan ke kiri.
b. Fase 2: parenting class, yoga/senam ibu hamil, spa dan pijat ibu hamil, hidroterapi.
Pada fase kedua ini Anda harus lebih aktif dan berusaha untuk terhubung dengan
tubuh Anda. Karena semakin rileks maka otot di jalan lahir akan lentur dan
elastic. Namun, semakin Anda tegang maka proses persalinan akan lebih panjang
dan lama.
Beberapa posisi yang dapat Anda lakukan di fase ini antara lain :
1) Posisi jongkok yang di sangga/didukung
Posisi ini akan membuat diameter dipintu panggul Anda akan semakin lebar. Posisi
ini juga membuat tekanan di perineum lebihrata sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya robekan pada perineum.
2) Posisi berdiri
Posisi berdiri saat proses persalinan terkadang membuat seorang ibu merasa
lebih nyaman karena otomatis tekanan di tulang ekor dan punggung lebih
berkurang dan ibu lebih leluasamenggerakkan tubuhnya diatas kakinya sendiri.
c. Fase 3: proses persalinan

5. Kelebihan Gentle Birth


Kelebihan Gentle Birth ini sendiri, lebih kepada bahwa GentleBirth adalah sesuatu
yang alamiah, sebagaimana kelahiran itu sendiri.Hanya saja, jika benar bisa
menerapkan filosofi Gentle Birth maka akan bisa lebih siap untuk menyambut
proses kelahiran sendiri .
Dalam Gentle Birth tidak mengutamakan dimensi fisik.
a. Alami atau normal
b. Aman
c. Trauma persalinan menjadi minimal
d. Mengurangi rasa nyeri
90
e. Efek gaya gravitasi bumi
f. Proses persalinan lebih cepat dan efisien
g. Resiko distress janin berkurang
h. Lebih powerfull
i. Pendamping bias lebih terlibat dalam proses persalinan

6. Kekurangan Metode Gentle Birth


a. Belum banyak diketahui oleh masyarakat
b. Belum di terapkan pada masing-masing pelayanan persalinan dipelayanan
kesehatan.
7. Prinsip Gentle Birth Mudah Dan Sederhana
a. Jujurlah kepada diri sendiri.
Apa ketakutan dan harapan, maupun impian Anda. Baik mengenai kehamilan maupun
proses kelahiran nantinya. Anda harus bisa terlebih dahulu mengidentifikasi hal-hal
tersebut sebelum bisamewujudkan prinsip pertama dari Gentle Birth, menerimanya
sebagai bagian dari siklus kehidupan.
b. Setelah mengungkapkan dan mengidentifikasi ketakutan yang Anda miliki,
maka ada yang harus diatasi. Mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya, jangan
lupaknowledge is power.
c. Memahami proses kehamilan dan persalinan. Hal ini penting supaya Anda bisa
menentukan mana yang terbaik untuk Anda dan bayi Anda. Dengan memahami
proses kehamilan dan persalinan nantinya, Anda bisa mewujudkan "minimal
intervention, minimum trauma".
d. Menetukan siapa yang akan dapat mendampingi Anda dengan baik dan benar dalam
menjalani seluruh proses kehamilan hingga persalinan. Awalnya bisa dimulai dengan
membuat keluarga besar Anda mengerti apa yang Anda mau dalam mewujudkan
Gentle Birth Anda ini. Kemudian, carilah tenaga kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan Anda.
e. Dan ini adalah yang paling penting, jalanilah proses kehamilan sampai persalinan
anda dengan bahagia.
8. Hal-Hal Lain Yang Mendukung Persalinan Gentle Birth :
a. Cahaya lampu harus redup.
Dengan cahaya remang-remang, sang ibu akan merasa lebih santai dan aman, bahkan
91
lebih mudah mengakses alam naluriahnya. Apabila si ibu menghadapi proses
persalinan dengan tenang, tentu sibayi pun merasakan hal yang sama
b. Menangkap dan memindahkan bayi baru lahir lebih lembut.
Cara tersebut kerap dilanggar dalam proses persalinan di rumah sakit. “Dalam Gentle
Birth, diusahakan tidak ada paksaan atau tarikan, baik di kepala, bahu maupun tubuh
sang bayi ketika lahir.
c. Membuat suasana hening di dalam kamar bersalin.
Ini yang jarang sekali terjadi.Di rumah sakit, satu ibu bisa 'dikeroyok' beberapa bidan
yang semuanya memberi aba-aba seperti pendukung sepak bola. Sementara itu, dalam
Gentle Birth, orang-orang yang berhak masuk ke ruang persalinan adalah orang-orang
terdekat sang ibu.
d. Kebebasan bergerak untuk ibu.
Ibu yang sedang menghadapi proses persalinan dapat memilih setiap posisi yang mereka
inginkan dan membuat nyaman selama proses persalinan. Selain memungkinkan ruang
yang optimal bagi bayi untuk bergerak ke bawah dan melalui panggul, kebebasan
bergerak serta posisi persalinan yang bebas juga membantu sirkulasi ibumenjadi lebih
baik
e. Membiarkan tali pusat utuh atau menunda memotongnya.
Masalah penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat ini sebenarnya sudah
disetujui WHO, namun masih sedikit rumah sakit bersalin yang mempraktikkannya.
f. Bayi harus segera berada di pelukan ibunya.
Ini harus segera dilakukan setelah bayi lahir, dengan menunda semua prosedur yang
dapat mengganggu fase ikatan tersebut. Seperti yang kita tahu, bayi yang baru lahir akan
langsung dipotong tali pusarnya, lalu segera dipisahkan dari dekapan ibunya untuk
dilakukan observasi di inkubator atau di ruang bayi.
g. Membiarkan bayi merangkak di dada ibunya untuk menyusu.
Dalam Gentle Birth, IMD (Inisiasi Menyusu Dini) setelah bayi lahir merupakan
kewajiban. Kecuali jika sang bayi mengalami asfiksia atau kondisi darurat yang
memaksa bidan untuk segera melakukan tindakan demi menyelamatkan sang bayi.
h. Menyediakan air hangat mendekati suhu rahim. Ini penting pada persalinan water birth.
Bayi yang diperlakukan dengan penuh kelembutan, maka ekspresi wajahnya menunjukkan
ketenangan,dan kadang-kadang bayi lahir dengan kondisi tersenyum.

92
Persalinan dengan beberapa penyulit dapat mengancam jiwa ibu, sehingga diperlukan
pengetahuan yang luas serta keahlian bidan dalam mengatasi resiko tinggi. Untuk itu, pada
Topik 1 ini akan dibahas pokok bahasan tentang Distosia Kelainan Presentasi dan Posisi (Mal
Posisi), Distosia karena Kelainan His, Distosia karena Kelainan Alat Kandungan, serta Distosia
karena Kelainan Janin

A. Distosia Kelainan Presentasi dan Posisi (Malposisi)


1. Pengertian
Malposisi adalah kepala janin relatif terhadap pelvis degan oksiput sebagai titik referensi,
atau malposisi merupakan abnormal dari vertek kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai
penanda) terhadap panggul ibu. Dalam keadaan malposisi dapat terjadi partus macet atau partus
lama.
Penilaian posisi normal apabila kepala dalam keadaan fleksi, bila fleksi baik maka
kedudukan oksiput lebih rendah dari pada sinsiput, keadaan ini disebut posisi oksiput transversal
atau anterior. Sedangkan keadaan dimana oksiput berada di atas posterior dari diameter
transversal pelvis adalah suatu malposisi.
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan fleksi dalam
keadaan tertentu fleksi tidak terjadi sehingga kepala defleksi.
Hasil pemeriksaan untuk mendiagnosa malposisi:
a. Pemeriksaan abdominal: bagian terendah abdomen datar, bagian kebagian terendah
abdomen datar, bagian kecil janin teraba bagian anterior dan DJJ dibagian samping
(flank)
b. Pemeriksaan vaginal: oksiput ke arah sakrum, sinsiput dianterior akan mudah teraba bila
kepala defleksi

Posisi Oksiput Posterior


Persalinan yang terganggu terjadi bila kepala janin tidak atau turun, dan pada persalinan
dapat terjadi robekan perenium yang tidak teratur atau ekstensi dari episiotomi.

93
2. Etiologi
a. Diameter antero posterior biasanya pada panggul android
b. Segmen depan menyempit biasanya pada panggul android
c. Otot – otot dasar panggul yang lembek padamultipara
d. Kepala janin kecil.

3. Konsep Dasar Kelainan Malposisi Pada


a. Presentasi puncak kepala
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan fleksi,
dalam keadaan tertentu fleksi tidak terjadi, sehingga ke defleksi. Presentasi puncak
kepala disebut juga presentasi sinsiput.
Etiologi:
1) Kelainan Panggul
2) Anak kecil/mati
3) Kerusakan dasar panggul
Penanganan :
1) Usahakan lahir pervaginam karena kira kira 75% bisa lahir pervaginam karena
kira-kira75 % bisa lahir spontan.
2) Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forcep bisanya anak yang lahir didapat
caputdengan Ubun Ubun Besar
Komplikasi
1) Ibu
a) Robekan jalan lahir yang lebih luas
b) Partus lama
2) Anak Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi

b. Presetasi dahi
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara fleksi dan defleksi, sehingga dahi
merupakan bagian teredah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka atau
belakang kepala. Kepala menusuk panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar
paksi dalam, dahi memutar kedepan dan berada di bawah alkus pubis, kemudian
terjadifleksi sehingga belakang kepala terlahir melewati perineum lalu terjadi defleksi

94
sehingga lahirlah dagu.

Etiologi :
1) Panggul sempit
2) Janin besar
3) Multiparitas
4) Kelainan janin
5) Kematian janin intra uterin
Penanganan :
Persentase dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat lahir spontan
pervaginam, jadi lakukanmSC.
Komplikasi :
1) Pada Ibu
Partus lama dan lebat sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri
2) Pada Anak Mortalitas
janin tinggi

c. Persentasi occipito posterior


Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui Pintu Atas Panggul
dengan sutura sagitaris melintang/miring, sehingga Ubun Ubun Kecil dapat beradadi kiri
melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang.
Etiologi :
1) Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter tranvesa
2) Segmen depan menyempit
3) Otot - otot dasar panggul yang lembek pada multipara
4) Kepala janin yang kecil dan bulat
Penanganan :
1) Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir spontan
2) Tindakan baru dilakukan jika kala II terlalu lama/ada tanda bahaya terhadap janin

Pada persalinan dapat terjadi robekan peremium yang teratur atau extensi dariepisiotomi :
1) Periksa ketuban bila intake, pecah ketuban
2) Bila penurunan kepala 3/5 diatas PAP atau diatas 2 SC

95
3) Bila pembukaan belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin drip.
4) Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi
apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda abstruksi oksitosin drip
5) Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau o
ekstraksivaccum atau forseps
6) Bila ada tanda obstruksi/gawat janin lakukan Secio Cesaria

d. Persentasi muka
Disebabkan oleh terjadinya ektensi yang penuh dari kepala janin. Yang teraba pada
muka janin adalah mulut, hidung dan pipi.
Etologi :
1) Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter transvesa
2) Segmen depan menyempit
3) Otot-otot dasar panggul yang lembek dan multipara
4) Kapala janin yang kecil dan bulat

Dagu merupakan titik acuan dari posisi kepala sehingga ada presentasi muka dagu
Anterior dan Posterior :
1) Presentasi muka dagu anterior posisi muka fleksi
2) Presentasi muka dagu posterior posisi muka defleksi Max

Penanganan
a. Dagu posterior
Bila pembukaan lengkap :
1) Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
2) Bila kemajuan persalinan lembut lakukan oksitosin drip
3) Bila penurunan kurang lancar

Bila pembukaan belum lengkap :


Tidak didapatkan tanda obstruksi, lakukkan oksitosin drip. Lakukan evaluasi persalinan
sama dengan persalinan vertek.

b. Dagu anterior

96
1) Bila pembukaan lengkap Secio Caesaria
2) Bila pembukaan tidak lengkap, lakukan penilaian penurunan rotasi, dankemajuan
persalinan, jika macet lakukan Secio Caesaria

4. Diagnosa
Leopold I : pada fundus teraba bokong
Leopold II : punggung teraba sebelah kanan, bagian-bagian kecil sebelah kiri agak
kedepan dan lebih mudah teraba
Leopold III : kepala dapat digerakan diatas sympisis kecuali kalau kepala sudah
masuk Pintu Atas Panggul
Leopold IV : tonjolan kepala sebelah kiri
Auskultasi : jantung anak bayi terdengar sebelah kanan

B. Distosia Karena Kelainan His


1. False labour (persalinan palsu/belum inpartu)
His belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya infeksi
saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat.
Bila tidak pasien boleh rawat jalan.
2. Persalinan lama
Persalinan lama paling sering terjadi pada primigravida dan dapat disebabkan oleh:
 Kontraksi uterus yang tidak efektif
 Disproporsi sefalopelvikPosisi
 oksipitoposterior
Distosia secara harfiah berarti “persalinan yang sulit dan menyebabkan lambatnya
kemajuan dan kegagalan kemajuan persalinan”. Distosia dapat disebabkan oleh berbagai
masalah yang berkaitan dengan kontraksi:
 Tidak efektif dalam mendilatasi.
 Tidak terkoordinasi, yaitu ketika dua segmen uterus gagal bekerja secara
harmonis.Menyebabkan ekspulsi involunter yang tidak adekuat.
Penyebab lain distosia adalah abnormalitas presentasi dan posisi, tulang pelvis dan jalan
lahir termasuk abnormalitas kongential
3. Prolonged latent phase (fase laten yang memanjang)
Fase laten persalinan lama dapat didiagnosis secara tidak akurat jika ibu mengalami

97
persalinan palsu. Menurut Prawirohardjo, 2007 menyatakan bahwa pembukaan serviks
tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu.

4. Prolonged active phase (Fase aktif memanjang)


Fase aktif ditandai dengan peningkatan laju dilatasi serviks, yang disertai dengan
penurunan bagian presentasi janin. Kemajuan yang lambat dapat didefinisikan sebagai
durasi total persalinan atau kegagalan serviks untuk berdilatasi dengan kecepatan perjam
yang telah ditetapkan. Kecepatan dilatasi 1 cm perjam paling banyak digunakan, tetapi
pemeriksaan vagina tidaklah tepat, dengan adanya kemungkinan variasi antar pemeriksa.
Fase aktif yang memanjang disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor yang meliputi
serviks, uterus, fetus dan pelvis ibu (Myles, 2009).
5. Inersia Uteri Hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Diisi kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan kurang baik seperti anemia, uterus yang
terlalu teregang, misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang
baik.
Macam-macam
a. Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase latent. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
(kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
b. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada permulaan
selanjutnya terdapat gangguan atau kelainan.
Penatalaksaan
1) Keadaan umum penderita harus segera diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperbaiki.
2) Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan dan dijelaskan tentang
kemungkinan- kemungkinan yang ada.
3) Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala/bokong bila sudah
masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat dapat dilakukan

98
persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan dilakukan section
caesarea

99
6. Inersia Uteri Hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal)
namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus sehingga
tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
Etiologi
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini, antara lain rangsangan pada uterus,
misalnyanya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama disertai infeksi, dan
sebagainya.
Penatalaksanaan
Dilakukan pengobatan simptomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri dan mengurangi
ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila dengan cara tersebut tidak
berhasil, persalinan harus diakhiri dengan section caesarea.

7. His Yang Tidak Terkoordinasi


Sifat his yang berubah–ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar kontraksi dan
bagian–bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan, apalagi
dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi bagian tengah
tidak, sehingga menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan
persalinan tidak maju.
Penatalaksanaan
Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot: berikan obat-obatan anti sakit dan
penenang (sedative dan analgetika) seperti morfin, peidin dan valium. Apabila persalinan
berlangsung lama dan berlarut-larut, selesaikanlah partus menggunakan hasil pemeriksaan
dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forceps atau section caesarea.

C. Distosia Karena Kelainan Alat Kandungan


1. VULVA
Kelainan yang bisa menyebabkan kelainan vulva adalah oedema vulva, stenosis vulva,
kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan fistula.
a. Oedema vulva
Bisa timbul pada waktu hamil, biasanya sebagai gejala preeclampsia akan tetapi dapat pula
mempunyai sebab lain misalnya gangguan gizi. Pada persalinan lama dengan penderita

100
dibiarkan mengejan terus, dapat pula timbul oedema pada vulva. Kelainan ini umumnya
jarang merupakan rintangan bagi kelahiran pervaginam.
b. Stenosis vulva
Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-ulkus yang
sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkan kesulitan. Walaupun pada umumnya
dapat diatasi dengan mengadakan episiotomy, yang cukup luas. Kelainancongenital pada
vulva yang menutup sama sekali hingga hanya orifisium uretra eksternum yang tampak
dapat pula terjadi. Penanganan ini ialah mengadakan sayatan median secukupnya untuk
melahirkan kepala.
c. Kelainan bawaan
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos,
hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi.
d. Varises
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan
wasir, tetapi dapat menghilang setelah kelahiran. Hal ini karena reaksi sistem vena
pembuluh darah seperti otot – otot ditempat lain melemah akibat hormone estroid.
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat menjadi fatal dan
dapat pula terjadi emboli udara. Varises yang pecah harus di jahit baik dalam kehamilan
maupun setelah lahir.
e. Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma di jaringan ikat yang renggang di vulva, sekitar
vagina atau ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma
misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar, bila hematoma kecil
resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan darah harus dikeluarkan.
f. Peradangan
Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat
infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorrhea, trikomoniasis.
g. Kondiloma akuminta
Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lendir yang menyerupai jengger ayamjago.
Berlainan dengan kondiloma akumilatum permukaan kasar papiler, tonjolan lebih tinggi,
warnanya lebih gelap. Sebaiknya diobati sebelum bersalin. Banyak penulis menganjurkan
insisi dengan elektrocauter atau dengan tingtura podofilin. Kemungkinan ada penyebab
rangsangan tidak diberantas lebih dahulu atau penyakit primernya kambuh.

101
h. Fistula
Fistula vesikovaginal atau fistula rektovaginal biasanya terjadi pada waktu bersalin
sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan. Tekanan lama antara kepala dan
tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan lokal dalam 5-10 hari
lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi inkontinensia alvi. Fistula kecil yang tidak
disertai infeksi dapat sembuh dengan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan
kontra indikasi pervaginam.

2. Vagina
Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah:
a. Kelainan vagina
Pada aplasia vagina tidak ada vagina ditempatnya introitus vagina dan terdapat cekungan
yang agak dangkal atau yang agak dalam. Terapi terdiri atas pembuatan vagina baru
beberapa metode sudah dikembangkan untuk keperluan itu, operasi ini sebaiknya dilakukan
pada saat wanita bersangkutan akan menikah. Dengan demikian vagina dapat digunakan
dan dapat dicegah bahwa vagina buatan dapat menyempit. Pada atresia vagina terdapat
gangguan dalam kanalisasi sehingga terdapat satu septum yang horizontal, bila penutupan
vagina ini menyeluruh, menstruasi timbul namun darahnya tidak keluar, namun bila
penutupan vagina tidak menyeluruh tidak akan timbul kesulitan kecuali mungkin pada
partus kala II.
b. Stenosis vagina congenital
Jarang terdapat, lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina secara
lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum lengkap biasanya
tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik
untuk koitus maupun lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu. Stenosis dapat terjadi
karena parut-parut akibat perlukaan dan radang. Pada stenosis vagina yang tetap laku dalam
kehamilan dan merupakan halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan section
caesarea.
c. Tumor vagina
Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginam, adanya tumor vagina dapat
juga menyebabkan persalinan pervaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko.

102
Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah persalinan dapat
berlangsung secara pervaginam atau diselesaikan dengan section caesarea.
d. Kista vagina
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral dalam vagina
bagian proksimal, ditengah, distal dibawah orifisum uretra eksternal. Bila kecil dan tidak
ada keluhan dapat dibiarkan tetapi bila besar dilakukan pembedahan. Marsupialisasi
sebaiknya 3 bulan setelah lahir.

3. Uterus
Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan adalah distosia servikalis. Karena
disfungtional uterine action atau karena parut pada serviks uteri. Kala I serviks uteri
menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi sehingga merupakan lembaran kertas dibawah
kepala janin. Diagnosis dibuat dengan menemukan lubang kecil yakni ostium uteri
eksternum ditengah-tengah lapisan tipis atau disebut dengan konglutinasio orifisii eksterni
bila ujung, dimasukan ke orifisum ini biasanya serviks yang kaku pada primitua sebagai
akibat infeksi atau operasi.

D. Distosia Karena Kelainan Janin


1. Bayi Besar (Makrosomia)
a. Pengertian
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4000 gram. Berat
neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi
berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah
0,4%.
b. Etiologi
1) Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu hamil
yang menderita diabetes selama kehamilan.
2) Terjadi obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi
giant).
3) Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi
kelahiran bayi besar
c. Tanda dan Gejala
1) Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir

103
2) Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)
3) Besar untuk usia gestasi
4) Riwayat intrauterus dari ibu yang diabetes dan ibu yang polihidramnion
d. Penatalaksanaan
Jika dijumpai diagnosis makrosomia maka bidan harus segera membuat rencana asuhan
atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk pasien.
Alasan dilakukan rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah pada
janin dan juga ibunya.
Masalah potensial yang akan dialami adalah:
1) Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul
ibunya
2) Perdarahan intracranial
3) Distocia bahu
4) Rupture uteri
5) Robekan perineum
6) Fraktur anggota gerak

2. Hidrosefalus
a. Pengertian
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ventrikel. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500 –
1500 ml akan tetapi kadang – kadang dapat mencapai 5 liter.
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara absorbsi dan produksi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat dari penyakit atau
kerusakan otak. Adanya kelainan – kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar
serta terjadi pelebaran sutura dan ubun-ubun.
b. Etiologi
1) Kelainan bawaan (congenital)
2) Stenosis akuaduktus sylvii
3) Spina bifida dan cranium bifida
4) Sindrom Dandy Walker
5) Infeksi

104
- Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat
penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah
lain. Penyebab infeksi lain adalah toxoplasmosis.
- Neoplasma
- Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang data terjadi disetiap tempat aliran
CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV
atau akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glikoma yang berasal
dari cerebrum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
6) Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi
akibat organisasi dari darah itu sendiri.
c. Diagnosa
1) Saat palpasi teraba ukuran kepala yang besar dan kepala tidak masuk pintu atas
panggul.
2) Pada pemeriksaan dalam terdapat kepala dengan sutura yang dalam dan ubun –
ubun yang luas, serta tulang kepala terasa tipis seperti menekan bola pingpong.
3) Ditemukan bayangan tengkorak yang besar sekali pada pemeriksaan rontgen.
4) Pada pemeriksaan USG tampak kepala yang besar dengan ukuran diameter
biparietalis yang lebar.
d. Penatalaksanaan
1) Pada pembukaan 3-4 cm, lakukan pungsi sisterna untuk mengecilkan kepala janin.
Pungsi dilakukan dengan mengguakan jarum pungsi spinal yang besar, kemudia
cairan dilkeluarkan sebanyak mungkin dari ventrikel.
2) After coming head akan terjadi pada letak sungsang. Lakukan perforasi dari foramen
ovale untuk mengeluarkan cairan, agar kepala janin dapat lahir pervaginam.

3. Anensefalus
a. Pengertian
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak
terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung syaraf (suatu kelainan yang terjadi
pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk

105
otak dan korda spinalis).
b. Etiologi
Anensefalus terjadi jika tabung syaraf sebelah atas gagal menutup, tetapi penyebab yang pasti
tidak dketahui. Penelitian menunjukan kemungkinan anensefalus berhubungan dengan
racun dilingkungan juga kadar asam folat yang rendah dalam darah. Anensefalus
ditemukan pada 3,6 - 4,6 dari 10.000 bayi baru lahir.
Faktor resiko terjadinya anensefalus adalah:
1) Riwayat anensefalus pada kehamilan sebelumnya
2) Kadar asam folat yang rendah
c. Tanda dan Gejala
1) Pada ibu: polihidramnion (cairan ketuban didalam rahim terlalu banyak)
2) Pada bayi:
 Tidak memiliki tulang tengkorak
 Tidak memiliki otak (hemisfer serebri dan serebelum)
Kelainan pada gambaran wajah
 Kelainan jantung.
d. Penatalaksanaan
1) Anjurkan pada setiap wanita usia subur yang telah menikah untuk mengkonsumsi
multivitamin yang mengandung 400 mcg asam folat setap harinya.
2) Pada ibu dengan riwayat anensefalus anjurkan untuk mengkonsumsi asam folat
yang lebih tingi yaitu 4 mg saat sebelum hamil dan selama kehamilannya.
3) Lakukan asuhan antenatal secara teratur.
4) Bayi yang menderita anensefalus tidak akan bertahan, mereka lahir dalam keadaan
meninggal atau akan meninggal dalam waktu beberapa hari setelahlahir.

4. Janin Kembar Siam


a. Pengertian
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi
apabila zigot dari bayi kembar identik gagal berpisah secara sempurna. Kemunculan kasus
kembar siam diperkirakan adalah satu dalam 200.000 kelahiran. Yang bisa bertahan hidup
antara 5% dan 25 % dan kebanyakan (75%) berjenis kelamin perempuan.
b. Etiologi
Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain faktor genetik obat

106
penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang secara sempurna juga
diduga dapat memicu terjadinya bayi kembar. Alasannya jika indung telur bisa
memproduksi sel telur dan diberi obat penyubur maka sel telur yang matang pada saat
bersamaan bisa banyak bahkan sampai lima dan enam.
c. Penatalaksanaan
Jika pada saat pemeriksaan kehamilan sudah ditegakkan janin kembar siam, tindakan
yang lebih aman adalah melakukan section caesarea.

5. Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir


a. Kesempitan Pintu Atas Panggul (PAP)
Pintu atas panggul dinyatakan sempit apabila:
1) Diameter antero-posterior terpendek <10 cm.
2) Diameter transversal terbesar <12 cm.
3) Perkiraan diameter antero-posterior PAP dilakukan melalui pengukuran Conjugata
diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1,5 cm, sehingga
kesempitan PAP sering ditegakan bila ukuran conjugate diagonalis
<11,5 cm.
a) Kehamilan aterm: ukuran rata – rata biparietal (BPD) 9,5 – 9,8 cm. kepala
janin normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter antero
posterior pintu atas panggul <10 cm.
b) Kesempitan PAP merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi.
c) Pada ibu dengan kesempitan panggul angka kejadian letak muka dan letak
lintang meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus tali pusat
meningkat 5-6 kali lipat
d) Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas pintu
atas panggul semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput
ketuban yang berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi
peristiwa Ketuban Pecah Dini (KPD) pada kasus kesempitan Pintu Atas
Panggul.
b. Kesempitan Bidang Tengah Pelvis
1) Kesempitan bidang tengah panggul tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti
kesempitan PAP, namun kejadian ini lebih sering terjadi dibanding kesempitan PAP.
2) Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep transverse arrest” (letak malang

107
melintang rendah) pada perjalanan persalinan dengan posisi occipitalis posterior
(sebuah gangguan putar paksi dalam akibat kesempitan Bidang Tengah Panggul).
3) Bidang Obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis
melalui spina ischiadika dan mencapai sacrum di dekat pertemuan antara vertebra
sacralis 4-5.
c. Kesempitan Pintu Bawah Panggul
1) PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama (berupa diameter
intertuberus) dan tidak terletak pada bidang yang sama.
2) Berkurangnya diameter intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga anterior
sehingga pada kala II kepala terdorong lebih kearah posterior dengan konsekuensi
pada persalinan terjadi robekan perineum yang luas.
3) Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi mengingat
bahwa kesempitan PBP hamper selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah
Panggul.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan


berikut!
Sebutkan penyulit persalinan yang saudara ketahui yang bisa terjadi di Kala I dan II
persalinan. Diskusikan dengan teman belajar saudara.

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Distosia Kelainan Presentasi dan Posisi (Mal Posisi)


2) Distosia karena Kelainan His
3) Distosia karena Kelainan Alat Kandungan
4) Distosia karena Kelainan Janin

108
RINGKASAN

Distosia adalah suatu persalinan yang sulit, ditandai dengan kemajuan persalinan yang
lambat. Untuk menentukan adanya distosia dapat menggunakan batasan waktu ataupun kelajuan
proses. Distosia dapat terjadi pada kala I ataupun kala II persalinan. Distosia pada kala I aktif
persalinan dapat dikelompokkan menjadi proses persalinan yang lambat (protraction disorder)
ataupun tidak adanya kemajuan persalinan sama sekali (arrest disorder).
Proses persalinan yang macet (distosia) dapat terjadi akibat adanya gangguan pada salah
satu atau kombinasi dari empat komponen di bawah ini:
1) Gangguan pada daya pendorong, termasuk di dalamnya adalah gangguan kontraksi
uterus dan gangguan meneran
2) Gangguan presentasi, posisi, dan perkembangan janin
3) Gangguan pada tulang pelvis ibu
4) Gangguan pada jaringan lunak traktus reproduksi yang dapat menghalangi penurunan
janin
5) Secara lebih sederhana penyebab distosia dapat dikategorikan menjadi tiga P yaitu :
Gangguan pada powers (kontraksi uterus dan usaha menerus ibu
Gangguan pada passenger (posisi janin, presentasi janin dan ukuran janin)
Gangguan pada passege rongga pelvis dan jaringan lunak pada jalan lahir.

EVALUASI
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Presentasi puncak kepala di sebut juga presentasi...
A. Oksiput
B. Sinsiput
C. Vertek
D. Obliq
2) Pada presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin normal, tidak dapat lahir secara
spontan, maka tindakan yang dilakukan...
A. Partus percobaan
B. Induksi Persalinan

109
C. Episiotomi Luas
D. Sectio Secarea

3) Presentasi dahi adalah posisi kepala antara fleksi dan defleksi, sehingga yang menjadi
bagian terendah adalah...
A. Dahi
B. UUB
C. UUK
D. Dagu
4) Titik acuan/Denominator pada presentasi muka adalah...
A. Dahi
B. UUB
C. UUK
D. Dagu
5) Kelemahan His yang timbul sejak dari permulaan persalinan disebut...
A. Inersia Uteri
B. Inersia Uteri Primer
C. Inersia Uteri Sekunder
D. Inersia Uteri Hypotonik
6) Kontra indikasi persalinan pervaginam adalah ...
A. TBJ 3000 gram
B. Tensi Ibu 120 mmHg
C. Bagian Terendah UUK
D. Riwayat Fistula rectovaginal
7) Pada persalinan normal kepala masuk melalui PAP dengan sutura sagitalis dalam
keadaan...
A. Melintang
B. Sejajar
C. Melintang dengan fleksi ringan
D. Sejajar dengan fleksi ringan
8) Pada presentasi belakang kepala, oksiput biasanya memutar ke...
A. Depan
B. Menetap

110
C. Belakang
D. Ke lateral kanan

KUNCI JAWABAN
1. B
2. D
3. A
4. D
5. B
6. D
7. C
8. A

111
Penyulit dan komplikasi yang terjadi pada masa persalinan dapat mengancam jiwa ibu.
Untuk mendukung keterampilan seorang bidan dalam menolong persalinan perlu memiliki
pengetahuan yang luas serta keahlian bidan dalam mengatasi resiko tinggi. Kemampuan tersebut
sangat penting bagi bidan karena apabila kejadian yang merugikan dapat di prediksi dan
dilakukan tindakan untuk pencegahan atau bidan siap menanganinya secara efektif.
Dalam modul ini anda akan mempelajari asuhan persalinan dengan beberapa penyulit yang
dapat mengancam jiwa ibu, sehingga diperlukan pengetahuan yang luas serta keahlian bidan
dalam mengatasi resiko tinggi. Kemampuan tersebut sangat penting bagi bidan karena apabila
kejadian yang merugikan dapat di prediksi dan dilakukan tindakan untuk pencegahan atau bidan
siap menanganinya secara efektif, sehingga kemungkinan perbaikan pada ibu dan bayi akan
meningkat. Kemampuan tersebut juga sangat penting bagi mahasiswa, karena kemampuan ini
akan menjadi bekal saat belajar di klinik dan Rumah Sakit untuk bisa memberikan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan baik.

Perdarahan Post Partum Primer


Perdarahan pasca persalianan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir
yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perdarahan pasca persalinan primer terjadi
dalam 24 jam pertama. Ada beberapa kemungkinan penyebab yaitu:
1. Atonia uteri
2. Perlukaan jalan lahir
3. Retensio plasenta
4. Tertinggalnya sebagian plasenta di dalam uterus
5. Kelainan proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia
6. Penatalaksanaan kala III yang salah

A. ATONIA UTERI
1. Pengertian
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi post partum. Kontraksi

112
uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir.
2. Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi
(penunjang), seperti:
a. Regangan rahim berlebihan, seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion atau
paritastinggi.
b. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
c. Multipara dengan jarak kelahiran yang pendek.
d. Partus lama/partus terlantar
e. Malnutrisi
f. Penanganan yang salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya: plasenta
belum terlepas dari dinding uterus.
g. Adanya mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
3. Penatalaksanaan
a. Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
b. Pastikan bahwa kantung kemih kosong
c. Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit. Kompresi uterus ini akan
memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding dalam uterus dan
merangsang miometrium untuk berkontraksi.
d. Anjurkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna.
e. Keluarkan tangan perlahan – lahan.
f. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan bila hipertensi).
g. Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus.
h. Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc ringer
laktat +20 unit oksitosin
i. Ulangi kompresi bimanual interna (KBI) yang digunakan bersama ergometrin dan
oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
j. Dampingi ibu ketempat rujukan. Teruskan melakukan KBI. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding uterus dan

113
merangsang miometrium untuk berkontraksi.
k. Lanjutkan infuse ringer laktat +20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan dengan laju
500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan. Ringer laktat kan membantu memulihkan
volume cairan yang hilang selama perdarahan.

B. RETENSIO PLASENTA
1. Pengertian
Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga masih melekat pada
tempat implantasi, menyebabkan retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian
pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.
2. Etiologi
a. Faktor maternal: gravida tua dan multiparitas.
b. Faktor uterus: bekas section caesarea, bekas pembedahan uterus, tidak efektifnya
kontraksi uterus, bekas kuretase uterus, bekas pengeluaran manual plasenta, dan
sebagainya.
c. Faktor plasenta: plasenta previa, implantasi corneal, plasenta akreta dan kelainan
bentuk plasenta.
3. Klasifikasi
a. Plasenta adhesiva: plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebihdalam.
b. Plasenta akreta: vili korialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
c. Plasenta inkreta: vili korialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
d. Plasenta perkreta: vili korialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum
dinding rahim.
e. Plasenta inkarserata: tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkanoleh
konstriksi ostium uteri.
4. Penatalaksanaan
Apabila plasenta belum lahir ½-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai
perdarahan lakukan plasenta manual.

C. EMBOLI AIR KETUBAN


1. Pengertian
Emboli air ketuban adalah masuknya air ketuban beserta komponennya kedalam sirkulasi

114
darah ibu. Yang dimaksud komponen disini adalah unsur – unsur yang terdapat diair
ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin dan
cairan kental.

2. Etiologi
Belum jelas diketahui secara pasti.
3. Faktor Resiko
a. Multipara
b. Solusio plasenta
c. IUFD
d. Partus presipitatus
e. Suction curettage
f. Terminasi kehamilan
g. Trauma abdomen
h. Versi luar
i. Amniosentesis
4. Gambaran Klinik
a. Umumnya terjadi secara mendadak
b. Pasien hamil tiba – tiba mengalami kolaps
c. Menjelang akhir persalinan pasien batuk – batuk, sesak terengah – engah, dan
kadan cardiac arrest.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif
b. Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC
c. Bila anak belum lahir, lakukan section caesarea dengan catatan dilakukan setelah
keadaan umum ibu stabil.
d. X-Ray torax memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran
atrium kanan dan ventrikel kanan.
e. Pemeriksaan laboratorium: asidosis metabolic (penurunan PaO2 dan PaCO2)
f. Terapi tambahan:
1) Resusitas cairan
2) Infuse dopamine untuk memperbaiki cardiac output
3) Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis

115
4) Terapi DIC dengan fresh frozen plasma
5) Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin
6) Segera rawat di ICU

D. ROBEKAN JALAN LAHIR


Trauma jalan lahir perlu mendapatkan perhatian khusus, karena dapat menyebabkan:
1. Disfungsional organ bagian luar sampai alat reproduksi vital
2. Sebagai sumber perdarahan yang berakibat fatal.
3. Sumber atau jalannya infeksi.
Klasifikasi robekan jalan lahir adalah sebagai berikut:
1. Robekan Perineum
a. Pengertian
Adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat
atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat.
b. Etiologi
1) Kepala janin terlalu cepat lahir
2) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
3) Adanya jaringan parut pada perineum
4) Adanya distosia bahu
c. Klasifikasi
1) Derajat satu: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum.
2) Derajat dua: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum dan otot – otot perineum.
3) Derajat tiga: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum dan otot – otot perineum dan sfingter ani eksterna
4) Derajat empat: robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter ani
yang meluas sampai ke mukosa.
d. Penatalaksanaan
1) Derajat I: robekan ini kalau tidak terlalu besar, tidak perlu dijahit
2) Derajat II: lakukan penjahitan
3) Derajat III dan IV: lakukan rujukan

116
2. Robekan Serviks
a. Pengertian
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multipara
berbeda dari yang belum melahirkan pervaginan. Robekan serviks yang luas menimbulkan
perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang
tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik
perlu diperkirakan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
b. Etiologi
1) Partus presipitatus
2) Trauma karena pemakaian alat – alat kontrasepsi
3) Melahirkan kepala pada letak sungsang secara paksa, pembukaan belumlengkap.
4) Partus lama.
c. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan spekulum.

d. Penatalaksanaan
1) Jepit klem ovum pada ke-2 biji sisi portio yang robek, sehingga perdarahan dapat
segera dihentikan.
2) Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan
dimulai dari ujung atas robekan kearah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
3) Setelah tindakan periksa TTV, KU, TFU dan perdarahan
4) Beri antibiotic profilaksis, kecuali bila jelas – jelas ditemui tanda – tanda infeksi.

3. Robekan Dinding Vagina


Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai.
Robekan terjadi pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
a. Penatalaksanaan
1) Pada robekan yang kecil dan superfisiil, tidak diperlukan penanganan khusus.
2) Pada robekan yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara jelujur.
3) Apabila perdarahan tidak bisa diatasi, lakukan laparotomi dan pembukaan
ligamentum latum.

117
4) Jika tidak berhasil, lakukan pengangkatan arteri hipogastrika.
4. Inversio Uteri
a. Pengertian
Inversion uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya ke
dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi diluar
saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya dilakukan dengan berjalannya waktu,
lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi
darah.
b. Etiologi
1) Grande multipara
2) Atonia uteri
3) Kelemahan alat kandungan
4) Tekanan intraabdominal yang tinggi (batuk dan mengejan)
5) Cara crade yang berlebihan
6) Tarikan tali pusat
7) Manual plasenta yang terlalu dipaksakan
8) Retensio plasenta
c. Penatalaksanaan
1) Lakukan pengkajian ulang
2) Pasang infuse
3) Berikan petidin dan diazepam IV dalam spuit berbeda secara perlaha – lahan,
atau anastesia umum jika diperlukan.
4) Basuh uterus dengan antiseptic dan tutup dengan kain basah (NaCl hangat)
menjelang operasi
5) Lakukan reposisi

5. Syok Obstetrik
a. Pengertian
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam jaringan
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan yang tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme.
b. Penyebab
1) Perdarahan

118
2) Infeksi berat
3) Solusio plasenta
4) Inversion uteri
5) Emboli air ketuban
6) Komplikasi anestesi
c. Gejala Klinik
1) Tekanan darah menurun
2) Nadi cepat dan lemah
3) Keringat dingin
4) Sianosis jari – jari
5) Sesak nafas
6) Penglihatan kabur
7) Gelisah
8) Oligouria
d. Penatalaksanaan
Penanganan syok terdiri dari tiga garis utama, yaitu:
1) Pengembalian fungsi sirkulasi darah dan oksigenasi
2) Eradikasi infeksi
3) Koreksi cairan dan elektrolit.

LATIHAN
A. Diskusi Hasil Penelitian dengan Judul
Insiden dan Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Pada Persalinan Pervaginam (Siti Mardhatillah
Musa)
1. Telaah hasil pengabdian masyarakat
2. Rangkuman hasil telaah

B. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan


berikut!
1) Bacalah referensi lain minimal 3 referensi yang mendukung materi dalam modul sehingga
anda mempu menguasai materi tersebut, jika anda menjumpai kata-kata sulit maka carilah
arti dari kata-kata tersebut dalam kamus kebidanan atau anda dapat bertukar pikiran dengan
teman anda, dosen atau tutor anda.

119
2) Lakukan praktek mandiri yaitu melalui simulasi dan demonstrasi di laboratorium atau
membentuk kelompok kecil dengan teman belajar anda

RINGKASAN

Komplikasi persalinan kala III dan IV merupakan masalah yang terjadi setelah janin
lahir/berada diluar rahim. Komplikasi yang terjadi adalah perdarahan yang sering menyebabkan
kefatalan/kematian bila tidak ditangani sesegera mungkin. Perdarahan post partum dibagi
menjadi dua yaitu perdarahan primer dan sekunder, perdarahan primer terjadi dalam 24 jam
pertama dan sekunder sesudah itu. Hal-hal yang menyebabkan perdarahan post partum adalah:
Atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta dari uterus,
tertinggalnya sebagian dari plasenta umpamanya klotiledon atau plasenta suksenturiata.
Kadang-kadang perdarahan disebabkan oleh kelainan proses pembekuan darah akibat dari
hipofibrinogenemia (solution plasenta, retensi janinmati dalam uterus, emboli air ketuban).
Penanganan yang dilakukan pada setiap kasus berbeda-berbeda tergantung pada kasus
yang diderita/banyaknya perdarahan. Misalnya pada atonia uteri penanganannya dengan
melakukan Kompresi Bimanual Interna/Eksterna, bila perdarahan tidak dapat diatasi untuk
menyelamatkan nyawa ibu maka dilakukan histerektomi supravaginal. Pada retensio plasenta
penanganannya manual plasenta. Sedang pada inversion uteri penanganannya dengan reposisi
pervaginam jika masih tetap maka dilakukan laparotomi, dan pada perlukaan jalan lahir maka
penanganannya dengan penjahitan.

EVALUASI
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

KASUS I:
Ny. Q umur 21 tahun G2P1A0, hamil 40 minggu, datang ke bidan D pukul 17.00 WIB
ingin melahirkan. Hasil palpasi: kepala teraba pada satu sisi kanan perut ibu dan bokong pada
sisi lainnya, bagian bawah perut ibu teraba kosong. His 5x/10 menit/40 detik. VT pembukaan 5
cm ketuban utuh.
Soal:
1) Data fokus untuk mendukung diagnosa dari kasus Ny Q adalah ...
A. Hamil 40 minggu

120
B. Hasil VT pembukaan 5 cm
C. Bagian bawah perut ibu kosong
D. His 5x dalam 10 menit lama 40 detik
2) Pada Ny Q dilakukan pemeriksaan DJJ, maka punctum maksimum berada di sebelah ....
A. Atas pusat kanan
B. Setinggi pusat kiri
C. Bawah pusat kanan
D. Setinggi pusat kanan

3) Asuhan kebidanan yang tepat untuk kasus Ny. Q adalah ....


A. Versi luar
B. Rujuk ke rumah sakit
C. Ekstraksi Kaki
D. Observasi kemajuan persalinan
4) Komplikasi yang mungkin terjadi pada Ny. Q adalah ....
A. Inersia Uteri
B. Ruptur Uteri
C. Hipoxia
D. Prolaps Uteri
5) Tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri persalinan pada Ny Q
A. Versi Ekstraksi
B. Vaccum Ekstraksi
C. Forcep Ekstraksi
D. Induksi persalinan

KASUS II:
Ny. S umur 30 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu datang ke RSIA, dengan kenceng-
kenceng ingin bersalin. Hasil palpasi abdomen pada bagian atas perut ibu teraba 1 bagian bulat
keras melenting, bagian kiri ibu teraba tahanan memanjang, bagian bawah perut ibu teraba 1
bagian bulat lunak. Kontraksi uterus 3x dalam 10 menit lama 40 detik. VT: pembukaan lengkap,
ketuban utuh, teraba os sacrum, penurunan kepala Hodge III +.

Soal:

121
B. Diagnosa dari kasus Ny S adalah Inpartu Kala I dengan ...
1. Letak bokong
2. Letak sungsang sempurna
3. Letak sungsang tak sempurna
4. Letak kaki sempurna
C. Pada pemeriksaan DJJ maka punctum maksimum berada di sebelah ...
1. Kiri atas pusat ibu
2. Kanan atas pusat ibu
3. Kiri setinggi pusat ibu
4. Kanan setinggi pusat ibu

D. Sikap yang dapat di ambil dari kasus Ny S adalah ...


1. Lahirkan dengan tehnil Lovset
2. Lahirkan dengan teknik Bracht
3. Lahirkan dengan teknik Klasik
4. Lahirkan dengan teknik Muller
E. Setelah dipimpin persalinan terjadi penurunan tangan menjungkit, maka tindakan
pertolongan persalinan selanjutnya pada Ny S adalah ....
1. Klasik
2. Lovset
3. Muller
4. Mauricau
F. Untuk melahirkan kepala pada kasus Ny S dengan...
1. Klasik
2. Muller
3. Mauricau
4. Mac Robert

122
Kunci Jawaban

1) D
2) D
3) B
4) B
5) A
6) A
7) A
8) B
9) B
10) C

123
Pemahaman dasar mengenai adaptasi bayi baru lahir sangat penting sebagai landasan
rencana perawatan yang tepat. Setelah lahir, bayi harus dapat beradaptasi dari keadaan yang
sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Hal ini dicapai melalui pemahaman
menyeluruh mengenai fungsi normal tubuh bayi baru lahir sehingga bidan dapat membantu
bayi baru lahir sehat untuk tetap sehat dan memulihkan kondisi tubuh bayi baru lahir yang sakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut periode transisi. Periode ini
dapat berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem
termoregulasi dan dalam kemampuan mengambil dan menggunakan glukosa.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya
sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup, mengatur suhu tubuh, dan melawan setiap penyakit atau infeksi dimana semua fungsi
ini sebelumnya dilakukan oleh plasenta.
Adalah tanggung jawab bidan untuk memfasilitasi proses adaptasi di luar rahim ini. Pada
setiap kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-faktor antepartum dan intrapartum yang
dapat menimbulkan masalah pada jam jam pertama kehidupan luar rahim. Dengan mengetahui
bagaimana tubuh bayi baru lahir bekerja akan membantu bidan mengetahui bagaimana tubuh
bayi baru lahir bekerja akan membantu mengetahui kenapa bidan perlu mengambil tindakan
yang dilakukan untuk melahirkan bayi baru lahir yang sehat.

A. PERUBAHAN SISTEM PERNAPASAN


Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama sesudah lahir.
Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan,
juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa
tertahan di dalam. Cara neonatus bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan abdominal,
sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang,
maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti
ini (anoksia), neonatus masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolism

124
anaerobik.

1. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dengan:


a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II
dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal timbulnya pernapasan
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
3. Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam
darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan
tingkat gerakan pernapasan janin.
4. Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.
Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali

125
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darahke
paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan
meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernapasan.
Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi
yang sebelumnya sudah terganggu.
Surfaktan dan Efek Respirasi
 Upaya nafas pertama bayi berfungsi untuk:Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
 Mengembangkan cairan alveoli paru-paru untuk pertama kali

Untuk mendapatkan fungsi alveoli, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah
melalui paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan meningkat hingga
paru-paru matang yaitu usia 30-34 minggu.

Fungsi Surfaktan:
Mengurangi tekanan permukaan dan membantu menstabilkan dinding alveol sehingga
tidak kolaps pada akhir pernapasan.

2. Perubahan Sistem Pernafasan Yang Terjadi Saat Bayi Lahir


a. Saat cukup bulan, terdapat cairan dalam paru-paru bayi. Pada persalinan, bayi
melaui jalan lahir yang menyebabkan 1/3 cairan terperas keluar dari paru-paru.
b. Pada beberapa kali tarikan napas pertama setelah lahir, udara ruangan memenuhi
trakea dan bronkus bayi baru lahir. Sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveol akan berkembang terisi udara
dan pernapasan bayi tergantung sepenuhnya pada paru-parunya sendiri

Dari cairan menuju udara


Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan

126
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi
yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini
dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali
tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan
sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

3. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler


Denyut jantung janin (DJJ) diatur oleh pengaruh divisi simpatis dan parasimpatis sistem
saraf otonom dan kemoreseptor serta baroresptor. Rentang normal DJJ adalah 120 -160
kali permenit. Irama DJJ cukup stabil dan fluktuasi beragam antara 5 sampai 10 menit per
menit. Perubahan antar denyut (keragaman jangka pendek) diperantai oleh refleks vagal
(sistem saraf parasimpatis). Apabila refleks vagal distimulasi, DJJ menurun. Apabila
sistem saraf simpatis distimulusasi, DJJ meningkat. Sistem saraf otonom menerima
informasi mengenai status oksigen dari kemoreseptor (sel saraf sensori dalam lengkung
aorta, badan carotid dan otak yang dapat memicu sistem saraf simpatis untuk meningktkan
DJJ guna meningkatkan perfusi pada area yang terkait. Baroreseptor (ujung saraf yang
sensitif) terhadap tekanan dalam dinding arteri carotid internal dan eksternal) memberikan
input mengenai tekanan darah. Peningkatan tekanan darah baroreseptor memberi tanda
kepada sistem saraf parasimpatis untuk menurunkan curah jantung dan tekanan darah
secara cepat, sehingga memperlambat DJJ.
Selama kontraksi uterus, DJJ biasanya tidak berubah secara bermakna jika fungsi placenta
adekuat. Aliran darah ke ruang intervilli berhenti ketika ketegangan uterus mencapai 50
mm Hg. Janin yang sehat mampu bergantung pada cadangan oksigen di dalam ruang
intervilli dalam kondisi normal. DJJ dapat turun selama kontraksi jika terdapat kompresi
tali pusat, peregangan atau tekanan pada kepala janin (menyebabkan stimulasi saraf vagus
dan menurunkan aliran darah). Jika fungsi uteroplasenta tidak adekuat, DJJ dapat turun
sesudah awal kontraksi dan tidak kembali ke garis dasar sampai setelah kontraksi selesai
(deselerasi lambat). Hipoksia ringan menyebabkan peningkatan DJJ, namun hipoksia yang
parah menyebabkan penurunan DJJ.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang

127
terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan
penurunan oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

4. Perubahan pada sistem peredaran darah


Setelah lahir, darah bayi harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Ada 2 perubahan besar yang harus terjadi dalam sistem sirkulasi:
a. Penutupan foramen ovale atrium jantung
1) Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun. Hal ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk proses oksigenisasi ulang
2) Pernapasan pertama, resistensi pembuluh turun, tekanan atrium kanan naik.
Oksigen mengalir ke dalam paru, dan menurunkan tekanan atrium kiri. Akibatnya
foramen ovale menutup secara fungsional
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
1) Dengan adanya pernapasan kadar oksigen darah meningkat, sehingga duktus
arteriosus mengalami kontriksi dan menutup
2) Selanjutnya sistem sirkulasi bayi dapat menjalankan fungsinya sendiri
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan darah pada seluruh sistem
pembuluh tubuh. Ingat hukum yang menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah yang
mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh
pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Hal ini terutama
penting kalau kita ingat bahwa sebagian besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan
oksigen (asfiksia).

Dua peristiwa penting yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:
a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke

128
atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan
itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan
tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah
paru paru). Peningkatan sirkulasi ke paru paru mengakibatkan peningkatan volume darah
dan tekanan atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan
tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.

LATIHAN
A. Diskusi Hasil Penelitian dengan Judul
Analisis Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten (Wulan Damayanti, MKM)
1. Telaah hasil pengabdian masyarakat
2. Rangkuman hasil telaah
B. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
1) Sebutkan apa saja yang terjadi pada pernafasan pertama pada bayi normal ?
2) Bagaimana perubahan sistem pernafasan yang terjadi pada saat bayi lahir?
3) Apakah fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler?
4) Perubahan apa yang terjadi dalam sistem sirkulasi peredaran darah pada bayi
barulahir ?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Hal-hal yang terjadi pada pernapasan pertama pada bayi normal adalah:
a) Perkembangan paru-paru
b) awal timbulnya pernafasan.
2) Perubahan sistem
a) Saat cukup bulan, terdapat cairan dalam paru-paru bayi. Pada persalinan, bayi
melalui jalan lahir yang menyebabkan 1/3 cairan terperas keluar dari paru-paru.
b) Pada beberapa kali tarikan napas pertama setelah lahir, udara ruangan memenuhi

129
trakea dan bronkus bayi baru lahir. Sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveol akan berkembang terisi udara
dan pernapasan bayi tergantung sepenuhnya pada paru-parunya sendiri.
3) Keterkaitan sistem pernafasan dengan fungsi kardiovaskuler adalah Fungsi sistem
pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler adalah peningkatan aliran darah
paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan
paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan
sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
4) Perubahan yang terjadi dalm sistem sirkulasi peredaran darah pada bayi baru lahir
a) Penutupan foramen ovale atrium jantung
b) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta

RINGKASAN

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama sesudah lahir,
terjadi dengan adanya perkembangan paru-paru, Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan
fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak, penimbunan
karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah. Fungsi sistem
pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler adalah Peningkatan aliran darah paru-
paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus danmenghilangkan cairan paru-paru.
Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe
dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi luar rahim. Perubahan pada sistem peredaran darah terjadi karena adanya
Penutupan foramen ovale atrium jantung dan Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-
paru dan aorta.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna
menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi
jaringan. Ada 2 perubahan besar yang harus terjadi dalam sistem sirkulasi yaitu:

1) Penutupan foramen ovale atrium jantung.

130
Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun. Hal ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir
ke paru-paru untuk proses oksigenisasi ulang, pernapasan pertama, resistensi pembuluh
turun, tekanan atrium kanan naik. Oksigen mengalir ke dalam paru, dan menurunkan
tekanan atrium kiri. Akibatnya foramen ovale menutup secara fungsionil.
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
Dengan adanya pernapasan kadar oksigen darah meningkat, sehingga duktus arteriosus
mengalami kontraksi dan menutup. Selanjutnya sistem sirkulasi bayi dapat menjalankan
fungsinya sendiri. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan darah pada
seluruh sistem pembuluh tubuh. Ingat hukum yang menyatakan bahwa darah akan
mengalir pada daerah daerah yang mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-
perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem
pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya
sehingga mengubah aliran darah. Hal ini terutama penting kalau kita ingat bahwa sebagian
besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen (asfiksia).
Peristiwa penting yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah yaitu pada saat
tali pusat pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan
itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang dan Pernafasan pertama
menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium
kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru paru).
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada
atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.

EVALUASI

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi karena adanya ...
A. Pematangan surfaktan

131
B. Perkembangan paru-paru
C. Retensi oksigen di atrium kanan
D. Penutupan foramen ovale atrium jantung
2) Peningkatan aliran darah paru-paru adalah memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru adalah merupakan fungsi dari ...
A. Sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
B. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
C. Penutupan foramen ovale atrium jantung
D. Perubahan pada sistem peredaran darah
3) Peningkatan aliran darah ke paru-paru berfungsi untuk…
A. Mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu
menghilangkan cairan paru-paru
B. Mempercepat penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta
C. Mempercepat penutupan foramen ovale atrium jantung
D. Memperlancar pertukaran gas dalam alveolus
4) Terjadinya peningkatan resistensi pembuluh sistemik dan tekanan atrium kananmenurun
menyebabkan terjadinya …
A. Pematangan surfaktan
B. Perkembangan paru-paru
C. Retensi oksigen di atrium kanan
D. Penutupan foramen ovale atrium jantung
5) Secara fisiologis pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan mendapat
keuntungan ...
A. Keluarnya CO2 dari Paru
B. Segera mendapatkan oksigen
C. Cairan yang ada di dalam paru diperas keluar
D. Jalan lahir yang dilalui sesuai dengan besarnya bayi

KUNCI JAWABAN
1) B
2) A
3) A
4) B

132
5) C

133
Untuk memahami Perubahan Pengaturan suhu, Metabolisme Glukosa, Perubahan sistem
gastrointestinal, Anda diharapkan membaca dengan penuh konsentrasi materi berikut ini.

A. PERUBAHAN PENGATURAN SUHU

Suhu tubuh bayi baru lahir harus dipertahankan antara 36,5 oC dan 37 oC. Hipotermia pada
bayi baru lahir didefinisikan sebagai suhu kurang dari 35 oC.
1. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, suhu dikendalikan dari pusat
penurun panas dan pusat peningkatan panas di hipotalamus, area otak di dekat kelenjar
hipofisis, sehingga bayi akan mengalami stress dengan adanya perubahan perubahan
lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan
luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
2. Pembentukan suhu pada bayi baru lahir tanpa disertai menggigil adalah merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
3. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100%.
4. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
5. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang Bayi Baru Lahir.
a. Lemak coklat ditemukan di sekitar leher dan antara skapula, melintasi garis
klavikula dan sternum.
b. Lemak coklat juga mengelilingi pembuluh darah torax mayor dan bantalan ginjal.
c. Sel-sel mengandung nukleus, glikogen, mitokondria (yang melepas energi) dan
vakuola lemak multiple di dalam sitoplasma (suatu sumber energi)
d. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress
dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

134
6. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis. Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan
bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL

Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas untuk berkeringat dan menggigil.
Termogenesis non menggigil (non shivering thermogenesis, NST) digunakan oleh bayi baru
lahir untuk tetap hangat, dan dimulai dengan:
1. Oksigenasi
2. Pelepasan dari plasenta , memotong tali pusat memaksimalkan NST
3. Pendinginan kutaneus: reseptor dingin di kuit menstimulasi pelepasan noradrenalin dan
tiroksin yang menstimulasi lemak coklat.
1. Mekanisme Kehilangan Panas
Panas hilang selama kelahiran, resusitasi dan transportasi
a. Evaporasi
Kehilangan panas akibat bayi tidak segera dikeringkan. Akibatnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh menguap.
b. Konduksi
Kehilangan panas akibat kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin.
c. Konveksi
Kehilangan panas akibat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.
d. Radiasi
Kehilangan panas akibat bayi ditempatkan di dekat benda yang temperaturnyalebih
rendah dari temperatur tubuh bayi.
2. Upaya Mencegah Kehilangan Panas:
a. Keringkan bayi secara seksama
b. Lakukan IMD
c. Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan hangat
d. Tutupi kepala bayi
e. Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI
f. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
g. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

135
a. Efek hipotermia
1) Peningkatan resistensi/tahanan vaskuler pulmonal, mengurangi oksigenase.
2) Penurunan produksi surfaktan dan efisiensi surfaktant, meningkatkan atelektasis
yang memperburuk asidosis.
3) Asidosis meningkatkan tekanan arteri pulmonal, mengurangi jumlah aliran darah
melalui paru, menyebabkan hipoksia.
4) Peningkatan asidosis juga menyebabkan pergeseran bilirubin tak terkonjugasidari
tempat pengikatannya, menimbulkan resiko hiperbilirubinemi.
5) Peningkatan penggunaan glukosa, karena peningkatan metabolisme memicu
hipoglikemia dan mengurangi energi yang tersedia untuk pertumbuhan.

6) Curah jantung yang buruk dan penurunan aliran darah ke saluran gastrointestinal
menyebabkan iskemia yang dapat menyebabkan enterokolitis nekrotik (necrotizing
enterocolitis, NEC).
7) Hemoragi pulmonal dapat juga terjadi akibat kegagalan ventrikel kiri dan kerusakan
pada kapiler pulmonal, menyebabkan kebocoran cairan dan sel dari alveoli.

Perawatan bayi saat lahir


1) Suhu minimal janin satu derajad lebih tinggi dibandingkan suhu ibu karena
pertukaran panas melalui plasenta
2) Penurunan suhu lingkungan saat kelahiran bayi terlahir dengan kondisi basah
dilahirkan ke lingkungan yang dingin
3) Bayi cukup bulan yang sehat akan berespon dengan meningkatkan produksi
panas.
4) Mengeringkan dan membedong bayi dengan handuk hangat akan
mempertahankan suhu tubuh bayi.
5) Perawatan Kanguru membantu mempertahankan bayi tetap hangat.
Menempatkan bayi kontak langsung ke dada ibu menstimuasi ibu untuk
mengubah suhu tubuhnya untuk memenuhi kebutuhan bayi.

b. Bayi Premature
Perawatan pada bayi prematur:
1) Ruang kelahiran dapat dingin dan berangin yang meningkatkan kehilangan panas

136
Konvektif.
2) Suhu tubuh bayi dengan berat badan 1 kg dapat berkurang sebesar 1 derajat
Celcius setiap 5 menit.
3) Atur penghangat radian ke nilai maksimum dan sediakan handuk hangat.
4) Ingat kepala merupakan permukaan yang besar untuk kehilangan panas, jadi
pakaikan topi ke kepala bayi jika ia memerlukan resusitasi ekstensif dan
dipindahkan ke NICU.
5) Selama resusitasi dan transportasi ke NICU gunakan kantong plastik untuk
membungkus tubuh bayi. Plastik di dekat kulit membantu mengurangi kehilangan
cairan transepidermal melalui kulit bayi prematur yang belum matang.
6) Setelah bayi berada di lingkungan inkubator dengan 7% kelembaban juga akan
membantu tetap hangat.

Perlengkapan yang digunakan untuk mempertahankan suhu badan bayi baru lahir
adalah sebagai berikut:
a) Pemanas Radian memberikan panas kering secara langsung ke kulit digunakan terutama
saat pelahiran atau selama intervensi meningkatkan kehilangan panas yang tidak dirasakan,
kehilangan panas evaporatif dan konvektif. Bayi akan meningkatkan laju metaboliknya
saat pemanas berupaya memproduksi kondisi suhu yang netral. Pemanas radian tidak
digunakan pada bayi prematur atau bayi sakit.
b) Inkubator memberikan ruang tertutup yang terlindung. Sebagai hasil dari rancangan lapisan
kaca ganda, inkubator mengurangi kehilangan panas radiasi, mengelilingi bayi dengan
gorgen panas bahkan ketika pintu jendela terbuka memungkinkan pemberian kelembapan
untuk memutuskan kehilangan panasmelalui evaporasi (tidak dirasakan) dan kehilangan
cairan. memungkinkan pemberian oksigen, mengurangi suara bising karena lubang kecil dan
pintu diberikan bantalan.

B. PERUBAHAN METABOLISME GLUKOSA

1. Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi oleh ibu. Saat bayi lahir dan
tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar glukosanya sendiri.
2. Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran) yang sebagian
digunakan untuk menghasilkan panas dan mencegah hipotermia.

137
3. Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
4. Jika cadangan glukosa tubuh habis digunakan, sementara bayi tidak mendapat asupan dari
luar, beresiko terjadinya hipoglisemia dengan gejala kejang, sianosis, apnoe, tangis lemah,
letargi dan menolak makan. Akibat jangka panjang dapat merusak sel-sel otak
5. Pencegahan Penurunan Kadar Glukosa Darah:
a. Melalui penggunaan ASI
b. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glikoneogenesis):
1) BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup,
akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).
2) Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.
3) Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama
di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
4) Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama
kelahiran.
5) Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama
kelahiran pada bayi cukup bulan.
6) Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak
dalam keadaan berisiko.
7) Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang
mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merupakan
risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakansebelum lahir)
8) Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas meliputi : kejang-kejang
halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak makanan.
Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang
hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.

C. PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL

138
1. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
2. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lair.
3. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan(selain
susu) masih terbatas.
4. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus
5. Kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
6. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya
bayi baru lahir.
7. Pengaturan makanan yang diatur bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on
demand.
D. PERUBAHAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH/IMUN
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan maka
limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel-sel limfoid
membentuk molekul immunoglobulin gamma G yang merupakan gabungan immunoglobulin
gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan.
Gamma G globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin
mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan penambahan folikel limfoid dan sintesis
gamma M immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2
bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus digestifus,
respiratorus, kelenjar ludah, pancreas dan traktus urogenital.
Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirkan setara dengan
keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi hanya dilindungi oleh Gamma
G immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga kurangnya Gamma A immunoglobulin
yang menyebabkan neonatus berkemungkinan besar rentan infeksi dan sepsis.
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh
yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
1. Perlindungan oleh kulit membran mukosa
2. Fungsi saringan saluran napas
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

139
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu
BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang,
artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen
asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama
masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun keberadaannya dalam rahim terlindung
membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan terhadap antigen tertentu. Ada tiga macam
imunoglobulin (Ig) atau antibodi (huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG, igA,
dan IgM. Hanya IgG yang cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan
antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai
kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, tingkat IgG bayi sama
dengan atau sedikit lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini memberikan kekebalan pasif
selama beberapa bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin. Tingkat IgM
pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang bisa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk
dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang relatif rendah membuat bayi rentan
terkena infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk pada sewaktu
terjadi respons primer adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi dalam
waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat orang dewasa dalam kurun
waktu 2 bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan, saluran usus lambung, dan mata.
Sedangkan imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak begitu berkembang pada masa
awal bayi/neonatus.

140
LATIHAN
A. Diskusi Hasil Penelitian
Hubungan Lama Waktu Pemotongan Tali Pusat dengan Lama Waktu Puput di BPS L. Dan BPS
D. Kec. Teluknaga Tangerang
1. Telaah hasil penelitian
2. Rangkuman Hasil telaah

B. Soal Essay
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
1) Apa akibat dari sistem imunitas bayi baru lahir belum matang?
2) Apakah gejala-gejala terjadinya hipoglikemia pada bayi baru lahir ?
3) Apakah akibat dari Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum
sempurna pada bayi baru lahir ?
4) Apa akibat dari sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang ?
5) Apakah keuntungan dari sistem imunitas yang matang

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Dampak dari Bayi baru lahir yang belum dapat mengatur suhu tubuhnya adalah akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban
menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya.
2) Gejala gejala terjadinya hipoglikemia pada BBL adalah kejang kejang halus, sianosis,
apnoe, tangis lemah, letargi, lunglai, dan menolak makan.
3) Akibat dari Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna
adalah terjadinya “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus
4) Akibat dari sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang adalah neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi.

141
5) Keuntungan dari sistem imunitas bayi baru lahir yang matang adalah memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari strukturpertahanan
tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.

RINGKASAN

1) Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang
suhunya lebih tinggi. Pembentukan suhu pada bayi baru lahir tanpa disertai menggigil
adalah merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
2) Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi dipenuhi oleh ibu. Saat bayi lahir dan
tali pusat dipotong, bayi harus mempertahankan kadar glukosanya sendiri. Kadar glukosa
bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam pertama kelahiran) yang sebagian digunakan untuk
menghasilkan panas dan mencegah hipotermia. Jika cadangan glukosa tubuh habis
digunakan, sementara bayi tidak mendapat asupan dari luar, beresiko terjadinya
hipoglisemia.
3) Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Kemampuan bayi
baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus
4) Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
5) Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi.

LATIHAN
3.

142
EVALUASI

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Pembentukan suhu pada bayi baru lahir melalui ...
A. Gerakan tubuh (menggigil)
B. Suhu lingkungan yang hangat
C. Pembakaran lemak coklat
D. Penggunaan cadangan glukosa
2) Kehilangan panas pada bayi baru lahir karena penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri, adalah definisi mekanisme kehilangan panas pada
bayi baru lahir ....
A. Evaporasi
B. Radiasi
C. Konduksi
D. Konveksi
3) Pada saat melakukan IMD terjadi kontak kulit antara ibu dan bayinya, akibatnya bayi
akan terhindar dari...
A. Hipoksia
B. Hypotermi
C. Hypofibrinogen
D. Hypoglikemia
4) Risiko Jika cadangan glukosa tubuh habis digunakan, sementara bayi tidak mendapat
asupan dari luar adalah terjadinya ...
A. Hipoglicemia
B. Hipoglisemia
C. Glikonemia
D. Glikoneogenesis
5) Bayi mulai mempertahankan kadar glukosa dalam darah sejak ...
A. Dalam kandungan
B. Saat bayi lahir

143
C. Tali pusat dipotong
D. Setelah mendapatkan kolostrum
6) Tanda-tanda bayi menderita hipoglicemia adalah ...
A. Kejang-kejang halus, sianosis,, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak
makanan.
B. Bayi rewel, tangis lemah, letargi, kencing sedikit, tidak mau minum
C. Kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak
D. Bayi apatis, susah minum, kencing sedikit
7) Contoh Pengaturan makanan pada bayi diatur bayi itu sendiri adalah ...
A. Pemberian ASI on demand
B. Setelah kenyang bayi akan tidur
C. Bayi akan gumoh bila lambung penuh
D. Banyak minum akan mengakibat sering kencing
8) Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk ...
A. Glikogen
B. Vernik
C. Lemak Coklat
D. Imunoglobulin
9) Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, menyebabkan neonatusmenjadi...
A. Rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi
B. Sistem peredaran darah tidak baik
C. Sistem pernafasan terganggu
D. Thermo regulasi tidak stabil
10) Gamma M immunoglobulin meningkat ...
A. Segera setelah bayi dilahirkan
B. Segera menjelang bayi dilahirkan
C. Pada saat kehamilan Trimester III
D. Pada saat ibu dalam persalinan kala I

Kunci Jawaban Tes

144
1) C
2) A
3) B
4) A
5) C
6) A
7) A
8) A
9) A
10) A

Topik 11
Pendokumentasian Asuhan Persalinan

1. SOAP
Metode 4 langkah ini disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan dan
dipakai untuk mendokumentasikan asuhan dalam rekam medis klien sebagai catatan
kemajuan. SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.
Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali bertemu klienya. Selama
masa persalinan, seorang bidan dalam menuliskan catatan SOAP untuk setiap kali
kunjungan, sementara masa intrapartum, seorang bidan boleh menuliskan lebih dari
satu catatan untuk satu klien dalam satu hari. Seorang bidan harus melihat catatan-
catatan SOAP terdahulu bilamana ia merawat seorang siswa, bidan akan mendapatkan
lebih banyak pengalaman dan urutan SOAP akan terjadi secara alamiah. Kepanjangan
dari SOAP adalah :
S ( Subyektif): yaitu apa yang dikatakan bidan
O ( Obyektif) : yaitu apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu
melakukan pemeriksaan
A ( Analisa ) : yaitu keseimpulan apa yang dibuat dari data-data subyektif/obyektif
145
tersebut
P ( Planning ) yaitu apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil pengevaluasian tersebut

S ( Data Subyektif)
Data subyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah pertama adalah pengkajian data, terutama data yang diperoleh
melalui anamnesis. Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien.
O ( Obyektif)
Data Obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney pertama ( Pengkajian data) ,terutama yang diperoleh melalui hasil
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan diagnosis lain.
A (Assessement)
A (Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
intrepretasi dari data subyektif dan data obyektif. Dalam pendokumentasian
menejemen kebidanan karena keadaan pasien setiap saat bisa mengalami perubahan
dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun obyektif, maka
proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis

P ( Planning )
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan dating.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intepretasi data. Rencana
asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.
Tujuan pendokumentasian SOAP adalah :
a. Merupakan kemajuan informasi yang sistematis, yang mengorganisir
penemuan dan kesimpulan anda menjadi suatu rencana asuhan
b. Merupakan penyaringan initsari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk
tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan
c. Merupakan urutan-urutan yang dapat membantu dalam mengorganisir pikiran
anda dan memberikan asuhan yang menyeluruh.

2. Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney ( 1997)


146
Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan
masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970 an. Proses
ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan bagi klien maupun
tenaga kesehatan.
Langkah I. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
c. Meninjau catatan terbaru dan catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkanya dengan hasil study

Langkah II. Intepretasi data dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan intepretasi yang benar atas dasar data-data
yang telah diintepretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standart nomenklatur. Standart nomenklatur
diagnosis kebidanan tersebut adalah :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
b. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
c. Memiliki cirri khas kebidanan
d. Didukung oleh Clinical judgement dalam praktik kebidanan
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan menejemen kebidanan.

Langkah.III Mengidentifikasi diagnosisi atau masalah potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosisi yang telah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegaha.
Langkah IV. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Mengidentifikasi atas perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lai
147
sesuai dengan kondisi klien.
Langkah V. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-


langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

Langkah VI. Melaksanakan perencanaa


Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam langkah kelima hsrus
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan, dan sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainya.
Langkah VII. Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan
diagnosis.

3. Prinsip Dokumentasi
Dokumentasi yang efektif tergantung pada kegiatan pencatatan oleh individu. Peran,
perilaku dan kemampuan individu serta hasil dari sebuah pendokumentasian juga
mempengaruhi efektivitas sebuah dokumentasi. Ditinjau dari segi tehnik pencatatan,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pendokumentasian antara
lain :
a. Menuliskan nama pasien pada setiap halaman catatan bidan
b. Hendaknya tulisan mudah dibaca.
c. Dokumentasi segera dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian pertama dan
selesai melakukan setiap langkah asuhan kebidanan
d. Apabila memungkinkan, kutip semua kalimat atau kata yang diungkapkan
pasien
e. Pastikan kebenaran dari setiap data yang akan ditulis
f. Bedakan informasi yang obyektif dan penafsira
g. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Perubahan kondisi klien atau muncul masalah baru

148
2) Respon pasien terhadap tindakan yang diberikan oleh bidan
3) Respon pasien terhadap kegiatan konseling oleh bidan

h. Hindari dokumentasi yang bersifat bau, karena setiap pasien unik dan
mempunyai permasaahan yang berbeda.
i. Hindari penggunaan istilah yang tidak jelas dan oergunakan singkatan yang
sudah biasa dipakai dan dapat diterima
j. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan, tulisan yang salah tersebut jangaj
dihapus. Pada tulisan yang salah, coret satu kali kemudian tulis kata salah
diatasnya dibubuhkan paraf.
k. Setiap kegiatan dokumentasi cantumkan waktu serta tanda tangan dan nama
terang
l. Bila pencatatan bersambung pada halaman berikutnya, bubuhkan
tandatangangan dan cantumkan kembali waktu pada bagian halama berikutnya.

4. Aspek Legal Dokumentasi


Dokumentasi asuhan kebidanan harus mudah dibaca, berisi data akurat dan dapat
mengkomunikasikan informasi penting tentang seorang pasien yang ditangani
oleh bidan kebebrapa professional. Beberapa definisi dasar tentang aspek legal
dan etik dalam asuhan kebidanan adalah :
a. Lega
b. Kesalahan adalah kerugian individu yang dapat diberikan ganti rugi secara
hokum
c. Kelalaian adalah kegagalan menjalankan perawatan dengan baik/wajar
d. Malpraktik adalah kelalaian profesi atau kegagalan mematuhi standart yang
harus dijalankan oleh seseorang

RANGKUMAN
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah. Mengingat bahwa
proses manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan,
maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen untuk

mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta


melakukan penyesuaian pada rencana tersebut
149
Evaluasi
1. Sebutkan langkah – langkah pendokumentasian menurut Helen Varney?
2. Jelaskan tujuan pendokumentasian SOAP !

150
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pain Assessment Tool. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015
pukul 21.00 WIB dari publicdomainvectors.org
Arifin. 2008. Nyeri Haid. Jakarta : EGC
Ashari, Ani. 2010. Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogyakarta : Pustaka Rohima
Cunningham, F.Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Vol. 1.
Jakarta:EGC.
Cunningham, Williams. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Danuatmaja, B & Mila Meiliasari. 2004. 40 Hari Pasca Persalina. Edisi 1.
Jakarta. Puspa Swara. Hal : 36,47.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Standar Pelayanan Kebidanan.
Jakarta: Dep.Kes RI
Depkes R. I. 2008. Asuhan persalinan normal: Asuhan esensial, pencegahan dan
penanggulangan segera komplikasi persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta:
JNPK-KR.
Farida, Siti.& Ana, Zuliana. 2016. Metode Massage Abdominal Lifting sebagai
Upaya untuk Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I. ISBN : 978-602.73865- 4-
9. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta. Diakses
Tanggal 11 Agustus 2018
Gadysa, G. 2009. Persepsi Ibu tentang Metode masage.
http://luluvikarwordpress.com/2009/08/26. Persepsi-ibu-tentang-metode-
masage. Diperoleh tanggal 20 Agustus 2018.
Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodiharjo
Lestari I dkk. 2012. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri
terdapat dalam The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 9 No. 1, Juli
2012: 37–50
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2001. Buku Asuhan Antenatal. Jakarta:
Pusdiknakes.

151
Pusdiknakes. 2001. Buku Panduan Pengajaran Konsep Asuhan Kebidanan bagi
Dosen Diploma III Kebidanan. Jakarta: Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO
Ralph C. Benson dan Martin L.Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul Bari. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBPSP-JNPKKR-POGI-JHPIEGO
Simkin, P. 2012. Reducing Pain and Embancing Progress in Labor. Journal
Child Birth Th.XI. no. 22
Varney. 1997. Varney’s Midwifery. London: Jones & Bartlett
WHO. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: WHO
Wiknjosastro. H. Gulardi. POGI. Maddjid, Abdul, Omo.2008. Asuhan Persalinan
Normal. Jakarta.

152
Lampiran

153
DAFTAR TILIK KALA II, AMNIOTOMI DAN EPISIOTOMI
Petunjuk pengisian daftar tilik:
Beri tanda cek (√ ) pada kolom yang sesuai dengan situasi pengamatan, yaitu:
1. Skor 0 : Apabila alat tidak disediakan, prosedur kerja tidak dikerjakan dengan
benar atau tidak sesuai urutan (jika harus berurutan) atau tidak dikerjakan.
2. Skor 1: Apabila prosedur kerja dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika
harus berurutan), tetapi peserta secara efisien tidak ada kemajuan dari langkah
ke langkah, alat tidak dimanfaatkan, komunikasi dengan pasien kurang.
3. Skor 2: Apabila prosedur kerja dikerjakan dengan benar sesuai dengan urutan
(jika harus berurutan), efisien, komunikasi dengan pasien baik.

No LANGKAH KERJA Praktikum BST BST


0 1 2 0 1 2 0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1 Menyambut pasien, memberikan salam, dan
memperkenalkan diri
2 Membaca catatan medis dan memastikan identitas
pasien (nama,tanggal lahir, atau no rekam medis)

3 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan


dilaksanakan, meminta persetujuan dan kontrak
waktu
4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
dan memberikan perhatian pada setiap pertanyaan

5 Komunikasi dengan ibu/pasien selama


melakukan tindakan
6 Mengawali tindakan dengan lafal Basmalah dan
mengakhiri tindakan dengan Hamdalah
7 Mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan
serta mengeringkan dengan handuk bersih
8 Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

9 Melakukan dekontaminasi alat


KONTEN
10 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
untuk amniotomi.
11 Menberikan penjelasan tindakan yang akan
dilakukan pada ibu
12 Memeriksa denyut jantung janin.
13 Melakukan Vulve Hygyene
14 Melakukan periksa dalam, serviks,konsistensi,
posisi, penipisan dan pembukaan, pastikan kepala
sudah masuk PAP dan tidak teraba
tali pusat atau bagian kecil. Raba selaput ketuban.
154
15 Memasukkan ½ kokher yang dipegang tangan kiri
dengan bimbingan telunjuk dan jari tengah tangan
kanan, dengan gigi menghadap ke tangan kanan,
setelah masuk vagina balik posisi gigi hingga
menyentuh selaput ketuban*)
16 Pindahkan tangan kiri ke fundus uteri*)
17 Gerakan kedua ujung jari dalam untuk menorehkan
gigi hingga merobek
selaput ketuban saat his mulai mereda*)
18 Cairan ketuban akan mengalir keluar perlahan.
Perhatikan warnanya kejernihan, pewarnaan
mekanium jumlah cairan ketuban.
19 Setelah cairan keluar, keluarkan ½ kokher dari
vagina masukkan kedalam kom besar berisi larutan
klorin 0,5%
20 Pertahankan jari tangan dalam vagina agar cairan
keluar perlahan dan yakin bahwa tidak teraba
bagian kecil janin atau tali pusat menumbung*)
21 Keluarkan jari tangan dari vagina, cuci dalam
larutan klorin, masukkan handscoon kedalam
ember yang berisi larutan klorin 0,5%.
22 Setelah amniotomi, periksa DJJ kembali pada saat
kontraksi dan segera setelah kontraksi.
23 Catat di partograf dan catatan medik pasien
TEKNIK
24 Melaksanakan tindakan secara
sistematis/berurutan

25 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri,


tidak ragu-ragu, kontak mata dan empati
26 Menjaga privasi pasien dan memperhatikan
prinsip pencegahan infeksi

155
DAFTAR TILIK
ASUHAN PERSALINAN NORMAL KALA II

LANGKAH KERJA Praktikum BST BST


0 1 2 0 1 2 0 1 2
A SIKAP DAN PERILAKU
1 Menyambut pasien, memberikan salam, dan
memperkenalkan diri

2 Membaca catatan medis dan memastikan


identitas pasien (nama,tanggal lahir, atau no
rekam medis)

3 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan


dilaksanakan, meminta persetujuan dan
kontrak waktu

4 Memberikan kesempatan pasien untuk


bertanya dan memberikan perhatian pada
setiap pertanyaan

5 Komunikasi dengan ibu/pasien selama


melakukan tindakan

6 Mengawali tindakan dengan lafal Basmalah


dan mengakhiri tindakan dengan Hamdalah

7 Mencuci tangan sebelum dan setelah


tindakan serta
mengeringkan dengan handuk bersih

8 Menggunakan APD (Alat


Pelindung Diri)

9 Melakukan dekontaminasi alat

B CONTENT / ISI
10 Melihat tanda dan gejala kala II
 Mempunyai dorongan
mengejan
 Tekanan pada anus
 Vulva dan anus membuka
11 Meletakkan kain bersih diatas
perut ibu serta memasang handuk diatas perut
ibu
12 Mendekatkan alat
13 Memakai sarung tangan DTT
14 Meletakkan kain steril dilipat 1/3
bagian, dibawah bokong ibu
15 Doa akan bersalin

156
َ ˚ َ˚ ‫َ ˚َ ´َ لى ´َع ˚َ ˚َ ´َي ˚َ وك‬ ˚ ‫´َح‬
( ‫َ ˚َ ´َا ˚َ بن ˚َ س ´َح هاو‬ ˚ ‫َ ˚َم˚َع ´َن‬
´ َ´
‫َلس‬
˚ ‫ا ´َ ´َي ´َ ’َك‬
‫)ا م ر ت ل ا‬
Artinya: “Ya Allah yang Maha Mencukupi
aku dan sebaik-baik yang melindungiku.
Hanya kepada Allah aku berserah diri.” (HR.
Tirmidzi)
16 Memimpin ibu mengejan saat ada
kontraksi
17 Menolong kelahiran kepala :
a. Melindungi perineum
b. Menahan kepala untuk mencegah
defleksi maksimal
c. Menganjurkan ibu untuk meneran dan
bernafas pendek- pendek

18 Memeriksa lilitan tali pusat


19 Menunggu kepala putar paksi luar*)
20 Meletakkan tangan secara
biparietal*)
21 Melahirkan bahu depan dan
belakang*)
22 Melakukan sangga susur*)
23 Menilai dengan cepat keadaan bayi
sambil memposisikan bayi di perut ibu
24 Bacakan do’a untuk bayi baru lahir
(allahumma barikllahu/ha)
25 Meletakkan bayi pada handuk di atas perut
ibu serta mengeringkannya dan mengganti
dengan kain kering kedua
26 Doa setelah bersalin
‫˚ َ ˚َ ت م ل ك ب ك ذ ي‬ ‫ت‬
‫˚َ ت‬ ‫ن م‬ ‫ع أط ي ش لك‬
‫˚َم ˚َ ˚َن‬
‫˚َم ه‬ ‫َ ة‬ ´ ‫هاو ة ˚َم ل ن ي ع ل كنم‬
َ ´
)
‫ )اماخب ا‬Artinya:
“Aku memohon perlindungan untukmu (bayi)
dengan kalimat Allah yang sempurna dari
godaan syetan, dari ancaman binatang yang
berbisa, dan dari sorotan mata yang jahat.”
(HR. Bukhari)
C TEKNIK
27 Melaksanakan tindakan secara
sistematis/berurutan
28 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri,
tidak ragu-ragu, kontak mata dan empati
29 Menjaga privasi pasien dan memperhatikan
prinsip pencegahan infeksi

157
DAFTAR TILIK
ASUHAN PERSALINAN NORMAL

No LANGKAH KERJA Praktikum BST BST


0 1 2 0 1 2 0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1 Menyambut pasien, memberikan salam, dan
memperkenalkan diri

2 Membaca catatan medis dan memastikan identitas pasien


(nama,tanggal lahir, atau no rekam medis)

3 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan


dilaksanakan, meminta persetujuan dan kontrak waktu

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan memberikan


perhatian pada setiap pertanyaan

5 Komunikasi dengan ibu/pasien selama melakukan tindakan

6 Mengawali tindakan dengan lafal Basmalah dan mengakhiri


tindakan dengan Hamdalah

7 Mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan serta mengeringkan


dengan handuk bersih

8 Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

9 Melakukan dekontaminasi alat

I MELIHAT TANDA GEJALA KALA II


10 Melihat tanda dan gejala kala II :
 Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasa adanya tekanan pada anus
 Perineum menonjol
 Vulva dan anus membuka

II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


11 Memastikan kelengkapan alat, bahan dan obat-obatan esensial
pertolongan persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan
BBL.
 Untuk asfiksia : tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan
1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm dari tubuh bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi
serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai 2 ½ ml kedalam wadah partus set.

12 Memakai celemek plastik


13 Memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue/handuk pribadi yang

158
bersih dan kering.
14 Pakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
15 Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik)
Bila ketuban belum pecah pinggirkan ½ kocher pada
partus set.
III MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN
KEADAAN JANIN BAIK
16 Membersihkan vulva dan perineum menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atas
kasa yang dibasahi air DTT.
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
an rendam dalam larutan klorin 0,5%)
17 Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan dan selaput ketuban sudah pecah*)
 Bila pembukaan belum lengkap, catat hasil
pemeriksaan pada partograf dan nilai kemajuan
persalinan
 Bila selaput ketuban belum pecah, lakukan
pemecahan selaput ketuban
 Pastikan kepala sudah masuk, tidak teraba bagian
kecil janin atau tali pusat
 Masukkan ½ kocher yang dipegang tangan kiri dengan
bimbingan telunjuk jari tengah tangan kanan hingga menyentuh
selaput ketuban
 Saat his berkurang kekuatannya, gerakkan ujung jari
tangan kanan membimbing ujung ½ kocher menggores selaput
ketuban hingga ketuban pecah
 Keluarkan ½ kocher dari vagina ibu dengan tangan
kiri, masukkan kedalam ember berisi larutan klorin 0,5%
 Pertahankan jari-jari tangan kanan tetap dalam vagina
sehingga yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat
setelah selaput ketuban dipecahkan Keluarkan jari-jari tangan
kanan dari vagina

18 Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan kanan


yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah
sarung
tangan dilepaskan.
19 Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi selesai /saat relaksasi
uterus, pastikan Djj dalam batas normal (120- 160 x/menit)*)

 Mengambil tindakan yang sesuai jika Djj tidak

159
normal

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, Djj dan


semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

IV MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU


PROSES PIMPINAN MENERAN
20 Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, dan bantu ibu untuk dalam menemukan
posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua
temuan yang ada.
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaiman peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar.
21 Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
22 Doa akan bersalin
َ´ َ ˚ َ˚ ‫َ ˚َ ´َ لى ´َع ˚َ ˚َ ´َي ˚َ وك‬˚ ‫امرتلا( ا ´َ ´َي ´َ ’َك ˚َلس ´َح‬
‫َ ˚َ ´َا ˚َ بن ˚َ س ´َح ) ا‬
‫هو‬ ˚‫َ ˚َم ˚َع ´َن‬´
Artinya: “Ya Allah yang Maha Mencukupi aku dan
sebaik-baik yang melindungiku. Hanya kepada Allah
aku berserah diri.” (HR. Tirmidzi)
23 Lakukan bimbingan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat
untuk meneran
E. Memimpin ibu untuk meneran pada saat timbul his,
menyesuaikan pimpinan meneran dengan kecepatan lahirnya
kepala
F. Mendukung usaha ibu untuk meneran
G. Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his
(diantara his)
H. Meminta bantuan keluarga untuk memberi ibu minum
saat istirahat
I. Memeriksa Djj setiap kontraksi uterus selesai Segera rujuk
jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah dipimpin meneran selama 2 jam primipara/1 jam multipara.
24 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
25 Letakkan handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada
perut ibu jika kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6
cm.
26 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu
27 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat
28 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI MENOLONG KELAHIRAN BAYI
160
VII Melahirkan kepala

29 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm


membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara
tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi
defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir (minta ibu untuk
tidak meneran dengan bernafas
pendek-pendek*)
Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka
janin dari lendir dan darah
Bila didapatka mekoneum pada air ketuban, segera setelah
kepala lahir lakukan penghisapan pada mulut
dan hidung janin menggunakan penghisap lendir De Lee
30 Periksa kemungkinan adanya liltan tali pusat*) ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi
4) Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, minta ibu berhenti
meneran, dengan perlindungan tangan kiri, pasang klem tali
pusat didua tempat dan potong diantara dua klem tersebut.

31 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara


spontan*)
VIII Melahirkan bahu
32 Setelah kepala janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua
telapak tangan biparietal kepala janin. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arcus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu
belakang*)
IX Lahirnya Badan dan Tungkai
33 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah.Gunakan tangan atas untuk menelususri
dan memegang lengan dan siku sebelah atas*)
34 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan ats
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya)*)
X Penanganan Bayi Baru Lahir
35 Lakukan penilaian (selintas) *)
bernapas
kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
161
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-
megap segera lakukan tindakan resusitasi (langkah ini
berlanjut ke langkah prosedur resusitasi BBL dengan
asfiksi)
Bacakan do’a untuk bayi baru lahir (allahumma
barikllahu/ha)
36 Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan
bagiantubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks)
kecuali bagian tangan.
Ganti handuk basah dengan handuk kering
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
37 Doa setelah bersalin
‫˚َ ت م ل ك ب ك ذ‬ َ˚ ‫˚َم ˚َ ت‬
‫˚َ ن ط ي ش‬ َ´ ‫˚َ م ه‬ ‫ي ع أ ´َ ة‬
‫ل ك ن م ˚َ ت ل ك ن م‬
‫˚َم ل ن ي ع‬ ‫هاماخب ا( ة‬
‫) وا‬
Artinya: “Aku memohon perlindungan untukmu (bayi)
dengan kalimat Allah yang sempurna dari godaan syetan,
dari ancaman binatang yang berbisa, dan dari
sorotan mata yang jahat.” (HR. Bukhari)
TEKHNIK
Melaksanakan tindakan secara sistematis/berurutan
37
38 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri, tidak ragu-
ragu, kontak mata dan empati

39 Menjaga privasi pasien dan memperhatikan prinsip


pencegahan infeksi

162
DAFTAR TILIK
SAYATAN EPISIOTOMI

Pengertian :Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk


memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi.
Tujuan :
a. Untuk mencegah trauma yang berlebihan pada kepala janin
b. Mempersingkat kala II
c. Mencegah terjadinya ruptur totalis

Ada 4 macam episiotomi, yaitu :


3) Episiotomi medialis yang dibuat garis tengah
4) Episiotomi mediolateralis dari garis tengah kesamping menjauhi anus
5) Episiotomi lateralis, 1-2 cm diatas komisura posterior ke samping
6) Episiotomi sschucsardt atau episiotomi medialis yang melebar sehingga
mungkin menjadi ruptur perineum totalis maka kita gunting kesamping

163
DAFTAR TILIK EPISIOTOMI

LANGKAH KERJA Praktikum BST BST


No 0 1 2 0 1 2 0 1 2
Sikap dan Perilaku
1 Menyambut pasien, memberikan salam, dan
memperkenalkan diri

2 Membaca catatan medis dan memastikan identitas


pasien (nama,tanggal lahir, atau no rekam medis)

3 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan


dilaksanakan, meminta persetujuan dan kontrak waktu

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan


memberikan perhatian pada setiap pertanyaan

5 Komunikasi dengan ibu/pasien selama melakukan


tindakan

6 Mengawali tindakan dengan lafal Basmalah dan


mengakhiri tindakan dengan Hamdalah

7 Mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan serta


mengeringkan dengan handuk bersih

8 Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

9 Melakukan dekontaminasi alat

Konten
10 Sarung tangan sudah dipasang dengan benar.
11 Menentukan lokasi sayatan episiotomi (Medial, Medio
lateral atau lateral)
12 Masukan dua jari tangan kiri penolong ke dalam diantara
kepala dan perineum.
13 Melakukan desinfeksi dengan kasa bethadin
14 Beritahu ibu, akan dilakukan sayatan dengan
menggunakan gunting supaya
robekan tidak melebar .
15 Melakukan sayatan pada saat perineum dalam kondisi
perineum mere dan saat ada kontraksi
16 Gunting yang tidak dipakai direndam dalam air klorin
0,5% selama 10 menit.
Teknik
17 Melaksanakan tindakan secara sistematis/berurutan

18 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri, tidak ragu-


ragu, kontak mata dan empati

19 Menjaga privasi pasien dan memperhatikan prinsip


pencegahan infeksi

164
DAFTAR TILIK
MANAJEMEN AKTIF KALA III DAN OBSERVASI KALA IV

PENATALAKSANAAN Praktikum BST BST


0 1 2 0 1 2 0 1 2
1 Menyambut pasien, memberikan salam, dan
memperkenalkan diri

2 Membaca catatan medis dan memastikan identitas


pasien (nama,tanggal lahir, atau no rekam medis)

3 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan


dilaksanakan, meminta persetujuan dan kontrak waktu

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan


memberikan perhatian pada setiap pertanyaan

5 Komunikasi dengan ibu/pasien selama


melakukan tindakan

6 Mengawali tindakan dengan lafal Basmalah dan


mengakhiri tindakan dengan Hamdalah

7 Mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan serta


mengeringkan dengan handuk bersih

8 Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

9 Melakukan dekontaminasi alat

Content
10 Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak
ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal) *)
11 Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan
menyuntikkan oksitosin (agar uterus berkontraksi
baik)
12 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan
oksitosin 10 IU intra muskuler di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
13 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5
10 cm dari vulva
14 Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu ditepi
atas simfisis untuk mengobsrvasi kontraks
uterus.Tangan lain menegangkan tali pusat
15 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusa kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus keara
belakang atas (dorsokranial) secara hati-hati (untu
mencegah inversio uteri). Jika
tidak ada kontraksi setelah 30-40 detik, hentika
penegangan tali pusat dan stimulasi puting
165
susu.tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur diatas.
Mengeluarkan Plasenta
16 Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial
hingga ada tanda-tanda pelepasan plasenta, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
sumbu jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso kranial)
*)
3) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5- 10 cm dari
vulva dan lahirkan plasenta
4) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat.
a) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
b) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika
kandung kemih penuh
c) Minta keluarga untuk menyiapkan
rujukan
d) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi perdarahan
segera lakukan plasenta manual.
17 Saat plasenta muncul di introitu vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selapu
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT/steri
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

18 Cek kontraksi dan Rangsangan taktil (masase


uterus
19 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)*)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase.
MENILAI PERDARAHAN
20 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bay
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh*)
Masukkan plasenta ke dalam tempat khusus.

166
21 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum*)
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan

167
aktif, segera lakukan penjahitan.
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA
PERSALINAN
22 Pastikan uetrus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjjadi perdarahan pervaginam
23 Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam
6) Sebagian besar bayi akan berhasil
melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu
30-60 menit. Menyusu pertama biasanya
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
24 Setelah satu jam, lakukan
penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibioti
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM d
paha kiri anterolateral.
25 Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan
suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
anteroplateral.
3) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu bisa di susukan
Letakkan kembali bayi pada dada ibu. Bila bay belum
berhasil menyusu di dalam satu jam
pertama dan biarkan sampai bayi berhasi
menyusu
EVALUASI
26 Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam.
5) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca
persalinan
6) Setiap 15 menit pada 1 jam peertama
pascapersalinan
7) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca
persalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik melakukan
asuha yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri

27 Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase


uterus dan menilai kontraksi
28 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah*)
29 Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan
1) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap
jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal

30 Periksa kembali bayi untuk pastikan bayi bernafas


dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,5)
31 Kebersihan dan Keamanan
168
32 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasikan.
33 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
tempat sampah yang sesuai
34 Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT Bersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah Bantu ibu memaka
pakaian yang bersih dan
kering.
35 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu
memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya
36 Dekontaminasi tempat berasalin dengan larutan
klorin 0,5%
37 Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5% balikkan bagian dalam keluar dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

38 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir


DOKUMENTASI
39 Lengkapi partograf (halaman depan dan
belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV
Tekhnik
40 Melaksanakan tindakan secara
sistematis/berurutan

41 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri, tidak


ragu-ragu, kontak mata dan empati

42 Menjaga privasi pasien dan memperhatikan prinsip


pencegahan infeksi

169
MENJAHIT PERINEUM

Klasifikasi Ruptur Perineum


Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur perineum
dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
• Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
a)MukosaVagina
3) Komisuraposterior
4) Kulit perineum
• Ruptur perineum derajat dua, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
a)MukosaVagina
b)Komisuraposterior
c)Kulitperineum
d) Otot perineum
• Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
a)Sebagaimanarupturderajatdua
b) Otot sfingter ani
• Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah
:
• Sebagaimanarupturderajattiga
• Dinding depan rectum

Gambar 2. Tipe-Tipe Episiotomi


Salah satu metode memperbaiki episiotomi ditunjukkan oleh gambar 2
sampai dengan gambar 5. Perbaikan ini menimbulkan nyeri sangat kecil pasca-
operasi, terutama jika digunakan benang jahitan poliglikolik 2/0.

170
Gambar 3. Jahitan pada Dinding Vagina

Gambar 4. Jahitan Dinding Vagina telah Selesai dan Jahitan Otot Perineum
sedang Dilakukan

Gambar 5. Jahitan Subkutikula pada Kulit Perineum dimulai dari posterior dan
selesai di Himen

171
Gambar 6. Dua Helai Benang Catgut Diikatkan dan Dipotong Pendek. Simpul
berada dibawah Mukosa Vagina Sehingga Tidak Kelihatan

Alat-alat yang perlu disiapkan :


7) Nald voeder/Needle holder
8) Pinset chirrurgis
9) Gunting benang
10) Jarum jahit
11) Benang jahit terbuat dari Seide/Silk (Sutera), Chromic cat gut, Plain cat
gut
12) Doek lobang yang steril
13) Kasa steril
14) Sarung tangan steril

172
Macam-macam Jahitan Luka
Jenis jahitan dalam pembedahan banyak sekali. Dikenal beberapa jahitan
sederhana, yaitu jahitan terputus, jahitan kontinu, dan jahitan intradermal.
5) Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture)
Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul
sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk
daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan
lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi.
Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan.
Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang
terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang
terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.

Gambar 2. Interrupted over and over suture.

6) Jahitan Matras
• Jahitan Matras Horizontal
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum
disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan
pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.

173
Gambar 3. Interrupted horizontal mattress suture

• Jahitan Matras Vertikal


Jahitan dengan menjahit secara mendalam di bawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan
ini.

Gambar 4. Interrupted vertical mattress suture

• Jahitan Matras Modifikasi


Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada
daerah subkutannya.

174
Gambar 5. Interrupted semi-mattress suture

7) Jahitan Kontinu
Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila
salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini
jarang dipakai untuk menjahit kulit.
• Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over)
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

Gambar 6. Continuous over and over sutures


• Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture)
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa
sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur
biasa.

175
Gambar 7. Ford suture pattern
• Jahitan Intradermal
Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis
saja). Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.

176
DAFTAR TILIK
PENJAHITAN PERINEUM

No LANGKAH KERJA Praktikum BST BST


0 1 2 0 1 2 0 1 2
Sikap dan Perilaku
1 Menyambut pasien, memberikan salam, dan memperkenalkan diri

2 Membaca catatan medis dan memastikan identitas pasien


(nama,tanggal lahir, atau no rekam medis)

3 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan, meminta


persetujuan dan kontrak waktu

4 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan


memberikan perhatian pada setiap pertanyaan

5 Komunikasi dengan ibu/pasien selama melakukan tindakan

6 Mengawali tindakan dengan lafal Basmalah dan mengakhiri


tindakan dengan Hamdalah

7 Mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan serta


mengeringkan dengan handuk bersih

8 Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

9 Melakukan dekontaminasi alat

Konten
10 Dekatkan ke tempat yang mudah di jangkau.
11 Mempersiapkan penjahitan
3) Posisi litotomi atau posisi ibu sebaiknya dipinggir/sisi tempat
tidur.
4) Tempatkan pengalas bersih dibawah bokong
5) Tempatkan lampu.
12 Penolong memakai celemek/skort.
13 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu keringkan dengan
handuk kering dan bersih
14 Duduk dengan posisi santai,nyaman luka bisa dengan mudah
dililihat & dikerjakan.
15 Pakai sarung tangan yang benar.
16 Bersihkan perineum dengan larutan antiseptic. Seka dengan kasa
DTT : vulva, vagina dan perineum bersihkan darah yanga ada
sambil menilai dalam dan luasnya luka. Periksa perineum, vagina,
servix secara lengkap pastikan derajat laserasi hanya 1,2
tidak 3,4 masukkan jari bersarung tangan kedalam anus
deangan hati-hati, angkat jari tersebut pelan untuk mengidentifikasi
sfingter ani, raba tonus/ketegangan sfingter.

177
Jika sfingter terluka (derajat 3,4) dan terjadi laserasi servix

178
rujuk.
17 Ganti sarung tangan DTT/Steril
18 Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan
dan bantu ibu merasa santai.
19 Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi,
pasang tampon ke dalam vagina.( sebaiknya tampon yang
bertali)
20 Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm dalam spuit. Isi
spuit dengan lidokoin 1% sebanyak 10 cc.Lakukan aspirasi
21 Letakkan 2 jari dalam vagina sepanjang garis insisi.
22 Tusukkan jarum keujung/pojok laserasi/sayatan lalu tarik jarum
sepan jang tepi luka (kearah bawah di antara mukosa dan kulit
perineum)
23 Aspirasi, jika ada darah waktu aspirasi tarik jarum seluruhnya dan
lakukan penyuntikan ditempat lain*)
KEY POINT :
Jika lidokain masuk didalam pembuluh darah, bisa menyebabkan
gangguan denyut jantung (tidak teratur),
menyebabkan kejang dan bisa terjadi kematian pada ibu.
24 Suntikkan anastesi sejajar dengan permukaan luka saat jarum
suntik ditarik perlahan-lahan.
25 Tarik jarum hingga bawah tempat dimana jarum disuntikkan.
26 Arahkan jarum ke daerah di atas tengah luka dan tusukkan jarum
keujung/pojok laserasi/sayatan lalu tarik jarum sepanjang
tepi luka (kearah bawah diantara mukosa dan kulit perineum) ,
aspirasi.
27 Suntikkan anastesi sejajar dengan permukaan luka saat jarum
suntik ditarik perlahan-lahan.
28 Tusukkan jarum untuk ketiga kalinya seperti nampak digambar,
tusukkan jarum keujung/pojok laserasi/sayatan lalu tarik jarum
sepanjang tepi luka (kearah bawah diantara mukosa dan kulit
perineum) , aspirasi.
(Bila robekan besar dan dalam, anastesi daerah bagian dalam
robekan-alur suntikan anastesi akan berbentuk seperti kipas
tepi perineum dalam luka dan tepi mukosa vagina).
29 Suntikkan anastesi sejajar dengan permukaan luka saat jarum
suntik ditarik perlahan-lahan. Sehingga 3 garis disatu sisi luka
mendapatkan anastesi lokal. Ulangi proses ini disisi lain dari
luka tersebut. Setiap sisi luka memerlukan ± 5 ml lidokain 1%
untuk mendapatkan anastesi yang cukup.
30 Tunggu 2 menit dan cubit sisi luka dengan pinset, jika ibu
merasa ketika di cubit, tunggu 2 menit, lalu tes di ulangi.
31 Siapkan jarum (batangnya bulat) dan benang (kromik 2-0/3-0). Jika
menggunakan benang biasa/yang tidak bisa diserap, pakailah jahitan
putus-putus dengan metode satu lapisan. Jahitan yang tidak bisa
diserap harus diambil setelah luka sembuh sepenuhnya.
Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 o dan
jepit jarum.
PENJAHITAN
32 Telusuri hati-hati dengan satu jari, untuk secara jelas menentukan
batas luka (nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana),
Dekatkan tepi luka untuk menentukan bagaimana cara
menjahitnya menjadi satu dengan mudah *)

179
33 Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah
cincin himen.
Buat jahitan pertama ± 1 cm diatas ujung laserasi dibagian dalam
vagina, setelah tusukan pertama buat ikatan dan potong benang yang
bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga tersisa + 1 cm*)
34 Bila robekan yang terjadi sangat dalam
c. Lepaskan jarum dr benang
d. Ambil benang baru dan pasang pada jarum
e. Buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam untuk
menghindari rongga bebas/deaad space.
f. Gunting sisa benang
g. Pasang kembali jarum pada benang jahitan jelujur semula.
35 Tepat sebelum cincin himen masukkan jarum ke dalam mukosa
vagina lalu ke bawah, cincin himen sampai jarum ada dibawah luka,
perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.
Bila menggunakan benang plain cat gut buat simpul mati pada
jahitan jelujur dibelakang lingkaran himen.
36 Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka menggunakan jahitan
jelujur hingga mencapai bagian bawah luka pastikan bahwa jarak
setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Jika laserasi
meluas kedalam otot mungkin perlu untuk melakukan
satu/dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan
perdarahan /mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
37 Setelah mencapai ujung luka, arahkan jarum kanan-kiri ke arah atas
jaringan subkutis hingga tepat dimuka lingkaran himen untuk
menutupi lapisan sub kutikuler (gunakan jarum untuk otot) *) KEY
POINT
Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang bekas
jarum.Jahitan lapis kedua ini akan meninggalkan luka yang tetap
terbuka berukuran 0,5 cm /kurang.Luka ini akan menutup dengan
sendirinya pada saat penyembuhan luka.
38 Tusukkan jarum dari luka perineum ke dalam vagina, jarum harus
keluar dari belakang cincin himen.
39 Ikat benang dengan membuat simpul dalam vagina. Potong ujung
benang dan sisakan sekitat 1,5 cm jika ujung benang dipotong*)
KEY POINT
Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar
dan laserasi akan membuka.
40 Bila menggunakan tampon atau kasa didalam vagina, keluarkan
tampon/kasa.
41 Dengan lembut memasukkan jari paling kecil kedalam anus/rectum
dan raba dinding atas rectum (Bila teraba jahitan, ganti sarung
tangan dan lakukan penjahitan ulang). ulangi pemeriksaan rektum
enam minggu pasca jika penyembuhan belum sempurna (misalkan
jika ada fistula roktovaginal ataui jika ibu
melaporkan inkotensia alvi atau feces) ibu segera dirujuk.
42 Nasehati ibu agar :
4) Cuci darah genital dengan lembut dengan menggunakan
sabun dan air DTT, kemudian keringkan dengan kasa steril.
7) Kembali untuk kunjungan tindak lanjut setelah 1 minggu
untuk pemeriksaan jahitan dan rectum (rujuk kedokter jika
terjadi fistula)
Teknik
180
43 Melaksanakan tindakan secara sistematis/berurutan

44 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri, tidak ragu-ragu,


kontak mata dan empati

45 Menjaga privasi pasien dan memperhatikan prinsip pencegahan


infeksi

181
DAFTAR TILIK
ASUHAN PERSALINAN NORMAL 60 LANGKAH

Praktikum BST BST


NO KEGIATAN
0 1 2 0 1 2 0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
Menyambut pasien, memberikan salam, dan
memperkenalkan diri
1

Membaca catatan medis dan memastikan identitas pasien


2 (nama,tanggal lahir, atau no rekam medis)

Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan,


3 meminta persetujuan dan kontrak waktu

Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya dan


memberikan perhatian pada setiap pertanyaan
4

Komunikasi dengan ibu/pasien selama melakukan tindakan


5

Mengawali tindakan dengan lafal Basmalah dan mengakhiri


6 tindakan dengan Hamdalah

Mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan serta


7 mengeringkan dengan handuk bersih

8 Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

9 Melakukan dekontaminasi alat

KONTEN
I MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA II
Mendengarkan dan melihat adanya tanda persalinan Kala II :

a. Ibu mempunyai dorongan kuat untuk mengejan


10
b. Ibu merasa ada tekanan pada anus
c. Perineum menonjol
d. Vulva dan anus membuka
II MENYIAPKAN PERALATAN
Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan, dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
11

182
Untuk asfiksia : tempat datar dan keras, 2 kain dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak
60 cm dari tubuh bayi :
a. Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan
ganjal bahu bayi
b. Menyiapkan oksitosin 10 IU dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set

12 Pakai celemek plastic


Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipaki, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian
13 keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
Pakai sarung tangan DTT untuk melaksanakan periksa dalam
14

Masukkan oksitosin ke dalam spuit (gunakan sarung tangan


yang memakai sarung tangan DTT dan steril ( pastikan tidak
15 terjadi kontaminasi pada alat suntik )

III MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kassa yang dibasahi air DTT

Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi


tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang

16
Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi)dalam
wadah yang tersedia

Ganti sarung tangan jika terkontaminasi(dekontaminasi,


lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 %).

Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan


lengkap*)

17
pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi

Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan


tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
18 terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan

183
Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-
160x/menit)*)

19
normal

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ


dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya dalam
partograf

MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN


IV
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan Bantu ibu dalam menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan


pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
20 pedoman penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada

Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran


mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.

Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila


ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,
21 Bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)

Laksanakan bimbingan meneran pada sat ibu merasa ada


dorongan kuat untuk meneran :

Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

Dukung ibu dan beri semangat pada saat meneran dan


perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai

22

pilihannya ( kecuali posisi


berbaring terlentang dalam waktu lam)

Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi

Anjurkan kelurga memberi dukungan dan semangat untuk


ibu

184
Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)

Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran pada primigravida dan 60
menit (1 Jam) meneran pada multigravida

Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil


posisi yang nyaman, jika ibu belum
23
merasa ada dorongan untuk meneran dalm 60 menit.

V PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


24 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-
6 cm

25 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah


bokong ibu
26 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
27 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


VI
Lahirnya kepala
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
28
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal*)

Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil


tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi

29 lepaskan lewat bagian atas kepala janin

tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut

Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara


30 spontan*)

Lahirnya bahu

185
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secar
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
31
kemudian gerakkan arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang*)

Lahirnya badan dan tungkai

Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah


perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
32 sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.

Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas


berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki *) (masukkan telunjuk diantara kaki dan
33
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari- jari
lainnya)

VII PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


Lakukan penilaian (selintas) *)

bernapas
kesulitan?
34 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap
segera lakukan tindakan resusitasi (langkah ini berlanjut ke
langkah prosedur resusitasi BBL dengan asfiksi)

Bacakan do’a untuk bayi baru lahir (allahumma


barikllahu/ha)
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu :

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan


bagiantubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali
35 bagian tangan.
Ganti handuk basah dengan handuk kering

Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.

Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain
36 dalam uterus (hamil tunggal)*)
Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin (agar uterus berkontraksi baik)
37

186
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
IU intra muskuler di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
38 aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah


bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilicus) bayi. Dari
sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal(ibu)
39
dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal
dari klem pertama.

Pemotongan dan pengikatan tali pusat


Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut
bayi) di antara 2 klem tersebut.

40
satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan
simpul kunci.
Masukkan klem dan masukkan dalam wadah yang teah
disediakan
Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
41 dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu.

Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
42 kepala bayi.

VII PENATALAKSANAAN AKTIF KALA III


I
Pindahkan Klem Pada Tali Pusat hingga jarak 5- 10 cm dari
43 vulva
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas
44 simfisis untuk mendeteksi adanya janin lain. Tangan lain
menegangkan tali pusat.
Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang – atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). *)
Jika plasenta tidak lahir segera 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
45 berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

187
suami, ibu atau anggota keluarga untk
menstimulus puting susu.

188
Mengeluarkan plasenta
Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai kemudian kea
rah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso
cranial).
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta.

Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit menegangakan


tali pusat :

46 1. beri dosis ulang oksitosin 10 IU intra muskuler


2. lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

3. minta keluarga menyiapkan rujukan


4. ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

5. segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit


setelah bayi lahir
6. jika terjadi perdarahan lakukan plasenta manual.

Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta


dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
47
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (masase ) uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras)*)
48

Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak


berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/
masase.
IX MENILAI PERDARAHAN

189
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bagian
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
49 Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat
khusus*)

190
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
50 Lakukanpenjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan*)

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakuakan penjahit
X MELAKUKAN ASUHAN PASCA PERSALINAN
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
51 terjadi perdarahan pervaginam*)

Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi


(di dada ibu paling sedikit 1 jam)
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
52 menyusu dini dalam waktu 30- 60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara saja.

Lakukan penimbangan/ bayi beri tetes mata antibiotik


profilaksis dan Vit K 1mg intramuskuler di paha kiri
53 anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi.

Berikan suntikan imunisasi Hep B (setelah 1 jam pemberian


Vit K ) di paha kanan anterolateral.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusukan
54

belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama


dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

Evaluasi
Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam

-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

persalinan
55
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan


asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uteri dan


56 menilai kontraksi

57 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah*)

191
Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua persalinan.

58 Memerikasa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama


2 jam pasa persalinan

Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak


normal.
Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
59 bernafas dengan baik (40-60x/ menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan keamanan
Tempatkan alat bekas pakai dalam larutan klorin
60 0,5 % untuk dekontaminasi ( 10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
61 yang sesuai

Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa


cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
62 yang bersih dan kering.

Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan


ASI. Anjurkan kelurga untuk memberi ibu minuman
63 dan makanan yang diinginkannya.

Dikontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.


64

Mengajak ibu untuk membaca do’a setelah


65 melahirkan
Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
66 tanda vital adan asuhan kala IV.

TEKNIK
Melaksanakan tindakan secara urut dan sistematis
67
Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan
68
tidak ragu-ragu
69 Menjaga privasi klien

192
DAFTAR TILIK
PENGISIAN PARTOGRAF

Pengertian partograf adalah alat bantu digunakan selama persalinan dan merupakan
informasi dalam membuat keputusan klinik.

Tujuan :
• Memantau kemajuan persalinan
• Mengetahui apakah persalinan berjalan normal atau tidak

Pelaksanaan :
Partograf digunakan untuk semua ibu, semua tempat dan semua persalinan
baik fisiologis/patologis dan secara rutin oleh semua penolong persalinan. Pencatatan
dalam partograf dilakukan ketika persalinan memasuki kala I fase aktif dan
digunakan sampai kala IV. Gambar disamping ini merupakan halaman depan
partograf.. Observasi dimulai pada fase aktif persalinan. Di halaman tersebut terdapat
lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan,
yaitu :
3) Informasi tentang ibu : nama, umur, GPA (gravida, para, abortus), nomor
catatan medik/nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat , waktu
pecahnya selaput ketuban.
4) Kondisi Janin : Denyut Jantung Janin (DJJ), warna dan adanya air ketuban,
penyusupan (molase) kepala janin.
5) Kemajuan Persalinan : pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin, garis waspada dan garis bertindak.
6) Jam dan Waktu : waktu mulai fase aktif persalinan, waktu aktual saat
pemeriksaan atau penilaian.
7) Kontraksi uterus : frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit,lama kontraksi
(dalam detik)
8) Obat-obatan dan cairan yang diberikan : oksitosin, obat-obatan lainnya dan
cairan IV yang diberikan.
9) Kondisi Ibu : nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, urin (volume, aseton
atau protein)
10) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.

193
194
Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus segera diisi disetiap akhir
pemeriksaan), pengisian data di lembar belakang partograf baru dilengkapi setelah
seluruh proses persalinan selesai. Informasi pada halaman belakang partograf
meliputi unsur-unsur : data dasar, Kala I, kala II, Kala III, Kala IV, dan Bayi Baru
lahir. Pada pencatatan Kala I maupun II tulis masing-masing lamanya kala
persalinan.

195
DAFTAR TILIK PENGISIAN PARTOGRAF
NO Langkah kerja Praktikum BST BST
0 1 2 0 1 2 0 1 2
1 Menulis nama ibu
Menulis umur ibu
Menulis riwayat kehamilan (GPA)
2 Menulis mulai kontraksi (kencang-kenceng) teratur atau
mules
Menulis ketuban sudah pecah atau belum
Menulis tanggal datang dan jam
3 Menulis hasil observasi detak jantung janin (DJJ)
4 Menulis hasil pemeriksaan air ketuban dan mencatat
hasilnya
5 Menulis hasil pemeriksaan penyusupan kepala dan
mencatat hasilnya
6 Menulis hasil pemeriksaan pembukaan serviks,
penurunan kepala
7 Menulis hasil pemeriksaan tanda-tanda vital ibu
8 Menulis hasil pemeriksaan urine
9 Menuliskan rangkuman kala I
10 Menuliskan rangkuman kala II
11 Menuliskan rangkuman kala III
12 Menuliskan rangkuman BBL
13 Menuliskan hasil pemantauan kala IV

ASKEB IBU BERSALIN DI...........................

Nama Ibu : Nama Suami :


Umur : Umur :
Suku/ Keb : Suku/ Keb :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
Tanggal/jam masuk :
Tanggal jam Pengkajian :
Cara masuk :
IRJ (Instalasi Rawat Jalan)
IRD ( Instalasi Rawat Darurat)

196
A SUBJEKTIF
1 Keluhan Utama / Alasan masuk kamar bersalin :.
2 Tanda-tanda persalinan
e) Kontraksi: sejak tanggal: Pukul : teratur, seberapa sering?
f) Pengeluaran Pervaginam :
• Darah Lendir : ada/ tidak ada
• Selaput Ketuban: Pecah/ belum, Jumlah : Warna : Kapan pecah :
• Lendir darah : ada/ tidak ada,Jumlah : Warna :
Apakah ada bercak/darah segar selain lendir darah
3 Riwayat kehamilan sekarang
a ANC: teratur/ tidak, frekuensi: kali di :
5) Penting untuk mengeksplorasi faktor resiko obstetrik
6) Dapatkan nilai laboratorium terakhir (Hb)
7) Medikasi dan penanganan medis terakhir
8) Evaluasi perjalanan kehamilannya (Tekanan darah, tinggi fundus, dan pertambahan berat badan)
9) Memperkirakan ukuran bayi
10) Pernah ada masalah selama kehamilannya ? (perdarahan, HT)
b Keluhan lain
Hamil Muda : Mual Muntah Perdarahan Lain-lain : ...........
Hamil Tua : Pusing Sakit Kepala Perdarahan Lain-lain : ...........
c Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
d Makan dan minuman terakhir pukul :
Jenis makanan :
Tentukan status nutrisi/hidrasi
e Buang air besar terakhir :
Buang air kecil terakhir :
Apakah ada kesulitan :
f Tidur :

145
4 Riwayat Perkawinan :
Status perkawinan : Kawin Belum kawin Janda/Duda
Jumlah Perkawinan : 1x 2x >2x
Usia Perkawinan : ……. Thn
5 Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 12 thn, lamanya haid7 hari , jumlah darah haid : ….kali ganti pembalut
HPHT : .5 -3 -2011. TP/HPL : 12-12-2011.
Dismenorhoe Spotting Menorragia Metrorhagia Pre menstruasi syndrome
6. Riwayat Kehamilan Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
Hami Tgl, Jenis Umur Jenis Penolong Penyuli Jenis Keadaan Anak Sekarang
l ke thn persalina Hamil Persalina Persalinan t Kelamin
lahir n n /keadaan/
Berat
Lahir

Primigravida, Grandmultipara kecenderungan persalinan lebih lama


Multigravida kecenderungan persalinan lebih cepat
Apakah ada masalah selama persalinan sebelumnya?
Apakah pernah SC atau forcep
Catat riwayat inkompetensia serviks
Catat pembedahan obstetrik terdahulu (Seksio sesaria)
Berat badan bayi paling besar yang pernah dilahirkan oleh ibu?
Yakinkan bahwa panggul cukup adekuat untuk besar bayi yang akan dilahirkan pervaginam
Apa ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/persalinan sebelumnya?

146
Yakinkan tidak ada IUGR/sungsang/malpresentasi
7 Riwayat Penyakit Yang Lalu / Operasi
6)Pernah dirawat : Ya / Tidak , Kapan.............................., Dimana .......................... jenis kasus/penyakit….
7)Pernah dioperasi : Ya / Tidak , Kapan.............................., Dimana..........................jenis kasus/penyakit….
Pembedahan terdahulu yang mempengaruhi persalinan
yat reaksi anestesi
12 Riwayat Penyakit Keluarga :
Kanker Penyakit Hati Hipertensi DM Penyakit Ginjal Penyakit Jiwa Kelainan Bawaan Hamil
Kembar TBC Epilepsi Alergi Lain-lain : ...........
Catat masalah medik kronis
Riwayat tranfusi dan reaksinya
13 Pengetahuan pasien (hal-hal yang belum jelas bagi pasien)
14 Mengkaji Riwayat Sosial Ekonomi (kebutuhan akan dukungan)
15 Riwayat Gynekologi
Infertilitas Infeksi Virus PMS Cervisitis Cronis Endometriosis Myoma Polip Servix Kanker
Kandungan Operasi kandungan Perkosaan Lain-lain : ...........
16 Riwayat KB
. Metode KB yang pernah dipakai : ................................. Pasang th…..Lepas th….
…………………….. Pasang th…..Lepas th….
…………………….. Pasang th…..Lepas th….
Komplikasi dari KB : Perdarahan PID / Radang Panggul Lain-lain : ...........
17 Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat / Psikososial
. Pola makan ......... kali/hari
Pola minum : ..... cc/hari ; Alkohol Obat-obatan / jamu Kopi Lain-lain:
Pola eliminasi : BAK : ..... cc/hari ; warna : ....................
BAB : ..... kali/hari ; karakteristik : ..........................
Pola istirahat : Tidur ........ jam/harI
Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : Positif Negatif

147
Social support dari : Suami Orang tua Mertua Keluarga lain
18 Mengkaji kondisi psikologis ibu hamil : kehawatiran-kehawatiran, rasa takut, stress, ketidaknyamanan, cemas, kemarahan
B OBJEKTIF
19 Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : ............ ; Kesadaran : ...................... ; BB / TB : ........ kg / ......... cm
TD : ............... mmHg ; Nadi : ........ x/mnt ; Suhu : ........0C ; Pernapasan ............x/mnt
20 Pemeriksaan Fisik
Mata : Conjunctiva merah Conjunctiva Pucat Sklera ikteric Pandangan kabur
Payudara : Pengeluaran ASI Putting datar/masuk Puting susu menonjol Lain-lain
21 Abdomen:
Bekas luka : ada/ tidak ada
Pembesaran perut: Asites : ada/ tidak ada
Membesar dengan arah memanjang / melebar Linea Alba Linea Nigra
Striae livide Striae albican Luka bekas operasi Lain-lain : ...............
Nyeri tekan Cekungan pada perut
Palpasi menurut Leopold:
Leopold I : TFU : ........
Leopold II : Puka / Puki
Leopold III : Presentasi : Kep / Bok
Leopold IV :
ksiran Berat Janin ................................... gram
J ....... x/mnt teratur tidak teratur
Frekuensi His: x/ 10 menit, durasi: detik, kekuatan : lemah/ sedang/ kuat teratur tidak teratur
(Membedakan antara his palsu dengan his persalinan. His palsu: dirasakan melintasi uterus terutama di pertengahan bagian bawah
dan pangkal paha. His persalinan: dirasakan sebagai radiasi yang melintasi uterus dari fundus ke punggung dan meningkat secara
progresif)
Palpasi supra pubik/ kandung kemih
22 nitalia :

148
peksi : Pengeluaran per vagina Keputihan Darah Darah Lendir Air-air
pekulo : vagina : ........................................ portio : ............................................
ginal Toucher : Portio .............., pembukaan ..... cm,penipisan…. ketuban (+/-), penurunan bagian terbawah janin ….seberapa masuk di rongga
panggul (HI /II /III / IV), bagian yang menumbung : ada/tidak, moulase : ad/tdk
23 Ekstremitas
Oedema tangan dan jari: ada/ tidak ada
Oedema tibia, kaki : ada/ tidak ada
Varices tungkai : ada/ tidak ada
Reflek patella kanan : ada/ tidak ada
Reflek patella kiri :ada/ tidak ada
24 Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb : ..... Ht : ..... Leukosit : ..... Trombosit : .... ........
Urine : Protein : ..... Glukosa : ..... Keton : ..... .........
CTG : ................................................................................................................................
USG : ..............................................................................................................................
Lain-lain : ………………………………………………………………
25 Temuan dari penilaian dan pemeriksaan yang perlu dikaji untuk pengambilan keputusan merujuk pada kala I : Perdarahan pervaginam
selain blod show, premature, PEB, infeksi, presentasi ganti, tali pusat menumbung, presentasi bukan belakang kepala, syok,
perpanjangan fase laten, partus lama
C. ANALISA
G ........ P ........ A ........ hamil ........... minggu dengan .................
Janin ............................................................................................
D. PENATALAKSANAAN
9) Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu memahami
10) Memfasilitasi informed consent,ibu memutuskan persalinan secara pervaginam/SC
11) Mengobservasi VS, His, DJJ,Kemajuan Persalinan (hasil terlampir)
12) Memfasilitasi pemenuhan nutrisi, ibu dapat menghabiskan …… porsi
13) KIE :

149
7. Tehnik Relaksasi
8. Cara Meneran
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
6. Siapkan rujukan jika ada temuan yang mengindikasikan untuk diirujuk/dikolaborasi
7. Memfasilitasi persiapan alat dan pasien, alat tersedia dan pasien dalam posisi nyaman
8. Menerapakan ASI dalam persalinan Kala I
a. Menyarankan didampingi suami
b. Mempersilahkan posisi yang dirasa nyaman oleh ibu dst

150
NAMA : ...................................................... MR : ......................................................
UMUR : ...................................................... RUANG : ..............................................

TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TTD/NAMA


S : mules yang semakin kuat dan ingin meneran dengan terjadinya
kontraksi.
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan vaginanya
O : KU : Baik, TD : ........mmHg, N .......... x/mnt
RR : .........x/mnt, S ........ ˚ C
TFU : ....cm,TBJ ......... gr, puka/puki, Letkep/letsu
HIS : .........
DJJ ............ x/mnt
VT : oleh dokter/bidan
Portio : ..............., pembukaan .... cm, Ketuban( )
Presentasi : ...... , Penurunan : H1/H2/H3/H4
Perineum kelihatan menonjol
Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka
Terlihat bagian kepala bayi pada interoitus vagina atau kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Temuan dari penilaian dan pemeriksaan yang perlu dikaji untuk pengambilan
keputusan merujuk pada kala II : Tanda shock, dehidrasi, infeksi, Pre Eklamsi,
Inersia uteri, gawat janin, distosia bahu, Kehamilan kembar tak terdeteksi, tali
pusat menumbung, tanda gawat janin

A : G...P...A...Hamil mgg, Kala II


P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan, klien memahami

151
3) Memfasilitasi persalinan dengan pendampingan, ibu didampingi keluarga
4) Melakukan amniotomi,ketuban jernih/keruh/bau
Pkl. 5) Menolong persalinan,dilakukan episiotomi/tidak,bayi lahir secara
Pkl. spontan/vaccum/forceps, JK laki-laki/perempuan, BB/TB
.........gram/.......cm, APGAR SCORE ...... , kelainan kongenital mayor
Pkl. ada/tidak
6) Melakukan IMD, IMD berhasil pada menit ke .....
7) Deteksi dini komplikasi dan rencana merujuk sesuai kasus
Pkl.
S : mules (+)
O : K/U Baik, TFU ……, kontraksi baik,
Palpasi : Tidak ada janin kedua
Temuan dari penilaian dan pemeriksaan yang perlu dikaji untuk pengambilan
keputusan merujuk pada kala III : retensio plasenta, avulsi, atonia uteri, syok,

A : Partus Kala III


P:
6) Menginformasikan hasil pemeriksaan, klien memahami
7) Menyuntikan oksitosin 10 iu IM, ada/tidak ada alergi
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pengeluaran placenta, plasenta lahir
spontan,lengkap/sebagian, BP ......... gram
9) Melakukan massase,kontraksi uterus baik/lembek
10) Mengajarkan massase uterus, ibu memahami
7. Deteksi dini komplikasi dan rencana merujuk sesuai kasus

S: Mulas masih dirasakan.


O: Plasenta telah lahir,laserasi perineum Grade I, kontraksi uterus ....... ,
perdarahan :. .cc, luka : ada/tdk.

152
TFU ..... pusat
Colostrom : -/+
Tekanan darah:…….mmHg, .N:…..x/mnt , Sb:…..C, RR :….x/mnt
A: Partus kala IV
P:
Menginformasikan hasil pemeriksaan, klien memahami.
Melakukan penjahitan perineum,.
Memfasilitasi pemenuhan hygiene klien, klien telah dibersihkan.
Memantau Kontraksi, perdarahan (-). tiap15 menit dalam 1 jam pertama dan
30 menit dalam jam ke dua (data terlampir).
Memindahkan klien ke ruang perawatan nifas.
Deteksi dini komplikasi dan rencana merujuk sesuai kasus

153
154

Anda mungkin juga menyukai