Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

Demi tercapainya kompetensi bidan khususnya dalam pelayanan antenatal,


pertolongan persalinan, asuhan kebidanan nifas dan bayi baru lahir normal dan
patologi maka mahasiswa diberi kesempatan untuk memberikan langsung
asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan dalam bentuk
praktek klinik kebidanan.
Praktek klinik kebidanan merupakan bagian dari proses belajar mengajar
yang diharapkan mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan secara nyata kepada klien sehingga akan tercipta tenaga
professional yang bermutu khususnya dikebidanan. Oleh sebab itu dibutuhkan
lahan praktek untuk mengaplikasikan semua ilmu yang diperoleh secara teori
dan diharapkan mahasiswa mampu melakukan penggalian dan transfer ilmu dari
dan dengan lahan praktek sehingga mampu memberikan inovasi-inovasi di
bidang kesehatan.
Praktik klinik kebidanan ini juga sekaligus sebagailahan dan sarana untuk
mahasiswa untuk melaksanakan praktik klinik mandiri yang didasari konsep,
sikap, dan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu
bersalin,ibu nifas, neonatus, bayi, balita yang normal dan bermasalah sehingga
mahasiswa dapat lebih siap dan percaya diri dalam melakukan peran
kemandirian, kolaborasi dan rujukan dengan tepat disemua tatanan pelayanan
kesehatan baik di RB, PKM dan RS dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Rumah Sakit Abdoel Moeloek merupakan salah satu fasilitas kesehatan
yang berbasis pendidikan dimana mempunyai peran pening bagi mahasiswa
untuk dapat menerapkan asuhan kebidanan patologis.Mahasiswa diharapkan
mampu memenuhi target asuhan kebidanan patologis dengan melakukan
pendokumentasian SOAPyang tepat dan akurat berdasarkan SOP yang berlaku
di Rumah Sakit Abdoel Moeloek.

1
Untuk itu, mahasiswa memenuhi tugas pengambilan kasus patologis di
ruang Bersalin di Rumah Sakit Abdoel Moeloek yang berjudul Asuhan
kebidananibu bersalin patologis pada Ny. M Usia 37 TahunG3P2A0 Uk 38
Minggu 2 Hari Janin Tunggal Hidup Intrauterin Presentasi Kepala Dengan
Ektraksi Vakum Atas Indikasi Preeklamsia Berat

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui data data yang berkaitan dengan data kasus kebidanan
fisiologis dan patologis
2. Untuk memenuhi tugas asuhan kebidanan tentang asuhan kebidanan
patologis yang ditemui di ruang bersalin
Untuk menambah informasi tentang kasus patologis ibu bersalin yang
ditemui khusunya persalinan dengan ektraksi vakum atas indikasi
preeklamsia berat

B. Manfaat
1. Mahasiswa Akedemi Kebidanan
Untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang kasus patologis di ruang
Bersalin Rumah Sakit Abdoel Moeloek khususnya tentang persalinan
dengan ektraksi vakum atas indikasipreeklamsia berat
2. Institusi Pendidikan
Untuk memberikan gambaran tentang pencapaian target praktek klinik
kebidanan dan penerapan pendokumentasian mahasiswa tentang Asuhan
Kebidanan Patologis di Rumah Sakit Abdoel Meoleok
3. Rumah Sakit Abdoel Moeloek
Untuk menambah informasi tentang data kejadian patologis serta
memberikan gambaran tentang pendokumentasian mahasiswa tentang
Asuhan Kebidanan Patologis di Rumah Sakit Abdoel Meoleok

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Persalinan
2.1.1 Definisi persalinan
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau jalan lain, dengan bantuan alat atau tanpa bantuan (kekeuatan
sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati yang
ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta. (Ari Sulistiawati, Asti Nuragraheni, 2010 hal 5)
2. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
secara spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang
berlangsung sekitar 18-24 jam dengan letak janin belakang kepala.
(Varney, 2003).
3. Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selam
proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi
belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu lengkap.
Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan
Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13)

Jadi kesimpulan persalinan normal adalah pengeluaran hasil


konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggun dengan presentasi
belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir
biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam.Setelah persalinan ibu
maupun bayi dalam kondisi baik.

3
2.1.2 Sebab Mulainya Persalinan
Menurut Buku Ari Sulistiawati, Asti Nuragraheni, 2010 hal 5
dijelaskan bahwa bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan
pasti, sehinggamenimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan dengan
mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan
mempengaruhi  kehamilan, yaitu :
a. Estrogen
1. Meningkatnya sensitipitas otot rahim
2. Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
b. Progesteron
1. Menurunnya sensitifitas otot rahim
2. Memudahkan  rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
3. Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi

Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan:


1) Teori keregangan
a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat dimilai.
Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
2) Teori penurunan progesteron
a. Proses penurunan fungsi plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan.
b. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin.
c. Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.

4
3) Teori oksitosin internal
a. Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat
mangubah sensitifitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton
hicks.
b. Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat
dimulai.
4) Teori prostaglandin
a. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15minggu
yang dikeluarkan.
b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konspsi dikeluarkan.
c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
5). Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis
a. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terhipotalamus.teori ini
dikemukakan (Manuaba, 2005).
b. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas
janin,induksi mulainya persalinan. (Manuaba, 2005).

2.1.3Jenis-Jenis Persalinan
1. Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
2. Persalinan Buatan
Bila persalinan dengan bantuan tenaga diluar misalnya ekstraksi dengan
farceps, vakum ektraksi maupun seksio secaria .
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan rangsangan, misalnya pemberian oksitocin atau prostaglandin dan
pemecahan ketuban.(Ari Sulistiawati, Asti Nuragraheni, 2010 hal 5)

5
2.1.4 Tanda-Tanda Persalinan Sudah Dekat
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uterikarena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan
oleh:
1. Kontraksi Braxton hicks
2. Ketegangan dinding perut
3. Ketegangan ligamentum rotandum
4. Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
1. Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
2. Dibagian bawah terasa sesak
3. Terjadi kesulitan saat berjalan
4. Sering miksi ( beser kencing )
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks
dikemukakan sebagai keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu. Hal
ini terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen,progesterone, dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil,
pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga oksitosin
dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu. Sifat his
permulaan ( palsu ) :
1. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2. Datangnya tidak teratur
3. Tidak ada perubahan pada serviks
4. Durasinya pende
5. Tidak bertambah bila beraktifitas
Proses persalinan dimulai bila ada tanda-tanda:
1. Terjadinya His Persalinan
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek. His persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit
yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, mempunyai pengaruh terhadap
pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.

6
2. Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan
pendataran tanpa pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan karena kapiler pembulu darah
pecah.
3. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan, sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsug
dalam waktu 24 jam.
4. Perubahan Serviks
Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan
serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks (Manuaba, 2010).

2.1.5 Tahapan Persalinan


1. Kala I (Kala Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, Jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10
menit lamanya 40 detik. (Ari Sulistiawati, Asti Nuragraheni, 2010 hal 7).
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show),
karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase Laten  : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
sampai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.
b.Fase Aktif  : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
 Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
 Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jampembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
 Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.

7
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir. (Ari Sulistiawati, Asti Nuragraheni, 2010 hal 7). Pada
kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
menimbulkan rasa mengedan, karenatekanan pada rectum, ibu merasa
seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his,
kepala janin yang mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala,
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 2 jam dan pada multi 1
jam.
3. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Kala III adalah waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta. (Ari
Sulistiawati, Asti Nuragraheni, 2010 hal 8). Setelah bayi lahir, kontraksi
rahim istirahat sebentar.Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya.Beberapa saat
kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.Dalam waktu 5-10
menit seluruh plasenta terlepas. Terdorong ke dalam vagina dan akan lahir
spontan dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri,
seluruh proses biasanya berlangsung 15-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluara plasenta biasanya disertai dengan darah kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala IV adalah mulai dari lahirnya plasenta sampai dengan 2 jam post
partum. (Ari Sulistiawati, Asti Nuragraheni, 2010 hal 9). Kala IV Adalah
pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
(Estiwidani, 2008)

8
2.1.6Faktor Yang Mempengaruhi Proses Persalinan
1. Power
Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran.Ibu melakukan
kontraksi volunter dan involunter secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus.
2. Passage
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian yang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus, janin harus dapat menyesuaikan diri dengan
jalan lahir tersebut.
3. Passanger
Janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
faktor, yakni ukuran kepala, presentasi letak kepala dan posisi janin.
4. Psikologis

Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab


lamanya persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang
lancar. Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor
utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh
terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi
lama.
5. Penolong
Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter,
perawat atau tenaga kesehatan yang terlatih.
6. Posisi Saat Bersalin

Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.
(APN, 2014)

2.1.7 Mekanisme Persalinan Normal


Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk
melewati panggul (seven cardinal movements of labor)  yang terdiri dari :
1. Engagement

9
Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin (biasanya
kepala) telah memasuki rongga panggul.Engagement telah terjadi ketika
bagian terendah janin telah memasuki station nol atau lebih rendah.Pada
nulipara, engagement sering terjadi sebelum awal persalinan.Namun, pada
multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi sampai setelah
persalinan dimulai.
2. Descent
Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati
panggul.Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan
amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi
diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat
persalinan,dengan sumbu jalan lahir:
 Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan
lahir
 Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium
sehingga os parietalis lebih rendah.
 Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan
tertahan oleh simfisis pubis.
3. Fleksi (flexion)
Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan oleh serviks,
dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi
dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini disebabkan oleh:
 Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke
dada.
 Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang
sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.
 Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga
dagu lebih menempel pada tulang dada janin .
 Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan
sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi
fleksi untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir.
4. Putaran paksi dalam (internal rotation)

10
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika.Setiap
kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis
dan kepala berputar saat mencapai otot panggul.

5. Ekstensi (extension)
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah
simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti sumbu jalan lahir
akibat ekstensi.
6. Putaran paksi luar (external rotation)
Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir dengan oksiput anterior,
bahu harus memutar secara internal sehingga sejajar dengan diameter
anteroposterior panggul.Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal
bahu bayi.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu
dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis
pubis. (Cunningham et. al, 2013)

2.2 Pre Eklamsia


2.2.1 Definisi Preeklamsia
Preeklamsia paling tepat digambarka sebagai sidrom khusus kehamila
yang dapat megenai setiap sistem organ seperti yag telah diuraika meskipu
preeklamsia lebih dari sekadar hipertesi gestasioal ditambah proteiuria
timbulnya proteiuria tetap merupakan kriteria diagostik objektif yag
penting. Proteiuria didefiisika sebagai ektreksi protein dalam urin yang
melebihi 300 mg dalam 24 jam, rasio protein : kretinin urin ≥ 0,3 atau
terdapatnya protein sebanyak 30 mg/dl ( carik celup 1+ ) dalam sampel
acak urin secara menetap.(Obstetri William Edisi 23 Volume 2,Hal.742)
Preeklamsia berat ialah preeklamsi dengan tekanan darah sistolik ≥160
mmhg dan tekanan darah diastolik ≥110mmhg disertai protein urinaria lebih
5 g/24 jam.(Prawirohardjo2014)

11
2.2.2 Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari
kelainan tersebut sehinggga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases
of theory, adapun teori-teori tersebut antara lain (Ari Sulistiawati, Asti
Nuragraheni, 2010)
a. Peran prostaksiklin dan trombokson
Pada preeeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada
endotel vaskuler sehingga terjadi penurunan produksiprostaksiklin
(PG12) yang pada kehamilan normal meningkat. Aktivitas
pengumpulan dan fibrinolosis yang kemudian akan diganti trombin
dan plasmin, trombin dan akan mengkonsumsi anti trombin III
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan
pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjasi
vasospasme dan kerusakan endotel.
b. Peran faktor imunologis
Preeklampsai sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak
timbul lagi kehamilan selanjutnya.Hal ini dapat diterangkan bahwa
pada kehamilan pertama pembentukan blocking
antibodies terhadap antigen plasma tidak sempurna, yang semakin
sempurna pada kehamilan berikutnya.
c. Peran faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan pera faktor genetik pada
kejadian preeklampsia antara lain:
1. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia
2. Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/
eklampsia pada anak-anakl dari ibu yang menderita
preeklampsia/ eklampsia.

12
3. Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklampsia/ eklampsia pada anak dan cucu ibu hamil dengan
riwayat preeklampsia/ eklampsia dan bukan pada ipar mereka.

4. Peran Ranin Angiostensi Aldosteron System ( RAAS).


Sedangkan etiologi preeklamisa dari buku Myles 2009, hal 352
dijelaskan bahwa plsenta biasanya dianggap sebagai penyebab utama
gangguan hipertensif pada kehamian karena setelah kelahiran
penyakit ini berkurang. Pada kehamilan normal, plasenta melibatkan
invasi desidua oleh sinsitiotrofoblas. Selama awal kehamilan, dinding
otot dan entotelium arteri spiral terkikis dan digantikan oleh trofoblas
untuk memberikan lingkungan yang optimum bagi perkembangan
blastosi. Fase kedua proses infasi ini terjadi antara gestasi minggu ke
16 dan ke 20 saat trofoblas mengikis miometrium arteri spiral.
Hilangnya jaringan muskuloelastik ini menyebabkan dilatasi
pembuluh dara yang tdk dapat terkonsentrasi : oleh karena itu, sistem
tekanan darah dan aliran darah yang tinggi ke plasenta dihasilkan
dengan perfungsi plasenta yang maksimal. Pada pre eklamsia, invasi
trofoblastik arteri spiral mengalami hambatan sehingga
mengakibatkan penurunan perfusi plasenta, yang akhirnya dapat
menyebabkan hypoksia plasenta.

13
2.2.3 Klasifikas Hipertensi Dalam Kehamilan
Gambar 2.1 Klasifikas Hipertensi Dalam Kehamilan
Menurut Buku PONED 2007

Bila salah satu diantara tanda dan gejala ini ditemukan pada ibu hamil sudah
dapat digolongkan pre-eklamsia berat.
a. Tekanan darah sistolik ≥160mmhg dan tekanan darah diastolik
≥110mmhg tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran,nyeri
kepala,skotoma dan pandanggan kabur

14
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
terengangnya kapsula glisson).
a. Edema paru-paru dan sianosis.
b. Hemolisis mikroangiopatik.
c. Trombositopenia berat : <100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat
d. Gangguan fusngsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan
kadar alanin dan aspartate aminotransferase
e. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
f. Sindrom HELLP.(Prawirohardjo.2014)

2.2.4 Patofisilogi
Pada tubuh perempuan hamil dengan pre eklamsia terjadi beberapa
berubahan patofisiologis pada beberapa organ yang akan bermanisfestasi
pada tampilan klinis. Perubahan-perubahan ini diperkirakan akibat
vasospasme.disfungsi endotel dan iskemia yang terjadi berikut akan
dijelaskan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi.
1. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi pada pre eklamsia endotel mengeluarkan fasoaktif yang
didominasi oleh vasokonstriktor,seperti endotelin dan tromboksan A2.
Selain itu terjadi penurunan kadar renin.angiotensin I dan angiotensin
II dibandingkan kehamilan normal.
2. Sistem perdarahan dan koagulasi
Pada perempuan pre eklamsia terjadi trombositopenia,penurunan
kadar beberapa faktor pembekuan dan eritrosit dapatmemiliki bentuk
yang tidak normal sehingga mudah mengalami hemolisis.jelas pada
endotel dapat menyeabkan peningkatan agregasi
trombosit,menurnkan lama hidupnya serta menekan kadar antirombin
III.
3. Homeostatis cairan tubuh pada pre eklamsia terjadi retensi natrium
karena meningkatnya sekresi deoksikortikosteron yang merupakan
hasil konversi progesterone.

15
4. Ginjal selama kehamilan normal terjadi penurunan aliran darah ke
ginjal dan laju filtrasi glomerulus pada pre eklamsia terjadi
perubahan seperti peningkatan resistensi arteri aferen ginjal dan
perubahan bentuk endotel glomerulus filtrasi yang semakin menurun
menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat.protein uria belum
dapat dijelaskan dengan baik sampai dengan sat ini.
5. Hepar pada pre eklamsia ditemukan infark hepar dan nekrosis infark
hepar dapat berlanjut menajadi perdarahan sampai hematom.apabila
hematom luas dpat terjadi rupture subkapsular.nyrei perut kuadran
kanan atas atau nyeri episgastrium disebabkan oleh teregangnya
kapsula glison.
6. Serebrovaskuler dan gejala neurologis lain seperti sakit kepala dan
gangguan penglihatanmekanisme pasti penyebab kejang belumlah
jelas kejang diperkirakan terjadi akibat vasospasme
serebral,odema,dan kemungkinan hipertensi menganggu autoregulasi
serta sawar darah-otak.
7. Mata dapat erjadi vasospasme retina,edema retina sampai kebutaan
pada pre eklamsia.(Kapita selekta kedokteran 2014)

2.I.5 Faktor Resiko
Menurut Buku Poned tahun 2007, Hipertensi Lebih sering
terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejak
implantasi, sehingga timbul iskemia plasenta yang kemudian diikuti
dengan sindroma inflamasi.
Risiko meningkat pada:
 Masa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast)
 Hidramnion
 Diabetes melitus
 Isoimunisasi rhesus
 Faktor herediter
 Autoimun: SLE

16
Sedangkan menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo (2005),
faktor resiko pre- eklamsia adalah :
1. Riwayat Preeklampsia
2. Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia

3. Kegemukan
4. Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita
yang mempunyai bayi kembar atau lebih.
5. Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensi
kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti
reumatik arthritis atau lupus.

2.2.6 Komplikasi
1)   Komplikasi pada ibu
 Atonia uteri
 Sindrom hellp(hemolysis,elevated liver enzymes,low platelet
count)
 Ablasi retina
 Gagal jantung
 Syok dan kematian
2)   Komplikasi pada janin
 Pertumbuhan janin terhambat
 Prematuritas
 Kematian janin
 Solusio plasenta
Sedangkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan menurut buku Poned
Tahun 2007 adalah :
 Iskemia uteroplasenter

17
 Pertumbuhan janin terhambat
 Kematian janin

 Persalinan prematur
 Solusio plasenta
 Spasme arteriolar
 Perdarahan serebral
 Gagal jantung, ginjal dan hati
 Ablasio retina
 Thromboemboli
 Gangguan pembekuan darah
 Buta kortikal
 Kejang dan koma
 Trauma karena kejang
 Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan
pernafasan
 Penanganan tidak tepat
 Edema paru
 Infeksi saluran kemih
 Kelebihan cairan
 Komplikasi anestesi atau tindakan obstetrik

2.2.7 Pencegahan
1. Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat
mencegah hipertensi karena kehamilan, bahkan dapat
membahayakan janin
2. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah
hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti
3. Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-
tepat. Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi
penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan

18
kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang
tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal
4. Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru

2.2.8 Pengolalaan Hipertensi Dalam Kehamilan


Menurut Buku PONED 2007 pengelooaan hipertensi dalam kehamilan
adalah Jika kehamilan < 35 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan:
 Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin
setiap minggu
 Jika tekanan darah meningkat, kelola sebagai preeklampsia
 Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang
terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan

PREEKLAMPSIA RINGAN
Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
 Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi
janin
 Lebih banyak istirahat
 Diet biasa
 Tidak perlu pemberian obat
 Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:
- Diet biasa
- Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1
kali sehari
- Tidak memerlukan pengobatan
- Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi jantung atau gagal ginjal akut
- Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat
dipulangkan:
 Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda preeklampsia berat
 Periksa ulang 2 kali seminggu
 Jika tekanan diastolik naik lagi  rawat kembali
- Jika tidak terdapat tanda perbaikan  tetap dirawat
- Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan
- Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat

Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan

19
 Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 5 IU dalam
500 ml Ringer Laktat/Dekstrose 5% IV 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin
 Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau
kateter Foley, atau lakukan terminasi dengan bedah Caesar

PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA


Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada
Eklampsia.
Pengelolaan Kejang:
 Beri obat anti kejang (anti konvulsan)
 Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir,
masker oksigen, oksigen)
 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
 Aspirasi mulut dan tenggorokan
 Baringkan pasien pada sisi kiri, kepala sedikit lebih tinggi (posisi
Fowler) untuk mengurangi risiko aspirasi
 Berikan O2 4-6 liter/menit

Pengelolaan Umum
 Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai
tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
 Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
 Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
 Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan
proteinuria
 Infus cairan dipertahankan 1.5 - 2 liter/24 jam
 Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
 Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
 Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi
merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak
terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati

20
Anti konvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam,
dengan risiko terjadinya depresi neonatal.

MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


Alternatif I Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5
menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4
(40%) 6 g dalam larutan Ringer Asetat /
Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan
MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5 menit

Dosis Pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer


Asetat / Ringer Laktat yang diberikan sampai
24 jam postpartum

Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5


menit
Dosis pemeliharaan
Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan
1 ml Lignokain (dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat
pemberian MgSO4
Sebelum pemberian Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
MgSO4 ulangan, lakukan
Refleks patella (+)
pemeriksaan:
Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
Hentikan pemberian
MgSO4, jika:
Siapkan antidotum Jika terjadi henti nafas:
Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam
larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai

21
pernafasan mulai lagi

DIASEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


Dosis awal Diasepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2
menit. Jika kejang berulang, ulangi pemberian
sesuai dosis awal

Dosis pemeliharaan
Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer
laktat melalui infus
Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan
terjadi bila dosis > 30 mg/jam
Jangan berikan melebihi 100 mg/jam

Anti hipertensi
 Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang
dapat diulang sampai 8 kali/24 jam
 Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg
Nifedipin sublingual.
 Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit,
berikan lagi Labetolol 20 mg oral.

Persalinan
 Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam,
sedangkan pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
 Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12
jam (pada eklampsia), lakukan bedah Caesar
 Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:
- Tidak terdapat koagulopati. (koagulopati merupakan kontra
indikasi anestesi spinal).
- Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum untuk
eklampsia dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal,
bila risiko anestesi terlalu tinggi.
 Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan
Oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes/menit atau dengan
cara pemberian prostaglandin / misoprostol

22
Perawatan post partum
 Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang
yang terakhir
 Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
 Lakukan pemantauan jumlah urin

Rujukan
 Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, jika:
- Terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam)
- Terdapat sindroma HELLP
- Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang

2.3 Ektraksi Vakum


2.3.I Definisi Ektraksi Vakum
Ektraksi vakum adalah prosedur persalinan pervaginam dengan dibantu
alat vakum bertekanan negatif yang dipasang pada kepala janin.vakum ini
menghasilkan daya isap yang bekerja bersama dengan daya dorong ibu dan
kontraksi rahim sehingga bayi dapat lahir.biasanya,ektraksi vakum
bermanfaat pada distosia kala II karena insersia uteri maupun dorongan ibu
yang tidak bertenaga. (Kapita Selekta Kedokteran,jilid IV,halaman 465.
2014)
Ektraksi vakum bersama dengan ektraksi cunam disebut persalinan
pervaginam operatif. Ektraksi vakum lebih mudah dilakukan dan lebih sedikit
menyebabkan ruptur perineum dibanding dengan ektraksi cunam secara
umum,meskipun penggunaan ektraksi vakum memiliki resiko morbiditas
maupun mortalitas yang lebih rendah dari ektraksi cunam.pemilihan teknik
mana yang digunakan lebih sering bergantung pada prefensi dan ketrampilan
dari penolonng persalinan.perbandingan keuntungan dan kekurangan ektraksi
vakum dibandingkan cunam dapat dilihat pada tabel berikut. (Kapita Selekta
Kedokteran,jilid IV,halaman 465. 2014)

23
Manfaat teoritis dari ekstraktor vakum dibandingkan forceps adalah :
1. Penghindaran pemasukan bilah baja yang mengisi tempat dalam vagina
2. Tidak perlu posisi pasti selain kepala janin
3. Trauma ibu lebih sedikit
4. Tekanan intrakranial selama traksi lebih sedikit

2.3.2 Jenis – Jenis Alat Vakum


Sebuah alat vakum terdiri atas komponen :
1. Mangkok vakum
2. Pompa vakum yang menghasilkan tekanan negatif
3. Peganggan untuk melakukan traksi
4. Selang
Mangkok vakum ada yang bersifat kaku atau lunak.mangkok yang
kakau biasanya terbuat dari logam,sementara mangkok lunak terbuat dari
silikon atau polietilen,mangkok yang kaku memiliki angka keberhasilan
lebih tinggi karena lebih jarang terlepas dari kepala janin,namun bersifat
lebih traumatik terhadap kulit kepala. Sementara itu,mangkok yang seperti
plastik atau polietilen lebih sering terlepas sehingga angka keberhasilan
lebih rendah namun lebih aman untuk kulit kepala. Kini sudah
dikembangkan mangkok yang terbuat dari bahan plastik semi-kaku yang
menggabungkan keuntungan dari kedua bahan tersebut. Angka
keberhasilan lebih baik dibandingkan bahan mangkok yang lunak.namun
kurang traumatik dibandingkan bahan logam. (Kapita Selekta Kedokteran
2014)

24
2.3.3 Kelebihan Dan Kekurangan Ektraksi Vaku
KELEBIHAN KEKURANGAN
 Lebih mudah dilakukan  Resiko trauma kepala neonatus
Episiotomi jarang seperti pendarahan
dibutuhkan intrakranialsefalhematom,dan
 Resiko trauma perineum pendarahan retina
pada ibu lebih rendah  Tidak digunakan untuk merotasi
 Sinergsis dengan janin
dorongan dari ibu
 Trauma kraniofasial lebih
sedikit
Sumber : Kapita Selekta Kedokteran 2014)

Penggunaan vakum ekstraktor (kadang-kadang disebut ventous,


ekstraktor atau alat Malmstrom) untuk mempercepat persalinan makin
populer dalam beberapa tahun terakhir, walaupun cara ini telah diketahui
sejak lama. Beberapa negara lebih memilih vakum ekstraktor dibandingkan
dengan forseps dengan keyakinan pada penggunaan vakum ekstraktor
kejadian morbiditas pada bayi baru lahir, terutama trauma kompresi (crush
injury) pada kepala janin lebih sedikit. (Poned 2007)

2.3.4 Indikasi Ektraksi Vakum


Persalinan pervaginam operatif, baik ektraksi vakum maupun ektraksi
cunam memiliki indikasi yang sama yaitu :
1. Kala II memanjang
Kala dua yang berlangsung lebih dari >2 jam pada nulipara dan >1
jam pada multipara. Kala 2 memanjang biasanya disebabkan kontraksi
rahim yang tidak adekuat dan malpresentasi ringan ( oksiput
posterior,defleksi) atau disproporsi sefalopelvik ringan.

25
2. Ibu dengan kondisi medis yang tidak boleh mengedan lama atau
dikotraindikasikan untuk mengedan dengan kuat,misalnya gagal
jantung penyakit serebrovaskuler,atau neuromuskular.
3. Ibu yang tidak kuat mengejan harus disemangati dan diberikan
kesempatan sesaat unruk istirahat,minum atau mengubah posisi.jika ibu
terlalu lelah untuk mengejan dengan adekuat maka ektraksi vakum
dapat dilakukan.
Dicurigai akan terjadi gawat janin atau hasil non-reassuring pada
monitor denyut jantung janin (CTG) pada kala II. (Kapita Selekta
Kedokteran 2014 dan PONED 2007)

2.3.5 Kontraindikasi Ektraksi Vakum


A. Kontraindikasi absolut :
a. Presentasi bukan-verteks,bokong,bahu,atau alis
b. Kepala belum engaged (hiii-hiv)
c. Kecurigaan atau bukti adanya koagulopati pada janin
d. Penyakit demineralisasi tulang janin
e. Dilatasi serviks belu lengkap
f. Prematur ( <34 minggu ) atau taksiran berat janin <2500grm
g. Tanda atau kecurigaan adanya disproporsi sefal-opelvik
B. Kontraindikasi Relatif
a. Curiga makrosomia
b. Tidak dapat menilai posisi janin dengan tepat
Fetal scalp sampling. (Kapita Selekta Kedokteran 2014 dan PONED
2007)

2.3.6 Syarat Ektraksi Vakum


1. Presentasi verteks
2. Penolong berpengalaman dan memiliki ketampilan melakukan
ektraksi vakum
3. Tidak ada disproporsi sefalopelviks
4. Ibu dapat membantu mengedan

26
5. Dilatasi serviks telah lengkap
6. Kepala sudah engaged ( HIII-HIV)
7. Posisi kepala janin dapat dinilai dengan baik
8. Kandung kemih sudah kosong
9. Ketuban sudah pecah
Tersedia rencana cadangan yang adekuat bila gagal seperti sectio
caesarea (Kapita Selekta Kedokteran 2014 dan PONED 2007)

2.3.7 Langkah-Langkah Ektraksi Vakum


Sebelum memulai prosedur ektraksi vakum tenangkan ibu dan jelaskan
indikasi prosedur dan komplikasi yang mungkin timbul sejelas-
jelasnya.setelah itu minta persetujuan secara tertulis pada formulir infont
conssent.berikutnya,prosedur ektraksi vakum dilakukan dengan langkah-
langkah berikut :
1. Pertama-tama cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir lalu gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
2. Setelah itu cek vakum apakah berfungsi dengan baik pada tangan yang
sudah menggunakan sarung tangan pastikan tekanan tidak melebihi 60
cmhg karena tekanan lebih dari itu traumatik terhadap janin.matikan
kembali vakum.
3. Bersihkan vulva dan sekitarnya dengan larutan antiseptik.
4. Kosongkan kandung kemih atau pastikan kandung kemih kososng
5. Periksa dalama kembali persyaratan ektraksi vakum terpenuhi,yaitu
presentasi verteks,pembukaan serviks lengkap,ketuban sudah
pecah,kepala telah engaged atau berada pada stasiun ≥3.
6. Setelah yakin dengan posisi dan presentasi janin vulva dibuka dengan
tanggan kiri ( atau tanggan non dominan) lalu mangkok vakum
dimasukan dengan tanggan kanan dengan cara dimiringkan dan sedikit
dipipihkan. Posisi mangkok vakum tepat sedekat mungkin dengan
ubun-ubun kecil. Tepat diatas sutura sagitalis(lihat gambar 1). Dengan
jari tanggan non-dominan periksa tepi mangkok bawah tidak ada
jaringan serviks atau vagina yang terjepit pada mangkok.

27
7. Ibu jari tanggan non-dominan diletakkan diatas mangkok.jari telunjuk
dan jari tengah pada tepi mangkok dan kulit kepala untuk menahan
mangkok pada tempatnya sekaligus mendeteksi bila ada tepi mangkok
yang terlepas ketika dilakukan traksi
8. Minta asisten untuk menaikkan tekanan vakum secara bertahap dimulai
dari 10cmhg hingga maksimal 60cmhg.
9. Pada puncak his ibu pimpin ibu untuk mengedan sambil lakukan traksi
dengan tanggan dominan kearah bawah searah sumbu panggul.keyika
subok-siput telah lahir dibawah simfisis pubis lakukan traksi kearah
atas dan lahirkan dahi,wajah dan dagu,setelah seluruh kepala
lahir,matikan vakum dan lepaskan mangkoknya dari kepala janin.traksi
harus dihentikan bila tidak terdapat his.
10. Episiotomi dapat dilakukan bila jaringan lunak menghalangi lahirnya
kepala dapat primer sebelum tarikanatau saat kepala crowning.
11. Biarkan janin melakukan rotasi ekternal dan lanjutkan persalinan
bahu,badan,dan kaki secara normal.
12. Setelah selesai semua prosedur,lepaskan sarung tanggan dan rendam
sarung serta alat vakum dalam larutan klorin 0,5%
13. Cuci tanggan dengan sabun dan air mengalir
14. Catat dokumentasi prosedur ektraksi vakum,posisi dan presentasi janin
serta komplikasi yang muncul. (kapita selekta kedokteran 2014)
Ektraksi vakum boleh dilakukan pada posisi kepala outlet atau
low.keseluruhan prosedur umum yang berlangsung selama 15 menit.
(Kapita Selekta Kedokteran 2014 dan PONED 2007)

2.3.8 Kegagalan Ektraksi Vakum


Penolong persalinan harus waspada terhadap tanda kegagalan vakum dan
segera menghentikan prosedur bila ditemukan :
1. Kepala tidak turun setelah traksi selama 30 menit
2. Kepala tidak turun setelah dilakukan traksi sebanyak 3 kali

28
3. Mangkok terlepas sebanyak 3 kali

4. Bradikardi janin berat (gawat janin)


Bila terjadi bradikardi janin berat,segera lanjutkan dengan sectio
casarea.bila tidak tersedia fasilitas lakukan resusitasi intrauteri dengan
memberikan tokolisis,oksigen,cairan,dan posisikan ibu bebaring pada sisi
kiri sambil dirujuk kefasilitas yang lebih lengkap. (Kapita Selekta
Kedokteran 2014 dan PONED 2007)
Kegagalan ektraksi vakum dapat disebabkan karena berbagai
faktor,seperti kesalahan teknik,adanya disproporsi sefalopelvik,kesalahan
pemilihan jenis dan ukuran mangkok,jaringan vagina yang terjepit diantara
mangkok dan kulit kepala,atau penempatan mangkok yang tidak tepat pada
titik pivot. (Kapita Selekta Kedokteran 2014 dan PONED 2007)

2.3.10 Komplikasi
Kematian janin jarang terjadi,sekitar 0,1-3kasus / 1000
prosedur.komplikasi yang sering terjadi adalah trauma pada kulit
kepala,seperti memar,laserasi,kaput suksedenum,sefalhematoma dan
perdarahan subgaleal.
Perdarahan subgaleal adalah komplikasi yang berbahaya karena dapat
menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah banyak hingga terjadi
hipovolemi dan emsefalopati akut.perdarahan subgaleal terjadi akibat
rupturnya vena emisarius yang menghubungkan kulit kepala dengan sinus
dura. Secara klinis bayi akan tampak pucat,akral dingin,nadi cepat dan lemas
karena syok hipovolemik.
Bayi dengan ektraksi vakum berlangsung tidak lancar harus dicurigai
perdarahan subgaleal.lakukan observasi ketat selama 8 jam dengan mengukur
tanda vital,lingkar kepala dan edema tiap jam. Hematokrit dan koagulasi juga
harus diperiksa tiap 4 jam.bila terjadi syok,rawat diruang perawatan intensif
neonatus dan siapkan tranfusi darah.
Kaput suksedenum adalah komplikasi yang sangat sering terjad
namun tidak berbahaya.tampak seperti benjolan berbatas tegas dan teraba

29
padat pada tempat mangkok vakum terpasang dapat menyebrangi
sutura,namun,namun akan menghilang sendiri setelah 48-72 jam.
Sefal hematom adalah perdarahan dibawah periosteum,terbatas tegas,tidak
menyebrangi sutura dan biasanya terjadi diatas tulang parietal.perdarahan ini
tidak berbahaya,semakin besar pada 24 jam pertama,dan akan menghilang
dalam 2-3 minggu.
Bayi yang lahir dengan ektraksi vakum tidak terbukti memiliki
gangguan neurologis maupun intelektual dibandingkan bayi yang lahir secara
normal ( kapita selekta kedokteran 2014). Secara aktual, vakum bekerja
dengan meninggikan kaput buatan sehingga tidaklah logis jika dikatan bahwa
kaput merupakan komplikasi intervensi ini, karena tujuannnya adalah
membentuk chignon. Namun demikian, traksi yang terlalu lama akan
meningkatkan kemungkinan abrasi kulit kepala, sefalhematoma, atau
perdarahan subaponeurotik
Kegagalan metode vakum dapat mencapi 20 % pada setiap kasus
(Drife 1996).Kemungkinan kegagalan ini lebih besar jika terdapat kaput yang
berlebihan, dan dilakukan oleh dokter spesialis obstetrik yang kurang
berpengalaman.Peran bidan adalah meningkatkan efisiensi metode ini secara
keseluruhan, dan memberi dukungan pada ibu dan pasangannya.
(Myless.2010)
Komplikasi ekstraktor vakum meliputi laserasi kulit kepala dan
lebam, hematoma subgaleal, sefalhematom, perdarahan intrarkranial, ikterus
neonatorius, perdarahan subkonjungtiva, fraktur klavikula, distosia bahu,
cedera nervus kranialis keenam dan ketujuh keenam dan ketujuh, Erb palsy,
perdarahan retina, dan kematian janin (Broekhuizen dkk., 1987; Galbraith,
1994; Govaert dkk., 1992). Berkus dkk., (1985) tidak menemukan
peningkatan angka morbiditas serius pada neonatus, termasuk perdarahan
pada retina, untuk ekstraktor vakum Silastic jika dibandingkan dengan yang
disebabkan oleh pelahiran spontan.(Obstetri William)

30
BAB III
TINJAUAN KASUS

AKADEMI KEBIDANAN WIRA BUANA


Jl.A .H Nasution No. 234 KelurahanYosodadi
Kecamatan Metro Timur, Kota Metro
KodePos 34111 Telp. 0725 – 49278 Fax. 0725 - 44234

ASUHAN KEBIDANANIBU BERSALIN PATOLOGIS


NY. M USIA 37 TAHUN G3P2A0 UK 38 MINGGU 2 HARI
JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN PRESENTASI KEPALA
DENGAN EKTRAKSI VAKUM ATAS INDIKASI PREEKLAMSIA BERAT

Tanggal / Jam Masuk : 22-12-2017,Jam17 : 30 No. Rekam Medis: 00.53.16.08


Tempat :VK Nama Pengkaji: kelompok vk

I. PENGKAJIAN DATA
Pada Tanggal : 22-Desember-2017 Pukul :17.30 wib
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Istri : Ny.Mundia Nama Suami : Tn.Iwan
Umur : 37 tahun Umur : 39 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan :SMP Pendidikan :SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Nelayan
Alamat : Tanjung Sari Kec.Tanjung Sari Kab. Lampung Selatan
No Hp : 082372601393

31
2. Alasan Datang
Os datang pada tanggal 22-12-2017 melalui UGD, rujukan dari bidan N
G3P2A0 hamil aterem PEB inpartu kala 1 fase laten JTH Preskep
3. Keluhan Utama
Di BPM ibu sudah kala 1fase laten karena tekanan darah 170/110mmhg,kaki
dan tangan odema(+) maka pasien dirujuk ke RS Abdul Moeloek

4. Riwayat obtetri
Riwayat Kehamilan Sekarang :G3P2A0
HPHT : 16-Maret-2017
TP : 23-Desember-2017
Gerakana Janin : 16 x/ hari
Keluhan hamil Muda : Pusing, mual
ANC Banyaknya : 4-6 kali selama 9bln, Periksa Di : Bidan N
Imunisasi TT : Lengkap
Obat yang dikonsumsi : Ibu mengatakan tidak mengonsumsi obat-
obatan
Jamu-Jamuan : Ibumengatakan tidak mengonsumsi jamu-
jamuan
Perawatan Payudara : Ibumengatakan tidak melakukan perawatan
payudara
Senam Hamil : Ibu mengatakanmelakukan senam hamil waktu
dikelas ibu hamil

5. Riwayat Haid
Menarche : 23 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya :7 hari
Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut
Sifat darah : Encer Teratur/ tidak :

32
Dismenorea : Tidak

6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

No Tgl/Tahun Usia Tempat Jenis Penolong Penyulit


Persalinan Kehamilan Penolong Persali Kehamilan An
nan
JK BB

1. 12-1-2014 40 Minggu Klinik Normal Bidan Tidak ada L 3000 5


gram
2. 24-5-2014 40 Minggu Klinik Normal Bidan Tidak ada L 3000 5
3. Hamil ini gram

7. Riwayat ginekologi
 Infertilitas : tidak ada
 Massa : tidak ada
 Penyakit : tidak ada
 Oprasi : tidak ada

1. Riwayat KB
 Kb Yg Dipakai : KB suntik 3 bulan
 Keluhan : Berat badan naik
 Alasan Berhenti : Ibu mengatakan ingin mempunyai anak lagi
 Lama Pemakaian : 2 tahun

2. Riwayat kesehatan sekarang


 Jantung : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit jantung
 ASMA : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit ASMA
 TBC : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit TBC
 Hep B : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit Hep B
 Hipertensi : Ibu mengatakan menderita penyakit hipertensi sejak

33
kehamilan ini, sebulnya TD ibu normal

 DM : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit DM


 Penyakit Lainnya : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit Lain-
lainnya

3. Riwayat kesehatan keluarga


 Keturunan Kembar : Ibu mengatakan tidak ada keluarga
keturunan kembar
 Penyakit Menular/turunan : Ibu mengatakan tidak mempunyai
penyakit menular

4. Pola Nutrisi
 Waktu Makan Terakhir : Pukul 17.00 WIB

Frequensi : 1 porsi
Jenis Makanan :1 piring ( nasi,sayur,lauk-pauk,buah)
 Waktu Minum terakhir : pukul 17.05 WIB

Frequensi : 3 gelas
Jenis Minuman : Air putih
 Pantangan Makan / Alergi : Ibu mengatakan tidak ada pantangan
makanan atau alergi obat

5. Pola Eliminasi
 BAK
Frequensi : BAK 6-7 kali/hari
Konsistensi : Cair,warna kuning
 BAB
Frequensi : Ibu mengatakan BAB 1 kali/Hari
Warna : Kuning kecoklatan bau khas
Masalah : Tidak ada masalah dalam BAB

34
6. Data Psiko Sosial
 Dukungan Suami :Ibu mengatakan suami dan keluarga
mendukung kehamilannya

 Dukungan Keluarg : Ibu mengatakan keluarga merasa


bahagia dengan kehamilan ibu
 Masalah : Ibu mengatakan tidak ada masalah
 Komunikasi : Ibu mengatakan berkomunikasi dengan
baik
 Keadaan Emosional : Ibu dan keluarga cemas menantikan
kelahirannya
 Hubungan dengan Kelg : Ibu mengatakan hubungan baik
dengan keluarga
 Hub dengan Orang lain : Ibu mengatakan berhubungan baik dgn
orang lain
 Ibadah : Ibu mengatakan menjalankan solat 5
waktu
 Pengambil Keputusan : Ibu mengatakan pengambil keputusan
suami

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Sedang
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda vital
Td : 170/110 MmhgNadi: 98x/menit
0
Suhu : 36,5 C RR : 24 x/menit
3. Berat badan sebelum hamil : 70 kg

35
Berat badan saat hamil : 80 kg
Tinggi badan : 148 cm
Lila : 28 cm

4. Pemeriksaan fisik
- Rambut : Warna hitam
- Pertumbuhan Rambut merata

- Lesi : tidak ada


- Odem Kepala : tidak ada
- Kotor : Rambut Bersih .
- Bau : Wangi
- Pipi : Cloasma ....tidak ada
- Mata
- Kelopak mata : Simetris
- Konjungtiva : Merah muda tidak anemis
- Sclera : Putih, tidak ikterik
- Hidung
- Sekret : Tidak ada
- Polip : Tidak ada
- Mulut dan gigi
- Lidah dan geraham :Bersih,tidak ada sariawan,warna merah
muda
- Gigi :Bersih tidak terdapat caries,ada gigi
berlubang
- Gusi :Tidak ada radang
- Bibir :Simetris,bewarna merah kehitaman
- Leher
Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
- Dada
Jantung : Bunyi jantung reguler

36
Paru-paru : Tidak ada whezing dan ronchi
Payudara Pembesaran : Normal

Putting susu : Menonjol ( kanan dan


kiri)
Simetris : Kanan dan kiri
Rasa nyeri : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

Abdomen
 Inspeksi : Simetris
Bekas luka operasi : Tidak ada
 Palpasi
Pemeriksaan leopold
 TFU : 28 Cm
 Leopold I :
Teraba satu bagian bulat,lunak,dan tidak melenting(bokong)
 Leopold II :
Bagian kanan perut ibu teraba satu bagian
keras,panjang,seperti papan (punggung)
Bagian kri perut ibu teraba satu bagian kecil-kecil janin
(ektremitas)
 Leopold III :
Teraba satu bagian bulat,keras(kepala)
 Leopold IV :
Divergen 2/5
Divergen / Konvergen (Coret yg tdk perlu)
His : 3 x 10” Intensitas: 35-37 dtk
 Auskultasi
DJJ
Frekuensi :145 kali/menit,
Teratur/tidak :Teratur/ Tidak Teratur *

37
Bising Usus :Positif
- TBJ :2.286 gram - 2.586 (Rumus Niswander)

- Px Genetalia Luar :
- Bentuk :Bentuk normal, sudah terpasang kateter
- Varices :Tidak ada
- Odema :Tidak ada
- Masa/Kista :Tidak ada
- Penegeluarn per vaginam: lendir darah sejak pukul 17.00wib
- Px Dalam (Jam 17.30 Wib)
- Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan
- Konsistensi Porsio : Lunak
- Pendataran :20%
- Pembukaan : 2 cm
- Ketuban : (Positif)
- Posisi / Bg Terendah : Kepala
- Penunjuk : UUK
- Penurunan Kepala : H I-HII
- Bagian Menumbung : Tidak ada
- Pengeluaran : Blod show
- Ektermitas atas dan bawah
- Warna kuku : (Tangan) Merah Muda, Warna (kaki ): Merah
Muda
- Odema :Tangan dan kaki pesien terdapat
odema
- Varises :Tidak terdapat varices di kaki ibu
- Reflek Platela :Reflek Platela Kaki Kanan + dan
Kaki Kiri +
- Punggung dan Pinggang
Posisi tulang belakang : Lordosis

38
Pinggang nyeri : Ada nyeri pinggang

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Terlampir
b. USG : Tidak dilakukan
c. Radiologi : Tidak dilakukan

SOAP KALA I
SUBYEKTIF (S)
 Ibu mengatakan perutnya mules-mules
 Ibu mengatakan kepalanya pusing
 Ibu mengatakan mengeluarkan lendir dan darah sejak pukul 17.00 wib

OBYEKTIF (O)
Keadaan umum : Sedang
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Composmentis
TTV TD : 170/110mmhg
N : 98x/m
RR : 24x/m
S : 36,50C
His 3X10 Menit Lamanya 35-37 Detik. DJJ 145 Kali/Menit
PD : Porsio Tebal Lunak, Pembukaan 2 Cm, Posisi Kepala, Ketuban Positif,
Penurunan Kepala H I- II.

ASESMEN (A)
G3P2A0 hamil aterem,dengan PEB inpartu kala 1 Fase Laten
JTH Preskep

39
PLANING (P)
 Menempatkan ibu pada tempat tidur atau bet yang nyaman
 Melakukan infom consent kepada keluarga karena akan dilakukan tindakan
 Memantau keadaan umum ibu dan DJJ setiap ½ jam sekali
 Memantau his dan memantau tanda-tanda kemajuan persalinan
 His : Lemah, Frekuensi : 3x dalam 10 menit lamanya 35 detik
 Tanda-tanda kemajuan persalinan seperti : his kuat, kontraksi > 4x
dalam 10 menit lamanya 40 detik
 Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan kala 1
Hasil kolaborasi dokter dengan memberikan therapy :
 Stabilisasi pasien 1-3 jam
 Pantau kemajuan persalinan
 Berikan Terapi Mgso4
 Melakukan Induksi Persalinan
 Penatalaksanaan Kala II
 Memberikan terapi sesuai advis dokter
 Terpasang infus RL 500 cc+ Mgo4 40% 15cc (6 gr)
 D/C terpasang
 Melakukan induksi Persakinan susuai advis dokter
 Jam 20.25wib Pasien di induksi dengan oxytosin secara drip 5 IU
tetesan definitif.
 Jam 20.25 – 20.40 / 15 tetes His 3x dalam 10 menit lamanya
35x/detik DJJ : 142x/menit
 Jam 20.40 – 20.55 / 20 tetes His 3x dalam 10 menit lamanya
35x/detik DJJ : 142x/menit
 Jam 20.55 – 21.10 / 25 tetes His 3x dalam 10 menit lamanya
35x/detik DJJ : 143x/menit
 Jam 21.10 – 21.25 / 30 tetes His 4x dalam 10 menit lamanya
40x/detik DJJ : 145x/menit
 Jam 21.25 – 21.40 / 35 tetes His 4x dalam 10 menit lamanya
40x/detik DJJ : 145x/menit

40
 Jam 21.40 – 21.55 / 40 tetes His 4x dalam 10 menit lamanya
40x/detik DJJ : 146x/menit
 Tetesan dipertahankan

- Melakukan Evaluasi Kemajuan Persalinan


 Pukul 23.00 wib his 4x dalam 10 menit lamanya 42x/detik,
dilakukan VT:Pembukaan 5 cm ibu memasuki kala 1 fase aktif
 Pukul 01.30 wib his 5x dalam 10 menit lamanya 45x/detik
dilakukan VT: pembukaan lengkap ibu memasuki kala 2
Persalinan
 Partograf Terlampir

41
SOAP KALA II

Tanggal : 22-12-2017 - 23-12-2017 Jam : 01.30 - 02.05

SUBYEKTIF (S)
 Ibu mengatakan perutnya mules-mules semakin lama semakin sering
 Ibu mengatakan merasa ingin meneran

OBYEKTIF (O)
Keadaan umum : Sedang
Keadaan emosional : Cemas
Kesadaran : Composmentis
TD: 170/110 mmhg, N : 88x/m, RR : 24 x/Menit, S : 36,5 0C
PD : Posio tidak teraba, Pembukaan lengkap, Ketuban : Positif, Presentasi
kepala, penurunan kepala HIII-IV
His : 5x 10’ 45”, Djj : 140 Kali/Menit

ASESMEN (A)
G3P2A0 hamil aterem dengan PEB inpartu kala II
JTH,Presentasi Kepala

PLANING (P)
 Menempatkan ibu pada bet atau tempat tidur yang
nyaman,aman,terlindungi
 Memperbaiki rehidrasi ibu dengan memberikan cairan intravena
 RL 500 ml + MGSO4 40% 6 Gram ( 15 tpm)terpasang pada tangan
kanan
 Memantau keadaan umum ibu. K/U : Sedang

42
 Melakukan infont consent pada keluarga bahwa akan dilakukan persalinan
dengan tindakan

 Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk mempercepat kala 2 dengan


tindakan
 Hasil kolaborasi dengan dokter dengan dilakukan tindakan ektraksi
vacum dengan sebelumnya dilakukan tindakan amniotomi terlebih
dahulu.
 Langkah-langkah ektraksi vacum
1. Pertama-tama cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir lalu gunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
(DTT)
2. Setelah itu cek vakum apakah berfungsi dengan baik pada
tangan yang sudah menggunakan sarung tangan pastikan
tekanan tidak melebihi 60 cmhg karena tekanan lebih dari itu
traumatik terhadap janin.matikan kembali vakum.
3. Bersihkan vulva dan sekitarnya dengan larutan antiseptik.
4. Kosongkan kandung kemih atau pastikan kandung kemih
kososng
5. Periksa dalama kembali persyaratan ektraksi vakum
terpenuhi,yaitu presentasi verteks,pembukaan serviks
lengkap,ketuban sudah pecah,kepala telah engaged atau berada
pada stasiun ≥3.
6. Setelah yakin dengan posisi dan presentasi janin vulva dibuka
dengan tanggan kiri ( atau tanggan non dominan) lalu mangkok
vakum dimasukan dengan tanggan kanan dengan cara
dimiringkan dan sedikit dipipihkan. Posisi mangkok vakum
tepat sedekat mungkin dengan ubun-ubun kecil. Tepat diatas
sutura sagitalis(lihat gambar 1). Dengan jari tanggan non-
dominan periksa tepi mangkok bawah tidak ada jaringan serviks
atau vagina yang terjepit pada mangkok.

43
7. Ibu jari tanggan non-dominan diletakkan diatas mangkok.jari
telunjuk dan jari tengah pada tepi mangkok dan kulit kepala
untuk menahan mangkok pada tempatnya sekaligus mendeteksi
bila ada tepi mangkok yang terlepas ketika dilakukan traksi
8. Minta asisten untuk menaikkan tekanan vakum secara bertahap
dimulai dari 10cmhg hingga maksimal 60cmhg.
9. Pada puncak his ibu pimpin ibu untuk mengedan sambil lakukan
traksi dengan tanggan dominan kearah bawah searah sumbu
panggul.keyika subok-siput telah lahir dibawah simfisis pubis
lakukan traksi kearah atas dan lahirkan dahi,wajah dan
dagu,setelah seluruh kepala lahir,matikan vakum dan lepaskan
mangkoknya dari kepala janin.traksi harus dihentikan bila tidak
terdapat his.
10. Biarkan janin melakukan rotasi ekternal dan lanjutkan
persalinan bahu,badan,dan kaki secara normal.
11. Setelah selesai semua prosedur,lepaskan sarung tanggan dan
rendam sarung serta alat vakum dalam larutan klorin 0,5%
12. Cuci tanggan dengan sabun dan air mengalir
13. Ektraksi vakum boleh dilakukan pada posisi kepala outlet atau
low.keseluruhan prosedur umum yang berlangsung selama 15
menit.

 Melakukan Evaluasi Pasca Tindakan Ektarksi Vakum


 Bayi lahir pukul 02.05 WIB dengan cara ektraksi vacum, jenis
kelamin perempuan, BB 3300 grm, PB 50cm, Anus (+)

44
SOAP KALA III

Tanggal :23-12-2017 Jam : 02.05 – 02.10 WIB

SUBYEKTIF (S)
Ibu mengatakan perutnya masih mules-mules

OBYEKTIF (O)
Keadaan umum : Sedang
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Compos Mentis
TTV TD: 160/100 mmhg, N : 85x/m, RR : 23 x/m, S : 36,5 0C
Terdapat Tanda-tanda pelepasan plasenta ( uterus globuler,tali pusat tambah
panjang,semburan darah tiba-tiba)
TFU : Sepusat
Kandung kemih : Kosong
Kontraksi : Baik

ASESMEN (A)
Inpartu kala III

PLANING (P)
1. Lakukan manajemen aktif kala 3
1) Melakukan palpasi abdomen untuk memastikan
tidak ada janin kedua
2) Menyuntikan oxcytosin 10 iu di 1/3 paha atas
bagian luar

45
3) Melakukan peneganggan tali pusat terkendali
(PTT) dengan tanggan kiri melakukan dorso kranial
4) Melahirkan plasenta secara lengkap
5) Melakukan masese Fundus Uteri selama 15
detik

Evaluasi
 Jam 02.10 WIB plasenta lahir spontan lengkap, Panjang tali pusat 50
cm,diameter plasenta 18 cm,ketebalan 3 cm,berat plasenta 500 grm. Di
bagian maternal kotiledon lengkap dan selaput plasenta utuh

46
SOAP KALA IV

Tanggal :23-12-2017 Jam : 02.10– 04.10WIB

SUBYEKTIF (S)

 Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya


 Ibu mengatakan masih merasa mules

OBYEKTIF (O)
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Cimpos Mentis
TTV Td: 150/100 mmhg, N : 80x/m, RR : 24 x/m, S : 36 0C
Kontraksi : Kurang Baik
TFU : 3 Jari bawah pusat
Kandung Kemih : Kosong
Terdapat ruptur derajat 2 di perineum ibu
Pendarahan aktif

ASESMEN (A)
Inpartu kala IV

PLANING (P)

47
1. Menghentikan pendarahan
 Infus RL 500 cc + 20 IU oxytosin
 Melakukan heating perineum dengan teknik jelujur
2. Melakukan pemasangan dower kateter untuk pemantauan intake/output dalam
24 jam

3. Melakukan pemantauan keadaan umum ibu


 Melakukan obsaervasi 2 jam kedepan
1 jam pertama setiap 15 menit dan
1 jam kedua setiap 30 menit
 Selanjutnya pemantauan 24 jam
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy
 Dexsamethason 5 mg / 12 jam ( IV Bolus dalam 24 jam)
 MgSO4 (6gram) dengan RL 500 cc24 tpm/6 jam dalam 24 jam
 Cefadroxcil tablet 3 x 500 mg / 8 jam per oral

Evaluasi pasca perawatan kala IV


 Pendarahan teratasi,
 Keadaan umum ibu baik dan kontraksi baik
 Pemantauan terlampir dilembar partograf dan lembar istimewa

48
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan Kebidanan Persalinan Pada saat anamnesa terhadap Ny M pada


tanggal 22 – 12 - 2017 didapatkankeluhan yaitu mules-mules sejak pukul 17 : 00
WIB sudah keluar lendir campurdarah danbelum keluarair-air. Mules-mules yang
semakin seringdan kuat. Ibu mengatakan pergerakan janinnya masih aktif.
Dilakukanpemeriksaan umum dan fisik, terdapat oedema pada kaki dan tangan
kanan dankiri, pemeriksaan TTV didapatkan TD : 170/110 Mmhg. Pemeriksaan
dalam hasilnya vulva vagina tidak ada kelainan, portio masih tebal danlunak,
pembukaan 2 cm, selaput ketuban utuh ,presentasi kepala, penurunan Hodge I-II,
posisiUUK kanan depan , berdasarkan hasil pemeriksaan maka dapat disimpulkan
Ny. M G3P2A0 dengan PEB JTH preskep.Preeklamsia berat ialah preeklamsi
dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmhg dan tekanan darah diastolik ≥110mmhg
disertai protein urinaria lebih 5 g/24 jam. (Prawirohardjo2014)
Berdasarkan hasil anamnesa Ny. M sudah ada tanda-tanda inpartu yaitu
keluarlendir bercampur darah dan mules-mules. Tanda-tanda inpartu diantaranya
adalahadanya rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur,
Penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
serviks(frekuensi minimal 2 kali 10 menit), Cairan lendir bercampur darah blody
show melalui vagina. (APN, 2014)
Dalam Kala I persalinan pada Ny.M berlangsung 8 jam , dihitung dariibu
merasakan mules sampai pembukaan lengkap.Menurut teori yang ada, faselaten
berlangsung hampir 12 jam pada primipara dan 8 jam pada multipara. Dalamhalini

49
tidak terjadikesenjanganantarateoridan praktek, hal ini normal karenadipantau
melalui partograf dan partograf tidak melewati garis waspada.
Kala II pada Ny.M berlangsung 35 menit dari pembukaan lengkap pukul 01.
30 WIB dan bayi lahir dengan E.vakum pukul 02 : 05 . Menurut teori yang ada,
KalaIIberlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Dalam hal ini
tidakterjadi kesenjangan antara teori dan praktek hal ini
dikarenakanolehbeberapafaktor
sepertiparitas(multipara),hisyangadekuat,FaktorjaninDanfactorjalanlahirserta partus
dengan bantuan ektaksi vacum sehinggaterjadiprosespengeluaran janinyanglebih
cepat(Saifuddin, 2006 ) .
Pada kasus Ny M ini juga dilakuka tindaka Induksi Persakinan dan Ektraksi
Vakum untuk empercepat persalinannya, hal ini hal ini sesuai dengan teori yang ada
dibuku Myles hal 363 yang menjelaskajn bahwa waktu kelahiran direncanakan
sesuai kebutuhan ibu dan janin. Jika persalinan dini perlu dilakukan, induksi
persalinan akan lebih baik dari pada seksio sesaria. (Myles, hal 363). Kala dua yang
singkat dapat dilakukakan bergantung kepada kebutuhan ibu dan janin dalam hal ini
persalinan dengan ektraksi vakum atau ektraksi vorcep dapat dilakukan, (Myles, hal
354)
Kala IIIyang dilakukan yaitu melakukan manajemen aktifyaitu pemberian
oksitosin 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali pusatterkendali dan massase
fundus uteri. Pada Ny. M plasenta lahir Pukul 02.10 WIB menit berlangsung 5
menit setelah bayi lahir. Hal ini normal terjadi karenaplasenta rata-rat lahir 5–30
menit setelah bayi lahir dengan demikian selama kala IIItidak ada penyulit dan tidak
ada kesenjangan antara teori dengan praktek (APN,2014)
Kala IV pada Ny.M terdapat robekanperineum derajat 2 dan kemudian
dilakukan penjahitan dengan tekniknik jelujur. Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah
pusat, pengeluaran lochea rubra, kandung kemih kosong.Pengawasan post partum
dilakukan selama 2 jam post partum yaitu untukmemantau perdarahan, TTV,
kontraksi, TFU, dan kandung kemih, pada 1 jam pertama pemantauan dilakukan
setiap 15 menit sekali, pada 1 jam berikutnyadilakukan setiap 30 menit sekali. Dari
hasil observasi kala IV tidak terdapatkomplikasi dan tidak ada kesenjangan teori
dengan praktek.( Asuhan PersalinanNormal,2008) Observasi Kala IV pada Ny. M

50
yaitu TTV batas normal 140/90 mmHg, , N : 80x/m, RR : 24 x/m, S : 36 0C,
Tinggifundus uteri setelah plasenta lahir 3 jari dibawah
pusat,kontraksibaik,konsistensi keras, kandung kemih kosong, lochea
rubra,pengeluaran darahselama proses persalinan yaitu pada kala I ±25 cc, kala II
±50cc, kala III±100 cc, kala IV ± 10 cc, jumlah pengeluaran darah yang dialami
yaitu ± 200 cc Teori mengatakan perkiraan pengeluaran darah normal ± 500 cc bila
pengeluarandarah≥ 500 cc yaitu pengeluaran darah abnormal.(Prawirohardjo,2009).
Pengeluaran darah pada kasus Ny. M masih dalam batas normal dantidak
adakesenjangan dengan teori. Persalinan pada Ny. M kala I, kala II, kala III,dan kala
IVtidak ada komplikasi.

51
BAB V
PENUTUP

5.I. Kesimpulan
Persalinan merupakan proses fisiologis, tapi dalam prosesnya persalinan
fisiologis dapat berubah menjadi persalinan patologis tanpa dapat diduga
sebelumnya.
Preeklamsia berat ialah preeklamsi dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmhg
dan tekanan darah diastolik ≥110mmhg disertai protein urinaria lebih 5 g/24
jam.(Prawirohardjo2014)
Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Penyebab pasti 
preeklamsia hingga saat ini belum diketahui dengan jelas. Diduga karena kondisi
plasenta yang tidak tertanam dengan baik, kekurangan oksigen atau ada
gangguan pada pembuluh darah si ibu. 
Pada kasus dengan Pre Eklamsia Berat jika kondisi ibu dan janin
menghawatirkan, ibu harus di hospitalisasi. Waktu kelahiran direncanakan
sesuai kebutuhan ibu dan janin. Jika persalinan dini perlu dilakukan, induksi
persalinan akan lebih baik dari pada seksio sesaria. (myles, hal 363). Saat kala II
persalinan dimulai, spesialis obstetrik dan spesialis anak hrus segera diberitahu,
bidan secra terus menerus memberikan asuhan kepada ibu dan biasanya akan
membantu ibu melahirkan bayinya. Kala dua yang singkat dapat dilakukakan
bergantung kepada kebutuhan ibu dan janin dalam hal ini persalinan dengan
ektraksi vakum dan ektraksi vorcep dapat dilakukan, (Myles, hal 354)

52
5.2. Saran
Baik tenaga kesehatan maupun mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan
yang sedang praktik diharapkan selalu siap dan tanggap dalam menangani
kasus-kasuas kegawat daruratan dengan selalu menerapkan prinsip penanganan
awal kasus kegawat daruratan dan melakukan penanganan sesuai dengan teori
atau protap yang ada di Rumah Sakit tersebut dengan selalu berkoordinasi
dengan dokter jaga atau dokter spesialis yang berhubungan dengan kasus yang
sedang di tangani. Selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dengan
teratur melakukan pelatihan pelatihan sehingga pelayanan yang di jalankanya
selalu up to date dan sesuai dengan perkembangan jamannya. Untuk mahasiswa
khususnya mahasiswa Akbid Wira Buana Metro diharapkan selalu aktif dan
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi baik dengan belajar lewat buku atau
belajar dengan para pembimbing dan senior di lapangan sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan skil ketrampilannya.

53
DAFTAR PUSTAKA

Bobak Lowdermilk, Jensen, Melzack, Dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan


Maternitas. Jakarta:EGC

Chris Tanto, Dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 2014. Edisi IV. Jakarta : Media
Aeskulapius

Cunningham, FG., Et Al. (2013). Williams Obstetri. Edisi 23 Voleme 2, Jakarta :


EGC

Fraser, Diane, Et Al. 2009. Buku Ajar Bidan Myles.Jakarta : EGC

JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal. 2008. Jakarta : JNPK-KR

JNPK-KR. Pelayanan Obstetri Dan Neonatal Emergensi Dasar.2007.Jakarta : JNPK-


KR

Manuaba, I.B.G, Dkk. Pengantar Kuliah Obstetri. 2010. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2005.  Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2014.  Ilmu Kebidanan, Cetakan III. Jakarta :Yayasan Bina
Pustaka

Sulistiawati Ari, Nuragraheni Asti. 2010 . Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika

54
55

Anda mungkin juga menyukai