Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PEMERIKSAAN INTRANATAL

CARE PADA PASIEN KEHAMILAN NORMAL DI RUANG


BERSALIN RSUP DR. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

OLEH :

NURUL HAFIFAH
PO713201201031
KELAS II A
KELOMPOK 1 D

CI LAHAN CI INSTITUSI

SINTA JULI ANGGRAENI A.MD.KEB HJ,STRAHMATIA,A.KEP,S.KEP,M.KES


NIP. 19920707 201402 2 001 NIP. 197308032001122001

KEMENTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan ( 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit (Asuhan Persalinan
Normal,2007).
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan ( 37- 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2007).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir (Winkjosastro, H. 2008 : 100). Partus adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke
dunia luar ( Sarwono,2007).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar,
1998).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
1. Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan
lahir.
2. Persalinan bantuan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
dengan forceps atau dilakukan operasi section caesarea.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan misalnya dengan pemberian pitocin atau prostaglandin
atau pemecahan ketuban.

Menurut umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan adalah :


1. Partus immaturus adalah partus yang terjadi pada umur kehamilan kurang dari
28 minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 500-900 gram.
2. Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2499 gram atau tua
kehamilan antara 28 -37 minggu.
3. Partus matures atau partus aterm adalah suatu partus yang terjadi pada
kehamilan antara 37 – 42 minggu dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
4. Partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi pada kehamilan
lebih dari 42 minggu.
5. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viabel berat janin
dibawah 500 gram atau tua kehamilan dibawah 20 minggu.
B. Proses Terjadinya Persalinan
Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan :
1. Teori keregangan otot
a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat dimulai.
c. Pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu dan inpartu.
2. Teori penurunan progesterone
a. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu.
b. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
sensitif terhadap oksitosin.
c. Akibatnya otot rahim Mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
3. Teori oksitosin
a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior
b. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga terjadi Braxton hicks.
c. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan,
masa oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga persalinan
dapat dimulai.
4. Teori protoglandin
a. Konsentrasi progesteron meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua.
b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
c. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan
5. Teori hipotalamus Pituari dan Glandula Suprarenalis
a. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anenchepalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
Teori ini dikemukakan oleh liggin (1973)
b. Malpas pada tahun 1993 mengangkat otak kelinci percobaan hasilnya
kehamilan kelinci lebih lama.
c. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya) persalinan.
d. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara
hipotalamus- pituari dengan mulainya persalinan.
e. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
6. Teori Placenta menjadi tua
Proses penuaan placenta terjadi mulai umur kehamilan 28 mgg dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan
sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, sehingga otot-otot
rahim lebih sering berkontraksi.
7. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion serviks (fleksus fronkenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
8. Teori fetal kortisel
Sapi yang diinfus ACTH dapat lahir premature. Hal ini menunjukkan fetus
mempunyai peranan penting dalam memulai persalinan. Fetus
anconcheptal lebih lama lahir dibanding fetus normal.

C. Faktor-faktor penting dalam persalinan


1. Power
Power adalah tenaga atau kekuatan ibu untuk mengejan, tenaga ini serupa
dengan tenaga waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi. Tanpa
mengejan anak tidak dapat keluar seperti pada pasien yang lumpuh otot-otot
perutnya maka persalinan harus dibantu dengan forcops. Setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak keluar. Selain his
terutama disebabkan oleh kontraksi otot dinding perut yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat.
Ibu melakukan kontraksi involuntes dan volunteer secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi inuolonter yang
disebut kekuatan primer menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks
berdilatasi usaha volunteer dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan
sekunder yang membesar kekuatan kontraksi involunter.

Power saat persalinan disebabkan oleh :


- HIS (kontraksi otot rahim)
- Kontraksi otot dinding rahim
- Kontraksi diafragma, pelvis atau kekuatan mengejan
- Ketegangan dan kontraksi ligomentum rotundum.
1) Kontraksi uterus
Kontraksi persalinan merupakan kontraksi otot-otot rahim
miometrium akibat pengaruh hormon oksitosin, kontraksi uterus
disebabkan karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna dengan sifat-sifat kontraksi simetris, fundus dominan diikuti
relaksasi.
Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi
tebal dan lebih pendek. Cavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin
dan kantong omnion ke arah SBR (Segmen Bawah Rahim) dan serviks.
Perbedaan anatomis dan fisiologis antara fundus uteri, segmen bawah
rahim dan serviks sangat menguntungkan untuk ekspulsi janin. Jika semua
bagian tersebut merupakan otot polos dan semuanya berkontraksi atau
berretraksi maka tidak akan terjadi ekspulsi janin, atau akan
memperlambat terjadinya ekspulsi janin.
His pada persalinan dimulai pada daerah dimana saluran tuba masuk
kedalam kavem uteri yaitu yang disebut kornu uteri.daerah ini yang disebut
dengan pace maker. His yang sempurna dimulai dari fundus yaitu daerah
yang mempunyai ketebalan otot paling tinggidan menyebar keseluruh
bagian uterus dengan kecepatan 2 cm per detik. Daerah fundus yang
mempunyai otot paling tebal akan mengalami pemendekan otot yang
dalam istilah ginekologi disebut retraksi. Retraksi otot pada fundus akan
membuat daerah yang berada di daerah cervik mengalami penipisan dan
tertarik ke atas karena di daerah tersebut kurang mengandung otot. Dan
penipisan dan pembukaan itu akan menjadi maksimal jika di cervik terjadi
tekanan misalnya oleh kepala janin.
His yang sempurna dan efektif adalah jika ada koordinasi antara
golombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di
fundus uteri dengan amplitude 40-60 mmHg yang berlangsung 60 – 90
detik dengan jangka waktu antar kontraksi 2-4 menit. Jika frekuensi dan
amplitude his lebih tinggi maka akan terjadi hipoksia dan gawat janin yang
bisa dideteksi dengan DJJ. Interval diantara tiap his sangat penting bagi
kesejahteraan janin dalan rahim. Yaitu untuk suplai darah dan oksigen ke
janin, maka untuk uterus yang tiap menit berkontraksi dan tidak ad
interval (tetania uteri) sangat memiliki resiko tinggi bagi bayi.
2) Tenaga meneran
Tenaga meneran adalah tenaga yang timbul saat persalinan akan
dimulai. Hal ini disebabkan saat kepala sampai pada dasar panggul
timbul suatu refleks yang mengakibatkan bahwa pasien menutup
glotisnya, mengontraksikan otot – ototnya dan menekan diafragma ke
bawah. Tenaga mengejan ini sbenarnya merupakan koordinasi antara
kontraksi diagfragma dan otot dinding abomen. Dan kekuatan meneran ini
akan menjadi sangat maksimal jika ibu dalam posisi fleksi, dagu ibu
menempel dada dan tangan merangkul pahanya dekat pada perut
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil kalau pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Cara meneran yang
baik adalah ketika kepala janin sudah memasuki PAP. Ketuban sudah pecah
(bila belum keras dipecahkan dulu). His akan timbul lebih sering dan
merupakan tenaga pendorong janin disamping itu ibu harus dipimpin
meneran pada waktu ada his dan beristirahat diantara kedua his.
Cara meneran yang tidak baik, Bila kepala bayi belum masuk PAP,
pembukaan belum lengkap, ketuban belum pecah dan tidak ada his tapi ibu
disuruh meneran.
2. Passanger
Passenger adalah penumpang yang janin, plasenta atau juga selaput ketuban
harus dilahirkan melalui jalan lahir. Karena itu plasenta juga dan selaput
ketuban dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
1) Janin
a. Berat
Untuk bayi wanita 3,4 kg dan pria 3,5 kg. berat bayi normal antara >
2500 gram sampai < 4000 gram.
b. Panjang
Untuk panjang bayi rata-rata 50 cm. panjang bayi normal diantara
745 cm sampai < 55 cm. bila panjang bayi yang kurang/melebihi
panjang bayi normal maka dicurigai adanya penyimpangan
kromosom.
c. Ukuran kepala janin
Ukuran kepala janin sangat penting untuk mengetahui apakah janin
bisa melewati jalan lahir tanpa penyulit. Selain itu ukuran janin
penting untuk resiko terjadinya CPD dapat mempersulit persalinan.
Ukuran diameter kepala janin :
(1) Diameter occipito frontalis : 12 cm
(2) Diameter mento occipitalis : 13,5 cm
(3) Diameter sub occipito bregmatika: 9,5 cm
(4) Diameter Biporietalis : 9,25 cm
(5) Diameter bitemporalis : 8 cm
Ukuran sirkumferensia :

(1) Cirkumforensia frento occipitalis : 34 cm


(2) Cirkumferensia menta occipitalis : 35 cm
(3) Cirkumferensia sub occipito bregmantika: 32 cm
d. Letak janin
Yaitu hubungan antara sumbung panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung ibu). Letak juga disebut sebagaihubungan
antara aksis panjang badan janin dengan abdomen ibu yang
digambarkan dengan membujur, melintang dan miring. Letak janin
normal adalah membujur dengan kepala janin berada di dibawah.
e. Presentasi
Yaitu bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati
PAP, atau bagian janin yang pertama kali masuk PAP. Bisa disebut
bokong, kepala ataupun bahu. Presentasi bayi yang normal adalah
sub acccipito bragmatika.
f. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin sangat penting untuk memantau
kesejahteraan janin dalam rahim. Pada persalinan normal, DJJ diukur
dengan auskultasi dengan menggunakan funduscope ataupun
dopler. Frekuensi denyut jantung janin sangat dipengaruhi oleh
beberapa factor penting yaitu kontraksi, posisi dan kemajuan
persalinan itu sendiri.
2) Air ketuban dan selaput ketuban
Ruangan yang dilapisi selaput janin (selaput ketuban) berisi air ketuban
a. Volume
Volume air ketuban dalam kehamilan cukup bulan adalah 1000 cc-
1500 cc. bila kurang dari 1000 cc disebut oligohidromnion. Namun
bila volume air ketuban lebih dari 1500 cc disebut polihidromnion.
b. Bentuk
Air ketuban berwarna putih kekeruhan khas amis dan berasa manis.
Bila air ketuban berwarna hijau ini adalah indikasi adanya
ketidaknormalan.
c. Komposisinya
Terdiri atas 98 % air, sisanya albumin sel-sel epitel. Rambut lanugo,
menit caseasa dan garam-garam organic. Kadar protein 2gr/l
terutama di bagian albumin. Diproduksi oleh kencing janin,
transudasi dari epitel amnion sekresi dari epitel amnion asal
campuran (mixed arigin).
Analisis ketuban pecah:
(1) Terlihat genangan atau drainase yang jelas bukan urine.
(2) Genangan pada forniks posterior. Khususnya jika cairan dapat
terlihat keluar dari ostium cerviks dengan menggunakan maneuver
valsava
(3) Dengan lakmus, yaitu berubahnya lakmus merah menjadi
biru
(4) Makroskopis bau amis adanya lanugo, rambut dan verniks
(5) Mikroskopis, lanugo dan rambut
(6) Laboratorium, tes pakis posistif diratakan di kaca obyekdan
dikeringkan sebelum diperiksa.
3) Placenta (uri)
Placenta adalah alat transportasi darah, nutrisi, oksigen dan juga sisa
buangan dari ibu kepada janin. Uri berbentuk bundar atau oval, ukuran
diameter 15-20 cm, tebal 2-3 cm dan berat 500-600 gram.
a. Komponen placenta
Placenta terdiri dari desidua kompektel atas beberapa lobus dan
terdiri dari 15-20 kotiloden.
b. Tali pusat
Tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan
janin. Panjang tali pusat antara 50-55 cm diameternya 1-2,5 cm
dan terdiri atas 2 buah arteri, umbilicalis dan 1 buah vena
umbilicalis. Selain panjangnya tali pusat yang terpenting lagi adalah
insersi nya kepada plasenta, hal ini sering menjadi masalah ketika
insersi itu tidak pada tempatnya.
4) Passange (jalan lahir)
Jalan lahir merupakan bagian keras yaitu tulang – tulang panggul
bagian lunak yaitu otot-otot panggul. Berdasarkan ciri-ciri bentuk
panggul dibagi menjadi:
a. Ginekoid : Panggul ideal wanita, arcus pubis luas. Diameter
sogitalis posterior hanya sedikit lebih pendek dari diameter
sagitalis anterior.
b. Andrekoid : Diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek dari
pada diameter sagitalis anterior (panggul pria) segmen anterior
sempit dan berbentuk segitiga.
c. Anthropoid : Diameter anteroposterior dari PAP lebih besar dari
diameter transversa hingga bentuk PAP lonjong ke depan. Bentuk
segmen anterior sempit dan runcing.
d. Platipolloid : Bentuk ini sebetulnya panggul dinekoid yang picak,
diameter anteroposterior kecil, diameter transversa biasa. Segmen
anterior lebar, secrum melengkung.
Ukuran panggul
a) Ukuran PAP
Batas PAP adalah promontarium, sayap sacrum, lineainno, minata,
ramus superior, ossispubis dan pinggir atas symphisisi. Ada 3 ukuran :
➢ Ukuran muka belakang
- Diameter antara posterior
- Konjungata vera (dari prementarium ke pinggir atas symphisis,
ukurannya 11 cm)
 Konjugata vera dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam
mengukur konjugata diagnonalis (cv=cd 1,5 cm)
 ukuran melintang : ukuran terbesar antara linea innominata
diambil tegak lurus pada conjugate vera (12,5 cm)
 ukuran serong : dari articulation sacro iliaca ke tubercolum
pubicum dari belahan panggul yang bertentangan (13 cm)
b) Ukuran panggul tengah (bidang luas panggul)
Bidan terbentang antara pertengahan sympisisi, pertengahan
acetubulum dan pertemuan antara luas sacral II dan III.
Ukuran muka belakang = 12,75 cm Ukuran melintang =
12,50 cm
c) Bidang sempit panggul
Bidang ini setinggi pinggir bawah symphisis kedua spina ischiadikum
dan memotong secrum + 1-2 cm di atas ujung sacrum.
Ukuran muka belakang = 11,5 cm Ukuran melintang = 10 cm
d) Pintu bawah panggul
Ditentukan dengan mengukur jarak tuberoses ischium dan luar
perdagangan SBR dan pembukaan serviks. Besar pembukaan
ditentukan dengan cara memperkirakan diameter serviks.
- Ukuran muka belakang (dari pinggir bawah symphisis ke ujung
sacrum = 11,5 cm)
- Ukuran melintang (dari tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah
dalam = 10,5 cm)
- Diameter sagitalis posterior (dari ujung sacrum ke pertengahan
ukuran melintang : 7,5 cm)
e) Cerviks
Cerviks juga merupakan bagian dari jala lahr yang penting untuk
sebuah proses kelahiran. Suat persalinan akan dimulai jika ada tanda-
tanda pendataran dan pembukaan cerviks. Ada tiga komponen cerviks
secara structural yaitu kolagen, otot polos, dan jaringan ikat atau
substansi dasar lainnya. Otot polos pada daerah cerviks memang jauh
lebih sedikit daripada di daerah fundus. Struktur yang seperti ini yang
menguntungkan dan menyebabkan terjadinya penipisan dan
pembukaan cerviks saat ada kontraksi dari fundus uteri. Saat terjadi
pelunakan, pendataran dan pembukaan cerviks yang terjadi adaah
perubahan pada serabut-serabut kolagen dan jaringan ikat, serta
perubahan relative pada jumlah substansi dasarnya.

5) Psikis
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin meliputi : Kecemasan
mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri dari
1) B endosphin
2) Adenocus tricotropin
3) Cartisol
4) Epinephri
Hormon – hormon tersebut mempengaruhi otot-otot halus uterus
yang dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga
menimbulkan distosia.

Kecemasan

Persalinan 1. Peningkatan bendharpin


2. Adenous tricontropin
3. Cortisol
4. Epinephrin

Otot halus uterus terganggu


Pembukaan serviks lambat

Kontaksi uterus melemah


Gambar 2.3.4.1 Siklus pengaruh kecemasan pada kemajuan persalinan

Kegelisahan/ketakutan dan respon endokrin akan mengakibatkan


1. Retensi Na
2. Ekskresi K
3. Penurunan glukosa
Sehingga dapat mempengaruhi sekresi epinefrin dan dapat
menghambat aktivitas miometrium.

Ketakutan

Persalinan lama Menimbulkan:


1. Retensi Na
2. Ekskresi K
3. Penurunan glukosa
Pembukaan serviks lambat

Kontraksi uterus menghambat aktivitas


lemah miometrium

Gambar 2.3.4.2 Siklus pengaruh ketakutan pada kemajuan persalinan

6) Penolong
Peran penolong selama proses persalinan memberikan pengaruh pada ibu
yang bersalin untuk melayani proses persalinan dengan sebaik-baiknya.
(Manuaba : 1998).
7) Posisi
Pada kala I dimana his frekuensinya menjadi lebih sering dan amplitudonya
menjadi lebih tinggi maka agar peredaran darah ke uterus menjadi lebih baika,
maka ibu di suruh miring ke satu sisi sehingga uterus dan seluruh isinya tidak
serta merta menekan pembuluh darah di panggul. Kontraksi uterus juga menjadi
lebih efisien dan putar paksi dalam berlangsung lebih lancar bila ibu miring ke sisi
dimana ubun-ubun kecil berada.
Peran pendamping dalam membantu ibu untuk memperoleh posisi yang
paling nyaman selama kala II. Hal ini dapat membantu kemajuan persalinan,
mencari posisi yang penting efektif dan menjaga sirkulasi utero plasenter tetap
baik.
Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring ke kiri
membuat mereka lebih nyaman dan efektif meneran. Kedua posisi tersebut juga
akan membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi
posisi oksiput anterior. Posisi miring berbaring ke kiri memudahkan ibu untuk
beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga untuk
mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum (APN, 2009).
D. Tanda-tanda persalinan
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
a. Pengeluaran lendir
b. Lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah
4. Dijumpai perubahan serviks
a. Perlunakan serviks
b. Pendataran serviks
5. Pembukaan serviks

E. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalianan ada 7 tahap yaitu :
a. Engagement (turunnya kepala)
Ketika diameter biparietalis melewati PAP : masuknya kepala kedalam PAP
biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan flexi ringan.
Masuknya kepala kedalam PAP pada primigravida. Sudah terjadi pada bulan
terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan. Penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga
panggu ini akan dirasakan ibu sebagai Lightening
b. Desent (penurunan)
Penurunan ini diakibatkan oleh tekanan cairan intra uterine, tekanan langsung
oleh fundus pada bokong saat ada kontraksi, usaha mengejan yang
menggunakan otot-otot abdomen, ekstensi dan pelurusan badan janin.
c. Flexion
Dengan majunya kepala biasanya juga flexi bertambah hingga UUK jelas
lebih rendah dari UUB. Keuntungan dari bertambahnya flexi ialah bahwa
ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir. Diameter sub occipito
frontalis (11 cm). flexi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tekanan dari pintu atas panggul serviks, dinding panggul
atau dasar panggul.
d. Putaran paksi dalam
Yang dimaksud adalah putaran dari bagian depan sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar ke depan bawah sumphisis. Pada presentasi
belakang kepala, bagian yang terendah adalah bagian UUK dan bagian ini
yang melakukan putaran ke depan ke bawah symphisis putaran paksi dalam
mutlak untuk melahirkan kepala karena merupakan usaha menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir. Putaran paksi dalam terjadi
bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai
hudge III. Kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul,
sebab-sebab putaran paksi dalam :
1. Pada letak flexi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
kepala.
2. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah dalam atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m
levator ani kiri dan kanan.
3. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter antara
posterior.
e. Extention
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul terjadilah
ekstansi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu
bawah pangul mengarah ke depan dan ke atas. Sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi kepala
akan tertekan pada perineum dan menembusnya pada kepala bekerja dua
kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan
dasar panggul yang menolaknya ke atas. Result efeknya ialah kekuatan ke
arah depan atas. Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah symphisis
maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang
berhadapan dengan sub occiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dengan dagu
gerakan akstensi.
f. External Rotation
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung
anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan). Selanjutnya
putaran dilanjutkan hingga ke belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sepihak (disisi kiri). Gerakan yang terakhir ini adalah putaran
faksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter bisa cramial
menempatkan diri dalam diameter antero posterior dari pintu bawah panggul).
g. Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphisis dan
menjadi hipomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan
lahir.
F. Perubahan yang terjadi dalam Persalinan
a. Keadaan Segmen Atas dan Segmen Bawah Rahim
Segmen atas rahim dibentuk oleh corpus uteri. Segmen bawah rahim terjadi
dari isthmus uteri. SAR memegang peranan majunya persalinan sehingga
dapat mendorong anak keluar. SBR memegang peranan pasif dan makin tipis
dengan majunya persalinan serta mengadakan relaksasi dan dilatasi sehingga
menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui janin. Kontraksi
otot rahim mempunyai sifat yang khas yaitu retraksi ( setelah kotrksi, otot
tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi
sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi). Adanya
retraksi menyebabkan otot SAR kian menebal dan memendek, tekanan
intrauterine meningkat, volume dalam corpus uteri mengecil. Gerakan retraksi
ini menyebabkan pembukaan serviks, isthmus uteri teregang dan janin
terdorong ke bawah.
b. Perubahan Bentuk Rahim
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan
ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang.
c. Perubahan Serviks
Agar anak dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan dari serviks.
Pembukaan dari serviks ini biasanya didahului ole pendataran dari serviks.
Pendataran serviks adalah pemendekan canalis servikalis yang sebelumnya 1
– 2 cm menjadi satu lubang dengan pinggir tipis. Pembukaan serviks adalah
pembesaran dari ostium externum yang tadinya berupa suatu lubang dengan
diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak, kira-
kira 10 cm diameternya. Faktor – faktor yang menyebabkan pembukaan
serviks :
1. Mungkin otot-otot serviksn menarik pada pinggir ostium dan
membesarkannya
2. Waktu kontraksi SBR dan serviks di regang oleh isi rahim terutama
air ketuban yang menyebabkan tarikan serviks
3. Waktu kontraksi ketuban menonjol ke kandilis servikalis dan
membukanya
d. Perubahan vagina dan dasar panggul
Setelah ketuban pecah segala perubahan ditimbulkan oleh bagian depan anak,
dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding tipis. Dari luar,
peregangan bagian dalam nampak perineum menonjol dan menjadi tipis
sedangkan anus menjadi terbuka. Regangan yang kuat ini disebabkan oleh
bertambahnya pembuluh darah pada vagina dan dasar panggul jika jaringan
tersebut robek maka akan menimbulkan perdarahan yang banyak.
G. Tahapan Persalinan
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya placenta
secara lengkap ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks.
a. Tanda dan gejala inpartu meliputi :
1) Penipisan dan pembukaan serviks
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
3) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
b. Fase-fase dalam kala I persalinan :
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). kala I persalinan dimulai sejak kontraksi. Kala I
persalinan dibagi menjadi 2 fase yaitu :
a) Fase laten
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan secara bertahap.
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam
4) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara 20-30
detik.
b) Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
1) Fase akselarasi (fase percepatan) : Dari pembukaan 3 cm – 4
cm yang dicapai dalam 2 jam.
2) Fase kemajuan maksimal : Dari pembukaan 4 cm – 9 cm yang
dicapai dalam 2 jam
3) Fase deselerasi : Dari pembukaan 9 cm – 10 cm selama 2 jam
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 8 jam.
2. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagian kala
pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan yaitu :
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan
atau vaginanya.
c. Perineum menonjol
d. Vulva dan vagina, spingter ani membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang
hasilnya adalah :
1. Pembukaan serviks telah lengkap
2. Terlihatnya bagian kepala bayi.
Pada saat kepala janin tampak dalam vulva, seorang penolong persalinan
harus menahan perineum dengan kain sedangkan tangan satunya menahan
keluarnya kepala supaya tidak terjadi expulsi berlebihan. Dengan adanya
his dan kekuatan mengejan yang baik, maximal kepala janin dilahirkan
dengan sub uccipito dibawah symphisis. Kemudian dahi, muka dan dagu
melewati perineum. Setelah istirahat his muncul lagi untuk mengeluarkan
tubuh bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 2 jam sedangkan pada

multigravida kira-kira 1 jam.


3. Kala III (Pengeluaran uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban pada kala III persalinan, otot
miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya
bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan melipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah plasenta lepas, maka plasenta
dalam akan turun ke bagian bawah atau kedalam vagina bersamaan dengan
adanya his.
Tanda-tanda lepasnya plasenta
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan TFU biasanya dibawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah uterus berbentuk
segitiga seperti buah pear/alpukat dan fundus diatas pusat.
2. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur ke luar vagina (tanda Ahfeld)
3. Semburan darah mendadak dan singkat
Kala III maximal 30 menit (biasanya 15 menit) Fase pelepasan uri :
1. Schultze
Lepasnya uri seperti menutup payung, cara ini biasanya tidak ada
perdarahan sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
2. Duncan
Lepasnya uri mulai dari pinggir, darah akan menjalar keluar antara selaput
ketuban.
3. Fase pengeluaran uri
Uri yang sudah lepas oleh kontraksi rahim akan didorong ke bawah hal ini
dibantu pula oleh tekanan abdominal atau mengejan. Perasat-perasat untuk
mengetahui :
a) Kutsner
Meletakkan tangan disertai dengan tekanan pada sympisis. Tali pusat
ditegangkan, bila tali pusat masuk berarti belum lepas, bila bertambah
panjang atau maju berarti sudah lepas.
b) Klein
Sewaktu ada his, rahim kita dorong sedikit. Bila tali pusat kembali berarti
belum lepas, jika diam atau bertambah panjang berarti sudah lepas.
c) Strassmen
Tegangkan tali pusat dan letakkan tangan difundus, ketok bila tali pusat
bergetar berarti belum lepas.
d) Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim sedangkan
tangan kanan memegang dan mencangkan tali pusat kemudian menarik
secara berlawanan (dorso kranial). Placenta belum lepas bila terasa berat
dan tali pusat tidak memanjang. Bila sudah lepas, bila ditarik terasa
ringan dan tali pusat memanjang
4. Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelah itu Pada kala IV dilakukan observasi sebagai berikut :
1. Tanda-tanda vital ibu
2. Pemeriksaan perdarahan pada ibu
3. Pemantauan kontraksi uterus
4. Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan Perdarahan pada ibu dianggap
normal jika < 500 cc
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Lama Persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam

Tambahan pemantauan pada kala I pada persalinan normal


Parameter Fase Laten Fase Aktif
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60
menit
Djj Setiap 1 jam Setiap 30 jam
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 jam
Pembukaan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
serviks
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat pelaksanaan. Partograf dimulai
pada pembukaan 4 cm (fase aktif0. partograf dimulai atau dibuat untuk setiap ibu
bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan
komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus
lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan
atau tindakan yang diberikan.
Hal-hal yang dicatat mengenai kondisi ibu dan janin adalah sebagai berikut :
1. Denyut jantung janin : Dinilai setiap 30 menit sampai 1 jam. Mulai waspada
apabila djj mengarah hingga dibawah 120 atau di atas 160 x/mnt.
2. Air ketuban : Nilai warna ketuban jika selaput ketuban
 U : selaput ketuban utuh
 J : selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih
 M : selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur meconium
 D : selaput ketuban pecah dan air ketuban bernada darah
 K : tidak ada cairan ketuban atau kering
3. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau mulase)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih, antara tulang kepala,
semakin menunjukkan resiko disproporsi kepala panggul atau cephalo pelvic
disproporsion (CPD).
Lambang dalam partograf :
- O : tulang kepala janin terpisah, sutura masih mudah dipalpasi
- 1 : tulang kepala janin bersentuhan
- 2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tapi masih dapat
dipisahkan.
- 3 : tulang kepala janin saling tindih dan tidak dapat dipisahkan.
4. Pembukaan mulut rahim (serviks)
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x) digaris waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks
5. Penurunan bagian terbawah janin
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen) atau pemeriksaan luar di atas ymphisis pubis. Catat
dengan tanda lingkaran (o) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5
sinsiput (s) atau paruh atas kepala berada di symphisis pubis.
6. Waktu
Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima. Jam, catat sesuai angka lajur pembukaan digaris waspada.
7. Kontraksi
Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghilangkan
banyaknya kontraksi dalam hitungan detik.
: kontraksi lamanya kurang dari 20 detik
: kontraksi lamanya 20-40 detik
: kontraksi lamanya lebih dari 40 detik
8. Oksitosin
Jika memakai oksitosin, catat banyaknya oksitosin per volume cairan
infuse dan dalam tetesan per menit.
9. Obat-obatan yang diberikan
10. Nadi : Catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (.)
11. Tekanan darah : Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
12. Suhu badan Catat setiap 2 jam
13. Protein, aseton dan volume urine Catat setiap kali ibu berkemih
Partograf harus digunakan setiap :
1. Untuk semua ibu dalam kala I bersalin fase aktif sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan baik ada atau tak ada penyulit.
Partograf akan membantu penolong dalam memantau mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik baik persalinan maupun dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik,
bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan pada
ibu selama persalinan dan kelahiran.
Penggunaan partograf yang rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapat asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah terjadinya
penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka. Pencatatan selama fase
aktif persalinan :
a. Informasi tentang ibu
1. Nama, umur
2. Grafida, para, abortus
3. No catatan medis
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat
5. Waktu pecahnya ketuban
b. Kondisi janin
1. DJJ
2. Warna dan adanya air ketuban
3. Moulage kepala janin
c. Kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
d. Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
2. Waktu actual soal pmx atau penilaian
e. Kontraksi uterus : Frekuensi dan lamanya
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1. Oksitosin
2. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
g. Kondisi ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Urine
h. Asuhan pengamatan dan keputusan lainnya
Mencatat temuan pada partograf
a. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian atas partograf secara teliti saat memulai asuhan
persalinan.
b. Kesehatan dan kenyamanan bayi
1. Djj
Setiap kotak pada bagian ini menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan djj. Hubungan
titik 1 dengan lainnya dengan garis tidak terputus.
2. Warna dan adanya
Catat temuan. Temuan pada kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ.
Gunakan lambang berikut :
- U : ketuban utuh
- J : ketuban sudah pecah, jernih
- M : ketuban sudah pecah, air ketuban bercampur mecanium
- D : ketuban sudah pecah, bercampur darah
- K : ketuban sudah pecah, air ketuban kering
3. Moulage
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilailah penyusupan
kepala janin. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
- O : tulang-tulang kepala janin terpisah
- 1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
- 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih tapi
masih dapat dipisahkan.
- 3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih dan
tidak dapat dipisahkan.
c. Kemajuan persalinan
Angka 1 – 10 yang tertera disamping kiri kolom menunjukkan
besarnya dilatasi serviks. Masing-masing kotak di bagian ini
menyatakan waktu 30 menit.
1. Perubahan serviks
2. Penurunan bagian terendah janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
d. Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16.
2. Waktu actual soal pmx atau penilaian
e. Kontraksi Uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 kotak dengan tulisan
kontraksi per 10 menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi.
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1. Oksitosin
Jika tetesan oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV
dan dalam satuan tetesan/menit.
2. Obat-obatan lain dan cairan IV
g. Kesehatan dan kenyamanan ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Volume urine, protein atau aseton
h. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik, mencakup :
1. Jumlah cairan per oral
2. Ketuban sakit kepala
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan
5. Upaya rujukan
FORMAT PENGKAJIAN PADA IBU INPARTU

I. BIODATA
a. Identitas Istri/Ibu :
- No RM : 087369
- Tanggal masuk : 6 Januari 2022, pukul 11.30 wita
- Tanggal pengkajian : 6 Januari 2022, pukul 16.30 wita
- Nama : Ny.P
- Umur : 18 tahun
- Tanggal lahir : 5 Desember 2003
- Suku/Bangsa : Bugis
- Agama : Islam
- Pendidikan Terakhir : SMP
- Pekerjaan : IRT (Ibu rumah tangga)
- Status Perwakilan : Suami
- Lamanya : 2 tahun
- Perkawinan yang ke :1
- Alamat : Sudiang
b. Identitas Suami :
- Nama : Tn.Y
- Umur : 26 tahun
- Suku/Bangsa : Bugis
- Agama : Islam
- Pendidikan Terakhir : SMP
- Pekerjaan : Kuli bangunan
- Penghasilan/Perbulan : tidak menentu
- Status Perwakilan : Suami
- Lamanya : 2 tahun
- Perkawinan yang ke :1
- Alamat : Sudiang

II. DATA BIOLOGIS/FISIOLOGIS


a. Keluhan Utama : nyeri perut tembus belakang disertai pengeluaran lendir dan darah
b. Riwayat Keluhan Utama : nyeri abdomen pukul 05.00 wita
c. Riwayat Kehamilan Utama :
- G:1P:0 A:0
- Tafsiran Persalinan : 1 Januari 2022
- Jam berapa uterus mulai kontraksi : pukul 05.00 wita
- Interaksi His : 3x10 (30-40)
- Interval His : 2-3 menit
d. Riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas yang lalu : -
e. Pola reproduksi :
- Menarche umur : 13 tahun
- Siklus haid : 28 hari
- Lamanya haid : 7 hari
- Sifat darah : merah kecoklatan - merah terang
- Dysmenorhoe : nyeri pada bagian abdomen sampai ke pinggul
f. Riwayat Kesehatan :
- Riwayat penyakit yang pernah dialami/terutama yang berpengaruh terhadap
kehamilan : tidak ada riwayat penyakit yang berpengaruh pada kehamilan
- Riwayat oprasi yang pernah dialami : tidak ada riwayat operasi
- Riwayat keluhan :
a. Penyakit : TBC, Hepatitis, Kejiwaan, Malaria, DM
atau penyakit lainnya : tidak ada penyakit TBC,hepatitis,kejiwaan,Malaria,DM,dll
b. Kehamilan kembar : tidak ada kehamilan kembar
g. Pola kegiatan sehari-hari :
1. Nutrisi :
- Jenis makanan : Karbohidrat,sayuran dan buah-buahan
- Frekuensi makanan sehari : 2-3x sehari
- Nafsu makan : meningkat
- Makanan pantangan : tidak ada
- Makanan kesukaan : sayur dan buah
- Banyaknya minum sehari : tidak menentu
2. Eliminasi
a. Buang air besar :
 Frekuensi : tidak menentu
 Warna : normal kecoklatan
 Konsistensi : cair dan padat
b. Buang air kecil :
 Frekuensi : tidak menentu
 Warna : normal kekuningan
 Jumlahnya : tidak menentu
3. Istrirahat
 Tidur waktu malam berapa jam (dari pukul 22.00 s/d 06.00 )
 Tidur waktu siang berapa jam (dari pukul 13.00 s/d 14.00 )
4. Kebersihan diri :
- Penampilan umum : bersih
- Mandi/hari : 1x sehari
- Sikat gigi/hari : 2x sehari
- Cuci rambut/minggu : 2hr 1x
- Ganti pakian dalam dan luar/sehari : 1-2x/sehari
5. Ketergantungan :
 Obat : tidak ada
 Rokok : tidak ada
 Minuman Keras : tidak ada
6. Hubungan seksual, keluhan : tidak ada keluhan
7. Riwayat keluarga berencana : tidak memakai KB
 Mengerti tentang KB : Pasien paham tentang apa itu KB
 Setuju tentang KB : Ya, namun pasien sendiri tidak memakai KB
 Pernah menjadi akseptor : tidak pernah
h. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 129/84 mmHg
- Suhu : 36,7°C
- Pernafasan : 20x /menit
- Nadi : 88x/menit
b. Berat badan : 67 kg Tinggi badan : 155 cm
c. Cara Jalan : sulit berjalan
d. Kesadaran Umum
e. Inspeksi :
1. Kepala
- Rambut : bersih dan merata
2. Muka
- Pucat : tampak pucat
- Kloasma gravidarum : tidak ada
- Sianosis : tidak ada sianosis
- Udema : tidak ada udema
3. Mata
- Kelopak mata : baik
- Sklera mata : tidak ada ikterus
- Konjungtiva : normal
4. Mulut dan gigi
- Berbau : tidak berbau
- Kebersihan : bersih
- Jumlah gigi : rata
- Caries : tidak ada caries
- Stomatitis : tidak ada stomatitis
5. Leher
- Pembesaran kelenjar : tidak ada pembesaran
6. Buah dada
- Bentuknya : simetris
- Keadaan putting susu : menonjol
- Pengeluaran kolostrum : sudah keluar
7. Perut
- Bentuk : Bulat
- Linea : warna hitam
- Bekas luka operasi : tidak ada luka operasi
8. Vulva
- Udema : tidak ada
- Tanda chadwick : tidak ada
- Pengeluaran dari vagina : lendir dan darah
- Kebersihan : bersih

9. Tungkai
- Varises : tidak ada
- Udema : tidak ada
- Simetris : simetris

III. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG


a. Kala I
Fasa Laten
1. Lamanya : pasien mengalami kontraksi ringan selama 30-45
detik setiap 5- 30 menit
2. Pelepasan : adanya pelepasan lendir,darah
3. Tanda Vital
- Tekanan darah : 129/84 mmHg
- Nadi : 88x/mnt
- Pernafasan : 20x/mnt
4. Pelepasan menurut leopold
- TFU : 3 jari di bawah proxesus ximpoideus
TBJ : TFU x LP : 36 x 90 = 3240 gr
- Punggung janin : punggung kanan
- Bagian yang terdepan : kepala janin
- Turunnya bagian terendah : kepala janin
5. His
- Tanggal : 6 Januari 2022 pukul 12.00
- Frekuensi : 2 x 10 (25-30)
- Lamanya : 10 – 15 detik
- Intensitas (kekuatannya) : adekuat
6. Vagina toucher
- Dilakukan oleh : Bidan
- Indikasi : nyeri abdomen
- Tanggal : 6 Januari 2022 pukul 14.00
- Pembukaan :4
- Serviks : teraba lunak
- Ketuban : utuh
- Bagian paling rendah : kepala janin
- Presentasio : presentasio kepala janin
- Turunnya hodge : II
- Kesan panggul : ginekoid
- Rektum : tidak ada benjolan
- Pelepasan : lendir,darah

Fasa Aktif
1. Lamanya : 4 jam
Pelepasan : lendir,darah
2. Tanda Vital
- Tekanan darah : 129/84 mmHg
- Nadi : 88x/mnt
- Pernafasan : 20x/mnt

3. Pelepasan menurut leopold


- TFU : 3 jari di bawah proxesus ximpoideus
- Punggung janin : teraba punggung kanan janin
- Bagian yang terdepan : teraba kepala janin
- Turunnya bagian terendah : kepala janim

4. His
- Tanggal : 6 Januari 2022 pukul 13.00 wita
- Frekuensi : 3 x 10 (20-25)
- Lamanya : 10 menit
- Intensitas (kekuatannya) : adekuat
5. Vagina toucher
- Dilakukan oleh : Bidan
- Indikasi : nyeri abdomen
- Tanggal : 6 Januari 2022 pukul 13.30 wita
- Pembukaan :4
- Serviks : teraba lunak
- Ketuban : sudah tidak ada
- Bagian paling rendah : kepala
- Presentasio : presentasio kepala
- Turunnya hodge : IV pelepasan lendir darah
- Kesan panggul : ginekoid
- Rektum : tidak ada benjolan
- Pelepasan : lendir,darah
b. Kala II
1. Lamanya : 45 menit
2. His intensitasnya : 4x10 (40-50)
3. Denyut Jantung Janin : 138x/mnt
- bagian paling depan : kepala
- Turunnya : masuk ke pintu atas panggul
- Pelepasan lendir : pembukaan 10
- Ketuban pecah : Ya
- Keadaan His : normal
- Keadaan perineum : baik
- Ibu mulai mengedan : Ya
- Caranya mengedan : baik
- Bayi lahir tanggal : 6 januari 2022 pukul 15.20
- Jenis persalinan : normal
- Perdarahan : sedang
4. Keadaan bayi
- Apgar skor 1
1 menit setelah lahir : 8 poin A: 2 - P:2 - G:1- A: 2 - R:1
5 menit : 10 poin A: 2 - P: 2 - G:2 - A:2 -R:2
- Berat badan lahir : 2300 gr
- Panjang badan : 46 cm
- Cacat bawaan : tidak ada
- Caput suksadenum : ada
- Cephal hematom : tidak ada
- Setelah 5 menit apakah ada inisiasi menyusu dini : ada
c. Kala III
1. Lamanya : berlangsung 4 menit
2. TFU setelah bayi lahir : setinggi pusat
3. Katerisasi urine : memakai kateter
4. Kontraksi uterus : baik
5. Lahirnya plasenta : plasenta pasien lahir lengkap pukul 15.30 wita
6. Pemeriksaan plasenta
- Kotiledon : ada
- Beratnya : 470 gr
- Ukuran : 25 cm
- Tali pusat
 Panjang : kurang lebih 50 cm
 Keadaan : normal
- Tanda Vital
 Tekanan darah : 129/84 mmHg
 Nadi : 88x/mnt
 Pernafasan : 20x/mnt
 Suhu : 36,5 C
- Perdarahan : 100 cc
d. Kala IV
1. Observasi post partum pada tanggal : tgl 6/1/2022, pukul 17.20 wita,
2 jam post partum
2. Observasi TTV
3. TD : 126/87 mmHg
4. Nadi : 88x/menit
5. Pernapasan : 20x/menit
6. Suhu : 36,5 C
7. Perdarahan : 150 cc
8. Keadaan umum : Baik

IV. DATA PSIKOLOGIS


1. Pola interaksi : bagus
2. Reaksi dan persepsi terhadap kehamilan
- Direncanakan : ya
- Apakah klien cemas dengan persalinannya : tampak cemas
- Jenis kelamin yang diharapkan : laki-laki
- Bantuan pelayanan yang diharapkan : pertolongan persalinan dan perawatan ibu dan
anak
- Kebutuhan kesehatan yang diharapkan
a). Perawatan payudara agar ASI cukup untuk kebutuhan bayi
b). Bimbingan tentang perawatan bayi
- Pelayanan yang telah diberikan : pertolongan persalinan dan perawatan ibu dan anak
V. DATA SOSIAL
1. Bagaimana hubungan terhadap keluarga : baik
2. Bagaimana hubungan terhadap tetangga : baik
3. Bagaimana hubungan dengan pasien yang dirawat di rumah sakit : baik
4. Siapa yang paling terpenting bagi pasien : anak dan suami
5. Siapa yang menanggung perawatan : suami

VI. DATA SPRITUAL


1. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa : klien memeluk agama islam dan percaya
kepada Allah SWT
2. Ketaatan dalam melaksanakan ibadah sekarang : klien tiap hari melaksanakan sholat
5W

Anda mungkin juga menyukai