Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL
DI RUANG MAWAR VK RSUD KARDINAH TEGAL

Disusun Oleh :
Sela Lestari
200104081

PRAKTIK PROFESI NERS STASE MATERNITAS


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TAHUN 2020
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
darirahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit.
Persalinan atau intranatal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir / dengan jalan lain.

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya proses persalinan adalah sebagai berikut:
a. Penurunan fungsi plasenta
Kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta
berkurang.
b. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin
merangsang terjadinya kontraksi.
c. Meningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan
estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin,
oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
Selain itu penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum di ketahui
secara pasti/jelas. Namun terdapat beberapa teori antara lain:
a. Teori keregangan / distensia rahim Otot rahim mempunyai kemampuan
meregangdalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
b. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28minggu dimana terjadi
penimbunan jaringn ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitive terhadap oxitocin .Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hypofise parst posterior. Menurunnnya
progesteron akibat tuannya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatnya
aktivitas sehingga persalinan dapat dimulai.
d. Teori protaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh decidua. Pemberian prostaglandin saat hamil menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
e. Teori hipotalamus pituitary dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbetnuk hipotalamus, teori ini
dikemukakan oleh Linggin.
f. Induksi partus
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan lain :
1. Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan kanalis servikalis
dengan tujuan untuk merangsang fleksus frenkenhauser.
2. Amniotomi : pemecahan ketuban
3. Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

C. TANDA DAN GEJALA


a) Terjadinya his persalinan yang bersifat
1. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
2. Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya semakin besar.
3. Semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.
4. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena
adanya robekan kecil pada servik
5. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban pecah,
dan dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu
24 jam kemudian.
6. Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan
telah ada.
b) Faktor faktor yang mempengaruhi kekuatan persalinan
1. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar).
Power pertama pada persalinan adalah kekuatan yang dihasilkan kontraksi
otot rahim yang terjadi diluar kesadaran. Power terdiri dari 2 faktor, yaitu :
His (kontraksi otot rahim pada persalinan).
Tenaga mengejan
Adanya kontraksi otot dinding perut maka menyebabkan peningkatan
tekanan intra abdominal (serupa tenaga mengejan sewaktu BAB
namun lebih kuat). Setelah kepala sampai pada dasar panggul timbul
suatu reflek pasien menutup glotisnya, mengkontraksikan otot- otot
perutnya dan menekan diafragma kebawah. Hal ini berhasil bila
pembukaan sudah lengkap dan efektif sewaktu ada kontraksi.
2. Passage (jalan lahir)
Meliputi jalan lahir keras (rongga pelvis) dan jalan lahir lunak
(serviks danvagina).
3. Passanger (janin)
Letak janin yaitu hubungan antara sumbu panjang ibu dan sumbu
panjang janin, dimana janin bisa melintang atau memanjang.
Presentasi yaitu bagian terendah janin yang berada di pap, kepala,
bokong. bahu, muka.
4. Psikologi
Apabila ibu hamil mengalami stress psikologis, janin dan ibu akan
mengalami kondisi yang tidak baik, disebabkan saat stress dapat
menyebabkan disekresinya epineprin yang dapat menghambat aktifitas
miometrial sehingga mengakibatkan tidak terkoordinasinya aktivitas
uterus. Agar tidak terjadi hal tersebut sang calon ibu harus diberikan
support dan dukungan, karena berdasarkan penelitian bahwa support
emosional dan fisik mempunyai hubungan signifikan dalam
mempercepat persalinan.

D. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri hal ini karena dipengaruhi oleh adanya ketegangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oksitosin,peningkatan prostaglandin, dan
tekanan kepala bayi. Adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan
penipisan SBR menyebabkan pembukaan serviks.
Penurunan kepala bayi terdiri dari beberapa tahapan antara lain
enggament, descent. Fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi
kepala janin dan rotasi eksterna. Semakin kepala bayi menurun menimbulkan rasa
ingin mengejan sehingga terjadi ekspulsi yang dapat menyebabkan terjadinya
robekan pada jalan lahir akibatnya terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim
akan berhenti 5-10 menit. Kontrksi akan mengurangi area plasenta, rahim
bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara
bertahap. Brbagai implantasi plasenta anatara lain mengeluarkan lochea, dan
robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat
menyebabkan terjadinya resiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka
produksi hormon esterogen dan progesteron akan mengalami penurunan sehingga
hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai. Proses persalinan terdiri dari
4 kala yaitu:
1. Kala I : Waktu pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap 10cm
2. Kala II : dari pembukaan sampai dengan bayi lahir
3. Kala III : dari layi lahir sampai keluarnya plasenta
4. Kala IV : Keluarnya plasenta 2 jam post partum.
E. PATHWAY

Kehamilan 37 mingggu

Tanda partus

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Esterogen dan Kepala bayi Kontraksi Kontraksi


Progesteron turun uterus jelek

Rasa ingin Rahim kecil


Oksitosin mengejan Atonia uteri

Ketegangan Otot Ekspulsi Plasents keluar


Rahim Robekan
Jalan lahir

Resiko
NYERI Perdarahan
NYERI PERSALINAN
Resiko
PERSALINAN
Infeksi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rekaman kardiotografi
Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop leance
atau doptone yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr denyut
jantung janin. Dilakukan pada kala 1 untuk mengetahui kekuatan dan
sifat kontraksi rahim serta kemajuan persalinan.
2. Partograf adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan
dan membantu petugas kesehatan dan mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan pasien. Partograf berbentuk kertas grafik yang berisi data
ibu, janin dan proses persalinan. Partografdimulai pada pembukaan mulut
rahim 4 cm (fase aktif).
3. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan partus kala 1
Pemeriksaan fisik umum yang belum dilakukan harus diselesaikan
sesegera mungkin setelah pasien masuk rawat inap. Yang paling baik,
seorang dokter dapat membuat kesimpulan tentang normalnya kehamilan
tersebut apabila semua pemeriksaan, termasuk tinjauan ulang rekan medis
dan laboratium, sudah dilaksanakan. Meskipun durasi rata-rata persalinan
kala satu pada wanita nulipara adalah sekitar 7 jam dan wanita para sekitar
4 jam, terdapat variasi individual yang besar.
a. Frekuensi Denyut Jantung Janin
Frekuensi denyut jantung janin dapat diketahui dengan stetoskop yang
sesuaiatau salah satu di antara berbagai macam alat ultrasonik Doppler.
Perubahan frekuensi denyut jantung janin yang kemungkinan besar
berbahaya bagi janin hampir selaludapat ditemukan setelah kontraksi
uterus. Untuk menghindari kebingungan antara kerja jantung ibu dan
janinnya, denyut nadi ibunya hendaknya dihitung pada saat
menghitung frekuensi denyut jantung janin. Resiko, bahaya, atau gawat
janin-yaitu hilangnya kesejahteraan janin-dicugaiapabila frekuensi denyut
jantung janin yang diukur segera setelah kontraksi berulangkali berada di
bawah 110 denyut per menit. Gawat janin sangat mungkin
terjadiapabila denyut jantung terdengar kurang dari 100 denyut per
menit sekalipun adaperbaikan hitung detak jantung menjadi 110
sampai 160 denyut per menit sebelumkontraksi berikutnya.
b. Pemantauan Dan Penatalaksanaan Ibu Dan Selama Persalina
Meliputi tanda vital ibu seperti suhu, denyut nadi, tekanan darah ibu
dievaluasi setidaknya setiap 4 jam. Jikaselaput ketuban telah pecah lama
sebelum awitan persalinan, atau jika terjadikenaikan suhu ambang,
suhu diperiksa tiap jam. Selain itu, bila terjadi pecah ketubanyang lama-
lebih dari 18 jam-disarankan untuk memberikan antibiotik
profilaksisterhadap infeksi steptokokus grup B.
c. Pemeriksaan Vagina
Pada persalinan kala satu, perlunya pemeriksaan vagina selanjutnya
untuk mengetahui status serviks dan station serta posisi bagian
terbawah akan sangat bervariasi. Bila selaput ketuban pecah,
pemeriksaan diulangi secara cepat jika pada pemeriksaan sebelumnya
kepala janin belum cukup (engaged). Frekuensi denyut jantung janin
harus diperiksa segera dan pada kontraksi uterus berikutnya untuk
mendeteksi kompresi tali pusat yang tidak diketahui.
d. Asupan Oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalainan aktif.
Waktu pengosongan lambung memanjang secara nyata saat proses
persalinan berlangsung dan diberikan obat analgesik. Sebagai
akibatnya, makanan dan sebagian besar obat yang dimakan tetap
berada di lambung dan tidak diabsorpsi; melainkan,
dapatdimuntahkan dan teraspirasi Terdapat kecenderungan memberikan
cairan dengan jumlah yang terbatas untuk wanita in partus.
e. Cairan Intravena
Meskipun telah menjadi kebiasaan di banyak rumah sakit untuk
memasang sistem infus intravena secara rutin pada awal persalinan, jarang
ada ibu hamil normal yang benar-benar memerlukannya, setidaknya
sampai analgesia diberikan. Sistem infus intravena menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitosin, profilaksis dan
seringkali bersifat terapeutik ketika terjadi atonia uteri. Selain itu,
persalinan yang lebih lama, pemberian glukosa, natrium dan air untuk
wanita yangsedang berpuasa dengan kecepatan 60 sampai 120 ml per jam,
efektif untuk mencegah dehidrasi dan asidosis.
f. Posisi ibu pada saat bersalin
Ibu yang dalam proses bersalin tidak perlu berbaring di tempat tidur pada
awal persalinan. Sebuah kursi yang nyaman mungkin lebih bermanfaat
secara psikologis. Di tempat tidur, ibu hendaknya diperolehkan
mengambil posisi yang rasanya enak, paling sering adalah berbaring
miring. Ibu tidak harus ditahan pada posisi terlentang.
2. Penatalaksanaan partus kala II
Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan lbu mempunyai dorongan
kuat untuk meneran, ibu merasa adanya tekanan pada anus, perineum
menonjol, Vulva dan anus membuka.
a. Pada kala II persiapan yang dilakukan adalah persiapan tempat persalinan,
peralatan, bahan,dan lingkungan untuk kelahiran bayi serta persiapan ibu
dan keluarga (asuhan sayang ibu, membersihkan perineum ibu,
pengosongan kandung kemih).
b. Bila sudah didapatkan tanda pasti kala II persalinan (pembukaan sudah
lengkapdan selaput ketuban sudah pecah), periksa DJJ setelah kontraksi
uterus selesai, pastikan DJJ dalam batasnormal 120 ± 160 kali per menit.
c. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap, DJJ baik, minta ibu meneran saat
his, bila ibu sudah merasa ingin meneran. Memberi ibu kesempatan
istirahat disaat tidak ada his (diantara his) bila ibu belum mempunyai
dorongan kuat untuk meneran, tunggu sampai ibu merasakan dorongan
spontan untuk meneran. (maksimal 60 merit). Ibu dapat dianjurkan untuk
ganti posisi meneran : miring, jongkok, atau merangkak. Teruskan
pemantauan kondisi ibu dan bayi. Bila bayi belum lahir setelah dipimpin
meneran selama 2 jam (primipara) atau 1 jam(multipara), segera lakukan
rujukan.
d. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 - 6 cm, pasang
handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Ambit kain
bersih. melipat 1/3 bagian dan diletakkan dibawah bokong, ibu. Buka
Cutup partus set. Pasang sarung Langan D FT.
e. Menolong kelahiran bayi
 Saat sub-ocsiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi
perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara
tangan kiri menahan pundak kepala agar tidak terjadi defleksi yang
tertalu cepat saat kepala lahir. Minta ibu untuk tidak meneran dengan
bernafas pendek- pendek).
 Mengusapkan kasa/ kain bersih untuk membersihkan muka janin dari
lendir dan darah. Bila didapatkan mekonium pada air ketuban, segera
setelah kepala lahir lakukan penghisapan lendir De Lee. Periksa adanya
lilitan tali pusat pada leher janin.
 Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secaraspontan.
 Setelah kepala janin menghadap papa ibu, tempatkan kedua telapak
tanganbiparietalkepala janin, tarik ke arah bawah sampai bahu
anterior/ depan lahir,kemudian tarik secara hati- hati ke alas sampai
bahu posterior/ belakang lahir. Bila terdapat lilitan tali pusat yang
terlalu keras hingga menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu,
minta ibu berhenti meneran, dengan perlindungan tangan kiri, pasang
klem di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat diantara kedua
klem tersebut.
 Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu
janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian kepala)
dan keempat jari pada bahu dan dada, punggung janin, sementara
tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan
dan lengan lahir.
 Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menelusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
3. Penatalaksanaan partus kala III
Kala III (Pengeluaran plasenta). Dimulai setelah lahirnya bayi, kontraksi
rahimistirahat sebentar. Uterus teraba keras denganfundus uteri setinggi
pusat, dan berisi plasenta yang menjadi. Beberapa saat kemudian timbul
his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 ± 10 menit seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan dari alas simpisis atau fundus uteri. seluruh proses
biasanya berlangsung 5 ± 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira ± kira100 ± 200 cc.
4. Penatalaksanaan partus kala 1V
Kala IV (Pengawasan). Dimana selama 1 - 2 jam setelah bayi dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum.

H. PENGKAJIAN
1. Identitas :
Nama, Jk, Suku, Agama, pendidikan, pekerjaan, dll.
2. Riwayat Obstetri
a. Rowayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
b. Riwayat kehamilan sekarang meliputi keadaan waktu hamil, keluhan yang
dirasakan selama kehamilan, imunisasi dan pemeriksaan selama kehamilan
(ANC), hamil berapa (GPA).
c. Riwayat menstruasi
 Menarche
 Siklus haid
 Lama nya haid
 Banyaknya
 HPHT
 HPL
3. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda tanda vital
d. Kepala
e. Mata
f. Hidung
4. Pengkajian
1) Kala I
a. Memeriksa tanda tanda vital
b. Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi dan penurunan karakteristik
yang menggambarkan kontraksi uterus, frekuensi internal, intensitas,
durasi, tonus.
c. Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada
kehamilan pertama dan diikuti dengan adanya pembukaan dalam
kehamilan.
d. Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektis dan
kemajuan persalinan.
e. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,
letak janin dan penurunan janin.
f. Pemeriksaan vagina : membran serviks, fetus.
2) Kala II
a. Tanda yang meyertai kala II : keringat terlihat tiba tiba diatas bibir,
adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas,
pembukaan serviks, His kuat dna sering merasakan tekanan pada
rektum, merasa ingin BAB, ketuban pecah, perineum menonjol, anus
dan vulva membuka, gelisah, pada saat his kepala janin tampak
menonjol pada vulva.
b. Melakukan monitoring terhdap his (frekuensi, kekuatan, jarak
intensitas), keadaan janin (penurunan janin melalui vagina), kandung
kemih penuh, nadi dan tekanan darah.
c. Durasi kala II kemajuan pada kala II primigravida berlangusng selama
45-60menit, multipara berlangusng selama 15-30 menit.
3) Kala III
a. Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda tanda verikut :
1) Adanya kontraksi pada vundus yang kuat
2) Perubahan pada bentuk uterus dari benutk lonjong ke bentuk bulat
pipih sehingga plasenta beregrak kebagian bawah.
3) Keluarnya darah hitam dari introuterus
4) Terjadinya perpanjangan tali pusat sebagai akibat plasenta akan
keluar.
5) Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina atau
rektal.
b. Status fisik mental
Peruabahn secara psikologi setelah melahirkan akan dijumpai, curha
jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke
plasenta berhenti didapatkan melalui pemeriksaan suhu, nadi dan
pernafasan, pemeriksaan terhadap perdarahan (warna darah dan jumlah
darah).
c. Tanda tanda masalah potensial
4) Kala IV
a. Tanda tanda vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa
potensial, komplikasi seperti perdarahan dan hipotermia. Pada kala IV
observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui peruabahn
setelah melahirkan seperti tekana darah stabil sebelumbersalin selama
1 jam dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu
cardiovaskuler.
b. Kandung kemih
c. Lochea
Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan
kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika
dilihat hasil dan bekuannya.
d. Perineum
Melenturkan kembali otot otot panggul atas dengan perlahan
mengangkat bokong untuk melihat perinium.
e. Kenyamanan
f. Tanda tanda potensial
Karena adanya perdarahan dapat menyebabkan potensial masalah
komplikasi yang harus diwaspadai adanya.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Kala I : Nyeri persalinan dan kontraksi uterus
2. Kala II : nyeri persalinan b.d tekanan mekanis pada bagaian persentase
3. Kala III : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif perdarahan
4. Kala IV: resiko infeksi b.d gangguan integritas kulit, resiko perdarahan b.d
komplikasi pascapartum.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kala I
Nyeri persalinan b.d kontraksi uterus

DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Indikator Hasil - Lakukan pengakajian nyeri
Mampu Membaik komprehensif meliputi lokasi,
mengontrol karakteristik, onset dan
nyeri kualitas nyeri.
Melaporkan Menurun
- Monitor reaksi nonverbal dari
nyeri
nyeri
berkurang
- Kontrol faktor lingkungan
yang mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamana
- Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi.

2. Kala II
Nyeri persalinan b.d tekanan Mekanis pada bagaian presentasi

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


DX
1 Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Indikator Hasil - Lakukan pengkajian nyeri
Mampu Menurun komprehensif meliputi lokasi,
mengontrol sakal, onset dan durasi.
nyeri saat - Atur posisi yang nyaman
terjadi untuk klien (dorsal recumbent)
kontraksi - Ajarkan klien tentang cara
Melaporkan Menurun
meneran yang benar.
bahwa nyeri
berkurang

3. Kala III
Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan cairan aktif perdarahan

No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Dx
1 Keseimbangan Cairan Manajemen cairan
Indikator Hasil - Monitor status hidrasi (seperti
Asupan cairan Membaik membran mukosa, denyut nadi
terpenuhi dan tekana darah)
Tekanan darah Membaik
- Monitor tanda tanda vital
dan denyut
- Pertahankan agar pasien tirah
nadi radial
baring jika terjadi perdarahan
dalam batas
aktif
normal
- Kelola cairan IV.
4. Kala IV
Resiko infeksi b.d integritas kulit (luka episiotomi)

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Dx
1 Kontrol resiko - Monitor adanya luka
Indikator Hasil episiotomi
Luka Membaik - Pertahankan teknik aseptik
episiotomi - Cuci tanagn sebelum dan
baik sesudah tindakan
Bebas tanda Membaik
- Berikan penkes tentang vulva
gejala infeksi
Jumlah Membaik hygiene
leukosit dalam - Berikan penkes tentang
batas normal perawatn luka perineum
- Lakukan perawatan luka post
episiotomi.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta. EGC.
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2012. Buku Ajar Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi.
Jakarta : Buku Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai