PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Beberapa
penyelidikan
menunjukkan
20%
dari
wanita-wanita
dewasa
tanpa
mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai
pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan
pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan
diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti
mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma
karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan
sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa
faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Sistitis.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
Mengetahui dan memahami defenisi Sistitis
Mengetahui dan memahami anatomi dan fisologi Kandung Kemih
Mengetahui dan memahami etiologi Sistitis
Mengetahui dan memahami klasifikasi Sistitis
Mengetahui dan mamahami patofisiologi Sistitis
Mengetahui dan memahami manifestasi klinik Sistitis
Mengetahui dan memahami pemeriksaaan diagnostik dan diagnosa banding Sistitis
Mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada klien Sistitis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFENISI
Sistitits adalah imflamasi kandung kemih yang paling serig disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra karena aliran balik dari uretra ke dalam kandung kemih
(refluks utrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistokop.(Suzane, C.
Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1432)
Sistitis adalah peradangan akut atau kronis kandung kemih dengan infeksi atau tidak.
Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita,
dimana terjadi infeksi oleh Escherichia Coli.(Lewis.Medical Surgikal Nersing.
Hal 1262)
2.2 ANATOMI FISIOLOGI
Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot
polos. Vesika urinaria berfungsi untuk tempat penyimpanan urin. Apabila terisi sampai 200
300 cm3 maka akan timbul keinginan untuk miksi. Miksi adalah suatu proses yang dapat
dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu reflex.
Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada laki
laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum. Pada
perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong, berukuran
kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi urine, tingginya
dapat mencapai um bilicus dan berbentuk seperti buah pir.
Dinding Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan :
a.
peritoneal
saling membentuk
c.
otot Detrusor
saat dalam
d. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya
urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau
karena infeksi dari usus.
Jalur infeksi :
a.
Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering
pengosongan yang tidak lengkap dari kandung kemih yang terkait dengan kondisi seperti
benign prostatic hyperplasia (BPH), prostatitis dan striktur uretra. Juga, kekurangan cairan
yang memadai, inkontinensia usus, imobilitas atau penurunan mobilitas dan penempatan di
sebuah panti jompo adalah situasi yang menempatkan orang pada peningkatan risiko untuk
cystitis.
Merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa
sistitis akut karena jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral, rektum
(kontaminasi) feces, efek mekanik coitus, serta infeksi kambuhan organisme gram negatif
dari saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina dan genital eksternal
memungkinkan organisme masuk ke vesika perkemihan. Infeksi terjadi mendadak akibat
flora (E.Coli) pada tubuh pasien. Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan striktur
dan hiperplasi prostatik (penyebab yang paling sering terjadi). Infeksi saluran kemih atas
penyebab infeksi kandung kemih.
2.6 MANIFESTASI KLINIS
1) Kemerahan pada kandung kemih
2) Edema pada kandung kemih
3) Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
4) Inkotinensia
5) Disuria
6) Sering berkemih
7) Nyeri di darah suprapubik (punggung bawah)
8) Eritema mukosa kandung kemih
9) Hematuria
10) Demam
11) Mual
12) Muntah
13) Lemah
14) Kondisi umum menurun
15) Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN DIAGNOSA BANDING
Urinalisis :
-
Bakteriologis
-
Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna paa uji carik
Diagnosa banding:
-
2.8.2 Diagnosa
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih
2.
Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang
Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi, infeksi uretra, kandung kemih dan
kemih.
Berikan
perawatan
perineal,
pertahankan
agar
tetap
bersih
dan
kering.
Rasional :Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
Kolaborasi :
Beri antibiotik sesuai indikasi
Rasional : diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan resiko infeksi.
Dx 2 : Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan
atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada
kandung kemih
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola
eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
Mandiri
1)
Rasional :Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda- tanda gelisah.
Kriteria hasil :
1) Klien tidak gelisah
2) Klien tenang
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan
Rasional :Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional :Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan
pengobatan
3) Beri support pada klien
Rasional :Meningkatkan respon fisiologis pada klien
4) Beri dorongan spiritual
Rasional :Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support
pada klien
5) Beri penjelasan tentang penyakitnya
Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.
2.8.4 Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan seta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
2.8.5 Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan Sistitis adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedkikit-sedikit, perasaaan ingin berkemih,
menetes setelah berkemih.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Systitis terjadi karena adanya kuman / bakteri yang masuk kedalam vesika urinaria
melalui uretra dari mikroba yang terkandung dalam urin yang lama tertampung dalam vesika
urinaria dan akan menginfeksi di kandung kemih. Pada wanita lebih cenderung terkena
systitis karena uretra pendek dibanding pria. Setelah terjadi infeksi akibat dari kuman dalam
urine yang tertampung dalam vesika urinaria akan menyebabkan daerah tersebut meradang
dan bisa juga karena kateter atau adanya trauma dari luar sehingga menyebabkan orang
mengalami systitis seperti perasaan/ dorongan selalu ingin BAK.
Pengenalan penyakit sistitis secara dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk
mencegah kekambuhan infeksi dan kemungkinan komplikasi seperti gagal ginjal atau sepsis.
Tujuan penanganan adalah untuk mencegah infeksi agar tidak berkembang dan menyebabkan
kerusakan renal permanen dan gagal ginjal.
3.2 SARAN
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat
mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien
dengan Sistitis.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjosjoer dkk,(2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1.EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk,(2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC : Jakarta
Nursalam, dkk,(2008), Asuhan Keperawtan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan, Salemba Medika :Jakarta
http://andaners.wordpress.com/asuhan-keperawatan