Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu


disebabkan oleh abortus .Didunia angka kematian ibu dan bayi tertinggi adalah
di Asia Tenggara, laporanawal Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012 menyebutkan angka kematian ibu (AKI) adalah 248/1.00.000 kelahiran
hidup (Hutapea, 2017).Data dari KementerianKesehatanRepublik Indonesia
tahun 2015 menunjukkanbahwadari 100.000 kelahiranhidup di Indonesia, 305 di
antaranyaberakhirdengankematian sang ibu (Indriani, 2016).

AKI mengalami peningkatan dari 12 kasus tahun 2010 di Kabupaten


Lampung Utara, 15 kasuspadatahun 2011, 12 kasus padatahun 2012, dan
meningkat kembali menjadi 15 kasus pada tahun 2013 (2 kasus eklampsia, 1
kasus partus lama, 2 kasus infeksi, 1 kasus TB Paru, 1 kasus plasenta previa, 1
kasus molahidatidosa, 7 kasus perdarahan yang menjadi kemungkinan akibat
komplikasi dari abortus itu sendiri). Untuk kasus abortus sendiri tahun 2013
tercatat 193 kasus dan tahun 2014 tercatat 143 kasus (Malianan, 2016).

Berdasarkan data register pada rawat inap kebidanan RSU Handayani Kota
Bumi Lampung Utara padatahun 2018 Jumlah klien dengan kasus Abortus
Inkomplit yaitusebesar (1,6%) dan pada tahun 2019 pada bulan Januari-Mei
jumlah klien dengan kasus Abortus Inkomplit adalah (2,2%) angka ini
merupakan peringkat ke-4 dari 5 penyakit terbanyak yang dirawat di ruang
kebidanan RSU Handayani (Dokementasi Ruang Kebidanan, 2019).

1
2

Kejadianabortus yang
terjadidapatmenimbulkankomplikasidandapatmenyebabkankematian.Komplikasi
abortus yang
dapatmenyebabkankematianibuantaralainkarenaperdarahandaninfeksi.
Perdarahan yang terjadiselamaabortusdapatmengakibatkanpasienmenderita
anemia, sehinggadapatmeningkatkanrisikokematianibu.Salah
satujenisabortusspontan yang menyebabkanterjadiperdarahan yang
banyakadalahabortusinkomplit.Hal
initerjadikarenasebagianhasilkonsepsimasihtertinggal di plancental
site.Sisahasilkonsepsiinilah yang harusditangani agar perdarahanberhenti.

Prinsippenatalaksanaanabortusinkomplitadalahpengosongansisamassakehamilan
darivakum uteri, umumnyaadaduacara yang digunakanadalahdilatasidankuretase
(D&K) yaitupembersihansisamassakehamilandenganmendilatasikanserviks uteri
untukmemasukkan instrument logamdanmengerokdinding uterus. Cara
keduasisamassakehamilandihisapdengantekanannegatifmelaluikanula plastic
yang dimasukkankedalamkavum uteri (Qadhar, Adriaansz, & Amran, 2000).

Perawatsebagaisalahsatupemberipelayanankesehatan di
rumahsakitmemberikanasuhankeperawatandengancaramelakukanpengkajian
yang
tepatmengenairiwayatpenyakitkliendandenganmemenuhikebutuhandasaryaitume
ningkatkan rasa amandanmencegahterjadinyasyok(Darmawati, 2008).

Berdasarkanhaldiatasmakapenulistertarikuntukmelakukanasuhankeperawatanden
gangangguankebutuhan rasa amanpadakasusabortusinkomplitterhadapNy.Mdi
ruangkebidanan RSU Handayani Lampung Utara.

B. RumusanMasalah
Dari uraian di atasmakaRumusanMasalahLaporanTugasAkhiradalah
“BagaimanakahGambaranAsuhanKeperawatanDenganGangguan Rasa
AmanPadaKasusAbortusInkomplitterhadapNy.Mdi RuangKebidanan RSU
Handayani Lampung Utara”.

C. TujuanPenulisan
1. TujuanUmum
Memberikangambaranasuhankeperawatandengangangguankebutuhan rasa
amanpadakasusabortusinkomplitterhadapNy.M di ruangkebidanan RSU
Handayani Lampung Utara.
2. Tujuankhusus
PenulismampumemberikangambaranasuhankeperawatanterhadapNy.M yang
meliputi :
a. Memberikangambarantentangpengkajianasuhankeperawatandenganganggu
ankebutuhan rasa amanpadakasusabortusinkomplitterhadapNy.M di
ruangkebidanan RSU Handayani Lampung Utara.
b. Memberikangambarantentangdiagnosakeperawatangangguankebutuhan
rasa amanpadakasusabortusinkomplitterhadapNy.Mdi RuangKebidanan
RSUHandayani Lampung Utara.
c. Memberikangambarantentangrencanakeperawatangangguankebutuhan rasa
amanpadakasusabortusinkomplitterhadapNy.Mdi RuangKebidanan
RSUHandayani Lampung Utara.
d. Memberikangambarantentangimplementasikeperawatangangguankebutuha
n rasa amanpadakasusabortusinkomplitterhadapNy.Mdi RuangKebidanan
RSUHandayani Lampung Utara.
e. Memberikangambarantentangevaluasikeperawatangangguankebutuhan rasa
amanpadakasusabortusinkomplitterhadapNy.Mdi RuangKebidanan
RSUHandayani Lampung Utara.

D. ManfaatPenulisan
1. Bagi RSUHandayani
Sebagaimasukkandalammeningkatkanpelayananasuhankeperawatandenganga
ngguan rasa amanterhadapkasus post kuretabortusinkomplit

2. BagiPenulis
Sebagaiaplikasiilmu yang telahdidapat di
bangkukuliahterutamamataajarmaternitassertapenulisinginmengetahuipenaga
nandanpenerapan yang dilakukanpadakasus post
kuretabortusinkomplitpadaNy.Mdengangangguan rasa aman.

3. Bagipengembanganilmupengetahuan
Dapatmenjadikanreferensidanmenambahpengetahuansertabahanacuanpengeta
huanuntukmelaksanakanasuhankeperawatanpadaklien post
kuretabortusselanjutnya.

E. RuangLingkup
Ruanglingkuppenulisanlaporaninimeliputipengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakankeperawatan,
danevaluasipadaasuhankeperawatandengangangguankebutuhan rasa
amanpadakasusabortusinkomplitterhadapNy.M di ruangkebidanan RSU
Handayani Lampung Utara Tanggal 13 s/d 17 Mei 2019.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Abortusadalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)


pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan dengan berat badan
janin kurang dari 500 gram(Ratnawati, 2018).
Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggaldalam
uterus (Pitriani, 2013).Abortus Inkompitberkaitan dengan retensi sebagian
produk pembuahan (hampir seluruh plasenta) yang tidak begitu mudah
terlepas pada kehamilan dini seperti halnya kehamilan aterm.Dalam keadaan
ini perdarahan tidak segera berkurang sementara servikstetap terbuka
(Hutapea M. , 2017).

2. Etiologi

Faktor penyebab terjadinya abortus adalah :

a. Faktor Fetal

Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh


abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan
sekitar 60-75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang
disebabkan kelainan kromosom akan semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Abnormalitas kromosom diturunkan dari
gen kedua orang tuanya.
b. Faktor maternal

1) Kelainan anatomi uterus

Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar dan


multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat
5
meningkatkan risiko abortus.Malformasi kongenital yang disebabkan
oleh abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki
pengaruh yang sifatnya masih kontroversial.Pembedahan pada
beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang positif.Inkompetensia
servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada trimester
II.Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus memperlihatkan
hasil yang positif.
2) Infeksi

Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti


secara luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus (Herpes
simplex, Cytomegalovirus, Rubella) memiliki hubungan yang
bervariasi dengan semua jenis abortus spontan. Data penelitian yang
menghubungkan infeksi dengan abortus menunjukkan hasil yang
beragam,sehingga American College of Obstetricians and
Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab utama
abortus trimester awal.
3) Penyakit metabolik

Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada


ibu seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan
anemia.Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme
ibu dan janin karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka
berkurang pula kadar oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan
efek tidak langsung pada ibu dan janin antara lain kematian janin,
meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan meningkatkan risiko
terjadinya prematuritas pada bayi).

4) Faktor Imunologi
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi
autoimunitas yang ditandai dengan adanya antibodi dalam sirkulasi
yang melawan fosfolipid membran dan setidaknya memperlihatkan
satu sindroma klinik spesifik (abortus berulang, trombosis yang
penyebabnya tak jelas dan kematian janin).
5) Trauma fisik

Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali


dilupakan.Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat
menyebabkan 13.Abortus.
c. Faktor paternal

Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam


terjadinya abortus spontan.yang jelas, translokasi kromosom pada sperma
dapat menyebabkan abortus.

3. Patofisiologi

Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian


diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing
dalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis belum menembus
desidua secara mendalam.Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili
korinalis menembus desidua lebih dalam dan umumnya plasenta tidak
dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak
pendarahan.Pada kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya yang dikeluarkan
setelah ketuban pecah adalah janin, disusul setelah beberapa waktu kemudian
adalah plasenta.Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupaipersalinan dalam bentuk miniatur.

Pathway

Kelainan
Kelainan Infeksi Kelainan traktus
pertumbuhan
plasenta akut genitalis
hasil konsepsi
Oksigenasi plasenta Toksin bakteri
terganggu virus

Perdarahan dalam desidua basalis

Perdarahan
pervagina
Nekrosis jaringan sekitar

Hasil konsepsi lepas (aborsi)


Uterus
Tindakan kuret
berkontraksi
Vili koliaris menembus
lebih dalam (8-9 mgg
Hb ↓
Nyeri
abdomen
Lepas
Risikosebagian
infeksi

Plasenta tertinggal dalam


rahim Lemah
Penurunan intake
caiaran

Risiko ketidak
seimbangan caiaran

Frekuensi
nadi ↑ Nyeri akut TD ↓

Risiko syok
Gelisah Ansietas

Gambar 2.1 Pathway Abortus Inkomplit (Mithayani, 2009)

4. Manifestasi Klinis
Mengalami perdarahan pervagina ≥500cc maka dapat menyebabkan rasa
lemas , berisiko syok, dan penurunan kesadaran ibu, tanda-tanda infeksi alat
genital berupa demam (Ratnawati, 2018 Gejala seperti perdarahan yang
terjadi bisa sedikit kemudian banyak dan disertai keluarnya hasil konsepsi,
rasa mulas (kontraksi) tambah hebat, ostium uteri eksternumatau
serviksterbuka (1-2 jari), pada pemeriksaan vaginal dapat di raba dalam
kavum uteriatau kadang kadang sudah menonjol dari eksternumatau sebagian
jaringan keluar, perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan sehingga dapat menyebabkan syok, pada pemeriksaan plano
testditemukan test positif atau negative, ibu anemia akibat perdarahan
(Hutapea M. , 2017).

5. Komplikasi

Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :

1) Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke
rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing.
Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret
ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya
perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.
2) Luka pada serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit.Apabila terjadi luka pada
ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan
yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina.
3) Perdarahan

Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabilapertolongan tidak diberikan pada waktunya.
4) Infeksi

Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya


infeksi sangat besar.Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.

6. Pemeriksaan Penunjang

USG kehamilan untuk mendeteksi adanya retensi produk/sisa


kehamilan. Pemeriksaan Ginekologi
Pada pemeriksaan dalam, untuk abortus yang baru terjadi didapatkan serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis
servikalis atau kavum uteri.

7. Penatalaksanaan

Ibu hamil sebaiknya segera periksa apabila terjadi perdarahan, Ibu harus
beristirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi. Terapi intravena atau
transfusi darah dapat dilakukan apabila diperlukan (Ratnawati, 2018).
Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik
akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk
dan bernafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TB paru,
pneumonia, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit- penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya.
f. Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan
persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan
merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor
predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui statusnutrisi pasien,
selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan

Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami kelelahan pada saat
aktivitas. Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya karena merasa nyeri di dada.
5) Pola tidur dan istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri. Hospitalisasi juga dapat
membuat pasien merasa tidak tenang karena suasananya yang berbeda dengan
lingkungan di rumah.
6) Pola hubungan dan peran
Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik peran dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat. Contohnya karena sakit pasien tidak lagi bisa mengurus
anak dan suaminya.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada.sebagai seorang awam, pasien mungkin
akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan
proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan terganggu untuk
sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih
lemah.
10) Pola koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses penyakitnya.
Mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya
atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses penyakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
d. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi

B. Asuhan Keperawatan Abortus

1. Pengkajian

Jika kehamilan ditemukan perdarahan maka : Saat dalam pengkajian pada


terdapat tentang keluhan perdarahan pervaginam. Data yang muncul pada ibu
hamil dengan Abortus Inkomplit yaitu, pasien mengalami keluhan perdarahan
pervaginam dengan jumlah yang sedikit atau banyak (Ratnawati, 2018)
penurunan intake cairan, tekanan darah menurun, hasil konsepsi masih
dalam uterus, serviks terbuka, uterus membesar, terdapat rasa mulas dan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah, penurunan tekanan darah, adanya
perasaan takut, khawatir dan gelisah(Huda & Kusuma, 2015).
2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan gejala yang muncul pada pasien dengan abortus maka sesuai
dengan standar SDKI dan NANDA data-data tersebut dapat menjadi dasar
dalam penegakaan diagnosa keperawatan :
Diagnosa keperawatan pada kasus abortus inkomplit terdapat pada tabel 2.1

Tabel 2.1
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa
Data Faktor Risiko Diagnosa SDKI
NANDA
1 2 3 4
- Perdarahan Risiko Risiko
- Lemah ketidakseimbanga ketidakseimbangan
- Penurunan n cairan cairan
intake cairan
- Kekurangan Risiko syok Risiko syok
volume cairan
- Penurunan
tekanan darah
- Efek prosedur Risiko infeksi Risiko infeksi
invasive
(Currate/operasi
)
- Penurunan Hb
- Nyeri abdomen Nyeri akut Nyeri akut
bagian bawah
- Agen cidera
fisik (kontraksi
uterus)
- Frekuensi nadi Ansietas Ansietas
meningkat
- Merasa takut
- Gelisah
3. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan


penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome
klien.Rencana keperawatan mencangkup baik perawatan langsung dan tidak
langsung yang ditunjukkan pada individu, keluarga, dan masyarakat.Serta
orang-orang yang dirujuk oleh perawat, dokter, dan pemberi layanan
kesehatan lainnya (M.Bulechek, K.Butcher, M.Dochterman, & M.Wagner,
2017).
Rencana keperawatan yang dapat disusun sesuai data dan diagnosa
keperawatan yang telah teridentifikasi, adalah sebagai berikut terdapat pada
tabel 2.2

Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
1 2 3
Resiko Keseimbangan cairan Monitor cairan(4130)
ketidakseimba (0601) 1. Menentukan jumlah intake
ngan cairan - Tekanan darah normal /asupan cairan
- Turgor kulit elastic 2. Memeriksa turgor kulit dengan
- Membran mukosa lembab memegang jaringan seperti
- Tidak kehausan mencubit kulit
3. Mengukur tekanan darah
Hidrasi (0602) 4. Memantau warna, kualitas dan
- Tidak ada peningkatan berat jenis urin
suhu tubuh 5. Memeriksa membran mukosa
- Tidak haus dan respon haus
- Intake cairan normal 6. Memantau cairan melalui
- Output urin normal Intravena (IV)
Manajemen cairan(4120)
1. Memantau status gizi
2. Timbang berat badan setiap hari
3. Memantau status hidrasi seperti
denyut nadi, tekanan darah dan
membran mukosa
1 2 3
Risiko syok Keparahan syok : Manajemen hipovolemi(4180)
Hipovolemik (0419) 1. Pemeriksa tanda dan gejala
- Tidak ada penurunan hipovolemi (frekuensi nadi
tekanan darah meningkat, tekanan darah
- Nadi normal menuru, turgor kulit kering,haus)
- Tidak lesu 2. berikan asupan cairan oral
kulit
- Tidak akral dingin, 3. berikan cairan IV RL
lembab 4. berikan produk darah untik
- Tidak pucat mengganti volume darah
Manajemen pendarahan(4010)
1. identifikasi penyebab
pendarahan
2. pantau nilai hemoglobin
3. pantau intake output
4. kolaborasi dalam pemberian
transfusi darah jika diperlukan
Risiko infeksi Keparahan Infeksi(0703) Pencegahan Infeksi(6550)
- Tidak ada kemerahan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
- Tidak ada cairan 2. Pantau TTV
yang berbau 3. Kaji kondisi pengeluaran darah
- Tidak demam warna dan bau
- Tidak hipotermia 4. Anjurkan klien melakukan
- Suhu stabil personal hygiene : ganti balutan
- Nyeri berkurang 5. Beri penyuluhan tentang
- Tidak menggigil pendidikan kesehatan tentang
perawatan post kuret
Nyeri akut Tingkat Nyeri(2102) Manajemen Nyeri(1400)
- Nyeri yang dilaporkan 1. Identifikasi lokasi, durasi,
berkurang frekuensi nyeri
- Tidak ada ekspresi nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
wajah 3. Identifikasi respon non verbal
- Dapat beristrirahat Berikan terapi komplementer
- Tidak banyak untuk mengurangi nyeri
mengeluarkan (compress hangat/dingin,
keringat relaksasi nafas dalam)
- Frekuensi nadi normal 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nafas normal 5. Kolaborasi pemberian analgetik
- Tekanan darah normal jika perlu
1 2 3
Ansietas Tingkat Kecemasan(1211) Terapi Relaksasi(6040)
- Perasaan tidak gelisah 1. Periksa penurunan tingkat
- Rasa takut secara lisan energy, ketidak mampuan
yang disampaikan tidak berkonsentrasi
ada 2. Periksa ketegangan otot, nadi,
- Tekanan darah normal tekanan darah, suhu
- Frekuensi nadi normal 3. Berikan informasi tentang
- Tidak berkeringat dingin mempersiapkan dan melakukan
- Tidak mengalami teknik relaksasi
gangguan pada tidur 4. Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, jenis relaksasi
5. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
6. Demonstrasikan dan latih
tehnik relaksasi
7. Anjurkan sering
mengulang tehnik yang
dipilih
18

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
merupakan tindakan keperawtan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Di sisi lain, tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawtan yang didasarkan oleh keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya (Ratnawati, 2018).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan penilaian perkembangan ibu hasil


implementasi keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai (Ratnawati, 2018).
Menurut (Debora, 2013) evaluasi adalah tahap kelima dari proses
keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang
telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai
apakah masalah yang teratasi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau
bahkan belum teratasi semuanya.

ASUHAN KEPERAWATAN

ABORTUS INKOMPLIT

A. Pengkajian

1. Pengkajian Data Demogrfi

a. Identitas Pasien

Kamar / ruang : Ruang Kebidanan

Tgl masuk RS : 14 Mei 2019


Tanggal pengkajian : 14 Mei 2019
Waktu pengkajian : 13.00 WIB
No. Rekam Medis 148870
Nama inisial pasien : Ny. M
Umur : 32 tahun
Alamat : Negara Tulang Bawang 04/61 Bunga
Mayang
Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

b. Data Medik

Dikirim oleh : Ponek


Diagnosa Medis
Saat masuk : G2P1A0 hamil±16 minggu
Saat pengkajian : G2P1A1 dengan Abortus Inkomplit

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Klien masuk rumah sakit

19
20

Klien datang ke RSU Handayani masuk ke ruang Ponek pada tanggal


14 Mei 2019.Klien mengatakan hamil ±16 minggudan keluar darah
diri jalan lahir sejak ± 3 minggu yang lalu. Awalnya sedikit
kemudian bertambah banyak sejak ± 1 minggu yang lalu klien
merasakan nyeri pada perut bagian bawah .
b) Keluhan utama saat pengkajian

Pada saat pengkajian mengalami perdarahan pervagina sebanyak

±100cc.

HPHT : 13-1-19 (20-09-19)

d. Penampilan Umum

Klien tampak lemah. Tingkat kesadaran klien composmentis dengan


Glasgow coma scale (GCS) : 15 (E4V5M6). Klien tampak cemas dan
gelisah, wajah tampak meringis dan pusat.Klien tidak memiliki riwayat
penyakit hipertensi, diabetes militus, hipertiroid. Klien memiliki riwayat
pembedahan yaitucaesarea pada tahun 2010.
Tanda Vital

TD : 100/80 Mmhg

Nadi : 82 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,3ºC
BB : 70 kg
TB :150 cm

e. Pengkajian Respirasi

Klien mampu untuk batuk efektif dan tidak terdapat suara nafas
tambahan.Klien terlihat gelisah. Pernafasan klien 22 x/menit klien tidak
menggunakan alat bantu pernafasan.
21

f. Pengkajian Sirkulasi

Klien mengalami perdarahan pervagina sebanyak ±100 cc (sebelum


kuret), tidak oliguria, CRT <3 dtk.

g. Pengkajian Nutrisi dan Cairan

Klien mengeluh lemas.Klien minum sebanyak 3-4 gelas sehari setara


(600-720 ml).klien tidak memiliki masalah saat mengunyah dan
menelan.Klien mengatakan makan sebanyak 3x sehari.

h. Pengkajian Eliminasi

Saat pengkajian klien mengatakan mampu menahan BAK, mampu


mengontrol berkemih, kandung kemih tidak penuh, tidak ada nyeri saat
berkemih.Klien BAK 5x/hari berwarna urin kuning.
Klien juga tidak mengalami masalah pada BAB.Klien BAB 1x/hari
dengan konsistensi lunak.

i. Pengkajian Aktivitas, Istirahat dan Tidur

Klien mengatakan dapat merubah posisi ditempat tidur,tetapi belum


mampu untuk berjalan karena klien mengalami keletihan. Klien
mengalami kesulitan untuk tidur.Klien semalam hanya tidur 4-5 jam saja.

j. Pengkajian ibu hamil

Klien mengatakan kehamilan yang terencana, ekspresi wajah klien


tampak meringis.
Riwayat KB : suntik selama 3 tahun

k. Pengkajian Nyeri dan Kenyamanan

Klien melaporkan nyeri pada abdomen bagian bawah.Klien tampak


tegang, gelisah, suara bergetar, merasa sedih, dan tidak menerima
22

kehilangan.Klien mengatakan tidak nyaman pada bagian vagina karena


terpasang pembalut yang lebab dipenuhi darah.

l. Pengkajian Kebersihan Diri

Klien dibantu oleh keluarga untuk melakukan perawatan diri seperti


mandi, berpakaian, dan pergi ke toilet.

m. Pengkajian Keamanan dan Proteksi

Klien tidak mengalami kerusakan pada jaringan kulit.Kulit teraba dingin,


elastic, dan tidak ada sianosis.Terdapat luka bekas operasi pada bagian
abdomen.Klien memiliki riwayat jatuh dari motor.Klien mengalami
perdarahan pervagia, darah yang keluar ± 100 cc, klien tampak lemah.

n. Pemeriksaan Laboraturium

Tabel 3.1 Pemeriksaan Laborturium 14-5-2019

Tanggal Pemeriksaan Hasil Tes Nilai normal


1 2 3 4
14/05/19 Hemoglobin 11,3 mg/dl Pr. 12-16 mg/dl
14/05/19 Gula darah 102 mg/dl 70-144 mg/dl
sewaktu
14/05/19 HbsAg Negatif Non Reaktif
14/05/19 Golongan O/+
Darah +
Rhesus

o. Terapi Obat

Tabel 3.2 Terapi Pengobatan tanggal 14-05-2019

Cefotaxime 1gr/12 jam/IV


Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Asam Traneksamat 500mg/8jam/IV
Oxcytocin 1 ampul
Ciprofloxacin 1 tablet 500 mg/12jam/Oral
Infuse RL 20 tpm
23

B. Analisa Data

Analisa Data Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman


Pada Kasus Abortus Inkomplit Terhadap Ny.M di Ruang Kebidanan RSU
Handayani Lampung Utara14 s/d 16 Mei 2019.

Tabel 3.3 Analisa Data Sebelum Kuret

Data Masalah Etiologi


1 2 3
DS : Risiko Perdarahan Komplikasi kehamilan
- Klien mengatakan perdarahan (Abortus Inkomplit)
DO :
- Perdarahan pervagina ±100
cc (sebelum kuret)
DS : Nyeri Akut Agen Cedera Fisik
- Klien mengeluh nyeri pada (Kontraksi Uterus)
bagian abdomen bawah
DO :
- Mengeluarkann banyak
keringat
- Klien tampak meringis
- Tampak gelisah
- Sulit tidur
- Skala nyeri 7 (0-10)
DS : Ansietas Kurang terpapar
- Klien mengakatakan khawatir informasi
dengan kondisi yang dihadapi
DO :
- Klien tampak gelisah
- Sulit tidur
- Muka tampak pucat
- Tampak keringat dingin
24

Tabel 3.4 Analisa Data Sesudah Kuret

Data Masalah Etiologi


1 2 3
DS : Risiko infeksi Efek prosedur
- Klien mengatakan invasif (tindakan
masih perdarahan kuret)
- Klien mengeluh tidak nyaman
DO :
- Klien menggunakan
pembalut yang terdapat darah
- Penurunan Hb 11,3 mg/dl

C. Daftar Diagnosa Keperawatan

Daftar Diagnosa Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman


Pada Kasus Abortus Inkomplit Terhadap Ny.M di Ruang Kebidanan RSU
Handayani Lampung Utara14 s/d 16 Mei 2019.
Diagnosa keperawatan pada kasus abortus inkomplit di ruang kebidanan RSU
Handayani pada Ny,M terdapat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Daftar Diagnosa Keperawatanberdasarkan Prioritas pada Ny.M

No. Dx Tanggal Diagnosa Keperawatan


1 2 3
1. 14/05/19 Risiko pendarahan berhubungan dengan
komplikasi kehamilan (abortus inkomplit)
2. 15/05/19 Risiko infeksi berhubungan dengan efek
prosedur invasif (tindakan kuret)
3. 14/05/19 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
fisik (kontraksi uterus)
4. 14/05/19 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
D. Rencana Keperawatan

Daftar Diagnosa Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Pada Kasus Abortus Inkomplit Terhadap
Ny.M di Ruang Kebidanan RSU Handayani Lampung Utara14 s/d 16 Mei 2019.

Tabel 3.6 Rencana Keperawatan pada Ny.M

NOC (Nursing Outcome NIC ( Nursing Intervention


TGL Dx Keperawatan
Classification) Classification)
1 2 3 4

25
14/05/19 Risiko Perdarahan Keparahan Kehilangan Pencegah Perdarahan(4010)
berhubungan dengan Darah(0413) 1. Monitor tanda dan gejala
komplikasi kehamilan (abortus - Perdarahan vagina dalam kisaran perdarahan
inkomplit) normal 2. Monitor hemoglobin (Hb)
- Tekanan darah normal 3. Monitor tanda vital
- Suhu tubuh normal 4. Pertahankan bedres selama
- Kulit dan membran mukrosa perdarahan
- tidak pucat 5. Ajarkan tanda dan gejala
- Tidak cemas perdarahan
- Hemoglobin (Hb) dalam batas 6. Anjurkan meningkatkan
normal makanan dan vitamin K
7. Kolaborasi tindakan
invasif (kuret)
8. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
perlu
1 2 3 4
15/05/19 Risiko infeksi berhubungan Keparahan Infeksi(0703) Pencegahan Infeksi(6550)
dengan efek prosedur invansif - Tidak ada kemerahan 1. Monitor tanda dan gejala
(tindakan kuret) - Tidak ada cairan yang berbau infeksi
- Tidak demam 2. Pantau TTV
- Suhu stabil 3. Kaji kondisi pengeluaran
- Nyeri berkurang darah warna dan bau
- Tidak menggigil 4. Anjurkan klien melakukan
personal hygiene : ganti
balutan
5. Beri penyuluhan tentang
pendidikan kesehatan tentang
perawatan post kuret
26
6. Kolaborasi pemberian obat
14/05/19 Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri(2102) Manajemen Nyeri(1400)
dengan agen cedera fisik - Nyeri yang dilaporkan berkurang 1. Identifikasi lokasi, durasi,
(kontraksi uterus) - Tidak ada ekspresi nyeri wajah frekuensi nyeri
- Dapat beristrirahat 2. Identifikasi skala nyeri
- Tidak banyak mengeluarkan 3. Identifikasi respon non verbal
keringat 4. BFerikan terapi komplementer
- Frekuensi nadi normal untuk mengurangi nyeri
- Frekuensi nafas normal (compress hangat/dingin,
- Tekanan darah normal relaksasi nafas dalam)
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Kolaborasi pemberiananalgetik
1 2 3 4
14/05/19 Ansietas berhubungan dengan Tingkat Kecemasan(1211) Terapi Relaksasi(6040)
kurang terpapar informasi - Perasaan tidak gelisah 1. Periksa ketegangan otot, nadi,
- Rasa takut secara lisan yang tekanan darah, suhu
disampaikan tidak ada 2. Berikan informasi tentang
- Tekanan darah normal mempersiapkan dan
- Frekuensi nadi normal melakukan teknik relaksasi
- Tidak berkeringat dingin 3. Jelaskan tujuan, manfaat ,
- Tidak mengalami gangguan batasan, jenis relaksasi
padaTidur 4. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
5. Demonstrasikan dan latih
tehnik relaksasi
6. Anjurkan sering mengulang 27
tehnik yang dipilih
E. Implementasi dan Evaluasi

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Pada Kasus Abortus Inkomplit
Terhadap Ny.M di Ruang Kebidanan RSU Handayani Lampung Utara14 s/d 16 Mei 2019, pada Tabel 3.7, 3.8, dan 3.9.

Tabel 3.7 Catatan Perkembangan Ny.M hari-1

Dx IMPLEMENTA EVALUAS
SI I
1 2 3
Risiko Tanggal : 14/05/19 Tanggal : 14/05/19
Perdarahan Jam : 13.30 Jam : 14.30
WIB WIB

28
- Memonitor tanda dan gejala S:
perdarahan Memonitor Hb - Klien mengatakan masih mengalami
- Memonitor tanda vital perdarahan±100cc
- Memasang infuse RL 20 tpm O:
- Pemberian Asam traneksamat - Kulit dan membran mukrosa tampak pucat
500mg/8jam - Klien tampak lemah
- TD : 100/80 mmHg
- Suhu : 36,3ºC
- Hb : 11,3 mg/dl
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Monitor tanda dan gejala perdarahan, Hb
- Peratahankan bedrest
- Monitor tanda vital
1 2 3
- Kolaborasi tindakan invasif (kuret)
- Kolaborasi pemberian therapy obat

Nyeri akut Tanggal : 14/05/19 Tanggal : 14/05/19


Jam : 14.35 Jam : 15.20
WIB WIB

29
- Mengidentifikasi lokasi, durasi, S:
frekuensi nyeri - Klien mengatakan nyeri pada bagian bawah
- Mengidentifikasi skala nyeri abdomen
- Mengidentifikasi respon non verbal - Klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan
- Melakukan pemberian obat : durasi 10 menit sekali
ketorolac 30mg/8 jam
- Klien mengatakan sulit
beristirahat O :
- Skala nyeri 7 (0-10)
- Ekspresi wajah meringis
- Mengeluarkan keringat
- TD : 100/80 mmHg
- Suhu : 36,3ºC
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon non verbal
- Berikan terapi komplementer untuk mengurangi
nyeri (compres hangat/dingin, relaksasi nafas
dalam)
- Kolaborasi pemberian therapy obat
1 2 3

Ansietas Tanggal : 14/05/19 Tanggal : 14/05/19


Jam : 15.25 Jam : 15.40
WIB WIB
- Memeriksa ketegangan otot, nadi, S:
tekanan darah, suhu - Klien mengatakan tidak dapat beristirahat
- Menjelaskan tujuan, manfaat, - Klien mengatakan takut dan cemas
batasan, jenis relaksasi O:
- Memberikan informasi tentang - Klien tampak gelisah
mempersiapkan danmelakukan - Berkeringat dingin
30
teknik relaksasi - TD : 100/80 mmHg
- Mendemonstrasikan dan latih - Nadi : 82 x/menit
tehnik relaksasi - RR : 20 x/menit
- Menganjurkan mengambil posisi - Suhu : 36,3ºC
nyaman A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Periksa nadi, tekanan darah, suhu
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering mengulang tehnik yang dipilih
Tabel 3.8 Catatan Perkembangan Ny.M hari-2

Dx IMPLEMENTA EVALUAS
SI I
1 2 3
Risiko Tanggal : 15/05/19 Tanggal :
perdarahan Jam : 08.00 15/05/19 Jam :
WIB 09.00 WIB
- Memonitor tanda dan gejala S:
perdarahan, Hb -
- Memberikan Oxytosin 1 amp O:
- Melakukan tindakan invasif (kuret) - Perdarahan sebanyak ±250cc saat dikuret
- Mempertahankan bedrest - TD : 100/80 mmHg
31
- Monitor tanda vital - Suhu : 36,5ºC
- Hb : 11,8
mg/dl A :
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Monitor tanda vital
- Ajarkan tanda dan gejala perdarahan
- Pertahankan bedres selama perdarahan
- Kolaborasi pemberian therapy obat

Retnozuliyanti
Risiko infeksi Tanggal : Tanggal :
15/05/19 Jam : 15/05/19 Jam :
09.05 WIB 09.30 WIB S :
-
- Memantau TTV
- Memonitor tanda dan gejala infeksi
1 2 3
- Mengkaji kondisi warna darah dan O:
bau - Pembalut masih terdapat darah
- Menganjurkan klien melakukan - Skala nyeri 4 (0-10)
personal hygine : ganti pembalut - TD : 100/80 mmHg
- Memberikan injeksi Cefotaxime - Suhu : 36,5ºC
1gr/12 jam - RR : 20
x/menit A :
- Masalah teratasi
sebagian P :
- Beri penyuluhan tentang pendidikan
kesehatan tentang perawatan post kuret
- Anjurkan untuk menganti balutan 2x sehari
32
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian therapy obat

Retnozuliyanti
Nyeri akut Tanggal : Tanggal :
15/05/19 Jam : 15/05/19
09.30 WIB Jam :
10.15 WIB
- Mengidentifikasi skala nyeri S:
- Mengidentifikasi respon non - Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
verbal - Klien mengatakan sudah dapat beristirahat
- Memberikan terapi O:
komplementer untuk - Skala nyeri 4 (0-10)
mengurangi nyeri (compres - Nadi : 80 x/menit
hangat/dingin, relaksasi nafas - Ekspresi wajah tenang
dalam) - Tidak mengeluarkan terlalu banyak keringat
- Kolaborasi pemberian - Suhu : 36,5ºC
therapy obat ketorolac
50mg/8jam
1 2 3
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Identifikasi skala nyeri
- Fasilitasi istirahat tidur dan tidur
- Kolaborasi dalam pemberian therapy obat

33
Ansietas Tanggal : 15/05/19 Tanggal : 15/05/19
Jam : 10.20 Jam : 10.45
WIB WIB

- Memeriksa nadi, tekanan darah, suhu S:


- Menganjurkan mengambil posisi - Klien mengatakan cemas sudah berkurang
nyaman O:
- Menganjurkan sering mengulang - Klien tampak tenang
tehnik yang dipilih yaitu nafas - TD : 100/80 mmHg
dalam - Nadi : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,5ºC
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering mengulang tehnik yang dipilih
yaitu nafas dalam
Tabel 3.9 Catatan Perkembangan Ny.M hari-3

Dx IMPLEMENTA EVALUAS
SI I
1 2 3
Risiko Tanggal : 16/05/19 Tanggal : 16/05/19
perdarahan Jam : 08.00 WIB Jam : 09.00

34
WIB
- Memonitor tanda vital
- Mengajarkan tanda dan gejala perdarahan
S:
- Mempertahankan bedres selama perdarahan
- Klien mengatakan perdarahan
- Berkolaborasi pemberian therapy obat Asam
sudah berkurang
traneksamat 500mg/8jam
O:
- Perdarahan 20 cc
- TD : 100/80 mmHg:
- Suhu : 36,5ºC
A:
- Masalah teratasi
sebagian P :
- Klien pulang
- Anjurkan klien
untuk mempertahankan bedres
selama perdarahan

Risiko infeksi Tanggal : 16/05/19 Tanggal : 16/05/19


Jam : 09.05 WIB Jam : 09.45 WIB
S:
- Memberi penyuluhan tentang pendidikan kesehatan tentang - Klien mengatakan
perawatan post kuret masih perdarahan
1 2 3
- Menganjurkan untuk menganti balutan 2x sehari - Klien mengatakan gatal di
- Memonitor tanda dan gejala infeksi bagian vagina
- Berkolaborasi pemberian therapy obat - Klien mengeluh tidak
Ciprofloxacin 1tablet/12jam nyaman O :
- Klien menggunakan pembalut
- Suhu : 36,5ºC
- Hb : 11,3
mg/dl A :
- Masalah teratasi
sebagian P :
- Klien pulang
- Anjurkan klien melakukan
35
personal hygiene : mengganti
balutan 2x sehari
Nyeri Akut Tanggal : 16/05/19 Tanggal : 16/05/19
Jam : 09.50 Jam : 10.45
WIB WIB

- Mengidentifikasi skala nyeri S:


- Memfasilitasi istirahat tidur dan tidur - Klien mengatakan nyeri
- Berkolaborasi dalam pemberian therapy obat sudah berkurang
Ketorolac 50mg/8jam - Klien mengatakan sudah
dapat beristirahat
O:
- Skala nyeri 3 (0-10)
- Nadi : 80 x/menit
- Ekspresi wajah tenang
- Suhu : 36,5ºC
1 2 3
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Klien pulang
- Kolaborasi dalam
pemberian therapy obat

Ansietas Tanggal :16/05/19 Tanggal : 16/05/19


Jam : 10.50 WIB Jam : 11.20 WIB
S:
- Anjurkan mengambil posisi nyaman - Klien mengatakan cemas 36

- Anjurkan sering mengulang tehnik yang dipilih yaitu nafas sudah berkurang
dalam O:
- Klien tampak tenang
- TD : 100/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,5ºC
A:
- Masalah teratasi
P:
- Klien pulang
37

FLOW SHEET Ny.M dengan Abortus Inkomplit di Ruang Kebidanan RSU


Handayani Lampung Utara

Tabel 3.10 Flow Sheet

Pemeriksaa 14/05/19 15/05/19 16/05/19


n
1 2 3 4
TD 100/80 mmHg 100/80 100/80 mmHg
mmHg
Nadi 82 x/menit 80 x/menit 80 x/menit
Pernafasan 22 x/menit 20 x/menit 20 x/menit
Suhu 36,3 ºC 36,5 ºC 36,5 ºC
Oral 700 ml 600 ml 300 ml
Urine 800 cc/24 jam 950 cc/ 24 500 cc/ 8jam
jam
Feses - - -
Perdarahan ±150 cc/ 24 300 cc/ 24 20 cc/ 8 jam
jam jam
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan

1. Pengkajian

Menurut (Ratnawati, 2018) klien dengan abortus inkomplit terdapat


data penurunan kesadaran ibu, tanda-tanda infeksi alat genital berupa
demam. Namun pada Ny.M tidak ditemukan data tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan

Terdapat empat diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada klien


dengan abortus inkomplit sesuai dengan data pengkajian : Risiko Perdarahan
berhubungan dengan komplikasi kehamilan (abortus), Risiko infeksi
berhubungan dengan efek prosedur invasif (kuret), Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (kontraksi uterus), Ansietas berhubungan dengan
kurang terpapar informasi.
3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan dibuat berdasarkan teori Nanda NIC-NOC


2016 melalui pemilihan label NOC dan NIC yang disesuaikan dengan
kondisi Ny.M. rencana keperawatan yang muncul sesui diagnosa
keperawatan yaitu : Risiko Perdarahan berhubungan dengan komplikasi
kehamilan (abortus) dengan NOC keparahan kehilangan darah dan NIC
pencegahan perdarahan, Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
invasif (kuret) dengan NOC keparahan infeksi dan NIC pencegahan infeksi,
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (kontraksi uterus) dengan
NOC tingkat nyeri dan NIC manajemen nyeri, Ansietas berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dengan NOC tingkat kecemasan NIC tehnik
relaksasi.
4. Implementasi

Implementasi pada Ny.M dilakukan selama tiga hari, pada hari ketiga
klien diperbolehkan untuk pulang. Implementasi pada Ny.M sesuai dengan
rencana penulis. Tindakan yang dilakukan pada Ny.M seperti memberikan obat
Asam Tranex 50mg/8jam, Oxcytocin 1 ampul, Cefotaxime 1gr/12jam,
Ketorolac 30mg/8jam, Ciprofloxacin 1tablet 500mg/12jam, RL infuse 20 tpm,
melakukan tindakan invasive (kuret), menganjurkan tehnik relaksasi (napas
dalam), memantau perdarahan pervagina dan tanda gejala perdarahan,
memantau tanda dan gejala infeksi dan menganjurkan klien melakukan vulva
hygine, mengukur tekanan darah, nadi, suhu, dan penafasan, dan menganjurkan
klien untuk tirah baring atau istirahat selama mengalami peradarahan.
5. Evaluasi

Hasil evaluasi didapatkan setelah dilakukan implementasi keperawatan


pada Ny.M sesuai dengan diagnosa keperawatan dan lebel NOC dan NIC.
Diagnosa risiko perdarahan teratasi sebagian, diagnosa risiko infeksi teratasi
sebagian, diagnosa nyeri akut teratasi sebagian, dan diagnosa ansietas sudah
teratasi.

B. Saran

Bagi bidang keilmuan dan bagi praktisi keperawatan serta rumah sakit
diharapkan dapat meningkatkan dengan memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif, pendidikan kesehatan yang lebih ditekankan khususnya
pada klien dengan kasus Abortus Inkomplit untuk meningkatkan proses
penyembuhan, dan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa, bahwa :
1. Program studi memfasilitasi buku-buku edisi terbaru tentang Abortus
inkomplit atau perdarahan diharapkan agar mempermudah mahasiswa
mengumpulkan referensi dalam membuat laporan.
2. Lahan praktik

Sebaiknya perawat dalam melakukan tindakan keperawatan lebih


ditekkankan lagi dalam menangani kasus abortus inkomplit. Karena, pada klien
abortus inkomplit berisiko mengalami komplikasi peforasi, infeksi, dan
perdarahan yang jika tidak cepat ditangani akan berakibat terjadinya terkena
infeksi dan syok. Diharapkan perawat, bidan, dan dokter bekerjasama untuk
memonitor keadaan klien setelah dilakukannya tindakan invasif (kuret) dengan
mengisi/membuat FlowSheet sesudah kuret agar mengetahui perbandingan
keadaan klien setiap jamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Amellia, S. W. (2019). Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternatal & Neonatal.


Yogyakarta: 96-97.

Asmadi. (2008). Teknik Procedural Keperawatan : Konsep Dasar Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Aziz Alimul Hidayat, A., & Uliyah, M. (2013). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
192.

Darmawati. (2008). Mengenali Abortus Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Abortus. Idea Nursing Journal , 13.

Debora, O. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba


Medika.

Anda mungkin juga menyukai