Anda di halaman 1dari 50

TAHAP PERKEMBANGAN PADA USIA DEWASA

Tahap perkembangan pada usia dewasa ini dapat di bagi atas beberapa bagian, antara lain :

1. Perkembangan Dewasa Dini ( 18 tahun - 40 tahun )

a. Penyesuaian terhadap perubahan fisik

Pada periode dewasa awal, penampilan dan kesehatan fisik mencapai puncaknya dan periode yang
sama penurun penampilan, kekuatan dan kesehatan fisik pun mulai menurun. penampilan, kekuatan
dan kesehatan fisik dicapai pada periode permulaan dewasa awal dan menurun pada akhir dewasa
awal. dan puncak efisiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan duapuluhan dan sesudah
mana menjadi penurunan lambat laun hingga awal usia 40-an.

b. Perubahan Kognitif

Kekhasan tingkah laku kognitif, orang dewasa yang matang perkembangan kognitifnya lebih
sistematis dalam memecahkan masalah. Orang dewasa awal mulai berpikir yang lebih liberal dan
bijaksana dalam mengambil keputusan tentang cara pemecahan masalah, sehingga peningkatan
toleransi terhadap hal – hal yang tidak diinginkan.

c. Penyesuaian peran seksual

Penyesuaian pada peran seks pada masa dewasa dini benar – benar sulit. anak laki – laki dan
perempuan telah menyadari pembagian peran seks yang direstui masyarakat, tetapi belum tentu
mereka mau menerimanya sepenuhnya. banyak gadis remaja ingin berperan sebagai seorang ibu
dan isteri yang baik kalau mereka dewasa nanti. tetapi setelah dewasa mereka tidak mau menjadi
isteri ataupun ibu sesuai pengertian tradisional yaitu alasan mereka ingin menghindari peranan
wanita tradisional yang telah dijelaskan oleh Arnott dan Bengslon.

d. Penyesuaian perubahan minat

Remaja umumnya mempertahankan minat – minat mereka sewaktu beralih kemasa dewasa tetapi
minat pada masa dewasa kemudian akan berubah juga. ini disebabkan karena beberapa minat yang
dipertahankan dalam kehidupan dewasa tidak sesuai dengan peran sebagai orang dewasa,
sedangkan yang lain tidak lagi memberikan kepuasan seperti semula. perubahan minat biasanya
terjadi amay cepat pada masa remaja seperti perubahan – perubahan fisik dan psikologis.

e. Penyesuaian perubahan perkawinan

Penyesuaian yang lebih cocok dan disukai menjadi sulit begitu juga dengan banyaknya pertambahan
model keluarga menjadikan proses penyesuaian hidup sebagai suami istri sulit. tingkat kesulitan
menjadi besar dimana gaya hidupnya berbeda sekali dengan anggota lainnya dalam keluarga.
misalnya, seorang wanita dahulu kehidupan masa anak-anaknya dirumah dibesarkan dalam keluarga
inti mungkin akan mendapat kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kondisi baru dan masalah
yang timbul ketika ia menikah dengan pria yang berasal dari latar belakang keluarga besar.

f. Penyesuaian pekerjaan

Penyesuaian pekerjaan makin cocok bakat dan minatnya dengan jenis pekerjaan yang diemban,
makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh. pola umum kehidupan mereka bergantung pada
beberapa banyak yang mereka peroleh dan bagaimana cara memperolehnya. banyak orang dewasa
muda yang tidak atau kurang memiliki keterampilan atau pelatihan untuk suatu bentuk pekerjaan
tertentu dalam melamar berbagai kantor yang sifatnya berbeda dengan yang dilamar, tidak sesuai
pula dengan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki.

2. Perkembangan Dewasa Madya ( 40 tahun - 60 tahun )

a. Penyesuaian terhadap perubahan fisik

Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan dan penyesuaian dengan berbagai
perubahan fisik yang normal terjadi pada usia madya. dari salah satu sekian banyak penyesuaian
yang sulit yang pria dan wanita berusia madya harus lakukan adalah dalam mengubah penampilan.
penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap
individu yang kurang menguntungkan semakin di intensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang
menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun – tahun selanjutnya.

b. Perubahan Kognitif

Pada usia setengah baya kemampuan kognitifnya yang menurun adalah kemampuan mengingat,
berpikir, mekanisme yang memerlukan kecepatan dan keakuratan input melalui panca indra agar
dapat mengamati gerak, perbedaan, perbandingan dan pengelompokan atau pengkategorian. tentu
saja tidak semua orang dewasa pertengahan makin meningkat kemampuan kognitif pemecahan
masalah.

c. Penyesuaian peran seksual

Penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada usia madya terdapat
pada perubahan, pada kemampuan seksual mereka.

Perubahan seksual pada wanita; perubahan tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat
menopause, tetapi tidak selalu disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut.
berhentinya menstruasi hanya merupakan salah satu aspek dari menopause.

Perubahan seksual pada pria klimakterik pada pria sangat berbeda dengan menopause pada wanita.
klimakterik dating kemudian, biasanya pada usia 60 atau 70 tahunan dan berjalan sangat lambat.

d. Penyesuaian perubahan minat


Perubahan minat selama usia madya perubahan – perubahan tersebut jauh kurang kentara daripada
perubahan – perubahan yang terjadi pada tahun – tahun awal kehidupan. perubahan minat yang
ada perubahan tugas, tanggungjawab, kesehatan dari peran dalam hidup, konsentrasi pria pada
bidang pengembangan kerja pada umumnya memainkan peran penting dalam menekan keinginan
mereka disbanding pada masa yang relative masih muda.

e. Penyesuaian perubahan perkawinan

Pola kehidupan keluarga yang dijalani banyak mengalami perubahan selama periode usia madya
seperti diungkapkan cavan “perubahan yang paling besar adalah penarikan diri dari anak – anak dari
keluarga, meninggalkan bapak dan ibunya. sebagai unit keluarga” penyesuaian terhadap perubahan
ini biasanya lebih sulit bagi wanita daripada pria karena kehidupan wanita berpusat pada rumah dan
anggota keluarga selama tahun – tahun usia dini.

Kondisi yang merumitkan penyesuaian diri terhadap perubahan pola keluarga pada usia madya :

Perubahan fisik

Hilangnya peran sebagai orangtua

Kurangnya persiapan

Perasaan kegagalan

Merasa tidak berguna lagi

Kekecewaan terhadap perkawinan

Merawat anggota keluarga berusia lanjut.

f. Penyesuaian pekerjaan

Dewasa ini dengan semakin bertambahnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja usia madya,
maka masalah pengalaman menyesuaikan diri dengan pekerjaan buka monopoli pria saja. wanita
juga mempunyai banyak masalah yang sama dengan pria dan bahkan banyak wanita
menganggapnya sebagai masalah yang unik bagi mereka.

3. Perkembangan Pada Dewasa Akhir ( 60 - isdead )

a. Penyesuaian terhadap perubahan fisik

Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel – sel tubuh.

Pertumbuhan dan reproduksi sel – sel menurun, oleh karena itu peristiwa penurunan pertumbuhan
dan reproduksi sel – sel menyebabkan terjadi banyak kegagalan pergantian sel – sel yang rusak,
lamanya penyembuhan apabila lansia menderita sakit.
b. Perubahan Kognitif

Orang yang sudah tua menjadi pelupa, reaksi terhadap rangsangan yang semakin lamban

Orang yang sudah tua itu sebagian orang memusuhi generasi muda mempertahankan cara lama dan
tidak ingin adanya perubahan.

c. Penyesuaian peran seksual

Setiap orang butuh dicintai dan dipelihara meskipun sudah tua. penelitian yang dilakukan oleh
master dan Johnson (1968). seorang wanita yang mengalami menopause bukan berarti tidak
mungkin menikmati hubungan intim dengan pasangannya, bahkan wanita ini mengalami
pembaharuan minat dan kesenangan terhadap hubungan intim. pada wanita menopause memang
terjadi perubahan hormone, namun hal itu menghalangi wanita itu untuk menikmati hubungan seks.

d. Penyesuaian perubahan minat

Mengenai minat dan keinginan tersebut dibahas pada uraian berikut ini :

- Minat pribadi

Minat dalam diri sendiri : orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri apabila semakin tua

Minat terhadap pakaian : minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana orang berusia lanjut
terlubat dalam kegiatan sosial

Minta terhadap uang : pensiun atau pengangguran mungkin akan menjalani masa tuanya dengan
pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa pendapatan samasekali.

- Minat untuk rekreasi :beberapa perubahan dalam kegiatan sering dilakukan karena memang tidak
dapat dielakkan

- Minat sosial

- Minat untuk mati

e. Penyesuaian perubahan perkawinan

Salah satu cara orang usia lanjut dalam mengatasi masalah kesepian dan hilangnya aktivitas seksual
yang disebabkan karena tidak mempunyai pasangan hidup adalah dengan cara menikah kembali.
menikah lagi pada masa dewasa ini merupakan hal yang biasa daripada masalalu. bagaimana seperti
telah ditekankan pada uraian yang terdahulu, bahwa kesempatan untuk menikah kembali lebih
sedikit bagi wanita daripada bagi pria dari tahun ke tahun.

f. Penyesuaian pekerjaan
Pria lanjut usia biasanya lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang statis dari pada pekerjaan yang
bersifat menantang yang mereka sadari tak mungkin ada. mereka lebih puas dengan pekerjaannya
pada orang yang lebih muda. wanita yang tidak bekerja selama masa dewasa ini ketika mereka sibuk
dengan pekerjaan rumahtangga dan mengurus anak, sering kali bekerja usia madya dan
mendapatkannya. sebagai komponensasi kepuasan dari tanggungjawab keluarga dan rumah
semakin berkurang.

http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/tahap-perkembangan-pada-usia-dewasa.html

“KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA DEWASA”

Oleh : Ni Made Sutriani

11.07.01.1383 FPAS-UNHI

(diringkas dari buku perkemb. peserta didik)

A. Definisi Masa Dewasa

1. Sisi Biologis.

Suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh
secara optimal dan kesiapan bereproduksi (berketurunan)

2. Sisi psikologis.

Periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan atau kematangan,
diantaranya : emotional stability, sense of reality, tidak menyalahkan orang lain jika menghadapi
kegagalan, toleransi dan optimistis.

3. Sisi pedagogis.

Suatu periode dalam kehidupan yang ditandai dengan :

Sense of responsibility.

Prilaku normatif (nilai-nilai agama)


Memiliki pekerjaan untuk penghidupan.

Berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat.

B. Periode Perkembangan Masa Dewasa.

Masa dewasa dibagi menjadi 3 periode (Hurlock, 1968), yaitu:

1. Masa Dewasa Awal (Early Adulthood = 18/20 tahun – 40 tahun).

Secara biologis merupakan masa puncak perumbuhan fisik yang prima dan usia tersehat dari
populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population) karena didukung oleh
kebiasaan-kebiasaan positif (pola hidup sehat).

Secara psikologis, cukup banyak yang kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya
masalah dihadapi dan tidak mampu diatasi baik sebelum maupun setelah menikah, misalnya:
mencari pekerjaan, jodoh, belum siap menikah, masalah anak, keharmonisan keluarga, dll.

Tugas-tugas perkembangan (development task) pada usia ini meliputi : pengamalan ajaran agama,
memasuki dunia kerja, memilih pasangan hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup berkeluarga,
merawat dan mendidik anak, mengelola rumah tanggga, memperoleh karier yang baik, berperan
dalam masyarakat, mencari kelompok sosial yang menyenangkan.

2. Masa Dewasa Madya/Setengah Baya (Midle Age = 40 – 60 tahun).

Aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra, dan mengalami sakit
dengan penyakit tertentu yang belum pernah dialami (rematik, asam urat, dll).

Tugas-tugas perkembangan meliputi : memantapkan pengamalan ajaran agama, mencapai tanggung


jawab sosial sebagai warga negara, membantu anak remaja belajar dewasa, menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan pada aspek fisik, mencapai dan mempertahankan prestasi
karier, memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.

3. Masa Dewasa Lanjut / Masa Tua (Old Age = 60 – Mati).

Ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis (pendengaran, penglihatan, daya
ingat, cara berpikir dan interaksi sosial).

Tugas-tugas perkembangan meliputi : Lebih memantapkan diri dalam pengamalan ajaran-ajaran


agama. Mampu menyesuaikan diri dengan : menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan, masa
pensiun, berkurangnya penghasilan dan kematian pasangan hidup. Membentuk hubungan dengan
orang seusia dan memantapkan hubungan dengan anggota keluarga.

Faktor-faktor penyebab kegagalan melaksanakan tugas perkembangan, yaitu :

tidak adanya bimbingan untuk memahami dan menguasai tugas,

tidak ada motivasi menuju kedewasaan.

kesehatan yang buruk,

cacat tubuh,

tingkat kecerdasan rendah.

Prilaku menyimpang (maladjustment) akibat tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas


perkembangan (terutama aspek agama) adalah : berzina, konsumsi miras dan naza, menelantarkan
keluarga, sering ke hiburan malam, biang keladi kerusuhan (preman / provokator), melecehkan
norma dalam masyarakat.

Dari uraian diatas, salah satu tugas perkembangan masa dewasa adalah pemantapan kesadaran
beragama. Terdapat asumsi bahwa semakin bertambah usia seseorang maka semakin mantap
kesadaran beragamanya. Namun kenyataannya, tidak sedikit orang dewasa dengan perilaku yang
bertentangan dengan nilai agama. Faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan kehidupan
beragama seseorang adalah karena keragaman-keragaman :

pendidikan agama semasa kecil (menerima, tidak menerima),

pengalaman menerapkan nilai-nilai agama (intensif, jarang, tidak pernah),

corak pergaulan dengan teman kerja (taat beragama, melecehkan),

sikap terhadap permasalahan hidup yang dihadapi (sabar, frustasi, depresi)

orientasi hidup (materialistis-hedonis, moralis-agamis).

C. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa.

1. Usia Mahasiswa sebagai Fase Usia Dewasa awal.

Kenniston (Santrock dalam Chusaini, 1995: 73).


Masa dewasa awal adalah masa muda yang merupakan periode transisi antara masa dewasa dan
masa remaja yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi sementara, hal ini
ditunjukkan oleh kemandirian ekonomi dan kemandirian membuat keputusan.

Lerner (1983 : 554).

Fase dewasa awal adalah suatu fase dalam siklus kehidupan yang berbeda dengan fase-fase sebelum
dan sesudahnya, karena merupakan fase usia untuk membuat suatu komitmen pada diri individu.

Erikson (1959, 1963).

Fase usia dewasa awal merupakan kebutuhan untuk membuat komitmen dengan menciptakan suatu
hubungan interpersonal yang erat dan stabil serta mampu mengaktualisasikan diri seutuhnya untuk
mempertahankan hubungan tersebut.

Ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa awal (Hurlock, 1991: 247-252) :

Masa pengaturan (mulai menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa),

Usia reproduktif (masa produktif memiliki keturunan),

Masa bermasalah (muncul masalah-masalah baru seperti pernikahan),

Masa ketegangan emosional (pada wilayah baru dgn permasalahan baru),

Masa keterasingan sosial (memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga),

Masa komitmen (menentukan pola hidup dan tanggung jawab baru),

Masa ketergantungan (masih tergantung pada pihak lain),

Masa perubahan nilai (orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota kelompok orang dewasa),

Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru,

Masa kreatif (masa dewasa awal adalah puncak kreatifitas).

Fase dewasa awal jika dikaitkan dengan usia mahasiswa pada fase ini menunjukkan bahwa peran,
tugas dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya pencapaian keberhasilan akademik, melainkan
mampu menunjukkan perilaku dan pribadi untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai-nilai
secara cerdas dan mandiri, yang menunjukkan penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru
dan harapan sosial yang baru sebagai orang dewasa.

2. Aspek-aspek Perkembangan Dewasa Awal.


Aspek-aspek perkembangan yang dihadapi usia mahasiswa sebagai fase usia dewasa awal (Santrock,
1995 : 91-100) adalah:

Perkembangan fisik. Pada fase dewasa awal adalah puncak perkembangan fisik dan juga penurunan
perkembangan individu secara fisik.

Perkembangan seksualitas. Terjadi sikap dan prilaku seksual secara heteroseksual dan homoseksual.

Perkembangan kogitif. Menggambarkan efisiensi dalam memperoleh informasi yang baru, berubah
dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan itu (Schaise, 1997).

Perkembangan karir. Suatu individu ketika memulai dunia kerja yang baru harus menyesuaikan diri
dengan peran yang baru dan memenuhi tuntutan karir (Heise, 1991 ; Smither, 1998).

Perkembangan sosio-emosional. Menggambarkan hubungan sosial individu dengan lingkungannya


yang terdiri dari 3 fase yaitu fase pertama (menjadi dewasa dan hidup mandiri), fase kedua
(pasangan baru yang membentuk keluarga baru (Goldrick, 1989)), dan fase ketiga (menjadi keluarga
sebagai orang tua dan memiliki anak).

3. Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal.

Menurut Havigurst (1961:259-265), tugas-tugas perkembangan dewasa awal adalah:

a. Memilih Pasangan Hidup.

Calon pasangan mempersiapkan diri untuk memilih dan menemukan yang cocok, selaras dengan
kepribadian masing-masing dan juga menyesuaikan dengan kondisi dan latar belakang kehidupan
kedua calon keluarga masing-masing.

Keputusan memilih sampai menentukan pasangan hidup adalah tanggung jawab baik pihak laki-laki
maupun perempuan dengan pertimbangan dari pihak orang tua, keluarga dan bantuan pihak-pihak
lain yang dipandang mampu.

Menurut Norman (1992) :

- Pemenuhan kebutuhan merupakan faktor utama dalam memilih pasangan pernikahan, karena
kebutuhan dan sifat individu dapat berlainan satu sama lain, beberapa orang akan lebih memilih
pasangan yang melengkapi dirinya.

- Pernikahan yang dilandasi kebutuhan saling melengkapi terjadi akibat daya tarik lawan jenis
(opposites attract). Akibatnya ada individu dengan peran/figur dominan (memberikan simpati, cinta
dan perlindungan) terhadap pasangannya yang bersifat patuh atau submissive (memperoleh simpati,
cinta dan perlindungan). Peran dominan lazimnya oleh suami dan peran isti bersifat submissive,
apabila yang terjadi kebalikannya maka akan terjadi konflik sosial.

- Dalam suatu pasangan, sifat saling melengkapi tidak menuntut adanya kompromi antarindividu
sebaliknya individu yang karakternya bertentangan dengan pasangannya harus mengadakan
kompromi dengan pasangannya.

- Kebudayaan sangat berpengaruh dalam penentuan pasangan hidup, dimana definisi kebudayaan
melahirkan istilah kriteria ideal dan standar ideal seleksi calon pasangan. Pertama menetapkan
kriteria ideal bagi calon pasangan, jika tidak terpenuhi maka ditetapkan standar ideal pada individu
yang dicintai.

b. Belajar Hidup Dengan Pasangan Nikah.

Pada dasarnya adalah proses menyesuaikan dua kehidupan individu secara bersama-sama dengan
cara belajar menyatakan dan mengontrol perasaan masing-masing pasangan seperti kemarahan,
kebencian, kebahagiaan, kasih sayang, kebutuhan biologis, sehingga seseorang hidup dengan hangat
dan harmonis. Perbedaan latar belakang orang tua dan keluarga harus diperhatikan dalam proses
penyesuaian dan pembelajaran lebih lanjut dalam menempuh keluarga bahagian dan sejahtera.

c. Memulai Hidup Berkeluarga.

Pasangan baru yang memulai kehidupan berkeluarga akan memperoleh banyak pengalaman baru
yang penting bagi pasangan dan kehidupan keluarga, seperti hubungan seksual pertama, hamil
pertama, punya anak pertama, konflik pertama dan interaksi sosial dengan keluarga pasangan.

Dalam tugas perkembangan ini, Havigurst menguraikannya dari berbagai sudut pandang sebagai
berikut:

1. Sifat tugas.

Memiliki anak pertama dengan sukses merupakan manifestasi keberhasilan pernikahan dan
cenderung ukuran kesuksesan hadirnya anak berikutnya.
2. Dasar biologis.

Melahirkan anak adalah suatu proses biologis, terlebih tugas melahirkan anak pertama merupakan
suatu proses biologis dan psikologis.

3. Dasar psikologis.

Secara psikologis, pria dan wanita memiliki suatu tugas untuk menjadi ayah dan ibu. Tugas ini akan
sulit bagi wanita yang takut atau benci ide mengenai kehamilan, sebaliknya akan mudah bagi wanita
dengan sosok keibuan.

4. Dasar budaya.

Masalah kehamilan pertama merupakan masalah yang muncul secara pandangan budaya bagi
kelompok sosial ekonomi kelas menengah dan kelas bawah dari suatu kelompok budaya tertentu.

5. Implikasi sosial dan pendidikan.

Keberhasilan pada aspek ini memerlukan jenis pengetahuan tertentu bagi suami dan istri, sikap serta
peran dan tanggung jawab yang sepenuhnya dalam kehidupan berkeluarga serta memiliki
keturunan.

d. Memelihara anak.

Hadirnya anak menjadikan tugas, peran dan tanggung jawab yang lebih besar bagi pasangan suami
istri karena mereka tidak hanya memikirkan lagi kehidupan mereka sendiri, tetapi juga belajar
memenuhi kebutuhan anak sehingga anak mencapai perkembangan secara optimal.

e. Mengelola rumah tangga.


Kehidupan keluarga dibangun dengan kesiapan keseluruhan baik fisik dan mental yang bergantung
pada kesiapan dan keberhasilan dalam mengelola rumah tangga sesuai peran, tugas dan tanggung
jawab masing-masing.

f. Mulai bekerja.

Dalam menghadapi tugas perkembangan ini, pria dewasa awal sering menunda mencari calon
pasangan hidup sebelum memperoleh pekerjaan. Berbeda dengan wanita dewasa awal yang
cenderung belum aktif menghadapi tuntutan pekerjaan.

g. Bertanggung jawab sebagai warga negara.

Individu dewasa awal sebaiknya mulai menunjukkan rasa tanggung jawab bagi kesejahteraan baik
bagi keluarga, tetangga, kelompok masyarakat, sebagai warga negara atau organisasi politik.

h. Menemukan kelompok sosial yang serasi.

Pernikahan menunjukkan tujuan dan langkah awal menemukan kelompok sosial yang serasi.
Bersama-sama sebagai pasangan mencari teman baru, orang-orang seumur mereka dan dengan
orang dimana mereka dapat mengembangkan suatu kehidupan sosial jenis baru.

D. Periode Dewasa Awal Sebagai Masa Persiapan Pernikahan

1. Konsep Dasar Pernikahan.

Terdapat beberapa definisi pernikahan yaitu :

- Pernikahan adalah suatu ikatan yang terjalin diantara laki-laki dan perempuan yang telah memiliki
komitmen untuk saling menyayangi, mengasihi, dan melindungi berdasarkan syariat agama.
- Menurut Sigelman & Shaffer (1995 : 401), pernikahan adalah suatu transisi kehidupan yang
mencakup pengambilan peran baru (sebagai suami atau istri) dan menyesuaikan dengan kehidupan
sebagai pasangan.

- Menurut McGoldrick (1989), pernikahan adalah adanya keterikatan yang sah antara dua jenis
kelamin yang berbeda sebagai pasangan baru (new couple), dan berasal dari keluarga serta latar
belakang kehidupan bahkan kebudayaan yang berbeda.

- Menurut Norman (1992), pernikahan adalah ikatan terdekat yang terjadi pada dua orang yang
disiapkan untuk kebutuhan hidup bersama menuju cita-cita yang dapat tercapai, keharmonisan yang
dipertahankan, dan perintah Tuhan yang dijalankan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, disimpulkan bahwa pernikahan adalah ikatan yang terjalin
secara sah antara laki-laki dan perempuan dalam menjalani peran hidup yang baru secara bersama
menuju harapan dan cita-cita sesuai dengan perintah dan ajaran agama.

Memahami dan menyikapi secara positif makna dan hikmah pernikahan adalah bekal kesiapan diri
untuk menikah.dengan tujuan agar masing-masing pasangan dapat mengetahui, memahami, serta
menyikapi nilai-nilai pernikahan dalam membangun kehidupan keluarga yang serasi dan sejahtera.

Ciri-ciri usia dewasa awal yang memiliki sikap positif terhadap pernikahan adalah :

Mau mempelajari hal ihwal pernikahan.

Meyakini pernikahan adalah jalan mensahkan hubungan seks pria-wanita.

Meyakini pernikahan merupakan ajaran agama yang sakral (suci).

Mau mempersiapkan diri menempuh jenjang pernikahan.

2. Syarat Pernikahan.

Individu harus memahami hikmah pernikahan dan memiliki sikap positif terhadap pernikahan. Selain
itu juga harus memahami persyaratan yang diperlukan, yaitu :

Kematangan fisik (wanita setelah usia 18-20 tahun dan pria usia 25 tahun).

Kesiapan materi (suami wajib memberi nafkah kepada istri).

Kematangan psikis (pengendalian diri, tidak mudah tersinggung, tidak kekanak-kanakan, toleransi,
hormat dan menghargai orang lain, memahami karakteristik pribadi istri/suami).

Kematangan moral-spiritual (memahami dan terampil dalam masalah agama, melaksanakan ajaran
agama, dapat mengajarkan agama kepada anak).
Menurut Papalia & Olds, dalam buku Human Development (1995), bahwa dari segi kesiapan fisik,
usia terbaik untuk menikah bagi perempuan adalah 19-25 tahun. Kesiapan usia sangat berpengaruh
dalam memulai kehidupan berkeluarga dan sebagai pengasuh anak pertama (the first time
parenting).

3. Beberapa Kondisi yang Mempengaruhi Kesulitan Penyesuaian Pernikahan.

a. Persiapan pernikahan yang terbatas. Ini mengakibatkan terbatasnya persiapan pengetahuan,


pemahaman, dan ketrampilan-ketrampilan (komunikasi, berelasi, membesarkan anak, bergabung
dengan keluarga, mengelola keuangan) yang bermanfaat untuk kehidupan keluarga.

b. Perbedaan konsep tentang peran atau tugas dalam pernikahan. Perbedaan konsep akan memicu
konflik dalam pernikahan dan cenderung terjadi pada pasangan yang berbeda agama, budaya, kelas
sosial dan pola asuh.

c. Cepat menikah. Pernikahan yang terlalu cepat misalnya ketika pendidikan belum selesai atau
ketika ekonomi belum independent akan menghilangkan kesempatan memperoleh pengalaman
yang bermanfaat bagi pernikahan, bahkan akan memunculkan masalah (suka marah, cepat
cemburu) yang menghalangi penyesuaian pernikahan.

d. Memiliki konsep-konsep yang tidak realistik tentang pernikahan. Orang dewasa yang
menghabiskan hidupnya di perguruan tinggi, tanpa upaya memperoleh pengetahuan, pemahaman
dan pengalaman tentang kehidupan berkeluarga cenderung memiliki konsep yang tidak realistik
tentang pernikahan dan akibatnya akan mempersulit dirinya dalam melakukan penyesuaian dalam
pernikahan dan kehidupan berkeluarga.

e. Pernikahan campur. Pernikahan lintas budaya dan lintas agama biasanya mengalami kesulitan
dalam melakukan penyesuaian dengan orang tua dan keluarga pasangan masing-masing.

f. Masa perkenalan yang singkat. Akibatnya pasangan kurang cukup mengenal dan memahami
pribadi masing-masing terutama memahami hambatan-hambatan yang berpotensi menjadi menjadi
masalah dalam relasi mereka.
g. Konsep romantik tentang pernikahan. Banyak orang dewasa masih memiliki konsep romantik
seperti masa remaja yang sering tidak realistik.

h. Tidak memiliki identitas. Jika seorang pria merasa diperlakukan istri sebagaimana istri
memperlakukan anggota keluarga lain, teman dan rekan kerja, atau seorang istri merasa mendapat
penghormatan sebagai ibu sama dengan perhormatan yang diberikan suami kepada ibu keluarga
lain, maka mereka akan kehilangan identitas sebagai individu dan sulit melakukan penyesuaian
dalam pernikahan.

Hurlock (1980:292) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasangan dalam


melakukan penyesuaian dalam pernikahan sebagai berikut :

Konsep pasangan yang ideal. Seorang pria atau wanita dalam memilih pasangan dibimbing oleh
konsep pasangan ideal dalam pikirannya.

Pemenuhan kebutuhan. Penyesuaian dalam pernikahan semakin mudah ketika kebutuhan masing-
masing suami-istri terpenuhi.

Kesamaan latar belakang. Suami-istri yang memiliki latar belakang yang sama terutama kesamaan
pola asuh dalam keluarga, budaya, dan agama akan memudahkan dalam melakukan penyesuaian.

Minat dan kepentingan bersama. Keinginan dan harapan-harapan yang sama sebuah pasangan akan
membawa kearah penyesuaian yang lebih baik.

Kesamaan nilai-nilai. Kesamaan makna dan nilai-nilai yang dimiliki pasangan dapat memudahkan
mereka dalam melakukan penyesuaian.

Konsep peran. Suami dan istri yang memiliki konsep yang sama tentang peran, tugas, tanggung
jawab, akan lebih mudah dalam melakukan penyesuaian.

Perubahan dalam pola hidup. Penyesuaian memiliki makna perubahan terhadap pola hidup,
mengubah kebiasaan, mengubah hubungan, mengubah kegiatan. Perubahan pola hidup selalu
diikuti oleh ketegangan-ketegangan emosional yang dapat berkembang menjadi suatu masalah yang
mengganggu.

http://mdsutriani.wordpress.com/2012/06/22/karakteristik-perkembangan-masa-dewasa/
BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang eksploratif dan potensial. Manusia dikatakan makhluk yang
eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik
maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah
kemempuan bawaan yang dapat diembangkan secara nyata. Selanjutnya manusia disebut sebagai
makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal
memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain adalah dalam bentuk
bimbingan serta pengarahan. Binbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu
perkembangan tersebut pada hakekeatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu
sendiri, yang sudaah tersimpan sebagai potensi bawaannya. Karena itu bimbingan tidak searah
dengan potensi yang dimiki akan berdampak negative bagi perkembangan manusia.

Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa disebut dengan masa adolesen.
Ketika manusia meginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya.
Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna
hidupnya. Dengan kata lain manusia dewasa sudah mulai memilih nilai – nilai atau norma yang telah
dianggap mereka aik untuk dirinya serta mereka berudaha untuk mempertahankan nilai – nilai atau
norma – norma yang telah dipilihnya tersebut.

Dari sedikit penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Psikologi Perkembangan Pada
Manusi Tingat Dewasa yaitu ilmu yang mepelajari tentang perkembangan jiwa manusia pada saat
menginjak masa dewasa. Masa dewasa manusia dibagi menjadi 3 ( tiga ) tahap yaitu : Masa awal
dewasa (early adulthood), Masa pertengahan dewasa (middle adulthood), Masa akhir dewasa (late
adulthood)

1.2 Rumusan Masalah :

1. Pembagian perkembangan masa dewasa

2. Krakteristik perkembangan orang dewasa

3. Faktor – faktor yang mrmprngaruhi perkembangan fisik orang dewasa

1.3 Tujuan :

1. Untuk memahami setiap tahap perkembangan dari masa dewasa

2. Untuk memahami krakteristik perkembangan orang dewasa


3. Untuk memahami faktor – faktor yang mrmprngaruhi perkembangan fisik orang dewasa

1.4 Manfaat :

1. Dapat memahami setiap tahap perkembangan dari masa dewasa,

2. Dapat memahami krakteristik perkembangan orang dewasa,

3. Dapat memahami faktor – faktor yang mrmprngaruhi perkembangan fisik orang dewasa.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 TEORI PENTAHAPAN MENURUT ERIKSON (1963)

Sesudah masa remaja yaitu masa penemuan identitas sesorang sekaligus mamasuki masa dewasa
awal yang ditandai oleh intimitasi vs isolasi, maka seseorang tinggal mengalami dua fase lagi meliputi
sebagian besar masa hidupnya. Dalam fase ketujuh atau masa dewasa pertengahan sesorang dapat
berkembang kearah generativitas vs stagnasi, sedangkan dalam fase kedelapan atau fase terakhir
seseorang dapat berkembang kearah integritas-ego vs putus asa. Erikson percaya pada Fase
generativitas vs stagnasi bahwa orang dewasa tengah berada pada posisi berbahaya menghadapi
persoalan hidup yang signifikan.

Erikson (1968) percaya bahwa orang dewasa tengah baya menghadapi persoalan hidup yang
signifikan-generativitas vs stagnasi, adalah nama yang diberikan Erikson pada fase ketujuh dalam
teori masa hidupnya. Generativitas mencangkup rencana-rencana orang dewasa yang mereka harap
dapat dikerjakan guna meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi selanjutnya.

Sebaliknya, stagnasi (disebut juga “penyerapan-diri”) berkembang ketika individu merasa bahwa
mereka tidak melakukan apa-apa bagi generasi berikutnya. Orang dewasa tengah baya
mengembangkan generativitas dengan beberapa cara yang berbeda (Kotre, 1984).

Generativitas mencangkup rencana-rencana orang dewasa yang mereka harap dapat dikerjakan
guna meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi selanjutnya. Sebaliknya, stagnasi (disebut
juga “penyerapan-diri”) berkembang ketika individu merasa bahwa mereka tidak melakukan apa-apa
bagi generasi berikutnya. Orang dewasa tengah baya, mengembangkan generativitas dengan
beberapa cara yang berbeda (Kotre, 1984).

Melalui generativitas biologis, orang dewasa hamil dan melahirkan anak. Melalui generativitas
parental (orang tua), orang dewasa memberikan asuhan dan bimbingan kepada anak-anak. Melalui
generativitas kultural, orang dewasa menciptakan, merenovasi atau memelihara kebudayaan yang
akhirnya bertahan. Dalam hal ini objek generatif adalah kebudayaan itu sendiri.

Melalui generativitas kerja, orang dewasa mengembangkan keahlian yang diturunkan kepada orang
lain. Dalam hal ini, individu generaf adalah seseorang yang mempelajari keahlian.
Melalui generativitas, orang dewasa mempromosikan dan membimbing generasi berikutnya melalui
aspek-aspek penting kehidupan seperti menjadi orang tua (parenting), memimpin, mengajar dan
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat (Mc Adams, 1990). Orang dewasa generatif
mengembangkan warissan diri yang posif dan kemudian memberikannya sebagai hadiah pada
generasi berikutnya.

Pada masa ini seseorang tidak hanya di tuntut untuk memperhatikan perubahan-perubahan dirinya
sendiri melainkan tuntutan tanggung jawab atas generasi selanjutnya, maka tingkah laku yang
kreatif dalam mengembangkan kultur merupakan salah satu wujud generativias dan perilaku
membangun. Perubahan yang harus di capai adalah menetralisir sifat egosentris (stagnasi). Fase
ketujuh ini menurut Erikson akan menjadi tahap di mana diperlukan dalam pengasuhan generasi
muda.

Integritas ego atau integritas diri adalah perasaan menjadi bagian dari aturan yang ada di alam
semesta, dengan cara seseorang mencintai sesame maka akan menimbulkan keteraturan dunia.
Integritas ego juga memiliki arti masa penerimaan diri sendiri,mensyukuri nasib dan mencintai orang
tua sebagai alat keberadaannya di dunia. Seseorang yang telah mencapai pertahanan diri (integritas
diri) bersikap bijaksana dalam tingkah lakunya. Jalan pintas yang dilakukan oleh seseorang yang
gagal dalam tahap ini akan memilih putus asa, hal ini akan menjadi sumber ketakutan yang
mendalam sehingga seakan-akan tidak ada ruang lagi untuk bergerak lebih aktif dan dinamis.
Perilaku yang ditimbulkan seperti penolakan terhadap orang lain, lembaga-lembaga tertentu bahkan
dirinya sendiri.

Vaillant melukiskan pertentangan antara “mempertahankan sesuatu yang bermakna dengan


rigiditas” maksudnya, interaksi generasi tengah baya yang akan memasuki masa tua dan generasi
muda yang ada di dunia kerja harus di seimbangkan. Generasi tengah baya memasuki masa tua lebih
bersikap rigid, yaitu tidak mau menerima pandangan orang lain khususnya pandangan kaum muda.
Sedang kaum muda akan berpikir rasional sesuai dangan pencapaian “dewasa” yang identic dengan
kebijaksaan dalam bersikap.

2.2 TEORI PENTAHAPAN MENURUT LAVINSON

Fokus perhatian Lavinson dalam mempelajari fase-fase hidup manusia tertuju pada siklus hidup dari
pada jalan hidup seseorang. Jalan hidup seseorang berbeda-beda dari yang satu dengan yang lain,
apa yang berubah selama orang itu hidup merupakan struktur kehidupan yang mengatur transaksi
antara struktur kepribadian dengan struktur sosial. Lavinson membedakan empat periode
kehidupan, yaitu:

1. Masa anak dan masa remaja (0-22 tahun)

2. Masa dewasa awal (17-45 tahun)

3. Masa dewasa madya (40-65)

4. Masa dewasa akhir (60 ke atas)


Antara 17 dan 22 tahun seseorang ada di dua masa. Ia meninggalkan masa pra-dewasa dan
memasuki masa dewasa awal yang mencangkup tiga periode, yaitu; pengenalan dengan dunia orang
dewasa (22-28 tahun), di mana orang akan mencari tempat dalam dunia kerja dan dunia hubungan
sosial untuk membentuk struktur kehidupan yang stabil. Pada usia antara 28-33 tahun pilihan
struktur kehidupan ini menjadi lebih tetap dan stabil.

Dalam fase kemantapan (33-40 tahun) seseorang dengan keyakinan yang mantap menemukan
tempatnya dalam masyarakat dan berusaha sebaik-baiknya. Impian yang ada pada (17-33) mulai
mencapai kenyataan. Pekerjaan dan keluargan membentuk struktur peran yang memunculkan
aspek-aspek kepribadian yang diperlukan dalam fase tersebut.

Pada usia 40 tahun tercapailah puncak masa dewasa. Setelah itu mulailah peralihan ke masa madya
(tengah baya antara usia 40-45 tahun), dalam masa ini seseorang memiliki tiga macam tugas:

1. Penilaian kembali pada masa lalu

2. Perubahan struktur kehidupan

3. Proses individuasi

Artinya seseorang menilai masa lalu dengan kenyataan yang ada saat ini, dan dengan pandangan ke
depan seseorang merubah struktur kehidupannya dengan penyesuaian pemikiran rasional pada
zaman ini pula. Proses individuasi akan membangun struktur kehidupan baru yang berlangsung
sampai fase penghidupan yang berikutnya yaitu permulaan masa madya (45-50 tahun), fase
berikutnya (50-55 tahun) sering kali merupakan krisis bila sesorang tidak sepenuhnya berhasil dalam
pensstrukturan kembali hidupnya pada peralihan ke dewasa madya. Sesudah itu langkah puncak (55-
60 tahun) sekaligus menandai masa dewasa akhir.

Penelitian Levinson mengemukakan tahun-tahun usia yang eksak dengan pergeseran maksimum
lima tahun, hal ini cenderung menuju pada eksak semu, pengertian struktur kehidupan harus diteliti
akan ketetapan penggunaannya. Namun lavinson menitikberatkan bahwa pandangan akan siklus
penghidupan yang terlalu kaku atau terlambat tidak dapat dipertahankan lagi.

2.2.1 Teori Musim-Musim Kehidupan dari Levinson

Daniel Levinson (1978, 1980) dalam The Season of Man’s Life (Musim-Musim Kehidupan Manusia)
menekankan bahwa tugas-tugas perkembangan harus dikuasai pada masing-masing fase. Pada masa
dewasa awal, dua tugas utama yang harus dikuasai adalah mengeksplorasi kemungkinan-
kemungkinan bagi kehidupan dewasa dan mengembangkan struktur kehidupan yang stabil.

Menurutnya, usia 20-an sebagai novice phase (fase orang baru) dari perkembangan orang dewasa.
Novice phase adalah waktu untuk eksperimentasi yang bebas dan waktu untuk menguji impian di
dunia nyata. Kira-kira pada usia 28 sampai 33 tahun, individu mengalami periode transisi dimana ia
harus menghadapi persoalan penentuan tujuan yang lebih serius.
Pada usia 30-an, individu biasanya berfokus pada keluarga dan perkembangan karir. Pada tahu-
tahun berikutnya pada periode ini, individu memasuki fase Becaming One’s Own man (atau BOOM,
Menjadi diri Sendiri).

Pada usia 40, individu telah mencapai tempat yang stabil dalam karirnya dan sekarang harus melihat
ke depan pada jenis kehidupan yang akan dijalaninya sebagai orang dewasa usia tengah baya.

Menurutnya, perubahan ke masa dewasa tengah berlangsung kira-kira 5 tahun dan mengharuskan
orang dewasa untuk berusaha mengatasi empat konflik utama yang telah ada dalam kehidupannya
sejak masa remaja: (1) menjadi muda vs. menjadi tua, (2) menjadi destruktif vs. menjadi konstruktif,
(3) menjadi maskulin vs. menjadi feminism, dan (4) terikat pada otang lain vs. terlepas dari mereka.

Menurutnya, keberhasilan transisi paruh baya kehidupan terletak pada seberapa efektif individu
mengurangi sifat-sifat barlawanan dan menerima masing masing dari mereka sebagai integral dari
keberadaanya.

2.3 TEORI PENTAHAPAN MENURUT TEORI SANTROK

Tugas-tugas perkembangan masa dewasa menurut santrok adalah :

1. Efisiensi Fisik

Tugas memperhatikan aspek fisik individu sudah menjadi hal yang biasa dalam setiap
perkembangan. Namun, pada tahap masa dewasa seseorang tidak lagi mengedepankan penampilan
sebagai mana yang pernah dilakukan ketika masa remaja, masa dewasa awal pun hampir tidak lagi
memperhatikan penampilan imitative sebagai pusat perhatian utama, melainkan pandangan dalam
aspek pekerjaan, membina rumah tangga yang sakinah, dan bermasyarakat dengan relasi yang baik
merupakan tugas paling diutamakan. Disinilah efisiansi fisik orang dewasa bisa di lihat.

2. Kemampuan Motorik

Motorik masa dewasa adalah gerak aktif yang sudah tidak lagi bermain-main, menghabiskan waktu
dengan hanya bersenang-senang. Kemampuan motoric masa dewasa lebih bersifat intelegensi,
seperti pengamatan yang berhubungan dengan tingkah laku dan menyelesaikan banyak hal dengan
waktu yang bersamaan adalah salah satu tugas motoric sama dewasa.

3. Kemampuan Mental

Disamping masa dewasa adalah masa produktif yang berkelanjutan maka proses kognitif yang
beriringan dengan mental yang matang merupakan tugas masa dewasa baik dewasa awal ataupu
masa dewasa akhir.

4. Motifasi

Masa dewasa adalah waktu dimana seseorang diharapkan memberi motifasi sesuai dengan fungsi
dan tingkat usianya. Juga tidak menutup kemungkinan sebagai seorang yang memberi, akan
memerlukan kekuatan untuk membuat motifasi terhadap orang lain agar tidak mengalami
keimbangan pemikiran.

5. Model peran

Kemandirian seseorang pada masa dewasa merupakan tujuan yang terjadi pada saat terjadinya
masa dewasa awal, sehingga pada tugasnya seseorang harus mampu berperan sebagai humanis
yang bisa menjadi panutan (model) baik bagi orang lain khususnya bagi diri sendiri.

2.4 TEORI TRANSFORMASI DARI GOULD

Roger Gould (1975, 1978, 1980, 1994) menghubungkan fase dan krisis dalam pandangannya tentang
transformasi perkembangan. Menurutnya, paruh kehidupan adalah sama bergejolaknya dengan
masa remaja, dengan penegecualian bahwa selama masa dewasa tengah usaha untuk menangani
krisis mungkin akan menghasilkan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat.

Dia percaya bahwa dalam usia 20-an, kita menerima peran-peran baru; dalam usia 30-an kita mulai
merasa terjepit dengan tanggung jawab kita, dalam usia 40-an kita mulai merasakan perasaan
urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu.

Menurutnya, menangani krisis paruh kehidupan dan menyadari bahwa perasaan urgensi merupakan
reaksi alami terhadap fase ini membantu kita menuju jalan kematangan yang dewasa.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. PEMBAGIAN PERKEMBANGAN MASA DEWASA

Pembagian perkembangan masa dewasa ada 3, yaitu:

1. Dewasa Awal

Dewasa Awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam remaja
yang berumur dua puluhan (20-an) sampai tiga puluhan (30 an). Ia dianggap kritikal karena
disebabkan pada masa ini manusia berada pada tahap awal pembentukan karir dan keluarga. Pada
peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap
pekerjaan dan keluarga. Pada masa ini juga seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan
dan keluarga. Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir dan juga
hubungan dalam keluarga.Dan masalah yang timbul tersebut merupakan salah satu bagian dari
perkembangan sosio-emosional.

Sosioemosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu dalam warna afektif yang
menyertai setiap keadaan atau perilaku individu.
Menurut Teori Erikson, Tahap Dewasa Awal yaitu mereka di dalam lingkungan umur 20 an ke 30 an.
Pada tahap ini manusia mulai menerima dan memikul tanggungjawab yang lebih berat. Pada tahap
ini juga hubungan intim mulai berlaku dan berkembang.

2. Dewasa Madya

Masa Dewasa Madya adalah masa peralihan dewasa yang berawal dari masa dewasa muda yang
berusia 40- 65 tahun. Pada masa dewasa madya, ada aspek- aspek tertentu yang berkembang secara
normal, aspek-aspek lainnya berjalan lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek- aspek yang mulai
menunjukkan terjadinya kemunduran- kemunduran.

Aspek jasmaniah mulai berjalan lamban, berhenti dan secara berangsur menurun. Aspek- aspek
psikis (intelektual- sosial- emosional- nilai) masih terus berkembang, walaupun tidak dalam bentuk
penambahan atau peningkatan kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan kualitas. Pada
akhir masa dewasa madya (sekitar usia 40 tahun), kekuatan aspek- aspek psikis ini pun secara
berangsur ada yang mulai menurun, dan penurunannya cukup drastic pada akhir usia dewasa. Untuk
lebih jelasnya, berikut ini akan disajikan uraian secara lebih rinci tentang perkembangan fisik,
intelektual, moral, dan karier pada masa dewasa.

Menurut Lavinson, Masa Dewasa Madya berusia 40-50 tahun. Masa Dewasa Madya adalah masa
peralihan dari masa dewasa awal. Pada usia 40 tahun tercapailah puncak masa dewasa. Setelah itu
mulailah peralihan ke masa madya (tengah baya antara usia 40-45 tahun), dalam masa ini seseorang
memiliki tiga macam tugas:

1. Penilaian kembali pada masa lalu

2. Perubahan struktur kehidupan

3. Proses individuasi

Artinya seseorang menilai masa lalu dengan kenyataan yang ada saat ini, dan dengan pandangan ke
depan seseorang merubah struktur kehidupannya dengan penyesuaian pemikiran rasional pada
zaman ini pula. Proses individuasi akan membangun struktur kehidupan baru yang berlangsung
sampai fase penghidupan yang berikutnya yaitu permulaan masa madya (45-50 tahun)

3. Dewasa Akhir

Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 ke atas). Perlu
memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia dan anaknya yang butuh
dukungan juga untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab. Di samping itu
permasalahan dari diri sendiri dengan perubahan fisik, mulai tanda penuaan yang cukup menyita
perhatian.

Saat individu memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala penurunan fisik dan psikologis,
perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik, pencarian makna hidup selanjutnya.
Menurut erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu kemampuan
perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang
mampu mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam menghadapi kehidupan
dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hub.sosial dan produktivitasnya yang puas.
Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan. Beberapa
cara hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan
kesehatan fisik.

Akibat perubahan Fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh
terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia seseorang
secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai
keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik
secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya
kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik
dan berkurangnya komitmen.Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir
ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.

Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Akhir. Akibat perubahan Fisik yang semakin menua maka
perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya.
Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini
secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran
ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen.

Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting,
yaitu keintiman, generatif, dan integritas.

1. Perkembangan Keintiman

Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi
pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang
lainakan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama
yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir.

2. Perkembangan Generatif

Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama masa
pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia dewasa akhir, pandangan mereka
mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam
pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka
mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang
membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting
untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.

3. Perkembangan Integritas

Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat
dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-
orang, produk-produk dan ide-ide, serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan
bebrbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan
tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-
kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.

Tahap integritas ini ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun, dimana orang-orang yang tengah
berada pada usia itu sering disebut sebagai usia tua atau orang usia lanjut. Usia ini banyak
menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun masih banyak waktu luang yang
dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau penyakit yang melemahkan telah membatasi
kegiatan dan membuat orang tidak menrasa berdaya.

Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari keterlibatan sosial:
(1) ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari peran dan aktifitas
selama ini; (2) penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu
memikirkan diri sendiri secara berlebihan; (3) orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung
menjauh darinya; dan (4) pada saat kematian semakin mendekat, oran ingin seperti ingin membuang
semua hal yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.

Jadi, tumbuh kembang dewasa muda, menengah dan akhir berbeda. Persamaannya dilihat dari
tanda-tanda memasuki usia dewasa seseorang/ individu, yaitu:

1. Membuat keputusan penting dalam menunjang karir, kesehatan dan hubungan personalnya.

2. Memiliki kedudukan dan peranana sebagai orang penting seperti pekerja, orang tua dan
pasangan hidup.

3. Mencapai kematangan psikologis sebagai orang dewasa dan segala macam tanggung jawabnya
serta berpikir sistematis dan analitis.

Menurut Lavinson, Dewasa Akhir mulai berumur 50-55 tahun sering kali merupakan krisis bila
sesorang tidak sepenuhnya berhasil dalam pensstrukturan kembali hidupnya pada peralihan ke
dewasa madya. Sesudah itu langkah puncak (55-60 tahun) sekaligus menandai masa dewasa akhir.

Penelitian Levinson mengemukakan tahun-tahun usia yang eksak dengan pergeseran maksimum
lima tahun, hal ini cenderung menuju pada eksak semu, pengertian struktur kehidupan harus diteliti
akan ketetapan penggunaannya. Namun lavinson menitikberatkan bahwa pandangan akan siklus
penghidupan yang terlalu kaku atau terlambat tidak dapat dipertahankan lagi.

3.2. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ORANG DEWASA

Karakteristik perkembangan orang dewasa ada 4, yaitu:

1. Perkembangan Fisik.

a. Perkembangan Fisik Masa Dewasa Awal

Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare :
17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-
tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk
kepentingan pribadi.

b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang
melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat
didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing
menuju arahnya.

c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan


sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan
dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula
perasaan-perasaan orang lain.

d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam
keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.

e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya
tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi
peningkatan dirinya.

f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi


kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis
diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-
sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi
terhadap usaha-usahanya.

g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan
dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

Ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah:

a. Usia reproduktif (Reproductive Age)

Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah
tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa belum
membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu
lapangan tertentu.

b. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age)

Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembangan pola hidupnya secara
individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain
membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau
masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang
yang bersangkutan.
Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab dengan kehidupannya.
Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita
muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.

c. Usia Banyak Masalah (Problem age)

Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini,
dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti
persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya
memerlukan penyesuaian di dalamnya.

d. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension)

Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya.
Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-
kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu,
atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan.

e. Masa keterasingan sosial

Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang
dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok
sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan
kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua
orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut
krisis ketersingan (Erikson:34).

f. Masa komitmen

Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang
mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungajwab yang
trrlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda
menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat
dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda
mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar
kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”.

g. Masa Ketergantungan

Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut.
Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa
sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk
membiayai pendidikan mereka.

h. Masa perubahan nilai


Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada
kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.

i. Masa Kreatif

Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada minat dan
kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang
memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada
yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.

b. Perkembangan Fisik Masa Dewasa Madya

Rentang usia dewasa madya atau yang disebut juga usia setengah baya pada umumnya berkisar
antara usia 40 – 60 tahun, dimana pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun
mental (Hurlock, 1980:320).

Masa usia dewasa madya diartikan sebagai suatu masa menurunnya keterampilan fisik dan semakin
besarnya tanggung jawab, suatu periode dimana orang menjadi sadar akan polaritas muda-tua dan
semakin berkuranggya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan, suatu masa ketika orang
mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karier, dan suatu titik ketika individu berusaha
meneruskan suatu yang berarti pada generasi berikutnya.

Perkembangan Fisik

Menurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana
penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan
mereka, atau mengurangi daya tarik lawan jenis.

Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana yang dikutip oleh Jhon F. Santrock
(1995), menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya lebih memfokuskan perhatiannya
pada daya tarik wajah dari pada perempuan yang lebih muda atau tua. Dalam penelitian ini, wanita
dewasa madya lebih mungkin menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negative
terhadap penampilan fisiknya.

Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa
titik atau bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan bahwa masa
dewasa madya telah datang.

Beberapa perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa madya antara lain:

1. Timbulnya Uban.

2. Kulit mulai keriput.

3. Gigi yang menguning.

4. Tubuh semakin lama semakin pendek karena otot-otot melemah.

5. Punggung orang dewasa melemah kerena piringan sendi di tulang belakang mengalami
penurunan.
6. Tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dengan yang lainnya, misalnya, seorang laki-
laki yang tingginya 5 kaki 10 inci pada usia 30 tahun barang kali akan menjadi 5 kaki 9 7/8 inci di usia
50 tahun, dan mungkin akan menjadi 5 kaki 9 1/4 pada usia 60 tahun.

7. Sulit melihat objek-objek yang dekat. Daya akomondasi mata, kemampuan untuk memfokuskan
dan mempertahankan gambar pada retina mengalami penurunan paling tajam pada usia 40 dan 59
tahun.

8. Penurunan pada sensitivitas pendengaran.

9. Menopause. pada usia dewasa madya ini mereka akan mengalami periode menopaose, dimana
pada periode ini haid dan kemampuan bereproduksi akan berhenti secara keseluruhan, sehingga
dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan bagi wanita, seperti hot flushses, mual, letih,
dan cepatya denyut jantung. hal ini disebabkan oleh menurunnya produksi hormon ekstrogen oleh
indung telur.

10. Penurunan kebugaran fisik. masalah kesehatan utama pada masa dewasa madya antara lain
penyakit kanker, kardivaskuler, dan obesita.

c. Perkembangan Fisik Masa Dewasa Akhir

Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik yang lebih besar
dibandingkan dengan periode periode usia sebelumnya. Kita akan mencatat rentetan perubahan
perubahan dalam penurunan fisik yang terkait dengan penuaan, dengan penekanan pentingnya
perkembangan perkembangan baru dalam penelitian proses penuaan yang mencatat bahwa
kekuatan tubuh perlahan lahan menurun dan hilangnya fungsi tubuh kadangkala dapat diperbaiki.

Dalam buku Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak oleh Reni
Hawadi Akbar pada tahun 2001, berikut adalah beberapa penurunan dan hilangnya fungsi tubuh
dalam hal fisiologis masa perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut:

 Otak dan system syaraf

Saat kita tua kita kehilangan sejumlah neuron, unit unit sel dasar dari sistem syaraf. Beberapa
peneliti memperkirakan kehilangan itu mungkin sampai 50% selama tahun tahun dewasa. Walaupun
penelitian lain percaya bahwa kehilangan itu lebih sedikit dan bahwa penyelidikan yang tepat
terhadap penyelidikan hilangnya neuron belum dibuat di dalam otak.

Barangkali penyelidikan yang lebih masuk akal adalah bahwa 5 sampai 10 persen dari neuron kita
akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan lebih
cepat.

Aspek yang signifikan dari proses penuaan mungkin adalah bahwa neuron neuron itu tidak
mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki
kemampuannya, hanya kehilangan sebagian kecil dari kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa
dewasa akhir.

 Perkembangan Sensori
Perubahan sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa,
pembau, dan indera peraba. Pada masa dewasa akhir penurunan indera penglihatan bisa mulai
dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap lebih menjadi
lambat, yang berarti bahwa orang rang lanjut usia membutuhkan waktu lama untuk memulihkan
kembali penglihatan mereka ketika keluar dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak
gelap.

Penurunan penglihatn ini biasanya dapat dirunut dari pengurangan kualitas dan intensitas cahaya
yang mencapai retina. Di puncak usia tua, perubahan ini mungkin disertai oleh perubahan
perubahan kemunduran dalam retina, menyebabkan beberapa kesulitan dalam penglihatan.

Meskipun pendengaran dapat mulai pada masa dewasa tengah, hal itu biasanya tidak banyak
membawa kesulitan sampai masa dewasa akhir. Pada saat itu banyak sekali alat bantu pendengaran
yang bisa dipakai untuk bantuan pendengaran. Tuli, biasanya disebabkan oleh kemunduran selaput
telinga, syaraf penerima penerima suara didalam telinga.

Selain berukurangnya penglihatan dan pendengaran juga mengalami penurunan dalam kepekaan
rasa dan bau. Kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama dibandingkan dengan
rasa manis dan asin.

 Sistem Peredaran Darah

Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan seiringnya
pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat. Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa
ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia
pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat
menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun.

 Sistem Pernafasan

Kapasitas akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru paru
kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu berita baiknya
adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan latihan
memperkuat diafragma.

 Seksualitas

Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas manusia, lebih
banyak pada laki laki dari pada perempua. Orgasme menjadi lebih jarang pada laki laki, terjadi dalam
setiap 2 sampai 3 kali hubungan seksual bukan setiap kali. Rangsangan yang lebih langsung biasanya
dibutuhkan untuk ereksi. Sekalipun hubungan seksual terganggu oleh kelemahan, relasi lainnya
harus dipertahankan, diantara kedekatan sensualitas, dan nilai sebagai seorang laki laki maupun
wanita.

2. Perkembangan Intelektual.

a. Perkembangan Intelektual Dewasa Awal


Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999; Papalia, Olds, &
Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa operational formal, bahkan kadang-
kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner & Helms, 1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa
muda mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan
rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke
perguruan tinggi (uniiversitas/akademi).

Kemudian, setelah lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak
prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak
di antara mereka yang bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya
pascasarjana.

Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan
masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.

Sementara itu, para ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Baltes} mengatakan
ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal (cristalized intelligence), fleksibilitas kognitif
(cognitive flexibility], fleksibilitas visuo-motor (visuomotor flex¬ibility], dan visualisasi (visualization)
(Turner dan Helms, 1995).

1. Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu,
dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan.
Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive),
penalaran berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi,
keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan
pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya
cenderung bersifat teoretis-praktis (text book thinking).

2. Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu me-masuki dan menyesuaikan diri dari
pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas
reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi
persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut,
mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang
cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah
tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa
tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-
beda.

3.fleksibilitas Visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke
hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek kemampuan
visual/motorik(penglihatan,pengamatan,dan keterampilan tangan)

4.Visualisasi,yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual.misalnua,bagaimana individu


memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks

b. Perkembangan Intelektual Dewasa Madya

Ciri-ciri masa dewasa madya :


1. Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti

Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan.
Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah :
banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional
tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi.

2. Usia madya merupakan masa transisi

Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari
masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani
dan perilaku baru.

3. Usia madya adalah masa stress

Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup
yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak
nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah
penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.

4. Usia madya adalah usia yang berbahaya

Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan
pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat
menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa
dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas
yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang
dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di
kalangan pria.

5. Usia madya adalah usia canggung

Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan
wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.

6. Usia madya adalah masa berprestasi

Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas / kecenderungan
untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut
Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti
(tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya
memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah,
dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.

7. Usia madya adalah masa evaluasi


Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa
ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka
semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.

8. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda

Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi
wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan
wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun
masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak
aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu
diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana
cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.

9. Usia madya merupakan masa sepi

Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai
beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan
kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.

10. Usia madya merupakan masa jenuh

Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40
akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang
hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan
membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan
monoton yang membuat mereka merasa jenuh.

c. Perkembangan Intelektual Dewasa Akhir

Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial dalam studi tentang
perkembangan rentang hidup manusia adalah kemampuan kognitif orang dewasa, seperti memori,
kreativitas, intelegensi, dan kemampuan belajar, paralelel dengan penurunan kemampuan fisik.
Pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar, memori, dan intelegensi mengalami
kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia.

Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Selain itu,
orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan
dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami
penurunan pada masa dewasa akhir, namun factor individual differences juga berperan dalam hal
ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan
memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut melakukan aktivitas-
aktivitas yang abstrak atau sederhana.

Ada 3 komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut, antara
lain sebagai berikut :

Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Akhir


1. Pendidikan

Fasilitas pendidikan, semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang
memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada generasi
sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata berkorelasi positif dengan hasil
skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan informasi (ingatan) (Verhaegen, Marcoen &
Goossens, 1993). Dinegara-negara maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti
pendidikan yang lebih tinggi. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:

• Ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya.

• Ingin mempelajari perubahan social dan teknologi yang dirasakan mempengaruhi kehidupannya.

• Ingin menemukan pengetahuan yang relevan dan mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang


relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar
tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan generasi sesudahnya.

• Ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk mengadakan
penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya.

2. Pekerjaan

Searah dengan kemajuan teknologi biasanya orang-orang dewasa lanjut, sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif,
seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut yang harus
tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.

3. Kesehatan

Dari hasil penelitian kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu
(Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti satu hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi
ternyata berkorelasi dengan berkurangnya performance pada tes WAIS pada individu berusia di atas
60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi
(Siegler & Costa, 1985). Jadi beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada
orang-orang dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan oleh factor-faktor yang terkait dengan
kesehatan daripada factor usia semata.

Gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian
ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan kecakapan kognitif pada Subjek
pria dan wanita berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang giat
berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka
yang kurang/tidak pernah berolah raga.

Penelitian berikutnya (Park, 1992; Stones & Kozman, 1989) menyetujui bahwa olah raga merupakan
factor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada orang dewasa lanjut. Yang harus
diperhatikan dalam aktivitas berolah raga pada dewasa lanjut ini adalah pemilihan jenis olah raga
yang akan dijalani, harus disesuaikan dengan usia Subjek, dalam arti kondisi fisik individu.

3. Perkembangan Moral.
Perkembangan Moral Menurut Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional,
konvensional, dan pasca-konvensional.

Tingkat 1 (Pra-Konvensional)

1. Orientasi kepatuhan dan hukuman

2. Orientasi minat pribadi

( Apa untungnya buat saya?)

Tingkat 2 (Konvensional)

3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas

( Sikap anak baik)

4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial

( Moralitas hukum dan aturan)

Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)

5. Orientasi kontrak sosial

6. Prinsip etika universal

( Principled conscience)

Pra-Konvensional

Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang
dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat
pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung.
Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni
melihat diri dalam bentuk egosentris.

Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan
mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila
orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah
tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut
pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.

Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan
apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan
orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri,
seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian
kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan
perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial
(tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi
mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
Konvensional

Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini
menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan
masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan
moral.

Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau
menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan
persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak
baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal
tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi
konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa
hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya
untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang
lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; ‘mereka bermaksud baik.

Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena
berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari
sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat
harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa
yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin
orang lain juga akan begitu – sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan
aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi
faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik.

Pasca-Konvensional

Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan
enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah
dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif
masyarakat. Akibat ‘hakekat diri mendahului orang lain’ ini membuat tingkatan pasca-konvensional
sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.

Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai
yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak.
Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai
ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut – ‘memang
anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak’? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai
kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan
kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-
banyaknya orang. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini,
pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima.

Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika
universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga
menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai
kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara
kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional (lihat imperatif
kategoris dari Immanuel Kant). Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan
dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila
berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls). Tindakan yang diambil adalah hasil
konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang
bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau
sudah disetujui sebelumnya. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk
menemukan seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun
ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.

3.3. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ORANG DEWASA DALAM


KEHIDUPANNYA

Adapun faktor- faktor tertentu dalam kehidupan orang dewasa yang akan mempermudah
perkembangan orang dewasa. Faktor- faktor yang paling berpengaruh adalah :

A. Kekuatan Fisik

Bagi banyak individu, puncak kekuatan fisik dicapai dalam usia pertengahan dua puluhan. Kekuatan
fisik yang prima dapat mengatasi atau memecahkan persoalan- persoalan yang timbul pada masa
orang dewasa. Untuk memelihara kekuatan fisik yang prima perlu dijaga kesehatan. Ada 6 kebiasaan
hidup sehat yang perlu dilakukan oleh orang dewasa untuk memelihara kekuatan fisik, yaitu:

1. Sarapan pagi.

2. Makan secara teratur.

3. Makan secukupnya untuk memelihara badan yang normal.

4. Tidak merokok.

5. Olahraga secukupnya.

6. Tidur secara teratur 7- 8 jam setiap malam.

Kekuatan fisik yang prima pada orang dewasa, memungkinkan mereka untuk optimal dalam bekerja,
berkeluarga, memperoleh keturunan, dan mengelola kehidupan keluarganya. Sebaliknya, kekuatan
fisik yang tidak prima menghambat orang dewasa untuk mengerjakan apa yang seharusnya
dilakukan oleh orang dewasa dan dapat menggagalkan sebagian atau secara total tugas- tugas
perkembangan orang dewasa.

B. Kemampuan Motorik
Kemampuan motorik orang dewasa mencapai kekuatannya antara usia 20-an dan 30-an. Kecepatan
respons maksimal terdapat antara usia 20-an dan 25-an dan sesudah itu kemampuan ini sedkit demi
sedikit menurun.

Kemampuan motorik ini mempunyai hubungan yang positif dengan kondisi fisik yang baik dan
kesehatan yang baik. Kondisi fisik yang kuat dan kesehatan yang baik memungkinkan orang dewasa
melatih keterampilan- keterampilannya secara lebih baik. Di samping itu, orang dewasa yang
mempunyai kemampuan motorik yang baik cenderung akan dapt menyelesaikan dengan baik
pekerjaan yang menuntut kemampuan fisik.

Dalam mempelajari keterampilan-keterampilan motorik baru, orang dewasa yang berusia 20-an,
menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil mereka yang mempelajarinya dalam
usia mendekati masa setengah baya.

C. Kemampuan Mental

Kemampuan mental yang diperlukan untuk menyesuaikan diri pada situasi- situasi baru adalah
mengingat kembali hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berpikir kreatif.
Kemampuan mental ini mencapai puncaknya dalam usia 20-an, kemudian sedikit demi sedikit
menurun.

Kemampuan mental yang dimiliki orang dewasa ini sangat penting kedudukannya dalam
menyesuaikan diri terhadap tugas-tugas perkembangan, jauh melebihi pentingnya kemampuan
motorik.

Kemampuan mental seperti penalaran dengan menggunakan analogi, mengingat kembali informasi
yang telah dipelajari, dan berpikir secara kreatif sangat diperlukan dalam mempelajari dan
menyesuaikan diri terhadap keterampilan- keterampilan dan kecakapan-kecakapan yang dituntut
oleh tugas- tugas perkembangan orang dewasa. Baik pria maupun wanita pada umumnya memiliki
kemampuan berpikir yang sama dalam usaha- usaha mereka memilih teman- teman bergaul sebagai
calon istri naupun suami.

D. Motivasi Untuk Berkembang

Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa adalah motivasi untuk berkembang.
Apabila remaja telah mencapai usia dewasa secara hukum, mereka berkeinginan kuat untuk
dianggap sebagai orang- orang dewasa yang mandiri oleh kelompok sosial mereka. Hal ini menjadi
motivasi bagi orang- orang dewasa untuk mengembangkan dirinya.

Pada masa dewasa, individu terdorong untuk mulai bekerja, memilih pasangan hidup, belajar hidup
dengan tunangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil
tanggung jawab sebagai warga negara dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan.

Motivasi untuk berkembang memiliki peranan yang strategis dalam perkembangan orang dewasa.
Individu yang merasa butuh dan perlu untuk menuasai tugas- tugas perkembangan orang dewasa
cenderung mengarahkan perilakunya ke arah terkuasainya tugas- tugas perkembangan orang
dewasa. Sebaliknya individu yang tidak memiliki motivasi untuk berkembang menjadi orang dewasa.
Individu tersebut cenderung mengabaikan tugas- tugas perkembangan orang dewasa yang harus
dikuasainya.

E. Model Peran

Faktor lingkungan perkembangan orang dewasa sangat berpengaruh terhadap perkembangan orang
dewasa. Orang dewasa yang berinteraksi dengan orang dewasa lainnya mempunyai model peran
untuk diteladani. Karena berinteraksi dengan orang dewsa lainnya mereka memperoleh motivasi
untuk mencontoh perilaku sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang dianut oleh masyarakat orang
dewasa.

Sebaliknya orang dewasa yang masih beriteraksi dengan remaja dan mengikuti garis- garis perilaku
remaja akan tetap berperilaku seperti remaja dan bukan pola perilaku dewasa. Jika mereka tetap
dalam status ketergantungan, mereka hampir tidak memperoleh kesempatan atau motivasi untuk
menguasai tugas- tugas perkembangan orang dewasa.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Makhluk hidup mempunyai fase dimana manusia yang paling besar adalah fase manusia dewasa
awal merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam remaja yang
berumur dua puluhan (20-an) sampai tiga puluhan (30 an). Ia dianggap kritikal karena disebabkan
pada masa ini manusia berada pada tahap awal pembentukan karir dan keluarga. Pada peringkat ini,
seseorang perlu membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan
dan keluarga. Pada masa ini juga seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga.
Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir dan juga hubungan dalam
keluarga.

Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa disebut dengan masa adolesen.
Ketika manusia menginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya.
Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna
hidupnya. Dengan kata lain manusia dewasa sudah mulai memilih nilai – nilai atau norma yang telah
dianggap mereka aik untuk dirinya serta mereka berudaha untuk mempertahankan nilai – nilai atau
norma – norma yang telah dipilihnya tersebut.

4.2 SARAN

1. Faktor lingkungan perkembangan orang dewasa sangat berpengaruh terhadap perkembangan


orang dewasa. Jadi kita harus memperhatikan lingkungan disekitar kita supaya faktor lingkungan
yang mempengaruhi baik juga.
2. Seseorang untuk berkembang. Apabila remaja telah mencapai usia dewasa secara hukum,
mereka berkeinginan kuat untuk dianggap sebagai orang- orang dewasa yang mandiri oleh kelompok
sosial mereka. Jadi seseorang biasanya menggangap dirinya dewasa karena hukum padahal secara
sifat belum tentu mereka dewasa secara sifat

3. Kemampuan mental yang diperlukan untuk menyesuaikan diri pada situasi- situasi baru adalah
mengingat kembali hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berpikir kreatif.
Kemampuan mental ini mencapai puncaknya dalam usia 20-an, kemudian sedikit demi sedikit
menurun. Maka dari itu kemampuan mental seseorang dapat menurun diatas usia 20 tahun ke atas.

DAFTAR PUSTAKA

Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga

Abin Syamsuddin Makmun. 1998. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.

Anderson, JE. 1951. The Psychology of Development and Personal Adjustment. New York: Henry
Holt.

Andi Mappire. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha nasional.

Becker, H.S. 1953. Human Development and Education. New York: Longman.

Hurlock, E.B. 1980. Development Psychology. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Juntika Nurihsan. 2000. Bimbingan dan Konseling untuk Orang Dewasa. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Muhibbin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

http://www.masbow.com/2010/09/perkembangan-dewasa-akhir.html

http://belajarpsikologi.com/perkembangan-kognitif-masa-dewasa-akhir/

http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/psikologi-perkembangan-dewasa-awal/

http://www.psikologizone.com/teori-teori-fase-dewasa/06511569
http://aprillianpravitasari.blog.com/2011/07/06/perkembangan-psikososal-dewasa-awal/

http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/masa-dewasa-madya-40-60-tahun

http://rawapening.wordpress.com/2009/04/16/santrock-memandang-perkembangan-dewasa/

http://qalbinur.wordpress.com/2008/03/27/periodisasi-perkembangan-masa-dewasa-awal/

http://allabout-psikologi.blogspot.com/2009/11/dewasa-madya.html

http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2010/03/perubahan-fisik-dewasa-madya.html

http://muhammadsyaifudin99.wordpress.com/2012/03/12/makalah-perkembangan-masa-dewasa/
Perkembangan Dewasa Awal

Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian
identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan
umur kronologis dan mental ege-nya.

Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal
adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan
menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan
dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau
tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa
yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda
dengan orang lain).

Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira umur
40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif.

Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40
tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda
termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual
(cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa.
Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada
masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks,
Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun
suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab
sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan
suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin
hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal
merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan
yang diperolehnya.

Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik
sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi
lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih
sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang
mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan
kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.

Ciri Perkembangan Dewasa Awal


Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare :
17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:

Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-
tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk
kepentingan pribadi.

Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang
melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat
didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing
menuju arahnya.

Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri
dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan
orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-
perasaan orang lain.

Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam
keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.

Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya
tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi
peningkatan dirinya.

Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan
pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya
bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh,
sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap
usaha-usahanya.

Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan
dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan
harapan-harapan sosial yang baru[1]. Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja.
Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan
perkembangan remaja. Ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah:

Usia reproduktif (Reproductive Age). Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai
dengan membentuk rumah tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada
beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai
karir mereka dalam suatu lapangan tertentu.

Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age). Dengan pemantapan kedudukan (settle
down), seseorang berkembangan pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri
khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan dalam
pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran
dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang yang bersangkutan. Ini adalah masa dimana
seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk
bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai
menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.

Usia Banyak Masalah (Problem age). Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika
seseorang tidak siap memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap
perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman
hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya.

Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension). Banyak orang dewasa muda mengalami
kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan
jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan
dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang
timbul ini pada umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-
persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang
dialami dalam pergumulan persoalan.

Masa keterasingan sosial. Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam
pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-
teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam
kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak
bayi semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa
yang disebut krisis ketersingan (Erikson:34).

Masa komitmen. Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: “Nampak tidak
mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu
tanggungajwab yang trrlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat
demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter
gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika
anda mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar
kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”.

Masa Ketergantungan. Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa
dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang
memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh
pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.

Masa perubahan nilai. Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena
ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.

Masa Kreatif. Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada
minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan
yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui
hobi, ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.

HASIL – HASIL PENELITIAN PSIKOLOGI DEWASA AWAL


Hasil penelitian dewasa awal lebih banyak mengarah pada hubungan sosial, dan perkembangan
intelektual, pekerjaan dan perkawinan di usia dewasa awal, dan pengoptimalan perkembangan
dewasa awal serta perilaku penghayatan keagamaan. Beberapa hasil penelitian, diantaranya:

Persepsi seks maya pada dewasa awal. Hasil penelitian oleh Ida Ayu Putu Sri Andini[2],
menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif terhadap seks maya. Hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan
istiadat budaya timur, dimana manusia harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam
bersikap dan berperilaku. Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998) kebudayaan yang
berkembang dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh yang kuat dalam sikap
seseorang terhadap berbagai macam hal.

Penundaan usia perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia Perkwaninan. Dari hasil penelitian[3]
didapatkan hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap terhadap penundaan usia
perkawinan dengan intensi penundaan usia. Hal ini berarti mereka memiliki keyakinan yang tinggi
bahwa penundaan usia perkawinan akan memberikan keuntungan bagi mereka, baik keuntungan
dari segi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Penundaan perkawinan akan memberikan waktu
lebih banyak bagi mereka untuk membentuk identitas pribadi sebagai individu yang matang secara
biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.

Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja[4]. Adanya ketakutan menghadapi krisis
pernikahan dan berujung perceraian merupakan hal/kondisi yang membuat wanita bekerja ragu
tentang kesiapan menikah mereka. Ditambah lagi maraknya perceraian yang dipublikasikan di media
massa saat ini sehingga dianggap menjadi menjadi fenomena biasa. Salah satu penyebab wanita
yang bekerja memutuskan untuk menunda pernikahan adalah keraguan dapat berbagi secara mental
dan emosional dengan pasangannya. Ketidaksiapan menikah yang dimiliki wanita bekerja
termanifestasi dengan adanya ketakutan menghadapi krisis perkawinan serta ragu tentang
kemampuan mereka berbagi secar mosional dengan pasangannya kelak. Selain kesiapan psikis juga
ketidak siapan fisik. Individu yang merasa memiliki kondisi kesehatan yang tidak prima (sakit, misal
DM) cenderung ragu melangkah menuju jenjang pernikahan.

Untuk mengetahui apakah seseorang siap menikah atau tidak, ada beberapa criteria yang perlu
diperhatikan:

Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.

Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak.

Bersedia dan mampu menjadi pasangan menjadi pasangan dalam hubungan seksual.

Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim.

Memiliki kelembutan dan kasih saying kepada orang lain.

Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.

Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan.


Bersedia berbagi rencana dengan orang lain.

Bersedia menerima keterbatasan orang lain.

Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan
ekonomi.

Bersedia menjadi suami isteri yang bertanggung jawab.

Individu yang memiliki kematangan emosi akan memiliki kesiapan menikah yang lebih baik, artinya
mereka mampu mengatasi perubahan-perubahan dan beradaptasi setelah memasuki pernikahan.

Kemandirian Dewasa Awal. Penelitian dengan judul “Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Ditinjau dari
Kesadaran Gender” [5] ini, membuktikan bahwa bahwa perbedaan perlakuan yang diterima anak
laki-laki dan perempuan sejak lahir akan mempengaruhi tingkat kemandirian. Semakin tinggi
kesadaran gender maka semakin tinggi kemandirian pada Mahasiswa UIN Suska Riau. Dengan makin
tingginya kesadaran gender yang dimiliki mahasiswi UIN Suska Riau lebih mandiri dibandingkan
dengan mahasiswi yang tidak memiliki kesadaran gender atau memiliki kesadaran gender yang
rendah. Mahasiswi yang memiliki kemandirian tinggi akan lebih mudah menghadapi kehidupan,
tantangan yang dihadapinya, serta menjalin hubungan yang mantap dalam kehidupan sosialnya.

Perilaku Perkembangan penghayatan Identitas dan Nilai-Nilai Agama dalam Kehidupan Sehari-Hari

a. Perkembangan Identitas Diri dalam Area Agama. Penelitian dengan judul “Perkembangan Identitas
Diri Dalam Area Agama pada Remaja Akhir”[6] ini adalah studi deskriptif pada mahasiswa di Fakultas
Psikologi UIN Suska Riau, dengan usia sample 18 – 22 tahun Menurut Hurlock, usia ini sudah
memasuki usia Dewasa Awal. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa remaja akhir yang
berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi berada pada status identitas diri yang ideal.

b. Perilaku Penghayatan Nilai-Nilai Agama. Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Sikap
Terhadap Aspek Kehalalan dengan perilaku Membeli produk Makanan dan Minuman Halal pada
Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN SUSQA Pekanbaru”[7], membuktikan bahwa semakin positif sikap
terhadap aspek kehalalan, maka semakin meningkat perilaku membeli produk makanan dan
minuman halal. Subjek memiliki pengetahuan tantang masalah kehalalan, sehingga subjek memiliki
persepsi dan keyakinan bahwa kehalalan adalah hal yang mendasar dalam kaitannya dengan produk
makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Subjek meyakini bahwa bahan yang terkandung dan
proses yang dilalui dalam pembuatan produk tersebut memiliki titik kritis untuk kehalalan pangan.
Subjek juga membentuk afek yang mendukung keyakinan tersebut, serta reaksi fisiologis yang sesuai
dengan kepercayan dan keyakinan yang dimilikinya. Selanjutnya juga muncul keinginan dan
kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang selaras dengan kepercayaan dan perasaan tersebut

OPTIMALISASI PERKEMBANGAN DEWASA AWAL

Dewasa awal adalah masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada puncak
perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa yang memiliki rentang waktu antara 20 – 40 tahun
adalah masa-masa pengoptimalan potensi yang ada pada diri individu. Jika masa ini bermasalah,
akan mempengaruhi bahkan kemungkinan individu mengalami masalah yang paling serius pada
masa selanjutnya.
Menurut Vailant (1998)[8], membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, yaitu masa
pembentukan (20 – 30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua,
membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Masa
konsolidasi (30 – 40 tahun), yaitu masa konsolidasi karir dan memperkuat ikatan perkawinan. Masa
transisisi (sekitar usia 40 tahun), merupakan masa meninggalkan kesibukan pekerjan dan melakukan
evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.

Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal
menurut R.J. Havighurst (1953)[9], telah mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan dalam
masa dewasa awal sebagai berikut:

Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri). Setelah melewati masa remaja, golongan
dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan
tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari
pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis. Mereka akan berupaya mencari calon teman
hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk
kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan,
atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria
yang berbeda-beda.

Belajar hidup bersama dengan suami istri. Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan
memahami pasangan masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu
membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga
berakibat pada perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan
dalam menanggapi masalah yang dihadapi bersama.

Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga. Masa dewasa yang memiliki rentang waktu
sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau
pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya
telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum),
akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini,
mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis,
artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah
positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah
tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak.

Mengelolah rumah tangga. Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah
tangganya. Dia akan berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah
tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat
menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus
dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu,
tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.
Mulai bekerja dalam suatu jabatan. Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi
atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan
keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta
memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria
tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau
belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis
pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok
dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka
akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan
dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda
adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh
idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua)
untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan
mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.

Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak. Warga negara yang baik adalah
dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah
masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan
perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan
memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi
ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor,
pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri
agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di
masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan,
memperbaiki jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi
orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak
mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan
rumah tangga. Baik disadari atau tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas
perkembangan tersebut dengan baik.

Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya. Masa dewasa awal ditandai
juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah
satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian.

Masalah Perkembangan pada Dewasa Awal

Dengan bertambahnya usia, semakin bertambahpula masalah-masalah yang menghampiri. Dewasa


awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, kemasa yang menuntut tanggung jawab.
Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah dalam
perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain:

Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas. Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa
remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah,
kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas.

Kemandirian vs tidak mandiri


Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir.

Menikah vs tidak menikah (lambat menikah)

Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri

Dalam menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi penghambat
perkembangan. Khusus dalam masa dewasa awal, diantara penghambat yang sangat penting
sehingga menyukarkan penguasaan tugas-tugas perkembangan, diantranya[10]:

Latihan yang tidak berkesinambungan (discontinuities); sebagai salah satu penghambat penguasaan
tugas-tugas perkembangan dewasa awal, berhubungan erat dengan pengalaman-pengalaman
belajar dan latihan masa lalu.

Perlindungan yang berlebihan (over protectiveness); Bersangkutan dengan pola asuh orangtua yng
pernah dialami dalam masa kanak-kanak.

Perpanjangan pengaruh-pengaruh peer-group (prolongation of peer-group influences); Satu diantara


penghambat bagi orang dewasa awal dalam menguasai tugas-tugas perkembangan. Disini akan
terlihat pengaruh kelompok-kelompok khusus bagi perkembangan dewasa awal.

Inspirasi-inspirasi yang tidak realistis (unrealistic aspiration); Kesukaran-kesukaran dewasa awal,


dapat ditimbulkan oleh konsep-konsep yang tidak realistis dalam benak pada dewasa awal (yang
baru meninggalkan masa remaja) tentang apa yang diharapkan dengan apa yang dapat dicapai.

PENUTUP

Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 – 40 tahun), dimana sumber potensi dan
kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang masih dalam
ketergantungan menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase
dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa dewasa awal
adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa penitian
karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.

Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang
ada pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah
tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat,
pemimpin, suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.

REFERENSI

Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi


kelima). Jakarta: Erlangga.
Santrock.2007. Perkembangan Anak.Jilid 1.Jakarta: Erlangga

Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional

Julius dkk. 1989. Melangkah Menuju Kedewasaan. Yogyakarta: Kanisius

Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan Jenis Kelamin pada
Dewasa Awal. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma: dayu_sarasvaty@yahoo.com

Qalbinur. Periodesasi Perkembangan Masa Dewasa Awal. http//qalbinur.wordpress/2009/03/27.

Hubungan Sikap terhadap Penundaan Usia Perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia
Perkawinan :http/www.averroes.or.id / 2009/03/21

Nurul. Dewasa Dini.http/www.nurul.or.id/2009/02/23

Sari Dewi, Ika. 2006.Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja. Medan:

Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005

Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Desember 2005

[1] Dikutif dari “Psikologi Orang Dewasa”oleh Andi Mappiare, hal 20 dan Psikologi Perkembangan
oleh Elizabeth E. Hurlock. Hal 246-252

[2] Ida Ayu Putri. Perbedaaan sikap terhadap perilaku seks maya berdasarkan jenis kelamin pada
dewasa awal. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma dayu_sarasvaty@yahoo.com.
[3] Jurnal. Hubungan Sikap Terhadap Penundaan Perkawinan Dengan Intensi Penundaan Usia
Perkawinan. http//www.averroes.or.id.(03.12.2009)

[4] Dalam jurnal ”Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja”. Ika Sari Dewi. 2006:
USU

[5] Jurnal. Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Riau Ditinjau dari Ksetaraan Gender. Oleh
Hirmaningsih, S.Psi. Fakultas Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005

[6] Ibid. Perkembangan Identitas Diri dalam Area Agama pada Remaja Akhir.Oleh Mukhlis. Fakultas
Psikoogi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 2, Desember 2005

[7] Ibid. Hubungan Antara Sikap Terhadap Aspek Kehalalan dengan perilaku Membeli produk
Makanan dan Minuman Halal pada Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN SUSQA Pekanbaru. Oleh Reni
Susanti dkk, Fakultas Psikologi UIN Suka Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005

[8] Dalam jurnal.Ibid.

[9] Dalam Op Cit. hal 31-32

[10] Op Cit. Hal 36

http://www.psychologymania.com/2010/01/psikologi-perkembangan-dewasa-awal.html

Anda mungkin juga menyukai