LULUK MAUFIROH
1714201013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Dan untuk
saat ini pelayanan kesehatan meningkat dan begitu juga lansia yang mempunyai pasangan
hidup juga meningkat. Lansia cenderung mempunyai segala penyakit merasa cepat
capek,stamina menurun yang dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu lansia yang
beberapa penurunan fungsi fisik yang menjadikannya semakin rentan terhadap penyakit
penyakit kronis. Pengalaman akan kematian orang lain terutama orang terdekat atau
terhadap kematian. Oleh karena itu kematian pasangan hidup merupakan peristiwa
yang paling sulit untuk dihadapi sehingga sulit juga untuk melakukan penyesuain
diri.
Menurut data pemerintah, hingga kini jumlah lansia mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta
jiwa ditahun 2050. Salah satu penyebab kesepian pada lansia disebabkan karena
ditinggal mati oleh pasangannnya laki-laki 15,04% dan perempuan 56,045% dan
provinsi terbanyak adalah jawa tengah 13,4% dan lansia tersedikit adalah papua
Jadi sangat diperlukan penyesuain diri yang baik oleh lansia untuk memenuhi
fisik dan penyakit yang diderita kemudian menyebabkan lansia membutuhkan orang
mental dan emosional pada lansia yang ditinggal mati oleh pasangannya hidupnya
dapat menyebabkan penyesuaian diri yang tidak baik. Pada saat lanjut usia terdapat
kemunduran fisik, psikologis, kognitif, depresi dan cemas sebagainya yang tentu
memerlukan penyesuaian bagi lansia untuk menjalani peran baru tersebut. Proses
penyesuaian diri pada setiap lansia pun juga berlangsung secara berbeda-beda dalam
menghadapi berbagai kemunduran diri serta masalah yang muncul dalam sehari-
hari. Salah satu masalah yang cukup penting yang harus dihadapi lansia adalah
Kehidupan pada lansia setelah ditinggal mati oleh pasangannya hidupnya memiliki
dinamika tersendiri, Seorang lansia yang dimana pada umur tersebut seseorang mulai
mengalami kemunduran diri dan setiap lansia mempunyai proses yang berbeda-beda
kehidupan lansia setelah ditinggal mati oleh pasangannya. Faktor lain yang dapat
lingkungan tempat tinggal dan lama nya waktu ditinggal pasanggannya. Semakin lama
waktu ditinggalkan pasangannya maka penyesuain diri yang dilakukan akan semakin
baik, karena seiring dengan berjalannya waktu, seseorang akan dapat menerima kematian
pasangan hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru tanpa pasangan
hidupnya. Mungkin proses ini tidak mudah dan membutuhkan kesabaran dari berbagai
pihak, namun dapat sangat membantu lansia yang kehilangan pasangan terhindar dari
terjadi pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya, peniliti ingin meneliti lebih
lanjut mengenai penyesuain diri lansia yang ditinggal mati oleh pasangannya.
Berdasarkan hal tersebut diatas,maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian ini sebagai
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
b) Mengindentifikasi depresi terhadap lansia yang ditnggal mati pasangan hidup di Yayasan
Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana dalam memberikan dan meningkatkan
pelayanan keperawatan dalam penyesuian diri lansia yang ditinggal mati oleh pasangan.
b) Bagi Responden
Diharapkan responden bisa mengatasi penyesuaian diri nya setelah ditinggal mati oleh
pasangannya.
Diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi tempat penelitian yaitu
masukan agar lansia dapat mengatasi masalah terjadinya penyesuaian diri setelah
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
a. DEFINISI
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
ini menjadi dua, yaitu tua awal (65-74 tahun), tua menengah atau lanjut usia 75
tahun lebih.
berikut:
(income) keluarga.
tersebut menjadi renta dan semakin besar pula kemungkinannya merasa puas
Menurut teori ini, gangguan sosial dimulai dari pandangan dunia sosial dari
label untuk seseorang sebagai individu yang tidak mampu. Rekonstruksi sosial
dan kompetensi lansia jauh lebih tinggi daripada pengakuan masyarakat masa
lampau.
a. Perubahan fisik
Sistem indra
Sistem intergumen
Pada lansia kulit akan menjadi kendor, berkerut, dan kulit menjadi tipis dan berbecak
Sistem reproduksi
Perubahan reproduksi lansia biasanya ditandai dengan menciut nya ovary dan uterus.
Tetapi pada lelaki testi masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
b. Perubahan kognitif
Memory
Kemampuan pemahaman
Pemecahan masalah
c. Perubahan mental
d. Perubahan spiritual
Lansia akan semakin matang untuk kehidupan keagamaan nya,hal ini terlihat dalam
e. Perubahan psikososial
Kesepian
Terjadi ketika pasangan hidup atau teman terdekat nya meninggal dunia.
Duka cita
Depresi
Duka cita yang mendalam atau berkelanjutan biasanya akan menimbulkan perasaan
beradaptasi.
B.KONSEP PENYESUAIAN
terhadap diri sendiri, orang lain, serta dunia sekitar. Penyesuaian diri dapat dilakukan
dengan mengubah tingkah laku sampai ditemukan reaksi yang tepat, sehingga
penuh, oleh karena itu diperlukan konsep diri yang luas dan fleksibel.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dialami individu dalam usaha
menuju peningkatan diri . Hal tersebut didukung oleh ahli psikologi eksistensial
yang menyamankan penyesuaian diri yang baik dengan realisasi potensi diri.
selanjutnya.
Penyesuaian diri dan keseimbangan akan dapat dicapai bila seseorang dapat
atau berpasangan dengan orang lain. Pada waktu tertentu, individu juga akan
pasangan hidup merupakan proses penerimaan secara sadar dari individu terhadap
lingkungan, baik secara fisik, psikis, maupun sosial sesuai dengan kondisi yang
dimiliki dan membutuhkan perhatian dan pengertian dari lingkungannya karena
hal-hal negatif dapat terjadi pada seseorang yang kehilangan pasangan hidup,
antara lain: menjadi sangat perasa dan banyak menuntut pada orang-orang
dapat mmbantu individu tersebut dalam mengatasi perasaan sedih, perasaan kesepian,
Penyesuaian diri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyesuaian diri yang
a. Kepuasaan psikis
b. Efisiensi kerja
Penyesuaian diri yang baik akan tampak dalam kerja atau kegiatan yang
c. Gejala fisik
Penyesuaian diri yang baik akan memunculkan gejala fisik yang postif dan
sehat, tidak mudah sakit kepala ataupun perut, tidak mengalami gangguan
d. Penerimaan sosial
Penyesuaian diri yang baik akan menimbulkan reaksi setuju dari masyarakat
lain.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses mental dan tingkah laku yang
kehidupan. Reaksi yang dilakukan sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam
diri dan dapat diterima oleh lingkungannya. Kemampuan penyesuaian diri antara
a. Keadaan fisik dan faktor genetik yang diturunkan meliputi: persyarafan, kelenjar,
Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri lebih banyak berasal dari internal
c) Kecemasan
Penyesuaian diri secara terus menerus diupayakan oleh setiap individu untuk
penyesuain diri terhadap hilangnya pasangan hidup terlebih yang sangat dicintai
karena akan meninggalkan duka cita. Fase duka cita adalah terkejut, putus asa, dan
pulih kembali. Fase pertama, terkejut, orang yang ditinggalkan akan merasa
terkejut, tidak percaya, dan emosi, serta menolak, sehingga akan mebuatnya sering
menangis, atau bahkan mudah marah dan tersinggung. Fase ini biasanya terjadi
pada 1-3 hari setelah kematian orang yang disayangi. Fase kedua, putus asa,
kegelisahan. Fase putus asa ini dapat terjadi beberapa minggu saja, tetapi ada
yang mengalami 1-2 tahun setelah kematian. Fase ketiga, pulih kembali, biasanya
terjadi setelah 1 tahun setelah kematian. Fase pulih kembali diiringi dengan
didalamnya. Individu menyesuaikan diri dengan cara-cara yang dapat diterima oleh
diri dipengaruhi oleh faktor internal berupa faktor fisik, psikis, dan kognitif serta
Penyesuaian diri yang efektif dapat memberikan pengaruh yang positif, seperti
tanda adanya kemampuan individu dalam menyesuaikan diri terhadap apa yang
sedang dihadapinya.
Ciri-ciri individu yang dapat menyesuiakan diri degan baik yaitu:
diinginkan individu dan harapanny dengan apa yang dilihat dan dialami individu.
Penyesuaian diri merupakan proses yang berkelnajutan antara diri sendiri, orang lain,
dan dunia sekitar. Penyesuaian diri dilakukan untuk menghadapai perubaha dalam
a) Kepuasaan psikis
b) Efisiensi kerja
c) Gejala fisik
d) Penerimaan sosial
dirumahnya sendiri, atau tinggal bersama keluarga sehingga ada yang mengawasi dan
memenhi kebutuhannya karena lansia sangat membutuhkan perhatian dan dukungan
dari keluarga sebagai tempat bergatung yang terdekat. Hubungan yang baik diantara
semua anggota keluarga merupakan suatu kebahagiaan yang besar bagi lansia.
Lansia juga dapat memilih tinggal di panti sosial karena alasan-alasan tertentu.
Penelitian ini mengambil lansia yang tinggal dirumah sendiri bersama keluarga
LANSIA
sebagai subjek penelitian.
B.KERANGKA KONSEPTUAL
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
penyesuain diri
terhadap hilangnya
pasanganPerubahan
hidup: pada lansia
1.kondisi ekonomi
2.lama ditinggalnya
Fisik
pasangan hidupKognitif Psikososial
3.tempat tinggal
1.Sistematau linkungan1.Daya Pensiun
persyarafan ingat
menurun
2.Sistem
Merasa sadar
Merasa sadar
akan kematian
Kehilagan
pasangan hidup
2.lama ditinggalnya
pasangan hidup
3.tempat tinggal
atau linkungan
BAB III
METODE PENELITIAN
Pengertian kuantitatif yaitu dimana metode penelitian seperti ini digunakan untuk
Penelitian kuantitatif ini bersifat statistik. Sugiyono (2017) . Dan dalam penelitian
kuantitatif ini dilakukan cara dengan menguji hipotesis yang ditetapkan. Pengumpulan
data dalam penelitian ini dengan membagikan kertas kuesioner kepada responden
dengan jumlah yang sudah ditentukan. Metode yang digunakan dalam penilitian ini
adalah data yang diambil dengan pengisian pertanyaan yang berkaitan pengaruh
B. Frame Work
Pengolahan Data
Editing, Coding,
Skoring, Tabulating
Penyajian Data
C.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Oh dkk (2016), Lama
ditinggal nya pasangan berpengaruh positif terhadap penyesuain diri lansia karena
pada saat itu seseorang yang sudah lama ditinggal mati oleh pasangannya akan
Seseorang tersebut akan mengalami fase putus asa, depresi dan kesedihan setelah
bahwa ada pengaruh positif lama ditinggalnya pasangan terhadap penyesuain diri
lansia.
lansia.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kim (2016), Dinyatakan bahwa tempat tinggal\
lingkungan terhadap penyesuain diri lansia berpangaruh positif terhadap penyesuain diri
tersebut, Sehingga dukungan dan penerimaan sosial turut membantu lansia dalam
menyesuaikan diri terhadap kematian pasangan hidup. Maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh positif pada tempat tinggal\lingkungan terhadap penyesuain diri
lansia.
lansia.
D.Variabel Penelitian
1.Jenis Variabel
a.Variabel independen
b.Variabel dependent
2.Definisi Operasional
atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.
a. Variabel independent
Variabel utama atau pokok dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri terhadap
hilangnya pasangan hidup pada lansia. Penyesuaian diri terhadap hilangnya pasangan
hidup pada lansia merupakan proses penerimaan secara sadar dari individu terhadap
lingkungan, baik secara fisik, psikis, maupun sosial sesuai dengan kondisi yang
dimiliki dan membutuhkan perhatian dan pengertian dari lingkungannya karena hal-
hal negatif dapat terjadi pada lansia, antara lain : menjadi sangat perasa dan banyak
b.Variabel dependent
Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu :
Penelitian ini menggunakan subjek penelitian lansia yang sudah pernah menikah
dan sudah ditinggalkan pasangannya 1-2 tahun. Pada kurun waktu tersebut seseorang
yang sudah ditinggalkan sedang mengalami masa penyesuaian dan proses penerimaan
E. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiriata subyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti untuk
ini adalah lansia yang berada di Yayasan Karya Luhur Bina Kasih Medokan
Semampir Surabaya.
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
didapatkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini lansia umur 60 keatas, yaitu
menentukan sampel dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampel yang digunakan.
dan dokumentasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang memenuhi ciri-ciri
sebagai berikut :
adalah merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan. Pemilihan lokasi harus
dengan topik yang dipilih. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Yayasan
diseminarkan.
Proses pengumpulan data dari penelitian ini yakni, setelah mendapatkan persetujuan
dari institusi STIKes Majapahit Mojokerto dan mendapatkan surat keterangan untuk
penelitian, maka peneliti kemudian mengajukan surat tersebut ke Pengurus Yayasan
lansia yang telah ditinggal mati oleh pasangannya, untuk mengetahui jumlah
responden yang masuk dalam kriteria inklusi. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
kuesioner.
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu
data primer dengan metode survei yang berbentuk seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis untuk nantinya dijawab oleh responden. Kuesioner dapat digunakan
untuk mendapatkan informasi pribadi dari responden misalnya opini, sikap, keinginan dan
harapan dari responden Pujihastuti (2010) Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan
skala likert untuk menunjukkan opini atau jawaban dalam kuesioner yang ada. Menurut
Budiaji (2013), skala likert dianggap sebagai skala yang mudah untuk digunakan dalam
kuesioner penelitian. Jenis skala ini banyak digunakan oleh peneliti karena kemudahan
dalam penggunaannya (Kelly dan Tincani dalam Budiaji 2013). Skala likert ini
menggunakan beberapa butir pertanyaan atau pernyataan dengan cara memberikan respon
pada5 titik pilihan pada setiap butir pertanyaan tau pernyataan, yang bisanya terdiri dari
sangatsetuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Likert dalam Budiaji
2013). Dalam kuesioner penelitian ini, peneliti menggunakan skala 1-5, dengan
Keterangan :
STS : SangatTidakSetuju
TS : TidakSetuju
N : Netral
S : Setuju
SS : SangatSetuju
pernyataan yang tertera pada kuesioner dengan cara memberi tandacentang (√) pada salah
1.Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh yang
diperoleh atau dilakukan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data setelah
dengan memberi kode angka, untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa
data.
1) Data umum
1) Umur lansia
2) Data khusus
a) Tingkat Kecemasan
(1) ≤ 13 :Kode 1
(2) 14 – 26 :Kode 2
(3) 27 – 40 :Kode 3
3.Scoring
Scoring adalah penelitian jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala
4. Tabulating
data di lapangan. Hal ini dilakukan setelah editing, coding dan scoring selesai dilakukan
5. Analisa data
a. Univariat
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyesuain diri lansia setelah ditinggal
mati oleh pasangannya di Yayasan Karya Luhur Bina Kasih Medokan Semampir
Surabaya.
b. Bivariat
Untuk mengukur hipotesi penelitian menggunakan uji Chi Square apakah terdapat
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat maka digunakan p value yang
dibandingkan dengan tingkat kemaknaan (alfha) yang digunakan yaitu 5% atau 0.05.
Apabila p value < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 (hipotesis penelitian) diterima, yang
berarti ada hubungan antara variabel-variabel bebas dan terikat, sedangkan bila p value >
J. Etika Penelitian
Diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek penelitian yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi. Subjek diberitahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika
persetujuan.
Cukup menulis nomor responden atau inisial saja untuk menjamin kerahasiaan identitas
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
4. Beneficient (Bermanfaat)
Keuntungan bagi responden pada penelitian ini adalah penelitian ini bermanfaat bagi
responden. Responden akan mendapat ilmu baru dan dapat digunakan untuk menjaga
5. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip
penelitian.