Anda di halaman 1dari 24

JAWABAN UAS

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN LANJUT USIA

MKR : 132
DOSEN PENGASUH : Dr.ELISABETH DAME MANALU,S.Psi,MM

Oleh

NURAIDAR
19.15.101
PEMINATAN : KESPRO

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KESEHATAMASYARAKAT


INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA
DELITUA
2021
1.Masalah usia lanjut laki laki dan perempuan dan penannggulangannya

1.Proses perkembangan manusia setelah di lahirkan secara fisiologis semakin lama menjadi lebih
tua. Dengan pertambahan usia, maka jaringanjaringan dan sel-sel menjadi tua. Sebagian
regenerasi dan sebagian yang lain akan mati1. Usia enam puluh di pandang sebagai garis
pemisah antara usia dewasa madya dan usia lanjut.

Pada masa usia lanjut tidak dapat digambarkan dengan jelas karena setiap individu berbeda-
beda. Sikap-sikap sebelumnya, situasi kehidupan, dan kekuatan fisik mempengaruhi penyesuaian
diri pada tahap terakhir kehidupan ini. Masalah-masalah utama dan penyebab gangguan
kepribadian pada masa usia lanjut adalah keterbatasan fisik yang sangat ketat, ketergantungan
perasaan semakin kurang berguna, dan perasaan terisolasi

.2 Pada usia lanjut ini, biasanya akan menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan pertama
adalah penurunan kemampuan fisik sehingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering
mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat. pengaruh dari
semua itu, mereka yang berada dalam usia lanjut merasa dirinya tidak berharga lagi atau kurang
di hargai. Manusia usia lanjut atau lansia dalam pemikiran banyak orang adalah manusia yang
sudah tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang
sudah uzur ini berbagai penyakit siap untuk menyerang mereka.

Dengan demikian, di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka
berada pada sisa-sisa umur menunggu datangnya kematian. Memasuki masa tua, sebagian besar
lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari
dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya,
maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap
perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-
lain.

3 Dari beberapa pengertian diatas menerangkan bahwa penyesuaian diri pada lanjut usia adalah
kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat perubahan-
perubahan fisik, maupun sosialpsikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan
kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan- kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru. Masalah khusus yang timbul
pada lansia adalah karena mereka tidak mampu menyelesaikan tugas perkembangannya dengan
baik. Secara garis besar menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah
sebagai berikut:
1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.

2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga.

3. Menyesuikan diri dengan kematian pasangan hidup.

4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia.

5. Membentuk pengaturan fisik yang memuaskan

6. Menyesuaikan diri dengan peran sosisl yang luas.

Melihat fenomena yang terjadi sekarang ini kebanyakan lansia yang mengalami kegagalan
dalam tugas perkembangannya. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang lansia yang ada di
Kelurahan Pasar Tengah menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
merupakan faktor pertama yang menjadi masalah salah satu contohnya adalah perubahan fisik
pada lanjut usia mengakibatkan dirinya merasa tidak dapat mengerjakan berbagai aktivitas
sebaik pada saat muda dulu. Hal ini menyebabkan lanjut usia kemudian menjadi demotivasi dan
menarik diri dari lingkungan sosial. Masalahmasalah lain yang terkait pada usia ini antara lain,
perasaan tidak berguna, keinginan untuk cepat mati atau bunuh diri, dan membutuhkan perhatian
lebih. Masalah-masalah ini dapat membuat harapan hidup pada lanjut usia menjadi menurun.
Perlu digaris bawahi pada lanjut usia adalah bahwa meraih usia panjang tidak hanya soal
menjaga kesehatan fisik, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mental seseorang dalam
menyikapi rentang hidupnya. Periode usia lanjut memiliki potensi untuk mengalami kebahagiaan
pribadi. Pada masa ini waktu senggang banyak, dan tanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-
hari berkurang.

Keluarga adalah tempat terbaik pada lansia untuk tinggal dan melewati hari tuanya, hidup
bertempat tinggal dengan anaknya, cucu atau kerabat lain. Merawat lansia pada umumnya di
lakukan anak perempuan mereka, terutama bagi masyarakat Indonesia yang berada di daerah
pedesaan dan masih mempertahankan budaya extended family. Perubahan fisik, biologis dan
psikologis yang terjadi pada lansia membuat mereka lebih beresiko untuk menjadi kurangnya
perhatian keluarga terhadap para lansia. Lansia sangat membutuhkan sekali peran serta dari
keluarga untuk menangani masalan post power syndrome yaitu keadaan yang menimbulkan
gangguan fisik, sosial dan spiritual pada lansia saat memasuki waktu pensiun sehingga dapat
menghambat aktifitas mereka dalam menjalani kehidupan seharihari.

Menurut Hurlock menyatakan bahwa: Serangkaian perubahan fisik, sosial, maupun


psikologis yang dialami selama proses menua membutuhkan kesiapan individu untuk
menghadapinya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lanjut usia antara lain perubahan
fisiologis, perubahan kemampuan motorik, dan perubahan sosial-psikologis. Efek-efek dari
perubahan tersebut menentukan, apakah pria atau wanita lanjut usia (lansia) tersebut akan
melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk Hal-hal tersebut di atas yang dapat menjadi
penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut
usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya
gangguan fungsional, keadaan depresi dan paranoid akan mengakibatkan lanjut usia semakin
sulit melakukan penyelesaian. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan
diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Berdasarkan
latar belakang dan fokus penelitian yang disampaikan maka rumuskan pokok dalam penelitian
ini adalah masalah apa yang dialami lansia dalam penguasaan tugas-tugas perkembangannya
baik dalam menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, masa pensiun
dan menurunnya penghasilan keluarga, kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan
orang-orang seusia, menyesuaikan dengan peran sosial yang luas.

Konsep Dasar Usia Lanjut Siapa yang di sebut usia lanjut? Biasanya seseorang di golongkan ke
kelompok usia lanjut berpedoman pada usia kalender, dan lazimnya bila ia menganjak usia 50-60
tahun. Namun usia kalender tidak selalu dihayati secara sama oleh semua orang. Seseorang
merasa dirinya tua atau jiwanya maupun cara orang lain memperlakukan serta norma sosial
budaya terhadap proses menjadi tua. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.5 Batasan usia menurut WHO a. Usia pertengahan
(middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai
74 tahun c. Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old), diatas
90 tahun Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : “Seorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55
tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.

Sebagian perubahan fisik yang biasanya diasosiasikan dengan penuaan dapat dilihat secara
jelas melalui pengamatan biasa. Kulit mereka yang sudah menua menjadi memucat dan kurang
elastis dan seiring dengan mengerutnya lemak dan otot, kulit tersebut bisa menjadi mengerut.
Pembengkakan pembuluh darah di kaki menjadi hal yang paling umum. Rambut di kepala
menjadi putih dan menjadi semakin tipis, dan rambut tubuh semakin berkurang. 7 Periode
selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap
pada waktu kompetensi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence”
yaitu masa proses menjadi tua. Seseorang akan menjadi orang semakin tua pada usia lima
puluhan atau tidak sampai mencapai awal atau akhir usia enampuluhan, tergantung pada laju
kemunduran fisik dan mentalnya. Pemunduran itu sebagian datang dari factor psikologis.
Penyebab kemunduran fisik ini merupakan suatu perubahan pada selsel tubuh bukan karena
penyakit khusus tapi karena proses menua. Kemunduran juga dapat mempunyai penyebab
psikologis.
Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada
umumnya dapat menuju pada keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak.
Akhirnya, orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin segera mati. Bagaimana
seseorang mengatasi ketegangan dan stress hidup akan mempengaruhi laju kemunduran itu.
Demikian juga halnya bahwa motivasi memainkan peranan penting dalam kemunduran.
Seseorang yang mempunyai motivasi rendah untuk mempelajari hal-hal baru, atau ketinggian
dalam penampilan, sikap atau pola prilaku, akan semakin memburuk lebih cepat dari pada orang
yang mempunyai motivasi yang kuat. Masa luang yang baru akibat tumbuhnya masa pensiun
sering membawa kebosanan yang semakin memperkecil dan melemahkan motivasi seseorang.
Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi
seseorang dari pada kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri
dengan menurunnya kekuatan, dan menurunnya kesehatan secara bertahap. Hal ini sering
diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran dilakukan di dalam maupun di luar rumah.
Mereka juga diharapkan untuk mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang
menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka masih muda. Akibatnya dari menurunya
tingkat kesehatan dan pendapatan, maka mereka perlu menjadwalkan dan menyusun kembali
pola hidup yang sesuai dengan keadaan saat itu, yang sering sangat berbeda dengan apa yang
dilakukan pada masa lampau. Cepat atau lambat, sebagian besar orang berusia lanjut perlu
mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau istri.

Kejadian seperti ini jauh lebih menjadi masalah bagi wanita dibandingkan pria. Kematian
suami bagi wanita sering berarti berkurangnya pendapatan dan timbulnya bahaya karena hidup
sendiri, sehingga perlu melakukan perubahan dalam aturan hidup. Dua dari sekian banyak tugas
perkembangan yang sulit pada masa usia lanjut berkaitan dengan bidang yang juga penting bagi
setiap orang dewasa, yaitu pekerjaan dan kehidupan keluarga. Pada umumnya para usia lanjut
mempunyai masalah dalam penyesuaian diri terhadap kedua bidang tersebut, yang juga pernah
mereka hadapi pada masa kehidupan sebelumnya, sekalipun pada masa sekarang sifatnya lebih
unik. Misalnya, mereka tidak hanya menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan saja, tapi
mereka juga harus menyadari bahwa manfaat dirinya bagi majikan semakin berkurang sesuai
dengan semakin bertambahnya usia. Akibatnya, statusnya dalam kelompok kerja semakin
berkurang.

Dan lagi mereka juga mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap masa pensiun,
dimana bagi sebagian besar para lanjut usia, pensiun tersebut terasa datang lebih cepat setelah
memasuki usia lanjut. Dalam keluarga, pria dan wanita usia lanjut harus dapat menyesuaikan diri
untuk saling bergantung satu sama lainnya demi terjadinya suatu bentuk persahabatan yang
akrab. Kurangnya kontak dan pengaruh terhadap anakanaknya, sering terjadi karena salah satu
anggota pasangan tersebut ditinggal mati oleh pasangannya. Orang usia lanjut yang tidak
menikah sering menghadapi masalah yang lebih serius dari pada menyesuaikan diri, ketimbang
mereka yang menikah atau mereka yang ditinggal mati oleh pasangannya. Penyesuaian diri
terhadap pekerjaan dan keluarga bagi orang usia lanjut adalah sulit karena hambatan ekonomis
yang dewasa ini sangat memainkan peranan penting ketimbang masa sebelumnya. Walaupun ada
bantuan keuangan dari pemerintah dalam bentuk jaminan sosial, untuk membantu orang usia
lanjut, bantuan kesehatan, dan pembagian keuntungan secara bertahap yang diperoleh dari dana
pensiun, dan dari perusahaan, mereka kadang-kadang tidak sanggup mengatasi berbagai problem
yang mereka hadapi. Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam hidup.

Jika kita berhasil menyelesaikannya maka akan membawa kebahagiaan dan membantu
penyelesaian tugas perkembangan selanjutnya. Sedangkan jika gagal diselesaikan akan
mengakibatkan ketidakbahagiaan, penolakan dari lingkungan, dan kesulitan dalam menghadapi
tugas perkembangan selanjutnya. Penyesuaian Usia Lanjut Sebagian besar tugas perkembangan
usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang dari pada kehidupan
orang lain. Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan, hal ini
sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah dilakukan di dalam maupun
di luar rumah. Mereka juga diharapkan untuk mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas
terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka masih muda. Bagi beberapa
orang usia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial dan
kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan
merekan menurun setelah pensiun. Akibatnya, mereka sering terpaksa mengundurkan diri dari
kegiatan sosial. Akibatnya dari menurunya tingkat kesehatan dan pendapatan, maka mereka
perlu menjadwalkan dan menyusun kembali pola hidup yang sesuai dengan keadaan saat itu,
yang sering sangat berbeda dengan apa yang dilakukan pada masa lampau. Cepat atau lambat,
sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan
peristiwa kematian suami atau istri. Kejadian seperti ini jauh lebih menjadi masalah bagi wanita
dibandingkan pria. Kematian suami bagi wanita sering berarti berkurangnya pendapatan dan
timbulnya bahaya karena hidup sendiri, sehingga perlu melakukan perubahan dalam aturan
hidup. Tugas-tugas Perkembangan Lansia Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul
pada periode tertentu dalam hidup. Jika kita berhasil menyelesaikannya maka akan membawa
kebahagiaan dan membantu penyelesaian tugas perkembangan selanjutnya.

Sedangkan jika gagal diselesaikan akan mengakibatkan ketidakbahagiaan, penolakan dari


lingkungan, dan kesulitan dalam menghadapi tugas perkembangan selanjutnya. Sebagian besar
tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang dari
pada kehidupan orang lain. Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunya
kekuatan, hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah dilakukan
didalam mamupun diluar rumah. Mereka juga diharapkan untuk mencari kegiatan untuk
mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka masih
muda. Bagi Erikson, prestasi puncak masa dewasa akhir adalah perasaan akan adanya integritas
ego (ego integrity), atau integritas diri, pencapaian yang didasarkan pada refleksi akan kehidupan
seseorang. Para lansia harus mengevaluasi, merangkum dan menerima kehidupan mereka untuk
menerima semakin mendekatnya kematian. Orang yang sukses dalam tugas akhir bersifat
integrative ini akan merasakan keteraturan dan makna hidup mereka dalam tatanan social yang
lebih besar di masa lalu, sekarang dan masa depan

Secara garis besar menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah sebagai
berikut: a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. b.
Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga. c.
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. d. Membentuk hubungan dengan orang-
orang yang seusia. e. Menyesuaikan diri dengan peran sosial.

Permasalahan Usia

Lanjut Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik,
yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit, karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi pengaruh dari luar. Ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit yang
berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, rematik
dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja terganggu Penurunan kondisi fisik lanjut usia
berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca
indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna
lagi. kondisi kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut usia yang lain
seperti kondisi ekonomi, yang menyebabkan orang lanjut usia tidak dapat bekerja untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya dan kondisi sosial yang menyebabkan kurangnya hubungan
sosial antara lanjut usia dengan masyarakat.

Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi dan sosial.
Dengan kondisi fisik dan psikis yang menurun menyebabkan mereka kurang mampu
menghasilkan pekerjaan yang produktif. Disisi lain mereka dituntut untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat dari sebelumnya, seperti
kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi
yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi. Sedangkan penghasilan mereka antara
lain dari pensiun, tabungan, dan bantuan keluarga. Bagi lanjut usia yang memiliki asset dan
tabungan cukup, tidak terlalu banyak masalah. Tetapi bagi lanjut usia yang tidak memiliki
jaminan hari tua dan tidak memiliki aset dan tabungan yang cukup maka pilihan untuk
memperoleh pendapatan jadi semakin terbatas. Jika tidak bekerja berarti bantuan yang diperoleh
mereka dapatkan dari bantuan keluarga, kerabat atau orang lain. Dengan demikian maka status
ekonomi orang lanjut usia pada umumnya berada dalam lingkungan kemiskinan. Keadaan orang
lanjut usia tidak mandiri, secara finansial tergantung kepada keluarga atau masyarakat bahkan
pemerintah. Bertitik tolak dari penjelasan di atas, maka beberapa masalah utama yang dihadapi
lanjut usia pada umumnya adalah : a. menurunnya daya tahan fisik. b. masa pensiun bagi lanjut
usia yang dahulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil yang menyebabkan menurunya
pendapatan dan hilangnya prestise. c. perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah
dari orang tua. d. urbanisasi penduduk usia muda yang menyebabkan lanjut usia terlantar. e.
kurangnya dukungan dari keluarga lanjut usia. f. pola tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang
hidup di rumah sendiri, tinggal bersama dengan anak atau menantu, dan tinggal di panti werdha.

Permasalahan menurunya kekuatan fisik dan kesehatan Usia tua adalah periode penutup
dalam rentang kehidupan seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh”
dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan
manfaat. Bila seseorang yang sudah beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu, ia
sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup
pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa depan secepat mungkin.

Manusia usia lanjut atau lansia dalam pemikiran banyak orang adalah manusia yang sudah
tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah
uzur ini berbagai penyakit siap untuk menyerang mereka. Dengan demikian, di usia lanjut ini
terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa-sisa umur menunggu
datangnya kematian. Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi. Sesuai dengan instrument yang
telah disusun oleh peneliti yaitu format wawancara dan untuk mendapatkan data primer peneliti
telah mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa orang lansia yang ada di Kelurahan
Pasar Tengah Curup

Dalam hal ini hasil wawancara dengan beberapa informen (lansia) sebagai berikut:
Menurut Bapak Sarimun (76 tahun) yang sudah tinggal lebih kurang lima puluh tahun di
Kelurahan Pasar Tengah tepatnya di RT II/RWII “Usia lanjut (lansia) adalah orang yang yang
sudah tidak produktif lagi dikarnakan kekuatan fisik dan daya pikir sudah menurun jadi apa saja
yang di kerjakan nantinya hasilya akan kurang baik sehingga dalam
menyesuaiakan diri dengana menurunya kekuatan fisik dan kesehatan saya sering mengalami
permasalahan terutama dari segi ekonomi karena kebutuhan keluarga semakain besar sedangkan
tenaga semakain berkurang sehingga apa yang di hasilkan nantinnya kurang maksimal.”10 Dari
pernyataan diatas membuktikan bahwa usia lanjut merupakan usia yang tidak produktif lagi
dalam melakukan pekerjaan dikarnakan kekuatan fisik dan pikiran sudah memgalami penurunan.
Kemudian pendapat informen lain mengenai permasalahan menurunya kekuatan fisik dan
kesehatan yakni Ibu Musni (66 tahun); “Usia lanjut adalah usia yang sangat menjenuhkan
dikarnakan sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi dikarnakan berkurangnya tenaga dan
memasuki masa tua banyak berbagai penyakit yang mulai menyerang tubuh diantaranya sering
masuk angin, maaq dan susah tidur”.11 Dari pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa
memasuki usia lanjut dirasakan sebagai usia yang sangat menjenuhkan dikarnakan keterbatasan
fisik dan banyak penyakit yang mulai menyerang tubuh.
Permasalahan pensiun dan berkurangnya income (penghasilan) keluarga Schwartz berkata
bawa pensiun dapat merupakan akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup baru, pensiun
selalu menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, dan perubahan secara
keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu. Pensiun dapat saja berupa sukarela atau
kewajiban yang terjadi secara reguler atau lebih awal. Beberapa pekerja menjalani masa pensiun
secara sukarela, seringkali sebelum masa usia pensiun wajib. Hal ini mereka lakukan karaena
alasan kesehatan atau keinginan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan melakukan hal-hal
yang lebih berarti buat diri mereka dari pada pekerjaanya.

Masa usia lanjut tidak dapat digambarkan dengan jelas karena setiap individu berbeda-beda.
Sikap-sikap sebelumnya, situasi kehidupan, dan kekuatan fisik mempengaruhi penyesuaian diri
pada tahap-tahap terakhir kehidupan ini. Masalah-masalah utama dan penyebab gangguan
kepribadian usia lanjut adalah keterbatasan fisik yang sangat ketat, ketergantungan, perasaan
semakin kurang berguna, dan perasaan terisolasi. Dari hasil wawancara dengan Ibu Musni
“Permasalahan yang sering di hadapi biasanya berhubungan dengan ekonomi dikarnakan
penghasilan yang tidak ada lagi dan hanya mengandalkan pemberian dari anak lebih lanjut beliau
menjelaskan setelah memasuki masa pensiun beliau agak mengalami kesulitan dalam
membentuk hubungan sosial yang luas dikarnakan keterbatasan fisik. Dari pernyataan dan
pendapat diatas diketahui bahwa kesehatan, ekonomi dan keluarga merupakan salah satu
permasalahan yang sering di hadapi pada masa lansia. Pada masa ini seringkali ada keadaan
terpaksa, yakni ketergantungan fisik, sosial, dan ekonomi terutama kepada keluarga yang
mungkin dipersulit dengan keadaan ditolak. Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal
dari empat aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa
emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan
kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami
gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan
obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian
tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan
berpenghasilan) menjadi kemunduran.

Permasalahan menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. Sebagaian besar orang
lansia perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau istri.
Kejadian seperti ini lebih menjadi masalah dengan peristiwa kematian suami atau istri. Dimana
kematian suami berarti berkurangnya pendapatan dan timbul bahaya karena hidup sendiri dan
melakukan perubahan dalam aturan hidup. Seperti pemaparan dari ibu Musni berikut ini
“Kematian pasangan hidup merupakan permasalahan yang sangat berat saya rasakan dikarnakan
lebih kurang empat puluh tahun kita bersama dan beliau merupakan tulang punggung keluarga,
setelah beliau tiada maka kami harus mencari nafkah sendiri.”

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kematian pasangan hidup


merupakan permasalahan yang dirasakan sangat berat terutama pada istri dikarnakan harus
menggantikan posisi suami sebagai kepala keluarga atau pencari nafkah keluarga. Tidak dapat
disangkal lagi satu diantara penyesuaaian yang utama yang harus dilakukan oleh orang usia
lanjut adalah penyesuaian yang harus dilakukan karena kehilangan pasangan hidup. Kehilangan
tersebut dapat disebabkan oleh kematian atau perceraian walaupun umumnya lebih banyak
disebabkan oleh kejadian kematian.menurup pak Husni Thamrin “kehilangan yang sangat berarti
dalam hidup saya dikala kehilangan istri saya karena beliau merupakan penghibur dikala saya
sedang sedih, motifataor dalam keluarga dan ibu yang terbaik keluarga sehingga dengan tidak
adanya beliau sekarang sering membuat hari-hari saya menjadi sepi.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat digambarkan berapa berartinya pasangan hidup
di dalam hidup mereka terutama para lansia dimana mereka sering di hinggapi rasa kesepian.
Karena alasan seperti itulah maka merupakan kebiasaan bagi wanita untuk menikah dengan pria
yang umurnya sama atau lebih tua dan kerena rata-rata pria, meninggal lebih cepat dari pada
wanita, maka menjanda dihari tua lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria. Penyesuain
terhadap kematian pasangan atau terhadap perceraian sangat sulit bagi pria maupun wanita pada
usia lanjut, karena pada masa ini semua penyesuaian semakin sulit dilakukan.

Permasalahan membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia. Pada lansia, mereka
membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka, untuk menghindari kesepian
akibat ditinggalkan anak yang tumbuh besar dan masa pensiun. Menurut ibu Musni “Dalam
membentuk hubungan dengan orang-orang seusia beliau mengatakan untuk membentuk
hubungan dengan orang-orang seusia biasanya saya sering ikut dalam acara pengajian ibuibu
yang sering diadakan seminggu sekali.”15 Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam membentuk hubungan dengan orang-orang seusia biasanya banyak mereka lakukan
di tempat-tempat peribadatan. Dari hasil wawancara dengan Bapak Ali Amran ini mengenai
usaha apa saja yang ia lakukan setelah memasuki masa pensiun ia mengatakan “Tidak banyak
lagi usaha yang kita lakukan dikala kita sudah tua biasanya mendalami agama saja dan
menjalankan pola hihup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga dan jarang terserang berbagai
macam penyakit”. Dari hasil ovservasi yang peneliti adakan terhadap Bapak Ali Amran dalam
usahanya mengisi waktu luang setelah memasuki masa pensiun adalah selain mengikuti kegiatan
keagamaan beliau juga aktif mengikuti senam pagi yang sering diadakan pada hari minggu pagi
disana terlihat beliau sangat menikmati acara tersebut, selain itu beliau juga sering berkeliling
kota curup dipagi hari dengan menggunakan sepeda, sekali-sekali peneliti juga sering melihat
beliau dan istri berjalan santai di pagi hari sambil berbelanja sayuran di Pasar Atas. Dalam
membentuk hubungan dengan orang-orang seusia beliau sering mengikuti acara-acara pengajian
dan juga sering mengikuti arisan perkumpulan keluarga Malalo yang sering diadakan sebulan
sekali dimana dalam arisan tersebut kita dapat berkumpul dengan sanak saudara sekampung,
bercerita, dan mengenang masa muda dulu sesama kaum lansia.

Permasalahan menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luas. Pada lansia, individu
mengalami perubahan peran. Dimana, para lansia mempunyai pengalaman lebih dari pada orang
yang lebih muda, sehingga peran lansia biasanya diminta untuk memberi pendapat, masukan
ataupun kritikan, dan partisipasi lansia terhadap kehidupan sosial. Pemberian peran tersebut akan
membuat kesehatan fikir dan fisiknya akan terjaga baik. Termasuk mengurangi percepatan
kepikunan.Untuk menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luas dapat dilihat dari hasil
wawancara peneliti dengan Bapak Ali Amran sebagai berikut: ”Memasuki masa tua untuk aktif
dalam kegiatan sosial seperti hajatan, gotong royong membersihkan selokan dan lain-lain tidak
lagi akan tetapi tetap hadir, tampil dan menampakkan muka dalam kegiatan tersebut dengan
tujuan memberi semangat kepada yang muda-muda bahwa orang tua saja dapat aktif walaupun
tidak bekerja apalagi yang muda-muda” “Menurut ibu masni “ untuk aktif dalam peran sosial
mungkin tidak seperti masih muda dulu akan tetapi sekali-kali sering juga membantu apabila
tetangga mengadakan hajatan.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, secara garis besar menerangkan bahwa untuk
menyesuaikan diri dengan peran sosial yang lebih luas untuk aktif mungkin tidak seperti masih
muda dahulu tetapi tetap hadir dan tampil dalam kegiatan tersebut. Memahami perkembangan
usia lanjut (lansia) adalah bentuk pembelajaran sekaligus pengorbanan pada orangtua. Karena,
usia lanjut bagi sebagian orang adalah salah satu hal tak diinginkan. Ada perasaan takut. Takut
merepotkan anak, tak bisa mengurus diri sendiri, jadi pemicu masalah dan banyak hal lainnya.
“Menurut Bapak Ali Amran “tidak banyak usaha lagi yang dapat kita lakukan dikala kita sudah
tua dan biasanya dalam mengisi waktu luangnya ia banyak menghabiskan waktunya mendalami
ilmi-ilmu agama dan ia berpendapat bahwa sanya “dunia tidak mempengaruhi lagi lebih fokus ke
akherat”17 Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sarimun

“Setelah memasuki masa pensiun segala aktifitas perlahan-lahan berhenti sehingga segala
pekerjaan yang kita lakukan di hari tua menjadi ngambang atau bingung dalam
menjalankanya”18 Penjelasan diatas, bahwa tidak banyak usaha yang dapat dilakukan dikala kita
memasuki masa lansia dan perlahan-lahan segala aktifitas kita akan berhenti. Hal yang sama
diungkapkan oleh Bapak Husni Thamrin Dan Ibu Musni “memasuki masa pensiun mereka
biasanya menghabiskan masa tuanya dirumah dan tempat-tempat ibadah”19 Dari hasil
wawancara terhadap para informan dapat digambarkan bahwa menyesuaikan diri dengan peran
sosial yang luar biasanya banyak mereka lakukan di tempat-tempat peribadatan.

Penutup

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab-bab terdahulu, dapat penulis
simpulkan bahwa permasalahan yang dialami lansia dalam penguasaan tugas-tugas
perkembanganya di Kelurahan Pasar Tengah Curup. Dengan begitu, bahwa Kekuatan fisik dan
kesehatan merupakan masalah utama yang sering dihadapi lansia yang ada di Kelurahan Pasar
Tengah, karena kebutuhan keluarga masih besar sedangkan tenaga semakain berkurang sehingga
apa yang di hasilkan nantinnya kurang maksimal. Memasuki masa pensiun tidak banyak timbul
permasalahan yang berhubungan dengan ekonomi keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari sebab kebanyakan lansia yang ada di Kelurahan Pasar Tengah berpropesi sebagai pedagang
dan masih melaksanakan aktifitasnya. Masalah kematian pasangan hidup merupakan
permasalahan yang sangat berat dirasakan oleh para lansia karena mereka sering dihingagapi rasa
kesepian dan terjadi perubahan peran diantara mereka. Dalam membentuk hubungan dengan
orang-orang seusia tidak terlalu mengalami hambatan, karena lansia yang ada di Kelurahan Pasar
Tengah Curup biasanya sering mengikuti pengajian ataupun arisan. Permasalahan yang
berhubungan dengan peran sosial yang lebih luas tidak terlalu mengalami banyak masalah, sebab
lansia yang ada di Pasar Tengah masih di terima oleh segenap masyarakat.

Daftar Pustaka

Aliyah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam, Jakarta: Raja Grapindo Persada,
2006

Amirul, Hadi Haryono, Metodologi Penelitian, Jakarta: Pustaka Setia, 1998

Chaidar al-wasilah.2006. Dasar-Dasar Merancang Dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta:


Pustaka Jaya

Diane E. Papalia, Dkk, Human Development ( Psikologi Perkembangan), Jakarta: Kencana, 2008

Elida Prayitno, Psikologi Orang Dewasa, Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, Padang, 2000

Hurlock B.Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga, 2005

Ketut Sukardi Dewa. 2002. Bimbingan Konseling Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta, 2005

Nugroho. Perawatan Lanjut Usia, Jakarta: EGC, 1995

Matheu B. Miles et al. (Alih bahasa Tjejep Rohendi Rohidi), Analisis Data Kualitatif, Jakarta :
UI Pers, 1992 Semium Yustinus, ofm Kesehatan Mental, Yogyakarta: Kanisius, 2006 Subrata
Sumadi, Metodologi penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995 Surunin, Ilmu Jiwa
Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2004 Winarno Suracmat, Pengantar ilmiah,Bandung:
Tersito, 2015
2. Penanganan gangguan seksual

Disfungsi seksual dapat mencegah kepuasan saat hubungan seks bagi seorang individu atau
pasangan. Hal ini lebih sering terjadi pada wanita, dibandingkan pria. Gangguan seksual juga
menyebabkan tidak munculnya hasrat untuk berhubungan intim.

Bagi wanita, ketidakmampuan untuk terangsang secara fisik selama hubungan seks sering kali
disebabkan oleh lubrikasi vagina yang tidak mencukupi. Bisa juga wanita mengalami vaginismus
dimana kejang otot yang menyakitkan di sekitar vagina sehingga mereka tidak merasakan
orgasme.

1. Penyebab fisik
Banyak kondisi fisik yang dapat menyebabkan masalah pada fungsi seksual. Kondisi ini berupa
diabetes, penyakit jantung, penyakit saraf, ketidakseimbangan hormon, dan monopause. Selain
itu, efek samping dari penggunaan obat-obatan juga memengaruhi hasrat seksual.

Operasi pengangkatan rahim (histerektomi) serta menopause pada wanita juga dapat
memengaruhi fungsi organ seks. Pada histerektomi terjadi penurunan lubrikasi vagina dan
perubahan hormon, sedangkan menopause memengaruhi emosional sehingga hilangnya minat
untuk berhubungan intim.

2. Penyebab psikologis
Stres dan khawatir dapat menyebabkan disfungsi seksual pada wanita. Selain itu, masalah
perkawinan dan trauma seksual yang tidak dikomunikasikan dengan pasangan juga dapat
penyebab lain.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan seksual, seperti:

 Relaksasi pikiran untuk hubungan intim mulai dari mendengarkan musik atau menonton
video seksual agar merangsang hasrat seks.
 Menyentuh fisik pasangan layaknya pemanasan sebelum hubungan seks untuk
meningkatkan kenyamanan dan komunikasi dengan pasangan.
 Cobalah posisi seksual yang memungkinkan wanita dapat mengontrol penetrasi agar
mengurangi rasa sakit.
 Konsultasikan dengan dokter atau terapi seks untuk mengatasi masalah psikologis.
Gejala Disfungsi Seksual
Gejala disfungsi seksual yang muncul pada penderitanya berbeda-beda, tergantung jenisnya.
Selain itu, laki-laki dan perempuan memiliki gejala yang berbeda. Berikut adalah gejala
disfungsi seksual pada perempuan:

 Hilang atau turunnya hasrat seksual


Disfungsi seksual jenis ini merupakan yang paling umum diderita perempuan. Disfungsi
seksual ini ditandai dengan hilangnya hasrat atau keinginan untuk berhubungan seksual.
 Gangguan rangsangan seksual
Penderita disfungsi seksual jenis ini masih memiliki hasrat berhubungan seksual. Namun,
penderitanya sulit untuk terangsang atau mempertahankan rangsangan selama
berhubungan seksual.
 Muncul rasa nyeri
Penderita akan merasakan nyeri saat melakukan hubungan seksual. Kondisi ini dapat
disebabkan berbagai hal, seperti vaginismus, vagina kering, serta otot vagina yang kaku.
 Gangguan orgasme
Perempuan yang menderita disfungsi seksual jenis ini akan mengalami kesulitan
mencapai orgasme meski rangsangan dan stimulasi dilakukan terus menerus.

Seperti pada perempuan, gejala disfungsi seksual pada laki-laki juga berbeda-beda sesuai dengan
jenisnya. Gejala disfungsi seksual pada laki-laki adalah:

 Hilangnya hasrat seksual


Laki-laki yang menderita disfungsi seksual jenis ini merasakan kehilangan atau turunnya
hasrat untuk berhubungan seksual.
 Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi atau impotensi akan mengakibatkan laki-laki sulit untuk menjaga
penisnya tetap ereksi saat berhubungan seksual.
 Gangguan ejakulasi
Kondisi ini menyebabkan laki-laki mengalami ejakulasi terlalu cepat (ejakulasi dini) atau
justru terlalu lama saat berhubungan seksual.

Kapan harus ke dokter


Gangguan pada saat hubungan seksual adalah hal yang normal jika hanya terjadi sesekali.
Namun jika gangguan tersebut terjadi berulang kali, segera periksakan diri ke dokter. Perlu
diketahui, pada saat konsultasi terkait disfungsi seksual, dokter dapat berbincang dengan
pasangan masing-masing, bukan hanya penderita saja.
Diabetes merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami disfungsi
seksual. Oleh karena itu, penderita diabetes perlu rutin kontrol ke dokter untuk mencegah
komplikasi, salah satunya disfungsi seksual.
Disfungsi seksual juga rentan terjadi pada pengguna narkoba. Oleh karena itu, jauhi narkoba dan
segera datangi fasilitas rehabilitasi bila sudah ketergantungan.
Penyebab Disfungsi Seksual
Penyebab disfungsi seksual secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor fisik dan faktor
psikologis. Disfungsi seksual yang terjadi akibat faktor fisik dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit, antara lain:

 Gangguan hormon.
 Diabetes.
 Penyakit jantung.
 Tekanan darah tinggi.
 Penyakit saraf, seperti penyakit Parkinson dan multiple sclerosis.
 Cedera pada saraf, terutama saraf yang mengatur ereksi.
 Efek samping dari obat-obatan tertentu, contohnya obat antidepresan.

Baik pria maupun wanita, gangguan hormon dapat mengakibatkan disfungsi seksual. Contohnya,
penurunan kadar hormon estrogen saat menopause juga akan menurunkan hasrat seksual seorang
wanita. Selain itu, penurunan hormon testosteron pada pria juga dapat mengurangi hasrat
melakukan kegiatan seksual.
Bukan hanya gangguan fisik, disfungsi seksual juga dapat terjadi akibat gangguan psikologi.
Faktor psikologi yang dapat menimbulkan disfungsi seksual utamanya adalah:

 Stres.
 Kecemasan.
 Kekhawatiran berlebihan akan performa seksualnya.
 Masalah dalam hubungan atau pernikahan.
 Depresi.
 Perasaan bersalah.
 Trauma masa lalu, termasuk pelecehan seksual.

Disfungsi seksual juga berisiko lebih tinggi pada orang-orang yang memiliki beberapa kondisi
berikut ini:

 Lanjut usia.
 Merokok.
 Obesitas.
 Kecanduan alkohol.
 Pernah menjalani radioterapi pada daerah selangkangan.
 Menyalahgunakan narkoba.

Diagnosis Disfungsi Seksual


Diagnosis disfungsi seksual dimulai dengan menanyakan aktivitas seksual penderita secara
menyeluruh. Selain menanyakan gejala, dokter akan menanyakan aktivitas serta riwayat penyakit
penderita, termasuk jika ada kejadian atau trauma di masa lalu.
Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan perubahan fisik
yang dapat memengaruhi aktivitas seksual. Selama pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa
organ kelamin.
Untuk mengetahui penyebab disfungsi seksual, dokter akan melakukan beberapa tes berikut ini:

 Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon atau kecurigaan penyebab lain, misalnya
kadar gula dalam darah.
 USG, untuk memeriksa aliran darah di sekitar organ
 Tes nocturnal penile tumescence (NPT), untuk memantau ereksi saat penderita tidur di
malam hari dengan menggunakan alat khusus.

Pengobatan Disfungsi Seksual


Diagnosis dan penanganan disfungsi seksual memerlukan kerjasama dari beberapa ahli,
seperti dokter spesialis urologi, dokter kandungan, dokter endokrin, dokter andrologi, dokter
saraf, psikiater, serta terapis seksual, guna mendapatkan diagnosis dan pilihan pengobatan yang
tepat.
Pengobatan disfungsi seksual bertujuan untuk mengatasi masalah utama yang menyebabkan
disfungsi seksual. Oleh karena itu, pengobatan disfungsi seksual akan disesuaikan dengan
masing-masing penyebabnya. Pengobatan tersebut meliputi:

Konsumsi ‘obat kuat’


Banyak orang mengonsumsi ‘obat kuat’ untuk mengatasi disfungsi seksual. Obat tersebut
memang dapat meningkatkan performa saat berhubungan seksual, tetapi memiliki efek samping
sakit kepala hingga gangguan penglihatan.
Konsumsi ‘obat kuat’ hanya boleh atas persetujuan dokter karena dapat menimbulkan gangguan
kerja organ jantung, terutama pada penderita yang sudah memiliki penyakit jantung sebelumnya.

Psikoterapi
Terapi psikologi dilakukan oleh psikolog atau psikiater untuk membantu seseorang mengatasi
gangguan psikologi yang menyebabkan disfungsi seksual. Contohnya adalah terapi untuk
mengatasi kecemasan, rasa takut, atau perasaan bersalah yang berdampak pada fungsi seksual
penderitanya.
Selain itu, dokter atau psikolog akan memberikan pemahaman tentang seks dan tingkah laku
seksual kepada pasien. Pemahaman tentang hubungan seksual perlu dimiliki penderita agar
kegelisahan tentang kemampuan seksualnya dapat teratasi.
Sesi terapi juga dapat dilakukan bersama dengan pasangan untuk mengetahui tentang kebutuhan
dan kegelisahan masing-masing sehingga dapat mengatasi hambatan dalam aktivitas seksual.
Pengobatan untuk mengatasi gangguan hormon
Bagi wanita dengan kadar estrogen rendah, terapi pengganti hormon estrogen dapat diberikan
guna membantu elastisitas vagina dengan meningkatkan aliran darah dan pelumas pada vagina.
Terapi ini dapat diberikan dalam bentuk cincin vagina, krim, atau tablet. Sedangkan bagi pria
dengan kadar testosteron rendah, dokter dapat memberi terapi hormon testosteron untuk
meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh.

Pengobatan untuk menangani masalah fisik


Untuk menangani disfungsi seksual akibat suatu penyakit adalah dengan mengobati penyakit
yang mendasarinya. Misalnya, penderita diabetes akan diberikan metformin atau insulin untuk
mengontrol kadar gula dalam darah.

Perubahan gaya hidup


Untuk mengatasi disfungsi seksual, juga perlu diterapkan pola hidup yang sehat, seperti
berolahraga rutin dan berhenti merokok atau minum alkohol. Kegiatan ini dapat membantu
meningkatkan kualitas aktivitas seksual.
Beberapa alat bantu, seperti alat pompa (vakum) dan vibrator, dapat membantu wanita atau pria
dalam mengatasi masalah seksual. Operasi implan penis juga terkadang dipertimbangkan untuk
membantu pria mengatasi gangguan ereksi.

Komplikasi Disfungsi Seksual


Disfungsi seksual dapat menyebabkan penderitanya mengalami komplikasi, terutama pada
kondisi psikologinya. Seseorang yang menderita disfungsi seksual dapat mengalami beberapa
kondisi berikut:

 Ketidakpuasan dengan aktivitas seksualnya.


 Permasalahan dengan pasangan hingga perceraian.
 Semakin stres, cemas, dan merasa rendah diri.

Pencegahan Disfungsi Seksual


Untuk mencegah munculnya disfungsi seksual, Anda dapat mengubah perilaku dan gaya hidup
menjadi lebih sehat, yaitu dengan:

 Berhenti merokok dan minum alkohol.


 Menjaga berat badan tetap ideal.
 Mengelola stres dan rasa cemas dengan baik.
 Menjalani rehabilitasi untuk mengatasi penyalahgunaan narkoba.
Disfungsi seksual juga merupakan salah satu bagian dari proses penuaan, sehingga terkadang
sulit untuk dihindari.
 

3. Menopouse menyebabkan masalah soaial yang harus segera ditangani

Gejala menopause

Akibat penurunan kadar estrogen, wanita usia menopause sering mengalami sindrom
menopause yaitu timbulnya gejala vasomotor, seperti rasa panas (hot flashes), vertigo, keringat
berlebih, berdebar-debar, migrain, nyeri otot, nyeri punggung dan gejala psikologi seperti mudah
tersinggung, merasa tertekan, sulit tidur, sulit konsentrasi dan atropi umum jaringan seperti kulit
menipis dan sebagainya (Shifren and Margery, 2014). Hot flashes terjadi pada 75% wanita
menopause. Walaupun beberapa wanita mengalaminya selama 6 bulan hingga 2 tahun, tidak
jarang beberapa wanita lain mengalaminya selama 10 tahun atau lebih. Perubahan gaya hidup
juga terjadi pada wanita menopause seperti selalu menjaga suhu tubuh rendah, berhenti merokok,
olah raga teratur.

Penambahan berat badan selama menopause juga sering terjadi. Rata-rata penambahan berat
badan pada wanita menopause adalah 2,3kg. Penambahan berat badan ini berhubungan dengan
proses penuaan dan gaya hidup. Perubahan kulit juga terjadi diantaranya penurunan ketebalan
dan elastisitas kulit, kehilangan kolagen, dan bertambahnya kerutan. Selain itu terdapat gangguan
mata selama fase menopause seperti mata kering (Shifren and Margery, 2014). Kegagalan
mencegah waktu buang air kecil juga dapat terjadi pada wanita menopause. Berdasarkan
penelitian 50% wanita menopause tidak dapat mengontrol waktu buang air kecilnya. Kejadian ini
akan meningkat seiring dengan usia. Hal ini dapat disebabkan karena kelemahan spingter uretra
atau disfungsi otot pelvis. Gangguan tidur kronik juga dapat terjadi. Wanita yang mengalami
transis menopause dan yang mengalami gejala hot flashes lebih sering mengalami gejala
gangguan tidur. Gangguan tidur yang biasanya terjadi adalah insomnia, sleep apnea, dan restless
legs syndrome (Shifren and Margery, 2014).

Tanda yang paling terlihat saat mengalami menopause adalah penurunan kesuburan.
Umumnya kesuburan akan menurun saat wanita memasuki usia 35 tahun. Ini ditandai dengan
penurunan kehamilan pada usia >35 tahun. Peningkatan usia ibu melahirkan >35 tahun akan
menyebabkan peningkatan keguguran spontan, abnormal kromosom pada fetus, dan komplikasi
lainnya seperti kelahiran premature (Shifren and Margery, 2014). 2.2 Kecemasan 2.2.1 Definisi
kecemasan Cemas merupakan perasaan yang sangat tidak menyenangkan, tidak menentu dan
kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan satu atau beberapa reaksi
fisik yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang. Perasaan ini dapat berupa dada
sesak, jantung berdebar, keringat berlebih, sakit kepala, dan rasa ingin buang air kecil atau air
besar. Perasaan ini disertai rasa ingin bergerak dan gelisah (Kaplan, Sadock, Grebb, 2010).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kecemasan adalah suatu
kondisi psikologis individu yang berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran sebagai reaksi
terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam (Shifren and Margery, 2014). 2.2.2 Tingkat
kecemasan Cemas ringan: cemas yang ringan dan normal sehingga menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari. Menyebabkan orang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya (Stuart dan Laraia, 2005).

Cemas sedang: cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pikirannya pada
sesuatu yang penting dan mengesampingkan hal yang tidak penting Cemas berat: mengurangi
lahan persepsi individu, sangat memusatkan pikirannya pada hal- hal yang sangat rinci dan
spesifik dan tidak dapat berpikir pada hal lain (Stuart dan Laraia, 2005). Panik: tingkat panik dari
suatu kecemasan berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan
kendali. Orang yang mengalami kepanikan tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan.

Saat panik seseorang akan mengalami disorganisasi kepribadian dan peningkatan kerja
motorik (Stuart dan Laraia, 2005). Pada tingkat kecemasan ringan dan sedang, individu dapat
memproses informasi belajar dan menyelesaikan masalah. Keterampilan kognitif mendominasi
tingkat ansietas ini (Stuart dan Laraia, 2005). Ketika individu mengalami ansietas berat dan
panik, keterampilan bertahan yang lebih sederhana mengambil alih, respon defensif terjadi, dan
keterampilan kognitif menurun signifikan. Individu yang mengalami ansietas berat sulit berpikir
dan melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang, tanda-tanda vital meningkat,
mondar-mandir, memperlihatkan kegelisahan, iritabilitas dan kemarahan atau menggunakan cara
psikomotor emosional (Stuart dan Laraia, 2005). Sisi negatif kecemasan atau sisi yang
membahayakan ialah rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata atau potensial.
Diagnosis gangguan kecemasan ditegakkan ketika kecemasan tidak lagi berfungsi sebagai tanda
bahaya, melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar kehidupan individu
sehingga mengakibatkan perilaku maladaptif dan distabilitas emosional (Stuart and Sandra,
2000). 2.2.3 Teori-teori kecemasan Teori tentang gangguan cemas dibedakan menjadi dua yaitu :
A. Teori psikologis

1. Teori psikoanalitik Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal yang menyadarkan
ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri misalnya menggunakan
mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya
gejala cemas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, maka digunakan mekanisme
pertahanan yang lain seperti konversi atau regresi (Kaplan, sadock and Grebb, 2010).

2. Teori perilaku Teori ini mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu respon terhadap
stimuli lingkungan keluarga (Kaplan, sadock and Grebb, 2010).
3. Teori eksistensial Suatu konsep atau teori, bahwa bila seseorang sadar akan adanya
kehampaan yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada
penerimaan tentang kenyataan kehilangan atau kematian seseorang yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut (Kaplan, sadock
and Grebb, 2010).

B. Teori biologis

1. Sistem saraf otonom Stimuli sistem saraf otonom menimbulkan gejala-gejala tertentu, seperti
takikardi, nyeri kepala, diare dan lainnya (Kaplan, sadock and Grebb, 2010).

2. Neurotransmiter Tiga neurotransmitter utama yang berperan dalam gangguan cemas yaitu
norepinefrin, serotonin dan gamma-aminobutyric acid (Kaplan, sadock and Grebb, 2010).

3. Penelitian genetika Menurut hasil penelitian, hampir sebagian besar penderita gangguan panik
memiliki paling sedikit satu saudara yang juga menderita gangguan tersebut (Kaplan, sadock and
Grebb, 2010).

Kecemasan pada menopause Akibat perubahan dari fase menstruasi menjadi menopasue,
terjadi perubahan organ reproduksi wanita. Perubahan fungsi ovarium akan memengaruhi
hormon yang berpengaruh pada organ tubuh wanita. Sehingga akan muncul berbagai keluhan
fisik, baik yang berhubungan dengan organ reproduksinya maupun organ tubuh lain. Tidak
hanya itu, perubahan ini seringkali memengaruhi keadaan psikis seorang wanita. Keluhan psikis
sifatnya sangat individual yang dipengaruhi oleh sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan
ekonomi (Rostiana dan Taganing, 2009). Penurunan kadar hormon esterogen juga akan
mempengaruhi perubahan mood yang biasanya terjadi pada wanita menopause. Beberapa gejala
psikologis sering terjadi pada wanita menopause seperti depress mood dan kecemasan. Wanita
dengan sindrom premenstrual atau dengan postpartum depresi akan meningkatkan gejala
psikologis seperti kecemasan (Shifren and Margery, 2014). Kecemasan yang dialami wanita
menopause salah satunya dikarenakan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang
sebelumnya tidak pernah dialami dan juga cemas akan hal-hal yang mungkin muncul menyertai
berakhirnya masa reproduksinya (Shifren and Margery, 2014)

Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Menopause

Dukungan sosial Keluarga merupakan unit terkecil masyarakat terdiri dari dua orang atau lebih
dan adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah (Aditya, 2012). Kecemasan dalam sebuah
keluarga akan selalu ada dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen. Dukungan dan peran
positif dari suami sebagai pasangan hidup dan anggota keluarga terdekat dapat memberikan
bantuan yang sangat besar dalam mengatasi kecemasan. Sebagian besar responden yang
mempunyai dukungan keluarga yang negatif mengalami kecemasan sedang sebesar 31,11% dan
kecemasan berat sebesar 46,67%. Sebaliknya, sebagian besar responden yang mempunyai
dukungan keluarga yang positif mengalami kecemasan ringan sebesar 78,18% dan hanya 7,28%
yang mengalami kecemasan berat (Aprillia dan Puspitasari, 2007). 2.3.2 Tingkat ekonomi
Keadaan ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan serta mental.
Pendapatan berkaitan dengan status kesehatan sehingga kondisi ekonomi juga akan
mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita.Wanita yang berasal dari golongan ekonomi
rendah cenderung pasrah dan tidak mampu beradaptasi dengan baik saat mengalami menopause.
Sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan gangguan kecemasan (Ismiyati, 2010).
Apabila pelayanan kesehatan terjangkau maka masalah kesehatan yang muncul di kemudian hari
dapat ditangani sedini mungkin sebagai upaya preventif. Sebagian besar responden yang
mempuyai kondisi ekonomi yang buruk mengalami kecemasan ringan sebesar 37,83% dan
kecemasan berat sebesar 40,55%. Sedangkan responden yang mempunyai kondisi ekonomi yang
baik mengalami kecemasan ringan sebesar 61,90%. (Aprillia dan Puspitasari, 2007).

Pengetahuan Pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan


mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih baik. Diperlukan persiapan
dan pengetahuan yang memadai dalam menghadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause
diharapkan wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap memasuki
umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat ( Ismiyati, 2010). Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang pada akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka menumbuhkan sikap positif
terhadap objek tersebut. Jadi, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki wanita perimenopause
tentang menopause maka diharapkan akan semakin positif sikap seorang wanita dalam
menghadapi menopause, Sebagian besar responden yang berpengetahuan kurang mengalami
kecemasan berat sebesar 53,85% dan hanya 15,38% yang mengalami kecemasan ringan.
(Aprillia dan Puspitasari, 2007).

Sikap Sikap ataupun perilaku seorang wanita dalam menghadapi menopause sangat
mempengaruhi tingkat kecemasan. Jika seorang wanita menopause selalu memandang bahwa
keadaan menopause merupakan hal yang negatif dan menyebabkan berbagai gangguan secara
tidak langsung akan meningkatkan kecemasan. Sedangkan sikap yang positif terhadap
menopause akan membantu seorang wanita dalam mengelola gejala menopause. Responden
yang mempunyai sikap negatif terhadap menopause mengalami kecemasan sedang sebesar
33,33% dan kecemasan berat sebesar 39,40%. Sebaliknya, sebagian besar responden yang
mempunyai sikap positif terhadap menopause mengalami kecemasan ringan sebesar 65,67% dan
hanya 17,91% yang mengalami kecemasan berat. (Aprillia dan Puspitasari, 2007). 2.3.5 Sosial
budaya Karakteristik sosial budaya meliputi usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan pada wanita
perimenopause. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita perimenopause diharapkan semakin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki wanita perimenopause tentang menopause. Sebagian
besar responden yang tidak bekerja mengalami kecemasan ringan (54,90%) dan kecemasan
sedang sebesar 19,60%. (Aprillia dan Puspitasari, 2007).

Gaya hidup Gaya hidup seseorang akan menentukan kesehatan orang tersebut di masa yang
akan datang. Gaya hidup tidak memberikan dampak langsung, tetapi dampak tersebut baru akan
dirasakan beberapa tahun kemudian bahkan mungkin puluhan tahun yang akan datang. Selalu
berpikiran positif, menghindari stres serta taat beribadah akan menciptakan keseimbangan
kesehatan jiwa dan fisik. Mendiskusikan suatu masalah dengan orang lain merupakan suatu
indikasi dari adanya sikap positif. Gaya hidup sehat dapat meningkatkan derajat kesehatan
wanita yang memasuki usia menopause (Aprillia dan Puspitasari,2007)

4. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Pengertian
Untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang bersekolah maupun tidak bersekolah,
Kementrian Kesehatan RI telah mengembangkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
yang menekankan kepada petugas yang peduli remaja, menerima remaja dengan tangan terbuka
dan menyenangkan, lokasi pelayanan yang mudah dijangkau, aman, menjaga kerahasiaan,
kenyamanan dan privasi serta tidak
ada stigma.Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan peduli
remaja yang melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan berbagai hal yang berhubungan
dengan kesehatan remaja. Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk berbagi/konseling,
mendapatkan informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu diketahui remaja
(Fadhlina, 2012).PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas
PKPR (Puskesmas yang menerapkan PKPR) (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2011).

Dasar Hukum
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang tertuang
dalam
Pasal 131 ayat(1)
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi
yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi dan
anak.
(2)Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 tahun.
(3)Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
b.Pasal 136 Ayat
(1)Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi orang
dewasa yang sehat dan produktif baik sosial maupun ekonomi.
(2)Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagai
mana dimaksudkan pada ayat (1)termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari
berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan
reproduksi secara sehat.
(3)Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.
c.Pasal 137 Ayat
(1)Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi dan
layananmengenai kesehaatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
(2)Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja memperoleh
edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuaipertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan.

Kriteria Puskesmas Mampu Tatalaksana PKPR


1.Memberi pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling.
2.Melakukan pembinaan pada minimal satusekolah dengan melakukan kegiatan KIE
kesehatanreproduksi min 2x setahun.
3.Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal 10% darijumlah murid di sekolah binaan.

Manfaat PKPR
Ada beberapa manfaat dari Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
menurut Fadhlina (2012) diantaranya:
1.Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan
-kegiatan penyuluhan, dialog interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll.
2.Konseling/berbagi masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan
kerahasiaannya dijamin).
3.Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut membantu teman
yang sedang punya masalah. Universitas Sumatera Utara

Sasaran dan Jenis Kegiatan PKPR


Sasaran dari PKPRini adalah semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar
sekolah sepertikarang taruna, remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan
kelompok remaja lainnya. Jenis kegiatan dalam PKPR adalah pemberian informasi dan edukasi,
pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan Keterampilan
hidup sehat (PKHS), penyuluhan kesehatan, pelatihan Peer Counselor/ Konselor sebaya dan
pelayanan rujukan sosial dan medis. Pelayanan kesehatan sekolah ini meliputi pemeriksaan
kesehatan, pemeriksaan perkembangan kecerdasan,pemberian imunisasi, penemuan kasus
-kasus dini yang mungkin terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila
menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.

Strategi Keberhasilan PKPRDemi keberhasilan dalam pengembangan pelaksanaan PKPR


digunakan
strategi sebagai berikut:
1)Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
2)Penyertaan remaja secara aktif.
3)Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin.
4)Dilaksanakan kegiatan minimal Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis
medis termasuk rujukan. Tanpa konseling pelayanan tidak akan
disebut PKPR.
5)Ketepatan penentuan prioritas sasaran. Misalnya Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) diperuntukkan bagi remaja yang ada di sekolah. Universitas Sumatera Utara
6)Ketepatan pengembangan jenis kegiatan. Perluasan kegiatan minimal PKPR ditentukan sesuai
dengan masalah dan kebutuhan setempat serta sesuai dengan kemampuan puskesmas.
7)Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal. Monitoring dan evaluasi secara berkala
dilakukan oleh tim dari puskesmas dan tim dari Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten. Pendidikan
kesehatan dapat berupa mata pelajaran ilmu kesehatan atau upaya-upaya lain yang disisipkan
dalam ilmu
-ilmu lain seperti olahraga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya. Selain
melaluipelajaran, pendidikan kesehatan juga dapat diperkenalkan melalui pendidikan kesehatan
yang disisipkan pada kegiatan ekstrakurikuler untuk menanamkan perilaku sehat peserta didik.
Dengan adanya dukungan dari pihak sekolah atau pendidikan diharapkan dapat
meminimalisir kejadian atau masalahyang berhubungan dengan remaja.
Pelayanan Kesehatan Remaja merupakan peluang untuk menciptakan generasi penerus bangsa
yang berkualitas. Kualitas generasi yang akan datang ditentukan oleh peran semua sektor
pemerhati remaja pada saat ini dengan intervensi yang tepat.Dengan melakukan Upaya Pelayanan
Kesehatan Remaja kitatelah berinvestasi terhadap aset bangsa.

Anda mungkin juga menyukai