Anda di halaman 1dari 90

Inovasi Program Keluarga Berencana

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada manusia seseorang mengalami
kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana
seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai usia seorang dianggap memasuki masa
lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada
juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
bahwa umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah
mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu
telah disebut lansia.
Penduduk usia lanjut yang disingkat LANSIA merupakan bagian
masyarakat yang tidak bias dipisahkan dalam kehidupan kita. Siapapun akan
mengalami masa fase lansia tersebut. Data menurut statistik pusat
menunjukan jumlah lansia pada tahun 2010 sebesar 9,77% atau sejumlah
23,9% juta jiwa dan diperkiran akan meningkat pada tahun 2020 secara
signifikan sebesar 11,4% atau sebanyak 28,8 juta jiwa. Karena semakin
tingginya angka harapan hidup masyarakat kita.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat
dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima
dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua,
manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak
datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada
(Hurlock, 1996 : 439)
Usia lanjut sering punya masalah dalam hal makanan, antara lain
nafsu makan menurun. Padahal meskipun aktivitasnya  menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, ia tetap membutuhkan asupan zat gizi lengkap,

1
Inovasi Program Keluarga Berencana

seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Iapun masih tetap
membutuhkan energi untuk menjalankan fungsi fisiologis tubuhnya. 

1.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui kondisi fisik pada lansia
b. Untuk mengetahui masalah pada kesehatan lansia.
c. Untuk mengetahui masalah gizi pada lansia
d. Untuk mengetahui kebutuhan gizi pada lansia
e. Untuk mengetahui upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang di hadapi
lansia

1.3. Manfaat
a. Membantu dan Memudahkan lansia untuk mengetahui status
kesehatan lansia dan kondisi fisik lansia pada saat cek kesehatan
lansia berkala diposbindu
b. Membantu mengatasi masalah kesehatan lansia dan memberikan
pengobatan secara berkala.
c. Pengkajian masalah gizi lansia, mengidentifikasi malnutrisi (kurang
gizi atau kelebihan gizi).
d. Mengupayakan keseimbangan kebutuhan gizi seimbang para
lansia.
e. Diharapkan pemegang program dapat menjadi masukan bagi para
lansia dan dapat membantu dan mengupayakan masalah yang
dihadapi lansia baik di posbindu atau di desa di wilayah Puskesmas
Bayung Lencir.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lansia


Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Menurut
Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu
masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap
orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 65
tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari
nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Saparinah
(1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan
mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan
berbagai tekanan psikologis.
Berdasarkan UU Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13 ayat
1 menyebutkan bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena
usianya mengalami perubahan biologis, fisik, dan sosial.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai
masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
a.       Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 – 59 tahun.
b.      Lanjut usia (alderly) kelompok usia 60 – 74 tahun
c.       Lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 – 90 tahun
d.      Usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun  

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia


merupakan periode di mana seseorang individu telah mencapai kemasakan
dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ
tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai sari usia 55 tahun
sampai meninggal.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

A.   Ciri - ciri lansia

Menurut Hurlock 1980 terdapat beberapa ciri – ciri orang lanjut usia, yaitu
:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagai dating dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki
motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat
maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat
dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut
usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek
terhadap lansia. Pendapat - pendapat klise itu seperti : lansia lebih
senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan
pandapat orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada
lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan
atas dasar tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk, karena perlakuan
yang buruk itu mebuat penyesuaina diri lansia menjadi buruk.

B. Kondisi Fisik Lansia

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi


adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology),
misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit mulai keriput, gigi mulai
rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik
seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara
berlipat ganda.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis
maupun social, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain.
            Beberapa kemunduran organ tubuh pada lansia, di antaranya
adalah :
1.      Kulit : kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastic lagi.
Dengan demikian, fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan perisai
terhadap masuknya kuman terganggu. Tipis dan keriput disebabkan oleh
hilanganya lapisan lemak dibawah kulit, tidak elastic lagi karena terbentuk
jaringan ikat baru dibawahnya.
2.      Rambut : rontok, warna menjadi putih, kering, dan tidak megkilat ini
berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.
3.      Seks : produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan
bertambahnya umur, selain itu, produksi hormon pada pria dan wanita yang
menurun juga dipengaruhi oleh menopause pada wanita dan andropause
pada pria.
4.      Otot : jumlah sel otot berkurang, ukurannya atrofi, sementara jumlah
jaringan ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan menyusut,
fungsinya menurun, dan kekuatannya berkurang.
5.      Jantung dan pembuluh darah : pada manusia usia lanjut kekuatan mesin
pompa jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus yang di
jantung dan otot mengalami kekakuan. Lapisan inti menjadi kasar akibat
merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolesterol tinggi, dan lain-lain.
Yang memudahkan timbulnya penggumpalan darah dan trombosit.
6.      Tulang : ada proses menua kadar kapur atau kalsium dalam tulang
menurun, akibatnya tulang menjadi kropos atau osteoporosis dan mudah
patah. Dengan bertambahnya usia, terdapat peningkatan hilang tulang
secara linear

Adapun perubahan -  perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia, antara
lain :
1.      Sel
a.       Lebih sedikit jumlahnya
b.      Lebih besar ukurannya

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

c.       Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.


d.      Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
e.       Jumlah sel otak menurun.
f.       Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g.      Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.
2.      Sistem persarafan :
a.       Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam
setiap harinya).
b.      Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c.       Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stress.
d.      Mengecilnya saraf pancaindra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, pengecilnya saraf pencium dan rasa, lebih sensitive terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e.       Kurang sensitive terhadap sentuhan.
3.      Sistem pendengaran
Presbiakuisis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada
– nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit di menegerti kata – kata, 50
% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
a.       Membaran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
b.      Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatkan
keratin.
c.       Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres.
4.      Sistem penglihatan
a.     Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b.      Kornea lebih berbentuk sferis      
c.       Lensa lebih suram (kekeruhanpada lensa) menjadi katarak. Jelas
menyebabkan    gangguan penglihatan.
d.      Meningkatnya amabang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lamabat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e.       Hilangnya daya akomodasi.
f.       Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya
g.      Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
5.      Sistem kardiovaskuler

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

a.       Elastisitas didnding aorta menurun.


b.      Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c.       Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
d.      Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk
ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(menyebabkan pusing mendadak).
e.       Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90
mmHg.
6.      Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
termosta, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi sebagai
faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain:
a.       Temperatur tubuh menurun (hiportemia) secara fisiologik 35 0 ini akibat
metabolisme yang menurun.
b.      Keterbatasan  refleks menggil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

C. Masalah Kesehatan Lansia

Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan


pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari
kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Menurut Kane dan Ouslander sering desebut dengan istilah 14


I, immobility (kurang bergerak),instability (berdiri dan berjalan tidak stabil
atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil / air
besar), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell,
communication, convalescence, skin integrity (gangguan panca indera,

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air


besar), isolation (depresi), inanition(kurang gizi), impecunity (tidak punya
uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-
obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh
yang menurun), danimpotence (impotensi).
Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia sebagai
berikut:
1. Kurang bergerak

Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia


kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang,
sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.

2. Istabilitas

Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh derita) baik karena prosen menua, penyakit
maupun proses ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat
obatan tertentu dan faktor lingkungan.
Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bagian
tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera
pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat
mandi. Selain dari pada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat
membatasi pergerakannya. Walaupun sebagian lansia yang terjatuh tidak
sampai menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berta, tetapi
kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan.
Terjatuh pada lansia dapat menyebabkan gangguan psikologis berupa
hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk
selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya
dari bahaya terjatuh.

3. Beser

Beser, buang air besar (bak) merupakan salah satu masalah yang sering
didapati  pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah
dan kekerapan yang cukup mengakibtkan masalah kesehatan atau social.
Beser bak merupakan masalah yang sering kali dianggap wajar dan normal

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh
lansia tersebut maupun keluarganya.
Akibat timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun social,
yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut.
Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk
mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia
kekurangan kandungan kemih. Besek bak sering pula disertai dengan beser
buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak
mandi.

4. Gangguan intelektual

Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual


dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya
aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai
usia 60-85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5% lansia yang berusia 60-74
tahun mengalami demensia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah
85 tahun kejadian meningkat mendekati 50%. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan gangguan intelektual adalah depresi sehingga perlu
dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.

5. Infeksi

Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena
selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang
menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis  dan pengobatan serta
resiko menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit
infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun,
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit
sekaligus (komordibitas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat
berkurang. Selain tiu, faktor nutrisi, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan
kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit

Akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikina


juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk
berbicara dapat menyebabkan terganggunya komunikasi, sedangkan kulit
menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

7. Depresi

Perubhan status social, bertambahnya penyakit dan berkurangnya


kemandirian social serta perubahan-perubahan akibat proses menua
menjadi salah satu pemicu munculnya  depresi pada lansia. Namun
demikian, sering kali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-
penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan
sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul sering kali dianggap
sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering
menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh
lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat
badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan
perhatain, kurangnya minat, hulangnya kesenangan yang biasanya dinikmati,
menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan
mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi, pada lansia
sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik
saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggan, gangguan
pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.

8. Kurang gizi

Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan


maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan
untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi social (terasing dari
masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup
seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkang faktor kondisi  kesehatan

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan, dan


lain-lain.

9. Daya tahan tubuh menurun

Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi
tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun
tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula
karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita
(menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga
penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi
organ-organ tubuh, dan lain-lain.

10.  Impotensi

Merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi


yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi
paling sedikit tiga bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS)
bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang di
wawancarai ternyata 52% menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari
disfungsi ereksi total 10%, disfungsi ereksi sedang 25% dan  minimal 17%.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke
dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah
(arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit dan juga
berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.

11. Tidak punya uang

Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental


akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Untuk dapat
menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat,
yaitu memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai
peranan di dalam menjalin masa tuanya.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

12.   Penyakit obat-obatan

Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih
dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi
sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama
tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
pemakaian obat-obatan yang digunakan.

Penyakit Yang Biasa Diderita Lansia

Usia lanjut memiliki banyak masalah dengan kesehatan yang terkait dengan
menurunnya fungsi tubuh dan faktor-faktor sekitar seperti makanan dan
lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit yang biasa diderita oleh usia lanjut
antara lain:

a.   Jantung dan Serangan Jantung


Untuk mencegah dari serangah jantung, bisa dilakukan dengan cara-cara
berikut yaitu makan makanan yang sehat untuk menurunkan tekanan darah
tinggi dan kadar kolesterol dalam darah, kurangi berat badan jika kita
termasuk memiliki berat yang berlebih (overweight), berhenti merokok,
kurangi stress, cukup berolahraga (misalnya jogging dan jalan kaki) atau
melakukan aktifitas fisik yang lain, kurangi konsumsi garam sampai 5 mg
(atau sekitar 1 sendok teh dalam 24 jam) dan hindari makanan gorengan dan
bergaram.
b.   Tekanan darah Tinggi
Untuk mencegah terjadi penyakit tekanan darah tinggi , lakukan aktifitas fisik
seperti olahraga secara teratur, jalan kaki, yoga, atau aerobik yang ringan;
jaga berat tubuh agar pada kondisi ideal, ikuti pola makan sehat seperti
makan makanan yang berasal dari buah dan sayuran, susu rendah kalori,
minyak ikan, hindari minuman beralkohol dan soft drink, berhenti merokok
dan kurangi konsumsi garam atau diganti dengan garam diet.
c.       Arthritis (reumatik)
Untuk mencegah penyakit reumatik ini biar tidak kumat antara lain: lakukan
latihan fisik dan berjalan kaki secara teratur, pola makan yang seimbang dan
gaya hidup yang sehat dapat mencegah penyakit ini, minumlah suplemen
berupa kalsium dan vitamin D secara teratur bila tidak tercukupi dari

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

makanan yang dikonsumsi, lakukan olahraga angkat beban ringan secara


teratur, hindari merokok dan alkohol, lakukan tes tulang untuk melihat kondisi
tulang kita.
d.      Osteoporosis (tulang rapuh)
Berikut adalah langkah-langkah untuk mencegah tulang menjadi cepat lemah
dan rapuh, yaitu dengan cukup konsumsi kalsium setiap hari; cukup vitamin
D setiap hari (dapat diperoleh dari makanan/minuman atau sinar matahari);
makan makanan yang sehat yang mengandung vitamin A, Vitamin C,
magnesium, seng dan protein , yang dapat berasal dari susu, buah-buahan
dan sayuran hijau dan berdaging; selalu aktif secara fisik dapat membantu
kesehatan tulang; jangan merokok karena bisa merusak tulang dan
menurunkan kadar estrogen dalam tubuh; dan hindari pekerjaan-pekerjaan
atau aktifitas yang beresiko besar untuk terjatuh.

e.      Diabetes
Untuk mengontrol diabetes, lakukan latihan setiap pagi misalnya berjalan
pagi, jogging dengan intensitas kecil atau sedang, atau aerobik ringan;
pilihlah makanan-makanan yang sehat (rendah lemak, rendah kalori dan
rendah garam); hindari konsumsi gula dan sirup, pilihlah gula diet; konsumsi
sayuran dan buah segar, ganti soft drink dengan jus buah tanpa gula atau air
putih; makan makanan dan snack yang sesuai (rendah gula) pada waktu-
waktu tertentu dalam sehari agar kadar gula darah bisa terjaga; dan yang
terakhir yaitu selalu lakukan kontrol ke dokter.
f.       Kanker
Untuk mencegah kanker: berhentilah merokok, konsumsi buah dan sayur
secukupnya yang dapat mempunyai efek melindungi dari kanker (sebagai
antioksidan), konsumsi teh hijau  secangkir sehari secara teratur dapat
mencegah kanker dan juga melindungi jantung, aktifitas fisik secara teratur
dan menjaga berat badan, juga menghindari bahan-bahan makanan yang
mempunyai efek karsinogenik dan menghindari dari bahan-bahan atau
sumber radiasi.
g.      Ginjal
Sakit ginjal dapat dicegah dengan menjaga tekanan darah di batas normal,
menjaga berat badan, kurangi makanan berlemak, minum air yang cukup,
kurangi minum kopi, hindari minuman beralkohol, tidak merokok atau
menggunakan produk tembakau.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

h.      Pembesaran prostat
Untuk mencegahnya yaitu dengan teratur melakukan olahraga ringan, makan
makanan yang bergizi seperti sayuran dan buahan (kubis-kubisan, alpukat,
kacang-kacangan, labu, tomat, ikan dan minyak ikan), mengikuti pola makan
sehat, tidak merokok, tidak begadang, kurangi makanan pedas yang
berlebihan, dan memeriksakan ke dokter secara berkala.
i.        TBC
TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikroba. Untuk
pencegahannya yaitu hidup bersih dan sehat, mencuci tangan setelah
berada di sekitar orang yang mengidap penyakit batuk kronik, konsumsi
makanan yang kaya akan vitamin, mineral, kalsium, protein dan serat, hindari
berada cukup dekat dengan orang yang sedang batuk, olahraga teratur di
tempat yang berudara segar dan sejuk. Lakukan pemeriksaan jika menderita
batuk agak lama.
j.        Penyakit mata
Penyakit mata atau katarak adalah salah satu penyakit yang menyerang
lansia. Pencegahannya yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang kaya
vitamin A, C dan E seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan ikan.
Kandungan katekin dalam teh hijau juga membantu mencegah terjadinya
katarak. Istirahatkan mata selama selama 5-30 menit jika kita sedang
membaca (caranya: menutup mata atau menghadap ke suatu arah tertentu,
bernapas dalam dan menutup mata dengan telapak tangan). Gunakan
kacamata gelap jika sedang berada di luar di siang hari.

k.      Alzheimer (penyakit pikun)


Agar tidak pikun, mulailah rajin berolahraga yang ringan, konsumsi makanan
yang bergizi seperti serealia utuh (yang banyak kandungan vitamin B nya),
ikan dan minyak ikan, teh, sayuran dan buahan (misalnya buah delima),
makanan yang mengandung vitamin D (misalnya telur, susu), selalu aktif
berpikir, tidur teratur dan cukup, serta melindungi otak dari ancaman cedera
atau yang lainnya. Contoh lain dari menu lansia dalam satu hari misalnya
sebagai berikut.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

D. Masalah Gizi Pada Lansia

a. Kegemukan atau obositas

Keaadaan ini disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, banyak


mengandung (lemak, protein dan karbohidrat) yang tidak sesuai dengan
kebutuhan. Kegemukan ini biasanya terjadi sejak usia muda bahkan sejak
anak-anak. Seseorang yang sejak kecil sudah gemuk mempunyai banyak sel
lemak yang bilamana konsumsi meningkat cenderung sel lemak itu diisi
kembali sehingga mudah menjadi gemuk. Proses metabolisme yang
menurun pada usia lanjut, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas
fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga kalori yang berlebih akan di
ubah menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan.
Kegemukan atau obesitas akan meningkatkan resiko menderita penyakit
jantung koroner 1-3 kali, penyakit hipertensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9 kali
dan penyakit empedu 1-6 kali. Beberapa penyakit yang dihubungkan dengan
kegemukan atau obesitas antara lain :
1.      Penyakit jantung koroner (PJK)
Menurut Kennedy penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil
(atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertrofi. Pada batas
umur 30-90 tahun, masa jantung bertambah ± 1 g per tahun pada laki-laki
dan ± 1,5 g per tahun pada wanita. Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
yang berlebihan dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner. Selain
itu, kegemukan dan obesitas juga merupakan faktor resiko penting yang
memengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner ini terjadi jika ada penyempitan pembuluh darah
jantung
oleh timbunan lemak (plak) sehingga jantung kekurangan oksigen. Faktor
resiko yang bisa dimodifikasikan antar lain kebiasaan merokok, dislipidemia,
kurang gerak, kegemukan, diabetes mellitus, stress, infeksi, serta gangguan
pada darah (fibrinogen, faktor thrombosis dan sebagainya).
2.      Hipertensi
Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk
memompa darah keseluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung lebih
tinggi. Di samping itu, pembuluh darah pada usia lanjut lebih tebal dan kaku
(arteriosklerosis) sehingga tekanan darah akan meningkat. Bila disertai
adanya plak di dinding dalam arteri dapat menyebabkan sumbatan pembuluh

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

darah yang dapat menyebabkan strok (pecahnya pembuluh darah). Jika


sumbatan ini terjadi pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan lumpuh
atau kematian. Bila sumbatan terjadi di jantung, maka akan menyebabkan
serangan angina atau infark yang juga dapat menyebabkan kematian.
Konsumsi natrium (garam) yang berlebih dapat meningkatkan tekanan
darah. Selain itu rendahnya konsumsi kalsium, magnesium dan kalium dapat
pula meningkatkan tekanan darah.

3.      Diabetes mellitus
Adalah suatu keadaan/kelainan di mana terdapat gangguan metabolism
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan karena kekurangan insulin
atau tidak berfungsinya insulin. Hal ini dapat menyebabkan gula darah
tertimbun dalam darah (hiperglikemia) dengan berbagai akibat yang mungkin
terjadi. Pada orang gemuk atau obesitas, hiperglikemia terjadi karena insulin
yang dihasilkan tidak memenuhi kecukupan.
4.      Sirosis hepatitis
Pada usia lanjut sirosis menunjukkan perjalanan penyakit dan gejala
penyakit seperti yang terdapat pada dewasa lain.
Lemak yang berlebihan akan ditimbun dalam hati yang akan menyebabkan
terjadinya perlemakan hati, dan memicu terjadinya penyakit sirosis hepatitis.
Disamping itu, sirosis hepatitis juga disebabkan karena radang hati
(hepatitis) akibat kebiasaan minum alcohol yang berlebih. Sirosis ini dapat
berkembang menjadi kanker hati.

b.      Kurang energi kronis (KEK)


Kurangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada usia lanjut dapat
menyebabkan penurunan berat badan yang drastis. Pada orang tua, jaringan
ikat mulai keriput sehingga kelihatan makin kurus. Disamping kurangnya
karbohidrat, lemak dan protein sebagai zat gizi makro maka penderita KEK
biasanya disertai kekurangan zat gizi makro lain lain.
Penderita dengan penyakit infeksi kronis dan keganasan berat badannya
juga menurun (misalnya pada TBC, kanker). Seseorang dikatakan
menderita  KEK, bila IMT < 17, selain itu dari pemeriksaan klinis dapat
terlihat bahwa orang tersebut sangat kurus dan tulang-tulangnya menonjol.
Penyebab kurang energy kronis (KEK) pada usia lanjut antara lain :

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

1.      Makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan


penciuman.
2.      Banyak gigi yang tanggal/ompong sehingga untuk makan terasa sakit.
3.      Nafsu makan berkurang karena kurang aktivitas, kesepian, depresi,
penyakit kronis, efek samping dari obat, alcohol dan rokok.

c.       Osteoporosis (Keropos Tulang)


Masa tulang telah mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk
wanita dan 45 tahun untuk pria. Bila konsumsi kalsium kurang, dalam jangka
waktu lama akan timbul osteoporosis. Osteoporosis pada wanita terjadi
setelah dua tahun menopause. Hal ini karena masa tulang wanita lebih kecil
dari pada pria dan pengaruh penurunan hormone estrogen pada wanita yang
telah mengalami menopause. Akibatnya tulang sangat rapuh dan mudah
terjadi patah tulang, bilamana mengalami jatuh. Kekurangan kalsium dalam
waktu lama dapat menyebabkan osteoporosis.

d.      Gout
Gout dapat timbul sebelum usia lanjut yang akan berlangsung sampai usia
lanjut. Gout ini lebih sering terjadi pada pria. Kelainan metabolism protein
yang menyebabkan asam urat dalam darah meningkat. Kristal asam urat
akan menumpuk di persendian yang menyebabkan rasa nyeri dan bengkak
di sendi. Daerah sasaran gout yaitu ibu jari kaki, telapak kaki, pergelangan
dan lutut. Pada kulit sekitar permukaan sendi yang terserang membengkak
dan hangat dengan warna kemerahan → tua → ungu.
Pada penderita gout perlu pembatasan konsumsi protein agar kadar asam
urat dalam darah menurun. Selain itu, asam urat yang berlebih dapat
menjadi pencetus terjadinya batu ginjal.

E. KEBUTUHAN GIZI LANSIA

1.  Kebutuhan Gizi
Kebutuhan gizi bagi setiap manusia berbeda-beda tergantung dari jenis
kelamin, umur, aktivitas, ukuran dan susunan tubuh,iklim atau suhu
udara,kondisi fisik tertentu (sakit) serta unsure lingkungan. Kecukupan atau
konsumsi gizi manula berbeda dengan kecukupan gizi pada usia muda.
Namun kebutuhan nutrisi manusia sama pada usia 40, 50, 60, dan
sesudahnya seperti ketika masih berusia sedikit muda dengan sedikit variasi.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

a.      Energi
Pada manusia , kebutuhan energi menurun sehubungan dengan
meningkatnya usia. Hal ini disebabkan banyak sel,yang sudah kurang aktif
yang mengakibatkan kegiatan fisik juga menurun. Dalam “Widya Karya
Pangan Dan Gizi Tahun 1988” disebut kecukupan gizi yang dianjurkan untuk
pria manula adalah sebesar 2.100 kalori dan wanita 1.700 kalori. Kebutuhan
kalori akan mulai menurun  pada usia 40-49 tahun sekitar 5%,pada usia 50-
59 tahun dan usia 60-69 tahun menurun 10%.

Dengan penurunan ini berarti jumlah makanan yang seharusnya


dikonsumsi  juga menurun.Kebutuhan energy pada usia 40 tahun sekitar 35
kkal/kg BB ideal. Setiap usia 10         tahun perkembangan usia, kebutuhan
energy akan menurun 10 g. Tetapi, pembagian ke dalam zat-zat gizi tetap
berprinsip pada pola gizi seimbang.

b.      Protein
Fungsi protein pada manula tidak lagi untuk pertumbuhan, tetapi untuk
pemeliharaan dan pengganti sel-sel yang rusak,serta pengaturan fungsi
fisiologis tubuh. Pada usia tua tubuh lebih tergantung  pada asam-asam
amino esensial. Dianjurkan kecukupan protein usia lanjut dipenuhi dari
protein yang berkualitas baik seperti susu, telur, daging karena kecukupan
asam amino yang pentingnya pada usia lanjut meningkat. Jumlah protein
pada usia lanjut meningkat. Jumlah protein yang diperlukan bagi laki-laki
lanjut adalah 49 g per hari dan perempuan sebesar 41 g perhari. Pada usia
lanjut tidak diperlukan jumlah konsumsi protein yang berlebih karena akan
memberikan fungsi ginjal dan hati,sebaiknya konsumsi protein asal hewani
atau nabati adalah 10 % dari total kebutuhan total kalori perhari.

c.       Hidrat Arang
Penggunaan hidrat arang relatif menurun pada manula karena kecukupan
kalori juga menurun. Dianjurkan 50% dari total energy berasal dari hidrat
arang.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

d.      Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang. Lemak yang
berlebih dapat disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga, dan bila
sangat berlebih akan disimpan sebagai lemak tubuh. Konsumsi yang
berlebih pada manula  dihindari karena dapat meningkatkan kadar lemak
tubuh,khususnya kadar kolesterol darah. Dianjurkan konsumsi lemak hewani
dikurangi dan banyak menggunakan lemak nabati. Jumlah lemak yang
dianjurkan diatur tidak melebihi 25 % dari total
kecukupan energy sehari , karena kebutuhan lemak pada lansia hanya
berkisar antara 20-25% dari total kalori/hari.

e.       Vitamin
Kebutuhan vitamin pada manula tidak jauh berbeda dengan kebutuhan
pada waktu muda,kecuali niasin,riboflavin,dan tiamina. Kecukupan ketiga
vitamin itu tergantung dari jumlah yang diperlukan. Pada manula, konsumsi
vitamin seperti riboflavin ,tiamina,vitamin B6 asam folat, Vitamin C dan D,
dan vitamin E dari makanan perlu mendapat perhatian yang khusus terutama
bagi mereka yang menginjak usia menopause (50 tahun ke atas)
memerlukan vitamin-vitamin antioksidan seperti  Vitamin A dan Vitamin E
(400-600 unit/hari).

f.       Mineral
Pada prinsipnya, mineral memang dibutuhkan sedikit,tetapi pada manula
sering dijumpai masukan makanan kurang dalam beberapa jenis mineral
seperti zat besi, kalsium. Kalsium yang dibutuhkan pada usia 19-50 tahun
1.000 mg, sedangkan untuk usia lebih dari 51 tahun,kebutuhan kalsium
sebesar 1.200 mg. Organisasi kesehatan menyarankan bagi manusia yang
sudah pasca menopause untuk mengonsumsi harian, kalsium sebesar 1.500
mg, lebih tinggi dari kebutuhan biasa sebesar  1.200 mg. suplemen kalsium
hingga  1.000 mg/hari juga disarankan bagi mereka yang tidak mendapatkan
mineral yang lebih cukup dari makanan. Adapun kecukupan yodium yang
dianjurkan untuk orang Indonesia untuk usia 10-59 tahun dan lebih dari 60
tahun baik pria maupun wanita adalah sebanyak 150 mg.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

g.      Air dan Serat


Kebutuhan air meningkat dengan bertambahnya usia. Dengan
berkurangnya kemampuan ginjal maka air punya peranan penting sebagai
pengangkut sisa pembakaran tubuh dan mendorong peristaltic usus.
Dianjurkan manula mengonsumsi cairan minimum 6-8 gelas sehari. Serat
dalam makanan akan membantu mendorong peristaltic usus dan dapat
mencegah konstipasi pada manula.

2.     Angka Kecukupan Gizi Lansia


Kecukupan  gizi usia  lanjut berada dengan usia muda. Kebutuhan
gizi  sangat
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas/kegiatan, postur tubuh,
aktivitas fisik dan mental (termasuk pekerjaan) sehari-hari, iklim/suhu
udara,kondisi fisik tertentu (masa pertumbuhan,sedang sakit) dan unsure
lingkungan (misalnya bekerja dibahan dengan bahan nuklir). Konsumsi
makan yang cukup dan seimbang akan brmanfaat bagi usia lanjut untuk
mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit degenerative seperti
penyakit jantung,ginjal,diabetes mellitus arthritis dan lain-lain atau
kekurangan  gizi yang seyogianya telah dilakukan sejak muda. Adapun
kebutuhan zat-zat gizi pada usia lanjut:

a.      Kalori
Kebutuhan energy pada usia lanjut menurun sehubungan dengan
penurunan metabolism basal (sel-sel banyak yang inaktif) dan kegitan fisik
cenderung menurun. Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia
40 – 49 tahun dan 10% pada usia 50-59 tahun serta 60-69 tahun. Menurut
widya karya pangan dan gizi 1993,kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia
lanjut(
2.      Protein
Untuk usia lanjut protein berfungsi untuk mengganti sel-sel jaringan-
jaringan yang rusak serta mengatur fungsi fisiologi tubuh. Dianjurkan
memenuhi kebutuhan protein terutama dari protein hewani dan nabati
dengan perbandingan 1:3,.Jumlah protein yang diperlukan untuk laki-laki
usia lanjut (60 tahun)adalah 55 g per hari dan wanita usia lanjut 48 g per
hari. Hindarkan konsumsi protein yang berlebih karena akan memberatkan

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

fungsi ginjal dan hati. Protein diperlukan lebih pada usia lanjut yang
menderita penyakit infeksi serta mengalami setres berat.
3.      Lemak
Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang. Lemak berlebih
disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga dan bila berlebih akan
ditimbun sebagai lemak tubuh. Konsumsi lemak yang berlebih tidak
dianjurkan pada usia lanjut karena dapat meningkat kadar lemak dalam
tubuh khususnya kadar kolesterol darah.Kebutuhan lemak usia lanjut lebih
sedikit. Konsumsi lemak dibatasi jangan lebih dari seperempat kebutuhan
energi. Pada usia lanjut di anjurkan untuk mengonsumsi asam lemak tak
jenuh(berasal dari nabati). Dan pembatasan konsumsi lemak untuk usia
lanjut karena meningkat:
 Berkurangnya aktivitas tubuh.
 Berkurangnya produksi enzim sehingga pencernaan lemak tidak
sempurna akan membebani lambung dan usus.
 Bisa menyebabkan arterosklerosis bila mengonsumsi asam lemak
jenuh yang tinggi.

4.      Vitamin
Untuk usia lanjut dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan
kaya vitamin A,D,E untuk mencegah penyakit degeneratif(sebagai
antioksida).Selain itu,mengonsumsi mkanan yang banyak mengandung
vitamin B12,asam folat dan B1 juga dianjurkan,untuk menanggulangi resiko
penyakit jantung.
o Adapun kebutuhan vitamin untuk usia lanjut per orang per hari
Adalah:
  Vitamin wanita 500 RE dan laki-laki 600 RE.
  Vitamin B1 1,0 ug.
  Vitamin B6 wanita 1,6 ug dan laki-laki 2,0 ug.
 Vitamin B12 1,0 ug.
  Asam Folat wanita 150 ug dan laki-laki 170 ug.
  Vitamin C60 ug.
  Vitamin D5 ug.
  Vitamin E wanita 8 ug dan laki-laki 10 ug.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

5.      Mineral

Pada usia lanjut di anjurkan mengonsumsi makanan fe,Zn,selenium,


dan kalsium untuk mencegah anemia dan pengeroposan tulang terutama
pada wanita. Adapun kebutuhan mineral untuk usia lanjut perhari adalah:
 Kalsium wanita 500 mg dan laki-laki 600mg.
 Zat besi wanita 14 ug dan laki-laki 13 ug.
 Natrium (NaCl)2,8-7,8 g.
 Seng (Zn) 15 ug.
 Selenium wanita 55 ug dan laki-laki 70 ug.

Dianjurkan pada usia lanjut dengan tekanan darah tinggi mengonsumsi NaCl
sejumlah 3 g per orang per hari karena dapat membantu menurunkan
tekanan darah.

F. PERANAN GIZI BAGI LANSIA

Peranan Energi
  Energi untuk diukut dengan kalori dan menghasilkan dari karbohidrat,protein,
dan lemak.
 Kelebihan energi dapat memengaruhi terjadinya penyakit
degeneratif,karena energy ini disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
 Penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya lebih banyak
terdapat pada orang-orang dengan energi yang berlebihan.
 Kekurangan energi mengakibatkan berat badan rendah yang dapat
mengakibatkan fungsi umum menurun,seperti menurunnya daya
tahan dan kesanggupan kerja.

Peranan Protein
        Pada usia lanjut fungsi protein yang di konsumsi tubuh tidak lagi untuk
pertumbuhan. Peranan protein yang utama adalah memelihara dan
mengganti sel-sel jaringan yang rusak,pengatur fungsi fisiologi organ tubuh.
 Kebutuhan protein pada usia lanjut didasarkan kepada kebutuhan
orang dewasa muda pada umur 25 tahun,yaitu pada pria 0,95g/kg
berat badan/hari sedangkan pada wanita 0,87 g/kg berat badan/hari.
 Kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang indosnesia adalah 50
g/hari untuk pria dengan umur 60 tahun ke atas dan 44g/hari untuk
wanita dengan umur 60 tahun ke atas.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

 Dianjurkan kebutuhan protein pada usia lanjut dipenuhi dari protein


yang bernilai biologi tinggi seperti telut, akan dan lain-lain karena
kebutuhan asam-asam amino esensial meningkat pada usia
lanjut.Tetapi konsumsi protein yang berlebihan tidak bermanfaat
Karena akan dapat memberatkan fungsi ginjal dan hati.

Peranan lemak
 Lemak merupakan sumber energi yang dapat disimpan di dalam
tubuh sebagai cadangan energy.
 Konsumsi lemak yang berlebihan pada usia lanjut tidak dianjurkan
karena dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh, khususnya
kadar kolesterol darah.
 Masukan lemak melalui makanan dianjurkan tidak melebihi 30% dari
jumlah total energi yang dibutuhkan.Untuk bangsa Indonesia
konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 25% dari energi yang di
butuhkan.

Peranan Mineral
Mineral dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun peranannya sangat penting
dalam berbagai proses metabolik dalam tubuh,sehingga bila mengonsumsi
mineral kurang dari kebutuhan akan dapat mengganggu kelangsungan
proses tersebut.
Kalsium
Pada proses menua terjadi gangguan absorpsi kalsium,karena itu sangat
dianjurkan untuk mengonsumsi susu 1 gelas/hari.Kebutuhan kalsium yang di
anjurkan adalah 500 mg/orang/hari.Untuk yang menderita osteoporosis
dianjurkan pemberian kalsium sejumlah 800 mg/orang/hari.Namun kalsium
yang di butuhkan pada usia 19-20 tahun 1.000 mg,sedangkan untuk usia
lebih 51 tahun,kebutuhan kalsium sebesar 1.200 mg.
Fe/Zat besi
Kebutuhan Fe yang dianjurkan sebesar 9 mg/orang/hari untuk
pria,sedangkan 8 mg/orang/hari untuk wanita.Anemia gizi sering terjadi pada
usia lanjut,diakibatkan rendahnya jumlah Fe dalam makanan yang di
konsumsi ataupun adanya penyakit pada lambung yang dapat mengganggu
penyerapan Fe di dalam saluran pencernaan.Oleh karena itu,sebaiknya

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

dipilih zat besi yang berasal dari hewani.Konsumsi protein asal hewan antara
lain daging perlu di konsumsi dalam jumlah yang cukup tetapi tidak boleh
berlebihan,karena zat besi asal protein hewani lebih mudah diserap.

Natrium
Kebutuhan NaCl adalah 2,8-7,8 g/orang/hari.Dianjurkan lansia dengan
tekanan darah tinggi mengonsumsi NaCl sejumlah 3 mg/orang /hari karena
dapat membantu menurunkan tekanan darah.Pada keadaan ini
menyebabkan nafsu makan usia lanjut menurun,karena makanannya kurang
garam.
Air
     Kebutuhan air meningkat dengan bertambahnya usia seseorang.Dengan
berkurangnya kemampuan ginjal,,maka air mempunyai peranan penting
sebagai pengangkut sisa metabolism dalam tubuh.Dianjurkan meminum air
sebanyak 6-8 gelas atau lebih dalam sehar.Air juga mempunyai peranan
mendorong peristaltik usus sehingga dapat mencegah kontipasi.

Peranan Serat
         Pada manula serat diperlukan memungkinkan proses buang air besar
menjadi teratur dan menghindari berbagai penyakit.
         Fungsi serat dalam usaha pencegahan penyakit yaitu mencegah
penyakit jantung koroner,kanker usus besar,penyakit diabetes
melitus,penyakit divertikular (penonjolan bagian luar usus), dan mencegah
kegemukan.

Peranan Vitamin
       Secara umum vitamin mempunyai fungsi yaitu mengatur berbagai
proses metabolisme dalam tubuh,mempertahankan fungsi berbagai
jaringan,memengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru dan
membentuk pembuatan zat-zat tertentu dalam tubuh.
Vitamin A
      Penghasilan yang baik,ketahanan jaringan,daya tahan tubuh terhadap
infeksi sangat tergantung kepada kecukupan Vitamin A.Pada pria maupun

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

wanita usia umur 60 tahun ke atas kecukupan Vitamin A adalah 3.500-4.000


mikrogram/orang/hari.
Vitamin B1/Tiamina
       Kecukupan Vitamin B1 untuk pria lanjut adalah 1,2 mg/orang/hari dan
1,0 mg untuk wanita lanjut.

Vitamin B6
      Kecukupan  Vitamin B6 yang dianjurkan pria lansia adalah 2,2
mikrogram/hari dan 2,0 mikrogram untuk wanita lanjut.
Folat
     Di dalam tubuh asam folat berfungsi memproduksi sel darah merah dan di
butuhkan untuk sintesis asam amino.
      Asam folat berfungsi sebagai kafaktor yang sangat penting dan juga
merupakan koenzim yang berfungsi mengatur proses remetilasi dan
transulfurasi metabolisme homosistein.Asam folat juga merupakan koenzim
yang sangat besar peranannya dalam reaksi di dalam tubuh,seperti sintesis
DNA,pembelahan sel normal,sintetis purin,interkonversi asam amino,dan
berbagai reaksi seluler lainnya.konsumsi asam folat tidak hanya berperan
besar pada pembentukan jaringan otak janin saja,tetapi juga berpotensi
mengatasi kepikunan pada kelompok lanjut usia.Hasil penelitian
membuktikan,mengonsumsi makanan yang lunak yang banyak mengandung
asam folat akan menurunkan risiko terserang kanker usus besar.

Vitamin B12
      Vitamin B12 merupakan unsur penting untuk meningkatkan kemampuan
daya ingat,bahkan bisa mengatasi persoalan kelainan saraf di samping itu
Vitamin B12 bekerja sama dengan asam folat memproduksi sel darah merah.
      Vitamin B12 juga berfungsi sebagai kofaktor yang sangat penting dan
juga merupakan koenzim yang berfungsi mengatur proses remetilasi dan
transulfurasi metabolisme homosistem kecukupan yang dianjurkan untuk
B12 adalah 0,3 mikrogram/hari bagi usia lanjut.
Vitamin C
      Vitamin C sangat bermangfaat untuk menghambat berbagai penyakit
pada usia tua,berfungsi antara lain meningkatkan kekebalan
tubuh,melindungi dari serangan kanker,melindungi arteri,meremajakan dan

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

memproduksi sel darah putih,mencegah katarak,memperbaiki kualitas


sperma,dan mencegah penyakit

gusi.Kecukupan Vitamin C adalah 60 mg/hari.


Vitamin D
       Kecukupan Vitamin D yang dianjurkan lansia sebanyak 5 mikro
gram/hari atau 200 IU.Pada umumnya konsumsi Vitamin D wanita usia lanjut
rendah daripada pria usia lanjut.
Vitamin E
       Vitamin E merupakan anti-oksida dan diduga berperan memperlambat
proses ketuaan pada usia lanjut.Kecukupan yang dianjurkan adalah 8mg
alpha tokoferol untuk pria dan 10 mg/hari untuk wanita.
Vitamin K
Kecukupan Vitamin K adalah 65 mcg/hari bagi wanita lansia dan 80 mgc/hari
bagi pria lansia.

G. MENU SEIMBANG BAGI LANSIA

Menu seimbang usia lanjut adalah susunan makanan yang mengandung


cukup semua unsure gizi yang di butuhkan para usia lanjut.
       Syarat menu seimbang untuk manula sehat:
1.      Mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan.
2.      Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari
hidrat arang yang merupakan hidrat arang konpleks (sayuran,kacang-
kacangan,dan biji-bijian).
3.      Jumlah lemak dalam makanan dibatasi,yaitu 25-30% dari total kalori.
4.      Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan usia lanjut yaitu 8-
10% dari total kalori.
5.      Dianjurkan mengandung tinggi serat yang bersumber pada buah,sayur dan
bermacam-macam pati,yang konsumsi dengan jumlah secara bertahap.
6.      Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium,seperti susu
nonfat,yoghurt,ikan dan lain-lain.
7.      Makanan mengandung tinggi zat besi yang bersumber dari protein hewani.
8.      Membatasi penggunaan garam seperti monosodium glutamate,sodium
bikarbonat,sodium sistrate.
9.      Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan
yang segar dan mudah di cerna.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

10.  Hindari bahan makanan yang mengandung tinggi alkohol.


11.  Makanan seaiknya yang mudah di kunyah seperi makanan lembek.

H. SUPLEMEN DAN LANSIA

Suplemen yang banyak ditawarkan pada lansia umumnya adalah


suplemen yang berkaitan dengan daya ingat,ketahanan tubuh,awet
muda,mencegah penyakit,dan memperpanjang umur.Pada produsen
suplemen ini.Suplemen untuk fungsi kognitif misalnya,merupakan jenis
suplemen yang cukup menarik orang dewasa dan lanjut usia.Banyak
sekali variasi suplemen diklaim berfungsi membantu meningkatkan fungsi
kongnitif ini.Beberapa di antaranya merupakan campuran vitamin dan
mineral lengkap,atau hanya mengunggulkan satu jenis vitamin tertentu
saja.
Lansia mungkin membutuhkan suplemen,mengingat kondisi
mereka yang menurun,akan tetapi perlu di perhatikan secara seksama
mengenai penggunaannya.Salah-salah akibatnya justru akan berbahaya
bagi lansia itu sendiri.Suplemen makanan (nutraceutical)yang bersifat
fungsional dalam meningkatkan stamina dan ketahanan tubuhnya.Atau
mungkin akan lebih baik jika mengonsumsi makanan yang bersifat
fungsional dengan kandungan antioksida yang tinggi atau juga suplemen
kalsium.
  Perbaikan setatus gizi tubuh melalui makanan dan minuman dan
ditambah dengan extra antioxidan merupakan benteng strategis dalam
memperlambat proses penuaan.Antioksidan dapat diperoleh dengan
mudah melalui konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang
mencapai 400-800g/hari.
Zat gizi protein sebaiknya diperoleh melalui ikan,sedikit
daging,telur dan susu,dan banyak kacang-kacangan.Karbohidrat
sebaiknya bersumber dari bahan-bahan yang tidak murni seperti beras
tidak sosoh,beras jagung tepung terigu dan gandum
utuh,singkong,ubijalar,beras jangung,tepung terigu dan gandum
utuh,singkong,ubijalar,talas,pisang,dan sebagainya.Lemak diusahakan
berasal dari lemak nabati yang cukup mengandung asam
oleat,linoleat,dan linolenat,yang banyak terdapat dalam
jagung,kedelai,alpukat.Namun konsumsi karbohidrat dan lemak harus
secukupnya saja,sehingga tidak menyebabkan kelebihan berat badan.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

 Makanan merupakan suplemen zat gizi untuk semua


orang.suplemem hanyalah sebagai suplrmrn.Ia tidak dapat menggantikan
makanan.Untuk orang-orang yang memiliki keinginan untuk mencapai
kondisi kesehatan optimal,tidak ada istilah terlambat untuk memulai hidup
sehat,yaitu makan dengan benar,minum air,olahraga teratur dan daya hidup
sehat lainnya,demikian juga dengan lansia.

Angka Kecukupan Energi Dan Zat Gizi Yang Dianjurkan Untuk Lansian
Dalam Sehari

Komposisi
Laki-Laki Perempuan
Energy (Kal) 1960 1700
Protein (gram) 50 44
Vitamin A (RE) 600 500
Thiamin (B1) (mg) 0.8 0.7
Riboflavin (B2)(mg) 1.0 0.9
Niasin (B3) (mg) 8.6 7.5
Vitamin B12 (mg) 1.0 1.0
Asam folat
170 150
(mikrogram)
Vitamin C (mg) 40 30
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 500 450
Besi (mg) 13 16
Seng (mg) 15 15
Iodium (mikrogram) 150 150

Waktu Makan Pria (2200 kal) Wanita (1850 kal)

Pagi 1 ½ gls nasi/ pengganti 1 gls nasi/ pengganti


1 butir telur (Telur Mata Sapi) 1 btr telur

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

100 gr sayuran (Cah Kangkung) 100 gr sayuran


1 gls susu skim 1 gls susu skim

Pukul 10.00 Snack/buah (Nagasari) Snack/buah

Siang 1 ½ gls nasi 1  gls nasi


50 gr daging/ikan/unggas (Pepes Ikan) 50 gr daging/ikan/unggas
25 gr tempe/kacang-kacangan
25 gr tempe/kacang-kacangan (Tempe 150 gr sayuran
bb Tomat) 1 ptg buah
150 gr sayuran (Sayur Asem)
1 ptg buah (Semangka)

Pukul 17.00 Snack/ buah (Bubur Kacang Hijau) Snack/ buah

Malam 1 ½ gls nasi 1  gls nasi


50 gr daging/ikan/unggas (Basho 50 gr daging/ikan/unggas
Daging) 50 gr tahu
150 gr sayuran
50 gr tahu (Hot Tahu) 1 ptg buah
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah (Pisang)

2.2 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang


Metode KB Kontrasepsi Jangka Panjang yang disingkat menjadi MKJP
adalah salah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda kehamilan,
serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan jangka panjang,
yang meliputi IUD (alat kontrasepsi dalam rahim), implant dan kontrasepsi
mantap. Esensi tugas program KB dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan
total fertility rate (TFR) agar dapat mengurangi beban pembangunan demi
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa
indonesia. Pelaksanaan program KB senantiasa terintegrasi dengan kegiatan
kelangsungan hidup ibu, bayidan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan dan kesetaraan gender sebagai salah satu upaya pemecahan
hak-hak reproduksi kepada masyarakat.
PemakaianMetode Kontrasepsi Jangka Panjang memiliki banyak
keuntungan, baik dari segi program, maupun dari sisi klien (pemakai).
Disamping mempercepat penurunan TFR, penggunaan kontrasepsi MKJP
juga lebih efisien karena dapat dipakai dalam waktu yang lama serta lebih
aman dan efektif. Metode kontrasepsi ini juga sangat tepat digunakan pada

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

kondisi krisis yang dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia


terutama pada masyarakat yang tergolong kurang mampu/miskin. Dalam
situasi ini kelompok masyarakat miskin merupakan fokus garapan
pemerintah yang dianggap sangat strategis. Dilihat angka kegagalan MKJP
relatif lebih rendah dibanding non-MKJP. Angka kegagalan MKJP dilaporkan
sebesar 0-2 per 1000 pengguna, sedangkan metode non-MKJP dilaporkan
lebih dari 10 per 1000 pengguna. Dari hal tersebut terlihat bahwa metode
MKJP lebih efektif untuk dapat mencegah terjadinya kehamilan (Prawiro,
2012).

2.3 Program Keluarga Berencana


Program KB merupakan upaya pemerintah untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu, harus ditujukan untuk menjaga
kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu, yang meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pemerintah bertanggung jawab
dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam
memberikan pelayanan keluarga berencana yang aman, bermutu, dan
terjangkau oleh masyarakat.Agar laju penurunan TFR lebih mendekati
kondisi penduduk tumbuh seimbang, diperlukan berbagai strategi dalam
pelaksanaan program KB, salah satunya adalah MKJP. Hal ini juga
merupakan salah satu sasaran Program Keluarga Berencana seperti yang
tercantum dalam RPJMN yakni meningkatnya penggunaan metode
kontrasepsi yang efektif serta efesien dan jangka panjang (MKJP).

Gambar : 2.1. Capaian Penurunan Angka Kematian Ibu

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 2.2. Capaian Terhadap Kesehatan Reproduksi

Dasar kebijakan pelayanan KB dalam upaya menurunkan AKI bahwa


pelayanan KB bertujuan untuk pengaturan kehamilan dengan mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan, mencegah kehamilan dengan 4 Terlalu,
serta membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas.

Gambar 2.3.Cakupan KB Aktif

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 2.4. Capaian Program KB

Gambar 2.5. Pemilihan Metode Kontrasepsi

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 2.6. MKJP dan Non-MKJP

Gambar 2.7.Drop Out Menurul Alat Kontrasepsi


Tahun 2012 & 2007

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 2.8. CPR dan MKJP

Hasil studi ICMM (Improving Contraceptive Method Mix) bahwa survei


ini dilakukan di Provinsi Jatim (Kab.Kediri dan Lumajang) dan Provinsi NTB
(Kab. Sumbawa, Lombok Timur dan Lombok Barat). Tujuan survei tersebut
untuk mengetahui dampak kegiatan advokasi yang ditargetkan dalam
peningkatan penggunaan MKJP.
Hasil studi :
a) Pengetahuan tentang KB
Sebagian besar responden mengetahui metode suntik dan berikutnya
pil, AKDR dan Implant : 50% responden. MOW (8-23% responden) dan MOP
(10%).
b) Penggunaan metode KB
80-90% pernah menggunakan kontrasepsi, metode yang paling sering
digunakan adalah suntik, diikuti pil dan AKDR.

Pengambilan keputusan tentang KB, bahwa sebagian responden


menyatakan pengambilan keputusan terkait kesehatan ibu dan anak

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

umumnya dilakukan bersama suami, walaupun sebagian perempuan


menyebutkan pengambilan keputusan dilakukan sendiri.
Penerimaan terhadap non-MKJP dibandingkan MKJP, bahwa sebagian
besar perempuan memilih menggunakan non-MKJP, terutama suntik dan pil.
Analisis lanjutan : rata-rata usia pasangan non-MKJP (33,5 tahun) relatif
lebih muda dibanding pasangan yang menggunakan MKJP (37 tahun).
Keterpaparan pada informasi KB, bahwa 36-50% rumah tangga pernah
dikunjungi oleh tenaga kesehatan terkait pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Dalam kunjungan 87% responden di Provinsi NTB mendapatkan informasi
tentang kb dan hanya 46% responden di Jatim.

Gambar 2.8.
Presentasi Puskesmas Yang Memiliki Kecukupan Asupan
Sumber Daya Untuk Program KB

Gambar 2.9. Asupan Sumber Daya Program KB

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 2.10.
Pelayanan Keluarga Berencana Sepanjang
Siklus Usia Reproduksi

Gambar.......Pemilihan Kontrasepsi Yang Rasional

Gambar 2.11.
Pentahapan Fokus Provinsi Dalam Percepatan
Penurunan AKI&TFR

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Untuk mencapai peningkatan penggunaan MKJP maka diperlukan


stategi pelaksanaan kegiatan, yaitu:
a) Penguatan komitmen para pemangku kepentingan, baik pemerintah
maupun non pemerintah, dalam penyelenggaraan pelayanan KB.
b) Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayan KB,
termasuk pelayanan KIE dan Konseling.
c) Peningkatan permintaan pelayanan KB melalui perubahan nilai tentang
jumlah anak ideal dalam keluarga.
d) Penurunan unmet need melalui peningkatan akses, konseling dan
penguatan KB pasca persalinan, serta penurunan
ketidakberlangsungan penggunaan kontrasepsi melalui peningkatan
penggunaan MKJP dan pembinaan KB.
e) Penurunan kejadian kehamilan pada remaja usia 15-19 tahun melalui
pendewasaan usia perkawinan dan peningkatan pengetahuan tentang
Reproduksi Remaja.

Dalam rangka upaya percepatan penurunan Angka atau jumlah


kematian ibu, Keluarga Berencana merupakan salah satu kegiatan strategis
melalui pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan mencegah
kehamilan karena 4 Terlalu.
Kematian ibu bukan hanya tanggung jawab bidang kesehatan saja,
tetapi menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan seluruh komponen
masyarakat. Diperlukan kemitraan dan sinergitas Lintas Program/Lintas
Sektor di pusat/provinsi/kabupaten kota dalam penguatan Keluarga
Berencana sehingga dapat menurunkan TFR, meningkatkan CPR dan
menurunkan AKI.
Sinkronisasi program dan pelayanan KB mulai ketersediaan data dan
pencatatan-pelaporan, supply chain management KB, pelatihan nakes,
pengadaan pedoman dan lain-lain. Dalam upaya peningkatan penggunaan
MKJP diperlukan edukasi KB yang lebih terfokus pada manfaat dari MKJP,
kemudahan penggunaan dan keefektifan MKJP serta keterlibatan pria dalam
ber-KB MKJP. Semua komponen masyarakat, lintas program dan sektor aktif
mengkampanyekan “Kampanye Peduli Kesehatan Ibu”

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 2.12.
Alur Keberlangsungan Hidup Ibu dan BBL

2.4 Pemilihan Penggunaan Kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien


Pemilihan kontrasepsi oleh PUS dilakukan dengan memperhatikan/
menggunakan pola kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien (REE) yaitu
pemilihan kontrasepsi sesuai dengan umur istri dan jumlah anak serta
mempertimbangkan efektivitas alat kontrasepsi serta efesiensi pembiayaan.
Pilihan kontrasepsi yang Rasional, pada dasarnya adalah merupakan
pilihan klien secara sukarela tanpa adanya unsur paksaan yang didasarkan
pada pertimbangan secara rasional, dari sudut tujuan/teknis pengguna,
kondisi kesehatan medis dan kondisi sosial-ekonomi dari masing-masing
pasangan. Informasi lengkap tentang metode kontrasepsi perlu diperoleh
sebelum pasangan memilih untuk menggunakan kontrasepsi tertentu sesuai
dengan pilihannya. Pilihan yang didasarkan dari informasi yang lengkap
tersebut pada akhirnya akan menghasilkan pilihan metode kontrasepsi yang
bersifat rasional.
Pilihan kontrasepsi yang Efektif, merupakan pemilihan kontrasepsi yang
didasari pada pertimbangan efektivitas masing-masing kontrasepsi jenis
kontrasepsiberdasarkan angka kegagalannya. Efektivitas masing-masing
kontrasepsi dapat dilihat dari angka efektivitasnya secara teoritis dan

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

efektivitas penggunaan secara praktis di lapangan. Dengan mengetahui


tersebut maka pasangan dapat mempertimbangkan penggunaan jenis-jenis
kontrasepsi berdasarkan angka kegagalanya. Sebagai contoh Implant,
AKDR/IUD, MOW dan MOP.
Pilihan kontrasepsi Efesien, pertimbangan terakhir yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat kontrasepsi adalah Efesiensi. Efesiensi
dapat dinilai dari biaya kontrasepsi dalam memproteksi kehamilan per tahun
penggunaan dari seoranng pasangan (Couple Years Protection atau CYP).
Angka alat kontrasepsi per CYP dapat dijadikan pertimbangan dalam
menentukan efesiensi setiap alat kontrasepsi.

Puskesmas

2.4.1. Batasan Puskesmas


Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.

2.4.2. Prinsip Penyelenggaraan.


Sebagai sarana pelayanan terdepan tingkat pertama diIndonesia,
pengelolaan program kerja puskesmas berpedoman pada enam prinsip yaitu
:
1. Paradigma Sehat

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus


melaksanakan prinsip paradigma sehat artinya puskesmas harus
mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus
melaksanakan prinsip pertanggungjawaban wilayah

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

artinyapuskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab


terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.Dengan
adanya prinsip ini maka pelaksanaan program puskesmas tidak
dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya menanti
kunjungan masyarakat ke puskesmas, melainkan secara aktif
yaitu memberikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin kepada
masyarakat. Lebih dari itu, karena puskesmas harus bertanggung
jawabatas masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya,
maka banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan
kesehatan danpencegahan penyakit yang merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan masyarakat.
3. Kemandirian masyarakat
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus
melaksanakan prinsipkemandirian masyarakat, artinya mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Bentuk kemandirian masyarakat dalam pelayanan
kesehatan banyak macamnya. Contohnya adalah pos pelayanan
terpadu (Posyandu), arisan jamban, dan lain-lain.
4. Pemerataan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus
melaksanakan prinsip pemerataan, artinya berupaya
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara
adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya
dan kepercayaan.
5. Teknologi Tepat Guna
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus
melaksanakan prinsip tepat guna, artinya menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat
guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Misalnya adalah untuk perujukan BPJS dapat diselenggarakan
secara elektronik untuk mempermudah dalam sistem informasi
puskesmas.
6. Keterpaduan dan Kesinambungan

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus


melaksanakan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, artinya
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM
dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan
Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.
Untuk pelayanan kedokteran, jalur rujukan adalah rumah sakit.
Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur
rujukannya adalah berbagai kantor kesehatan. (Azwar, 2010)

Dengan dilaksanakan prinsip keterpaduan dan kesinambungan ini,


berbagai manfaat akan dapat diperoleh. Bagi puskesmas dapat menghemat
sumber daya, sedangkan bagi masyarakat lebih mudah memperoleh
pelayanan kesehatan.

2.4.3. Fungsi dan Peran Puskesmas Dalam Sistem Kesehatan


Masyarakat.

Fungsi puskesmas terdiri dari:


a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagai penyelengara UKM tingkat
pertama maka puskesmas berwenang untuk:
i. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan.
ii. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
iii. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
iv. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor
lain terkait.
v. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.
vi. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas.
vii. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

viii. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap


akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan, dan
ix. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan
dini dan respon penanggulangan penyakit.
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagai penyelengara UKP tingkat
pertama maka puskesmas berwenang untuk:
i. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan.
ii. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
iii. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
iv. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
v. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.
vi. Melaksanakan rekam medis.
vii. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan.
viii. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
ix. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, dan
x. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan.
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran
yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki
kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut
serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang
matang dan tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta system evaluasi
dan pemantauan yang akurat.
Dalam Permenkes RI No. 75 tahun 2014 dinyatakan bahwa fungsi
Puskesmas dibagi menjadi dua fungsi utama: Pertama, sebagai
penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

wilayah kerjanyanya dan; Kedua, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan


Perorangan (UKP) tingkat pertama yang berkualitas dan berorientasi pada
pengguna layanannya. Artinya, upaya kesehatan di Puskesmas dipilah
dalam dua kategori yakni : Pertama, pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer yakni puskesmas sebagai pemberi layanan promotif dan preventif
dengan sasaran kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, dan; Kedua, Puskesmas
sebagai pusat pelayanan kesehatan perseorangan primer dimana peran
Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada
pelayanan kesehatan formal dan penakis rujukan sesuai dengan standar
pelayanan medik. Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan prinsip
penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh manajeman Puskesmas
yang baik. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016siklus manajemen Puskesmas yang berkualitas merupakan
rangkaian kegiatan rutin berkesinambungan, yang dilaksanakan dalam
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan secara bermutu, yang harus
selalu dipantau secara berkala dan teratur, diawasi dan dikendalikan
sepanjang waktu, agar kinerjanya dapat diperbaiki dan ditingkatkan dalam
satu siklus “Plan-Do-Check-Action (P-D-C-A)
Untuk menjamin bahwa siklus manajemen Puskesmas yang
berkualitas berjalan secara efektif dan efisien, ditetapkan Tim Manajemen
Puskesmas yang juga dapat berfungsi sebagai penanggungjawab
manajemen mutu di Puskesmas. Tim terdiri atas penanggung jawab upaya
kesehatan di Puskesmas dan didukung sepenuhnya oleh jajaran
pelaksananya masing-masing. Tim ini bertanggung jawab terhadap
tercapainya target kinerja Puskesmas, melalui pelaksanaan upaya kesehatan
yang bermutu.
Gambar 2.13. Siklus Manajemen Puskesmas

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

2.4.4. Organisasi Puskesmas.


Organisasi Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas
(Depkes, 2014). Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas:
1. Kepala Puskesmas;
2. Kepala sub bagian tata usaha;
3. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
4. Penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium; dan
5. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban
tugas masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi
puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan Peraturan
Daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi
puskesmas sebagai berikut:
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan:
• Data dan informasi
• Perencanaan dan penilaian
• Keuangan
• Umum dan pengawasan
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
• Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKBM
• Upaya kesehatan perorangan
d. Jaringan pelayanan puskesmas
• Unit puskesmas pembantu
• Unit puskesmas keliling
• Unit bidan di desa/komunitas

2.4.5. Jenis Kontrasepsi Jangka Panjang


Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang saat ini sangat
direkomendasikan karena memiliki efektivitas yang tinggi, dari 1000
kehamilan hanya ditemukan 6 kehamilan akibat dari kegagalan pemakaian

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

metode KB jangka panjang. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang juga


sangat efektif karena tingkat kegagalan dalam penggunaannya sangat kecil
(tidak perlu minum pil tiap hari atau suntik tiap bulan). Selain itu, Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang tidak akan mengganggu dalam melakukan
hubungan seksual dan lebih aman karena memiliki efek samping lebih
sedikit.Terdapat beberapa jenis kontrasepsi jangka panjang antara lain :
1) Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi implant adalah kontrasepsi bawah kulit yang
mengandung progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon
polidimetri. Kontrasepsi Implant efektif untuk 3 tahun, nyaman dipakai, dapat
dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi, pemasangan dan pencabutan
dilakukan oleh tenaga khusus yang telah mendapat pelatihan, kesuburan
segera kembali setelah implant dicabut, memiliki efek samping ringan berupa
perdarahan bercak/tidak teratur dan amenorhoe dan aman dipakai pada
masa laktasi. Ada 2 jenis implant yaitu Implanon ,yang terdiri dari satu
batang putih lentur dengan panjang 40 mm dengan diameter 2 mm, yang
diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Jenis
Jadena dan Indoplant yang terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Cara kerja implant adalah membuat lendir serviks menjadi kental,
mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi, mengurangi transportasi sperma dan menekan ovulasi. Implant
memiliki Evektivitas sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan).

Keuntungan kontrasepsi implant dibagi 2 yaitu:


2) Keuntungan kontrasepsi
Keuntungan kontrasepsi ini sangat efektif ,(kegagalan 0,2-1,0
kehamilan per 100 perempuan), daya guna tinggi, perlindungan jangka
panjang (sampai 3 tahun), pengembalian kesuburan yang cepat setelah
pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh
estrogen, tidak mengganggu hubungan seksual, serta tidak mengganggu
ASI.
3) Keuntungan non kontrasepsi, keuntungan kontrasepsi ini mengurangi
nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, mengurangi/memperbaiki anemia,
melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian
tumor jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul, serta menurunkan angka kejadian endometriosis.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Kontrasepsi implant juga memiliki keterbatas-keterbatasan, antara lain


membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan,
tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), klien tidak dapat
menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan tetapi harus ke
klinik/faskes untuk pencabutan, efektivitas menurun bila menggunakan obat
tuberculosis atau obat epilepsi, terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih
tinggi.
Sedangkan efek samping pada kontrasepsi jenis implant adalah sakit
kepala, nyeri payudara, amenorhoe, perasaan mual, perdarahan bercak
ringan, ekspulsi, infeksi pada daerah insisi, penambahan berat badan, serta
perubahan perasaan atau kegelisahan.Yang tidak diperbolehkan
menggunakan kontrasepsi implant bila perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya, terdapat benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, mioma
uteri dan kanker payudara, serta gangguan toleransi glukosa. Kontrasepsi
implant mulai dapat digunakan/dipasang minimal 4 minggu pasca persalinan
.
Gambar 2.16. Impant Kit BKKBN 2018

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang
dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan
indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik
polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. Cara kerja alat
kontrasepsi ini mencegah terjadinya fertilasi, tembaga pada AKDR
menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak
mampu untuk fertilisasi. Sedangkan waktu pemasangan AKDR dapat
dilakukan waktu pascaplacenta dan pasca persalinan. Pada pascaplacenta
dipasang dalam 10 menit setelah placenta lahir (pada persalinan normal),
pada persalinan caesar dipasang pada waktu operasi caesar. Pada
pemasangan pasca persalinan dapat dipasang antara 10 menit-48 jam pasca
persalinan, atau dipasang antara 4 minggu-6 minggu (42 hari) setelah
melahirkan (perpanjangan interval pasca persalinan).

Tabel 1
Perbandingan Tingkat Ekspulsi pada Insersi AKDR berdasarkan
Health Technology Assesment (HTA) Indonesia, KB pada Periode
Menyusui (Hasil kajian HTA pada tahun 2009)

Waktu Insersi Definisi Tingkat Ekspulsi Observasi


AKDR

Insersi dini Insersi dalam 10 9,5-12,5% Ideal: tingkat


pascaplacenta menit setelah ekspulsi
pelepasan rendah
plasenta

Insersi segera Lebih dari 10 25-37% Masih aman


pasca menit s.d 48 jam
persalinan pasca
persalinan

Insersi tunda Lebih dari 48 Tidak Meningkatkan


pasca jam s.d 4 Direkomendasikan risiko perforasi
persalinan minggu pasca dan ekspulsi
persalinan

Perpanjangan Lebih dari 4 3-13% Aman

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

interval pasca minggu pasca


persalinan persalinan

Efektivitas insersi dini pascaplasenta telah dibuktikan tidak menambah


risiko infeksi, perforasi dan perdarahan, kemudian kemampuan penolong
meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulsi. Kontra indikasi
pemasangan AKDR pascaplasenta ialah ketuban pecah sebelum waktunya,
infeksi intra partum, dan perdarahan post partum.
Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim adalah:
a. Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% (0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan
dalam 1 tahun pertama).
b. Dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal
h. Tidak mengurangi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
(apabila tidak ada infeksi)
j. Dapat digunakan sampai menopouse (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir)
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik

Keterbatasan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


a. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual
b. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
c. Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
d. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
e. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)
f. Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke
dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Efek samping Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi
d. Saat haid lebih sakit
e. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
f. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
g. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar)

Gambar 2.14. Contoh Tipe IUD

5) Kontrasepsi Mantap
Gambar 2.15. Tubektomi dan Vasektomi

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

5.1. Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW)


Tubektomi adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela
bagiseorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi
tuba falopiii (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Jenis Tubektomi
a. Minilaparotomi
b. Laparoskopi (tidak tepat untuk klien pasca persalinan)

Waktu mengggunakan
a. Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
b. Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi
sesar
c. Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah persalinan,
ditunda 4 sampai 6 minggu

Keuntungan Tubektomi
Kontrasepsi
a. Efektivitas tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama
tahun pertama penggunan)
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui
c. Tidak bergantung pada faktor senggama
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan
yang serius
e. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
f. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Non Kontrasepsi
Berkurangnya risiko kanker ovarium
Keterbatasan Tubektomi
a. Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
b. Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
c. Dilakukan oleh dokter yang terlatih
d. Tidak melindungi diri dari IMS, hepatitis dan HIV/AIDS

Efek samping Tubektomi


a. Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
b. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi
umum)

5.2. Vasektomi (Metode Operasi Pria/ MOP)


Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan
ovum) tidak terjadi. Vasektomi terbagi menjadi dua jenis yaitu Insisi dan
Vasektomi Tanpa Pisau (VTP). Vasektomi bisa dilakukan kapan saja.

Keuntungan Vasektomi
a. Efektivitas tinggi 99,6 – 99,8%
b. Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
c. Morbiditas dan mortalitas jarang
d. Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
e. Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan
kontrasepsi

Keterbatasan Vasektomi
a. Tidak efektif segera. WHO menyarankan kontrasepsi tambahan
selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi)
b. Komplikasi minor 5– 10% seperti infeksi, perdarahan dan nyeri
pasca operasi
c. Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan
nyeri dibandingkan teknik insisi

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Komplikasi
a. 5- 10% mengalami infeksi, perdarahan dan nyeri pasca operasi
b. Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan
nyeri dibandingkan teknik insisi.

2.4.6. Cara-Cara Memperoleh Pelayanan KB


Dalam memutuskan menggunakan KB, klien tentunya harus
mengetahui informasi mengenai KB yang akan digunakan, berdasarkan
kondisi klien masing-masing, serta klien dapat memilih metode KB yang
diinginkan. Pemberian informasi ini harus segera dimulai bahkan sejak
kehamilan dimulai (jika berencana menggunakan KB pasca persalinan),
informasi ini dapat diperoleh dari konseling KB oleh tenaga kesehatan.
Konseling ini juga dapat diperoleh dari petugas di lapangan (non-klinik) yaitu
PPLKB, PLKB, PKB, SubPPKB dan Kader yang telah mendapatkan
pelatihan konseling yang standar, yang kemudian dituangkan dalam bentuk
Perencanaan KB Pasca Persalinan melalui Stiker. Klien dapat memperoleh
pelayanan KB dengan MKJP antara lain di FKTP, dan faskes di desa.
Gambar2.4.16
Perencanaan KB Pasca Salin

2.4.7 Pemasangan Implant Pada Peserta KB Baru Di Desa-Desa


Pemasangan Implant Pada Peserta KB Baru di Desa-Desa
merupakan solusi dimana kegiatan ini dilakukan secara bertahap melalui
sistem bergilir. Pada Pemasangan Implant Pada Peserta KB Baru di Desa-
Desa sendiri akan diinventarisir melalui rekapitulasi stiker perencanaan KB
pasca salin yang telah dipasang di rumah ibu hamil.Hasil rekapitulasi stiker

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

perencanaan KB pasca salin dari masing-masing desa selanjutnya akan


dijadikan dasar permintaan alat obat kontrasepsi yang diajukan ke BKKBN
Kabupaten Musi Banyuasin. Hasil alat obat kontrasepsi yang di dropping
BKKBN kemudian digunakan untuk pemasangan KB dengan MKJP jenis
Implant di desa-desa secara bergantian dan sesuai dengan waktu yang telah
dijadwalkan.

BAB III
METODE

3.1. Identifikasi Masalah


Berdasarkan pencapaian target Keluarga Berencana pada Laporan
Tahunan KB Baru di Puskesmas Bayung Lencir tahun 2017, maka
didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1 Identifikasi masalah berdasarkan target dan pencapaian program

No Target Pencapaian Masala


Jenis Pelayanan
(2017) (%) h

1 Cakupan KB Baru MKJP 10% 1,8% √

3.2. Inventarisasi Penyebab Masalah

Gambar 3.2.11 Fish Bone inventarisasi penyebab masalah

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

3.3. Dasar Pemilihan Inovasi Pemasangan Implant pada Peserta KB


Baru di Desa-desa dalam upaya Peningkatan Capaian KB Baru
dengan MKJP.
Suatu kegagalan pencapaian target dalam pelaksanaan Program
Keluarga Berencana Puskesmas dapat dipengaruhi oleh petugas (man),
metode (method), sarana, pembiayaan/dana, dan lingkungan/adat budaya.

Tabel 2 Inventarisasi penyebab masalah dan upaya yang telah dilakukan


berdasarkan RUK tahun 2017

Faktor Inventarisasi Penyebab Upaya Penyelesaian oleh


Penyebab Puskesmas
Manusia Pemantapan kompetensi
Bidan pada pelayanan
Teknologi Kontrasepsi
Terkini (CTU) belum
maksimal.
Kurang aktifnya KIE MKJP Sosialisasi tentang MKJP dan
oleh bidan desa. pemasangan Stiker
Perencanaan KB Pasca
Persalinan bagi bidan desa.
Sarana Kurangnya pemanfaatan Sosialisasi tentang MKJP dan
Alat Bantu Pengambil pemasangan Stiker
Keputusan (ABPK) di Perencanaan KB Pasca
faskes. Persalinan bagi bidan desa.
Tidak didistribusikannya Alat Usulan permintaan alat obat
Kontrasepsi Impant dan IUD kontrasepsi (alokon) KB ke
dari dinas kesehatan. BKKBN Kabupaten.
Dana Kurangnya dana untuk Usulan permintaan alat obat
pemasangan kontrasepsi kontrasepsi (alokon) KB ke
jangka panjang. BKKBN Kabupaten.
Metode Belum adanya pelaksanaan Pemasangan Implant pada
insersi Implant dan IUD ke peserta KB Baru di desa-desa
Desa-desa.
Belum adanya Pemetaan Sosialisasi MKJP dengan
PUS KB Baru dengan pemasangan Stiker
pemakaian MKJP pada peta Perencanaan KB Pasca
sasaran KB Persalinan
Lingkungan Kurangnya partisipasi PUS Penyuluhan tentang MKJP
dengan pemakaian untuk peserta KB baru pada
kontrasepsi jangka panjang. Kelas Ibu Hamil
Kurangnya peran serta Sosialisasi tentang MKJP dan
masy. untuk mengontrol pemasangan Stiker
banyaknya anak dalam satu Perencanaan KB Pasca
keluarga. Persalinan untuk kader

3.4. Langkah-Langkah dalam Melakukan Inovasi


1. Sosialisasi MKJP dengan pemasangan Stiker Perencanaan KB Pasca
Persalinan bagi bidan dan kader posyandu.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

2. Penyuluhan tentang MKJP dan pemasangan Stiker Perencanaan KB


Pasca Persalinan untuk peserta KB baru pada Kelas Ibu Hamil di
desa-desa.
3. Pemasangan Implant oleh dokter/bidan Puskesmas Bayung Lencir
pada peserta KB Baru di desa-desa.
4. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkesinambungan hingga
sasaran ibu pasca bersalin yang memakai MKJP dapat meningkat
hingga 10% melalui laporan bulanan KB Baru MKJP oleh bidan desa
di wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir.

3.5. Pelaksanaan Inovasi

3.5.1. Tempat dan Lokasi


Rangkaian kegiatan Pemasangan Implant oleh dokter/bidan
puskesmas pada peserta KB Baru di Desa Mendis Jaya, Bayung Lencir,
Simpang Bayat, Bayat Ilir, Telang, Sindang Marga, Kaliberau, Tampang
Baru, Pulai Gading dan Muara Merang yang ada di wilayah Puskesmas
Bayung Lencir, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin,
Sumatera Selatan.

3.5.2. Waktu
Dilakukan secara bergilir setiap bulannya yangdisesuaikan dengan
jadwal pelaksanaan posyandu di masing-masing desa yang telah ditentukan.

3.5.3. Sasaran Kegiatan


Kegiatan Pemasangan Implant oleh dokter/bidan puskesmas ditujukan
pada ibu pasca melahirkan dan PUS drop out yang telah memiliki anak dan
belum memakai kontrasepsi yang berada di Desa Mendis Jaya, Bayung
Lencir, Simpang Bayat, Bayat Ilir, Telang, Sindang Marga, Kaliberau,
Tampang Baru, Pulai Gading dan Muara Merang yang ada di wilayah
Puskesmas Bayung Lencir, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

BABIV
HASIL

4.1. Profil Komunitas Umum


Dalam upaya mewujudkan peningkatan derajat kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Bayung Lencir 2018, pembangunan kesehatan tidak dapat
dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus
dilakukan secara bersama-sama melibatkan lintas sektor dan peran serta
masyarakat. Segala upaya kesehatan yang dilakukan baik oleh sektor
kesehatan dan non kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dan upaya mengatasi masalah kesehatan perlu dicatat dan dikelola dengan
baik dalam suatu informasi kesehatan. Hal ini menjadikan peran data dan
informasi kesehatan menjadi sangat penting dan terasa semakin diperlukan
dalam manajemen kesehatan yaitu sebagai dasar pengambilan keputusan
disemua program, tahapan dan jenjang administrasi. Selain itu juga
diperlukan guna mengevaluasi keberhasilan program-program pembangunan
kesehatan yang telah dilaksanakan di Puskesmas Bayung Lencir.

4.2. Data Geografis


Kecamatan Bayung Lencir dibagi menjadi 2 wilayah kerja Puskesmas,
yaitu Puskesmas Bayung Lencir dan Puskesmas Sukajaya, adapun batas-
batas wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir adalah:
1. Sebelah Barat : Kecamatan Lalan
2. Sebelah Utara : Kecamatan Tungkal Jaya
3. Sebelah Timur : Puskesmas Sukajaya
4. Sebelah Selatan : Kecamatan Batanghari Leko
5.
Puskesmas Bayung Lencir terletak di Jalan Lintas Palembang-Jambi
Km 205, KelurahanBayung Lencir,Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten
Musi Banyuasin, dengan luas wilayah kerja  350.279 m2.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Bayung Lencir

Wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir meliputi 17 desa dan 2


kelurahan binaan, yang terdiri dari daerah aliran sungai dan daratan, dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3 Daftar Desa Binaan Puskesmas Bayung Lencir

No Nama Desa Luas Wilayah (KM 2)


1 Bayung lencir 1,011.0
2 Simpang bayat 22,000.0
3 Bayat ilir 14,000.0
4 Pangkalan bayat 11,500.0
5 Pagar desa 9,800.0
6 Telang 11,000.0
7 Sindang marga 12,000.0
8 Kali berau 81,965.0
9 Tampang baru 25,000.0
10 Muara medak 8,400.0
11 Muara merang 28,000.0
12 Muara bahar 18,600.0
13 Kepayang 53,000.0
14 Pulau gading 4,005.0
15 Mendis 30,871.0
16 Mendis Jaya 7,732.0
17 Mangsang 4,500.0
18 Lubuk harjo 2,000.0
19 Bayung Lencir Indah 13,500.0

Desa Mendis Jaya, Bayung Lencir, Simpang Bayat, Bayat Ilir, Telang,
Sindang Marga, Kaliberau, dan Tampang Baru merupakan 7desa+1

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

kelurahan dari 19wilayah yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Bayung


Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, dan merupakan desa jalur darat.
Sedangkan Desa Pulai Gading dan Desa Muara Merang merupakan 2 desa
dari 4 desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir dan
merupakan desa jalur sungai/perairan. Desa-desa yang merupakan jalur
darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan
kendaraan roda empat (mobil) sedangkan untuk desa-desa yang merupakan
jalur sungai/perairan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan
speed boad

4.3. Data Demografi


Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan, dan
juga merupakan beban dalam pembangunan, karenanya pembangunan
diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Jumlah
penduduk di Puskesmas Bayung Lencir pada tahun 2017 adalah sebesar
74.640 jiwa.

Tabel 4.1
Demografi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir (2016)

No. Uraian Jumlah


1 Jumlah Penduduk 74.640
2 Jumlah KK 21.161
3 Jumlah Ibu Hamil 1.900
4 Jumlahn Ibu Bersalin 1.858
5 Jumlah Bayi 1.765
6 Jumlah Balita 7.799
7 Jumlah Lansia 6.449
8 Jumlah Rumah 18.856
9 Jumlah Posyandu 41
10 Jumlah Posyandu Lansia 20
11 Jumlah Pustu 4
12 Jumlah Poskesdes 17
13 Praktek Dokter 5
14 Praktek Bidan 8
15 Balai Pengobatan 0
16 Jumlah Paud / TK 12
17 Jumlah SD 31
18 Jumlah SMP 4
19 Jumlah SMA / Man 1
20 Jumlah Pesantren 4
21 Jumlah PTN / PTS 0
22 Jumlah TPS 0

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Jumlah penduduk Desa Mendis Jaya, Bayung Lencir, Simpang Bayat,


Bayat Ilir, Telang, Sindang Marga, Kaliberau, Tampang Baru, Muara Merang
dan Pulai Gading mencapai 31.953 jiwa dengan mata pencaharian buruh,
petani, pedagang, peternak, nelayan, pengrajin dan PNS. Perkebunan
merupakan potensi ekonomi paling menonjol dalam lingkungan di 10 desa
tersebut. Selain tanaman perkebunan seperti sawit dan karet, warga
masyarakat terutama ibu-ibu yang tergabung dalam beberapa kelompok tani
dan TOGA memanfaatkan lahan yang ada untuk ditanami tanaman palawija,
seperti kacang panjang, singkong, ubi, dan lain-lain.

4.4. Sarana Pelayanan Kesehatan


Dalam menunjang kelancaran pelayanan kesehatan seluruh
masyarakat Bayung Lencir. Puskesmas Bayung Lencir dipimpin oleh Ibu dr.
Hj. Siti Syarah, M.KM sejak tahun 2012 sampai dengan sekarang dibantu
oleh 1 orang dokter gigi, serta 37 orang staff puskesmas.

Tabel 4.2
Sumber Daya Ketenagaan di Puskesmas Bayung Lencir tahun 2017

Status
No Jenis Ketenagaan Jumlah PN Total
PTT Kontrak TKS
1 Dokter 1 S
1 0 0 0 1
2 Dokter Gigi 1 0 1 0 0 1
3 Kesehatan 2 1 0 1 0 2
4 D III Non 0 0 0 0 0 0
5 Bidan
- D III Kebidanan 8 3 4 0 1 8
6 Perawat
- S1 Keperawatan 0 0 0 0 0 0
- D III 5 0 2 0 3 0
- SPK 3 2 1 0 0 3
7 Perawat Gigi 2 1 0 0 1 2
8 Gizi 1 0 1 0 0 1
9 Sanitarian 2 1 1 0 0 2
10 Apoteker 1 0 0 0 0 1
11 DIII Farmasi 1 0 1 0 0 1
12 Analis 2 1 1 0 0 2
13 Juru Obat /SMF 1 1 0 0 0 1
14 Pelaksana TU 1 1 0 0 0 1
15 SMEA/ SMA 4 1 2 0 1 4
16 Pekarya 1 1 0 0 0 1
PUSKESMAS PEMBANTU
Bidan 2 2 0 0 0 2
Perawat 3 1 1 0 1 3
Tenaga lain 0 0 0 0 0 0

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

POSKESDES
Bidan 29 16 4 11 31
BP Desa
Ket: Jml Standar Tenaga berdasarkan Kepmenkes No : 75

Gambar 4.2.
Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Bayung Lencir 2017
Di 10 desa yang menjadi target pemasangan MKJP jenis Implant
terdapat 1 buah Poskesdes di masing-masing desa kecuali 1 kelurahan
Bayung Lencir yang belum memiliki Poskeslur . Di masing-masing
Poskesdes tersebut ditempati oleh seorang Bidan desa dengan sarana dan
prasarana Poskesdes sesuai dengan standar dari Dinas Kesehatan Musi
Banyuasin.,Petugas Kesehatan yang tersedia di Desa Mendis Jaya yaitu
Bidan Dina Mariana,Am.Keb, Desa Simpang Bayat yaitu Bidan Nurul
Faidah,Am.Keb, Desa Telang yaitu Bidan Yuliani,Am.Keb, Desa Sindang
Marga yaitu Bidan Anita Nurfalah,Am.Keb, Desa Kaliberau yaitu Bidan
Debiyanti,Am.Keb, Desa Tampang Baru yaitu Bidan Ismalia Yuni
Hartati,Am.Keb, Desa Muara Merang yaitu Bidan Nariani Yulia,Am.Keb,
Desa Pulai Gading yaitu Bidan Neneng Nurhayatin, Am.Keb, Desa Bayat Ilir
yaitu Bidan Oriana Palasi, Am.Keb dan Kelurahan Bayung Lencir mempunyai
Bidan Penanggung Jawab Kelurahan yaitu Bidan Fitri Apriani, Am.Keb.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

4.5. Gambaran Cakupan KB Baru dengan pemakaian MKJP


diPuskesmas Bayung Lencir tahun 2017
Tabel4.3.
KB Baru dengan MKJP yang ada di Wilayah
Puskesmas Bayung Lencir Tahun 2017

Jml Abs.K
Jml Abs.
No Desa Pend B Kum.% Kum.%
PUS MKJP
d Baru
Bayung
1 2140 1894 194 14,7 26 2%
Lencir
Bayung
3,4
2 Lencir 1263 976 107 24,0 15
Indah
Simpang 0,2
3 635 531 14 2,1 1
Bayat
4 Telang 725 520 43 8,2 4 0,8
Sindang
5 650 480 56 22,5 3 1,2
Marga
6 Kaliberau 885 668 63 9,2 4 0,6
Tampang
7 428 379 24 4,4 2 0,4
Baru
8 Bayat Ilir 400 368 47 7,4 4 0,6
Pangkalan
9 435 389 122 28,5 17 4,0
Bayat
Pagar
10 510 437 161 42,3 48 12,0
Desa
Muara
11 3156 2967 11 4,2 0 0
Medak
Muara
12 1250 781 40 14,7 0 0
Merang
Muara
13 860 778 27 5,4 6 1,2
Bahar
14 Kepayang 781 661 79 18,5 1 0,2
Pulau
15 912 723 90 17,7 8 1,2
Gading
16 Mendis 816 784 129 12,1 59 5,2
Mendis
17 669 472 7 0,3 1 0,2
Jaya
18 Mangsang 3740 3567 289 6,9 0 0

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Lubuk
19 654 620 90 10,5 15 1,7
Harjo
Jumlah 20909 17995 1584 12,4 205 1,8

Sumber Data : Laporan Program Keluarga Berencana Puskesmas Bayung


LencirTahun 2017
4.6. Survei KB Baru dengan MKJP di Desa Mendis Jaya, Mendis,
Simpang Bayat, Bayat Ilir, Telang, Sindang Marga, Kaliberau,
Tampang Baru, Pulai Gading dan Muara Merang
Survei KB Baru dengan MKJP dengan mengumpulkan data laporan
bulanan dari masing-masing desa. Survei ini dilakukan untuk mengetahui
capaian kegiatan KB yang telah dilakukan oleh bidan desa dan Puskesmas
Bayung Lencir, apakah kegiatan KB di desa sudah memenuhi target sasaran
atau belum.
Berikut ini merupakan laporan KB dari masing-masing desa..

Gambar 4.3. Laporan Tahunan Puskesmas Bayung Lencir

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Dari kegiatan ini didapatkan hasil yaitu KB Baru dengan MKJP


masing-masing desa masih dibawah 10%, dari 19total desa yang ada di
wilayah Puskesmas Bayung Lencir ada 1 desa yang capaian KB Baru
dengan MKJP mencapai 43 % yaitu Desa Pagar Gesa sedangkan desa-
desalainnya masih dibawah 10 %..
Gambar 4.4 Diagram KB Baru MKJP Puskesmas Bayung Lencir

Gambaran KB
Gambaran KB Baru MKJP
Baru Non
MKJPdi
Puskesmas;205
;1,6%

Gambaran KB Baru
MKJP di Puskesmas
MKJP ;1379 ;10,8
%

MKJP Non MKJP

4.7. Pemaparan tentang MKJP dan pemasangan Stiker Perencanaan


KB Pasca Persalinan bagi bidan desa, Kader Posyandu serta Ibu
hamil.
Dalam pemaparan program ini disampaikan mengenai pengertian KB
dengan MKJP beserta indikasi dan waktu pemakaiannya, jenis-jenis MKJP,
kelebihan dan kekurangannya, mitos tentang KB pasca persalinan, serta
fungsi dan manfaat dari MKJP. MKJP tidak harus mahal dan rumit, karena
bagi peserta yang memiliki JKN (BPJS) semua dapat dilayani dan dilakukan
pemasangan MKJP (Implan dan IUD) secara Cuma-Cuma.
Pada bagian akhir dari pemaparan ditekankan bahwauntuk mencapai
10 persenAkseptor KB Baru MKJP , perlu untuk dilakukan pemasangan
Implant/IUD di desa-desa oleh dokter/bidan Puskesmas Bayung Lencir
sebagai suatu upaya untuk dapat mencapai totaltarget KB Baru MKJP dan
diakhiri dengan pemberian stiker perencanaan KB Pasca Persalinan dari

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

puskesmas ke bidan desa,agar kader dan bidan desa dapat menginventarisir


calon peserta KB Baru yang akan dipasang dengan pemakaian KB MKJP.

Gambar 4.5
Pemaparan tentang KB dengan MKJP bagi bidan desa di wilayah
kerja Puskesmas Bayung Lencir.

Bayun

Gambar 4.6
Pemaparan tentang KB dengan MKJP bagi bidan desa di wilayah
kerja Puskesmas Bayung Lencir.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 4.7
Pemaparan tentang KB dengan MKJP bagi bidan desa di di
wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir.

Gambar 4.8
Pemaparan tentang KB dengan MKJP bagi bidan desa di wilayah
kerja Puskesmas Bayung Lencir

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 4.9
Sosialisasi MKJP dan Stiker Perencanaan KB Baru Pasca
Persalinan bagi kader dan bidan desa di wilayah kerja
Puskesmas Bayung Lencir.

Gambar 4.10
Sosialisasi Stiker Perencanaan KB Baru Pasca Persalinan bagi
kader dan bidan desa di wilayah kerja Puskesmas
Bayung Lencir

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 4.11
Sosialisasi Stiker Perencanaan KB Baru Pasca Persalinan bagi bidan
desa di wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir

Gambar 4.12
Sosialisasi Stiker Perencanaan KB Baru Pasca Persalinan bagi kader
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 4.13
Tentang Stiker Perencanaan KB Baru Pasca Persalinan bagi kader dan
bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir

Gambar 4.14
Sosialisasi tentang MKJP dan Stiker Perencanaan KB Baru Pasca
Persalinan pada kelas ibu hamil di desa Pangkalan Bayat.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 4.15
Sosialisasi tentang MKJP dan Stiker Perencanaan KB Baru Pasca
Persaninan pada kelas ibu hamil di desa Simpang Bayat.

Gambar 4.16
Sosialisasi MKJP dan Stiker Perencanaan KB Baru Pasca Persaninan
pada kelas ibu hamil di desa Sindang Marga.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 4.17
Sosialisasi MKJP dan Stiker Perencanaan KB Baru Pasca Persaninan
pada kelas ibu hamil di desa Lubuk Harjo.

Gambar 4.18
Sosialisasi MKJP dan Stiker Perencanaan KB Baru Pasca Persaninan
pada kelas ibu hamil di desa Kaliberau.

Gambar.....Sosialisasi MKJP dan Stike

Persaninan pada kelas ibu hamil di desa Mendis.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

Gambar 4.19
Sosialisasi MKJP dan Stiker Perencanaan KB Baru Pasca Persaninan
pada kelas ibu hamil di desa Mendis

2.4 Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi pada saat ini belum dapat dilakukan karena
pelaksanaan Inovasi Program Keluarga Berencana “Pelaksanaan
Pemasangan KB Dengan MKJP Implant di Desa-Desa” baru akan dilakukan
pada tahun 2019 (Bulan Maret-Juni).

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

BAB V
DISKUSI

Dilihat dari faktor penyebab rendahnya capaian cakupan KB Baru


pada pemakaian MKJP di wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir, dan
upaya yang sudah dilakukan oleh Puskesmas Bayung Lencir, maka
diperlukan peningkatan kinerja dan inovasi dalam upaya memaksimalkan
upaya yang telah ada.
Tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan ini dapat dicapai
dengan melakukan lima strategi pembangunan kesehatan 2005-2025, yaitu:
(1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan; (2) pemberdayaan
masyarakat dan daerah; (3) pengembangan upaya dan pembiayaan
kesehatan; (4) pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan; serta (5) penanggulangan keadaan darurat kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari fungsi upaya
kesehatan masyarakat (UKM) dari Puskesmas, karena keluarga merupakan
lembaga terkecil dari masyarakat, maka pemberdayaan masyarakat harus
dimulai dari pemberdayaan keluarga. Melalui pendekatan keluarga, yaitu
mengunjungi setiap keluarga di wilayah kerja, diharapkan Puskesmas dapat
menangani masalah-masalah kesehatan dengan pendekatan siklus hidup
(life cycle). Dengan demikian, upaya mewujudkan Keluarga Sehat menjadi
titik awal terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini berarti pula bahwa
keberhasilan upaya membina PHBS di keluarga merupakan kunci bagi
keberhasilan upaya menciptakan kesehatan masyarakat.
Dari hasil diskusi bersama tim puskesmas diperoleh bahwa kegiatan
“Pemasangan KB Baru dengan MKJP Implant di desa-desa” ini diharapkan
akan bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat desa Mendis
Jaya. Materi-materi yang diberikan saat pemaparan pada kegiatan ini dapat
menambah pengetahuan masyarakat tentang KB Baru dengan MKJPdan
berbagai manfaatnya. Kegiatan ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya KB dengan MKJP dan memicu masyarakat untuk saling
mengawasi terhadap laju pertumbuhan penduduk di lingkungan sekitarnya.
Dari kesepuluh desa yang akan dilaksanakan pemakaian KB Baru
MKJP Implant diharapkan nantinya akan menjadi contoh yang nyata bagi 9
desa lainnya di wilayah Puskesmas Bayung Lencir yang belum dimasukkan

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

ke Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas untuk dapat mencapai target


kepesertaan KB Baru MKJP hingga 10%.
Rencana Kegiatan ini merupakan bukti komitmen Puskesmas Bayung
Lencir dalam mengupayakan peningkatan capaian target KB Baru MKJP di
seluruh desa binaan Puskesmas Bayung Lencir.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Jumlah akseptor KB Baru dengan pemakaian MKJP di Desa Mendis
Jaya,Bayung Lencir, Simpang Bayat, Bayat Ilir, Telang, Sindang Marga,
Kaliberau, Tampang Baru, Muara Merang dan Pulai Gadingpada tahun 2017
masih rendah yakni hanya dari total KK. Sehingga diperlukan upaya
pembenahan untuk menaikan jumlah kepesertaan akseptor KB Baru dengan
penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Salah satu
penyebab masalah utama adalah kurangnya informasi tentang MKJP pada
klien pasca persalinan, pasca keguguran dan pasca drop out KB selain itu
belum maksimalnya kerjasama lintas sektoral di desa –desa tersebut. Untuk
menyelasaikan masalah tersebut diperlukan suatu inovasi, yang dalam hal ini
dipilih “Pemasangan MKJP Implant Pada Peserta KB Baru Di Desa-Desa”
sebagai bentuk kerjasama lintas sektoral antara petugas kesehatan, aparatur
desa dan warga di desa.
Dari survei yang telah dilakukan di 10 desa tersebut didapatkan
bahwa latar belakang masyarakat yang sebagian besar masih memiliki
tingkat pendidikan rendah dan penghasilan yang juga rendah mempengaruhi
pola pikir masyarakat setempat mengenai pemakaian MKJP yang dianggap
suatu barang yang mahal dan menempatkan KB non-MKJP bukan sebagai
prioritas untuk digunakan. Dengan adanya kegiatan ini masyarakat dapat
menggunakan KB MKJP Implant secara Cuma-Cuma, sehingga masyarakat
juga dapat mempengaruhi yang lainnya untuk menggunakan alat kontrasepsi
jangka panjang yang telah secara nyata mempunyai banyak keuntungan-
keuntungan. Kegiatan ini juga sangat membantu dalam rangka mendongkrak
pencapaian target sasaran KB Baru dengan penggunaan MKJP Implant
hingga 10%.

6.2. Saran
Perlunya apresiasi atau “reward” untuk pihak-pihak yang sudah
berpartisipasi dalam kegiatan ini, sehingga tetap semangat dalam
menjalankan Pemasangan MKJP Implant Pada Peserta KB Baru Di Desa-
Desaini, serta termotivasi untuk terus mengembangkannya ke arah yang
lebih baik di masa yang akan datang.Desa yang belum dilaksanakani
Pemasangan MKJP Implant Pada Peserta KB Baru agar dapat dicari

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

solusinya seperti melakukan kerjasama atau mengajukan proposal


permintaan alat obat kontrasepsi ke perusahaan atau pemerintah dalam hal
ini BKKBN untuk dapat memenuhi setiap permintaan Alokon (MKJP) di
9desa lainnya. Agar kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan pengawasan dan
kerjasama yang baikantara desa dan pemerintahan setempat dan semoga
kegiatan serupa yang bertujuan membuat seluruhPUS Pasca salin, Pacsa
abortus dan drop out dapat menggunakan MKJP di seluruh wilayah
PuskesmasBayung Lencir dan selanjutnya menuju Kesehatan Ibu yang
berkualitas dan tidak adanya kehamilan dengan “4 T” lagi.

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Keluarga Berencana Pasca

Persalinan Di Fasilitas Kesehatan;

Pusat Pelatihan SDMK Badan PPSSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan

2017. Modul Pelatihan Keluarga Sehat;

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Pelayanan Keluarga Berencana;

Departemen Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;

Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

Kementerian Kesehatan RI.2014. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil;

Kementerian Kesehatan RI.2014. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil;

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.2003. Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kontrasepsi.

Puskesmas Bayung Lencir. 2017. Profil Puskesmas Bayung Lencir . Bayung

Lencir;

Puskesmas Bayung Lencir.2017. Penilaian Kinerja Puskesmas Bayung

Lencir

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

LAMPIRAN

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

HALAMAN JUDUL

INOVASIPROGRAM KB DENGAN PEMASANGAN MKJP IMPLANT PADA


PESERTA KB BARU DI DESA-DESA

Oleh:
1.Tri Wahyuni, Am.Keb
2. Mulya Sari, Am.Keb

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BAYUNG LENCIR


DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN
SUMATERA SELATAN
2018

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama :Tri Wahyuni, Am.Keb/ Mulya Sari, Am.Keb


Judul Inovasi :Inovasi Program Keluarga Berencana dengan Pemasangan
MKJP Implant Pada Akseptor KB Baru DiDesa-Desa.

Laporan initelah diterima dan disetujui sebagai salah satuguna


melengkapi Inovasi Puskesmas dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Primer (PKMP) dan Upaya Kesehatan Reproduksi.

Bayung Lencir , Juli 2018

Mengetahui
Ka.UPTD Puskesmas Bayung Lencir

dr. Hj. Siti Syarah, M.KM


Nip.19770129 200604 2016

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya


penulisan Inovasi Programkami yang berjudul “Inovasi Program Keluarga
Berencana dengan Pemasangan MKJP Implant di Desa-Desa” ini. Kami
berharap hasil penulisan Inovasi Programini dapat bermanfaat bagi
Puskesmas dalam rangka meningkatkan capaian Target KB Baru dengan
penggunaan MKJP.
Kami menyadari bahwa penulisan ini belum sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai
bahan pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Orangtua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu
dengan doa yang tulus dan memberikan bimbingan moral maupun
spiritual.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin, atas kesempatan
untuk melaksanakan kegiatan ProgamKeluarga Berencana di
Puskesmas Bayung Lencir.
3. dr. Hj. Siti Syarah, M.KM selaku kepala UPTD Puskesmas Bayung
Lencir dan penanggung jawab seluruh kegiatan Puskesmas
Bayung Lencir.
4. Bidan Desa Mendis Jaya, Bayung Lencir, Simpang Bayat, Bayat
Ilir, Telang, Sindang Marga, Kaliberau, Tampang Baru, Muara
Merang dan Pulai Gading yang telah bersedia untuk pelaksanaan
program Inovasi Program Keluarga Berencana dengan Pemasangan
MKJP Implant”.
5. Rekan-rekan staf perawat, bidan, dan administrasi tata usaha
Puskesmas Bayung Lencir atas saran dan informasi selama
pelaksanaan kegiatan ini.
Kami berharap semoga Inovasi ini dapat menjadi kegiatan yang
bermanfaat bagi semua dan pengembangan program kedepannya.

Bayung Lencir, Julii 2018

Penulis

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................1
1.2. Tujuan..............................................................................................4
1.3. Manfaat............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................6
2.1. Definisi Sanitasi...............................................................................6
2.2. Sanitasi Total Berbasis MasyarakatError! Bookmark not defined.
2.3. Program Stops..............................................................................10
2.4. Puskesmas....................................................................................19
2.4.1. Batasan Puskesmas................................................................19
2.4.2. Prinsip Penyelenggaraan........................................................19
2.4.3. Fungsi dan Peran Puskesmas Dalam Sistem Kesehatan
Masyarakat.........................................................................................21
2.4.4. Organisasi Puskesmas............................................................24
2.5. Jamban Sehat.................................Error! Bookmark not defined.
2.4.1. Jenis Jamban...........................................................................24
2.4.2. Cara Memilih Jamban...............Error! Bookmark not defined.
2.4.3. Manfaat dan Fungsi Jamban....Error! Bookmark not defined.
2.4.4. Kriteria Jamban Sehat...............Error! Bookmark not defined.
2.4.5. Septic Tank...............................Error! Bookmark not defined.
2.4.6. Cara Pemeliharaan Jamban.....Error! Bookmark not defined.
2.4.7. Persyaratan Pembuangan TinjaError! Bookmark not defined.
2.6. Bagian Bangunan Jamban Sehat...Error! Bookmark not defined.
2.7. Arisan Jamban................................Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE......................................................................................33
3.1. Identifikasi Masalah.......................................................................33
3.2. Inventarisasi Penyebab Masalah..................................................33
3.3. Dasar Pemilihan Inovasi Arisan Jamban dalam upaya Peningkatan
Capaian Jamban Sehat..........................................................................33
3.4. Langkah-Langkah dalam Melakukan Inovasi................................34
3.5. Pelaksanaan Inovasi.....................................................................35
3.5.1. Tempat dan Lokasi..................................................................35
3.5.2. Waktu.......................................................................................35
3.5.3. Sasaran Kegiatan....................................................................35
BAB IV HASIL MINI PROJECT................................................................36
4.1. Profil Komunitas Umum.................................................................36
4.2. Data Geografis................................Error! Bookmark not defined.
4.3. Data Demografik.............................Error! Bookmark not defined.
4.4. Sarana Pelayanan Kesehatan......................................................39
4.5. Gambaran Cakupan Jamban Sehat di Puskesmas Bayung Lencir
tahun 2017 dan Desa Mendis Jaya tahun 2017....................................41
4.6. Survei Jamban Milik Warga Mendis Jaya.....................................42

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

4.6 Pemaparan Program Arisan Jamban pada Kegiatan Pengajian Ibu-


Ibu, Posyandu, Kegiatan PKK, dll..........................................................43
4.8. Monitoring dan Evaluasi................................................................51
BAB V DISKUSI.......................................................................................52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................54
6.1. Kesimpulan....................................................................................54
6.2. Saran.............................................................................................54

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat........Error! Bookmark not


defined.
Gambar 2. STOPS.......................................................................................9
Gambar 3. Siklus Manajemen Puskesmas................................................23
Gambar 3. Jamban Cubluk..........................Error! Bookmark not defined.
Gambar 5. Jamban Cemplung Berventilasi Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Jamban Empang.......................Error! Bookmark not defined.
Gambar 7. Jenis-Jenis Jamban...................Error! Bookmark not defined.
Gambar 8. Syarat Sanitasi yang Sehat.......Error! Bookmark not defined.
Gambar 9. Bagian Jamban Sehat...............Error! Bookmark not defined.
Gambar 10.Alur Pikir Pemilihan Bangunan Bagian Bawah Jamban..Error!
Bookmark not defined.
Gambar 11. Fish Bone inventarisasi penyebab masalah..........................33
Gambar 12. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Bayung Lencir....................37
Gambar 13. Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Bayung Lencir 201740
Gambar 14. Kondisi Jamban Dusun 1.......................................................38
Gambar 15. Kondisi Jamban Empang Dusun 1........................................38
Gambar 16. Gambaran Jamban Desa Mendis Jaya.Error! Bookmark not
defined.
Gambar 17. Jamban Cemplung Dusun IV. .Error! Bookmark not defined.
Gambar 18. Pemaparan Program Arisan Jamban saat Kegiataan PKK..41
Gambar 19. Penandatanganan Komitmen Perdes 014 Desa Mendis Jaya
..............................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 20. Penandatanganan Komitmen Perdes 014 Desa Mendis Jaya
..............................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 21. Penandatanganan Komitmen Perdes 014 oleh Warga Desa
Mendis Jaya.........................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 22. Nama-Nama Warga yang Mengikuti Arisan Jamban.....Error!
Bookmark not defined.
Gambar 23. Proses Pembuatan Septic TankError! Bookmark not defined.
Gambar 24. Proses Pembuatan Jamban Sehat di Dusun IIIError! Bookmark
not defined.
Gambar 25. Proses Pembuatan Jamban Sehat.......Error! Bookmark not
defined.
Gambar 26. Tarikan ke 3 Arisan Jamban Dusun III..................................45
Gambar 27. Hasil Jadi Jamban Sehat Dusun III.......Error! Bookmark not
defined.
Gambar 28. Tarikan ke 3 Arisan Jamban Dusun IV..................................46

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi masalah berdasarkan target dan pencapaian program33


Tabel 2. Inventarisasi penyebab masalah dan upaya yang telah dilakukan
berdasarkan RUK tahun 2017............................................................34
Tabel 3. Daftar Desa Binaan Puskesmas Bayung Lencir..........................37
Tabel 4. Demografi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bayung Lencir
(2016)..................................................................................................38
Tabel 5. Sumber Daya Ketenagaan di Puskesmas Bayung Lencir tahun 2017
............................................................................................................39
Tabel 6. Sarana Sanitasi Dasar yang ada di Wilayah Puskesmas Bayung
Lencir Tahun 2017..............................................................................41

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN.................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................... 4
1.3 Manfaat............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5
2.1 Definisi Pelayanan Keluarga Berencana.......................... 5
A. Peserta KB Baru...................................................... 5
B. Peserta KB Aktif....................................................... 6
2.2 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.............................. 8
2.3 Program Keluarga Berencana......................................... 9
2.4 Pemilihan Penggunaan Kontrasepsi Rasiona.................17
2.4.1 Batasan Puskesmas...............................................18
2.4.2 Prinsip Penyelenggaraan....................................... 18
2.4.3 Fungsi dan Puskesmas Dalam Sistem Kesehatan
Masyarakat............................................................. 20
2.4.4 Organisasi Puskesmas...........................................23
2.4.5 Jenis Kontrasepsi Jangka Panjang........................ 23
2.4.6 Cara-Cara Memperoleh Pelayanan KB .................30

2.4.7 Pemasangan Implant Pada Peserta KB .........................31

BAB III METODE...................................................................................32


3.1 Identifikasi Masalah..........................................................32
3.2 Inventarisasi Penyebab Masalah..................................... 32
3.3 Dasar Pemilihan Inovasi...................................................32
3.4 Langkah-Langkah dalam melakukan .............................. 33
3.5 Pelaksanaan Inovasi........................................................ 34

30
Inovasi Program Keluarga Berencana

3.5.1 Tempat dan Lokasi .................................................34


3.5.2 Waktu...................................................................... 34
3.5.3 Sasaran Kegiatan....................................................34

BAB IV HASIL....................................................................................... 35
4.1 Profil Komunitas Umum....................................................35
4.2 Data Geografis................................................................. 35
4.3 Data Demografi................................................................ 37
4.4 Sarana Pelayanan Kesehatan......................................... 38
4.5 Gambaran Cakupan KB Baru.......................................... 40
4.6 Survei KB Baru dengan MKJP.........................................41
4.7 Pemaparan Tentang MKJP..............................................42

BAB V DISKUSI..................................................................................... 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 53
6.1 Kesimpulan ........................................................................ 53
6.2 Saran ..................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai