Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“ KEPERAWATAN GERONTIK“

DISUSUN OLEH :
Hanna Lidia Emor

711430116021

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta
inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata
Kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul “Masalah Kesehatan Lansia” ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam tidak lupa juga kami panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan
Keperawatan Gerontik khususnya yang berkaitan dengan Masalah Kesehatan Lansia.
Dalam proses penyusunan makalah ini, banyak kami temui hambatan dan juga
kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang
telah di tentukan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karna itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi lebih sempurnanya makalah ini di waktu mendatang. Akhir kata, kami hanya dapat
berharap agar makalah ini dapat berguna bagi semua
pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha kami selama ini, Aamiin.

DAFTAR ISI
Lembar Judul

Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Lansia
B. Batasan Lansia
C. Ciri-ciri Lansia
D. Kondisi Fisik Pada Lansia
E. Masalah Kesehatan Pada Lansia
F. Penyakit Yang Biasa Diderita Lansia
G. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
H. Solusi Permasalahan Masa Lanjut Usia
I. Kebutuhan Gizi Lansia
J. Menu Seimbang Bagi Lansia

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai
menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada
manusia seseorang mengalami kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan
mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia
seorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60
tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah
mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut
lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan
dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui
kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi
hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima
realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439).
Mereka yang nantinya akan menjadi lansia tersebut harus diantisipasi mulai dari
sekarang, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat. Antisipasi tersebut salah satunya
dengan membuat para lanjut usia tetap sehat, mandiri serta produktif bagi masyarakat.
Untuk mencapai menua yang sehat tersebut di perlukan upaya peningkatan (promotion)
kesehatan, pencegahan penyakit (prevention), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitation), sehingga keadaan patologik pun dicoba untuk disembuhkan
guna untuk mempertahankan menua yang sehat, oleh karena proses patologik akan
mempercepat jalannya proses penuaan, upaya pencegahan harus diutamakan (Darmojo,
2003).
Masalah kesehatan lansia melalui proses kemunduran yang panjang sehingga
dapat dihambat dan dalam beberapa hal tertentu dapat dicegah. Pertimbangan lain adalah
tingginya biaya pelayanan kesehatan sehingga 2 pencegahan akan jauh lebih murah dari
pada biaya pengobatan (Pudjiastuti, 2003). Padahal meskipun aktivitasnya menurun
sejalan dengan bertambahnya usia, lansia tetap membutuhkan asupan zat gizi lengkap,
seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Iapun masih tetap membutuhkan
energi untuk menjalankan fungsi fisiologis tubuhnya. Untuk itu upaya yang dapat
dilakukan misalnya dengan memperhatikan asupan gizi pada lanjut usia, pola istrahat
lanjut usia, dan dengan memberikan olahraga misalnya senam lansia untuk para lansia.

B. Rumusan Masalah.

1. Apa yang dimaksud dengan lansia ?


2. Batasan dikatakan lansia ?
3. Apa saja ciri-ciri dari lansia ?
4. Apa saja kondisi fisik pada lansia ?
5. Apa saja masalah kesehatan pada lansia ?
6. Apa saja penyakit yang biasa diderita lansia ?
7. Apa upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia ?
8. Apa solusi permasalahan masa lanjut usia ?
9. Bagaimana kebutuhan gizi lansia ?
10. Bagaimana Kebutuhan menu seimbang bagi lansia ?

C. Tujuan.

1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia.


2. Untuk mengetahui batasan dikatakan lansia.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri lansia.
4. Untuk mengetahui kondisi fisik pada lansia.
5. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada lansia.
6. Untuk mengetahui penyakit yang biasa diderita lansia.
7. Untuk mengetahui upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia.
8. Untuk mengetahui solusi permasalahan masa lanjut usia.
9. Untuk mengetahui kebutuhan gizi lansia.
10. Untuk mengetahui kebutuhan menu seimbang lansia.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Defenisi Lansia.

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun
1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia
harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak
diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut
usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak,
dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

B. Batasan Lansia.
WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2. Usia tua (old) : 75-90 tahun, dan
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.

C. Ciri-ciri Lansia.
Menurut Hurlock 1980 terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagai dating dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat
apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat
maka kemunduran itu akan lama terjadi.

2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas.


Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial
yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-
pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat - pendapat klise itu seperti :
lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pandapat
orang lain.

3. Menua membutuhkan perubahan peran.


Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam
segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

4. Penyesuaian yang buruk pada lansia.


Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk, karena perlakuan yang buruk itu mebuat penyesuaina diri lansia
menjadi buruk.

D. Kondisi Fisik Pada Lansia.

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,
energi menurun, kulit mulai keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan
sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda.
Ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis
maupun social, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan
kepada orang lain.
Beberapa kemunduran organ tubuh pada lansia, di antaranya adalah :
1. Kulit : kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastic lagi. Dengan
demikian, fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan perisai terhadap masuknya
kuman terganggu. Tipis dan keriput disebabkan oleh hilanganya lapisan lemak dibawah
kulit, tidak elastic lagi karena terbentuk jaringan ikat baru dibawahnya.

2. Rambut : rontok, warna menjadi putih, kering, dan tidak megkilat ini berkaitan
dengan perubahan degeneratif kulit.
3. Seks : produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan bertambahnya
umur, selain itu, produksi hormon pada pria dan wanita yang menurun juga dipengaruhi
oleh menopause pada wanita dan andropause pada pria.

4. Otot : jumlah sel otot berkurang, ukurannya atrofi, sementara jumlah jaringan ikat
bertambah, volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurun, dan
kekuatannya berkurang.

5. Jantung dan pembuluh darah : pada manusia usia lanjut kekuatan mesin pompa
jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus yang di jantung dan
otot mengalami kekakuan. Lapisan inti menjadi kasar akibat merokok, hipertensi,
diabetes mellitus, kadar kolesterol tinggi, dan lain-lain. Yang memudahkan timbulnya
penggumpalan darah dan trombosit.

6. Tulang : ada proses menua kadar kapur atau kalsium dalam tulang menurun, akibatnya
tulang menjadi kropos atau osteoporosis dan mudah patah. Dengan bertambahnya usia,
terdapat peningkatan hilang tulang secara linear.

Adapun perubahan - perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia, antara lain :
1. Sel.
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.

2. Sistem persarafan :
a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap
harinya).
b. Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c. Lambat dalam respond an waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
d. Mengecilnya saraf pancaindra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
pengecilnya saraf pencium dan rasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e. Kurang sensitive terhadap sentuhan.

3. Sistem pendengaran.
Presbiakuisis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit di menegerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia diatas 60 tahun.
a. Membaran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
b. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatkan keratin.
c. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa atau stres.

4. Sistem penglihatan.
a. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis.
c. Lensa lebih suram (kekeruhanpada lensa) menjadi katarak. Jelas menyebabkan
gangguan penglihatan.
d. Meningkatnya amabang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lamabat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.
g. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

5. Sistem kardiovaskuler.
a. Elastisitas didnding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke
berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(menyebabkan pusing mendadak).
e. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 mmHg.

6. Sistem pengaturan temperatur tubuh.


Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termosta, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya.
Yang sering ditemui antara lain:

a. Temperatur tubuh menurun (hiportemia) secara fisiologik 350 ini akibat


metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

E. Masalah Kesehatan Pada Lansia.

Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa
muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang
timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menurut Kane dan Ouslander sering desebut dengan istilah 14 I, immobility
(kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),
incontinence (beser buang air kecil / air besar), infection (infeksi), impairment of vision
and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan panca
indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation
(depresi), inanition(kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita
penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan
tubuh yang menurun), danimpotence (impotensi).

Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia sebagai berikut:
1. Kurang bergerak.
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak.
Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf,
dan penyakit jantung dan pembuluh darah.

2. Istabilitas.
Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan
keadaan tubuh derita) baik karena prosen menua, penyakit maupun proses ekstrinsik (hal-
hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat obatan tertentu dan faktor lingkungan.
Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bagian tertentu dari
tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar
karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain dari pada itu, terjatuh
menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya. Walaupun sebagian lansia
yang terjatuh tidak sampai menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berta, tetapi
kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada
lansia dapat menyebabkan gangguan psikologis berupa hilangnya harga diri dan perasaan
takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan
untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.
3. Beser.
Beser, buang air besar (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada
lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup
mengakibtkan masalah kesehatan atau social. Beser bak merupakan masalah yang sering
kali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak
dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibat timbul berbagai
masalah, baik masalah kesehatan maupun social, yang kesemuanya akan memperburuk
kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum
dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia
kekurangan kandungan kemih. Besek bak sering pula disertai dengan beser buang air
besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak mandi.

4. Gangguan intelektual.
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan
yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60-85 tahun atau lebih, yaitu kurang
dari 5% lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami demensia (kepikunan berat)
sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian meningkat mendekati 50%. Salah satu hal
yang dapat menyebabkan gangguan intelektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan
dengan gangguan intelektual lainnya.

5. Infeksi.
Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering
didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di
dalam diagnosis dan pengobatan serta resiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa
faktor resiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena
kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ
tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komordibitas) yang menyebabkan daya
tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain tiu, faktor nutrisi, faktor lingkungan, jumlah dan
keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.

6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit.


Akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikina juga gangguan
pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkan
terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak
dengan trauma yang minimal.

7. Depresi.
Perubhan status social, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian social serta
perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi
pada lansia. Namun demikian, sering kali gejala depresi menyertai penderita dengan
penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan
sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul sering kali dianggap sebagai suatu
bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Gejala-gejala depresi dapat
berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu,
pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada
selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan
pikiran dan perhatain, kurangnya minat, hulangnya kesenangan yang biasanya dinikmati,
menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang
merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan
gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi, pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu
yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar,
nyeri pinggan, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.

8. Kurang gizi.
Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang
bergizi, isolasi social (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik,
mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan, dan lain-lain.

9. Daya tahan tubuh menurun.


Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang
terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini
disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti
penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja
diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian
juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ
tubuh, dan lain-lain.

10. Impotensi.
Merupakan ketidak mampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup
untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit tiga bulan.
Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan
pada pria usia 40-70 tahun yang di wawancarai ternyata 52% menderita disfungsi ereksi,
yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10%, disfungsi ereksi sedang 25% dan minimal
17%. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat
kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik
karena proses menua maupun penyakit dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang
terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap
rangsangan.

11. Tidak punya uang.


Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang
secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau
menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Untuk dapat
menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu
memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalin
masa tuanya.

12. Penyakit obat-obatan.


Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu
jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering
menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obatan yang digunakan.

Adapun pendapat lainn mengenai masalah kesehatan lansia menurut para ahli adalah
sebagai berikut :
1. Masalah kehidupan sexual.
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos
atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami
isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini
dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara
berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat
menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya
normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam
membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu
melaksanakan.

2. Perubahan prilaku.
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat
menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri,
timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan
sensitivitas emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.

3. Pembatasan fisik.
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang
kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya.
Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan orang
lain.

4. Palliative care.
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai
contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan
diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi
sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban
ketidaknyaman lansia.

5. Pengunaan obat.
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang
sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada
lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas,
termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan
untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita
bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis
obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
 Bingung.
 Lemah ingatan.
 Penglihatan berkurang.
 Tidak bias memegang.
 Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan dijalankan

6. Kesehatan mental.
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin
lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan
berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya.

F. Penyakit Yang Biasa Diderita Lansia.


Usia lanjut memiliki banyak masalah dengan kesehatan yang terkait dengan
menurunnya fungsi tubuh dan faktor-faktor sekitar seperti makanan dan lingkungan
sekitar. Penyakit-penyakit yang biasa diderita oleh usia lanjut antara lain:

1. Jantung dan Serangan Jantung.


Untuk mencegah dari serangah jantung, bisa dilakukan dengan cara-cara berikut
yaitu makan makanan yang sehat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan kadar
kolesterol dalam darah, kurangi berat badan jika kita termasuk memiliki berat yang
berlebih (overweight), berhenti merokok, kurangi stress, cukup berolahraga (misalnya
jogging dan jalan kaki) atau melakukan aktifitas fisik yang lain, kurangi konsumsi garam
sampai 5 mg (atau sekitar 1 sendok teh dalam 24 jam) dan hindari makanan gorengan
dan bergaram.

2. Tekanan darah Tinggi.


Untuk mencegah terjadi penyakit tekanan darah tinggi , lakukan aktifitas fisik
seperti olahraga secara teratur, jalan kaki, yoga, atau aerobik yang ringan; jaga berat
tubuh agar pada kondisi ideal, ikuti pola makan sehat seperti makan makanan yang
berasal dari buah dan sayuran, susu rendah kalori, minyak ikan, hindari minuman
beralkohol dan soft drink, berhenti merokok dan kurangi konsumsi garam atau diganti
dengan garam diet.

3. Arthritis (reumatik).
Untuk mencegah penyakit reumatik ini biar tidak kumat antara lain: lakukan
latihan fisik dan berjalan kaki secara teratur, pola makan yang seimbang dan gaya hidup
yang sehat dapat mencegah penyakit ini, minumlah suplemen berupa kalsium dan vitamin
D secara teratur bila tidak tercukupi dari makanan yang dikonsumsi, lakukan olahraga
angkat beban ringan secara teratur, hindari merokok dan alkohol, lakukan tes tulang
untuk melihat kondisi tulang kita.

4. Osteoporosis (tulang rapuh).


Berikut adalah langkah-langkah untuk mencegah tulang menjadi cepat lemah dan
rapuh, yaitu dengan cukup konsumsi kalsium setiap hari; cukup vitamin D setiap hari
(dapat diperoleh dari makanan/minuman atau sinar matahari); makan makanan yang sehat
yang mengandung vitamin A, Vitamin C, magnesium, seng dan protein , yang dapat
berasal dari susu, buah-buahan dan sayuran hijau dan berdaging; selalu aktif secara fisik
dapat membantu kesehatan tulang; jangan merokok karena bisa merusak tulang dan
menurunkan kadar estrogen dalam tubuh; dan hindari pekerjaan-pekerjaan atau aktifitas
yang beresiko besar untuk terjatuh.

5. Diabetes.
Untuk mengontrol diabetes, lakukan latihan setiap pagi misalnya berjalan pagi,
jogging dengan intensitas kecil atau sedang, atau aerobik ringan; pilihlah makanan-
makanan yang sehat (rendah lemak, rendah kalori dan rendah garam); hindari konsumsi
gula dan sirup, pilihlah gula diet; konsumsi sayuran dan buah segar, ganti soft drink
dengan jus buah tanpa gula atau air putih; makan makanan dan snack yang sesuai
(rendah gula) pada waktu-waktu tertentu dalam sehari agar kadar gula darah bisa terjaga;
dan yang terakhir yaitu selalu lakukan kontrol ke dokter.

6. Kanker.
Untuk mencegah kanker: berhentilah merokok, konsumsi buah dan sayur
secukupnya yang dapat mempunyai efek melindungi dari kanker (sebagai antioksidan),
konsumsi teh hijau secangkir sehari secara teratur dapat mencegah kanker dan juga
melindungi jantung, aktifitas fisik secara teratur dan menjaga berat badan, juga
menghindari bahan-bahan makanan yang mempunyai efek karsinogenik dan menghindari
dari bahan-bahan atau sumber radiasi.

7. Ginjal.
Sakit ginjal dapat dicegah dengan menjaga tekanan darah di batas normal,
menjaga berat badan, kurangi makanan berlemak, minum air yang cukup, kurangi minum
kopi, hindari minuman beralkohol, tidak merokok atau menggunakan produk tembakau.

8. Pembesaran prostat.
Untuk mencegahnya yaitu dengan teratur melakukan olahraga ringan, makan makanan
yang bergizi seperti sayuran dan buahan (kubis-kubisan, alpukat, kacang-kacangan, labu,
tomat, ikan dan minyak ikan), mengikuti pola makan sehat, tidak merokok, tidak
begadang, kurangi makanan pedas yang berlebihan, dan memeriksakan ke dokter secara
berkala.

9. TBC.
TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikroba. Untuk
pencegahannya yaitu hidup bersih dan sehat, mencuci tangan setelah berada di sekitar
orang yang mengidap penyakit batuk kronik, konsumsi makanan yang kaya akan vitamin,
mineral, kalsium, protein dan serat, hindari berada cukup dekat dengan orang yang
sedang batuk, olahraga teratur di tempat yang berudara segar dan sejuk. Lakukan
pemeriksaan jika menderita batuk agak lama.

10. Penyakit mata.


Penyakit mata atau katarak adalah salah satu penyakit yang menyerang lansia.
Pencegahannya yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin A, C dan E
seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan ikan. Kandungan katekin dalam teh hijau juga
membantu mencegah terjadinya katarak. Istirahatkan mata selama selama 5-30 menit jika
kita sedang membaca (caranya: menutup mata atau menghadap ke suatu arah tertentu,
bernapas dalam dan menutup mata dengan telapak tangan). Gunakan kacamata gelap jika
sedang berada di luar di siang hari.

11. Alzheimer (penyakit pikun).


Agar tidak pikun, mulailah rajin berolahraga yang ringan, konsumsi makanan yang
bergizi seperti serealia utuh (yang banyak kandungan vitamin B nya), ikan dan minyak
ikan, teh, sayuran dan buahan (misalnya buah delima), makanan yang mengandung
vitamin D (misalnya telur, susu), selalu aktif berpikir, tidur teratur dan cukup, serta
melindungi otak dari ancaman cedera atau yang lainnya. Contoh lain dari menu lansia
dalam satu hari misalnya sebagai berikut.

Di indonesia sendiri sesuai dengan data yang diperoleh dari Kemkes RI,
Riskesdas 2013 terdapat sepuluh penyakit terbanyak yang diderita oleh lanjut usia, yaitu :
1. Hipertensi.
2. Artritis.
3. Stroke
4. Penyakit Paru Obstruksi Kronis.
5. Diabetes Mellitus.
6. Kanker.
7. Penyakit Jantung Koroner.
8. Batu Ginjal.
9. Gagal Jantung.
10. Gagal Ginjal.

G. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia.


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas.
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to
life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh
Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add
Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,
dan memperpanjang usia.

2. Pendekatan.
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
 Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development).
 Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons).
 Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence).
 Lansia turut memilih kebijakan (choice).
 Memberikan perawatan di rumah (home care).
 Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility).
 Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging).
 Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility).
 Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity).
 Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family
care).

3. Jenis.
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan, yaitu :
Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta
pemulihan.
 Promotif.
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang
positif menjadi norma-norma sosial.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :


 Mengurangi cedera.
 Meningkatkan keamanan di tempat kerja. Meningkatkan perlindungan dari
kualitas udara yang buruk.
 Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan.
 Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut.
 Preventif.
‐ Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan
primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan
di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang
tepat.

‐ Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita


tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi,
deteksi dan pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram,
papsmear, gigi, mulut.
‐ Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan
cacat. Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan
memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan
kemampuan anggota badan yang masih bnerfungsi.

 Rehabilitatif.
Prinsip :
 Pertahankan lingkungan aman.
 Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas.
 Pertahankan kecukupan gizi.
 Pertahankan fungsi pernafasan.
 Pertahankan aliran darah.
 Pertahankan kulit.
 Pertahankan fungsi pencernaan.
 Pertahankan fungsi saluran perkemihaan.
 Meningkatkan fungsi psikososial.
 Pertahankan komunikasi.
 Mendorong pelaksanaan tugas.

H. Solusi Permasalahan Masa Lanjut Usia.


Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut
dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :

1. Berhubungan dengan kesehatan lansia (fisik).

 Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan tubuh
dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang
jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita.

 Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia, misalnya
pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat dalam jumlah yang
besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi
dengan jumlah bertahap.

 Minum air putih 1,5-2 liter sehari, secara teratur.

 Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuannya.

 Istirahat dan tidur yang cukup.


 Minum suplemen gizi yang diperlukan.

 Memeriksa kesehatan secara teratur.

2. Berhubungan dengan masalah intelektual. Sulit untuk mengingat atau pikun dapat

diatasi pada saat muda dengan hidup sehat, yaitu dengan cara :

 Jadikan olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas harian anda.


 Hendaknya anda membiasakan diri dengan tidur yang cukup.
 Kendalikan rasa stress yang menyelimuti pikiran anda.
 Segera obati depresi anda.
 Hendaknya anda selalu mengawasi obat-obatan yang dikonsumsi.
 Cobalah dengan melakukan permainan yang berhubungan dengan daya ingat.
 Jangan pernah behenti untuk terus belajar dan mengasah kemampuan otak.
 Hendaknya anda berusaha meningkatkan konsentrasi dan memfokuskan pikiran.
 Tumbuhkan rasa optimis dalam diri anda.

3. Berhubungan dengan emosi.

 Lebih mendekatkan dirin kepada allah dan menyerahkan diri kita sepenuhnya
kepadanya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.

 Hindari stress, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh
dan wajahpun menjadi nampak semakin tua, stress juga dapat menyebabkan atau memicu
berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

 Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara
alami. Penampilan kita juga akan tampak jauh lebih menarik dan lebih disukai orang
lain, tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita
yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan.

 Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka


dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan dengan kondisi serta
kemampuan.

 Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga
dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga
harus sehat sosial, dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman
dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk
menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama
menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

4. Berhubungan dengan spiritual.


 Lebih mendekatkan diri kepada allah dan menyerahkan diri kita sepenuhnya
kepadanya, hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.

 Intropeksi diri terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak beribadah.
 Belajar secara rutin dengan cara membaca kitab suci secara teratur.

I. Kebutuhan Gizi Lansia.

1. Kebutuhan gizi.

Kebutuhan gizi bagi setiap manusia berbeda-beda tergantung dari jenis kelamin, umur,
aktivitas, ukuran dan susunan tubuh, iklim atau suhu udara, kondisi fisik tertentu (sakit)
serta unsure lingkungan. Kecukupan atau konsumsi gizi manula berbeda dengan
kecukupan gizi pada usia muda. Namun kebutuhan nutrisi manusia sama pada usia 40,
50, 60, dan sesudahnya seperti ketika masih berusia sedikit muda dengan sedikit variasi.

a. Energi.
Pada manusia, kebutuhan energi menurun sehubungan dengan meningkatnya usia.
Hal ini disebabkan banyak sel yang sudah kurang aktif yang mengakibatkan kegiatan
fisik juga menurun. Dalam “Widya Karya Pangan Dan Gizi Tahun 1988” disebut
kecukupan gizi yang dianjurkan untuk pria manula adalah sebesar 2.100 kalori dan
wanita 1.700 kalori. Kebutuhan kalori akan mulai menurun pada usia 40-49 tahun sekitar
5%,pada usia 50-59 tahun dan usia 60-69 tahun menurun 10%. Dengan penurunan ini
berarti jumlah makanan yang seharusnya dikonsumsi juga menurun.Kebutuhan energy pada
usia 40 tahun sekitar 35 kkal/kg BB ideal. Setiap usia 10 tahun perkembangan usia,
kebutuhan energy akan menurun 10 g. Tetapi, pembagian ke dalam zat-zat gizi tetap
berprinsip pada pola gizi seimbang.

b. Protein.
Fungsi protein pada manula tidak lagi untuk pertumbuhan, tetapi untuk
pemeliharaan dan pengganti sel-sel yang rusak, serta pengaturan fungsi fisiologis tubuh.
Pada usia tua tubuh lebih tergantung pada asam-asam amino esensial. Dianjurkan
kecukupan protein usia lanjut dipenuhi dari protein yang berkualitas baik seperti susu,
telur, daging karena kecukupan asam amino yang pentingnya pada usia lanjut meningkat.
Jumlah protein pada usia lanjut meningkat. Jumlah protein yang diperlukan bagi laki-laki
lanjut adalah 49 g per hari dan perempuan sebesar 41 g perhari. Pada usia lanjut tidak
diperlukan jumlah konsumsi protein yang berlebih karena akan memberikan fungsi ginjal
dan hati, sebaiknya konsumsi protein asal hewani atau nabati adalah 10 % dari total
kebutuhan total kalori perhari.

c. Hidrat Arang.
Penggunaan hidrat arang relatif menurun pada manula karena kecukupan kalori
juga menurun. Dianjurkan 50% dari total energy berasal dari hidrat arang.

d. Lemak.
Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang. Lemak yang berlebih dapat
disimpan dalam tubuh sebagai cadangan tenaga, dan bila sangat berlebih akan disimpan
sebagai lemak tubuh. Konsumsi yang berlebih pada manula dihindari karena dapat
meningkatkan kadar lemak tubuh, khususnya kadar kolesterol darah. Dianjurkan konsumsi
lemak hewani dikurangi dan banyak menggunakan lemak nabati. Jumlah lemak yang
dianjurkan diatur tidak melebihi 25 % dari total kecukupan energy sehari, karena
kebutuhan lemak pada lansia hanya berkisar antara 20-25% dari total kalori/hari.

e. Vitamin.
Kebutuhan vitamin pada manula tidak jauh berbeda dengan kebutuhan pada waktu
muda, kecuali niasin, riboflavin, dan tiamina. Kecukupan ketiga vitamin itu tergantung
dari jumlah yang diperlukan. Pada manula, konsumsi vitamin seperti riboflavin, tiamina,
vitamin B6 asam folat, Vitamin C dan D, dan vitamin E dari makanan perlu mendapat
perhatian yang khusus terutama bagi mereka yang menginjak usia menopause (50 tahun
ke atas) memerlukan vitamin-vitamin antioksidan seperti Vitamin A dan Vitamin E (400-
600 unit/hari).

f. Mineral.
Pada prinsipnya, mineral memang dibutuhkan sedikit, tetapi pada manula sering
dijumpai masukan makanan kurang dalam beberapa jenis mineral seperti zat besi,
kalsium. Kalsium yang dibutuhkan pada usia 19-50 tahun 1.000 mg, sedangkan untuk
usia lebih dari 51 tahun, kebutuhan kalsium sebesar 1.200 mg. Organisasi kesehatan
menyarankan bagi manusia yang sudah pasca menopause untuk mengonsumsi harian,
kalsium sebesar 1.500 mg, lebih tinggi dari kebutuhan biasa sebesar 1.200 mg. suplemen
kalsium hingga 1.000 mg/hari juga disarankan bagi mereka yang tidak mendapatkan
mineral yang lebih cukup dari makanan. Adapun kecukupan yodium yang dianjurkan
untuk orang Indonesia untuk usia 10-59 tahun dan lebih dari 60 tahun baik pria maupun
wanita adalah sebanyak 150 mg.

g. Air dan serat.


Kebutuhan air meningkat dengan bertambahnya usia. Dengan berkurangnya
kemampuan ginjal maka air punya peranan penting sebagai pengangkut sisa pembakaran
tubuh dan mendorong peristaltic usus. Dianjurkan manula mengonsumsi cairan minimum
6-8 gelas sehari. Serat dalam makanan akan membantu mendorong peristaltic usus dan
dapat mencegah konstipasi pada manula.

2. Angka Kecukupan Gizi Lansia.


Kecukupan gizi usia lanjut berada dengan usia muda. Kebutuhan gizi sangat
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas/kegiatan, postur tubuh, aktivitas fisik
dan mental (termasuk pekerjaan) sehari-hari, iklim/suhu udara, kondisi fisik tertentu
(masa pertumbuhan, sedang sakit) dan unsure lingkungan (misalnya bekerja dibahan
dengan bahan nuklir). Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan brmanfaat
bagi usia lanjut untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit degenerative
seperti penyakit jantung, ginjal, diabetes mellitus arthritis dan lain-lain atau kekurangan
gizi yang seyogianya telah dilakukan sejak muda. Adapun kebutuhan zat-zat gizi pada
usia lanjut:

a. Kalori.
Kebutuhan energy pada usia lanjut menurun sehubungan dengan penurunan
metabolism basal (sel-sel banyak yang inaktif) dan kegitan fisik cenderung menurun.
Kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40 – 49 tahun dan 10% pada usia
50-59 tahun serta 60-69 tahun. Menurut Angka Kecukupan Gizi oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, pria usia 30 tahun rata-rata membutuhkan 2.625 kalori
yang berubah menjadi 1.525 kalori ketika usia mencapai 80 tahun ke atas. Sementara
wanita yang berumur 30 tahun rata-rata membutuhkan 2.150 kalori dan berubah menjadi
1.425 kalori ketika usianya mencapai 80 tahun lebih.

b. Protein.
Untuk usia lanjut protein berfungsi untuk mengganti sel-sel jaringan-jaringan yang
rusak serta mengatur fungsi fisiologi tubuh. Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein
terutama dari protein hewani dan nabati dengan perbandingan 1:3, Jumlah protein yang
diperlukan untuk laki-laki usia lanjut (60 tahun) adalah 55 g per hari dan wanita usia
lanjut 48 g per hari. Hindarkan konsumsi protein yang berlebih karena akan
memberatkan fungsi ginjal dan hati. Protein diperlukan lebih pada usia lanjut yang
menderita penyakit infeksi serta mengalami setres berat.

c. Lemak.
Lemak merupakan sumber tenaga selain hidrat arang. Lemak berlebih disimpan
dalam tubuh sebagai cadangan tenaga dan bila berlebih akan ditimbun sebagai lemak
tubuh. Konsumsi lemak yang berlebih tidak dianjurkan pada usia lanjut karena dapat
meningkat kadar lemak dalam tubuh khususnya kadar kolesterol darah.Kebutuhan lemak
usia lanjut lebih sedikit. Konsumsi lemak dibatasi jangan lebih dari seperempat
kebutuhan energi. Pada usia lanjut di anjurkan untuk mengonsumsi asam lemak tak
jenuh (berasal dari nabati). Dan pembatasan konsumsi lemak untuk usia lanjut karena
meningkat:
 Berkurangnya aktivitas tubuh.
 Berkurangnya produksi enzim sehingga pencernaan lemak tidak sempurna akan
membebani lambung dan usus.
 Bisa menyebabkan arterosklerosis bila mengonsumsi asam lemak jenuh yang tinggi.

d. Vitamin.
Untuk usia lanjut dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya vitamin
A,D,E untuk mencegah penyakit degenerative (sebagai antioksida). Selain itu,
mengonsumsi mkanan yang banyak mengandung vitamin B12, asam folat dan B1 juga
dianjurkan, untuk menanggulangi resiko penyakit jantung. Adapun kebutuhan vitamin
untuk usia lanjut per orang per hari Adalah:
 Vitamin wanita 500 RE dan laki-laki 600 RE.
 Vitamin B1 1,0 ug.
 Vitamin B6 wanita 1,6 ug dan laki-laki 2,0 ug.
 Vitamin B12 1,0 ug.
 Asam Folat wanita 150 ug dan laki-laki 170 ug.
 Vitamin C60 ug.
 Vitamin D5 ug.
 Vitamin E wanita 8 ug dan laki-laki 10 ug.

e. Mineral.
Pada usia lanjut di anjurkan mengonsumsi makanan fe, Zn, selenium, dan kalsium
untuk mencegah anemia dan pengeroposan tulang terutama pada wanita. Adapun
kebutuhan mineral untuk usia lanjut perhari adalah:
 Kalsium wanita 500 mg dan laki-laki 600mg.
 Zat besi wanita 14 ug dan laki-laki 13 ug.
 Natrium (NaCl) 2,8-7,8 g.
 Seng (Zn) 15 ug.
 Selenium wanita 55 ug dan laki-laki 70 ug.
Dianjurkan pada usia lanjut dengan tekanan darah tinggi mengonsumsi NaCl
sejumlah 3 g per orang per hari karena dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
5. Peranan Gizi Bagi Lansia.

a. Peranan Energi.

 Energi untuk diukut dengan kalori dan menghasilkan dari karbohidrat, protein, dan
lemak.
 Kelebihan energi dapat memengaruhi terjadinya penyakit degeneratif, karena energy ini
disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
 Penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya lebih banyak terdapat pada orang-
orang dengan energi yang berlebihan.
 Kekurangan energi mengakibatkan berat badan rendah yang dapat mengakibatkan
fungsi umum menurun, seperti menurunnya daya tahan dan kesanggupan kerja.
b. Peranan Protein.

 Pada usia lanjut fungsi protein yang di konsumsi tubuh tidak lagi untuk
pertumbuhan. Peranan protein yang utama adalah memelihara dan mengganti sel-sel
jaringan yang rusak, pengatur fungsi fisiologi organ tubuh.
 Kebutuhan protein pada usia lanjut didasarkan kepada kebutuhan orang dewasa muda
pada umur 25 tahun, yaitu pada pria 0,95g/kg berat badan/hari sedangkan pada wanita
0,87 g/kg berat badan/hari.
 Kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang indosnesia adalah 50 g/hari untuk
pria dengan umur 60 tahun ke atas dan 44g/hari untuk wanita dengan umur 60 tahun ke
atas.
 Dianjurkan kebutuhan protein pada usia lanjut dipenuhi dari protein yang bernilai
biologi tinggi seperti telut, akan dan lain-lain karena kebutuhan asam-asam amino
esensial meningkat pada usia lanjut. Tetapi konsumsi protein yang berlebihan tidak
bermanfaat karena akan dapat memberatkan fungsi ginjal dan hati.

c. Peranan lemak.

 Lemak merupakan sumber energi yang dapat disimpan di dalam tubuh sebagai
cadangan energy.
 Konsumsi lemak yang berlebihan pada usia lanjut tidak dianjurkan karena dapat
meningkatkan kadar lemak dalam tubuh, khususnya kadar kolesterol darah.
 Masukan lemak melalui makanan dianjurkan tidak melebihi 30% dari jumlah total
energi yang dibutuhkan. Untuk bangsa Indonesia konsumsi lemak dianjurkan tidak
melebihi 25% dari energi yang di butuhkan.

d. Peranan Mineral.
Mineral dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun peranannya sangat penting dalam
berbagai proses metabolik dalam tubuh, sehingga bila mengonsumsi mineral kurang dari
kebutuhan akan dapat mengganggu kelangsungan proses tersebut.

e. Kalsium.
Pada proses menua terjadi gangguan absorpsi kalsium, karena itu sangat
dianjurkan untuk mengonsumsi susu 1 gelas/hari.Kebutuhan kalsium yang di anjurkan
adalah 500 mg/orang/hari. Untuk yang menderita osteoporosis dianjurkan pemberian
kalsium sejumlah 800 mg/orang/hari. Namun kalsium yang di butuhkan pada usia 19-20
tahun 1.000 mg, sedangkan untuk usia lebih 51 tahun, kebutuhan kalsium sebesar 1.200
mg.

f. Fe/Zat besi.
Kebutuhan Fe yang dianjurkan sebesar 9 mg/orang/hari untuk pria, sedangkan 8
mg/orang/hari untuk wanita. Anemia gizi sering terjadi pada usia lanjut, diakibatkan
rendahnya jumlah Fe dalam makanan yang di konsumsi ataupun adanya penyakit pada
lambung yang dapat mengganggu penyerapan Fe di dalam saluran pencernaan. Oleh
karena itu, sebaiknya dipilih zat besi yang berasal dari hewani. Konsumsi protein asal
hewan antara lain daging perlu di konsumsi dalam jumlah yang cukup tetapi tidak boleh
berlebihan, karena zat besi asal protein hewani lebih mudah diserap.

g. Natrium.
Kebutuhan NaCl adalah 2,8-7,8 g/orang/hari. Dianjurkan lansia dengan tekanan
darah tinggi mengonsumsi NaCl sejumlah 3 mg/orang /hari karena dapat membantu
menurunkan tekanan darah.Pada keadaan ini menyebabkan nafsu makan usia lanjut
menurun, karena makanannya kurang garam.

h. Air.
Kebutuhan air meningkat dengan bertambahnya usia seseorang. Dengan
berkurangnya kemampuan ginjal, maka air mempunyai peranan penting sebagai
pengangkut sisa metabolism dalam tubuh. Dianjurkan meminum air sebanyak 6-8 gelas
atau lebih dalam sehar. Air juga mempunyai peranan mendorong peristaltik usus sehingga
dapat mencegah kontipasi.

i. Peranan Serat.
 Pada manula serat diperlukan memungkinkan proses buang air besar menjadi
teratur dan menghindari berbagai penyakit.
 Fungsi serat dalam usaha pencegahan penyakit yaitu mencegah penyakit
jantung koroner, kanker usus besar, penyakit diabetes melitus, penyakit
divertikular (penonjolan bagian luar usus), dan mencegah kegemukan.
j. Peranan Vitamin.
Secara umum vitamin mempunyai fungsi yaitu mengatur berbagai proses
metabolisme dalam tubuh, mempertahankan fungsi berbagai jaringan, memengaruhi
pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru dan membentuk pembuatan zat-zat tertentu
dalam tubuh.

 Vitamin A.
Penghasilan yang baik, ketahanan jaringan, daya tahan tubuh terhadap infeksi sangat
tergantung kepada kecukupan Vitamin A. Pada pria maupun wanita usia umur 60 tahun
ke atas kecukupan Vitamin A adalah 3.500-4.000 mikrogram/orang/hari.

 Vitamin B1/Tiamina.
Kecukupan Vitamin B1 untuk pria lanjut adalah 1,2 mg/orang/hari dan 1,0 mg untuk
wanita lanjut.

 Vitamin B6.
Kecukupan Vitamin B6 yang dianjurkan pria lansia adalah 2,2 mikrogram/hari dan 2,0
mikrogram untuk wanita lanjut.

 Folat.
Di dalam tubuh asam folat berfungsi memproduksi sel darah merah dan di butuhkan
untuk sintesis asam amino. Asam folat berfungsi sebagai kafaktor yang sangat penting
dan juga merupakan koenzim yang berfungsi mengatur proses remetilasi dan transulfurasi
metabolisme homosistein. Asam folat juga merupakan koenzim yang sangat besar
peranannya dalam reaksi di dalam tubuh, seperti sintesis DNA, pembelahan sel normal,
sintetis purin, interkonversi asam amino, dan berbagai reaksi seluler lainnya. konsumsi
asam folat tidak hanya berperan besar pada pembentukan jaringan otak janin saja, tetapi
juga berpotensi mengatasi kepikunan pada kelompok lanjut usia. Hasil penelitian
membuktikan, mengonsumsi makanan yang lunak yang banyak mengandung asam folat
akan menurunkan risiko terserang kanker usus besar.

 Vitamin B12.
Vitamin B12 merupakan unsur penting untuk meningkatkan kemampuan daya ingat, bahkan
bisa mengatasi persoalan kelainan saraf di samping itu Vitamin B12 bekerja sama
dengan asam folat memproduksi sel darah merah. Vitamin B12 juga berfungsi sebagai
kofaktor yang sangat penting dan juga merupakan koenzim yang berfungsi mengatur
proses remetilasi dan transulfurasi metabolisme homosistem kecukupan yang dianjurkan
untuk B12 adalah 0,3 mikrogram/hari bagi usia lanjut.

 Vitamin C.
Vitamin C sangat bermangfaat untuk menghambat berbagai penyakit pada usia tua,
berfungsi antara lain meningkatkan kekebalan tubuh, melindungi dari serangan kanker,
melindungi arteri, meremajakan dan memproduksi sel darah putih, mencegah katarak,
memperbaiki kualitas sperma, dan mencegah penyakit gusi. Kecukupan Vitamin C adalah
60 mg/hari.

 Vitamin D.
Kecukupan Vitamin D yang dianjurkan lansia sebanyak 5 mikro gram/hari atau 200 IU.
Pada umumnya konsumsi Vitamin D wanita usia lanjut rendah daripada pria usia lanjut.

 Vitamin E.
Vitamin E merupakan anti-oksida dan diduga berperan memperlambat proses ketuaan
pada usia lanjut. Kecukupan yang dianjurkan adalah 8mg alpha tokoferol untuk pria dan
10 mg/hari untuk wanita.

 Vitamin K.
Kecukupan Vitamin K adalah 65 mcg/hari bagi wanita lansia dan 80 mgc/hari bagi pria
lansia.

J. Menu Seimbang bagi Lansia.


Menu seimbang usia lanjut adalah susunan makanan yang mengandung cukup
semua unsure gizi yang di butuhkan para usia lanjut. Syarat menu seimbang untuk
manula sehat:
1. Mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan.
2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari hidrat
arang yang merupakan hidrat arang konpleks (sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian).
3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori.
4. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan usia lanjut yaitu 8-10% dari
total kalori.
5. Dianjurkan mengandung tinggi serat yang bersumber pada buah, sayur dan bermacam-
macam pati, yang konsumsi dengan jumlah secara bertahap.
6. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu nonfat, yoghurt, ikan
dan lain-lain.
7. Makanan mengandung tinggi zat besi yang bersumber dari protein hewani.
8. Membatasi penggunaan garam seperti monosodium glutamate, sodium bikarbonat,
sodium sistrate.
9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar
dan mudah di cerna.
10. Hindari bahan makanan yang mengandung tinggi alkohol.
11. Makanan sebaiknya yang mudah di kunyah seperi makanan lembek.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan
mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Usia 65 tahun adalah usia yang
menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata
dan seseorang itu telah disebut lansia. Ciri-ciri lansia adalah usia lanjut terjadi periode
kemunduran, lanjut usia memiliki status kelompok minoritas, menua membutuhkan
perubahan peran, penyesuaian yang buruk, memasuki masa lansia umumnya mulai
dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology),
misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit mulai keriput, gigi mulai rontok, tulang
makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah
memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Usia lanjut memiliki
banyak masalah dengan kesehatan yang terkait dengan menurunnya fungsi tubuh dan
faktor-faktor sekitar seperti makanan dan lingkungan sekitar. Kecukupan gizi usia lanjut
berada dengan usia muda. Kebutuhan gizi sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
aktivitas/kegiatan, postur tubuh, aktivitas fisik dan mental (termasuk pekerjaan) sehari-hari,
iklim/suhu udara, kondisi fisik tertentu (masa pertumbuhan, sedang sakit) dan unsure
lingkungan.

B. Saran.
Setelah membaca makalah ini diharapkan penulis dan pembaca menjadi tahu
tentang perkembangan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang
mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena
itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik-sebaiknya masa tua kita.
Gunakan masa muda dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.

DAFTAR PUSTAKA

Apandi. 2002. Permasalahan Nutrisi pada Lansia. http://pergemi.medindo.com/nutrisi.-

html.

Ardiana, Anisah. 2007. Konsep Pertumbuhan dan perkembangan Manusia. Jember:

Bagian Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar (DKKD) Program Studi Ilmu

Keperawatan.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat.2003.Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk

Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Darmojo.2000.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-2. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Unifersitas Indonesia.


Kurnianingsih,dkk.2007. Tugas Mata Kuliah Gizi Daur Gizi pada Lansia.Surabaya:

Universitas Airlangga.

Courtney, Mary. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi II. Melfiawati (ED). Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai