Anda di halaman 1dari 75

HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET DENGAN POLA TIDUR PADA

MAHASISWA S1 KEPERAWATAN REGULAR SEMESTER 2


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2020

HALAMAN SAMPUL

Proposal Skripsi

Disusun Oleh :
Muhammad Syarif Hidayatullah
NPM. 1614201110034

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020

i
HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET DENGAN POLA TIDUR PADA
MAHASISWA S1 KEPERAWATAN REGULAR SEMESTER 2
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2020

HALAMAN JUDUL

Proposal Skripsi

Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam menyelesaikan Program Studi
S1 Keperawatan

Disusun Oleh :
Muhammad Syarif Hidayatullah
NPM. 1614201110034

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi ini dengan judul Hubungan Penggunaan Gadget dengan Pola
Tidur pada Mahasiswa S1 Keperawatan Regular Semester 2 Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Tahun 2020 oleh Muhammad Syarif Hidayatullah, NIM :1614201110034, telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan akan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Seminar Proposal Skripsi Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjamasin.

Banjarmasin, 05 Maret 2020

Pembingbing 1

Yosra Sigit Pramono, Ns., M.Kep


NIDN. 1116088901

Pembimbing 2

Muhsinin,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Anak
NIDN. 1105097301

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep


NIDN. 1107097801

iii
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
Proposal Skripsi ini berjudul Hubungan Penggunaan Gadget dengan Pola Tidur
pada Mahasiswa S1 Keperawatan Regular Semester 2 Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2020 oleh
Muhammad Syarif Hidayatullah, NIM :1614201110034, telah diujikan di depan
tim penguji pada Seminar Proposal Skripsi Program Studi S.1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Bajarmasin pada tanggal Maret 2020

DEWAN PENGUJI :

Penguji 1 :

Yosra Sigit Pramono, Ns.,M.Kep (Pimpinan Sidang)


NIK: 01 16081989 133 001 017

Penguji 2 :

Muhsinin, Ns.,M.Kep.Anak (Anggota)


NIK: 01 05091973 013 006 000

Mengesahkan di : Banjarmasin
Tanggal : 02 Maret 2020

Mengetahui,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Ketua Program Studi
Kesehatan S.1 Keperawatan

Solikin, Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep


NIK: 01 29071979 018 003 002 NIK: 01 07091978 002 002
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

iv
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Syarif Hidayatullah
NIM : 161420110034
Program Studi : S1 Keperawatan
Fakultas : Keperawatan dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal yang berjudul Hubungan


Penggunaan Gadget dengan Pola Tidur pada Mahasiswa S1 Keperawatan Regular
Semester 2 Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2020 ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang
sayaakui sebagai tulisan atau fikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tesebut.

Banjarmasin, 05 Maret 2020


Saya yang membuat pernyataan,

Muhammad Syarif Hidayatullah


NIM. 1614201110034

v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’alla, Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kepada setiap hamba-Nya. Atas berkat dan
rahmat-Nya jualah usaha penulis untuk menyelesaikan proposal skripsi
“Hubungan Penggunaan Gadget dengan Pola Tidur pada Mahasiswa S1
Keperawatan Regular Semester 2 Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2020 ” ini berjalan dengan
lancer dan baik.

Penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang baik dari
berbagai pihak, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag  selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin
2. Bapak Solikin, Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Dekan Fakultas Keperawatan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi S.1
Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
4. Bapak Yosra Sigit Pramono, Ns., M.Kep selaku Pembimbing 1 yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, ilmu, dukungan, motivasi dan
semangat kepada penulis.
5. Bapak Muhsinin,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Pembimbing II tentang
metodologi penelitian sekaligus pembimbing teknik penulisan yang telah
memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.
6. Mahasiswa yang telah bersedia menjadi responden yang terlibat dalam studi
pendahuluan.
7. Seluruh Dosen Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Banjarmasin atas motivasi yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis bias menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini.
8. Orang tua tercinta: Ayah tercinta Bapak Misran dan Ibunda tercinta
Rusnawati, Kakak-kakak dan Keponakan-keponakan di Awayan yang selalu

vi
dengan penuh keikhlasan mendo’akan anak-anaknya demi menggapai cita-
cita, selalu memberikan nasihat, motivasi serta mensupport segala kegiatan
dan hal-hal baik yang dilakukan oleh penulis secara moril maupun materil
selama menempuh pendidikan sampai penyusun skripsi ini.
9. Seluruh komponen demisioner organisasi mahasiswa yang telah saya ikuti
:Bem Fakultas Kesehatan dan Keperawatan UMB periode 2018/2019
Ukhuwah Salawasan, UMB.EC, dan seluruh keluarga besar organisasi
kemahasiswaan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
10. Sahabat seperjuangan saya di kampus :Sahal, Izam, Pandu, Dessy, Widy,
Fitria, Sasmita, Dayat dan Bagus yang selalu ada saat saya butuhkan dan
selalu menjadi saksi awal pada setiap tangis dan tawa. Serta teman-teman
kelas A S1 Keperawatan 2016 yang juga memberikan semangat dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang tidak bias saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan penuh dalam bentuk apapun itu.

Semoga Allah subhanahuwata’alla selalu melindungi, memberikan keberkahan


serta rahmat-Nya kepada mereka yang telah memberikan sumbangsih yang tulus
kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam peyusunan proposal skripsi ini
masih banyak kekurangan dikarenakan penulis masih dalam tahap pembelajaran,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
menyempurnakan proposal skripsi ini. Semoga ide pemikiran yang tertuang dalam
proposal skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. AamiinyaRabbalalamin.
Wassallamu’alaikumwarrahmatullahiwabarrakatuh.
Banjarmasin, 05 Maret 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii
PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................9
1.5 Penelitian Terkait................................................................................10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................14


2.1 Konsep Remaja..........................................................................................14
2.2 Konsep Pola Tidur.....................................................................................22
2.3 Konsep Gadget...........................................................................................37
2.4 Kerangka Teori..........................................................................................46
2.5 Kerangka Konsep.......................................................................................47
2.6 Hipotesis Penelitian...................................................................................48

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN.................................................................49


3.1 Desain Penelitian.................................................................................49
3.2 Definisi Operasianal............................................................................49
3.3 Populasi dan Sampel...........................................................................51
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................52
3.5 Instrumen Penelitian............................................................................52
3.6 Teknik Pengumpulan Data..................................................................54
3.7 Teknik pengolahan data......................................................................55
3.8 Teknik Analisis Data...........................................................................56
3.9 Etika Penelitian...................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................59
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Kebutuhan Tidur.....................................................................27
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian..........................................................50

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................46
Gambar 2.2 Kerangka Konsep............................................................................47

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan


Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Lembar Konsultasi
Lampiran 4 Lembar Penjelasan PSP
Lampiran 5 Lembar Informed Consent
Lampiran 6 Lembar Kuesioner Penggunaan Gadget
Lampiran 7 Lembar Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Lampiran 8 Jadwal Kegiatan

xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-
kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24
tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah
antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin , masa remaja adalah suatu
periode antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang di tandai dengan
perubahan perkembangan biologis, psikologis dan emosional (Nofianti,
2016). Sedangkan The Health Resource and Service Administration
Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan
terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17
tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam
terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun
(Kusmiran, 2011).

Kebanyakan remaja mempunyai handphone atau gadget maupun alat


komunikasi lainnya sehingga memudahkan berkomunikasi dengan orang lain
dan sekarang tidak hanya itu yang bisa dilakukan oleh handphone atau gadget,
alat komunikasi sekarang semakin canggih dikarenakan teknologi semakin
maju contoh yang bisa dilakukan seperti mengakses internet mencari berita,
nonton video (youtube) mengerjakan tugas, main game, sampai belajarpun
sekarang bisa lewat handphone atau gadget.

Pemakaian gadget dalam waktu lama dapat mengganggu kualitas tidur di


kalangan remaja. Penelitian ini dilakukan pada hampir 10.000 remaja asal
Norwegia berusia 16-19 tahun. Para remaja tersebut bisa menghabiskan waktu
seharian saat memainkan gadget. Menurut penelitian, pemakaian gadget
dalam waktu lama ini menyebabkan mereka memerlukan sekitar 60 menit
lebih lama untuk tertidur dari pada waktu biasanya. Dengan demikian, para
remaja ini akan cenderung tidur terlambat dari biasanya (Hudo, 2015).

1
2

NSF (National Sleep Foundation) merilis Annual Sleep in America Poll pada
tahun 2011 untuk melihat efek dari penggunaan media elektronik sebelum
jam tidur. Hasil survei menunjukkan 95% dari total responden, yang berusia
13-64 tahun, menggunakan media elektronik seperti televisi, komputer, atau
handphone sebelum tidur dan 43% dari mereka mengeluh jarang atau bahkan
tidak pernah mendapat tidur yang memuaskan. Bahkan 7% dari responden
yang berusia 13-18 tahun mengaku bahwa mereka tidur kurang dari 6 jam
pada malam hari NSF, 2011 dalam Saifullah (2017).

Survei terbaru yang diadakan oleh National Sleep Foundation, Amerika


menyatakan banyak orang dewasa yang kini kurang tidur karena alat
elektronik. Kebiasaan penggunaan gadget atau telepon genggam dapat
menjadikan seseorang mengalami sulit untuk tertidur. Hal ini terkait dengan
kenikmatan yang dijalani saat menggunakan alat teknologi seperti gadget yang
dapat membuat hingga lupa waktu. Sekitar seperempat responden dalam jajak
pendapat mengatakan mereka tidur dengan menyimpan ponsel di ranjang dan
sekitar 10% mengatakan mereka seringkali terbangun setidaknya beberapa
menit di tengah malam karena harus menjawab telepon, sms atau email. Hal
itu lebih sering dilaporkan oleh responden berusia muda, yakni 18%
responden 13-19 tahun dan 20% responden usia 19-29 tahun (Cicik Sulistiani
2012).

Pengguna smartphone pada tahun 2013 mencapai 1,9 miliar,


merepresentasikan 27% populasi dunia, dan diprediksi jumlah pengguna
smartphone akan terus meningkat sampai 5,6 miliar pada tahun 2019. Penguna
smartphone usia 18 sampai 24 tahun menghabiskan waktu lebih banyak
dibandingkan usia lainnya, dengan penggunaan rata-rata selama 5,2 jam
perhari (Clauthya dkk. 2019).
3

Terkait pengguna gadget, Indonesia termasuk 5 besar Negara komsumen


gadget aktif setelah China, India dan Amerika Serikat, Brazil dan Indonesia.
Hampir setiap orang sekarang memegang gadget setiap waktunya dan
memiliki gadget lebih dari satu, gadget yang dimiliki hampir seluruhnya
tersambung internet dan aktif tiap waktu (Internet world stats, 2018 dalam
Lela dan Sigit 2018).

Populasi masyarakat di Indonesia dalam kepemilikan smartphone terus


meningkat selama dua tahun menjadi 21% dari seluruh populasi artinya
pengguna internet di Indonesia menggunakan smartphone untuk mengakses
internet dengan 89% digunakan untuk mengakses media sosial (Clauthy
dkk2019).

Tahun 2015 pengguna ponsel di tanah air diperkirakan ada 270 juta gadget
digunakan oleh penduduk Indonesia yang sudah melebihi penduduk
Indonesia yang hanya sekitar 250 juta jiwa. Sedangkan penggunaan gadget
di Indonesia di dominasi oleh remaja berusia 15-19 tahun sebesar 80% (Siaran
Pers Kominfo, 2014).

Survey penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) tahun 2017


menunjukkan bahwa lebih dari setengah masyarakat Indonesia memiliki
gadget dengan persentasi 66,3% memiliki gadget dan yang tidak memiliki
gadget 33,69%. Sedangkan berdasarkan janis kelamin perempuan 65,05% dan
laki-laki 67,41%. Dan berdasarkan usia, usia 9-19 65,34%, usia 20-29
75,95%, usia 30-49 68,34%, usia 50-79 50,79%. Berdasarkan pendidikan,
tidak sekolah 21,08%, SD 40,87%, SMP 59,89%, SMA 79,56%, Diploma/S1
93,02%, S2/S3 100%. Dan berdasarkan wilayah Jawa, 86,60%, Sumatra
84,14%, Kalimantan 52,12%, Bali dan Nusa Tenggara 54,24%, Sulawesi
43,82%, Maluku dan Papua 27,68 (Kominfo, 2017).
4

Gadget juga menjadi salah satu kebutuhan utama untuk menunjang aktifitas
sehari-hari. Citra merek dan kualitas pada produk-produk gadget juga menjadi
pertimbangan bagi masyarakat untuk membelinya. Penggunaan gadget
berjam-jam dapat melupakan aktifitas lainnya (Fadilah, 2011).

Penggunaan gadget yang terlalu lama adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur remaja. Perkembangannya smartphone
mengalami peningkatan pengguna yang sangat pesat, di tahun 2015 telah
diprediksikan terdapat lebih dari 55 juta orang pengguna smartphone dengan
total penetrasi pertumbuhan mencapai 37,1%. Selanjutnya pada tahun 2016
diprediksikan terdapat 65,2 juta pengguna, lalu pada tahun 2017 diperkirakan
terdapat 74,9 juta orang pengguna hingga pada tahun 2019 diperkirakan
pengguna smartphone di Indonesia mencapai terdapat 92 juta orang
(Heriyanto & Puspo A, 2016).

Penggunaan handphone atau gadget yang berlebihan dapat menyebabkan


aktifitas yang lain dapat terganggu contohnya seperti pola tidur tidak teratur,
kualitas tidur tidak baik, tidur tidak puas dan nyenyak. Tidur merupakan
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap hari dengan baik jika
tidak bisa maka menyebabkan aktifitas selanjutnya tidak berjalan dengan baik,
penggunaan handphone atau gadget yang berlebihan pun dapat juga
menyebabkan kesehatan kita terganggu.

Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan


stamina. Kebutuhan tidur bervariasi pada masing-masing orang, umumnya
6-8 jam per hari. Agar tetap sehat, yang perlu diperhatikan adalah kualitas
tidur (Siregar, 2011).

Tidur merupakan kebutuhan setiap manusia. Karena kualitas tidur yang baik
berperan penting untuk kesehatan dan kesejahteraan seseorang, selain itu
kualitas tidur penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5

Kualitas tidur yang buruk akan mendatangkan dampak yang negatif untuk
tubuh seseorang. Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 2017)
menjelaskan bahwa kurang tidur merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat, dengan prevalensi gangguan tidur laki-laki 35,5% dan
perempuan 34,8%. American Academy of Pediatris adalah sebuah lembaga
yang menangani masalah remaja di Amerika. Dimana menyatakan bahwa
remaja atau anak sekolah membutuhkan waktu tidur yang cukup. Berdasarkan
penelitian- penelitian yang ada, menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur
akan mengalami hal-hal yang negatif diantaranya rentan mengalami
kecelakaan, masalah kesehatan fisik, gangguan memori, dan masalah
kesehatan mental (Huda, 2016).

Hasil riset Cleveland (2008) dalam Ariani (2012) dari Case westem Reserve
Scholl Of Medicine yang dilakukan pada 238 orang remaja mengenai
penurunan kualitas tidur menunjukkan menurunnya jam tidur lebih dari 1 jam
dalam 20-30 tahun terakhir diakibatkan oleh satu faktor yaitu penggunaan
internet. Dengan memberikan kuesioner kepada 4.100 orang berusia 20-24
tahun dan wawancara terhadap 32 orang pengguna berat teknologi informasi
den telekomunikasi (ICT). Peneliti dari University of Gothenburg’s
Sahigrenska Academy Swedia berkesimpulan penggunaan ponsel dan
komputer secara intensif menimbulkan stress, gangguan tidur dan gejala
depresi.

Orang tidak selamanya dapat menikmati tidur dengan baik. Rata-rata waktu
tidur yang dibutuhkan manusia perhari pada usia remaja 12-18 tahun jumlah
kebutuhan tidur 8,5 jam perhari. Untuk menjelajah internet sekedar mengakses
jejaring sosial seringkali remaja begadang sehingga menyebabkan remaja
mengalami kurang tidur, walaupun hanya sekedar mengakses atau berinteraksi
dengan pengguna lainnya sebelum jam tidur dapat mengganggu pola tidur,
memicu insomnia, sakit kepala dan kesulitan konsentrasi (Lela & Sigit. 2018).
6

Pemakaian gadget sebagai aktivitas malam hari terus meningkat penelitian di


Australia menemukan bahwa 71% remaja melaporkan tidur malam yang tidak
optimal akibat pemakaian gadget dapat mempengaruhi pola tidur dan waktu
mulainya tidur pada remaja (King, 2014). Pada penelitian Armaya & Intan
(2017) juga dapat diketahui bahwa dari total 56 responden terdapat durasi
penggunaan gadget pada kategori lama memiliki kualitas tidur yang buruk
sebanyak 37 orang (66,1%). Hasil uji statistik diketahui bahwa p-value (0,004)
< dari α (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 𝐻0 ditolak,
artinya ada hubungan durasi penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada
remaja.

Kebanyakan anak muda pada umumnya sekarang ini mengalami


kekurangan tidur, sehingga banyak di antara mereka yang tertidur di kelas
atau terkantuk-kantuk di kantor. Belum lagi karena tuntutan sosial yang
menggoda untuk bermain hingga larut, bahkan hingga pagi hari.
Kebiasaan menonton TV, bekerja, ataupun bermain di depan komputer
juga dengan gadget pribadi mereka sebelum tidur juga bisa memperburuk
keadaan (Siregar, 2011).

Sebanyak 30 negara yang disurvei, Indonesia berada di posisi paling atas


dengan waktu interaksi sebanyak 9 jam per hari. Angka itu merupakan
jumlah keseluruhan perangkat yang disurvei. Artinya, pengguna internet di
Indonesia menghabiskan waktu sebanyak itu untuk berinteraksi dengan
perangkat-perangkat yang ada, baik smartphone, PC, laptop,atau tablet.
Dari keseluruhan perangkat yang ada, Indonesia paling banyak
menghabiskan waktu di depan layar smartphone, dengan durasi interaksi
rata-rata 181 menit per hari (Nofianti. 2016).

Terkait dengan teknologi berbasis internet, 85% dari total pengguna internet di
Indonesia mengakses internet dengan menggunakan mobile phone. Hasil ini
ini ditemukan di setiap kepulauan di Indonesia, baik daerah rural maupun
7

urban Indonesia. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi beberapa temuan


tentang naiknya tingkat pembelian dan penggunaan smartphone di Indnesia.
Industri smartphone. Sementara bila dilihat dari kategori usia, mobile phone
paling tinggi digunakan oleh mereka yang berusia 18-25 tahun. Sebanyak 60%
pengguna internet dari kategori usia ini meakses internet dari telpon selular
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia 2014).

Saat ini ada sekitar 266 juta pengguna smartphone di Indonesia (Pyramid
Research, 2011 dalam Accenture, 2014). Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) mengungkapkan jumlah pengguna internet di Indonesia
mencapai 88 juta orang hingga akhir tahun 2014. Pengguna internet di seluruh
provinsi di Indonesia paling sering mengakses internet dengan menggunakan
telpon selular. Data pengguna internet di wilayah Kalimantan yang
menggunakan telepon seluler sebanyak 80%. Adapun data pengguna internet
di Kalimantan Selatan yang menggunakan telepon seluler sebanyak 1,2 juta
(31%). Dari data survey menunjukan bahwa kebanyakan pengguna internet di
Indonesia menyatakan paling sering mengakses internet dari rumah 86%,
23,9%, suatu tempat 11,8%, kampus 7,5%, dan lain-lain 17,3% (Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia 2014)..

Berdasarkan studi pendahulan yang saya lakukan di kampus 1 Universitas


Muhammmadiyah Banjarmasin pada tanggal 20 januari 2020 saya
mewawancarai 9 mahasiswa dan semuanya memilik gadget dari hasil
wawancara didapatkan ada 6 orang kebiasaan tidurnya diatas jam 12
malam, 2 orang kebiasaan tidurnya jam 11 malam dan 1 orang kebiasaan
tidurnnya jam 10 malam. Dan kebiasaan bangun tidur ada 4 orang pada
jam 5 pagi, dan ada 5 orang yang bangunnya diatas jam 8 pagi. 2 orang
yang mengatakan tidurnya puas dan ada 7 orang yang mengatakan
tidurnya tidak puas. Dan untuk keteraturan tidur ada 2 orang yang
mengatakan teratur dalam tidurnya dan ada 7 orang yang mengatakan
tidak teratur dalam tidurnya. Terdapat 3 orang yang mengatakan 5 jam
8

dalam sehari menggunakan gadgetnya dan ada 6 orang yang mengatakan


diatas 5 jam lebih sehari dalam menggunakan gadgetnya. 2 orang yang
mengatakan kebanyakan untuk menonton youtube, ada 2 orang yang
mengatakan kebanyakan untuk sosial media, ada 4 orang yang mengatakan
kebanyakan untuk bermain game dan ada 1 orang mengatakan
kebanyakan untuk menonoton video. Dan ada 7 orang yang mengatakan
tidak bisa lepas dari gadgetnya dan hanya ada 2 yang bisa lepas dari
gadgetnya. Kesimpulannya bahwa hanya 1 mahasiswa yang tidak
mengalami gangguan pola tidur di karenakan menggunakan gadget,
sedangkan 8 mahasiswa lainnya mengalami gangguan pola tidur di
karenakan menggunakan gadget berlebihan.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis ingin meneliti terkait


hubungan penggunaan Gadget dengan pola tidur mahasiswa S1
Keperawatan Regular Semester 2 Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan


penggunaan gadget dengan pola tidur pada mahasiswa S1 Keperawatan
Regular Semester 2 Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2020”?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan
gadget dengan pola tidur pada mahasiswa S1 Keperawatan Regular
Semester 2 Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2020.
1.3.2 Tujuan khusus
9

1.3.2.1 Mengidentifikasi penggunaan gadget dengan pola tidur pada


mahasiswa S1 Keperawatan Regular Semester 2 Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2020.
1.3.2.2 Mengidentifikasi pola tidur mahasiswa S1 Keperawatan
Regular Semester 2 Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Tahun
2020.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan penggunaan gadget dengan pola tidur
pada mahasiswa S1 Keperawatan Regular Semester 2
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Memberikan masukan dan informasi dalam peningkatan pemenuhan
kebutuhan dasar istirahat dan tidur bagi mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin atau untuk peneliti selanjutnya.
1.4.2 Profesi keperawatan
Memberikan sumbangan pemikiran mengenai pemenuhan kebutuhan
tidur dan istirahat pada mahasiswa dan sebagai masukan bagi dosen
keperawatan, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk meningkatkan mutu lulusan melalui peningkatan kualitas
pendidikan tinggi keperawatan untuk menghadapi uji kompetensi.
1.4.3 Bagi mahasiswa
Dapat memberikan informasi tentang pentingnya menjaga pola tidur
mahasiswa sendiri dengan waktu yang tepat sehingga mahasiswa dapat
mengatahui atau mempelajari bagaimana pola tidur yang baik.
1.4.4 Peneliti
10

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian serta


sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi S1 Keperawatan.

1.5 Penelitian Terkait

Dari beberapa literatur dan sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian
tentang hubungan penggunaan gadget dengan pola tidur pada mahasiswa,
namun terdapat penelitian sejenis dan terkait dengan penelitian ini yaitu:
1.5.1 “Penelitian yang dilakukan oleh Moh Saifullah (2017) yang berjudul
Hubungan Penggunaan Gadget Terhadap Pola Tidur Pada Anak
Sekolah di UPT SDN Gadingrejo Pasuruan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara penggunaan gadget dengan gangguan pola tidur anak sekolah di
UPT SDN 02 Gadingrejo Pasuruan.. Penelitian ini menggunakan desain
correlation dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas V dan VI SDN 02 Gadingrejo Pasuruan. Sampel
dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling dengan
70 sampel. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Variabel X diukur
dengan SDSC (Sleep Disturbance Schale of Children) dan variabel Y
diukur dengan kuesioner Addiction Utilization Gadget dengan
menggunakan uji statistik spearman’s rank dengan taraf signifikan α =
0,05 atau 95%. Hasil Hasil uji statistik telah memperoleh nilai p =
0,003, dan nilai r = 0,357. Kesimpulan dari penelitian ini, terdapat
hubungan antara pemanfaatan gadget dengan gangguan pola tidur anak
sekolah di UPT SDN 02 Gadingrejo Pasuruan. Diskusi Disarankan agar
sekolah anak mengurangi intensitas penggunaan gadget dan
mengendalikan waktu tidur sehingga siswa dapat mengatasi masalah
gangguan pola tidur ini.
Perbedaan:
11

1.5.1.1 Variabel bebas penelitian tersebut adalah pola tidur pada anak
sedangkan variabel bebas penelitian ini adalah pola tidur pada
mahasiswa.
1.5.1.2 Sampel penelitian tersebut adalah siswa kelas V dan VI
sedangkan sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester 2.
1.5.1.3 Penelitian tersebut dilakukan di UPT SDN 02 Gadingrejo
Pasuruan sedangkan penelitian ini dilakukan di Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.

Persamaan:

1.5.1.1 Variabel bebas penelitian ini adalah sama-sama pola tidur


1.5.2 “Penelitian yang dilakukan oleh Bagus Dwi Lakshono (2018) yang
berjudul Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Kualitas Tidur
pada Remaja di SMA Negeri 2 Kota Bangun.
Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui hubungan antara
penggunaan smartphone dengan kualitas tidur pada remaja di SMA
Negeri 2 Kota Bangun. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah
siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 2 Kota Bangun sebanyak 207
siswa. Besar sampel dalam penelitian ini sebesar 125 siswa kelas XI
dan XII di SMA Negeri 2 Kota Bangun dengan pengambilan sampel
menggunakan Stratified Random Sampling. Instrument dalam penelitian
ini menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji Continuity
Correction. Dari penelitian ini didapatkan hasil responden yang kurang
menggunakan smartphone sebanyak 64 responden (51,2%), dan yang
sering menggunakan smartphone sebanyak 61 responden (48,8%).
Hasil kuesioner untuk kualitas tidur yang mendapat kualitas tidur baik
sebanyak 62 responden (49,6%), dan yang mendapat kualitas tidur
buruk sebanyak 63 responden (50,4%). Hasil statistic uji Continuity
Correction diperoleh nilai P Value 0,039 (< 0,05) berarti hipotesa null
(Ho) ditolak yaitu ada hubungan antara penggunaan smartphone dengan
12

kualitas tidur. Ada hubungan antara penggunaan smartphone dengan


kualitas tidur pada remaja di SMA Negeri 2 Kota Bangun. Saran dari
penelitian ini diharapkaan bagi pihak sekolah SMA Negeri 2 Kota
Bangun untuk lebih memperhatikan penggunaan smartphone pada
remaja saat disekolah, dan bagi remaja untuk mengatur waktu istirahat
agar mendapatkan waktu istirahat yang cukup dan mendapat kualitas
tidur yang baik.
Perbedaan :
1.5.2.1 Variabel bebas penelitian tersebut adalah kualitas tidur
sedangkan variabel bebas penelitian ini adalah pola tidur.
1.5.2.2 Sampel penelitian tersebut adalah siswa kelas XI dan XII
sedangkan sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester 2.
1.5.2.3 Penelitian tersebut dilakukan di SMA Negeri 2 Kota Bangun
sedangkan penelitian ini dilakukan di Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.

Persamaan:

1.5.2.1 Kuesioner yang digunakan untuk variabel pola tidur sama


menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
1.5.3 “Penelitian yang dilakukan oleh Nurhalija Ulfiana (2018) yang berjudul
Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui Hubungan Penggunaan
Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makassar. Penelitian ini menggunakan desain croos sectional study,
dengan melibatkan mahasiswa keperawatan sebanyak 44 orang dengan
pendekatan purposive sampling. Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji Spearman Correlation menunjukkan nilai r sebesar
0.368 dan p value = 0.014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
13

ada hubungan bermakna antara penggunaan media sosial dengan


kejadian insomnia pada mahasiswa (p: 0.014 < α: 0.05). Diharapkan
untuk penelitian selanjutnya agar melibatkan lebih banyak responden
serta meneliti dibeberapa tempat yang berbeda agar hasilnya lebih
representatif.
Perbedaan:
1.5.3.1 Variabel terikat penelitian tersebut adalah media sosial
sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah gadget.
1.5.3.2 Variabel bebas penelitian tersebut adalah insomnia sedangkan
variabel bebas penelitian ini adalah pola tidur
1.5.3.3 Penelitian tersebut dilakukan di UIN Alauddin Makassar
sedangkan penelitian ini dilakukan di Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan.

Persamaan:

1.5.3.1 Tidak memiliki persamaan.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja
2.1.1 Pengertian remaja
Remaja adalah masa manusia berumur belasan tahun. Pada masa
remaja, manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat
pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa transisi antara masa
kanak-kanak dan dewasa, serta relatif belum mencapai tahap
mematangkan mental dan sosial, sehingga mereka harus menghadapi
tekanan-tekanan emosi dan sosial yang sering bertentangan (Herawati
2013).

Masa remaja merupakan periode yang penting dalam rentang kehidupan


manusia, karena remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang
dewasa. Masa remaja sering pula disebut adolensi (lat. Adolescere =
adultus; menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa).
Secara global masa remaja berlangsung antara usia 12-21 tahun. Fase
pada masa remaja dibagi menjadi 3 (Hurlock dalam Mappiare, 1990)
yaitu masa remaja awal (13-15 tahun), masa remaja madya (15-17
tahun), masa remaja akhir (17-21). Istilah yang biasa diberikan bagi
remaja awal adalah teenangers atau anak usia belasan tahun. Menurut
Monks dkk (1999) remaja adalah suatu periode peralihan dari masa
kanak-kanak kemasa dewasa. Menurut Ausubel (Monks, dkk 1999)
remaja adalah masa setelah pemasakan seksual atau yang biasa disebut
pubertas. Sedangkan menurut Panuju (1999) masa remaja merupakan
suatu masa belajar yang luas meliputi bidang intelegensi, sosial,
maupun hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian ( Herawati
2013).

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan


yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan
15

periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dan
berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Narendra, 2010).
Monks, dkk (2006) mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur
10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-
laki, sementara itu WHO mendefinisikan remaja bila anak telah
mencapai umur 10-19 tahun. Menurut Undang-undang No. 4179
mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Adapun Menurut UU
Perburuan anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18
tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri.

Tidak mudah untuk mendefinisikan remaja secara tepat, karena banyak


sekali sudut pandang yang dapat digunakan dalam mendefinisikan
remaja. Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin adolescene berarti to
grow atau to grow maturity (Golinko, 1984, Rice, 1990 dalam Jahja,
2011).1 Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja, seperti
DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara
masa kanak-kanak dan dewasa. Papalia dan Olds tidak memberikan
pengertian remaja secara eksplisit melainkan secara implisit melalui
pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds, masa
remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun
dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun.
Sedangkan Anna Freud, berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan
cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
16

Sarlito, W. Sarwoto (2018) pada 1974, WHO memberikan definisi


tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut
dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial
ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai
berikut. Remaja adalah suatu masa dimana:
2.1.1.1 Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2.1.1.2 Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
indentifikasi dari anak-anak menjadi dewasa.
2.1.1.3 Terjadi peralihan dari ketegantungan sosial-ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Sarwono (2011) menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa dimana


individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
anak-anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergatungan
sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.
2.1.2 Tahapan perkembangan remaja
2.1.2.1 Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-
masing ditandai dengan isu-isu biologik, psikologik dan sosial,
menurut Aryani (2010) yaitu :
a. Masa remaja awal (10-13)
Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat
dari pertumbuhan dan pematangan fisik, sehingga sebagian
besar energi intelektual dan emosional pada masa remaja
awal ini ditargetkan pada penilaian kembali dan
restrukturisasi dari jati diri. Selain itu penerimaan kelompok
sebaya sangatlah penting. Dapat berjalan bersama dan tidak
17

dipandang beda adalah motif yang mendominasi banyak


perilaku sosial remaja awal ini.
b. Menengah (14-16)
Masa remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya
pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan-
keterampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan
terhadap datangnya masa dewasa dam keinginan untuk
memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang
tua.
c. Akhir (17-19)
Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran
sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan
pekerjaan dan internalisasi suatu sistem nilai pribadi.
2.1.2.2 Menurut Petro Blos dalam buku Sarlito W. Sarwono (2018)
dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga
tahap remaja:
a. Remaja awal
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri
dan dorangan-dorongan yang menyertai perubahan-
perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran
baru, cepat erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh
lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang
berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali
terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit
mengeeti dan dimengerti orang dewasa.
b. Remaja madya (middle adolescence)
Pada tahun ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan.
Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan narcistic, yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang
18

sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi


kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana:
peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis
atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.
Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipoes complex
(perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak)
dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari
lain jenis.
c. Remaja akhir (late adolescence)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditnadai dengan pencapaian lima hal, yaitu:
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya
(privare self) dan masyarakat umum (the public).
2.1.2.3 Menurut (Herawati 2013) dalam tumbuh kembangnya menuju
dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual,
semua remaja akan melewati tahapan berikut:
a. Masa remaja awal/dini (early adolescence): usia 11-13
tahun.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence): usia 14-16
tahun.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence): usia 17-20 tahun.
2.1.3 Ciri-ciri remaja
Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang
kehidupan masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
19

membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Masa


remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun
orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika (2010), kesulitan itu berangkat
dari fenomena remaja sendiri dengan beberapa perilaku khusus; yakni:
2.1.3.1 Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini
dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bias
menjauhkan remaja dari keluarganya.
2.1.3.2 Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya
daripada ketika mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa
pengaruh orangtua semakin lemah. Anak remaja berperilaku
dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan
bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga.
Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal mode pakaian,
potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus
mutakhir. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa,
baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan
seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan
dan menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.
2.1.3.3 Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik
pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual
yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan
menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.
2.1.3.4 Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence)
dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya
meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat dan
pengarahan oangtua.
Selanjutnya dilengkapi pula oleh Gunarsa & Gunarsa, dan Mappiare,
dalam menjelaskan ciri-ciri remaja sebagai berikut :
2.1.3.1 Masa remaja awal. Biasanya duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama, dengan ciri-ciri: tidak stabil keadaannya,
20

lebih emosional, mempunyai banyak masalah, masa yang


kritis, mulai tertarik pada lawan jenis, munculnya rasa kurang
percaya diri, dan suka mengembangkan pikiran baru, gelisah,
suka berkhayal dan suka menyendiri.
2.1.3.2 Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri: sangat membutuhkan
teman, cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri,
berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena
pertentangan yang terjadi dalam diri, berkenginan besar
mencoba segala hal yang belum diketahuinya, dan keinginan
menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.
2.1.3.3 Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri: aspek-aspek
psikis dan fisiknya mulai stabil, meningkatnya berfikir
realistis, memiliki sikap pandang yang sudah baik, lebih
matang dalam cara menghadapi masalah, ketenangan
emosional bertambah, lebih mampu menguasai perasaan,
sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi,
dan lebih banyak perhatian terhadap lamabang-lambang
kematangan.
2.1.4 Tugas-tugas perkembangan remaja
William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja (2011) mengemukakan
tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:
2.1.4.1 Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2.1.4.2 Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-
figur yang mempunyai otoritas.
2.1.4.3 Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan
bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun
kelompok.
2.1.4.4 Menemukan manusia model yang dijadikan identitas
pribadinya.
21

2.1.4.5 Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap


kemampuannya sendiri.
2.1.4.6 Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
2.1.4.7 Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri
(sikap/perilaku) kekanak-kanakan.
Menurut Havighurst dalam Herawati (2013) tugas perkembangan
remaja sebagai berikut:
2.1.4.1 Menerima kaadaan dan penampilan diri.
2.1.4.2 Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (laki-laki atau
perempuan).
2.1.4.3 Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman
sebaya, baik sejenis maupun lawas janis.
2.1.4.4 Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
2.1.4.5 Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua
dan orang dewasa lainnya.
2.1.4.6 Mempersiapkan karir dan kemandirian secara ekonomi.
2.1.4.7 Menyiapkan diri dalam menghadapi perkawinan dan
kehidupan keluarga.
2.1.4.8 Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual
untuk hidup dimasa depan (dalam bidang pendidikan dan
pekerjaan).
2.1.4.9 Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
Hasil penelitian Clauthya M. Pandey, Budi T. Ratag, Fima L.F.G.
Langi. (2019) yang didapatkan dari responden yang mengalami
kecanduan smartphone yaitu 60%, sementaran itu 40% siswa menglami
kualitas tidur yang buruk. Dan hasil peneitian menunjukkan terdapat
hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas tidur pada
siswa SMA Negeri 1 Maesaan dengan nilai p=0,000 (α=0,05).
Kesimpulan dari penelitin yaitu terdapat hubungan antara kecanduan
22

smartphone dengan kualitas tidur pada siswa SMA Negeri 1 Maesaan


Kabupaten Minahasa Selatan.

Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa


dewasa, menurut WHO batasan remaja iyalah dari umur 12-24. Remaja
memiliki tiga tahapan yaitu remaja awal, remaja menengah dan remaja
akhir. Remaja memiliki ciri-ciri Remaja mulai menyampaikan
kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri,
Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika
mereka masih kanak-kanak, Remaja mengalami perubahan fisik yang
luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya, Remaja sering
menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini bersama-sama
dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit
menerima nasihat dan pengarahan oangtua. Seiring rasa
keingintahuannya yang tinggi dan perkembangan zaman yang begitu
pesat remaja sekarang sudah mengenal gadget dan mahir
menggunakannya sehingga dapat tidak terkontrol dalam
menggunakannya.

2.2 Konsep Pola Tidur


2.2.1 Pengertian pola tidur
Menurut Prayitno (2002: 4) pola tidur adalah model, bentuk atau corak
tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi (1) jadwal
jatuh (masuk) tidur dan bangun, (2) irama tidur, (3) frekuensi tidur
dalam sehari, (4) mempertahankan kondisi tidur, dan (5) kepuasan
tidur. (Arif dan widiyanto, 2016).

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu
yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan
bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan
23

kondisi tidur dan kepuasan tidur (Depkes dalam Siallagan,2010). Pola


tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup termasuk stress pekerjaan,
hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia
dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang
medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan selama tidur malam
yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi
berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup
mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan
kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan
emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang
cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono, 2009).
2.2.2 Komponen pola tidur
Adapun komponen-kompen dari kuliatas tidur terdiri sebagai berikut
(Buysse et al., 1989b) dalam (Syamsul & Evy 2018).
2.2.3.1 Pola tidur subyektif
Kualitas tidur subjektif merupakan penilaian seseorang
terhadap tidurnya apakah tidurnya sangat baik atau sangat
buruk.
2.2.3.2 Letensi tidur
Durasi mulai dari berangkat tidur hingga tertidur disebut
dengan latensi tidur. Apabila seseorang dengan kualitas tidur
baik menghabiskan waktu kurang dari atau sama dengan 15
menit untuk dapat memasuki tahap tidur selanjutnya secara
lengkap.
2.2.3.3 Durasi tidur
Durasi tidur terhitung dari waktu seseorang tidur sampai
terbangun di pagi hari tanpa menyebutkan terbangun pada
tengah malam. Durasi tidur pada orang dewasa rata-rata 7 jam
setiap malam dan hal tersebut dapat dikatakan memiliki
kualitas tidur yang baik.
24

2.2.3.4 Efisiensi tidur


Efisiensi kebiasaan tidur adalah rasio persentase antara jumlah
total jam tidur dibagi dengan jumlah jam yang dihabiskan di
tempat tidur.
2.2.3.5 Gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan berubahnya kondisi pola tidur-
bangun seseorang dari kondisi pola kebiasaannya. Hal tersebut
menyebabkan penurunan baik kuantitas maupun kualitas tidur
seseorang.
2.2.3.6 Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan mempunyai efek terhadap terganggunya tidur
pada tahap REM. Contohnya obat hipnotik mengganggu untuk
mencapai tahap tidur yang lebih dalam (Potter & Perry, 2005).
2.2.3.7 Disfungsi aktifitas sehari-hari
Apabila kualitas tidur seseorang itu buruk, maka seseorang itu
akan menunjukkan keadaan mengantuk ketika beraktivitas di
siang hari, kurang antusias atau perhatian, tidur sepanjang
siang, kelelahan, depresi, mudah mengalami distres, dan
penurunan kemampuan beraktivitas.
2.2.3 Fisiologi tidur
Aktivitas tidur berhubungan dengan mekanisme serebral yang secara
bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan
bangun. Bagian otak yang mengendalikan aktivitas tidur adalah batang
otak, tepatnya pada sistem pengaktifan retikulasi atau Reticular
Activating System (RAS) dan Bulbar Syncbonizing Regional (BSR).
RAS terdapat di batang otak bagian atas dan diyakini memiliki sel-sel
khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran. RAS
juga diyakini dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri,
dan perabaan serta dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS
melepaskan katekolamin untuk mempertahankan kewaspadaan dan agar
25

tetap terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR menimbulkan rasa kantuk


yang selanjutnya menyebabkan tidur, terbangun atau terjaganya
seseorang tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat
otak dan sistem limbik. (Dr. Lyndon Saputra, 2013).
2.2.5 Pola tidur manusia.
Menurut Tarwoto, wartonah, (2010).
2.2.6.2 Neonatus sampai dengan 3 bulan
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
b. Mudah berespons terhadap stimulus.
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
2.2.6.3 Bayi
a. Pada malam hari kira-kira 8-10 jam.
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14
jam/hari
c. Tahap REM 20-30%.
2.2.6.4 Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari.
b. Tahap REM 25%.
2.2.6.5 Pra sekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 20%.
2.2.6.6 Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 18,5%.
2.2.6.7 Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari.
b. Tahap REM 20%.
2.2.6.8 Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
2.2.6.9 Usia muda pertengahan
26

a. Tidur kurang lebih 7 jam/hari.


b. Tahap REM 20%.
2.2.6.10 Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari.
b. Tahap REM 20-25%.
c. Tahap NREM IV menurun dan kadang-kadang absen.
d. Sering terbangun pada malam hari.

Menurut Hidayat (2012) kebutuhan tidur manusia tergantung pada


tingkat perkembangan yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Kebutuhan Tidur

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan


0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1 bulan – 18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3 tahun – 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun – 12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12 tahun – 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 tahun – 40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40 tahun – 60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun keatas Masa dewasa tua 6 jam.hari

2.2.6 Tahapan tidur


27

Menurut Dr. Lyndon Saputra, (2013) tidur dapat dibagi menjadi dua
tahapan, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye
movement (REM).
2.2.6.1 Tidur NREM
Tidur NREM disebabkan oleh penurunan kegiatan dalam
sistem pengaktifan retikularis. Tahapan tidur ini disesbut juga
tidur gelombang lambat (slow wave sleep), karena gelombang
otak bergerak dengan sangat lambat.
Tidur NREM ditandai dengan penurunan sejumlah fungsi
fisiologis tubuh termasuk juga metabolisme, kerja otot dan
tanda-tanda vital, misalnya tekanan darah dan fekuensi napas.
Hal lain yang juga terjadi pada saat tidur NREM adalah
pergerakan bola mata melambat dan mimpi berkurang.
Tidur NREM terbagi menjadi empat tahap, yaitu berbagai
berikut.
a. Tahap 1
Tahap 1 merupakan tahapan paling dangkal dari tidur dan
merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini
ditandai dengan individu yang cenderung rileks, masih
sadar dengan lingkungannya, merasa mengantuk, bola mata
bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas
sedikit menurun, serta mudah dibangunkan. Tahap 1
normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau sekitar 5% dari
total tidur.
b. Tahap 2
Tahap 2 merupakan tahap ketika individu masuk pada tahap
tidur, tetapi masih dapat bangun dengan mudah. Tahap 1
dan tahap 2 ini termasuk dalam tahap tidur ringan (ligbt
sleep). Pada tahap 2, otot mulai relaksasi, mata pada
umumnya menutup, dan proses-proses di dalam tubuh terus
menurun yang ditandai dengan penurunan danyut jantung,
28

frekuensi napas, suhu tubuh, dan metabolisme. Tahap 2


normalnya berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan
50-55% dari total tidur.
c. Tahap 3
Tahap 3 merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur
nyenyak (deep sleep). Tahap ini dicirikan dengan relaksasi
otot menyeluruh serta pelambatan denyut nadi, frekuensi
napas, dan proses tubuh yang lain. Pelambatan tersebut
disebabkan oleh dominasi sistem saraf parasimpatik. Tahap
3, individu cenderung sulit dibangunkan. Tahap 3
berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari
total tidur.
d. Tahap 4
Tahap 4 individu, tidur semakin dalam atau delta sleep.
Tahap 4 ditandai dengan perubahan fisiologis, yaitu EEG
gelombang otak melemah serta penurunan denyut jantung,
tekanan darah, tonus otot, metabolisme, dan suhu tubuh.
Pada tahap ini, individu jarang bergerak dan sulit
dibangunkan. Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit
dan merupakan 10% dari total tidur.
2.2.6.2 Tidur REM
Tidur REM disebut juga tidur paradoks. Tahapan ini biasanya
terjadi rata-rata setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-20
menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM dan biasanya
sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Tidur REM
penting untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu,
tahapan tidur ini juga berperan dalam proses belajar, memori,
dan adaptasi.
Tidur REM ditandai dengan:
a. Lebih sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan
tiba-tiba.
29

b. Tonus otot sangat terdepresi dan menunjukkan inhibisi kuat


proyeksi spinal atas sistem pengaktivitasi retikularis.
c. Sekresi lambung meningkat.
d. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan sering kali
menjadi tidak teratur.
e. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur.
f. Mata cepat tertutup dan terbuka.
g. Metabolisme meningkat.
2.2.7 Fungsi tidur
Menurut Atoilah dan Kusnadi (2013) fungsi tidur antara lain:
2.2.7.1 Restorative; selama tidur seseorang akan mengulang (review)
kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses, menyusun
kembali, menyimpan dan menggunakannya untuk masa depan.
2.2.7.2 Tingkah laku; tidur juga diyakini dapat menjaga keseimbangan
mental dan emosional serta kesehatan.

Menurut Putra (2011) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
tahap tidur lelap dan tahap tidur REM yaitu sebagai berikut:
2.2.7.1 Apabila seseorang yang kekurangan tidur lelap, maka akan
merasa lemah, mual, sakit kepala, sakit otot dan sulit
berkonsentrasi.
2.2.7.2 Karena tidur lelap dianggap penting untuk menjaga fungsi fisik
tubuh, maka tidur lelap mendapatkan durasi terlama pada awal
tidur. Bahkan, jika kurang tidur tubuh akan memprioritaskan
untuk melakukan tidur lelap dan mengorbankan tahapan
lainnya. Hal ini mengakibatkan tidur lelap nyaris tidak
mungkin terlewatkan saat tidur.
2.2.7.3 Sistem imun seseorang aktif ketika tidur lelap, oleh karena itu
saat sakit tidur lebih banyak.
30

Sementara itu berbagai manfaat tahap tidur REM dalam Putra, (2011)
sebagai berikut:
2.2.7.1 Kekurangan tahap tidur REM menyebabkan gangguan saat
terjaga, terutama kesulitan dalam berkonsentrasi.
2.2.7.2 Sejauh ini, para ilmuwan belum mengetahui secara jelas
mengenai fungsi yang disediakan oleh tidur REM. Tetapi, tidur
REM dianggap tidak signifikan dalam menjaga fungsi fisik
tubuh.
2.2.7.3 Para ilmuwan berteori bahwa seseorang bisa menyerap
sebagian besar pembelajaran lantaran melakukan tidur REM.
Hal inilah yang menjelaskan alasan bayi menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk tidur, dan 50% dari waktu
tidurnya merupakan tidur REM.
2.2.8 Gangguan masalah pola tidur
Menurut Dr. Lyndon Saputra, (2013)
2.2.8.1 Insomnia
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai dan
mempertahankan tidur sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan tidur yang adekuat, baik kuantitas maupun kualitas.
Keadaan ini merupakan keluhan tidur yang paling sering
dijumpai, baik yang bersifat sementara maupun persisten.
Insomnia yang bersifat sementara umumnya berhubungan
dengan kecemasan dan kegelisahan.
Insomnia dapat dibagi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Insomnia inisial
Ketidakmampuan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten
Ketidakmampuan untuk tetap tertidur karena terlalu sering
terbangun.
c. Insomnia terminal
31

Ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah terbangun


pada malam hari.
2.2.8.2 Hipersomnia
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia
adalah gangguan tidur yang ditandai dengan tidur berlebihan,
terutama pada siang hari, walaupun sudah mendapatkan tidur
yang cukup. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi
medis tertentu, misalnya gangguan pada sistem saraf, hati, atau
ginjal; gangguan metabolisme; dan masalah psikologis, seperti
depresi, kecemasan, dan mekanisme koping untuk menghindari
tanggung jawab pada siang hari.
2.2.8.3 Parasomnia
Parasomnia merupakan perilaku yang dapat mengganggu tidur
atau perilaku yang muncul pada saat seseorang tidur.
Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak. Beberapa
turunan parasomnia antara lain adalah sering terjaga (misalnya
tidur berjalan dan night terror), gangguan transisi bangun tidur
(misalnya mengigau), parasomnia yang berkaitan dengan tidur
REM ( misalnya mimpi buruk), dan lain-lain (misalya
bruksisme).
2.2.8.4 Narkolepsi
Narkolepsi merupakan gelombang kantuk yang tak-
tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.
Gangguan ini disebut juga “serangan tidur atau sleep attack.
Narkolepsi diduga merupakan suatu gangguan neurologis yang
disebabkan oleh kerusakan genetik sistem saraf pusat yang
menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM.

2.2.8.5 Apnea saat tidur


Apnea saat tidur (sleep apnea) merupakan kondisi ketika napas
terhenti secara periodik pada saat tidur. Apnea saat tidur dapat
32

dibagi menjadi tiga jenis yaitu, apnea sentral, obstruktif, serta


campuran (sentral dan obstruktif). Apnea sentral melibatkan
disfungsi pusat pengendalian napas di otak. Apnea obstruktif
terjadi ketika otot dan struktur rongga mulut relaks dan jalan
napas tersumbat. Apnea obstruktif padat menyebabkan
mendengkur, mengantuk berlebihan pada siang hari, dan
kematian bayi secara mendadak. Apnea tipe ini dapat
ditemukan pada penderita penyakit kronis, misalnya pada
penderita penyakit hati tahap akhir.
2.2.8.6 Somnabulisme
Samnabulisme merupakan keadaan ketika tengah tertidur,
tetapi melakukan kegiatan orang yang tidak tidur. Penderita
sering kali duduk dan melakukan tindakan motorik, misalnya
berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara, atau
mengemudikan kendaraan.
2.2.8.7 Enuresa
Enuresa atau mengompol merupakan kegiatan buang air kecil
yang tidak disengaja pada waktu tidur. Enuresa dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu enuresa nokturnal dan diurnal.
Enuresa nokturnal merupakan keadaan mengompol pada saat
tidur dan umumnya terjadi karena ada gangguan pada tidur
NREM. Enuresa diurnal merupakan keadaan mengompol pada
saat bangun tidur.
2.2.9 Faktor yang mempengaruhi pola tidur
Menurut Dr. Lyndon Saputra, (2013)
2.2.9.1 Penyakit
Banyak penyakit dapat meningkatkan kebutuhan tidur,
misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksinya, terutama
infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan
sehingga pendritanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur
untuk mengatasi keletihan tersebut. Sebagian penyakit juga
33

menyebabkan penderita kesulitan untuk tidur, misalnya


penyakit yang menyebabkan nyeri atau distres fisik.
2.2.9.2 Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Kelelahan akibat aktivitas yang tinggi umumnya memerlukan
lebih banyak tidur untuk memulihkan kondisi tubuh. Makin
lelah seseorang, makin pendek siklus REM yang dilaluinya.
Setelah beristirahat, biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
2.2.9.3 Lingkungan
Ada atau tidak adanya stimulus tertentu dari lingkungan dapat
menghambat upaya tidur, contohnya suhu yang tidak nyaman,
ventelasi yang buruk, atau suara-suara tertentu. Stimulus
tersebut dapat memperlambat proses tidur. Namun, seiring
waktu individu dapat teradaptasi terhadap kondisi tersebut
sehingga tidak lagi terpengaruh.
2.2.9.4 Stress psikologis
Stress psikologis pada seseorang dapat menyebabkan ansietas
atau ketegangan dan depresi. Akibatnya, pola tidur dapat
terganggu. Ansietas dan depresi dapat meningkatkan kadar
norepinefrin pada darah melalui stimulasi sistem saraf
simpatis. Akibatnya, terjadi pengurangan siklus tidur NREM
tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga pada saat tidur.
2.2.9.5 Gaya hidup
Rutinitas seseorang dapat mempengaruhi pola tidur.
Contohnya individu yang sering berganti jam kerja harus
mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.

2.2.9.6 Motivasi
Motivasi dapat mendorong seseorang untuk tidur sehingga
memengaruhi proses tidur, misalnya seseorang ingin tidur
34

lebih cepat agar keesokan harinya tidak terlambat ke bandara.


Selain itu, motivasi juga dapat mendorong seseorang untuk
tidak tidur. Keinginan ia untuk terjaga dapat menutupi rasa
lelahnya, misalnya seseorang yang ingin menonton siaran
olahraga yang ditayakan pada dini hari akan tetap terjaga agar
dapat menonton siaran tersebut.
2.2.9.7 Stimulan, alkohol, dan obat-obatan
Contoh stimulan yang paling umum ditemukan adalah kafein
dan nikotin. Kafein dapat merangsang sistem saraf pusat
sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur. Kafein dapat
ditemukan pada beberapa minuman, contohnya kopi dan teh.
Nikotin yang terdapat dalam rokok dapat menstimulasi tubuh
sehingga perokok biasanya sulit untuk tidur dan mudah
terbangun pada malam hari. Konsumsi alkohol yang berlebihan
dapat mengganggu siklus tidur REM. Golongan obat diuretik
dapat menyebabkan insomnia. Golongan antidepresan dapat
menyababkan kesulitan untuk tidur. Golongan beta bloker
dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Golongan
narkotik (misalnya meperidin hidroklorida dan morfoin) dapat
menekan REM sehingga menyebabkan sering terjaga pada
malam hari.
2.2.9.8 Diet dan nutrisi
Asupan nutrisi yang adekuat dapat mempercepat proses tidur,
misalnya asupan protein. Asupan protein yang tinggi dapat
mempercepat proses tidur karena adanya triptofan (asam
amino) hasil pencernaaan protein yang dapat mempermudah
proses tidur.

Hasil penelitian Cicik Sulistiyani (2012) menatakan tidur adalah


kebutuhan dasar bagi setiap individu. Kondisi seseorang dapat
dipengaruhi oleh kualitas tidurnya. Oleh karena itu perlu diketahui
35

faktor-faktor itu upaya dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa dari faktor-faktor
yang berhubungan dengan kualitas tidur pada remaja di FKM UNDIP.
Ini Penelitian adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKM UNDIP
berusia 18-21 tahun, teknik pengambilan sampel dengan sederhana
pengambilan sampel acak. Penelitian ini menggunakan analisis
univariat dan bivariat, menggunakan Uji statistik Chi-Square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kondisi suhu
kamar tidur dengan kualitas tidur (p = 0,501; ATAU = 0,7; 95% CI 0,3-
1,7), tidak ada hubungan antara kebisingan tempat tinggal dengan
kualitas tidur (p = 0,196; OR = 1,7; 95% CI 0,7-4,1), tidak ada koneksi
antara lampu penerangan kamar tidur dengan kualitas tidur (p = 0,954;
OR = 0,9; 95% CI 0,4-2,2), tidak ada hubungan antara kebiasaan
olahraga dengan kualitas tidur (p = 0,852; OR = 0,9, 95% CI 0,2-3,2),
tidak ada hubungan antara penggunaan gadget dengan kualitas tidur (p
= 0,460; OR = 0,7, 95% CI 0,3-1,7), tidak ada hubungan antara beban
tugas kuliah dengan kualitas tidur (p = 0,733; ATAU = 0,8; 95% CI
0,3-2,5), ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan kualitas
tidur (p = 0,013; OR1 = 6,1; 95% CI 1,6-22 & OR2 = 0,8; 95% CI 0,2-
3,9). Di penelitian ini hanya 1,1% responden yang memiliki kebiasaan
merokok <10 rokok per hari dengan jenis filter rokok. Berdasarkan
hasil ini itu bisa disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara Indeks Massa Tubuh dengan kualitas tidur pada siswa FKM
UNDIP Semarang.

Hasil penelitian (Nofianti, 2016). Berdasarkan hasil analisa data


dengan menggunakan uji Chi Square maka diperoleh nilai p=0,001<
(p α =0,05). Ada hubungan intensitas bermain game online dengan
36

kualitas tidur pada remaja akhir di mahasiswa angkatan 2015


Sekolah Tingi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar. Berdasarkan
hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna secara statistik antara hubungan intensitas bermain
game online dengan kualitas tidur pada remaja akhir di mahasiswa
angkatan 2015 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang
Makassar.

Pola tidur merupakan model, bentuk atau corak tidur dalam jangka
waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan
bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan
kondisi tidur dan kepuasan tidur. Kebutuhan tidur tergantung tingkat
perkembangannya. Tahapan tidur seseorang terbagi dua yaitu tidur
NREM dan tidur REM. Gangguan tidur meliputi insomnia,
hipersomnia, parasomnia, narkolepsi, apnea saat tidur, somnabulisme,
enuresa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur penyakit,
kelelahan, lingkungan, stress psikologis, gaya hidup, motivasi, stimulus,
alkohol, obat-obatan, diet dan nutrisi. Remaja seringkali mengalami
gangguan tidur karena gaya hidup dan motivasi untuk menggunakan
gadget yang berlebihan yang mengakibatkan kebutuhan tidurnya
terganggu.

2.3 Konsep Gadget


2.3.1 Pengertian gadget
Menurut Kurniawan dalam Rohman (2017) Gadget adalah sebuah
perangkat atau perkakas mekanis yang mini atau sebuah alat yang
menarik karena relatif baru sehingga akan banyak memberikan
kesenangan baru bagi penggunanya walaupun mungkin tidak praktis
dalam penggunaannya.
37

Menurut Garini dalam Rohman (2017) “gadget  sebagai perangkat alat


elektronik kecil yang memiliki banyak fungsi”. Gadget (smartphone)
memiliki banyak fungsi bagi penggunanya sehingga dinilai lebih
memudahkan. Gadget (smartphone) atau dengan kata sederhana
telphone gengam yang saat ini telah memiliki beragam fiture dan fungsi
yang semakin kompleks guna memudahkan pemakainya merupakan
trobosan baru dari telephone gengam sebelumnya.

Menurut Derry (2014) “gadget merupakan sebuah perangkat atau


instrument elektronik yang memiliki tujuan dan fungsi praktis untuk
membantu pekerjaan manusia”. Menurut  Manumpil, dkk (2015)
“Gadget merupakan suatu alat teknologi yang saat ini berkembang
pesat yang memiliki fungsi khusus diantaranya smartphone, Iphone and
Blackberry”.
 
Berdasarkan pendapat ahli maka disimpulkan bahwa gadget merupakan
alat komunikasi nirkabel yang memiliki fungsi khusus yang membantu
pekerjaan manusia dan bisa dibawa kemana-mana.
2.3.2 Fungsi gadget
Menurut yang et al Shofiah (2016) gadget (smartphone) memiliki
beberapa fungsi yaitu:
2.3.2.1 Smartphone merupakan cellphone yang menggabungkan
fungsi-fungsi personal digital assistant (PDA) seperti kalender,
personal schedule, address book, dan memiliki kemampuan
untuk mengakses internet, membuka email, membuat
dokumen, bermain game, serta membuka aplikasi lainnya.
2.3.2.2 Telepone genggam sekarang sudah memiliki fungsi hampir
sama dengan komputer, sehingga pengguna bisa mengubah
fungsi telepon genggam tersebut menjadi mini computer yang
banyak membantu si pengguna. Di dunia bisnis,
fitur gadget (smartphone) yang lengkap sangat membantu bagi
38

para pebisnis melakukan pekerjaan di satu tempat, dan


membuat pekerjaan tersebut selesai dalam waktu yang singkat.
2.3.2.3 Kehadiran ponsel pintar gadget (smartphone) berbasis android
menjadi suatu bukti dari majunya teknologi komuniksi pada
perangkat berbasis ponsel saat ini, beberapa
manfaat gadget smartphone menurut   Uswatun (Mardhi
(2015) yaitu: Untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan
teknologi, alat komunikasi smartphone merupakan salah satu
buah hasil dari kemajuan teknologi saat ini.
Maka smartphone dapat dijadikan sarana untuk menambah
pengetahuan siswa tentang kemajuan teknologi sehingga siswa
tidak dikatakan menutup mata akan kemajuan di era
globalisasi.
2.3.3 Manfaat gadget dikalangan pelajar
Banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan pelajar dengan
hadirnya gadget (smartphone). hal ini dikarenakan gadget (smartphone)
juga merupakan media pembelajaran yang bersifat multi media, yang
artinya bisa digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya sumber
belajar berbasis teknologi. Menurut Oka (2017) “penggunaaan
multimedia dalam pembelajaran akan berbanding lurus dengan
manfaatnya”. Menurut Fenrich dalam Oka (2017) manfaat multimedia
yaitu sebagai berikut:
2.3.3.1 Siswa akan terdorong mengejar pengetahuan dan memperoleh
umpan balik yang seketika.
2.3.3.2 Siswa belajar dari tutor yang sabar (komputer) yang
menyesuaikan diri dengan kemampuan siswa.
2.3.3.3 Belajarkapan saja mereka mau tanpa terikat suatu waktu yang
telah ditentukan
Menurut Juraman (2014) “ jenis informasi edukasi yang diakses melalui
smartphone android  diantaranya, portal akademik, artikel ilmiah,
informasi beasiswa, wikipedia.org, detik.com, googlebook, ejournal”.
39

2.3.4 Dampak penggunaan gadget


Dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan gadget (smartphone) pun
semakin beragam mulai dari aspek kesehatan sampai sosial. Dampak
buruk penggunaan gadget (smartphone) pada anak Menurut Derry
(2014) yaitu, menjadi pribadi tertutup, kesehatan otak tergangu,
kesehatan mata tergangu, kesehatan tanggan tergangu, ganguan tidur,
suka menyendiri, perilaku kekerasan, pudarnya kreatifitas, terpapar
radiasi, ancaman cyberbullying.
2.3.4.1 Dampak positif
Menurut Rohman (2017) Dampak positif yang ditimbulkan
akibat penggunaan gadget (smartphone) yaitu:
a. Komunikasi menjadi lebih praktis
b. Anak yang bergaul dengan dunia gadget cenderung lebih
kreatif
c. Mudahnya melakukan akses ke luar negeri
d. Manusia menjadi lebih pintar berinovasi akibat
perkembangan gadget (smartphone)yang menuntut mereka
untuk hidup lebih baik.
2.3.4.2 Dampak negatif
Menurut Rohman (2017) Dampak negatif yang ditimbulkan
akibat penggunaan gadget (smartphone) yaitu:
a. Segi kesehatan
Segi kesehatan dampak buruk penggunaan gadget
diantaranya, peningkatan resiko kanker akibat radiasi,
ketulian, mata perih, atau bahkan rabun karena pencerahan
maksimal secara berkala pada gadget, tablet atau komputer.
b. Segi budaya
Segi budaya dampak buruk penggunaan gadget
(smartphone) diantaranya, lunturnya adat atau kebiasaan
yang berlaku, masuknya budaya barat secara perlahan,
40

hilangnya rasa nasionalisme dan lebih cinta pada produk


asing.
c. Segi sosial
Segi kehidupan sosial dampak buruk penggunaan gadget
(smartphone) diantarnya, cenderung autis atau asyik dengan
gadgetnya sendiri, tidak bisa mengontrol diri sendiri akibat
sosialisasi kurang, cepat bosan ketika ada yang menasehati,
banyak mengeluh, egois tidak terkendali, hidup menjadi
tidak teratur akibat kecanduan gadget (smartphone).
d. Segi ekonomi
Dibidang ekonomi adanya penipuan melalui gadget,
keuangan yang tidak stabil karena orang tua memenuhi
keinginan anak untuk membeli gadget terbaru. Berdasarkan
paparan diatas dapat disimpulkan bahwa, gadget
(smartphone) memberikan dampak yang beragam bagi
penggunaannya baik dampak positif maupun dampak
negatif. Dampak negatif diantaranya mata perih, kurang
komunikasi, keuangan yang tidak stabil, ketulian, sampai
pada ekomoni keluarga berdampak buruk.
2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan gadget
Menurut Harynasah dan Wardhana (2014) faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan gadget yaitu:
2.3.5.1 Physical attributes: terdiri dari beberapa indikator meliputi
kamera, bluetooth, pilihan multimedia, tuoch screen: kapasitas
memori, warna layar, warna produk, model, fitur baru, desain,
penampilan, web browser, dan nilai brand/kualitas.
2.3.5.2 Pricing: meliputi model baik dengan harga yang murah, harga
produk, penawaran khusus, kehandalan/kecanggihan, pilihan
duel SIM, member, dan produk domestik.
2.3.5.3 Charging dan operating facilities: meliputi lama pengisian
(baterai), kelengkapan operasi, baterai dan key pad.
41

2.3.5.4 Size and weight: meliputi ukuran dan berat.


2.3.5.5 Friends and colleagues recommendation: meliputi
rekomendasi teman dan rekomendasi keluarga.
2.3.5.6 Neighbors recommendations: meliputi rekomendasi tetangga,
rekomendasi penjual dan fasilitas.
2.3.5.7 Advertising: meliputi iklan.
2.3.5.8 Status sosial: meliputi relasi, tuntutan lingkungan dan
wawasan.
2.3.5.9 Kegiatan.
2.3.5.10 Brand image: merek, citra dan ingatan.
2.3.5.11 Pengalaman: kualitas, pemakaian dan perawatan.
2.3.5.12 Kebutuhan: komunikasi, hiburan, akses internet, dan transaksi
komersial.
2.3.5.13 Gaya hidup: prestise (kepercayaan diri), reward (penghargaan)
dan self-esteem (penilaian diri).
2.3.5.14 Persepsi penggunaan terhadap manfaat.
2.3.5.15 Persepsi penggunaan terhadap kegunaan.
2.3.6 Efek patologis pemakaian gadget
Pemakaian gadget sebagai aktivitas malam hari terus meningkat
ditengah- tengah keprihatinan mengenai efek penggunaan gadget
terhadap pola tidur dan pekerjaan di siang hari. Penelitian di Australia
menemukan bahwa 71% remaja melaporkan tidur malam yang tidak
optimal akibat pemakaian gadget dapat mempengaruhi pola tidur dan
waktu mulainya tidur pada remaja (King, 2014).

Menurut Andreassen 2013 dalam Saifullah (2017), cahaya dari gadget


dapat mempengaruhi mekanisme biologis yang menunda tidur dan
ritme sirkardian. Permainan komputer atau acara televisi dapat
menimbulkan kegembiraan dan mengakibatkan susah tidur. Meskipun
begitu, hal ini dapat terjadi sebaliknya. Imsomnia, dan penundaan pada
pola tidur dapat mengakibatkan orang – orang berbaring lebih lama
42

pada jam tidur tanpa tertidur yang akhirnya mencari media elektronik
sebagai hiburan.

Pemakaian internet yang berlebihan juga menjadi salah satu alasan


pemakaian gadget sebelum tidur. Menurut Pies 2009 dalam Saifullah
(2017), internet addiction atau kecanduan internet merupakan
ketidakmampuan seorang individu untuk mengendalikan pemakaian
internet yang mengakibatkan distress ataupun gangguan fungsi yang
bermakna dalam hidup sehari – hari. Meskipun tidak termasuk dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) edisi
kelima, kecanduan internet dianggap sebuah diagnosis gangguan
spektrum kompulsif impulsif yang meliputi pemakaian komputer online
atau offline dan terdiri dari minimal tiga subtipe yaitu bermain game
berlebihan, preokupasi seksual, dan mengirim pesan singkat.
2.3.7 Teori Melatonin
Hormon melatonin adalah hormon yang sebagian besar dibuat oleh
kelenjar pineal, sebuah kelenjar sebesar kacang tanah yag terletak di
antara kedua sisi otak‟, Anies (2009:83).Melatonin berfungsi mengatur
hormon-hormon lainnya serta memelihara irama sirkadian. Irama
sirkadian adalah suatu sistem pemeliharaan waktu 24 jam yang
berperan penting dalam menentukan kapan kita tidur dan kapan kita
bangun. Kadar melatonin dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh, memengaruhi kinerja organ-organ reproduksi, juga
kesehatan psikologis serta proses penuaan tubuh.

Kelenjar pineal dalam memproduksi melatonin, sangat sensitif terhadap


cahaya matahari dan suhu lingkungan. Ketika kegelapan datang dalam
bentuk malam hari, reseptor melatonin diaktifkan dan kemudian
menyebabkan efek-efek kimiawi dan biologis dalam bentuk rasa kantuk
serta penurunan suhu tubuh. Aktivitas organ-organ akan berkurang dan
43

bersiap-siap istirahat. Produksi hormon melatonin bertambah pada


malam hari, terutama pada suasana hening dan gelap sehingga
menyebabkan orang mudah tidur. Namun, produksi hormon ini
berkurang oleh adanya rangsangan dari luar, misalnya cahaya serta
medan elektromagnetik. Sebagaimana dikemukakan oleh Mahendra
(2009) bahwa Cahaya maupun medan elektromagnetik dapat
menurunkan produksi hormon melatonin dan berpotensi menimbulkan
berbagai keluhan termasuk sakit kepala, pening, dan keletihan.

Penggunaan peralatan elektronik maupun komunikasi pada malam hari


yang menimbulkan radiasi elektromagnetik, merupakan salah satu
alasan gangguan sukar tidur pada malam hari. Banyak orang kesal
karena sukar tidur pada malam hari, tetapi tidak menyadari bahwa
sebelumnya telah berkomunikasi menggunakan ponsel dalam jangka
waktu lama. Anies (2009:86) menemukan bahwa Timbulnya berbagai
keluhan seperti sakit kepala banyak dijumpai pada para pemakai ponsel.
Sensasi medan elektromagnetik dapat menimbulkan keluhan sakit
kepala dan pening‟. Itulah yang dikatakan oleh Harmaya (2009)
maupun Mahendra (2009).

2.3.8 Durasi pemakaian gadget


Penggunaan handphone di Indonesia yaitu penggunaan handphone 62
menit digunakan untuk komunikasi, seperti menerima dan melakukan
panggilan telepon, berkirim pesan, dan mengirim email. Kegiatan
hiburan seperti bermain game dan menikmati konten multimedia 45
menit perhari. Aktivitas yang lainnya adalah menjelajahi aplikasi
selama 38 menit dan menggunakan internet 37 menit. (kompas 2013).
Hasil survei Sharing Vision, (2014) mengungkapkan sebagian besar
orang menggunakan smartphone selama 1-3 jam perharinya. Survei itu
dilakukan terhadap 78 responden dikota Jakarta dan Bandung.
Sebanyak 27% menggunakan smartphone 1-3 jam sehari. Namun angka
44

ini berbeda tipis dengan 26% lainnya yang menggunakan smartphone


selama 3-5 jam sehari. Bahkan 25% diantaranya menggunakan
smartphone lebih dari 10 jam sehari.

Menurut King, Delfabbro, Zwaans, & Kaptsis (2014), pemakaian media


elektonik yang patologis sebelum tidur apabila digunakan lebih dari 35
menit. Hasil penelitian Przybylski & Weinstein (2017) pada 120.115
responden berusia 15 tahun untuk durasi penggunaan gadget yang ideal
adalah 1 jam 57 menit atau sekitar 2 jam dalam sehari maka di atas 1
jam 57 menit penggunaan gadget di anggap mampu mengganggu
kinerja otak remaja.

Menurut peneliti Armaya & Intan, meskipun gadget memiliki dampak


positif untuk mencari tugas sekolah dimalam hari saat perpustakaan dan
sarana di sekolah telah tutup, namun hal tersebut dapat mengganggu
kualitas tidur remaja jika remaja menggunakan gadget lebih dari batas
durasi penggunaan gadget yang normal. Pada saat akan tidur seseorang
membutuhkan waktu untuk pre-sleep selama 10 sampai 30 menit
(Potter & Perry, 2006, p.1472) jika waktu pre-sleep digunakan untuk
aktivitas menggunakan gadget maka waktu untuk pre-sleep akan lebih
dari 30 menit

Hasil Penelitian menggunakan uji statistik chi-square diperoleh nilai ρ


= 0,002 < α = 0,05. Simpulan terdapat hubungan yang signifikan antara
hubungan lama penggunaan gadget dengan kejadian insomnia pada
siswa-siswi di SMA Negeri 1 Kawangkoan.

Gadget merupakan sebuah perangkat atau perkakas mekanis yang mini


atau sebuah alat yang menarik karena relatif baru sehingga akan banyak
memberikan kesenangan baru bagi penggunanya walaupun mungkin
tidak praktis dalam penggunaannya. Fungsi gadget personal digital
45

assistant (PDA) seperti kalender, personal schedule, address book, dan


memiliki kemampuan untuk mengakses internet, membuka email,
membuat dokumen, bermain game, serta membuka aplikasi lainya,
hampir sama dengan kompoter, membuat pekerjaan lebih cepat selesai,
untuk menambah pengetahuan dan menjadi alat komonikasi. Dampak
positifnya komunikasi menjadi praktis, lebih kreatif, memudahkan
mengakses ke luar negeri. Dampak negatif segi kesehatan, segi budaya,
segi sosial dan segi ekonomi.

2.4 Kerangka Teori


Menurut Notoatmodjo (2010) kerangka teori adalah model konseptual yang
menggambarkan hubungan diantara berbagai macam faktor yang telah
diidentifikasi sebagai suatu yang penting bagi masalah.

Penyakit Kesehatan terganggu

Kelelahan Aktivitas yang berlebihan


46

Suhu yang tidak nyaman


Lingkunga
(stimulus yang terganggu)
n

Stress Meningkatkan kadar norepinefrin


psikologis saat merasa cemas ataupun
depresi
Gaya Rutinitas yang berubah
hidup

Keinginan untuk tetap terjaga, Pola tidur


Motivasi penggunaan gadget

Cahaya gadget

Produksi hormon melatonin


menurun

Irama sikardian tidur terganggu


Stimulan,
alkohol
Berefek pada insomnia
dan obat-
obatan

Diet dan Intake makanan atau minuman


nutrisi sebelum tidur

2.1 Gambar Kerangka Teori


Menurut Dr. Lyndon Saputra, 2013 =diteliti
Anies (2009) =tidak diteliti

2.5 Kerangka Konsep


Menurut Nurasalam (2014) kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu
realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang
menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun
yang tidak diteliti).
Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi
(keinginan untuk
tetap terjaga,
penggunaan
gadget)
47

Pola tidur

Penyakit

Kelelahan

Lingkungan

Stress
psikologis

Gaya hidup

Stimulan,
alkohol dan
obat-obatan

Diet dan
nutrisi
2.2 Gambar Kerangka Konsep
Menurut Dr. Lyndon Saputra, 2013
Anies (2009)
=diteliti =tidak diteliti

2.6 Hipotesis Penelitian


Ada hubungan antara penggunaan gadget dengan pola tidur pada mahasiswa
S1 Keperawatan Regular Semester 2 Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Tahun 2020.
48
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangan penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akurasi suatu hasil. Rancangan penelitian merupakan hasil
akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan
dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan. Rancangan penelitian
pada hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian
yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti
pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2015).

Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional pendekatan cross


sectional. Pendekatan cross sectional dilakukan dengan menekankan waktu
pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali
pada satu saat (Nursalam 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan gadget


dengan pola tidur pada mahasiswa S1 Keperawatan Regular Semester 2
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin Tahun 2020.

3.2 Definisi Operasianal


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
(diukur) yang memungkinkan peneliti melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat
diulangi lagi oleh orang lain. Jadi definisi operasional dirumuskan untuk
kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2015).
50

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional
Variabel Gadget adalah Durasi Kuesioner Ordinal 1. > 7 jam,
Independen : sebuah alat penggunaan oleh Adi sangat
Penggunaan komunikasi gadget. Prajaya 2016 lama.
Gadget berbentuk mini 2. 5-6 jam,
(internet, yang menarik lama.
jejaring karena relatif 3. 3-4 jam,
sosial, baru sehingga sedang.
bermain akan banyak 4. 1-2 jam,
game, memberikan singkat.
berkirim kesenangan 5. < 1 jam,
pesan dan baru bagi sangat
telepon) penggunannya. singkat.
Variabel Pola tidur 1. Kualitas Kuesioner Ordinal 1. Kualitas
Dependen : adalah bentuk tidur Pittsburgh tidur
Pola tidur atau kebiasaan subyektif Sleep baik skor
tidur dalam 2. Latensi Quality 1-5.
waktu yang tidur. Indax (PSQI) 2. Kualitas
teratur meliputi 3. Durasi oleh tidur
jadwal memulai tidur. Contreras et ringan
tidur dan 4. Efisiensi al.,2014 skor 6-7.
bangun tidur, tidur 3. Kualitas
irama tidur, 5. Gangguan tidur
frekuensi tidur tidur. sedang
dalam sehari 6. Penggunaan skor 8-
dan kepuasan obat tidur. 14.
tidur. 7. Gangguan 4. Kualitas
hari-hari. tidur
buruk
51

skor 15-
21.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi merupakan unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan.
Idealnya penelitian dilakukan pada populasi, karena dapat melihat
gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil penelitian akan
diterapkan. Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditentukan (Nursalam, 2014).

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 Keperawatan


Regular Semester 2 Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang berjumlah 68
mahasiswa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari
populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau
melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini. Sampel adalah
bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2014).

Sampel dalam penelitian ini seluruh mahasiswa S1 Keperawatan


Regular Semester 2 Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin sebanyak 68.
3.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Notoamodjo, 2012). Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah secara sampling jenuh yaitu
pengambilan sampel yang jumlahnya sama dengan jumlah seluruh
anggota populasi (Notoamodjo, 2012).
52

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama
penelitian berlangsung (Notoatmojo, 2010). Tempat dan wakti penelitian
yang akan dilaksanakan dikampus S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dari bulan
Maret sampai April 2020.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk mengumpulkan
data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih
lengkap, cermat, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto 2007).

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang terdiri
dari:
3.5.1 Instrumen pengumpulan data pada siswa yang menggunakan
handphone diketahui melalui kuesioner sebanyak 5 pertanyaan dengan
menggunakan skala ordinal untuk mengukur lamanya responden
menggunakan handphone yaitu:
3.5.1.1 > 7 jam, sangat lama =5
3.5.1.2 5-6 jam, lama =4
3.5.1.3 3-4 jam, sedang =3
3.5.1.4 1-2 jam, singkat =2
3.5.1.5 < 1 jam, sangat singkat =1
Instrumen pengumpulan data penggunaan handphone sudah dilakukan
uji validitas dan realibilitas di wilayah banjarmasin dengan jumlah
responden sebanyak 30 orang, hasil uji validitas dan realibilitas 5
pertanyaan penggunaan handphone dinyatakan valid dan realiabel
karena r hasil > r tabel = 0,360.
53

3.5.2 Instrument yang digunakan dalam pengukuran kualitas tidur adalah


Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang telah dikembangkan oleh
Contreras et al., (2014). Instrument ini telah baku dan banyak
digunakan dalam penelitian kualitas tidur seperti dalam penelitian
Majid (2014). Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) terdiri
dari 9 pertanyaan. Pada variabel ini menggunakan skala ordinal dengan
skor keseluruhan dari Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah 0
sampai dengan nilai 21 yang diperoleh dari 7 komponen penilaian
diantaranya kualitas tidur secara subyektif (subjective sleep quality),
waktu yang diperlukan untuk memulai tidur (sleep latency), lamanya
waktu tidur (sleep duration), efisiensi tidur (habitual sleep efficiency),
gangguan tidur yang sering dialami pada malam hari (sleep
disturbance), penggunaan obat untuk membantu tidur (using
medication), dan gangguan tidur yang sering dialami pada siang hari
(daytime disfunction).
Apabila semakin tinggi skor nilai yang didapatkan maka akan semakin
buruk kualitas tidur seseorang. Keuntungan dari PSQI adalah memiliki
nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Namun, kuesioner PSQI ini juga
memiliki kekurangan yaitu dalam pengisian kuesioner hasil yang
diperoleh kurang benar dikarenakan keterbatasan dan kesulitan dari
responden sehingga perlu dilakukan pendampingan. Kuesioner kualitas
tidur terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan untuk
nomor 5-8 adalah pertanyaan tertutup dan masing-masing mempunyai
rentang skor yaitu 0-3yang artinya 0= tidak pernah dalam sebulan
terakhir, 1= 1 kali seminggu, 2= 2 kali seminggu dan 3= lebih dari 3
kali seminggu.Interpretasi nilai skor kualitas tidur baik apabila skor
nilai 1-5, ringan 6-7, sedang 8-14 dan kualitas tidur buruk jika skor nilai
mencapai 15-21.
54

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2015). Pengambilan data dilakukan dengan teknik membagikan
kuesioner kepada responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.6.1 Meminta surat izin dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan tentang rekomendasi
melakukan penelitian di kampus S1 Keperawatan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
3.6.2 Setelah mendapat persetujuan dari Dekan Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, peneliti
melakukan penelitian terhadap responden dengan terlebih dahulu
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.
3.6.3 Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dan jika
responden menyetujui untuk jadi responden kemudian diminta untuk
menandatangani persetujuan untuk menjadi responden
3.6.4 Pengumpulan data dilakukan dengan teknik membagikan kuisioner
kepada responden untuk diisi.
3.6.5 Peneliti menunggu hingga responden selesai menjawab seluruh
pertanyaan.
3.6.6 Pada responden yang kurang memahami pengisian kuesioner, maka
oleh peneliti dengan membantu responden menjelaskan sesuai isi
kuesioner dengan penjelasan seperlunya dan diminta memilih jawaban
sesuai point yang ada dan dituliskan oleh peneliti menurut pilihan
responden sesuai apa adanya.
3.6.7 Lembar kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan
diperiksa kelengkapannya oleh peneliti, kemudian dilakukan analisis.
55

3.7 Teknik pengolahan data


Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh
(Hidayat, 2014). diantaranya:
3.7.1 Editing
Hasil kuesioner dari lapangan telah dilakukan penyuntingan (editing)
terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan perbaikan isian formulir atau koesioner tersebut.
3.7.2 Coding sheet (membuat lembaran kode)
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
peng “kodean” atau “coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3.7.3 Data entry (memasukan data)
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
atau “softwer” komputer. Data yang telah di-edit serta diberi kode dan
skor tersebut di entry dengan menggunakan bantuan komputer program
pengolah data statistik.
3.7.4 Cleaning (pembersihan data)
Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode. Kegiatan ini merupakan kegiatan
pembersihan data dengan cara pemeriksaan kembali data yang sudah di
entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Pemeriksaan ini meliputi
pemeriksaan ulang terhadap data dan pengkodean.

3.8 Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini dibedakan menjadi:

3.8.1 Analisis univariat


Analisa univariat adalah untuk satu variabel penelitian bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
56

penelitian (Notoatmojo, 2010). Analisis ini dilakukan terhadap tiap


variabel dari hasil penelitian untuk mengetahui distribusi, frekuensi dan
persentase dari tiap variabel bebas dan variabel terikat.
3.8.2 Analisis bivariat
Analisa bivariat adalah analisis terhadap dua variabel untuk melihat
hubungan antar variabel. Analisa bivariat berguna untuk menganalisis
hubungan masing-masing variabel (Notoatmojo, 2010). Analisis ini
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan (menguji
hipotesis) yakni mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat dengan menggunakan uji Spearman Rank. Analisis ini dilakukan
dengan bantuan perangkat komputer dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95%.
Interpretasi hasil penelitian yaitu:

3.8.2.1 Jika p ≤ 0,05 maka hipotesis diterima yang berarti ada


hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.8.2.2 Jika p > 0,05) maka hipotesis ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Menurut Colton dalam Sabri (2012) kekuatan hubungan dua variabel


secara kualitatif dapat dibagi dalam empat area sebagai berikut:

r = 0,00 – 0,25 = tidak ada hubungan/hubungan lemah

r = 0,26 – 0,50 = hubungan sedang

r = 0,51 – 0,75 = hubungan kuat

r = 0,76 – 1,00 = hubungan sangat kuat/sempurna

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dan rekomendasi dari


Universitas Muhammadiyah Banjarmasin peneliti mengajukan permohonan
izin dan rekomendasi kepada Dekan Fakultas Keperawatan dan Ilmu
57

Kesehatan sebagai tempat penelitian. Masalah etika yang menjadi perhatian


antara lain:
3.9.1 Respect of Person (menghormati harkat dan martabat manusia)
3.9.1.1 Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (Right to self
determination)
Responden harus dipelakukan secara manusiawi responden
mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia
menjadi responden atau tidak tanpa ada sanksi apapun.
3.9.1.2 Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang
diberikan (right to full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara
terperinci serta tanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi
kepada responden.
3.9.1.3 Informed Consend
Responden harus mendapatkan penjelasan secara legkap
tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan mempunyai
hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi
responden. Pada informed consennd juga perlu dicantumkan
bahwa data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu.
3.9.2 Beneficence- non maleficence (berbuat baik dan tidak merugikan)
3.9.2.1 Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur
penelitian yang telah ditentukan sesuai dengan teori yang sahih
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin
bagi subyek penelitian.
3.9.2.2 Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek
dengan cara menentukan kriteria inklusi dan eksklusi agar
penelitian dapat dilakukan dengan baik dan dampak yang
merugikan dapat diminimalkan (non-maleficence).
3.9.3 Justice (keadilan)
58

Penelitian ini dilakukan secara hati-hati, jujur, profesional,


berperikemanusiaan dan ketepatan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan. Penelitian ini juga memperhatikan kesamaan hak subyek.
Setiap subyek memiliki perlakuan yang sama baik, sebelum, selama,
maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa melihat
gender ataupun latar belakang sosial subyek.
59

DAFTAR PUSTAKA
Agustono, A. (2018). Hubungan Kondisi Psikososial dengan Kejadian Insomnia.
Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Vol. 5(2) Juli, pp. 52-61.

Anies. (2009). Cepat Tua Akibat Radiasi. Jakarta:Elex Media Komputindo.

Ariani dkk. (2012). Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Cendana Terhadap


Kualitas Tidur Pada Remaja. Denpasar: Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Udanaya.

Arif Hidayat Suwarna dan Widiyanto, (2016). perbedaan pola tidur antara
kelompok terlatih dan tidak terlatih. Jurnal Pendidikan kesehatan dan
Rekreasi FIK UNY. VOL.VX No. 1 April.

Arikunto, (2007). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Armaya Jarmi dan Sri Intan Rahayuningsih (2017). Hubungan Penggunaan


Gadget Dengan Kualitas tidur The Correlation Between Gadget Use And
Sleep Quality Of Teenagers. Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh.

Aryani, R. Ns.S.Kep. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta:


Penerbit Salemba Medika.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2014).

Atoilah, E. M., & Kusnadi, E. (2013). Askep pada Klien dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: In Media.

Cicik Sulistiyani. (2012). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas


Tidur pada Mahasiswa fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 1, No 2,
Halaman 280-292.

Clauthya M. Pandey, Budi T. Ratag, Fima L.F.G. Langi (2019). Hubungan


Antara Kecanduan Smartphone dengan Kualitas Tidur pada Siswa SMA
Negeri 1 Maeseen Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal KESMAS, Vol. 8
(2) Maret 2019.
Depkes dalam Siallagan. (2010). Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan. Medan
60

Derry, I. (2014). Bila SI Kecil Bermain Gadget: Panduan Bagi Orang Tua Untuk
Memahami Fakto-Faktor Penyebab Anak Kecanduan Gadget.  Bisakimia:
Jakarta.

Dr. Lyndon Saputra (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Binarupa Aksara Publisher.

E. Kusmiran., (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika 21.
Fadilah, A. (2011). Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone(HP)
terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan (skripsi).
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Griffiths, M., Kuss, D.J., Demetrotrovcs, Z. Social Networking Addictions: an
Overview of Preliminary Findings; (2014) diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/260563460_Social_Networking_
Addiction_An_Overview_of_Preliminary_Findings.
Haryansyah,dkk (2014) Faktor-faktor yang mempengaruhi Handphone
Smartphone. Diakses pada tanggal 20 Januari 2020.
Herawati. M. (2013). Psikologi ibu dan anak.Jakarta: Salemba Medika.

Heriyanto & Puspo A. (2016). Mobile Phone Forensics and Security Series.
Yogyakarta:C.V Andi offset.

Hidayat, A.A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.

Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Huda, N. (2016). 100 Fakta seputar Tidur yang perluh Anda Tahu. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Hudo., Larrisa. (2015). Gadget Mengganggu Waktu Tidur Remaja. Artikel
lifestyle sindonews. (https://lifestyle.sindonews.com). (Diakses pada 13
Desember 2019).
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana.
Jatmika, Sidik, (2010). Genk Remaja, Anak Haram Sejarah ataukah Korban
Globalisasi?, Yogyakarta: Kanisius.
Juraman, S. R. (2014). Pemanfaatan Smartphone Android Oleh Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Dalam Mengakses Informasi Edukatif. Jurnal Acta Diurna, 3(1)
61

Khamim Zarkasih Putro (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan


Remaja. ONLINE: ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/aplikasia, Vol. 17(1), pp. 25-32.

King, D. L., Delfabbro, P. H., Zwaans, T., & Kaptsis, D. (2014). Sleep
interference effects of pathological electronic media use during
adolescence. International Journal of Mental Health and Addiction, 12(1),
21–35.

King, Laura A. (2010). Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif The


Science Of Psychology – An Appreciative View. Jakarta: Salemba
Humanika.
Kominfo. (2014). Siaran Pers Kominfo.https://kominfo.go.id/co. (diakses pada
tanggal 13 Desember 2019).
Kominfo. (2017). Survey penggunaan TIK. https://kominfo.go.id/co. (diakses
pada tanggal 13 Desember 2019).
Kompas. (2013). Durasi Penggunaan Handphone. Jakarta: Kompas.com (diakses
pada tanggal 7 Februari 2020).

Kurniawan (Rohman 2017: 27) yang dimaksud dengan gadget (smartphone)<


http://fatkhan.web.id/pengertian-gadget-smartphone/> (diakses tanggal 24
Februari 2020).

Lela Kania, Sigit Probowani. (2018) Hubungan Lama Penggunaan Jejaring


Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada siswa siswi di SMA Negeri 9
Kota Tangerang Selatan (jurnal). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma
Persada Tangerang Selatan.

Leung, L. Linking Psychological Attributes to Addiction and Improper Use of the


Mobile Phone among Adolescent in Hong Kong; (2007) diakses melalui
http://www.com.cuhk.edu.hk/ccpos/en/pdf/mp6.pdf.

Mahendra,Oka. (2009). Radiasi Ponsel Bagi Kesehatan. [Online]. Tersedia:


http://tutorialgratis.net. (diakses pada tanggal 24 Februasi 2020)

Manumpil. M.Dkk. (2015). Hubungan Penggunaan Gadget dengan Tingkat


Prestasi Siswa di SMA NEGERI 9 Manado. Ejoural Keperawatan, (Online),
Vol. 3, No. 2, dalam http://ejournal.unsrat.ac.id diakses 24 Februari 2020).

Mardjono M, Sidharta P. (2009). Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

Moh. Saifullah (2017). Hubungan Penggunaan Gadget Terhadap Pola Tidur


pada Anak Sekolah di Upt Sdn Gadingrejo 2 Pasuruan (skripsi). Fakultas
Keperawatan Airlangga Surabaya.
62

Monks, dkk. (2006). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai


Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.

Narendra, M.B.,dkk, (2010). Tumbuh Kemabang Anak Dan Remaja. Jakarta:


Sagung Seto.

Nofianti. (2016). Hubungan Intensitas Bermain Game Online dengan Kualitas


Tidur pada Remaja Akhir. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Vol. 12
(2) Februari, pp. 2302-2531.

Notoatmodjo,S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Renika Cipta.

Nuraini, D. (2010). Hubungan antara kepercayaan diri dengan


kecemasan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII dan VIII di
SLTPN 1 Lumbang Pasuruan. Skripsi. Malang: Fakultas Psikologi UIN.

Nursalam, (2014). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Oka, A. P. G. 2017. “Media dan multi media pembelajaran”. Yogyakarta: cv budi


utama.

Omega T. Mawitjere, Franly Onibala, Yudi A. Ismanto (2017). Hubungan


Penggunaan Gadget dengan Kejadian Insomnia pada Siswa Siswi di SMA 1
Negeri Kawangkoan. E-Jurnal Keperawatan (e-Kp),Vol 5 Nomor 1, Mei.

Putra, S. R. (2011). Tips Sehat dengan Pola Tidur Tepat dan Cerdas. Yogyakarta:
Buku Biru.

Rohmah, O. C. (2017). “Pengaruh Penggunaan Gadget Dan Lingkungan Belajar


Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas Xi Kompetensi Keahlian Administrasi
Perkantoran Smk Muhammadiyah 2 Yogyakarta”.  Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

Sarlito, W. Sarwoto (2018). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Depok: Raja


Grafindo Persada.

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja. Edisi revisi. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
63

Sharing Vasion (2014). https://sharingvision.com/rata-rata-orang-menggunakan-


smartphone-5-jam-sehari/. (diakses pada tanggal 27 Februari 2020)

Shofhia, S. (2016). “Pengaruh Penggunaan Android Dan E-Learning Terhadap


Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Siswa Kelas Viii Smp 3 Kepanjeng
Malang”.  Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik.

Siregar, M. Hanun., (2011). Mengenal Sebab-sebab, Akibat-akibat dan Cara


Terapi Insomnia. Flashbooks. Jogjakarta.
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syamsul F dan Evy M. (2018) Analisa Psikometri Kuesioner pittsburgh Sleep
Quality Index, Sleep Hygiene Index, dan Insomnia Severity Index Versi
Indonesia Sebagai Tool untuk Penegakan Diagnosa Keperawatan Kelas
Istirahat/Tidur. Poltekkes Banjarmasin.
Tarwoto dan Wartonah (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Yuwanto, L (2010). Causes of Mobile Phone Addiction. Anima Indonesian
Psychological Journal;25(3):225-229

Anda mungkin juga menyukai