Anda di halaman 1dari 13

JPD: Jurnal Pendidikan Dasar DOI: doi.org/10.21009/JPD.0102.

11
P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KUALITAS


PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

Putri Karisa
Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran
Email : putrikarisa286@gmail.com

Abstract: Education has an important role in creating quality human resources. Not only
theoretically understood, to face increasingly competitive global competition, human resources (HR)
are also required to be practical in the use of technology and special expertise, including for persons
with disabilities. According to statistics reported by the Central Bureau of Statistics that there are
approximately 1,500,000 children with special needs or 0.7 percent of the total population of
Indonesia. The data shows that there are 317,016 children with special needs who are in school age,
while those who have received educational services are approximately 60,000 children. As teaching
staff, teachers have a significant influence on student learning success, one of which is the application
of communication. Through the qualitative method, this article will prove the application of
therapeutic communication to students with disabilities can influence the success of their learning.

Keyword : Disability, therapeutic communication, and learning success.

Abstrak : Pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas. Tidak hanya mengerti secara teoritis, untuk menghadapi persaingan global yang semakin
kompetitif dibutuhkan pula sumber daya manusia (SDM) yang dituntut untuk praktis dalam
penggunaan teknologi dan keahlian khusus, termasuk bagi para penyandang disabilitas. Menurut data
statistik yang dilansir oleh Biro Pusat Statistik bahwa terdapat kurang lebih 1.500.000 anak
berkebutuhan khusus atau 0,7 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat 317.016 anak berkebutuhan khusus yang berada dalam usia sekolah,
sedangkan yang telah memperoleh layanan pendidikan kurang lebih 60.000 anak. Sebagai tenaga
pengajar, guru memberikan pengaruh signifikan terhadap keberhasilan belajar siswa salah satunya
penerapan komunikasi. Melalui metode penelitian kualititatif, artikel ini akan membuktikan
penerapan komunikasi terapeutik pada siswa disabilitas dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
belajarnya.
Kata Kunci : Disabilitas, komunikasi terapeutik, dan keberhasilan belajar.

106
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

PENDAHULUAN Dasawarsa Penyandang Disabilitas di Asia


Pasifik (1993-2002). Tidak hanya
Masyarakat menyebut orang
memiliki UU khusus tantang penyandang
berkebutuhan khusus dengan sebutan
disabilitas, namun juga terdapat UU
orang cacat, individu non-aktif atau orang
mengenai bangunan dan gedung serta
yang tidak sanggup menjalankan tugas
berbagai peraturan menteri yang relevan
serta kewajibannya dengan baik sehingga
dengan kebutuhan penyandang disabilitas
menyebabkan hak-haknya tidak terpenuhi.
yang termuat dalam UU RI No. 28 tahun
Anak berkebutuhan khusus adalah anak
2002. Meskpun demikian, Vernor Munoz
yang mengalami gangguan fisik, sosial,
– seorang UN Rapporteur menuliskan
mental, dan emosional. Gangguan ini
laporannya mengenai hak – hak
biasanya dapat diidentifikasi sejak masa
penyandang disabilitas terhadap
kehamilan hingga menginjak usia dini
Pendidikan yang inklusif, bahwa kemauan
pada masa tumbuh kembang anak.
politik untuk mencapai tujuan universal
(BKKBN, 2013)
pendidikan inklusi yang dilaksanak
Berbagai gerakan tuntutan pemerintah Indonesia masih tergolong
persamaan hak dan aksebilitas fisik kurang. Munoz mengidentifikasi bahwa
maupun non-fisik telah terjadi di dalam merealisasikan hak-hak penyndang
Indonesia. Dalam aksinya para aktivis disabilitas sebagai pekerja ILO masih
DPO menuntut bahwa diperlukannya terdapat kesenjangan yang besar pada
sarana dan prasana aksisibilitas yang dapat pendidikan inklusi antara kerangka
diakses oleh penyandang disabilitas baik normatif dan sumber daya yang tersedia.
dalam hal mengakses layanan publik Pengamatan yang sama dilakukan oleh
maupun memiliki kesempatan yang sama Sudibyo Markus (2002) dalam
dalam mengambil peran pada bidang mengevaluasi hak-hak penyandang
pendidikan, kemasyarakatan, politik, dan disabilitas untuk bekerja sebagai pekerja
keagamaan. Indonesia dipuji sebagai ILO menyatakan bahwa implementasi
negara yang telah memperoleh kemajuan hukum Indonesia masih sangat lemah.
dalam membuat bermacam macam produk
Data yang dikumpulkan oleh
hukum juga kerjasama nasional yang
Departemen Kesehatan pada tahun 1975
dikaji berdasarkan hasil pengompilasian
bekerjasama dengan WHO dapat
yang dilakukan oleh Price & Takamine
digunakan untuk memperoleh gambaran
(2003) yang mengacu pada evaluasi
yang lengkap. Berbagai keterbatasan dan
107
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

disabilitas fisik dengan sebanyak 3317 aktivitas sehari-hari


yang diwawancarai dan ditemukan tidak
kurang dari 9.2% . WHO memperkirakan
Sumber: Kartari, DS (1979) diambil dari
pada saat itu, sebanyak 12% orang
Irwanto & Hendriati (2001).
indonesia mengalami disabilitas (Irwanto
& Hendriati, 2001). Telah dilakukan Pendidikan Bagi Penyandang

survei secara acak di 14 provinsi Disabilitas

mengikutsertakan 22.568 orang yang Pemerintah Indonesia telah


berasal dari 4.323 rumah tangga, 18 % mengeluarkan peraturan tentang pelayanan
daerah perkotaan dan 82 % dari daerah khusus bagi anak-anak disabilitas melalui
pedesaaan Oleh National Institute of sekolah inklusi atau sekolah luar biasa
Health Research and Development - yang diperuntukkan pada anak-anak yang
Depkes RI dibantu oleh WHO pada tahun berkebutuhan khusus yaitu Sekolah Luar
1976-1978. Perkiraan penduduk indonesia Biasa (SLB). Pernyataan tersebut mengacu
saat itu berjumlah sebanyak 114.8 juta pada pasal 15 UU No.20 tahun 2003
jiwa (WHO, 1980; Kartari, 1991). Kartari tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan
menemukan prevalensi impairment Nasional). Selain itu, menurut pasal 32
fungsional sebesar 15.5% dan disabilitas2 ayat (1) UU No. 20 tahun 2003, dijelaskan
sebesar 14.1% (Kartari, 1991) didalam bahwa definisi pendidikan khusus adalah
surveymya . Disabilitas paling umum yang pendidikan yang ditujukan pada peserta
ditemukan adalah sebagai berikut. didik yang memiliki keterbatasan dalam
mengikuti proses pembelajaran
Jenis disabilitas L (%) P (%) dikarenakan adanya gangguan fisik,
emosinal, mental, sosial, atau memiliki
Jenis Disabilitas L% P% potensial kecerdasan, dan bakat istimewa.
Tidak mampu melakukan 9,3 5,2 Terlansir oleh Kementerian Pemberdayaan
aktivitas sosial Perempuan dan Perlindungan Anak
Tidak mampu melakukan 6,4 8,1 melalui Deputi Perlindungan Anak
pekerjaan rumah tangga Berkebutuhan Khusus bahwa terdapat
Tidak mampu melakukan 3,8 1,9 terdapat 2.200 Sekolah Luar Biasa (SLB)
aktivitas pekerjaan dengan sekolah negeri hanya ada 250 dan
Tidak mampu melakukan 2,7 2,1 1.950 diantaranya SLB swasta pada tahun
2019. Sementara menurut data SUSENAS,

108
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

terdapat 500 ribu siswa berkebutuhan Sementara itu, APS terendah terjadi pada
khusus yang mengeyam pendidikan. kelompok umur 19-24 tahun, yaitu 12,96%
Terjadi jumlah yang tidak seimbang pada untuk penyandang disabilitas dan 24,53%
anak berkebutuhan khusus yang tidak untuk penyandang bukan disabilitas (BPS,
bersekolah dengan persentase yang lebih 2018).
tinggi dibanding yang sekolah. Kenyataan
ini menandakan bahwa terdapat anak-anak Persentase Penduduk Usia 5
berkebutuhan khusus yang belum
Tahun Ke Atas Menurut
Partisipasi Sekolah 2018
menerima haknya dengan layak yakni
mendapatkan pendidikan 80
70
60
Ketimpangan partisipasi sekolah
50
antara penyandang disabilitas dan yang 40
30
bukan disabilitas masih terjadi pada tahun 20
10
2018. Berdasarkan Statistik Pendidikan
0
2018, persentase penduduk penyandang Tidak/Belum Masih Tidak
pernah Bersekolah Bersekolah
disabilitas yang sekolah hanya 5,48% pada Bersekolah

kisaran usia 5 tahun ke atas. Persentase non disabilitas disabilitas

tersebut jauh dari penduduk yang bukan


Sejatinya, dengan adanya
penyandang disabilitas, yaitu mencapai
pembentukan sekolah luar biasa bertujuan
25,83%. Penyandang disabilitas yang
untuk memberikan pelayanan khusus yang
belum atau tidak pernah bersekolah sama
lebih baik bagi anak berkebutuhan khusus
sekali mencapai 23,91%. Adapun
(Munandar, 1999). Sekolah Luar Biasa
penduduk yang bukan disabilitas dan
(SLB) merupakan lembaga pendidikan
belum sekolah pada usia 5 tahun ke atas
profesional yang memiliki tujuan untuk
berjumlah 6,17%. Sementara itu,
membentuk peserta didik dengan kelainan
penyandang disabilitas yang tidak
fisik atau mental untuk mampu
bersekolah lagi sebesar 70,62%.Semakin
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
tinggi kelompok umur, semakin rendah
keterampilan sebagai pribadi maupun
pula angka partisipasi sekolah (APS). APS
anggota masyarakat dalam mengadakan
tertinggi terjadi pada kelompok usia
hubungan timbal balik dengan lingkungan
rentang 7-12 tahun, yaitu sebesar 91,12%
sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat
untuk penyandang disabilitas dan 99,29%
mengembangkan kemampuan dalam dunia
untuk bukan penyandang disabilitas.
109
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan Komunikasi dapat dijadikan


(Hamalik, 2003). sebagai elemen terapi. Hal ini berarti
komunikasi yang dilakukan oleh guru
Komunikasi Terapeutik dalam
memiliki tujuan terapi atau memberikan
keperawatan
efek penyembuhan bagi siswa. Dengan
Komunikasi telah menyatu dalam komunikasi, baik verbal maupun
kehidupan. Manusia sebagai makhluk nonverbal, guru dapat memberikan
sosial, akan selalu berkomunikasi satu kesembuhan bagi siswa. Kesadaran siswa
sama lain. Kehidupan akan menjadi lebih untuk berubah menjadi lebih baik dapat
interaktif dan dinamis jika diwarnai dipengaruhi oleh senyum guru, kesabaran,
dengan komunikasi. Komunikasi kelembutan, kata-kata yang tegas namun
merupakan kebutuhan dan hak dasar menyejukkan, dan kata-kata yang
semua manusia (American Speech- disampaikan dengan jelas. Kesadaran
Language-Hearing Association, 2014; siswa ini diperlukan dalam rangka
United Nations, 2008). Komunikasi dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
melibatkan sinyal konvensional atau
Salah satu aplikasi komunikasi
inkonvensional, mengambil bentuk
sebagai elemen terapi ialah perawatan
linguistik atau nonlinguistik, dan terjadi
pada pasien dengan masalah psikososial
melalui mode lisan atau lainnya.
atau gangguan jiwa. Satu-satunya alat
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
kerja yang efektif dalam membantu proses
interpersonal dengan fokus adanya saling
adaptasi pasien adalah komunikasi yang
pengertian antara perawat dengan pasien,
dilakukan perawat. Hal yang sama
atau dalam hal ini mengarah kepada guru
diterapkan dalam kasus siswa dengan
dengan siswa berkebutuhan khusus.
kelemahan mental dan psikologis. Dalam
Komunikasi ini menjelaskan kondisi
berkomunikasi yang terapeutik dengan
perawat dan pasien yang saling
siswa, guru memiliki peran penting agar
membutuhkan sehingga dapat
tujuan komunikasi/interaksi itu tercapai.
dikategorikan dalam komunikasi pribadi
Sikap yang harus ditunjukkan perawat
antara perawat dan pasien, di mana
dalam berkomunikasi terapeutik ada dua,
perawat bekerja membantu dan pasien
yakni secara fisik dan secara psikologis.
mampu menerima bantuan (Indrawati,
Kehadiran secara psikologis memiliki dua
2003).
dimensi, yakni dimensi respons dan

110
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

dimensi tindakan (Stuart dan Laraia, dengan menggunakan mesin pencari


1998). dengan menggunakan kata kunci
komunikasi terapeutik, disabilitas, dan
Teori komunikasi sangat sesuai
keberhasilan belajar. Selain itu, penulis
bila diterapkan dalam praktik keperawatan
juga mengumpulkan data – data terkait
(Stuart dan Sundeen, 1987, hal. 111),
tingkat disablitas di indonesia beserta
karena:
jenis-jenis disabilitas yang alami
a. Komunikasi menjadi cara membina
masyarakat indonesia yang dikeluarkan
hubungan yang terapeutik. Terjadinya
WHO, data yang dikeluarkan oleh BPS
pengungkapan informasi serta
mengenai perbandingan angka siswa
pertukaran perasaan dan hasil berpikir.
penyandang disabilitas dan non disabilitas
b. Tujuan komunikasi adalah
yang mengenyam pendidikan, menelusuri
mempengaruhi perilaku orang lain.
undang undang terkait mengenai
Hal ini berarti bahwa kesuksesan
peyandang disabilitas serta metode,
intervensi pada pasien bergantung
penerapan, dan pengaruh komunikasi
pada proses komunikasi yang terjadi
terapeutik terhadap siswa dengan
karena proses keperawatan bertujuan
berkebutuhan khusus.
untuk mengubah perilaku pasien agar
mencapai fase kesehatan optimal.
c. Komunikasi adalah berhubungan.
Hubungan perawat dengan klien yang HASIL DAN PEMBAHASAN

teraputik akan tercipta jika terjadinya Peran guru SLB terhadap


proses komunikasi. perkembangan siswa SLB

METODE Keberhasilan suatu pendidikan


Metode yang digunakan dalam membuat ditentukan oleh berbagai faktor,
artikel ini adalah penelusuran literatur – diantaranya guru, siswa, kurikulum, dan
literatur yang berkaitan dengan judul fasilitas. Pernyataan tersebut membuktikan
artikel review jurnal yang dibuat yaitu bahwa guru menjadi salahsatu fokus utama
“PENGARUH KOMUNIKASI dari seluruh struktur penunjang
TERAPEUTIK PADA KUALITAS pendidikan. Tanpa guru yang baik dan
PENDIDIKAN SISWA terapeutik, sistem pendidikan yang baik
BERKEBUTUHAN KHUSUS”. sekalipun akan dapat memperburuk
Penelusuran literatur yang berkaitan kondisi psikologis dan kognitif siswa.

111
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

Oleh karena itu guru SLB menjadi dimiliki sebagai guru profesional adalah
salahsatu komponen pendidikan yang mengelola interaksi belajar mengajar yang
secara langsung dapat mempengaruhi terdiri atas kemampuan memotivasi siswa
tingkat keberhasilan anak berkebutuhan untuk senantiasa belajar, mempelajari
khusus dalam mengampu pendidikannya macam-macam bentuk pertanyaan dan
(Hamalik, 2003). jawaban yang tepat, mengetahui
perkembangan psikologis belajar mengajar
Pemerintah telah mengupayakan
di sekolah (transfer, reinforcement,
peningkatan profesionalitas guru SLB
retention, dan sebagainya), responsif
sejak diberlakukannya PP RI No. 72
terhadap faktor-faktor positif dan negatif
Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar
dalam proses belajar, dan mengetahui cara
Biasa pasal 20 ayat (2) yang menjelaskan
berkomunikasi antar pribadi dengan
bahwa tenaga kependidikan pada satuan
pendekatan yang baik. Merujuk pada
pendidikan luar biasa harus memiliki
pernyataan tersebut sangat jelas bahwa
kualifikasi khusus sebagai guru sekolah
kemampuan guru dalam mengelola
luar biasa. Selain itu, pada pasal 26 ayat
interaksi belajar mengajar yang
(2) dijelaskan bahwa Guru memiliki tugas
salahsatunya dilakukan melalui
dan tanggungjawab untuk menilai
pendekatan komunikasi, sangat
kemajuan belajar siswa serta pelaksaan
berpengaruh terhadap perkembangan dan
program belajar dan kurikulum yang
keberhasilan belajar seorang siswa
dilaksanakan. Namun, tidak semua guru
berkebutuhan khusus.
paham akan perkembangan psikologi anak
berkebutuhan khusus dikarena tidak semua
guru memiliki latarbelakang seorang
Praktik Komunikasi Terapeutik pada
psikolog namun juga ada yang berbeda
siswa disabilitas
seperti sastra, olahraga, ekonomi, dan lain Komunikasi terapeutik bukan
sebagainya. Salahsatu yang sangat hanya sekedar bentuk dari komunikasi
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar interpersonal yang secara khusus ditujukan
siswa adalah cara pendekatan guru
untuk proses pemulihan atau terapi
terhadap siswa melalui sebuah proses tertentu. Tetapi pada dasarnya komunikasi
komunikasi. merupakan komunikasi profesional yang
mengarah pada tujuan untuk membina
Menurut Zainal Aqib (2002: 102-
hubungan yang terapeutik dengan tukar
110) kemampuan dasar yang harus

112
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan mengarahkan, melatih, menilai, dan


pengalaman dalam membina hubungan mengevaluasi peserta didik pada
intim terapeutik dalam lingkup yang pendidikan siswa usia dini jalur
terbatas. Dalam komunikasi terapeutik pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
terdapat tiga hal utama yang dibutuhkan pendidikan menengah.
seorang guru sebagai seorang pendidik Menurut Stuart & Sundeen (1998)
diantaranya: 1) Genuineness (keikhlasan), yang dikombinasikan dengan pendapat ahli
guru harus mampu menilai siswa mana lainnya, terdapat beberapa teknik
yang membutuhkan bantuan, dan saat komunikasi terapeutik. Teknik ini dapat
melakukannya diharapkan guru dapat diterapkan oleh guru pada siswa sebagai
menyadari tentang nilai, sikap, dan upaya penyembuhan mental dan psikologis
perasaan yang dimiliki terhadap keadaan siswa diantaranya mendengarkan dengan
siswa; 2) Empathy (empati), adalah penuh perhatian (listening), menunjukkan
perasaan “pemahaman” dan “penerimaan” penerimaan (accepting), mengulang
guru pada kondisi yang sedang dilalui dan (restating/repeating), memberi informasi
dirasakan oleh siswa, selain itu juga (informing), memberikan penghargaan
dibutuhkannya kemampuan guru dalam (reward), menawarkan diri, dan memberi
merasakan ”dunia pribadi siswa” ; dan 3) kesempatan kepada klien untuk memulai
Warmth (kehangatan), guru harus dapat pembicaraan.
menunjukan penerimaannya terhadap
Mendengarkan dengan penuh perhatian
siswa dengan memberikan dorongan untuk
Adalah upaya untuk mengerti
mengekspresikan apa yang dirasakan
seluruh pesan yang dikomunikasikan siswa
dalam bentuk perbuatan tanpa adanya rasa
baik verbal maupun nonverbal. Saat siswa
takut bersalah.
sedang menunjukan reaksi komunikasi
Prinsip – prinsip komunikasi
atau menceritakan suatu hal yang sedang
terapeutik tersebut sejalan dengan tugas
dialaminya maka guru dapat bersikap
yang diemban oleh seorang tenaga
dengan memandang siswa, dan
pendidik. Sebagaimana dijelaskan pada
mempertahankan tatap mata yang
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
bermaksud keinginan untuk mendengar.
tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1
Dengan demikian, siswa akan merasa
bahwa guru adalah pendidik profesional
adanya perhatian dan kasih sayang dari
yang memiliki tugas utama dalam hal
seorang guru. Ini dapat menjadi salahsatu
mendidik, mengajar, membimbing,

113
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

langkah kuratif menyembuhkan mental penting melalui bahasa yang dimengerti


illeness atau kelemahan mental pada siswa. oleh siswa. Apabila ada informasi yang
tidak dimengerti oleh siswa, maka
Menunjukkan penerimaan (accepting)
perlunya guru menjelaskan kembali
Menerima bukan berarti menyetujui.
dengan bahasa paling sederhana yang
Menerima yang dimaksud adalah bersedia
dimengerti siswa.
untuk mendengarkan orang lain, tanpa
menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Memberikan penghargaan (reward)
Guru sebaiknya menghindarkan ekspresi Penghargaan dapat menjadi stimulus
wajah dan gerakan tubuh dengan respon siswa untuk senantiasa semangat dalam
berlebih yang menunjukkan tidak setuju, menjalankan proses belajar mengajar. Dan
seperti mengerutkan kening atau penghargaan merupakan cara sederhana
menggelengkan kepala seakan tidak guru untuk mengemas pembelajaran
percaya, memberikan umpan balik verbal menjadi lebih menarik, dan siswa akan
yang menampakkan pengertian, merasa dihargai akan adanya apresiasi
menghindari untuk mengubah pikiran tersebut. Sehingga inipun dapat menjadi
mereka, dan dapat juga menunjukan langkah kecil menyembuhkan penyakit
bahasa tubuh dengan mengangguk atau psikologis siswa.
berkata “ya” seakan guru tahu apa yang
Menawarkan diri
siswa inginkan.
Tidak semua siswa siap untuk
Mengulang (restating/repeating) berkomunikasi secara verbal dengan orang
Yang di maksud mengulang adalah teknik lain atau tidak mampu untuk membuat
mengulang kembali ucapan siswa dengan dirinya dimengerti. Maka dibutuhkannya
bahasa guru yang lebih akrab. Teknik ini peran seorang guru untuk menawarkan
dapat memberikan makna bahwa guru kehadirannya dan rasa tertarik untuk
memberikan respon baik sehingga siswa membersamai siswa tersebut. Dan teknik
mengetahui bahwa pesannya dimengerti komunikasi ini harus dilakukan tanpa
dan mengharapkan komunikasi berlanjut. pamrih.

Memberi informasi (informing) Memberi kesempatan kepada siswa


Menyampaikan informasi untuk memulai pembicaraan
merupakan teknik yang digunakan dengan Untuk melatih sikap keterbukaan siswa
tujuan untuk menyampaikan informasi salahsatunya dengan memberi kesempatan

114
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

pada siswa untuk berinisiatif dalam rencana pembelajaran yang telah dibuat.
memilih topik pembicaraan. Guru dapat Guru diharapkan mampu mengatasi
berperan dalam menstimulasi siswa untuk kecemasan serta meningkatkan
mengambil inisiatif dalam membuka kemandirian dan tanggungjawab terhadap
pembicaraan. diri sendiri.
Adapun langkah-langkah pendekatan Terminasi
komunikasi terapeutik dilakukan dalam Terminasi merupakan fase utama
empat fase:
dalam hubungan terapeutik. Rasa percaya
Prainteraksi
dan hubungan intim yang terapeutik telah
Langkah pertama sebelum
terbina dan berada pada taraf optimal.
melakukan kontak pertama dengan siswa
Kedua pihak, baik guru maupun siswa,
adalah guru harus dapat mendalami
akan merasa kehilangan. Tahap ini biasa
perasaan dirinya sendiri secara baik,
terjadi saat guru mengakhiri tugasnya.
fantasi, kecemasan, maupun ketakutan diri
Dalam membina interaksi yang terapeutik
sendiri sebagai komunikator dan terapis
dengan siswa, guru perlu mengenal proses
dalam menghadapi siswa, sehingga ia
komunikasi dan keterampilan
mampu mempertanggungjawabkan
berkomunikasi agar mampu membantu
kesiapan untuk melakukan interaksi
siswa memecahkan masalahnya.
dengan siswa.
Pemberian bimbingan dilakukan dengan
Perkenalan/orientasi
cara pendekatan psikologis siswa, yaitu
Pada tahap ini, guru sebagai
menumbuhkan keberanian siswa belajar
komunikator mulai melakukan kontak
tanpa rasa takut dan malas sehingga siswa
dengan siswa yang dimulai dari perkenalan
merasa senang dalam belajar. Hal tersebut
dengan hangat. Hal ini berarti bahwa guru
merupakan salah satu bentuk pendekatan
telah siap untuk memberikan pelayanan
terapeutik, yang diterapkan dalam bentuk:
pembelajaran pada siswa. Dengan
a) Menunjukkan perilaku ramah dan
memperkenalkan dirinya, guru telah
empati pada siswa.
bersikap terbuka pada siswa dan
b) Memberikan bimbingan serta
diharapkan dapat mendorong siswa untuk
tuntunan dengan sabar dan penuh
membuka dirinya.
keikhlassan.
Fase kerja
c) Memberikan motivasi dan dorongan
Tahap ini dimerupakan tahap lanjutan
dengan penuh kehangatan agar siswa
orientas yang betujuan mewujudkan
berani dan bersemangat dalam

115
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

menerima pelajaran tanpa terbebani dengan proses dan tahapan-tahapan yang


rasa takut. telah disesuaikan.
d) Memberikan semangat agar tidak
DAFTAR PUSTAKA
malas dalam berpikir.
Badan Pusat Statistik (BPS) (2018).
Pembahasan berisi ringkasan hasil
Persentase Penduduk Usia 5 Tahun
penelitiannya, keterkaitan dengan konsep Ke Atas Menurut Partisipasi
atau teori dan hasil penelitian lain yang Sekolah tahun 2018.

relevan, interpretasi temuan, keterbatasan Aqib, Z. (2002). Profesionalisme Guru


dalam Pembelajaran. Surabaya:
penelitian, serta implikasinya terhadap
Insan Cendikia.
perkembangan konsep atau keilmuan.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Bumi
KESIMPULAN
Aksara.
Pendidikan merupakan hal utama
Peraturan Pemerintah Indonesia. NOMOR
dalam pemenuhan kebutuhan manusia. 72 TAHUN 1991 Tentang
Setiap orang perlu mengakutualisasikan Pendidikan Luar Biasa.

dirinya melalui pemenuhan hak nya dalam Kartari, D. (1979). Disability Study. A
preliminary report. National
mengampu pendidikan. Pendidikan
Institute of Health and
berkualitas tidak hanya ditentukan oleh Development. Departemen
siswa, namun juga guru sebagai tenaga Kesehatan RI.

pengajar yang akan senantiasa Kartari, D. (1991). A Study on Disability


in Indonesia. Cermin Dunia
mendampingi siswanya. Termasuk siswa
Kedokteran, 51-56.
dengan kebutuhan khusus yang berada
Markus, S. (2005). Indonesia Country
dalam lingkung pendidikan Sekolah Luar Report. UN-ESCAP Workshop on
Biasa. Dengan berbagai kelebihan dan Regional Follow-up to the Fifth
Session and Preparation Session of
kekurangan yang dimiliki, siswa dengan
the Ad Hoc Committee on an
berkebutuhan khusus diharapkan mampu International Convention on the
mencapai level maksimum dalam Protection and Promotion of the
Rights and Dignity of Persons with
pencapaian hasil belajarnya. Oleh Disabilities. Bangkok.
karenanya, dibutuhkan suatu metode Organization, I. L. (2015). International
pengajaran yang tepat guna meningkatkan Labour Organization.
hasil belajar siswa disabilitas dengan SC Hopf, S. M. (2015). Services for
menerapkan komunikasi terapeutik dalam people with communication
disability in Fiji: barriers and
setiap kegiatan belajar mengajar sesuai

116
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

drivers of change. Rural and


Remote Health, 15: 2863.
Stuard, G. d. (1998). Principle and
Practice of Psychiatric Nursing.
Edisi ke enam. St. Louis: Mosby.

117
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

118

Anda mungkin juga menyukai