Anda di halaman 1dari 4

A.

Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi merupakan proses yang kompleks dan bervariasi. Proses
dimana seseorang dapat mempelajari cara-cara dari lingkungan sosial sehingga
orang tersebut dapat berfungsi di dalamnya. Hal ini menunjukkan proses interaksi
sosial dalam sosialisasi. Dalam proses sosialisasi terdapat interaksi sosial antara
seseorang dengan seseorang ataupun seseorang dengan kelompok (Hurlock, 2006).
Proses sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar seseorang anggota
masyarakat untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai
masyarakat tempat seorang menjadi anggota sehingga terjadi pembentukan sikap
untuk berperilaku sesuai deng an tuntutan atau perilaku masyarakat (Nasution,
2008).
Perkembangan sosial merupakan bagian dari berbagai perkembangan lainnya
seperti: perkembangan fisik, motorik, emosi, dan penyesuaian sosial. Menurut
(Hurlock, 2006) perkembangan sosial merupakan suatu proses sosialisasi untuk
memperoleh kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial atau
menjadi orang yang mampu bermasyarakat.
Proses sosialisasi adalah belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial,
memainkan peranan sosial yang dapat diterima dan perkembangan sikap sosial.
Belajar berperilaku yang diterima secara sosial mempunyai pengertian bahwa setiap
kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggota mengenai perilaku yang
diterima, walaupun harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat
diterima atau berlaku umum. Memainkan peran sosial yang dapat diterima bahwa
setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan
saksama oleh anggota dan menuntut untuk dipatuhi. Perkembangan sikap sosial
adalah kemampuan untuk bermasyarakat atau bergaul dengan baik dan diterima
sebagai anggota dimana mereka menggabungkan diri (Elly, dkk 2005).
Menurut (Lutfi, 2011) bentuk umum proses-proses sosialisasi adalah interaksi
social (yang dapat juga dinamakan proses sosial), oleh karena itu interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya sosialisasi. Bentuk lain dari proses-proses sosial
hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari sosialisasi. Apabila dua orang bertemu,
interaksi dimulai : pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling
berkomunikasi, saling memberikan perhatian atau bahkan berkelahi. Aktivitas-
aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari sosialisasi. Hubungan interaksi
sosial yang terjalin antara lansia dengan anggota keluarga, yaitu :
1. Baik : saling bertegur sapa, berkomunikasi, dan saling memberikan perhatian
apabila bertemu dengan anggota keluarga.
2. Sedang : menegur jika ditegur
3. Buruk : tidak ada interaksi sosial yang dilakukan bila bertemu anggota keluarga.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi


Menurut (Hurlock, 2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sosialisasi, yaitu:
1. Faktor keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia
dimana seseorang belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial di dalam
hubungan interaksi dengan kelompoknya. Apabila interaksi sosial didalam
keluarga tidak lancar, maka besar kemungkinannya bahwa interaksi sosialnya di
masyarakat juga berlangsung dengan tidak lancar. Keluarga sangat berperan
sebagai tempat manusia berkembang sebagai manusia sosial, terdapat pula
peranan-peranan tertentu di dalam keluarga yang dapat mempengaruhi
perkembangan individu sebagai makhluk sosial.
2. Pengaruh teman
Bersama teman sebaya seseorang belajar bergaul dengan sesamanya. Partisipasi
dalam pergaulan dengan teman sebaya memberikan kesempatan yang besar bagi
diri sendiri. Melalui pergaulan dengan teman sebaya seseorang mampu
mempelajari peranan sosial di dalam masyarakat. Selain itu kelompok sosial
berperan penting dalam mengembangkan sikap sosialbilita atau
mengembangkan tingkah laku manusia.
3. Penerimaan diri
Hal ini mendasari tingkah laku yang mengarah pada penyesuaian yang baik.
Orang yang bisa menerima dirinya akan bisa menerima orang lain, berminat
terhadap mereka, dan memiliki rasa empati bersikap toleran terhadap
kelemahan- kelamahan orang lain dan bersedia membantu mereka, karena
dengan demikian kesempatan untuk diterima oleh lingkungan sosialnya akan
meningkat.
4. Lingkungan
Dapat dikatakan bahwa lingkungan di masyarakat dimana individu tersebut
tinggal dapat mempengaruhi tindakan atau perilakunya, sehingga ketika individu
tersebut memasuki lingkungan yang baru harus mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sosialnya yang baru tersebut, karena jika tidak maka
individu tersebut tidak akan dapat diterima di lingkungan tersebut.

C. Aspek Sosialisasi
Perkembangan aspek sosialisasi adalah kemampuan untuk berinterkasi dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada awalnya seseorang hanya mengenal
orang- orang yang paling dekat dengan dirinya, kemudian tinggal serumah. Semakin
bertambah usia maka akan semakin luas pergaulan yang telah dikembangkan.
Seseorang sangat perlu berinteraksi sosial dengan teman sebaya, lingkungan, perlu
diajar mengenai aturan- aturan, serta sopan santun. Perkembangan aspek sosialisasi
akan optimal bila interkasi sosial dilakukan sesuai dengan kebutuhan seseorang pada
berbagai thapa perkembangannya (Lutfi, 2011).
Stuart dan Laraia (2008) juga mengemukakan bahwa masalah kesehatan mental
pada lansia tergantung pada faktor fisiologis dan status psikologis, kepribadian,
dukungan sistem sosial, sumber ekonomi dan gaya hidup. Pada masa lansia,
individu dituntut untuk dapat bersosialisasi kembali dengan kelompok, lingkungan
dan generasi ke generasi. Sosialisasi lansia meningkatkan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam kelompok sosialnya (Atchley & Barusch, 2004 dalam Anny
dkk, 2012).
Aspek personal sosial berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kematangan sosial merupakan suatu
evolusi perkembangan perilaku, dimana nantinya seseorang dapat mengekspresikan
pengalamannya secara utuh dan belajar secara bertahap untuk meningkatkan
kemampuannya menjadi mandiri, bekerjasama dengan orang lain dan bertanggung
jawab terhadap kelompoknya. Kemampuan perkembangan sosial yang normal
ditunjukkan dengan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi. Kesempatan
untuk bersosialisasi dengan lingkungan akan memberikan pengaruh yang
menguntungkan, karena melalui sosialisasi seseorang akan memeperoleh banyak
stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosialnya (Lutfi, 2011). Ada
tiga aspek sosialisasi menurut (Ridwan, dkk, 2005) yaitu :
1. Aspek hubungan antar pribadi
Aspek ini mengungkap bagaimana cara yang dilakukan individu untuk
membangun dan menjalin hubungan dengan sesama, misalkan perilaku
seseorang ketika bertemu dengan temannya, bagaimana memulai percakapan
dengan orang lain.
2. Aspek pengisian waktu luang
Aspek ini mengungkapkan kegiatan yang dilakukan pada saat seseorang sedang
ada waktu luang atau tidak ada kesibukan, berbincang-binacang dengan orang
lain, malu, atau menyendiri.
3. Aspek ketrampilan dalam menghadapi situasi
Aspek ini menunjukkan seseorang akan rasa tanggung jawab dan kepekaan
terhadap orang lain serta bagaimana menghadapi situasi sosial, misalkan
seseorang meminta bantuan dan bagaiamana respon seseorang jika dalam
situasi yang menyenangkan.

Daftar Pustaka :

Hermawan, Kiki Septiana. 2017. Hubungan Sosialisasi, Kesepian dengan Depresi Pada
Lanjut Usia di Forum Kesehatan Deasa Karamgtengah Kecamatan Baturraden.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Web :
http://repository.ump.ac.id/4167/1/Kiki%20Septiana%20Hermawan
%20COVER.pdf (diakses tanggal 16 Oktober 2020 jam 15.59)

Anda mungkin juga menyukai