Anda di halaman 1dari 8

Bab 1: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Interaksi sosial adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok lainnya. Interaksi
sosial dilakukan dalam berbagai situasi, baik dalam kelompok kecil seperti
keluarga dan teman, maupun dalam kelompok yang lebih besar seperti masyarakat
dan organisasi.

Dalam proses interaksi sosial, setiap individu memiliki pengalaman subjektif yang
berbeda-beda. Pengalaman subjektif adalah pengalaman yang dialami oleh
individu secara pribadi, yang dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman
sebelumnya, dan persepsi individu terhadap situasi yang dihadapi.

Pentingnya pengalaman subjektif dalam interaksi sosial membuatnya menjadi


topik yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Dalam konteks ini, makalah dengan
judul "Pengalaman Subjektif dalam Interaksi Sosial" akan membahas secara lebih
mendalam tentang konsep pengalaman subjektif dalam interaksi sosial, serta
pentingnya memahami dan menghargai pengalaman subjektif individu dalam
proses interaksi sosial.

Makalah ini akan membahas konsep dasar pengalaman subjektif dan interaksi
sosial, memperkenalkan beberapa teori terkait pengalaman subjektif dalam
interaksi sosial, serta menguraikan pentingnya memahami dan menghargai
pengalaman subjektif individu dalam proses interaksi sosial. Selain itu, makalah
ini juga akan mengambil contoh kasus nyata untuk memberikan gambaran yang
lebih konkret tentang bagaimana pengalaman subjektif dapat mempengaruhi
interaksi sosial.

Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat memperluas pengetahuan dan


pemahaman tentang pengalaman subjektif dalam interaksi sosial, sehingga mampu
meningkatkan kualitas interaksi sosial yang dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
Apa pengertian dari pengalaman subjektif dalam interaksi sosial?
Bagaimana cara individu merasakan pengalaman subjektif dalam interaksi sosial?
Bagaimana pengalaman subjektif dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial
dan kesejahteraan individu?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

Menjelaskan pengertian dari pengalaman subjektif dalam interaksi sosial.


Menjelaskan cara individu merasakan pengalaman subjektif dalam interaksi
sosial.
Menjelaskan bagaimana pengalaman subjektif dapat mempengaruhi kualitas
interaksi sosial dan kesejahteraan individu.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

Memberikan pemahaman tentang pengalaman subjektif dalam interaksi sosial.


Membantu individu untuk mengelola emosi selama proses interaksi sosial.
Meningkatkan kualitas interaksi sosial dan kesejahteraan individu.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab satu berisi pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
dan sistematika penulisan. Bab dua berisi tinjauan pustaka yang membahas
tentang konsep pengalaman subjektif dan interaksi sosial. Bab tiga berisi
pembahasan tentang cara individu merasakan pengalaman subjektif dalam
interaksi sosial dan bagaimana pengalaman subjektif mempengaruhi kualitas
interaksi sosial dan kesejahteraan individu. Bab tiga juga berisi kesimpulan dan
saran yang dapat diambil dari hasil pembahasan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. 2.1 Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah proses saling bertukar informasi, perasaan, dan perilaku
antara individu atau kelompok yang terjadi dalam konteks sosial tertentu (Griffin,
2015). Interaksi sosial melibatkan dua atau lebih orang yang berinteraksi dan
memiliki tujuan yang sama dalam konteks sosial yang sama. Interaksi sosial dapat
terjadi dalam berbagai konteks, seperti di rumah, di tempat kerja, di tempat
umum, di sekolah, di tempat ibadah, dan sebagainya

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, di antaranya adalah:

1. Identitas sosial: Identitas sosial mencakup atribut yang diberikan oleh


masyarakat kepada individu atau kelompok, seperti jenis kelamin, usia,
ras, agama, dan sebagainya. Identitas sosial dapat mempengaruhi interaksi
sosial karena dapat memengaruhi persepsi orang terhadap orang lain.

2. Kepentingan bersama: Kepentingan bersama dapat mempengaruhi


interaksi sosial karena membantu individu atau kelompok untuk bekerja
sama mencapai tujuan yang sama. Kepentingan bersama juga dapat
memperkuat hubungan antara individu atau kelompok.

3. Norma dan nilai sosial: Norma dan nilai sosial mempengaruhi interaksi
sosial karena memberikan panduan tentang perilaku yang diterima dalam
masyarakat. Jika individu atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai
sosial, mereka mungkin dianggap tidak pantas atau dikecam oleh
masyarakat.

4. Komunikasi: Komunikasi memainkan peran penting dalam interaksi sosial


karena memungkinkan individu atau kelompok untuk bertukar informasi,
gagasan, atau perilaku. Komunikasi yang efektif dapat memperkuat
hubungan antara individu atau kelompok.

5. Kekuasaan: Kekuasaan dapat mempengaruhi interaksi sosial karena


memengaruhi hubungan antara individu atau kelompok. Individu atau
kelompok yang memiliki kekuasaan yang lebih besar mungkin dapat
mempengaruhi perilaku atau tindakan individu atau kelompok yang lebih
lemah.
Interaksi sosial sangat penting dalam kehidupan manusia karena memungkinkan
kita untuk membangun hubungan, memahami satu sama lain, dan mencapai tujuan
bersama.

2.2 Pengalaman Subjektif dalam Interaksi Sosial


Pengalaman subjektif dalam interaksi sosial mengacu pada persepsi, perasaan, dan
pemikiran individu yang terjadi selama interaksi sosial. Pengalaman subjektif
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pengalaman masa lalu, nilai-nilai,
keyakinan, dan budaya individu. Pengalaman subjektif juga dapat dipengaruhi
oleh faktor eksternal seperti lingkungan sosial, konteks interaksi, dan kualitas
interaksi sosial. Persepsi individu terhadap interaksi sosial dapat sangat berbeda-
beda. Beberapa orang mungkin merasa nyaman dan menikmati interaksi sosial,
sementara yang lain mungkin merasa cemas dan tidak nyaman dalam situasi yang
sama. Persepsi individu terhadap interaksi sosial dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti latar belakang budaya, pengalaman sebelumnya, kondisi fisik dan
emosional, serta faktor personal seperti kepercayaan diri
Beberapa individu mungkin memiliki persepsi positif terhadap interaksi sosial
karena mereka merasa terhubung dengan orang lain dan merasa diterima. Mereka
mungkin merasa senang karena dapat memperoleh dukungan sosial dan teman
yang baru. Sebaliknya, beberapa individu mungkin memiliki persepsi negatif
terhadap interaksi sosial karena mereka merasa tidak aman dan tidak nyaman.
Mereka mungkin merasa cemas atau takut karena pernah mengalami pengalaman
buruk dalam interaksi sosial sebelumnya.
Pengalaman subjektif dalam interaksi sosial adalah pengalaman pribadi seseorang
dalam berinteraksi dengan orang lain. Pengalaman ini sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti latar belakang, nilai-nilai, persepsi, dan pengalaman
sebelumnya.

Pengalaman subjektif dapat bervariasi dari satu orang ke orang lainnya,


tergantung pada banyak faktor. Beberapa orang mungkin merasa nyaman dan
terlibat dalam interaksi sosial, sedangkan yang lain mungkin merasa canggung
atau tidak nyaman. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pengalaman subjektif dalam interaksi sosial:
Latar belakang: Latar belakang seseorang, seperti agama, etnis, dan budaya, dapat
memengaruhi pengalaman subjektif mereka dalam interaksi sosial. Misalnya,
orang yang berasal dari budaya yang lebih individualis mungkin merasa tidak
nyaman dalam situasi kelompok yang besar atau di mana tindakan individu
ditekan oleh kelompok.

Nilai-nilai: Nilai-nilai seseorang, seperti kejujuran, kesopanan, atau kerendahan


hati, dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Nilai-nilai
ini juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang merespons perilaku orang lain.

Persepsi: Persepsi seseorang tentang diri mereka sendiri dan orang lain juga dapat
memengaruhi pengalaman subjektif mereka dalam interaksi sosial. Misalnya,
seseorang yang merasa tidak aman atau tidak percaya diri mungkin merasa tidak
nyaman dalam situasi sosial yang membutuhkan interaksi dekat dengan orang
lain.

Pengalaman sebelumnya: Pengalaman masa lalu seseorang dalam interaksi sosial


juga dapat memengaruhi pengalaman subjektif mereka saat ini. Misalnya,
seseorang yang pernah mengalami pelecehan atau pengabaian dalam interaksi
sosial mungkin merasa cemas atau waspada dalam situasi sosial yang serupa di
masa depan.

Pengalaman subjektif dalam interaksi sosial dapat sangat panjang dan kompleks,
tergantung pada situasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penting bagi
seseorang untuk memahami pengalaman subjektif mereka dalam interaksi sosial
dan mencari cara untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka jika diperlukan.

2.3 Penilaian Individu terhadap Interaksi Sosial

Selain persepsi, penilaian individu terhadap interaksi sosial juga dapat bervariasi.
Penilaian individu terhadap interaksi sosial mencakup pemikiran dan perasaan
individu tentang apakah interaksi tersebut bermanfaat atau tidak. Beberapa orang
mungkin menilai interaksi sosial sebagai sesuatu yang positif karena mereka
merasa terhubung dengan orang lain dan memperoleh dukungan sosial. Sementara
yang lain mungkin menilai interaksi sosial sebagai sesuatu yang negatif karena
mereka merasa tidak nyaman atau tidak dihargai.

Penilaian individu terhadap interaksi sosial dapat dipengaruhi oleh berbagai


faktor, seperti hasil interaksi sebelumnya, tujuan interaksi, dan situasi saat ini.
Misalnya, jika seseorang mengalami interaksi sosial yang menyenangkan
sebelumnya, maka mereka mungkin lebih cenderung menilai interaksi sosial saat
ini sebagai sesuatu yang positif. Begitu juga, jika tujuan dari interaksi sosial
adalah untuk mencari dukungan sosial atau teman baru, maka individu akan lebih
cenderung menilai interaksi sosial sebagai positif jika tujuan tersebut tercapai.

B. 2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Subjektif dalam


Interaksi Sosial
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman subjektif individu dalam
interaksi sosial. Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi pengalaman
subjektif individu dalam interaksi sosial termasuk:

2.4.1 Pengalaman Masa Lalu


Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi bagaimana individu memandang
interaksi sosial. Pengalaman masa lalu dapat mencakup pengalaman positif
dan negatif dalam hubungan sosial individu. Jika individu memiliki
pengalaman positif dalam interaksi sosial masa lalu, mereka mungkin
memiliki persepsi yang lebih positif tentang interaksi sosial di masa depan.

2.4.2 Nilai dan Keyakinan


Nilai dan keyakinan individu dapat mempengaruhi pengalaman subjektif
mereka dalam interaksi sosial. Nilai dan keyakinan dapat mencakup agama,
politik, dan budaya. Misalnya, individu yang memiliki keyakinan agama yang
kuat mungkin mengalami perasaan yang berbeda selama interaksi sosial yang
melibatkan topik-topik agama.

2.4.3 Konteks Interaksi Sosial


Konteks interaksi sosial dapat mempengaruhi pengalaman subjektif
individu selama interaksi sosial. Misalnya, interaksi sosial di tempat kerja
dapat memiliki konteks yang berbeda dari interaksi sosial di tempat ibadah
atau di tempat umum. Hal ini dapat mempengaruhi perasaan dan
pemikiran individu selama interaksi sosial.

c. Pengalaman subjektif dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial dan


kesejahteraan individu dengan berbagai cara.

Pertama, pengalaman subjektif dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap


orang lain dan lingkungannya. Orang yang memiliki pengalaman subjektif yang
positif dapat lebih mudah bersosialisasi dengan orang lain dan mengembangkan
hubungan yang baik dengan mereka. Sebaliknya, orang yang memiliki
pengalaman subjektif yang negatif mungkin cenderung lebih skeptis atau sulit
dipercaya terhadap orang lain dan sulit menjalin hubungan yang erat.

Kedua, pengalaman subjektif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk


mengatasi tekanan dan stres sosial. Orang yang memiliki pengalaman subjektif
yang positif mungkin lebih mampu mengatasi stres sosial dan menghadapi
tantangan dalam interaksi sosial. Sebaliknya, orang yang memiliki pengalaman
subjektif yang negatif mungkin lebih rentan terhadap stres sosial dan kesulitan
dalam mengatasi masalah sosial.

Ketiga, pengalaman subjektif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis


seseorang. Orang yang memiliki pengalaman subjektif yang positif mungkin
merasa lebih bahagia, puas, dan percaya diri dalam interaksi sosial, sementara
orang yang memiliki pengalaman subjektif yang negatif mungkin lebih menderita
dari gangguan kecemasan, depresi, atau kesepian.

Dalam kesimpulan, pengalaman subjektif dapat mempengaruhi kualitas interaksi


sosial dan kesejahteraan individu dengan cara yang kompleks dan beragam,
tergantung pada bagaimana pengalaman subjektif itu diinterpretasikan dan
diproses oleh individu. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan
pengalaman subjektif individu dan membantu mereka mengatasi pengalaman
negatif dan memperkuat pengalaman positif.
Daftar pustaka
Griffin, E. A. (2015). A first look at communication theory (9th ed.). New York:
McGraw-Hill Education.
Scherer, K. R. (2005). What are emotions? And how can they be measured?
Social Science Information, 44(4), 695-729.

Shaver, P. R., & Mikulincer, M. (2002). Attachment-related psychodynamics.


Attachment and human development, 4(2), 133-161.

Wong, L. C., & Wong, P. T. (2006). Handbook of multicultural perspectives on


stress and coping. Springer Science & Business Media.

Anda mungkin juga menyukai