Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Persepsi Sosial, Proses, dan Faktor Persepsi Sosial - Persepsi sosial merupakan proses yang

digunakan untuk mengetahui dan memahami orang lain. Pengetahuan akurat tentang orang lain akan
sangat berguna untuk mengatur hubungan saling interaksi. Dalam hubungan social, persepsi social dapat
dijadikan sebagai kerangka berpikir untuk mempermudah dan mengatur hubungan seseorang dengan
orang lain. Selain bermanfaat, persepsi social terkadanga dapat juga menimbulkan masalah berkenaan
dengan kesalahan persepsi. Kesalahan persepsi itu terutama karena terlalu sempitnya sudut tinjauan
individu dalam mencoba memahami dan menilai orang lain.

Persepsi sosial dalam arti mengenali dan mengerti orang lain, merupakan aktivitas yang sangat kompleks
karena orang lain juga merupakan sesuatu yang kompleks. Tidak mudah mengenali orang lain karena
selain karakteristik yang dimiliki setiap orang sangat banyak, orang juga tidak selalu menampilkan diri
apa adanya dan bisa jadi menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Namun, meskipun
persepsi sosial merupakan tugas yang sangat kompleks kegiatan ini merupakan hal yang perlu dan harus
kita lakukan karena peran orang lain sangat penting dalam hidup kita. Di mana pun kita berada, kita
selalu berada bersama orang lain. Dunia manusia adalah dunia bersama dan unutk hidup di situ kita
harus juga berhubungan erat serta mengerti orang lain.

Persepsi sosial juga berhubungan erat dengan kesehatan mental. Kesehatan mental salah satunya
ditandai oleh fungsi sosial dari individu. Fungsi sosial mensyarakatkan kemampuan untuk mengenali
keadaan emosional diri sendiri dan orang lain, sehingga diperlukan juga kemampuan menganalisis
ekspresi wajah. Sangat rendahnya kemampuan mengenali keadaan emosi melalui ekspresi wajah
merupakan karakteristik utama pada penderita skizofrenia (Baudouin & Nicolas Franck, 2008). Defisit
kemampuan kita itu tampak ketika perasaan dikomunikasikan baik Damelalui ekspresi wajah maupun
melalui modalitas lainnya.

Pengertian, Proses, dan Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial_

image source: perception.com

Pengertian Persepsi Sosial

Persepsi sosial adalah proses (aktif) untuk memahami orang lain, di mana mereka sebelumnya sudah
memiliki dan mendapatkan skema-skema atau informasi tentang keadaan sosial yang terekam di dalam
memori, yang kemudian diolah atau dibayangkan kepada suatu objek. Proses ini juga bisa
mempengaruhi hasil jika ternyata nilai-nilai yang ada sebelumnya (skema-skema yang ada sebelumnya)
ternyata berbeda dengan keadaan realitas yang mereka temukan atau alami.

Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses pemerolehan, penafsiran, pemiliihan dan
pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran,
pemilihan dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih
dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang
lain.

Teori-teori dan penelitian sosial berurusan dengan kodrat, penyebab-penyebab dan konsekuensi dari
persepsi terhadap satuan-satuan sosial, seperti diri sendiri, individu lain, kategori-kategori sosial dan
kumpulan atau kelompok tentang seseorang tergabung atau kelompok lainnya. Persepsi sosial juga
merujuk pada bagaimana orang mengerti dan mengategorisasikan dunia. Seperti persepsi lainnya,
persepsi sosial merupakan sebuah konstruksi. Sebagai hasil konstruksi, pengetahuan dan pemahaman
yang diperoleh dari persepsi sosial tidak selalu sesuai dengan kenyataan.

Isi dari persepsi sosial bisa berupa apa saja. Atribut-atribut individual dapat mencakup kepribadian, sifat-
sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik, dan kemampuan menilai. Atribut-atribut kelompok dapat
mencakup property-properti seperti ukuran, kelekatan, sifat-sifat budaya, pola stratifikasi, pola-pola
jaringan, legitimasi, dan unsur-unsur sejarah. Akan tetapi, ruang lingkup persepsi sosial biasanya
ditekankan pada sisi mikro, terarah kepada penyimpulan individual berkaitan dengan karakteristiknya
sendiri atau karakteristik individu lain.

Lebih khusus lagi, dengan persepsi sosial kita berusaha :

Mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, dikehendaki dan didambakan orang lain

Membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik
tubuh, kata-kata dan tingkah laku mereka

Menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan
pembacaan terhadap orang tersebut.

Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Sosial


Robbin (1989 dalam Hanurawan, 2010) mengemukakan bahwa terdapat beberapa factor utama yang
memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi social. Faktor-faktor itu adalah :

Factor penerima ( the perceiver)

Tidak dapat disangkal bahwa pemahaman suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh
karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantaranya adalah konsep diri, nilai, sikap, pengalaman
masa lalu dan harapan-harapan yang terdapat dalam dirinya. Seseorang yang memiliki konsep diri tinggi
akan cenderung melihat orang lain dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistic. Orang yang
memegang nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi social yang berbeda dengan orang
yang memegang nilai dan sikap liberal. Pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga
menetukan pembentukan persepsi seseorang. Demikian pula harapan-harapan sering memberi
semacam kerangka dalam diri seseorang untuk melakukan penilaian orang lain.

Factor situasi (the situation)

Pengaruh factor situasi dalam proses persepsi social dapat dibagi menjadi tiga yaitu seleksi, kesamaan
dan organisasi. Secara alamiah sesorang akan lebih memusatkan perhatian pada obyek-obyek yang
dianggap lebih disukai daripada obyek-obyek yang tidak disukai. Hal ini sering disebut dengan seleksi
informasi tentang keberadaan suatu obyek baik fisik maupun social. Yang kedua, kesamaan. Kesamaan
adalah kecenderungan dalam proses persepsi sosila untuk mengklasifikasikan orang-orang ke dalam
suatu kategori yang kurang lebih sama. Pada konteks relasi social dengan orang lain seringkali individu
mengelompokkan orang lain ke dalam stereotype tertentu seperti berdasar pada latar belakang jenis
kelamin, status social dan etnik. Kemudian unsur ketiga dalam factor social adalah organisasi perseptual.
Dalam proses persepsi social, individu cenderung untuk memahami orang lain sebagai obyek persepsi ke
dalam system yang bersifat logis, teratur dan runtut. Pemahaman sistematik semacam itu biasa disebut
dengan organisasi perseptual. Apabila sesorang menerima informasi maka ia mencoba untuk
menyesuaikan informasi itu ke dalam pola-pola yang telah ada.

Pada suatu situasi (tempat suatu stimulus yang muncul), memiliki konsekuensi bagi terjadinya
interpretasi-interpretasi yang berbeda. Interpretasi itu menunjukkan hubungan diantara manusia
dengan dunia stimulus. Cara individu mendefinisikan suatu situasi memiliki konsekuensi terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap perilaku orang lain. Misalnya sebuah universitas sebagi sebuah institusi
akan dapat diinterpretasi secara berbeda oleh mahasiswa, dosen, sopir angkot, pegawai dan penjaja
makanan.

Faktor obyek sasaran (the target)


BACA JUGA

Perbedaan Pemimpin Dengan Manajer Menurut Para Ahli

Pengertian Kelompok dan Proses Terbentuknya Kelompok

Teori Terjadinya Kelompok Menurut Orientasi Psikologi

Aplikasi Psikologi Sosial di Bidang Hukum, Olahraga, Agama, dan Lingkungan

Pengertian Kepemimpinan (Leadership) Menurut Para Ahli

Beberapa ciri yang terdapat dalam diri obyek sangat memungkinkan untuk dapat memberi pengaruh
yang menentukan terhadap terbentuknya persepsi social. Ciri pertama yang dapat menimbulkan kesan
pada target adalah keunikan (novelty). Ciri-ciri unik yang terdapat dalam diri seseorang salah satu unsur
penting yang menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk memusatkan perhatiannya sehingga lebih
mudah dipersepsi keberadannya. Ciri kedua adalah kekontrasan. Seseorang akan lebih mudah oleh
orang lain terutama apabila ia memiliki karakteristik berbeda dibanding lingkungan fisik maupun
lingkungan sosialnya. Misalnya seseorang yang berkulit hitam tinggal di lingkungan yang sebagian besar
berkulit putih. Ciri ketiga adalah ukuran dan intensitas dala diri obyek. Misalnya seorang miss world yang
cantik akan lebih mudah menimbulkan kesan pada orang lain dibanding gadis-gadis pada umumnya. Ciri
keempat adalah kekompakan (proximity) obyek dengan latar belakang social orang lain. Kecenderungan
mengklasifikasikan dengan ciri-ciri yang sama karena hubungan kedekatan. Misalnya dosen ekonomi
diklasifikasikan sebagai seseorang yang memiliki sifat ekonomis, efisien dan sebagainya.

Persepsi Sosial Sebagai Proses

Proses persepsi sosial dimulai dari pengenalan terhadap tanda-tanda nonverbal atau tingkah laku
nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupakan informasi yang dijadikan
bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Dari informasi-informasi nonverbal,
kita membuat penyimpulan-penyimpulan tentang apa kira-kira yang sedang dipikirkan dan dirasakan
orang lain. Kemudian, ungkapan-ungkapan verbal melengkapi penyimpulan-penyimpulan dari tanda-
tanda nonverbal.

Dengan menggunakan informasi-informasi dari tingkah laku nonverbal dan verbal, kita membentuk
kesan-kesan tentang orang lain. Kita bisa mendapatkan kesan apakah orang lain yang kita temui ramah,
baik hati, judes, pelit, pemarah, pintar, dan sebagainya. Kesan-kesan itu tidak bisa kita kenali secara
sendiri-sendiri, melainkan kita perbandingkan satu sama lain untuk mendapatkan kesan yang lebih
menyeluruh tentang orang lain. Asch (1946) menunjukkan bahwa orang melakukan persepsi terhadap
sifat-sifat dalam hubungannya satu sama lain sehingga sifat-sifat itu dipahami sebagai bagian yang
terintegrasi dengan kepribadian orang-orang yang memilikinya. Sekali kita membentuk kesan tentang
orang lain, kita cenderung tidak suka mengubahnya bahkan jika kita menenukan fakta yang
bertentangan dengan kesan itu.

Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengevaluasi
orang lain. Dengan proses ini, kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk
didasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsang-rangsang
yang relevan dan mood kita saat ini. Manusia cenderung beroperasi di bawah bias-bias tertentu keitka
membentuk kesan tentang orang lain. Contohnya, ketika cenderung berpersepsi bahwa orang yang
berpakaian rapi sebagai orang baik (baik hati, dermawan atau menyenangkan) daripada orang yang
pakaiannya berantakan.

Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain dari penampilannya terdahulu yang
dianggap baik disebut dengan efek halo. Di ini lain, kita juga bisa menilai orang yang berpakaian tidak
rapi, mempunyai rambut gondrong dan acak-acakan, serta cara bicara yang apa adanya sebagai orang
yang tidak baik, sembarangan, atau tidak berpendidikan. Apa yang ditampilkan orang lain secara fisik
mempengaruhi cara kita menilai aspek psikologisnya. Meskipun kecenderungan ini tidak serta merta
memberikan pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang orang lain, orang-orang cenderung
mempertahankannya sebab setiap orang membutuhkan pegangan dan petunjuk tentang siapa yang lain
yang sedang dihadapinya.

Tingkah Laku dan Komunikasi Non Verbal

Persepsi sosial terjadi ketika kita menangkap stimulus sosial, baik melalui pengindraan maupun
komunikasi nonverbal (ekspresi wajah, kontak mata,

postur tubuh, gerakan atau sentuhan). Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan
orang lain, kita berusaha menemukan informasi-informasi tentang orang lain. Bisa saja kita bertanya
kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Akan tetapi, cara initidak selalu
memberikan hasil yang tepat. Orang bisa saja mengatakan sesuatu yang berbeda, bahkan bertentangan
dari yang dialaminya. Apalagi jika orang lain itu adalah orang yang baru kita kenal. Orang-oran
cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain yang baru dikenalnya.
Mereka bahkan berusaha menutupi atau membantah informasi tentang apa yang dipikirkan dan
dirasakannya, terutama pada saat mereka merasa emosi negatif. Usaha untuk menutupi dan
menyembunyikan perikiran dan perasaan juga dilakukan pada orang-orang yang melakukan kejahatan.
Usaha untuk menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakan hamper selalu ditampilkan orang-
orang yang sedang melakukan negosiasi, juga pada orang yang sedang berjudi. Kita tidak dapat
mengandalkan informasi verbal mereka untuk mengetahui serta mengerti apa yang mereka pikirkan dan
rasakan. Apa yang mereka katakan, tidak jarang bertolak belakang dengan apa yang mereka pikirkan dan
rasakan.

Dalam keadaan seperti itu, untuk memahami orang lain kita mengendalkan informasi yang ditampilkan
oleh penampilan fisik mereka; kita mencoba mengenali mereka melalu tingkah laku nonverbal mereka,
seperti perubahan ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh dan gerakan badan. Tingkah laku
nonverbal dapat membantu kita untuk mencapai beragam tujuan (Patterson, 1983), sebagai berikut.

Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi tentang perasaan dan niat secara ajek. Contohnya,
emosi sedih yang dialami seseorang dapat dikenali dari ekspresi wajanya meskipun orang itu
menyatakan ia tidak sedang sedih

Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk mengatur dan mengelola interaksi. Sebagai contoh,
dalam kegitan diskusi, ekspresi wajah atau seseorang yang mengangkat tangan dapat menjadi tanda
bahwa orang itu hendak ikut berbicara dalam diskusi sehingga peserta diskusi lainnya dapat member
kesepatan padanya.

Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menangkap keintiman, misalnya melalui sentuhan,
rangkulan dan tatapan mata.

Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menegakkan dominasi atau kendali, seperti kita kenal
dalam ancaman nonverbal seperti mata melotot, rahang yang dikatupkan rapat-rapat dan gerakan-
gerakan yang diasosiasikan sebagai tindakan agresif tertentu.

Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk menfasilitasi pencapaian tujuan, dengan menunjuk,
member tanda pujian dengan mengangkat jempol dan menampilkan senyum sebagai tanda memberi
dukungan positif.

Dari penampilan fisik tersebut, kita mengenai tanda-tanda nonverbal untuk mencari tahu apa yang
dipikirkan dan dirasakan orang lain. Di sisi lain, orang lain juga mencoba mengenali kita melalui tingkah
laku nonverbal. Aktivitas saling mengenali melalui tingkah laku nonverbal itu disebut sebagai komunikasi
nonverbal. Komunikasi nonverbal didefinisikan sebagai cara orang berkomunikasi tanpa kata-kata, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja. Dalam komunikasi nonverbal, kita mencermati tekanan suara,
sentuhan, gesture (gerakan-gerakan tubuh), ekspresi wajah, dan tanda-tanda nonverbal lainnya. Tingkah
laku nonverbal digunakan untuk mengungkapkan emosi, menunjukkan sikap, mengomunikasikan sifat-
sifat kepribadian, dan menfasilitasi atau memperbaiki komunikasi verbal.
Dalam keseharian sehari-hari, kita sering melakukan komukikasi nonverbal. Contohnya, saat melewati
rumah tetangga dan orangnya sedang duduk diteras depan, kita tersenyum kepadanya dan ia juga
membalas senyum. Di situ kita telah melakukan komunikasi nonverbal dengan tetangga kita. Orang juga
sering menggunakan komunikasi nonverbal pada saat tertarik kepada lawan lain untuk menunjukkan
kekaguman atau kepedulian merupakan tanda-tanda nonverbal yang sering digunakan dalam
komunikasi non verbal.

Penelitian-penelitian tentang tingkah laku dan komunikasi nonverbal banyak dilakukan oleh psikolog
sosial (diantaranya Ekman & Frieson, 1974; Izard, 1991; Keltner, 1995; Forest & Fieldman, 2000;
Neumann & Strack, 2000; DePaulo et al, 2003). Dari penelitian-penelitian itu diperoleh pemahaman
bahwa tanda-tanda nonverbal yang ditampilkan orang lain dapat mempengaruhi perasaan kita, bahkan
ketika kita tidak member perhatian kepada hal itu secara sadar: Pengaruh tanda-tanda nonverbal
bekerja meskipun kita tidak memfokuskan atau memikirkannya. Contohnya, ketika kita tiba-tiba
bertemu dengan seseorang yang menampilkan ekspresi wajah marah dan tekanan suara yang tinggi, ktia
bisa dengan tiba-tiba juga menampilkan ekspresi wajah marah atau kesal dan tekanan suara kita pun
meninggi. Kita bisa juga menjadi takut jika orang lain itu adalah atasan kita. Dari contoh ini dapat
dikatakan bahwa tanda-tanda nonverbal memiliki efek penularan emosional.

Neumann dan Strack (2000) menunjukkan terjadinya penularan emosional itu melalui penelitiannya.
Mereka menemukan bahwa ketika orang mendengarkan orang lain membaca pidato, tekanan suara
orang yang membaca itu (senang, netral, atau sedih) dapat mempengaruhi mood atau suasana hati si
pendengar meskipun si pendengar berkonsentrasi pada isi dari pidato yang dibacakan. Penularan
emosional adalah sebuah mekanisme transfer perasaan yang seakan-akan berlangsung secara otomatis
dari satu orang ke orang lain.

© Pengertian Persepsi Sosial, Proses, dan Faktor Persepsi Sosial - Psikologi Multitalent

Sumber: https://www.psikologimultitalent.com/2015/08/pengertian-persepsi-sosial-proses-dan.html

Anda mungkin juga menyukai