Anda di halaman 1dari 18

Sosiologi79

Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 3: Identitas Diri, Tindakan


Sosial, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan identitas diri.

2. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan tindakan sosial.

3. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan hubungan sosial.

Sebagai makhluk sosial, manusia saling melakukan hubungan satu sama lain. Manusia berinteraksi
dengan orang lain karena saling membutuhkan. Di dalam diri manusia terdapat hasrat untuk
berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu, hubungan dengan orang
lain merupakan kebutuhan dasar dalam diri manusia.

A. Identitas Diri
Sosiologi79

1. Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial

Manusia pada sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki
kepribadian yang unik. Dia memiliki penampilan fisik, kemampuan, kebutuhan, perasaan, dan sikap yang
berbeda dengan sesamanya. Keunikan ini dapat dilihat ketika seseorang bereaksi terhadap situasi dalam
hidupnya.

Kata individu dalam konsep manusia menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang otonom.
Sebagai makhluk yang otonom, manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya dan
bertanggungjawab atas pilihannya itu.

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga makhluk sosial. Menurut Aristoteles, manusia pada
kodratnya adalah makhluk sosial. Dia tidak akan memperoleh keutamaan dan menjadi baik jika dia tidak
mempunyai teman dan terasing dari masyarakatnya. Menurutnya, manusia harus hidup dalam
masyarakat.

Sejak lahir seseorang sudah membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan ini mengarahkan manusia untuk hidup bersama dengan orang lain. Dalam kebersamaan itu
manusia saling menjalin interaksi sosial.

2. Identitas Diri
Sosiologi79

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Antara individu satu dengan individu lainnya
memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut berupa watak dan karakteristik yang dimiliki tiap individu yang
diperoleh sejak individu tersebut dilahirkan. Selain itu, pergaulan dari tiap individu juga memengaruhi
perbedaan watak dan karakteristik individu.

Watak dan karakteristik tersebut termasuk sebagai ciri-ciri khusus seseorang yang dapat menandai
eksistensi atau keberadaannya di masyarakat. Ciri-ciri khusus ini disebut juga sebagai identitas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas diartikan sebagai ciri-ciri atau keadaan khusus
seseorang; jati diri. Richard Jenkins (1996) dalam Giddens (2009) menyebutkan bahwa identitas adalah
pemahaman kita atas siapa diri kita dan atas siapa orang-orang lainnya, serta termasuk pemahaman
orang-orang tersebut atas diri mereka dan atas diri kita.
Sosiologi79

Demikian, identitas manusia pasti merupakan 'identitas sosial' karena terbentuk melalui proses interaksi
sosial yang terus-menerus. Identitas dibuat, bukan diberikan.

Menurut Anthony Giddens (2009), identitas dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Identitas primer, adalah identitas yang terbentuk pada awal kehidupan, termasuk gender, ras, dan
etnis.

b. Identitas sekunder, adalah identitas yang dibentuk dari identitas primer dan mencakup juga identitas
yang terkait peran dan status sosial. Identitas ini dapat berubah seiring dengan perubahan peran dan
status seseorang.

Identitas memperlihatkan persamaan dan perbedaan dalam interaksi sosial. Identitas individu atau
pribadi unik dan berbeda dari orang lain serta dipandang unik dan berbeda oleh orang lain. Adapun
identitas kolektif atau sosial memperlihatkan persamaan dengan orang lain.

Identitas-identitas ini bisa menjadi sumber rasa solidaritas saat menjadi anggota dari suatu kelompok.
Identitas individu dan identitas sosial merupakan satu kesatuan yang ada dalam diri kita.

Identitas seseorang dalam kelompok atau masyarakat tentu tidak akan dilihat dari satu sudut pandang
saja, tetapi juga akan dilihat dari sudut pandang, cara, dan ukuran yang beragam. Berbagai sudut
pandang, cara, dan ukuran dari identitas seseorang tersebut disebut dengan multidimensi.

Identitas individu maupun kelompok di masyarakat pasti kita akan membahas pula tentang status dan
peran yang disandangnya. Ini berarti bahwa setiap individu memiliki beberapa status (kedudukan) yang
disandang.
Sosiologi79

Status atau kedudukan seseorang di masyarakat terkait kewajiban dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakannya. Status atau kedudukan merupakan posisi secara umum di masyarakat dalam
hubungannya dengan orang lain.

Tiap status memiliki peran yang disandangnya. Peran adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain
terhadap seseorang dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang disandangnya.

B. Tindakan Sosial

Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu yang mempunyai makna atau arti
subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan sosial akan bermakna
jika tindakan tersebut ditujukan atau memperhitungkan keberadaan orang lain.
Sosiologi79

Tindakan sosial hanya dapat dilakukan manusia dalam keadaan sadar dan dikendalikan oleh akal
budinya. Sebaliknya, tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati atau objek fisik semata tanpa
dihubungkan dengan tindakan orang lain bukan merupakan suatu tindakan sosial.

Sebagai anggota masyarakat, tindakan manusia dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh kondisi
masyarakat setempat. Tindakan yang memengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain atau kelompok
manusia inilah yang disebut tindakan sosial.

Secara umum, tindakan manusia dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Tindakan Manusia untuk Memenuhi Kebutuhan Hidup

Tindakan manusia pada hakikatnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup
manusia, antara lain adalah kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan integratif.

2. Tindakan Manusia Muncul dari Luapan Emosi

Tindakan manusia pada hakikatnya muncul karena luapan emosi yang dapat bersifat positif maupun
negatif bagi dirinya atau orang lain. Tindakan positif adalah tindakan yang membawa keuntungan bagi
dirinya atau bagi orang lain. Sebaliknya tindakan negatif adalah tindakan yang membawa kerugian bagi
dirinya maupun bagi orang lain.

3. Tindakan Manusia merupakan Implementasi dari Ciri Kebudayaan yang Dianutnya

Tindakan anggota masyarakat suatu daerah yang dilakukan sejak dahulu kala dan masih berlanjut hingga
saat ini merupakan kebudayaan yang akan menjadi ciri suatu daerah. Kebudayaan yang
diimplementasikan dalam tindakan anggota- anggotanya akan menjadi adat kebiasaan.

Menurut Max Weber (dalam Avendano, 2021), tindakan sosial dapat dikelompokkan menjadi empat,
yaitu sebagai berikut.
Sosiologi79

1. Tindakan Sosial Tradisional

Tindakan yang dilakukan pada situasi tertentu sebagai hasil dari tradisi dan adat istiadat. Tindakan ini
kadang kala dilakukan tanpa menyadari alasan melakukannya karena sudah dianggap sebagai suatu
kebiasaan.

2. Tindakan Sosial Afektif

Tindakan ini sebagian besar dikuasai perasaan atau emosi, tanpa pertimbangan akal budi. Tindakan ini
sering dilakukan tanpa perencanaan yang matang dan tanpa kesadaran penuh. Tindakan ini akan lebih
tidak terkendali jika dilakukan di tengah-tengah massa.

3. Tindakan Sosial Rasionalitas Berorientasi Nilai

Tindakan ini biasanya berkaitan dengan nilai-nilai dasar yang berkembang di dalam masyarakat dan
umumnya ditandai dengan prinsip-prinsip moral atau etika yang dilaksanakan secara kolektif untuk
kebaikan

4. Tindakan Sosial Rasional Instrumental

Tindakan ini dilakukan berdasarkan pada akal atau secara rasional dengan memperhitungkan kesesuaian
antara cara yang digunakan dan tujuan yang hendak dicapai. Alat atau instrumen yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut diperhitungkan secara rasional dengan memperhatikan manfaat dan
Kegunaannya.

C. Hubungan Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hubungan sosial berarti hubungan seseorang dengan
orang lain dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat. Secara umum, hubungan sosial adalah
hubungan timbal balik antarindividu dan saling memengaruhi satu sama lain atas dasar kesadaran saling
tolong menolong. Unsur utama yang mendasari hubungan sosial adalah interaksi sosial.
Sosiologi79

1. Hakikat Interaksi Sosial

Manusia secara kodrati adalah makhluk sosial. Di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi,
bergaul, dan bekerja sama dengan manusia lain. Oleh karena itu, interaksi dengan orang lain merupakan
kebutuhan mendasar dalam diri manusia.

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling memengaruhi antarindividu, antara
individu dan kelompok, dan antarkelompok. Sementara itu, Gillin mendefinisikan interaksi sosial sebagai
hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dan
kelompok, atau antarkelompok.

Dalam interaksi sosial, salah satu pihak memberikan stimulus atau aksi dan pihak lain memberikan
respons atau reaksi.

2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan dapat disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri berikut.

a. Jumlah pelaku dua orang atau lebih.

b. Komunikasi antarpelaku menggunakan simbol atau lambang.

c. Dimensi waktu meliputi masa lalu, masa kini, dan masa depan.

d. Memiliki tujuan yang hendak dicapai.

Sementara itu, menurut Soerjono Soekanto, syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak
sosial dan komunikasi. Kontak sosial bisa terjadi tanpa adanya komunikasi. Contohnya, penumpang bus
mengendarai bus bersama, tetapi saling berkomunikasi.

Kontak sosial tanpa komunikasi tidak bermakna apa-apa dalam sebuah interaksi karena masing-masing
pihak tidak bisa saling memahami maksud dan perasaan masing-masing. Komunikasi adalah pengiriman
Sosiologi79

dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.

Hal terpenting dalam komunikasi adalah kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-
gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan.

Demikian, syarat sebuah hubungan dapat disebut interaksi sosial adalah sebagai berikut.

a. Adanya hubungan timbal balik yang saling memengaruhi antara yang satu dengan lainnya.

b. Interaksi harus berpedoman kepada norma-norma atau kaidah sebagai acuan.

c. Adanya reaksi dari pihak lain atas komunikasi tersebut.

d. Harus mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.

e. Interaksi sosial bersifat positif, dinamis, dan berkesinambungan.

3. Pendekatan Interaksi Sosial

Untuk mempelajari interaksi sosial, sosiolog menggunakan pendekatan tertentu yang dikenal dengan
perspektif interaksionis (interactionist perspective). Salah satu pendekatan dalam perspektif
interaksionis adalah interaksionisme simbolik.

Kata "simbolik" mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi. Simbol adalah sesuatu yang
diberi nilai dan makna oleh penggunanya. Dengan demikian, simbol yang sama dapat memiliki makna
yang berbeda-beda bagi setiap orang.

Makna muncul dari interaksi sosial, tetapi makna tidak langsung diberikan atau ditanggapi. Menurut W.
I. Thomas, seseorang tidak langsung bereaksi atau memberi tanggapan (response) terhadap rangsangan
(stimulus) dari luar, melainkan menilai atau mempertimbangkan terlebih dahulu berdasarkan definisi
atas situasi.
Sosiologi79

Herbert Blumer menyatakan bahwa terdapat tiga pokok pikiran dalam interaksionisme simbolik, yaitu
act, thing, dan meaning. Seseorang bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu
bagi dirinya (meaning).

Erving Goffman. Menurut Goffman, dalam setiap interaksi ada individu yang membuat pernyataan
(expression) dan ada individu lain yang memperoleh kesan (impression). Goffman menyebut usaha ini
sebagai pengaturan kesan (impression management).

Pada saat seseorang membuat pernyataan, akan muncul dalam penampilannya dua bentuk pernyataan
atau ekspresi, yaitu ekspresi yang diberikan dan ekspresi yang dilepaskan.

Secara umum, interaksi sosial dapat terjadi antarindividu, antara individu dan kelompok, serta
antarkelompok. Interaksi sosial antarindividu dapat bersifat positif maupun negatif. Interaksi positif
artinya saling menguntungkan, sementara interaksi negatif artinya merugikan salah satu pihak atau
keduanya.

Interaksi sosial juga dapat terjadi meskipun orang-orang yang saling bertatap muka tidak saling
berhubungan secara verbal (lisan).

4. Faktor Pendorong Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan proses yang cukup kompleks karena dilandasi oleh beberapa faktor psikologis
yang dapat berdiri sendiri atau berfungsi bersama- sama sebagai dasar terjadinya interaksi sosial.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

a. Imitasi
Sosiologi79

Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Imitasi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk,
misalnya gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau
dilakukan oleh seseorang.

Dorongan seseorang untuk meniru orang lain tidak terjadi dengan sendirinya. Diperlukan sikap
menerima, mengagumi, dan menjunjung tinggi apa yang akan diimitasi. Menurut A. M. J. Chorus,
sejumlah syarat harus dipenuhi dalam mengimitasi, yaitu minat atau perhatian terhadap objek atau
subjek yang akan ditiru, serta sikap menghargai, mengagumi, dan memahami sesuatu yang akan ditiru.

Imitasi juga mempunyai peran yang sangat penting dalam interaksi sosial, salah satunya mendorong
seseorang untuk mematuhi norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Namun, imitasi juga dapat
menghasilkan tindakan negatif jika yang ditiru adalah tindakan yang menyimpang dari nilai dan norma di
masyarakat.

b. Sugesti

Sugesti berlangsung ketika seseorang memberi pandangan atau pernyataan sikap yang dianutnya dan
diterima oleh orang lain. Sugesti biasanya muncul ketika si penerima sugesti tidak dapat berpikir
rasional. Ia akan langsung menerima segala anjuran atau nasihat yang diberikan dan meyakini
kebenarannya.

Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut.

1) Orang yang berwibawa, karismatik, atau memiliki pengaruh kuat terhadap penerima sugesti.

2) Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari penerima sugesti, misalnya atasan di kantor.

3) Kelompok mayoritas terhadap minoritas.

4) Reklame atau iklan di media massa.


Sosiologi79

Terjadinya sugesti bukan hanya karena faktor pemberi sugesti, melainkan juga karena beberapa faktor
di dalam diri penerima sugesti. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1) Terhambatnya daya berpikir kritis.

2) Kemampuan berpikir terpecah belah (disosiasi).

3) Orang yang ragu-ragu dan pendapat satu arah.

c. Identifikasi

Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain
(meniru secara keseluruhan). Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi karena dapat
membentuk kepribadian seseorang. Orang melakukan proses identifikasi karena memerlukan tipe ideal
tertentu dalam kehidupannya.

d. Simpati

Simpati merupakan kondisi ketertarikan seseorang kepada orang lain. Ketika bersimpati, seseorang
menempatkan dirinya dalam keadaan orang lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau
dirasakan orang lain. Dalam proses ini, perasaan berperan penting walaupun alasan utamanya adalah
keinginan memahami dan bekerja sama dengan orang lain.

e. Empati

Empati merupakan simpati mendalam yang dapat memengaruhi kondisi fisik dan jiwa seseorang.

Di samping faktor-faktor di atas, Karp dan Yoels membahas sumber-sumber informasi yang mendasari
interaksi seseorang dengan orang lain. Mereka menyatakan bahwa apabila seseorang baru berjumpa
dengan orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha mencari informasi tentang orang itu.
Sosiologi79

Sejalan dengan Goffman bahwa seseorang akan berusaha mencari informasi tentang orang lain yang
ditemuinya agar dapat mendefinisikan situasi.

5. Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial berlangsung dalam dua jenis proses sosial, yaitu proses
asosiatif dan proses disosiatif. Proses asosiatif mengarah pada persatuan atau integrasi sosial.
Sebaliknya, proses disosiatif atau disebut juga proses oposisi adalah cara melawan seseorang atau
sekelompok orang demi meraih tujuan tertentu.

a. Proses Asosiatif

Proses asosiatif meliputi bentuk-bentuk, antara lain sebagai berikut.

1) Kerja sama

Kerja sama didefinisikan sebagai suatu usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Kerja sama dimungkinkan oleh orientasi individu terhadap kelompoknya (in group) dan
orientasi individu terhadap kelompok lain (out group).

Menurut Charles H. Cooley, kerja sama timbul apabila seseorang menyadari dirinya mempunyai
kepentingan atau tujuan yang sama dengan orang lain. Selain itu, ia menyadari bahwa kepentingan
tersebut bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain dan ia menyadari bahwa ia memiliki
pengetahuan dan pengendalian terhadap dirinya sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut.

Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki lima bentuk sebagai berikut.

a) Kerukunan atau gotong royong

b) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi
atau lebih. Dalam bargaining, prinsip keadilan sangat ditekankan.

c) Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik
organisasi sebagai satu-satunya cara menghindari konflik yang dapat mengguncang organisasi.
Sosiologi79

d) Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi
dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil karena kedua organisasi memiliki struktur tersendiri.

e) Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu, misalnya pertambangan minyak
dan perhotelan.

2) Akomodasi

Akomodasi memiliki dua pengertian, yakni sebagai keadaan dan sebagai proses. Akomodasi sebagai
keadaan mengacu pada keseimbangan interaksi antarindividu atau antarkelompok berkaitan dengan
nilai dan norma sosial yang berlaku.

Akomodasi sebagai proses mengacu pada usaha- usaha manusia untuk meredakan pertentangan agar
tercipta keseimbangan. Akomodasi sebenarnya merupakan cara untuk menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan lawan. Tujuan akomodasi berbeda-beda, tergantung pada situasi yang dihadapi.
Beberapa tujuan akomodasi adalah sebagai berikut.

a) Menghasilkan sintesis atau titik temu antara beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan
suatu pola baru.

b) Mencegah terjadinya pertentangan untuk sementara.

c) Mengadakan kerja sama antarkelompok sosial yang terpisah akibat faktor sosial dan psikologis atau
kebudayaan.

d) Mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui perkawinan.

3) Asimilasi

Asimilasi merupakan usaha untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna
mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat,
proses asimiliasi akan timbul jika ada kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kebudayaan.
Sosiologi79

Selanjutnya, individu-individu dalam kelompok tersebut saling berinteraksi secara langsung dan terus-
menerus dalam jangka waktu lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling
menyesuaikan diri.

Dalam asimilasi terjadi proses identifikasi diri dengan kepentingan dan tujuan kelompok. Apabila dua
kelompok melakukan asimilasi, maka batas-batas antarkelompok akan hilang dan keduanya melebur
menjadi satu kelompok yang baru.

4) Akulturasi

Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru
dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-masing.

Proses akulturasi dapat berjalan sangat cepat atau lambat, tergantung dari persepsi masyarakat
setempat terhadap budaya asing yang masuk. Apabila budaya asing itu masuk melalui proses
pemaksaan, maka akulturasi memakan waktu relatif lama. Sebaliknya, apabila budaya asing itu masuk
melalui proses damai, akulturasi akan terjadi secara cepat.

b. Proses Disosiatif
Sosiologi79

Adapun proses disosiatif meliputi bentuk-bentuk, antara lain sebagai berikut.

1) Persaingan

Persaingan adalah perjuangan berbagai pihak untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan mempunyai
dua tipe, yaitu bersifat pribadi dan bersifat nonpribadi. Tipe persaingan yang bersifat pribadi disebut
juga dengan rivalitas (rivalry). Dalam persaingan yang bersifat nonpribadi, yang bersaing bukanlah
individu, melainkan kelompok.

Salah satu ciri dari persaingan adalah perjuangan yang dilakukan secara damai dan sportif (fair play),
artinya, persaingan selalu menjunjung tinggi batasan dan aturan. Oleh karena itu, persaingan sangat
baik untuk meningkatkan prestasi seseorang.

2) Kontravensi

Kontravensi pada hakikatnya merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan. Kontravensi ditandai dengan ketidakpuasan seseorang, perasaan tidak suka yang
Sosiologi79

disembunyikan, kebencian, dan keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi cenderung


bersifat rahasia.

Perang dingin merupakan salah satu contoh kontravensi karena tujuannya membuat lawan tidak tenang
atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak diserang secara fisik, tetapi secara psikologis. Wujudnya dapat
berupa protes, fitnah, maki-makian melalui surat selebaran, agitasi atau hasutan, subversi, teror, dan
lain-lain.

Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, kontravensi memiliki lima bentuk sebagai berikut.

a) Umum, misalnya penolakan, keengganan, perlawanan, protes, perbuatan menghalang-halangi,


penggunaan kekerasan, atau pengacauan rencana pihak lain.

b) Sederhana, misalnya penyangkalan pernyataan orang di muka umum, maki-makian melalui surat atau
selebaran, dan cercaan.

c) Intensif, misalnya penghasutan atau penyebaran desas- desus.

d) Rahasia, misalnya pembocoran rahasia lawan atau pengkhianatan.

e) Taktis, misalnya kejutan terhadap lawan, pembingungan pihak lawan, provokasi, atau intimidasi.

3) Pertentangan

Pertentangan atau konflik adalah perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuan
dengan cara menantang pihak lawan. Biasanya, konflik disertai dengan ancaman atau kekerasan.

Konflik terjadi karena perbedaan pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan, dan
perubahan-perubahan sosial yang cepat yang menimbulkan disorganisasi sosial.
Sosiologi79

Perbedaan-perbedaan tersebut akan memuncak menjadi pertentangan karena keinginan-keinginan


individu tidak dapat diakomodasi. Akibatnya, tiap individu atau kelompok berusaha menghancurkan
lawan dengan ancaman atau kekerasan.

Sumber:
Maryati, Kun, Juju Suryawati, Nina R. Suminar. 2022. IPS: Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Erlangga.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai