Anda di halaman 1dari 102

1

RANGKUMAN PENGANTAR SOSIOLOGI BAB 3. PROSES-PROSES SOSIAL


PENGANTAR Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat jika individu dan kelompok sosial saling bertemu dan menetukan sistim serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses social dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama atau didalam kehidupan social, misalnya saling mempengaruhi antara social dan politik, politik dan ekonomi, ekonomi dan hukum dan seterusnya. Ada dua hal yang berkaitan dengan tindakan manusia di dalam realitas social , diantaranya : 1. Tindakan tersebut merupakan respon atas tindakan manusia lainnya. 2. Tindakan manusia yang menimbulkan respon dari pihak lain. Jika dirumuskan proses social dapat digambarkan dalam pola: RESPONS + TINDAKAN + RESPON = PRODUK TINDAKAN Interaksi social merupakan hubungan antara manusia yang sifat dari hubungan tersebut adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika, kemungkinan yang muncul ketika manusia berhubungan dengan manusia lainnya adalah : Hubungan antara individu satu dengan individu lain; Individu dan kelompok; atau Kelompok dan kelompok

Kegiatan manusia dimana salah satu pihak memberikan aksinya dan pihak lain meresponnya atau memberikan reaksi, maka kegiatan itu disebut interaksi. Interaksi sendiri sebenarnya berasal dari kata antar dan aksi yaitu aksi dan reaksi. Dengan demikian bentuk umum proses social adalah Interaksi social, karena interaksi social merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas social. Interaksi social merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia , maupun antara orang perorang dengan kelompok manusia. Interaksi social antara kelompokkelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Agar dapat dikategorikan sebagai bentuk interaksi, maka hubungan timbal balik antarmanusia tersebut harus memiliki criteria tertentu yaitu : a. Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu.

Kriteria ini prasyarat mutlak sebab tidak akan mungkin terjadi aksi dan reaksi dari tindakan manusia jika tidak ada teman atau lawan yang terlibat dalam proses tersebut. b. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan symbol-simbol. Yang dimaksud dengan symbol-simbol dalam hal ini adalah benda, bunyi, gerak, atau tulisan yang memiliki arti. c. Ada dimensi waktu (yaitu, lampau, kini, dan mandatang) yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung. Interaksi social akan senantiasa terjadi dlam ruang dan waktu artinya kapan dan dimana. d. Ada tujuan tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pengamat. UNSUR-UNSUR DALAM INTERAKSI SOSIAL A.Tindakan Sosial Tindakan manusia dipahami sebagai perbuatan, perilaku atau aksi yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan manusia dibedakan dalam dua macam : 1. Tindakan yang terorganisasi, artinya tindakan yang dilatarbelakangi oleh seperangkat kesadaran sehingga apa yang dilakukannya tersebut didrong oleh tingkat kesadaran yang berasal dari dalam dirinya. 2. Tindakan yang dilakukan tanpa kesadaran yaitu tindakan reflex yang tidak dikatergorikan sebagai tindakan social, sebab tindakan itu tidak terorganisasi melalui kesadaran diri. Beberapa hal yang mempengaruhi proses terbentuknya tindakan terorganisasi manusia diantaranya : 1. Imitasi Imitasi merupakan tindakan manusia untuk meniru tingkah pekerti orang lain yang berada disekitarnya. Imitasi banyak dipengaruhi oleh tingkat jangkauan indranya yaitu sebatas yang dilihat, didengar, dan dirasakan. 2. Sugesti Sugesti dipahami sebagai tingkah laku yang mengikuti pola-pola yang berada di dalam dirinya , yaitu ketika seorang memberikan pandangan atau sikap dari dalam dirinya lalu diterimanya dalam bentuk sikap dan perilaku tertentu. Dalam studi-studi ilmu social sugesti dapat dirumuskan sebagai ; proses dimana sseorang menerima suatu cara pengelihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa keritik terlebih dahulu.

Akan tetapi kenyataannya tidak semua individu mampu melakukan sugesti ini, sebab ada beberapa individu yang memiliki kelainan jiwa. Bentuk kelainan jiwa ini semata-mata dipengaruhi oleh beberapa hal seperti : 1. Hambataan berpikir. Hambatan berpikir terjadi ketika hubungan dimana seorang memberikan sugesti bersikap over pandangan sehinga orang yang dikenainya tidak diberi pertimbanganpertimbangan atau berpikir kritis. 2. Keadaan pikiran yang terpecah-pecah. Keaadaan pikiran orang terpecah-pecah jika didalam pikirannya mengalami kelelahan atau sedang mengalami kebingungan karena menghadapi kesulitan kesulitan sehingga dalam kelelahan pemikiran yang dialaminya ia tidak bisa berpikir. 3. Otoritas. Kecenderungan seseorang atau sekelompok orang menerima pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu karena sikap dan pandangan tersebut berasal dari orang yang diaangggap ahli, maka orang yang dianggap ahli adalah pihak yang memiliki otoritas. 4. Mayoritas. Dalam hal ini seorang atau sekelompok orang menerima saja sikap atau pandangan karena dukunggan banyak orang (mayoritas ) terhadap sikap atau pandangan tersebut. 5. Will of believe. Dalam hal ini seorang menerima pandangan atau pemikirran orang lain tanpa didahului oleh pemikiran dan pertimbangan karena apa yang disampaikan orang lain sudah ada dalam dirinya tetapi belum terungkap atau diungkap kan. 3.Identifikasi Identifikasi timbul ketika seorang mulai sadar bahwa di dalam kehidupan ini ada normanorma atau peraturan-peraturan yang harus dipenuhi, dipelajari atau di taatinya. 4.Simpati Yang dimaksud dengan simpati adalah factor tertarik seseorang atau sekelompok orang terhadap orang atau kelompok orang yang lain.

TIPE- TIPE TINDAKAN SOSIAL Tidak semua tindakan manusia ddikategorikan sebagai tindakan social, sebab tindakan social di batasi oleh prasyarat apakah tindakan tersebut menimbulkan respon dari pihak lain

atau tidak. MAX WEBER memberikan batasan tindakan social sebagai tindakan seorang individu yang dapat memengaruhi individu-individu lainya dalaam masyarakat. Jika dilihat dari tekanan, cara dan tujuan tindakan social tersebut dilakukan, maka tindakan social dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : 1. Tindakan social rasional instrumental. Tindakan yang memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan yang dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas (kemudahan dan kehematan) dari sejumlah pilihan tindakan, maka tindakan tersebut dikategorikan sebagai tindakan social rasional instrumental. 2. Tindakan social berorientasi nilai. Tindakan ini selalu didasarkan pada nilai-nilai dasar yang berlaku didalam masyarakat. 3. Tindakan social tradisional. Tindakan social ini tidak memperhitungkan aspek rasional atau perhitunganperhitungan tertentu tetapi lebih menekankan pada aspek kebiasaan kebiasaan atau adat istiadat yang berlaku ddi dalam masyarakat. 4. Tindakan social afektif. Tindakan social afektif adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang berdasarkan perasaan ( afeksi ) atau emosi. KONTAK SOSIAL Kontak berasal dari bahasa Lathin Cum atau con yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi secara etimologi ( arti menurut bahasa ) kontak artinya bersama-sama menyentuh . Kontak social dapat terjadi melalui gejala-gejala social seperti berbicara dengan orang lain baik secara berhadap-hadapan, ataupun melalui pesawat telepon, membaca surat, saling mengirimkan informaasi melalui emai, bertanding seni bela diri, dan lain-lain. Kontak social adalah aksi individu atau kelompok dalaam bentuk isyarat yang memiliki arti ( makna ) bagi si pelaku, dan si penerima membalas aksi tersebut dengan reaksi. MACAM MACAM KONTAK SOSIAL Kontak social dapat dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya berdasarkan cara, sifat, bentuk dan tingkat hubungannya. Jika di lihat dari CARANYA, kontak social dibagi menjadi dua yaitu : 1. Kontak social langsung yaitu hubungan timbal balik antara individu maupun antar kelompok terjadi secara fisik, seperti; berbicara, tersenyum bahasa tubuh (isyarat) berbagai aksi lainnya seperti memukul dan sebagainya.

2. Kontak social tak laangsung, yaitu kontak yang terjadi melalui mediator (perantara) seperti melaalui surat kabar, radio, televisi, Contoh dialog interaksi di televise. Jika dilihat dari sifatnya kontak social dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Kontak social antar individu dan individu 2. Kontak social antara individu dan kelompok 3. Kontak social antara kelompok dan kelompok Jika dilihat dari bentuknya kontak social dibagi menjadi dua yaitu : 1. Kontak social positif. Kontak social dapat diikatakan positif jika bentuk hubungan social tersebut mengarah pada pola-pola kerja sama. 2. Kontak social negatif. Kontak social dikatakan neggati jika bentuk hubungan yang terjadi mengarah pada pertentangan yang berakibat pada putusnya interaksi, seperti hubungan dua orang sebagai akibat persengketaan yang dipicu oleh suatu persoalan hinggga akhirnya kedua bela pihak memutuskan hubungan. Jika dilihat dari tingkat hubungannya, kontak social dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Kontak social primer, artinya jika seseorang atau sekelompok orang yang mengadakan hubungan langsung bertemu atau bertatap muka secara langsung, seperti saling berjabat tangan bercakap-cakap secara berhadap-hadapan, salin tersenyum dan sebagainya. 2. Kontak social sekunder, artinya jika bentuk hubungan social yang terjadi baik antara individu maupun antar kelompok tidak terjadi secara langsung tetapi dengan menggunakan perantara (mediator ). Misalnya berhubungan dengan menggunakan alat-alat komunikasi. KOMUNIKASI SOSIAL Komunikasi dalam konsep ini tidak hanya meliputi pembicaraan-pembicaraan saja tetapi lebih dari sekadar pembicaraan sebab ada berbagai macam cara manusia untuk berkomunikasi. Yang terpenting dalam komunikasi adalah peran bahasa, sebab bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Komunikasi dan kotak social sangat mirip, akan tetapi perlu diketahui bahwa kontak belum tentu berarti komunikasi, sebab dalm komunikasi diperlukan adanya pemahaman makna atas pesan dan tujuan yang disampaikan oleh masing masing pihak yang melakukan komunkasi. Komunikasi dapat diartikan sebagai : proses saling meberikan tafsiran kepada/dari antar pihak yang sedang melakukan hubungan dan melalui tafsiran tersebut pihak-pihak yang saling berhubungan mewujudkan perilaku sebagai reaksi atas maksud atau pesan yang disampaikan oleh pihak lain tersebut.

SIFAT- SIFAT KOMUNIKASI 1. Komunikasi positif. Komunikasi dapat dikatakan positif jika pihak-pihak yang melakukan komunikasi ini terjalin kerja sama sebagai akibat kedua belah pihak saling memahami maksud atau pesan yang di sampaikannya. 2. Komunikasi negatif. Komunikasi dapat dikatakan negatif jika pihak pihak yang melakukan komunikasi tersebut tidak saling mengerti atau salah paham maksud masing-masing pihak sehingga tidak menghasilkan kerja sama, tetapi justru sebaliknya yaitu menghasilkan pertentangan di antara keduanya. Bentuk-Bentuk Proses Sosial Dalam kajian sosiologi, proses sosial secara garis besar dibagi dalam dua bentuk, yaitu; (1) proses sosial asosiatif dan (2) proses sosial disasosiatif. Adapun proses sosial asosiatif terbagi tiga bagian, yaitu; (1) kerja sama (co-operation), (2) akomodasi (accomodation), dan (3) asimilasi (asimilation), sedangkan proses sosial disasosiatif juga terbagi dalam tiga bentuk; (1) persaingan (competition), (2) kontravensi (contravention), dan (3) pertentangan atau pertikaian (conflic). Proses Sosial Asosiatif Adalah proses sosial yang didalam realitas sosial anggota-anggota masyarakatnya dalam keadaan harmoni yang mengarah pada pola-pola kerja sama. Harmoni sosial ini menciptakan kondisi sosial yang teratur (social order). Didalam realitas sosial terdapat seperangkat tata aturan yang mengatur perilaku para anggotanya, yang jika masyarakat mematuhi tata aturan tersebut maka pola-pola harmoni sosial yang mengarah pada kerja sama antar anggota masyarakat tercipta dan menghasilkan integrasi sosial dimana para anggota masyarakatnya akan bersatu padu menjalin kerja sama. Adapun proses-proses sosial asosiatif dibedakan menjadi: A. Kerja Sama (co-operation) Dapat dijumpai hampir dalam setiap kehidupan sosial mulai dari anak-anak hingga kehidupan keluarga. Kelompok kekerabatan hingga komunitas sosial. Kerja sama dapat terjadi karena didorong oleh kesamaan tujuan atau manfaat yang diperoleh dalam kelompok tersebut. Charles H. Cooley memberikan gambaran tentang kerja sama dalam kehidupan sosial. Kerja sama timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri untuk memenuhi kepentingan ini melalui kerja sama; kesadaran akan adanya kepentingan yang sama dan organisasi merupakan fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna. Faktor pendorong kerja sama adalah kepentingan bersama. Contoh kerja sama dalam masyarakat Indonesia ialah kebiasaan gotong royong. Bentuk kerja sama dibedakan menjadi tiga macam, yaitu;

1. Bargaining process (proses tawar-menawar), yaitu pelaksanaan perjanjian tentang pertukaran barang-barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih. Ditujukan untuk mencapai kesepakatan bersama agar pihak-pihak yang terlibat sama-sama diuntungkan dalam perjanjian tersebut, sebab naluri manusia tidak mau menderita kerugian. 2. Co-optation (kooptasi),yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru kepemimpinan atau pelaksanaan politik didalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi tersebut. 3. Coalition (koalisi), yaitu kombinasi dua atau lebih organisasi yang mempunyai tujuan yang sama. Contohnya koalisi antar partai untuk membentuk pemerintahan koalisi. B. Akomodasi (accomodation) Merupakan upaya untuk mencapai penyelesaian dari konflik oleh pihak-pihak yang bertikai yang mengarah pada kondisi atau keadaan selesainya suatu konflik atau pertikaian tersebut. Biasanya diawali dengan upaya-upaya oleh pihak-pihak yang bertikai untuk saling mengurangi sumber pertentangan diantara mereka, sehingga intensitas konflik mereda. Bentuk-bentuk akomodasi diantaranya; 1. Coercion. Proses akomodasi yang dilaksanakan dengan paksaan atau kekerasan. Biasanya proses ini berjalan jika salah satu pihak mempunyai kedudukan lebih kuat, dan pihak lainnya lemah. Contoh; polisi meredam tawuran atau kerusuhan menggunakan gas air mata 2. Compromise. Dimana pihak-pihak yang bertikai saling mengurangi tuntutan yang menjadi sumber ketegangan untuk mencapai penyelesaian terhadap suatu perselisihan. Contoh; kompromi Partai Demokrat dengan parpol lainnya untuk mendukung SBY memenangi pilpres dengan kompensasi jatah menteri pada pemilu 2009. 3. Arbitration. Yaitu menghadirkan pihak ketiga untuk menengahi pertikaian dimana pihak-pihak yang terlibat tidak mampu mencapai penyelesaian sebelumnya. Contoh; pertentangan antara pihak perusahaan dan buruh yang ditengahi oleh DPR dan Depnaker. 4. Mediation. Penyelesaian pertikaian yang para pihak yang terlibat tidak sanggup mencapai kesepakatan sehingga menghadirkan pihak ketiga yang bersifat netral. Contoh; pertentangan antar kedua kubu PKB (Muhaimin Iskandar dan Gus Dur) yang menghadirkan PBNU sebagai mediator untuk menengahi. 5. Conciliation. Yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang saling bertikai guna mencapai persetujuan bersama dan dilakukan secara resmi

melalui wakil-wakil dari pihak yang terlibat. Contoh pemerintah RI dan pihak GAM mengutus perwakilan mereka untuk bertemu dan berunding mengusahakan penyelesaian pertikaian di Helsinki. 6. Toleration. Bentuk akomodasi yang tidak direncanakan sehingga terjadi dengan sendirinya sebab tiap-tiap orang memiliki karakter untuk sedapat mungkin menghindari perselisihan. Contoh toleransi antar-penganut agama di Indonesia. 7. Stalemate. Bentuk akomodasi dimana para pihak yang berselisih mempunyai kekuatan imbang sehingga berhenti dengan sendirinya. Contoh perang dingin antar AS dan Uni Soviet. 8. Adjudication. Penyelesaian perkara lewat pengadilan oleh para pihak yang bertikai. Contoh sengketa tanah yang sepakat diselesaikan melalui PN. Tujuan daripada dilakukannya akomodasi antara lain; 1. Mengurangi perbedaan paham, pertentangan politik, atau permusuhan antar kelompok. 2. Mencegah terjadinya ledakan konflik yang berupa benturan antar kelompok 3. Menyatukan dua atau lebih kelompok yang terpisah-pisah untuk mencapai persatuan dan kesatuan. 4. Mengupayakan terjadinya proses pembauran antar pihak yang terdapat perbedaan sehingga mengarah pada proses terjadinya asimilasi. C. Asimilasi (asimilation) Merupakan proses sosial yang ditandai oleh adanya upaya-upaya mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok sosial yang diikuti usaha-usaha mencapai kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan bersama. Syarat asimilasi, yaitu; 1. Kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya. Perpecahan antar kelompok dalam satu wilayah kultural tidak digolongkan asimilasi. 2. Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama. Tanpa pergaulan dalam kurun waktu tertentu maka asimilasi tidak akan tercapai. 3. Kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-masing saling berubah dan menyesuaikan diri. Faktor-faktor yang mempermudah bagi jalannya asimilasi diantaranya;

1. Toleransi. Merupakan sikap dan tindakan saling memberikan kesempatan pada pihak lain untuk melakukan sesuatu, sehingga benih pertentangan dapat dicegah. 2. Kesempatan-kesempatan dibidang ekonomi yang seimbang. Menekan terjadinya ketimpangan antar kelompok secara ekonomi. 3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya. Saling menghargai akan mempermudah jalannya asimilasi. 4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. 5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan. 6. Perkawinan campuran (amalgamation). 7. Adanya musuh bersama dari luar. Yaitu kekuasaan yang bersifat mengancam kehidupan antar kelompok yang semula berpencar. Faktor-faktor yang menjadi penghalang bagi terjadinya asimilasi antara lain; 1. Terisolasinya golongan tertentu dalam masyarakat (biasanya golongan minoritas). Sering menjadi hambatan komunikasi antar kelompok. 2. Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi. Yang terkadang menimbulkan salah pengertian terhadap kelompok lain. 3. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi. Lebih banyak disebabkan oleh rasa takut terhadap bergesernya suatu kebudayaan yang sudah menjadi pegangan hidup bagi kelompok tersebut. 4. Perasaan kebudayaan golongan tertentu merasa lebih tinggi dari kebudayaan golongan lain. Disebut sebagai superioritas kultural, dimana kecenderungan kelompok untuk menganggap kebudayaannya lebih tinggi dibandingkan kebudayaan yang lain. 5. Perbedaan rasial. Yang dimaksud disini adalah rasa dimana ras tertentu merasa lebih tinggi dibandingkan ras lainnya. 6. Perasaan kekelompokan yang kuat (in group feeling). Disebut juga etnosentrisme, sikap yang menjadikan kebudayaan didalam kelompoknya sebagai tolok ukur untuk mengukur baik dan buruknya kebudayaan lain. 7. Golongan minoritas mengalami gangguan dari golongan penguasa. 8. Perbedaan kepentingan. Biasanya melahirkan sikap dan tindakan yang berbedabeda yang sukar sekali dicapai pembauran. Proses Sosial Disasosiatif

10

Ialah keadaan realitas sosial dalam keadaan disharmoni sebagai akibat adanya pertentangan antar anggota masyarakat. Hal ini dipicu oleh ketidak tertiban sosial (social disorder), yang akibatnya memunculkan disintegrasi sosial. Proses sosial disasosiatif diantaranya; A. Persaingan (competition) Merupakan proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang terlibat saling berebut untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat perhatian publik dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Tipe-tipe persaingan meliputi persaingan antar pribadi (rivalry) dan persaingan antar kelompok. Keduanya terbagi dalam beberapa bentuk persaingan, yaitu; 1. Persaingan dibidang ekonomi. Terjadi akibat dari keterbatasan jumlah bendabenda pemuas kebutuhan manusia, sementara banyak pihak yang membutuhkan. 2. Persaingan dibidang kebudayaan. Dimana pada saat ini banyak terjadi melalui alat media komunikasi. 3. Persaingan untuk mencapai kedudukan dan peranan tertentu dalam masyarakat. Sering terjadi dalam instansi-instansi tertentu yang masing-masing pihak ingin merebut posisi jabatan teratas. 4. Persaingan rasial. Dilatarbelakangi oleh sikap ras tertentu untuk mendominasi wilayah-wilayah tertentu. Persaingan, dalam batas-batas tertentu mempunyai fungsi; 1. Alat untuk mengadakan seleksi sosial. Jika persaingan didasari oleh pemikiran sehat, maka persaingan akan berfungsi untuk menyeleksi mana individu atau kelompok yang memiliki kualitas yang lebih baik. 2. Untuk menyaring warga atau golongan untuk menghasilkan pembagian kerja yang efektif. B. Kontravensi (contravention) Merupakan proses sosial yang berada diantara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian, ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian tentang diri seseorang atau rencan dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang. Jelasnya merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau unsur-unsur kebudayaan tertentu yang berubah menjadi kebencian, teteapi belum sampai kepada pertentangan atau

11

pertikaian. Lima hal dalam kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker; 1. Proses umum kontravensi meliputi perbuatan. Seperti penolakan, keenganan, menghalang-halangi, dan sebagainya. 2. Bentuk-bentuk kontravensi sederhana. Seperti fitnah, mencerca, memaki didepan umum, dan sebagainya. 3. Bentuk-bentuk kontravensi yang intensif. Seperti penghasutan, penyebaran isu, dan lainnya. 4. Kontravensi yang bersifat rahasia. Menggosipkan rahasia pihak lain, berbuat khianat, dan lainnya. 5. Kontravensi yang bersifat taktis. Mengejutkan pihak lawan, menggangu atau membingungkan pihak lain, dan seterusnya. Tipe-tipe kontravensi antara lain; 1. Kontravensi antar golongan dalam suatu masyarakat. 2. Antagonisme keagamaan. Biasanya dilatarbelakangi oleh sikap dan keyakinan bahwa agamanya paling benar, serta didukung keinginan mengembangkan pengaruh agamanya kepada masyarakat. Biasanya menimbulkan fanatisme berlebih-lebihan. 3. Kontravensi intelektual. Dilandasi sikap memandang rendah dari golongan terdidik kepada golongan yang tidak berkesempatan meraih pendidikan. 4. Oposisi moral. Sikap dari golongan tertentu terhadap kebudayaan kelompok lain yang biasanya memandang rendah. C. Pertentangan atau pertikaian (conflict) Merupakan proses sosial dimana masing-masing pihak yang berinteraksi berusaha untuk saling menghancurkan, mengalahkan karena berbagai alasan seperti rasa benci atau permusuhan. Akar permasalahan atau sebab konflik diantaranya; 1. Perbedaan antar pribadi atau kelompok yang acap kali menimbulkan benturanbenturan. 2. Perbedaan kebudayaan, yang berpengaruh terhadap perbedaan kepribadian. 3. Bentrokan antar kepentingan, yang berlatar belakang pertentangan. 4. Perubahan-perubahan sosial, yang akhirnya menimbulkan pro dan kontra dalm menyikapi perubahan tersebut.

12

Bentuk-bentuk pertentangan diantaranya; 1. Pertentangan pribadi. Dilatarbelakangi oleh sikap atau penilaian masing-masing individu terhadap kepribadian orang lain, yang terwujud dalam perasaan suka atau benci. 2. Pertentangan rasial. Yang biasanya berawal dari perbedaan antar kepentingan, antara ras yang pernah menjajah dengan yang pernah dijajah. 3. Pertentangan antar kelas sosial. Berakibat dari ketidaksamaan pola-pola pembagian aset sosial ekonomi. 4. Pertentangan antar golongan atau kekuatan politik. Banyak diwarnai oleh gejala antar pihak yang memiliki kedudukan dan peranan strategis didalam struktur sosial politik, dan pihak-pihak yang tidak memilikinya. 5. Pertentangan internasional. Dipicu oleh keinginan berkuasa antar bangsa dalam percaturan politik internasional, yang melahirkan persaingan dan perebutan keuntungan dalam segala transaksi internasional. AKIBAT KONFLIK SOSIAL Secara garis besar, sosiologi membedakan tiga macam akibat pertentangan diantaranya adalah : a. Bertambahnya solidaritas kelompok (in group feeling )goyah, atau retaknya suatu kelompok. Konflik akan berakibat ganda yaitu : 1. Makin eratnya hubungan antar individu atau kelompok social 2. Makin retaknya hubungan antar individu atau kelompok social b. Perubahan kepribadian seseorang artinya jika bentuk petentangan itu terjadi karena hubungan saling mendominasi antara orang atau kelompok satu dan orang atau kelompok lainya, maka biasanya kelompok yang di dominasi lamakelamaan aakaan berubah karakter kepribadiannya. c. Hancurnya harta benda atau korban manusia, jika pertentangan yang terjadi tidak berhasil diselesaikan sehingga berujung kepada tindakan kekerasan antar individu atau antar kelompok social. d. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak, yang secara kasatmata dapat dilihat pada invasi Amerika Serikat dan Sekutu-sekutunya ke Negaranegara lain yang dianggap menguntungan pihak Amerika serikat. PRODUK DARI INTERAKSI SOSIAL Interaksi social merupakan hubungan timbal balik antar manusia dalaam kehidupan social yang didorong oleh motif-motif internal yaitu kepentingan dan tujuan. Dengan

13

beragamnya kepentingan dan tujuan masing-masing individu, maka akan lahir pola-pola interaksi social yaitu : a. Pola-pola hubungan social yang melahirkan pertentangan antar individu maupun antar kelompok. Pola-pola hubungan timbal balik seperti ini akaan menimbulkan pertikaian, perselisihan, dan sebagainya yang dalam istilah sisiologi disebut : KONFLIK. Proses social yang demikian akan menghasilkan interaksi social yang bersifat disasosiatif. b. Pola-pola hubungan social yang melahirkan kerjasama antar individu maupun antar kelompok. Dengan demikian produk dari interaksi social adalah nilai-nilai social, norma social, lembaga social. Beberapa produk interaksi social di antaranya : A. Keteraturan social (social order ) dan Ketidakteraturan social (social disorder). Keteraturan social (social order) merupakan suatu kondisi social dimana masingmasing anggota masyarakat dalam kehidupannya mengikuti norma-norma social yang berlaku di dalam kelompok social tersebut. Beberapa unsur yang mendukung keteraturan social di antaranya : 1. Tertib Sosial itu sendiri Kehidupan social akan mecapai ketertiban jika antara nilai-nilai social dan norma norma social sudah terdapat keselarasan. Ketertiban social yang dicapai dapat diukur melalui beberapa indicator (ukuran ) yaitu: 1. Adanya sistim nilai dan norma yang jelas. 2. Masing-masing anggota masyarakat mengetahui dan memahami normanorma dan nilai-nilai social yang berlaku. 3. Masing-masing individu dalam masyarakat menyesuaikan tindakantindakannya dengan norma dan nilai yang berlaku. 2. Order. Order yang dimaksud dalam pembahasan ini tidaklah sama dengan orderan seperti dalam berbagai macam transaksi bisnis. Dalam sosiologi order akan menjadi (social order) yang merujuk suatu penggertian sistim dimana tatanan norma dn nilai social yang ada didalam kehidupan social tersebut dipatuhi, dijadikan pedoman oleh masyarakatnya. 3. Keajekan. Dalam konsep lain disebut Kontinuitas (continuity) merujuk pada keadaan social dalam kondisi keteraturan secara berkesinambungan .

14

4. Pola. Yang dimaksud dengan pola dalam hal ini adalah mekanisme atau cara dari proses interaksi social tersebut berlangsung dalam kehidupan social. Pola lebih menekankan pada aspek kebiasaan dalam keteraturan social yang biasa dilakukan dalam masyarakat. B.Kelompok-kelompok social (social group). 1. Kelompok Sosial yang teratur. Dalam konsep sosiologi, kelompok social diartikan sebagai himpunan atau kesatuankesatuan manusia yang hidup bersama oleh karena adanya hubungan diantara mereka. Ada beberapa persyaratan berhimpunnya manusia disuatu tempat untuk dianggap sebagai kelompok social. Beberapa persyaratan ini antara lain : 1. Adanya kesadaran bagi setiap anggota kelompok tersebut bahwa ia adalah bagian dari kelompok yang bersangkutan. 2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. 3. Terdapat factor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. 4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. Ada factor yang membetuk kelompok social dapat dilihat dari pengaruh-pengaruh : 1. Hubungan kedekatan 2. Adanya kesamaaan Selain factor kesamaan dan kedekatan sebagai unsur pembentuk kelompok social, di dalam kelompok juga terdapat seperangkat aturan yang menjadi pedoman atau petunjuk tingkah laku bagi anggota-anggota di dalam kelompok tersebut. Pedoman atau petunjuk tersebut dinamakan norma kelompok. Macam macam kelompok social yang teratur yaitu : 1. In group and out group (kelompok orang dalam dan kelompok orang luar). W.G Summer dalam bukunya Folkways mengartikan in group sebagai kelompokkelompok social yang masing-masing individu anggotanya mengidentifikasikan dirinya, sedangkan out group diartikan sebagai kelompok lain yang dianggap menjadi lawan in groupnya. 2. secunder ). Primary group dan secondary group ( kelompok primer dan kelompok

15

Ada beberapa pendapat tentang pengertian kelompok primer dan kelompok sekunder diantaranya : a. Charles Horton Cooley yang mengartikan kelompok primer sebagai kelompok kelompok yang ditandai oleh ciri-ciri saling mengenal antar anggotanya, kerja sama erat yang bersifat pribadi, dan sebagai salah satu hasilnya adalah peleburan dari individu-individu dalam satu kelompok sehingga tujuan individu adalah tujuan kelompok. Kebalikan dari kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang tidak atau kurang saling mengenal antar anggota, tidak ada pola-pola kerja sama yang erat, dan tidak ada peleburan sehingga tujuan individu adalah uurusan individu itu sendiri, bukan tujuan kelompok. b. Selo Sumardjan dan Soemardi, mendefinisikan kelompok primer sebagai kelompok kelompok kecil yang agak langgeng dan berdasarkan kenal mengenal secara pribadi antar sesama anggotanya. c. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt medefinisikan kelompok primer sebagai kelompok kecil yang para anggotanya saling kenal secara intim sebagai pribadi yang unik, sedangkan kelompok sekunder merupakan kelompok yang jalinan hubungannya bersifat impersonal (tidak bersifat pribadi), terpisahpisah, dan didasarkan pada asas manfaat.

3.Gemeinschaft dan gesellschaf. Gemeinschaft sebagai bentuk kehidupan bersama yang masing-masing anggota terikat hubungan bathin yang murni dan bersifat alamiah, serta bersifat kekal. Sedangkan Gesselschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek (sementara) bersifat dalam bentuk pikiran saja dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana diumpamakan sebuah mesin. Konsep Gemeinschaft oleh Ferdinand Tonies selanjutnya dijabarkan lagi dalam bentuk: 1. Gemeinschaft by blood 2. Gemeincschaft of place 3. Gemeinschaft of mind 4.Membership group dan reference group. Batasan ini merujuk pada definisi Robert K.Merton. Reference group merupakan kelompok social yang menjadi ukuran kekelompokan bagi seseorang adalah bukan keanggotaan secara fisik, tetapi ukurannya ialah perilaku suatu kelompok yang membentuk pribadi dari orang yang merasa sebagai anggota suatu kelompok. 2. Kelompok social yang tidak teratur.

16

A. Kerumunan(crowd). Yang dimaksud dengan kelompok social yang tidak teratur adalah kumpulan individu-individu yang secara kebetulan berhimpun dalam suatu tempat yang bersamaan. Untuk kelompok social yang tidak teratur ini dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu : 1. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur social; a. Khalayak atau pendengar yang formal (formal audience) merupakan kerumunankerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan. b. Kelompok ekspresif yang telah direnanakan (planned ekspresive group) yaitu kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam kegiatan kerumunan tersebut dan kepuasan yang dihasilkan. 2. Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowd). a. Kumpulan yang kurang menyenangkan. b. Kelompok orang yang sedang dalaam keadaan panic c. Kerumunan penonton karena orang-orang ingin melihat suatu kejadian tertentu. 3. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowd) a. Kerumunan yang bertindak emosional b. Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowd) adalah bertentangan dengan moral seperti kelompok orang yang sedang mabuk dan berjudi. B.Publik Publik adalah kelompok yang bukan merupakan kesatuan, akan tetapi walaupun tidak berupa kesatuan dalam gejala ini terdapat interaksi antar anggota melalui alat komunikasi. C.Kelas Sosial ( social Class) Kelas social adalah penggolongan manusia yang bentuk penggolongannya yang tidak sederajat dengan kelompok social. Setelah menempati kelas-kelas social tertentu, maka ia akan menempati posisi-posisi tertentu dalam kelompok dalam posisi itu disebut posisi social atau kedudukan social (status social) Kedudukan Sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam kelompok social atau masyarakat secara umum sehubungan dengan keberadaan orang lain di kelompok ini atau tempat suatu kelompok sehubungan kelompokkelompok lain yang lebih besar lagi. Kedudukan social adalah tempat seorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti ligkungan pergaulannya, prestisenya, hak dan kewajibannya.

D.Peranan Sosial (Social Role)

17

Yang dimaksud dengan peranan social adalah : Pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya (sstatus sosialnya) sebagai akibat dari interaksi social. Adapun yang dimaksud dengan kedudukan adalah posisi seseorang atau sekelompok orang sehubungan dengan danya orang lain disekitarnya akibat dari proses interaksi social itu sendiri. Pentingnya peranan adalah peranan mengatur perilaku seseorang, dan juga bahwa peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat menfsirkan perbuataan orang lain sehingga orang yang bersangkutan dpaat menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang- orang lain disekitarnya. Suatu peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu : 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. 2. Peranan adalah konsep perihal yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat. Kondisi Dinamis Peranan. Dalam masyarakat terdapat banyak individu dengan peranan yang berbagai aneka ragam. Kondisi tersebut membawa akibat dinamis bagi peran social sekarang yang berupa : 1. Konflik Peran. Konflik peranan akan terjadi apabila seseorang dengan kedudukan tertentu harus melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak diharapkan. 2. Ketegangan. Ketegangan peran akan terjadi jika seseorang mengalami kesulitan melakukan peran karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban-kewajiban yang harus diembannya dan tujuan peran itu sendiri. 3. Kegagalan. Kegagalan peran akan terjadi jika seseorang tidak sanggup menjalankan beberapa peran sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan. 4. Kesenjangan. Kesenjangan peran akan terjadi jika seseorang harus menjalankan peran yang tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan atau merasa tidak cocok menjalankan peran tersebut. E.Organisasi social ( Social Organisasi ) Oraganisasi social merupakan salah satu dari cirri/karakter masyarakat modern. Dalam masyarakat modern tersebut aka nada berbaagai macam/bentuk organisasi social baik yang bersifat formal maupun bersifat informal. Organisasi social merupakan berhimpunnya

18

orang-orang dalam kelompok tertentu yang didalam perhimpunan tersebut terdapat perncanaan dalam rangka mencapai tujuan melalui kerja sama antar anggotanya. Apabila dilihat dari sifatnya, organisasi dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Oraganisasi Formal. Organisasi yang bersifat teratur, terdapat struktur organisasi yang resmi, terdapat perencanaan kinerja organisasi sebagai langkah awal untuk mencapai tujuannya. Contoh : Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) , Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Organisasi ini proses pembentukannya melalui mekanisme formal, artinya prosedur-prosedur organisasi dilaluinya sehingga program kerja, struktur organsasinya jelas. 2. Organisasi Informal. Organisasi yang struktur organisasinya tidak jelas, program-program kerjanya tidak jelas, bahkan sering terjadi secara spontan. Contoh: Karang Taruna, kelompok pencinta music underground dan sebagainya. Proses pembentukan organisasi ini secara spontan, kadang-kadang ketika sekelompok orang berkumpul atau sekelompok penggemar obyek tertentu bisa membentuk asosiasi tertentu.

PENDAHULUAN

Manusia berbeda dari binatang.Perilaku pada binatang dikendalikan oleh instink/naluri yang merupakan bawaan sejak awal kehidupannya. Binatang tidak menentukan apa yang harus dimakannya, karena hal itu sudah diatur oleh naluri. Binatang dapat hidup dan melakukan hubungan berdasarkan nalurinya Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya.Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang.Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan

19

kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Kebiasaan suatu kelompok dapat berbeda dari satu kelompok ke elompok lain . kebiasaan yang berbeda itu mencakup bidang ekonomi , kekeluargaan , pendidikan , agama dan politik . Kebiasaan-kebiasaan tersebut ditanamkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya tujuannya adalah agar anggota kelompok masyarakat dari generasi berikut dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebiasaan nilai dan aturan yang dianut kelompok atau masyarakat . Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya.

Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses belajar, penanaman atau proses belajar, anggota , kelompok atau masyarakat tentang kebiasaan-kebiasaan di dalam kelompok atau masyarakat dalam sosiologi disebut sosialisasi. Sosialisasi adalah sebuah prosesnpenanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya . dalam sebuah kelompok dalam masyarakat

20

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASOSIALISASI
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli :

1. CharlotteBuhler Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan

21

menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya. 2. PeterBerger Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya. 3. PaulB.Horton Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya. 4. SoerjonoSoekanto Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru

5. Robert M.Z. Lawang Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan persyaratan lainnya yangdiperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat

berpartisipasi secara efektif dalamkehidupan sosial. 6. Horton dan Hunt: Suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya.

Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu: (1) belajar nilai dan norma(sosialisasi). (2) menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri (internalisasi).

22

(3) membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan normayang telah menjadi miliknya (enkulturasi). Hubungan Nilai Sosial dengan Sosialisasi

Nilai sosial : adalah ukuran, patokan , anggapan yang diikuti oleh orang banyak dalam masyarakat tertentu mengenai benar,pantas,salah atau baik.Nilai sosial mempengaruhi nilai yang diukur berdasarkan strukur atau system sosial yang ada dalam masyarakat.Sehingga nilai sosial merupakan bagian dari system

sosial/sosialisasi Norma sosial : adalah patokan-patokan yang diberi sanksi-sanksi apabila

melanggarnya.Di dalam kehidupan masyarakat memerlukan peraturan atau norma agar mereka dapat hidup dalam suasana yang harmonis.

B. FUNGSI SOSIALISASI
1. Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam kelompok masyarakatnya,

sehinggatidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktifsebagai anggota masyarakat

2. Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui pemungsian sosialisasi

sebagaisarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosialHal tersebut menunjukkan pentingnya norma dalam proses sosialisasi.

23

Sosialisasi dan pembentukan kepribadian 1. Warisan biologis 2. Lingkungan Fisik 3. Kebudayaan 4. Pengalaman kelompok

Agen sosialisasi antara lain : 1. Kelompok 2. Peer Group (teman sepermainan) 3. Sekolah 4. Media

Tujuan sosialisasi adalah : 1. Memberi ketrampilan dan pengetahuan untuk kelangsungan hidup kelak di masyarakat. 2. Menambah kemampuan berkomunikasi yang efektif dan efesien. 3. Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik. 4. Membiasakan individu dengan nilai dan norma 5. Tipe sosialisasi ada 2 yaitu : Formal

Sosialisasi ini terjadi melalui lembaga-lembaga berwewenang berdasarkan ketentuan yang berlaku. Misalnya lembaga sekolah. Informal Sosialisasi ini terjadi di lingkungan masyarakat ataupun dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan. Misalnya sesame anggota suatu klub.

C. JENIS SOSIALISASI
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua:

24

sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.

Sosialisasi primer
Sosialisasi Primer

Terjadi dalam lingkungan keluarga Sosialisasi pertama yang diterima individu

Sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dan menjadi pintu bagi seseorang memasuki lingkungan masyarakat. Sosialisasi primer disebut juga sosialisasi keluarga. MENURUT Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya.Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

25

Sosialisasi sekunder
Sosiologi Sekunder Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

Terjadi proses resosialisasi dan desosialisasi

1. Media sosialisasi Media sosialisasi dalam pembentukan kepribadian

1. Keluarga Media sosialisasi keluarga merupakan media sosialisasi pertama dan utama. Melalui lingkungan keluarga,anak mengenal dunia sekitarnya dan pola-pola pergaulan sehari-hari. Terbentuknya watak kepribadian sangat dipengaruhi bagaimana cara orang tua memberikan pendidikan dan bimbingan bagi anakanaknya. Kebijakan orang tua yang menunjang proses sosialisasi anak,antara lain : 1. Mengusahakan agar anak selalu berdekatan dengan orang tuanya. 2. Member pengawasan dan pengendalian yang wajar (tidak terlalu mengekang)

26

3. Membimbing anak agar dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. 4. Menasehati anak jika melakukan kesalahan dan memberitahukan jalan yang benar. Media sosialisasi keluarga 1. Sosialisasi Represif Sosialisasi Represif adalah suatu pola sosialisasi yang lebih menekankan penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Misalnya : orang tua melakukan hukuman fisik kepada anak yang tidak menanti perintahnya atau melakukan kesalahan sehingga dapat mengakibatkan anak menderita cacat fisik maupun cacat mental.

Cirri-ciri sosialisasi reprsesif 1. Penekanan pada hukuman dan imbalan 2. Anak harus patuh terhadap orang tua 3. Komunikasi sebagai perintah 4. Sosialisasi berpusat kepada orang tua dan keinginan orang tua 5. Dalam keluarga biasanya didominasu oleh orang tua (ayah). Akibat dari sosialisasi represif : 1. Proses kedewasaan anak sulit berkembang 2. Anak tidak dapat mengambil keputusan sendiri

27

3. Anak tidak dapat membentuk sikap mandiri 4. Anak akan selalu bergantung kepada orang lain. Bentuk dari sosialisasi represif adalah : Hukuman yang diberikan orang tua yang berlebihan kepada anak yang masih dini dapat menyebabkan trauma,cacat fisik,maupun cacat mental. 1. Sosialisasi Partisipasi Sosialisasi partisipasi adalah suatu pola sosialisasi yang memberikan apa yang diminta anak apabila anak tersebut berperilaku baik. Dalam sosialisasi ini,bahasa merupakan sarana yang paling baik. Dengan bahasa seseorang belajar berkomunikasi,belajar berfikir dan belajar mengenal diri.

Cirri-ciri sosialisasi partisipasi adalah : 1. Member imbalan bagi perilaku anak yang baik 2. Komunikasi sebagai interaksi 3. Anak menjadi pusat sosialisasi 4. Orang tua memperhatikan keinginan anak 5. Hukuman dan imbalan simbolis 6. Anak diberi kebebasan Bentuk dari sosialisasi partisipasi adalah peran orang tua dalam proses sosialisasi anak sanagt menentukan perilaku anak di kemudian hari.

28

1. Teman Sepermainan Media sosialisasi teman sepermaian Peran positif dari kelompok teman sepermainan adalah : 1. Anak merasa aman dan dianggap penting dalam kelompok sepermainan. 2. Anak dapat tumbuh baik 3. Anak mendapatkan tempat yang baik untuk menyalurkan rasa kecewa,takut,khawatir dan gembira 4. Anak dapat mengembangkan ketrampilan sosial 5. Anak dapat bersikap dewasa. Bentuk dari media sosialiasi teman sepermainan : Dalam berkelompok sepermaianan,seseorang anak berinteraksi dengan teman sebayanya. Dalam tahap ini anak mulai mempelajari berbagai aturan tentang perang orang-orang yang berkedudukan sederajat.

Sekolah Media sosialisasi sekolah Peran positif dan fungsi media sosialisasi sekolah adalah : 1. Mengembangkan potensi anak untuk mengenal kemampuan dan bakatnya 2. Melestarikan kebudayaan 3. Member pengajaran ketrampilan bicara dan mengembangkan kemampuan berpikir 4. Meningkatkan taraf kesehatan melalui pendidikan olah raga

29

5. Menciptakan warga Negara yang cinta tanah air 6. Mengadakan hiburan umum (pertunjukkan kesenian atau pertandingan olah raga) Bentuk dari media sosialisasi sekolah adalah Berbeda dengan di rumah,di sekolah peranan yang menonjol adalah peranan yang diraih dengan menunjukkan prestasi. Di sekolah seorang anak mempelajari bagaimana berinteraksi dengan guru dan siswa lainnya. 1. Lingkungan Kerja Media sosialisasi di lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang mempunyai pengaruh dalam proses pembentukan kepribadian , sebab seseorang yang bekerja pada suatu instansi akan menyesuaikan dirinya dengan norma-norma yang berlaku. Dalam lingkungan kerja,seseorang harus belajar bagaimana berinteraksi dengan teman sekerja,dengan pimpinan dan relasi bisnis.

Bentuk dari media sosialissi lingkungan kerja Di lingkungan kerja,seseorang dapat mengendalikan tingkah laku menghadapi rekan kerja atau pimpinan kerja. 1. Media Massa Media massa seagai media sosialisasi Media massa TV,radio,video,surat kabar,majalah mempunyai peran penting dalam proses sosialisasi. Dengan kemajuan teknologi dalam media massa,dalam waktu

30

singkat berbagai peristiwa,pesan,berita,pendapat,dengan mudah diketahui oleh masyarakat. Media massa juga berperan dalam mentransformasi nilai dan norma yang baru dalam masyarakat. Bentuk dari media massa sebagai media sosialisasi Informasi atau pesan yang diperoleh dari intenet dapat memicu konflik dalam diri anak. Ilmu pengetahuan anak dapat meluas dengan membaca buku di perpustakaan sekolah.

Sosialisasi di berbagai daerah Setiap daerah memiliki cara bersosialisasi berbeda-beda. Sesuai dengan norma lingkungan tempat tinggal dan adap istiadat yang berlaku. Sehingga tiap daerah memiliki perbedaan misalnya tingkah laku disuatu daerah diperbolehkan sedangkan di daerah lain belum tentu diperbolehkan.

D . PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Setiap manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda,bila anda perhatikan di lingkungan sekitar misalnya di ruang publik pasti akan anda temukan karakter manusia tersebut yang bervariasai. Ada begitu banyak reaksi terhadap jawaban sebuah karakter. Dan itulah yang disebut dengan kepribadian .

PENGERTIAN KEPRIBADIAN

31

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai ciri untuk yang bersifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dari orang lain. Sebenarnya kepribadian adalah organisasi dari faktor-faktor biologis,psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Kepribadian mencakup kebiasaan,sikap dan sifat yang khas dimiliki seseorang. Kepribadian berkembang apabila berhubungan dengan orang lain.

Menurut para ahli,kepribadian adalah :


Allport Kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukannya cara-cara yang unik dalam menyelesaikan dirinya dengan lingkungan.

Th. M. Newcomb Kepribadian adalah merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sevagai latar belakang terhadap kepribadiaannya Roucek dan Warren

Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis,psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Cuber

32

Kepribadian adalah sebagai keseluruhan dari cirri-ciri atau sifat yang tampak dan dapat dilihat pada seseorang

Tahap kepribadian manusia


Play Stage Tahap ini seseorang mulai belajar mengambil peran orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia mulai meniru peran yang sering berinteraksi dengannya seperti orang tua dan saudaranya. Kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain mulai terbentuk pada tahap ini. Game Stage Pada tahap peniruan yang dilakukan mulai berkurang dan digantikan peran yang secara langsung dijalankan dengan pebuh kesabaran. Mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga,bekerja sama dengan teman-temannya.

Generalized Others

Pada tahap ini mulai mampu mengambil peran orang lain yang lebih luas. Dalam tahap ini,ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peran dirinya dan perang orang lain.

faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian

33

1. Kesiapan atau kematangan pribadi seseorang. Pendidikan yang diberikan pada anak mensyaratkan bahwa sosialisasi memerlukan kesiapan dalam menjalani proses tersebut yaitu potensi manusia untuk belajar dan kemampuan berbahasa. 2. Lingkungan/sarana sosialisasi : potensi manusia tidak dapat berkembang secara otomatis melainkan memerlukan lingkungan sosial yang tepat. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh : interaksi dengan sesama, bahasa, dan cinta/kasih sayang. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan :

Interaksi dengan sesama : dalam interaksi diperlukan pertumbuhan kecerdasan, pertumbuhan sosial dan emosional, mempelajari polapola kebudayaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Melalui interaksi orang dapat belajar tentang pola perilaku yang tepat serta belajar hak, kewajiban dan tanggung jawab.

Bahasa : bahasa digunakan untuk mempelajari simbol - simbol kebudayaan, merumuskan dan memahami kebudayaan, memahami gagasan yang kompleks dan menyatakan pandangan maupun nilai seseorang.

Cinta / kasih sayang : cinta sangat diperlukan untuk kesehatan mental dan fisik seseorang. Lingkungan dimana ia tinggal sangat berpengaruh pada sosialisasi. Lingkungan yang buruk akan mempengaruhi perkembangan pribadinya. Contoh : Dari keluarga Broken Home akan berpengaruh negatif pada perkembangan pribadi anak seperti rendah diri, suka berontak, nakal dan sebagainya.

Proses pembentukan kepribadian

34

Proses pembentukan kepribadian melalui sosialisasi dapat dibedakan menjadi berikut: 1. Proses sosialisasi yang dikerjakan tanpa sengaja lewat interaksi sosial dimana individu menyaksikan pola-pola perilaku dari orang yang ada disekitarnya. 2. Proses sosialisasi yang dikerjakan secara sengaja lewat proses pendidikan dan pengajaran oleh para pendidik yang mewakili masyarakat.

Kebudayaan yang langsung mempengaruhi kepribadian seseorang inidividu pada umumnya adalah :
1. Kebudayaan daerah 2. Cara hidup di lingkungan sosial yang dapat dilihat dari cara berpakaian 3. Agama yang dianut 4. Pekerjaan atau profesi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang adalah :


1. Kebudayaan daerahnya 2. Cara hidup di lingkungan masyarakat 3. Kebudayaan khusu yang berdasarkan kelas sosial

Kebudayaan mempengaruhi kepribadian karena :

35

Pada umunya karena kita bertempat tinggal dan sekaligus cara hidup kita di lingkungan masyarakat desa atau kota. begitupun kebudayaan khusus dapat dilihat dari cara berpakaian,cara mengisi waktu senggang dan etika pergaulan.

Hubungan kepribadian dengan kebudayaan


1. Kebudayaan khusus kedaerahan 2. Agama yang dianut 3. Pekerjaan/keahlian/profesi 4. Cara hidup/way of life 5. Kebudayaan khusus statuts (pergaulan,cara berpakaian dll)

36

BAB III PENUTUP

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi sangat berpengaruh besar terhadap pembentuk kepribadian. Kepribadian seseorang terwujud dari hasil

sosialisasinya.

Kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, yang dimulai dari lingkungan yang terdekat yaitu keluarga. Keluarga yang baik yang memiliki fisi dan misi yang jelas serta dengan manajemen keluarga yang tertata dengan rapi, punya arah dan tujuan yang jelas maka secara otomatis akan melahirkan generasi yang berkepribadian baik pula.

Generasi yang memiliki kepribadian yang baik maka dapat bersosialisasi dengan lingkungan secara baik pula.

Sosialisasi dan Kepribadian adalah dua hal yang saling berhubungan dan tak dapat dipisahkan, bahkan keduanya saling mendukung dan saling

mempengaruhi.

STRATIFIKASI SOSIAL DAN POLITIK DI DALAM MASYARAKAT

37

PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL


Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali disamakan, padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamanan dua konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokkan orang ke dalam tingkatan atau strata dalam hierarki secara vertikal. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan antar orang-orang atau kelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Misalnya masyarakat kelas menengah ke atas dalam banyak hal memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat miskin, bukan hanya dalam hal penampilan fisik mereka, tetapi di antara mereka biasanya juga berbeda ideologi, nilai yang dianut, sikap, dan perilaku sehari-harinya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari sikap dan gaya hidup di antara kelompok-kelompok sosial berdasarkan kelas-kelas tertentu. Atribut-atribut gaya hidup berdasarkan kelas sosial dapat dilihat secara kasat mata. Proses terjadinya sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya, atau disengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama. Proses terjadinya pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya berangkat dari kondisi perbedaan kemampuan antar individu atau antar kelompok sosial. Adapun sistem lapisan sosial yang sengaja disusun, biasanya mengacu kepada pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Agar dalam masyarakat manusia hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi-bagi dengan teratur dalam suatu organisasi vertikal atau horizontal. Bila tidak, kemungkinan besar terjadi pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan masyarakat. Sifat dari sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat ada yang tertutup dan terbuka. Yang bersifat tertutup tidak memungkinkan pindahnya seseorang dari lapisan-kelapisan yang lain, baik gerak pindahnya ke atas ataupun ke bawah. Keanggotaan dari lapisan tertutup, diperoleh melalui kelahiran. Sistem lapisan tertutup dapat dilihat pada masyarakat yang berkasta, dalam masyarakat yang feodal, atau pada masyarakat yang sistem pelapisannya ditentukan oleh perbedaan rasial. Pada masyarakat yang sistem pelapisannya bersifat terbuka, setiap anggota

38

mempunyai kesempatan berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik lapisan sosial, atau kalau tidak beruntung, dapat jatuh ke lapisan di bawahnya.

PELAPISAN SOSIAL DAN KESETARAAN


Perubahan masyarakat tradisional ke arah modern menimbulkan pergeseran peran serta fungsi dan lembaga-lembaga lama ke lembaga-lembaga yang baru. Ada yang mempertahankan status quo dan memandang perubahan sebagai ancaman, di lain pihak terdapat golongan elite baru yang melancarkan pemburuan. Penggeseran ini melahirkan sejumlah teori pelapisan sosial, ada yang menganggap sebagai sesuatu yang wajar, fungsional, dan sebagainya. Indonesia menjalani masa penjajahan selama 350 tahun yang penuh dengan penderitaan, menguatkan perasaan kesetiakawanan dan kesadaran akan kesamaan derajat. Banyak tradisi yang mempengaruhi jalan pemikiran manusia seperti sumbangan Yunani, Islam (Teosentris), tradisi humanistik, sampai ke piagam-piagam mengenai hak-hak asasi manusia dalam kelayakan martabat nilai pribadinya, dan persamaan hak dalam mengusahakan kemajuan sosial dan taraf hidup yang lebih baik, dan kebebasan yang luas.

DETERMINASI STRATIFIKASI SOSIAL


Memang masih diakui bahwa hingga saat ini determinasi untuk mengukur posisi atau kedudukan seseorang di dalam struktur sosial belum memiliki patokan yang pasti. Hanya saja, secara umum, determinasi dari stratifikasi sosial dapat dilihat dari dimensi usia, jenis kelamin, agama, kelompok etnis atau ras tertentu, tingkat pendidikan formal yang diraihnya, tingkat pekerjaan, besarnya kekuasaan dan kewenangan, status sosial, tempat tinggal, dan dimensi ekonomi. Berbagai dimensi strata sosial tersebut tentunya memiliki perbedaan pengaruhnya di dalam masyarakat. Hal ini sangat tergantung pada perkembangan masyarakat dan konteks sosial yang berlaku pada saat itu. Di dalam struktur masyarakat yang semakin modern, perbedaan sosial yang terbentuk dan berkembang di dalam struktur masyarakat umumnya tidak lagi didasarkan pada hal-hal yang bersifat adikodrati seperti perbedaan jenis kelamin dan usia. Determinasi stratifikasi sosial menjadi semakin kompleks dan tidak lagi bersifat given. Secara umum, determinasi menurut para ahli banyak berpengaruh dalam pembentukan stratifikasi sosial di dalam masyarakat yang semakin modern adalah dimensi ekonomi, status sosial, dan politik..

39

A. Hierarki Ekonomi Indikator untuk menentukan hierarki kelas berdasarkan ekonomi relatif beragam. Di dalam struktur masyarakat kapitalis tentu indikator dari hierarki kelas atas dasar ekonomi dapat dilihat dari jumlah kepemilikan lahan sebagai alat produksi. Artinya kepemilikan lahan pertanian akan lebih berharga daripada kepemilikan barang-barang berharga lainnya. Pola-pola hidup lebih menghargai harta warisan kekayaan daripada kekayaan yang diperoleh melalui perdagangan atau bisnis. Pada masyarakat feodal yang menitikberatkan pada sektor pertanian, kelas sosial dapat dilihat dari pola-pola hubungan antara tuan tanah atau pemilik tanah dan buruh tani (pamongan) yang mengerjakan lahan milik tuan tanah atau petani penggarap, yaitu sekelompok orang yang mengerjakan lahan milik orang lain dengan ijab kabul penyewa atau bagi hasil. Akan tetapi, di dalam struktur masyarakat kapitalistik, indikator untuk menentukan kedudukan seseorang di dalam masyarakat tidak lagi bertumpu pada faktor kepemilikan tanah. Kelas sosial lebih diukur berdasarkan kepemilikan uang sebagai modal produksi di dalam suatu perusahaan. Hubungan sosial di dalam struktur masyarakat kapitalis diwarnai oleh interaksi antara pemilik perusahaan dan buruh perusahaan yang oleh Karl Marx disebut kaum borjuis dan proletar. Struktur masyarakat kapitalis lebih menitikberatkan pada sektor industri daripada pertanian. Sementara itu, yang dimaksud dengan kekayaan adalah segala sesuatu yang menyangkut kepemilikan benda-benda berharga atau aset produksi seseorang atau keluarga. Adapun bendabenda berharga yang dikategorikan sebagai aset ekonomi juga beragam. Dalam masyarakat agraris misalnya, di dalam struktur masyarakat agraris tentunya sawah atau lahan pertanian menjadi ukuran kekayaan seseorang.

B. Hierarki Kekuasaan Di dalam struktur masyarakat, kekuasaan dan kewenangan selalu terdistribusi secara tidak merata. Artinya, kekuasaan dan kewenangan selalu terdistribusi secara hierarkis vertikal mengerucut bagian piramida. Makin di atas distribusi kekuasaan dan kewenangan makin mengerucut dan makin kecil jumlah orang yang menempatinya. Dengan kata lain, ada sebagian orang yang memperoleh kekuasaan dan kewenangan yang lebih besar dibanding dengan kelompok lainnya.

40

C. Hierarki Status Ada dua kriteria dalam menentukan kedudukan seseorang dalam masyarakat: Pertama, prinsip kebangsawanan yang ditentukan oleh hubungan darah seseorang dengan pemegang pemerintahan. Kedua, prinsip kebangsawanan yang ditentukan oleh posisi seseorang di dalam hierarki birokrasi. Seseorang, karena mempunyai salah satu atau kedua kriteria itu, dianggap masuk ke dalam golongan elite. Dan yang di luar golongan elite itu dianggap sebagai rakyat kebanyakan. Dari raja kekuasaan mengalir ke luar (kebawah) melalui hierarki pejabat birokrasi yang disebut abdi dalem. Selain itu, kelompok masyarakat yang meduduki posisi terhormat, biasanya memiliki gaya hidup yang eksklusif. Di dalam pergaulan hidup sehari-hari dapat dilihat dalam bentuk pembatasan pergaulan dengan kelompok orang yang statusnya lebih rendah. Anggota kelompok di dalam lingkar kebangsawanan cenderung menjalankan pola-pola endogami dan menghindari pernikahan dengan kelompok yang statusnya lebih rendah. Kelompok masyarakat yang dihormati ini tidak selalu mutlak harus berasal dari keluarga bangsawan, sebab dalam hal tertentu di dunia kepesantrenan terdapat kultur di mana keluarga kiai pengasuh pondok pesantren acap kali berada dalam lingkar kelompok orang-orang yang terhormat dan disegani. Peran dan fungsi kiai sebagai kelompok terhormat di dalam lingkungan masyarakat santri karena kiai dianggap sebagai figur alim ulama tempat kaumnya untuk bertanya tentang segala hal dan sebagai patron yang dihormati dan ditaati segala petuahnya.

AKUMULASI DIMENSI STRATIFIKASI SOSIAL


Di Indonesia, sistem pendidikan masih banyak diwarnai oleh pola-pola feodalisme dimana orientasi orang tua menyekolahkan anak-anaknya lebih banyak ialah ditujukan untuk mendapatkan status sosial di dalam masyarakatnya, sebab tingginya tingkat pendidikan akan mempengaruhi kedudukan seseorang di dalam lingkungan pekerjaannya. Namun, tingkat pendidikan yang tinggi tidak mesti berpengaruh pada kehormatan diri seseorang, sebab terkadang tingkat pendidikan lebih berpeluang memberikan pengaruh pada mobilitas sosial vertikal saja. Sebagaimana dikatakan Beteille bahwa pendidikan dianggap berharga sebab memberikan akses untuk jabatan dengan bayaran yang lebih baik.

41

KELAS SEBAGAI DIMENSI SOSIAL


Karl Marx beranggapan, bahwa masyarakat dan kegiatan-kegiatannya pada dasarnya merupakan alat-alat yang terorganisasi agar manusia dapat tetap hidup. Di dalam struktur masyarakat kelas sosial kenyataan dalam masyarakat yang timbul dari sistem produksi akibat ada anggota yang memiliki tanah dan alat produksi, dan yang tidak mempunyai serta hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan dalam proses produksi. Istilah kelas terkadang tidak selalu mempunyai arti yang sama. Adakalanya yang dimaksud dengan kelas ialah semua orang yang keluarga yang sadar akan kedudukannya didalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui serta diakui oleh masyarakat umum. Dalam kajian sosiologi, kelas-kelas dapat hidup dan kerja bersama tanpa pertentangan, dan senantiasa ada sepanjang masa di dalam tiap-tiap masyarakat yang hidup teratur. Pandangan lain terhadap kelas-kelas ada yang menggunakan penilaian fungsional dan historis. Terbentuknya kelas-kelas, menurut aliran fungsional, diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan yang nyata, dan gejalanya dimengerti apabila diketahui riwayat terjadinya seperti dalam abad ke-9, yaitu : a. Pada awalnya manusia hidup berkelompok tanpa tatanan sosial tertentu. Setiap pribadi merdeka dan sama derajat. Sarana produksi belum tercipta, sehingga penduduk tidak terbagi-bagi atas dasar kepemilikan keahlian. b. Usaha tani berkembang, sumber daya terbatas sehingga menuntut hadirnya peralatan khusus yang pada gilirannya menciptakan kesempatan baru atas penguasaan alat yang tidak setiap orang mampu memilikinya. c. Perbudakan berkembang berubah ke arah prinsip-prinsip kuli kontrak. Orang yang dahulu budak pelan-pelan bergeser statusnya mengikuti pergeseran pemilikan lahan. d. Prinsip kuli kontrak memberi kesempatan bagi tumbuhnya benih-beni feodalisme, tata penguasaan di tangan minoritas bangsawan. e. f. Struktur dasar bergeser kearah prinsip berjuis. Kini kaum berjuis memperoleh keuntungan yang besar. Maka muncul gejala baru, yaitu lapisan ini menjadi embrio sebuah kapitalisme industri.

KRITIK RALF DAHRENDORF TERHADAP MARX

42

Kritik Dahrendorf terutama menyangkut dua hal : kelemahan konseptual mengenai kelas dan konflik kelas dan model abstrak pembangunan kapitalis. Menurut Dahrendorf tulisan-tulisan Marx mencampuradukan konsep-konsep yang bersifat sosiologis yang bersifat empiris dan dapat diuji kebenarannya (seperti kelas konflik melahirkan perubahan sosial), dengan konsep -konsep yang bersifat filosofis yang tak dapat diverifikasikan dengan kata-kata (seperti masyarakat kapitalis merupakan masyarakat kelas yang terakhir dalam sejarah atau sosialis akan mengarah pada relasi sempurna kebebasan manusia). Pencampuradukan unsur sosiologi dan filosofi ini merupakan tameng penutup kelemahan hubungan antara kelas dan milik pribadi yang dirumuskan oleh Marx. Kritik yang kedua adalah menyangkut konsep yang model pembangunan kapitalis. Kapitalisme menurut Dahrendorf ternyata telah mengalami transformasi. Tidak melalui revolusi atau tidak melalui arah yang diperkirakan oleh Marx. Oleh karena itu, Dahrendorf memperkenalkan konsep lain untuk mengganti model pembangunan itu, yaitu dengan konsep masyarakat industri (industrial society) dimana kapitalisme hanya merupakan salah satu subtipenya. Kapitalisme merupakan bentuk masyarakat industri yang ditandai oleh suatu konsidensi dalam mana pemilik hak milik pribadi dan kontrol aktual atas sarana produksi berada pada satu tangan yaitu para enterpreneur. Dalam pengertian kapitalisme seperti ini pengertian milik dalam arti luas dan sempit bertumpang-tindih satu sama lain. Bentuk modern masyarakat tidak lagi mempunyai karakteristik seperti itu, melainkan yang memiliki sarana produksi. Masyarakat seperti ini disebut Dahrendorf sebagai masyarakat pascakapitalis. Terdapat enam perubahan yang penting dalam transformasi kapitalisme. 1. 2. 3. 4. 5. Dekomposisi kapital yaitu timbulnya diferensiasi dalam kerja borjuis. Dekomposisi buruh. Tumbuhnya kelas menengah baru. Meningkatnya mobilitas sosial. Perbaikan hak-hak politik warga negara sebagaimana pencerminan dalam hak pilih dalam pemilihan umum dan jaminan sosia untuk berarti kebijaksanaan distribusi dan redistribusi yang pada kapitalisme abad ke-19 sangatlah pincang. 6. Pelembagaan konflik kelas dalam bentuk pengakuan prosedur arbitrasi. Akan tetapi, Dahrendorf memandang bahwa ada dua konsep Marx yang perlu dipertahankan. Kedua, dalam setiap situasi antagonisme (konflik kelas), perjuangan dan

43

pertentangan selalu terjadi antara dua kelas utama. Akan tetapi konsep kelas Karl Marx harus dirubah, kelas dalam arti pemilikan sarana produksi (property) diganti menjadi kelas dalam arti kontrol atas sarana produksi (authority).

KELAS DAN KEPENTINGAN


Kelas yang mempunyai kewenangan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan kelas yang tak mempunyai kewenangan. Yang dimaksud dengan kepentingan disini tidak dalam arti subjektif sebagaimana dirasakan oleh orang-orang maupun dalam artinya yang objektif. Kepentingan yang objektif adalah kepentingan yang melekat pada peranan, posisi, atau jabatan. Kepentingan kelas yang mempunyai kewenangan adalah mempertahankan status quo pola-pola hubungan kewenangan yang ada (yaitu tetap mendominasi); sedangkan kepentingan kelas yang tak mempunyai kewenangan adalah mengubah ataupun menentang status quo hubungan kewenangan seperti itu, itulah sebabnya konflik merupakan sesuatu yang melekat pada masyarakat atau merupakan gejala serba hadir. Karena kepentingan-kepentingan tersebut di atas tidak selalu disadari adanya (sehingga tidak dirumuskan secara eksplisit dan tidak diorganisasi), maka kepentingan seperti ini disebut kepentingan yang bersifat laten (latent interest). Adapun mereka yang memiliki kepentingan yang terpendam itu disebut kelompok semu (quasi groups). Disebut sebagai kelompok semu karena hubungan sosial yang berkembang di antara para anggotanya terbentuk melalui proses yang tidak mereka sadari, akan tetapi, kendatipun hubungan mereka itu terbentuk melalui proses yang tak mereka sadari, mereka yang memiliki kepentingan semu itu mempunyai kepentingan dan tingkah laku yang sama. Oleh karena itu, kelompok kepentingan yang semu ini setiap saat dapat berubah menjadi kelompok kepentingan yang sesungguhnya.

KELOMPOK KEDUDUKAN SEBAGAI DIMENSI PELAPISAN SOSIAL


Kedudukan berbeda dengan kelas. Kedudukan (status group) adalah lapisan yang berdasarkan atas kehormatan kemasyarakatan. Namun dalam pembagian kekuasaan dalam masyarakat, di antara kelas ekonomi dan kelompok kedudukan banyak tali-temalinya.

44

Teori pelapisan sosial menurut dimensi kedudukan ini merupakan tanggapan Weber terhadap kelas dalam pelapisan sosial. Menurut Weber, status atau kedudukan merupakan hal yang menyangkut gaya hidup, kehormatan, dan hak-hak istimewa. Adapun kelas berkaitan dengan produksi, maka kedudukan berkaitan dengan konsumsi barang-barang. Masyarakat berfungsi, tergantung kepada adanya pola-pola kelakuan timbal balik antara individu-individu dan kelompok-kelompok. Posisi yang saling berhadapan di dalam pola-pola kelakuan timbal balik semacam itu secara teknis disebut status. Kelas dan kedudukan memiliki hubungan timbal balik yang erat karena status berasal dari kelas, dan dalam perkembangan keduanya cenderung bersatu walaupun dapat dibedakan secara analitis. Contoh, partai terbentuk atas dasar kelas dan status.

BENTUK-BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL


Untuk lebih mudah bentuk-bentuk stratifikasi sosial dapat di cermati dalam kehidupan masyarakat. Yang berkaitan dengan pola-pola stratifikasi sosial seperti hubungan antara majikan dan buruh, antara penguasa dengan rakyat, antara kelompok intelektual dengan kelompok orang awam, antara kaya dan miskin. Pertanyaannya adalah mengapa di dalam setiap kehidupan sosial mesti terjadi pola-pola hubungan sosial seperti itu?. Beberapa hal yang ikut memberikan andil bagi terbentuknya pola-pola kehidupan sosial seperti tersebut di antaranya : Sistem kekastaan dalam agama Hindu turut andil bagi terciptanya stratifikasi sosial ini bahkan telah menjustifikasinya. Menurut Lumberg, kasta adalah suatu kategori di mana para anggotanya di tunjuk dan di tetapkan status yang permanen dalam hierarki (lapisan Vertikal) sosial, serta hubungan-hubungannya yang di batasi oleh status yang di milikinya. Adapun ciri-ciri sistem kekastaan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Keanggotaan diperoleh karena warisan /kelahiran. Anak yang lahir akan otomatis mengikuti kasta orangtuanya, sehingga kualitas seseorang tidak di perhitungkan berdasarkan kualitas SDM yang melekat pada seseorang, tetapi lebih banyak ditentukan pada posisi kasta yang melekat dirinya. 2. Keunggulan kekastaan ini di wariskan seumur hidupnya, sehingga posisi seseorang di dalam kekastaan akan berlaku seumur hidup. Usaha untuk mengubah status sosial dalam sistem kehidupan seperti ini biasanya tidak mudah. Jika terdapat seseorang yang melanggar aturan

45

kekastaan sehingga ia dikeluarkan dari lingkungan kastanya, karena melanggar aturan yang berlaku di dalam sistem tersebut. 3. Pola perkawinan biasanya bersifat endogamy, artinya tidak akan mungkin terjadi hubungan perkawinan dari orang-orang yang berlatar belakang kasta yang berbeda. 4. Pola-pola aturan antar kasta dapat dilihat dari mekanisme kehidupan sehari-hari di mana orang yg berada dalam lingkar kasta tertentu biasanya akan terikat dengan aturan kastanya. 5. Hak dan kewajiban dalam sistem kekastaan biasanya berbeda, misalnya dalam mendapatkan akses pendidikan dan kesejahteraan sosial. Dalam kehidupan kekastaan ini biasanya prestise seseorang benar-benar di perhitungkan. 6. Biasanya kasta yang lebih rendah merupakan bagian dari kasta yang lebih tinggi, oleh sebab itu kasta yang lebih rendah biasanya selalu di kendalikan oleh kasta yang lebih tinggi secara terus-menerus. Seiring dengan perubahan sosial yang lebih mengarah pada pola-pola modernisasi kehidupan dan demokratisasi dalam kehidupan sosial, maka sistem apartheid juga berperan dalam membentuk pola-pola stratifikasi sosial di dalam salah satu struktur sosial. Apartheid merupakan istilah dalam bahasa afrika yang memiliki arti pemisahan, yang bentuk penerapannya adalah pemisahan yang terjadi antara golongan penduduk yang berkulit hitam dan yang berkulit putih.

KELAS SOSIAL
Kelas sosial adalah merupakan gejala yang serba hadir di setiap kehidupan sosial, artinya dalam setiap kehidupan sosial selalu ada pola-pola penggolongan manusia dalam kelompok dengan berbagai kriteria yang melekat pada diri masing-masing anggota kelompok tersebut. Biasanya kelas sosial terdiri dari sejumlah orang yang memiliki status sosial baik yang diperoleh berdasarkan kelahiran (ascribed status), perjuangan utk meraih status sosial (achieved status) dan karena pemberian (assigned status). Faktor lain yang ikut andil dalam pembentukan sistem stratifikasi sosial adalah sistem feudal di dalam struktur masyarakat. Masyarakat feodal dapat di batasi sebagai tatanan masyarakat yang di tandai oleh beberapa indicator di antaranya : 1. Ketergantungan kehidupannya pada sektor pertanian dan perkebunan (agraris).

46

2.

Ukuran kelas sosial selalu didasarkan pada faktor kepemilikan tanah, sehingga orang-orang yang memiliki tanah yang luas atau tuan tanah menempati kelas sosial atas.

3. 4.

Pembedaan status sosial kemasyarakatan dengan gelar kebangsawanan . Pola-pola hubungan perekonomian lebih banyak di dominasi oleh pola-pola hubungan antara tuan tanah dan buruh tani, petani penggarap dan penyewa tanah pertanian. Dalam sistem feodalisme kehidupan masyarakat didominasi oleh dua kelompok besar ,

yaitu sekelompok orang bangsawan yang menempati srata sosial yang tinggi dan rakyat jelata sebagai kelompok sosial yang rendah.

SIFAT-SIFAT STRATIFIKASI SOSIAL


Sifat pelapisan masyarakat terdiri dari dua macam , yaitu (closed social stratification) pelapisan sosial tertutup, dan (open social stratification) pelapisan sosial terbuka. Sistem pelapisan sosial tertutup artinya tertutupnya kemungkinan seseorang atau sekelompok orang untuk pindah dari lapisan sosial satu ke lapisan sosial lainnya secara vertical. Sistem pelapisan sosial dalam dalam berbagai gejala akan di temukan beberapa gejala lapisan sosial di antaranya : 1. Sosial di dalam struktur di dalam masyarakat feodal dan sistem kekastaan dapat dikatakan sebagai bentuk pelapisan sosial secara tertutup, sebab dalam pelapisan sosial dalam masyarakat feodal akan sulit bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memasuki lapisan sosial tertentu. 2. Dalam sistem kekastaan akan tidak mungkin seseorang yang berkata sudra menempati posisi kasta ksatria dan sebagainya. 3. Dalam pelapisan berdasarkan ras manusia juga dapat dijumpai sistem pelampisan sosial tertutup, sebagaimana dalam politik apartheid di Afrika Selatan yang menempatkan golongan masyarakat kulit hitam sebagai strata sosial terendah. Stratifikasi sosial berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi stratifikasi sosial terbuka, kemungkinan dapat berpindah kedudukan bisa terjadi dan stratifikasi sosial tertutup, perpindahan kedudukan sosial sangat terbatas atau bahkan tidak ada. Struktur masyarakat Indonesia masih banyak diwarnai oleh sistem feodalisme yang ditandai dengan berbagai macam simbol yang ada di dalamnya. Orang yang memiliki gelar raden, eyang, SH dan sebagainya misalnya, biasanya memiliki prestise tersendiri. Sehingga tidak heran jika banyak orang yang menempuh pendidikan dengan tujuan mendapatkan gelar dan

47

ijazah, bukan pengetahuan dan keterampilan. Maka pertanyaannya adalah seberapa jauh pengaruh gelar akademis simbolis tersebut pada naik turunnya status sosial seseorang dalam masyarakat?. Kenyataannya yang ada saat ini adalah banyak mereka yang lulus pendidikan tinggi menganggur dan tidak lebih baik status sosialnya dibandingkan mereka yang hanya mengikuti pendidikan nonformal setelah lulus sekolah menengah umum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial di struktur masyarakat modern lebih dinamis di bandingkan dalam struktur masyarakat tradisional yang lebih tertutup. Pengaruh eksternal dalam masyarakat modern juga memiliki pengaruh yang lebih besar di bandingkan dalam masyarakat tradisional yang lebih menekankan kepada aspek simbolis, akan tetapi pergeseran sosial membawa struktur sosial ke arah kapitalisme yang indikator kelas sosialnya bukan lagi kepemilikan lahan pertanian. Hal tersebut di karenakan dalam masyarakat kapitalis, faktor produksi pertanian telah mengalami perubahan ke sektor perindustrian.

MACAM-MACAM STRATIFIKASI SOSIAL BERDASARKAN CARA MEMPEROLEHNYA


A. Ascribed Status Ascribed status merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah, artinya posisi yang melekat dalam diri seseorang diperoleh tanpa melalui serangkaian usaha, antara lain : a. Status perbedaan usia (age stratification) Umumnya di dalam masyarakat Indonesia terdapat pembagian/perbedaan antara hak dan kewajiban antara orang-orang yang lebih tua dan yang lebih muda. b. Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (gender sex stratificatio) Biasanya penstrataan sosial yang membedakan antara hak dan kewajiban berdasarkan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh adat tradisi dan sebagian ajaran agama. c. Status yang didasarkan pada sistem kekerabatan Munculnya kedudukan dalam keluarga, seperti kepala keluarga, ibu rumah tangga dan anakanak berimplikasi pada status dan peran yang harus diperankan oleh masing-masing person dalam rumah tangga. d. Stratifikasi berdasarkan kelahiran (born stratification) Seorang anak yang dilahirkan akan memiliki status sosial yang mengekor pada status sosial orang tuanya.

48

e.

Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu (grouping stratification) Perbedaan ras seringkali menimbulkan pemahaman sekelompok manusia tertentu memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan manusia lain masing sering ditemukan sebagai bagian dari gejala sosial.

B. Achieved Status Achieved status merupakan status seseorang yang disandang melalui perjuangan. Pola-pola seperti ini biasanya banyak terjadi di struktur sosial yang telah mengalami perubahan dari polapola tradisional ke arah modern. Beberapa contoh model ini yaitu : a. Stratifikasi berdasarkan jenjang pendidikan (education stratification) Jenjang kependidikan seseorang biasanya mempengaruhi status sosial seseorang di dalam struktur sosialnya. Maka, tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh pada pola-pola kehidupan individu tersebut. b. Stratifikasi berdasarkan senioritas (seniority stratification) Gejala ini biasanya dikaitkan dengan profesi atau pekerjaan yang dimiliki seseorang. Tingkat senioritas dalam berbagai lembaga pekerjaan biasanya ditentukan berdasarkan tingkat tenggang waktu bekerja dan jabatan. c. Stratifikasi di bidang pekerjaan (job stratification) Berbagai jenis pekerjaan juga berpengaruh pada sistem pelapisan sosial. Pola-pola pelapisan sosial seperti ini membuka peluang bagi siapa saja yang memiliki kegigihan dalam usaha untuk meraih status sosial yang lebih tinggi. d. Stratifikasi di bidang ekonomi (economic stratification) Pada umumnya status sosial yang paling mudah diidentifikasi di dalam struktur sosial adalah didasarkan pada besar kecilnya penghasilan dan kepemilikan benda-benda materi atau harta benda.

C. Assigned Status Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau sekelompok orang dari pemberian, yang tak luput dari usaha-usaha seseorang atau sekelompok orang tersebut sehingga ia memperoleh penghargaan.

49

KEDUDUKAN DAN PERANAN


Kaitan antara stratifikasi sosial dan status sosial adalah ada pada kedudukan (status) dan peran (role) kehidupan seseorang di dalam kehidupan sosial. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia berarti telah menjalankan peranannya. Biasanya peranan sosial seseorang diatur oleh norma-norma sosial yang ada, oleh karena itu norma-norma sosial sangat menentukan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok.

BENTUK-BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Berikut ini beberapa hal yang menjadi indikator kelas-kelas sosial : A. Perbedaan dalam Kesanggupan dan Kemampuan Anggota masyarakat yang menduduki strata tinggi, tentu memiliki kesanggupan dan kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan anggota masyarakat yang berada di posisi bawahnya. Tingkat kesanggupan dan kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat dilihat dari : 1. Perlengkapan rumah tangga dan barang-barang konsumsi sehari-hari. Perlengkapan bagi golongan kelas atas akan mencerminkan kelas sosial yang dimilikinya dan memiliki nilai seni dan gaya hidup, sedangkan bagi kelas bawah perlengkapan rumah tangga yang digunakan sehari-hari hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup. 2. Perbedaan dalam berbusana. Bagi golongan kelas bawah, busana biasanya hanya digunakan sekedar menutupi anggota badan yang tidak layak ditampakkan, tetapi bagi golongan kelas atas, busana selalu dikaitkan dengan nilai seni dan juga gaya hidup. 3. Tipe tempat tinggal dan lokasinya. Tempat tinggal untuk golongan atas biasanya berada di suatu kawasan elite dan menganggap penting nilai artistik serta arsitektur tempat tinggal, sedangkan untuk golongan bawah tempat tinggal hanya sekedar tempat untuk berlindung tanpa nilai seni dan arsitektur. 4. Pentingnya menu makanan. Golongan kelas atas menaruh perhatian kepada keseimbangan nutrisi dan kebersihan makanan, sedangkan golongan kelas bawah makanan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar.

50

B. Perbedaan Gaya Hidup Tingkat perbedaan gaya hidup dapat dilihat dari : 1. Perbedaan pakaian seragam yang dikenakan. Biasanya pakaian selalu diidentikkan dengan pangkat atau gelar yang dimiliki oleh seseorang. 2. Gaya berbicara. Biasanya golongan kelas atas selalu menggunakan istilah asing yang sukar dipahami dalam pembicaraan sehari-hari. Sedangkan pada kelompok kelas bawah, hanya memakai bahasa lokal setempat yang sederhana dan mudah dimengerti. 3. Sebutan gelar, baik gelar kebangsawanan feodalisme maupun gelar-gelar akademis. Gelar kebangsawanan di kalangan masyarakat, seperti : raden bagus, andi, ajengan, elang. Sebutan gelar ini hanya dimiliki oleh golongan ningrat atau darah biru. Adapun gelar akademik adalah gelar untuk menunjukkan kepada khalayak bahwa golongan ini berasal dari golongan yang berpendidikan tinggi. 4. Jenis kegiatan dan kegemarannya. Untuk golongan atas kegiatan dan kegemarannya biasanya merupakan gengsi tersendiri yang memiliki nilai tinggi. Sedangkan pada kelas bawah lebih disibukkan dengan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau mencari nafkah.

C. Perbedaan dalam Hal Hak dan Akses Memanfaatkan Sumber Daya Seseorang yang menduduki jabatan tinggi biasanya akan semakin banyak hak dan fasilitas yang diperolehnya. Sementara itu, seseorang yang tidak menduduki jabatan strategis apapun tentu hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan semakin kecil.

CARA MEMPELAJARI STRATIFIKASI SOSIAL


A. Pendekatan Objektif Pendekatan objektif artinya, usaha untuk memilah-milah masyarakat ke dalam beberapa lapisan dilakukan menurut ukuran-ukuran yang objektif berupa variabel yang mudah diukur secara kuantitatif.

B. Pendekatan Subjektif Pendekatan subjektif artinya, pendekatan menurut kesadaran subjektif warga masyarakat itu sendiri.

51

C. Pendekatan Reputasional Pendekatan Reputasional artinya, pelapisan sosial disusun dengan cara subjek penelitian diminta menilai status orang lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut ke dalam skala tertentu.

STRATIFIKASI POLITIK
Kekuasaan politik adalah kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik sehingga menguntungkan atau paling tidak tak merugikan pihak yang mempengaruhi tersebut. Menurut Andrain, terdapat tiga model distribusi kekuasaan yang biasanya digunakan oleh para ilmuwan politik, yakni sebagai berikut :

A. Model Elitis Model elitis berasumsi bahwa kekuasaan selalu terkonsentrasi pada tangan minoritas kecil yang disebut elite. Model elitis ini secara umum dapat dibagi dua yaitu model elitis klasik yang mengkategorikan masyarakat menjadi dua kelas yaitu kelas pemerintah dan kelas yang diperintah. Kelas yang pertama, jumlahnya sedikit, melaksanakan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan-keuntungan yang dibawa oleh kekuasaan tersebut; sedangkan kelas yang kedua, jumlahnya lebih banyak, diarahkan dan dikendalikan oleh penguasa dengan cara yang kurang lebih legal, semaunya dan kekerasan. Berikut ini beberapa asumsi yang mendasari pandangan ini : 1. Elite politik ialah seseorang yang mempunyai pengaruh besar dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik atau seringkali elite politik diartikan sebagai orang yang mempunyai kelebihan yang justru tidak dimiliki kebanyakan orang. 2. Robert Michels menemukan empat alasan mengapa antara yang memerintah (the ruler) dan yang diperintah (the ruled) terdapat kesenjangan. Pertama, alasan administratif. Setiap organisasi harus mempunyai keahlian dan kompetensi administrasi untuk pelaksanaan tugastugas terspesialisasi dan keahlian tersebut yang tidak dimiliki oleh khalayak umum. Kedua, alasan kultural yaitu : para elite mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada khalayak umum. Ketiga, alasan psikologis yaitu bahwa pemimpin organisasi tergantung

52

pada sikap hormat, kepasifan dan kepastian khalayak umum; dan bahwa para pemimpin juga mengidentifikasi diri mereka dengan jabatan atau lembaga sehingga serangan terhadap mereka berarti serangan terhadap organisasi. Keempat, alasan taktis yaitu dalam situasi kritis (misalnya perang) pemerintahan oligarkis banyak yang mendapat dukungan dari khalayak. 3. Bahwa antar elite politik selalu terdapat kesamaan nilai dan berusaha mempertahankan nilainilai elite atau status mereka yang elite itu. Perubahan sosial terjadi apabila kelompok elite tidak mampu mendeteksi dan mengadaptasi kondisi-kondisi yang berubah dan apabila ideologi pembenar atas dominasi mereka sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat. Jika dikaji sifat dan karakter golongan elite politik, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga tipe elite politik, yakni : 1. Elite politik tipe liberal, seringkali disebut juga elite tipe demokrat yaitu elite politik yang segala perilaku politiknya berorientasi kepada kepentingan masyarakat umum. Golongan elite seperti ini akan bersifat tanggap terhadap aspirasi dan tuntutan masyarakat. 2. Elite politik tipe konservatif, seringkali disebut juga elite tipe oligarkis yaitu elite politik yang berusaha memenuhi kepentingan diri sendiri atau segala politiknya selalu berorientasi kepada golongan elitis itu sendiri, bersifat piramid dan hierarkis, serta tidak tanggap terhadap aspirasi dan tuntutan masyarakat umum. 3. Golongan counter elite, yaitu pemimpin yang berorientasi kepada khalayak dengan menentang segala bentuk kemampuan/perubahan. Ciri-ciri kelompok ini ialah ekstrem, tidak toleran, elite tipe ini terdiri atas dua sayap, yaitu sayap kiri (left wing) yakni aliran yang menuntut perubahan secara secara radikal dan revolusioner, dan sayap kanan (right wing) yakni aliran yang menentang segala macam perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Akan tetapi, menuntut menunjukkan diri sebagai pembawa suara rakyat, dan menuntut agar rakyat menguasai hukum, lembaga-lembaga dan prosedur hak-hak individual. Putnam membagi masyarakat menjadi enam lapisan politik yang kita kategorikan sebagai elitis kontemporer. 1. Kelompok pengambil keputusan (proximate decision makers). Kelompok ini umumnya adalah orang-orang yang menduduki jabatan-jabatan utama resmi di samping orang-orang lain yang tidak menduduki jabatan resmi tetapi mempunyai kekuasaan politik yang cukup besar.

53

2.

Kaum berpengaruh (the influentalis), terdiri atas lapisan birokrat tingkat tinggi, para usahawan/industrialis kaya dan para pemimpin kelompok kepentingan (seperti : pemimpin agama, etnik, ilmu pengetahuan dan teknologi). Jumlah lapisan ini lebih banyak dari lapisan pertama.

3.

Kaum aktivis, warga negara yang mengambil bagian secara aktif dalam proses politik, seperti anggota partai, aktivis partai, birokrat tingkat menengah dan para pemimpin redaksi surat kabar. Jumlah kaum aktivis lebih banyak daripada jumlah kaum berpengaruh.

4.

Masyarakat peminat politik (attentive public), yaitu masyarakat yang bukan lapisan pertama, kedua dan ketiga, mendiskusikan proses jalannya politik tetapi mereka jarang ikut terjun langsung ke kancah proses politik.

5.

Pemilih (voters), yaitu mereka ini mempunyai sumber kekuasaan politik kolektif yang penting (contoh : dalam hal pemilihan umum pada negara demokrasi), karena lapisan inilah yang paling besar jumlahnya, namun sebagai individu mereka tidak mempunyai pengaruh apa-apa.

6.

Lapisan terbawah adalah orang-orang yang secara politis hanya menjadi objek politik dan bukan sebagai aktor politik/non-partisipan yang secara politis tidak mempunyai pengaruh sama sekali.

Hubungan Elite dengan Khalayak Pada sistem politik demokrasi, hubungan yang saling mempengaruhi antara elite dan khalayak adalah hubungan yang terjadi karena telah terdapat pola persetujuan rakyat dengan pola kewenangan elite. Artinya, elite yang memerintah memandang dirinya berasal dari rakyat, karenanya dengan rela menerima dan menanggapi aspirasi dan tuntutan rakyat dengan wajar; sedangkan rakyat sadar untuk menaati kewenangan para elite karena rakyat lah yang memilih para elite atau persetujuan rakyat atas kewargaan elite. Pada sistem politik autokrasi tradisional atau sistem politik patrimonial, hubungan antara elite dan khalayak terjadi kerenggangan karena elite politik saling bertarung memperebutkan kekuasaan sehingga lupa atau tidak memperhatikan tuntutan khalayak, sementara khalayak bersifat pasif terhadap politik. Dan, pada sistem politik otoriter serta totaliter (komunis atau fasis), hubungan serba tergantung yang bersifat eksploitatif, artinya khalayak sangat bergantung kepada para elite yang

54

memerintah, sedangkan elite yang memerintah melakukan tindakan yang bersifat eksploitatif terhadap khalayak.

B. Model Pluralis atau Kelompok Kepentingan Teori pluralis ini membantah kebenaran elitis. Bagi teori pluralis, yang berkuasa atau yang mempunyai pengaruh besar dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik selalu terdiri atas lebih dari satu kekuatan politik; dan bahwa kekuatan-kekuatan politik (kelompokkelompok politik) itu tidak semuanya mempunyai kekuasaan yang bersifat ekonomi sebagaimana dituduhkan oleh teori elitis.

C. Model Populis Kerakyatan Berdasarkan pengertian demokrasi, maka dirumuskanlah beberapa asumsi lainnya yang mendasari model populis pandangan pertama. Pertama, setiap warga negara yang telah dewasa secara potensial mempunyai kekuasaan politik, seperti hak memilih dalam pemilihan umum. Kedua, setiap warga negara mempunyai perhatian dan minat yang besar terhadap proses politik, karena itu setiap warga negara mempunyai potensi untuk aktif dalam politik. Ketiga, setiap warga negara mempunyai kemampuan untuk mengadakan penilaian terhadap proses politik karena mereka mempunyai informasi politik yang akurat dalam jumlah yang memadai. Dan akhirnya, warga negara mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembuatan keputusan politik.

SIAPA YANG BERKUASA


Para sarjana ilmu politik biasanya mengemukakan tiga analisis untuk mengetahui siapasiapa yang berkuasa dalam suatu masyarakat, yakni sebagai berikut : 1. Analisis Posisi, yakni suatu analisis untuk mengetahui siapa yang berkuasa atau mempunyai pengaruh besar dalam pembuatan keputusan politik dengan melihat posisinya dalam lembaga pemerintahan. 2. Analisis Reputasi, yakni suatu analisis untuk mengidentifikasi pihak yang berkuasa yang tidak didasarkan kepada bagian organisasi resmi akan tetapi pada reputasi kekuasaan mereka secara informal.

55

3.

Analisis Keputusan, yakni analisis untuk mengetahui siapa-siapa yang berkuasa dengan cara mengamati dan meneliti siapa-siap yang ikut mengambil keputusan melalui beberapa kasus pengambilan keputusan yang dianggap cukup representatif.

BAB 14 PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

PENGANTAR
Gejala perubahan dapat dilihat dari system nilai maupun norma yang pada suatu saat berlaku akan tetapi di saat lain tidak berlaku. Para sosiolog saling berbeda pendapat tentang batasan perubahan sosial yang anatara lain definisinya adalah: 1. William Ogburn menyatakan batasan ruang lingkup perubahan sosial, mencakup unsurunsur kebudayaan baik yang bersifat materiil maupun yang tidak bersifat material (immaterial) dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur immaterial. 2. Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. 3. Gillin dan Gillin mengartikan perubahan sosial sebagai, suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah di terima, yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. 4. Selo Sumardjan menyatakan perubahan sosial adalah, segala perubahan pada lembagalembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola peri kelakuan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. 5. Hans Garth dan C. Wright Mills mendefinisikan perubahan sosial adalah, apa pun yang terjadi (kemunculan, perkembangan, dan kemudahan), dalam kurun waktu tertentu terhadap peran, lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial. 6. Samel Koenig menunjukan, pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Perubahan sosial tidak berarti kemajuan, tetapi dapat pula kemunduran, meskipun dinamika sosial selalu di arahkan kepada gejala transformasi (pergeseran) yang bersifat linier.

56

TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL


A. Teori Evolusi (Evolusionary Theory) Teori evolusi banyak di ilhami oleh pemikiran Darwin yang kemudian dijadikan patokan teori perubahan oleh Herbert Spencer, dan selanjutnya di kembangkan oleh Emilie Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Intinya, berbagai pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa perubahan tersebut merupakan lingkaran dari kejadian-kejadian. Pitirm A Sorokin berpendapat, bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi primer yang menyebabkan terjadinya perubahan sebagai akibat dari kondisi-kondisi tersebut. Kondisikondisi ini adalah kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau geologis yang meyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek kehidupan sosial lainnya. Perubahan sosial secara teoritis terdapat perubahan atas dasar teori siklus, linier (atau perkembangan), dan konflik. Akan tetapi, dilihat kaji dari sudut pandang teori apapun, pada dasarnya perubahan sosial akan selalu mengisi setiap perjalanan kehidupan manusia dan akan menjadi proses kehidupan itu sendiri. Hanya yang menjadi persoalan yaitu masalah cepat atau lambatnya perubahan itu sendiri. Perubahan berdasarkan waktunya dibedakan menjadi dua: 1. Perubahan sosial secara lambat (evolusi) Ada berbagai macam teori perubahan sosial secara evolusioner yang dipilah ke dalam beberapa kategori, sebagi berikut: Unlinier Theories of Evolution Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) senantiasa mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk kehidupan yang sederhana ke bentuk kehidupan yang sempurna (kompleks). Pelopor teori ini adalah Augus Comtee, Herbert Spencer, yang di kembangkan oleh Vilfredo Pareto dalam teori siklus (cyclical theory). Unilinier theories of evolution menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu. Prinsip-prinsip teori ini diuraukan oel Herbert spencer yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogeny ke kelompok heterogen baik sifat maupun susunannya. Multilined theories of evolution Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap perkembangan hal tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan system pencaharian dari system berburu ke system pertanian, terhadapa system kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya. Teori Konflik (Conlict Theory) Teori ini banyak diilhami oleh pandanagan Karl Marx, Frederict Engle, dan Ralf Dahrendorft. Teori ini memandang masyarakat dalam dualism kelas yang tersusun atas kelas borjuis dan proletariat. Sumber perubahan adalah dualism kelas sosial yang selalu bertentangan sebagai akibat ketidakadilan dalam pembagian asset-aset sosial ekonomi. Dalam pembagian ini kelompok proletar selalu berada dalam pihak yang menderita, sebab eksploitasi kaum borjuis telah menyebabkan penderitaan. Dalam hal ini penganut teori ini

57 berpendapat bahwa perubahan sosial pada dasarnya merupakan akibat dari konflik, sementara konflik itu sendiri merupakan gejala yang serba hadir dalam segala ruang dan waktu. Teori perubahan sosial Dahrendorft Dahrendorft mengemukakan teorinya bahwa sebagaimana stabilitas struktur sosial, perubahan-perubahan dalam struktur kelas sosial akan berdampak pada dua peringkat yaitu, normative ideologis (nilai) dan factual institusional. Kepentingan dapat menjaadi nilai-nilai tetapi juga menjadi realitas. Persamaan (equality) merupakan hak bagi setiap warga Negara. Semua perubahan struktur hendaklah dipahami sebagai melibatkan personel yang menduduki posisi-posisi yang dominan dalam asosiasi-asosiasi yang terkoordinasi secara ketat. Indikator ada tidaknya peubahan ini adalah orang yang menduduki posisi-posisi dominan ini. Pergantian personel dalam hal ini tidak dengan sendirinya merupakan perubahan structural, tetapi pergantian personel itu merupakan kondisi bagi kepentingan baru menjadi bernilai atau realitas. Teori tersebut mendeskripsikan hubungan antara perubahan sosial pengaruhnya terhadap mobilitas sosial, di mana berbagai perubahan sosial telah mempengaruhi status dan peranan sosial seseorang atau sekelompok orang. Teori fungsionalis (Functionalist Theory) Teori ini memandang penyebab dari perubahan adalah adanya ketidakpuasan masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku pada masa ini yang mempengaruhi pribadi mereka. Dalam hal ini William Ogburn menjelaskan, bahwa meskipun terdapat hubungan yang berkesinambungan antara unsure sosial satu dan yang lain, namun dalam perubahan ternyata masih ada sebagian yang mengalami perubahan tetapi sebagaian yang lain masih dalam keadaan tetap (statis). Dengan demikian setiap perubahan tidak selalu membawa perubahan pada semua unsure sosial, sebab masih ada sebagian yang tidak berubah. Teori Siklus (Cyclical Theory) Teori ini menggambarkan bahwa perubahan sosial bagaikan roda yang sedang berputar, yang artinya perputaran zaman merupakan sesuatu hal yang tidak dapat di elak oleh siapa pun dan tidak dapat dikendalikan oleh siapa pun. Bangkit dan mundurnya sebuah peradaban merupakan bagian dari sifat alam yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Penganut teori ini di anataranya Arnold Toynbee yang diperkuat oleh teori Ibnu Khaldun dalam karyanya yang berjudul Muqadimah. 2. Perubahan sosial secara cepat (revolusi) Perubahan secara cepat akan terjadi pada sendi-sendi atau dasar-dasar pokok dari kehidupan bermasyarakat (yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan) lazimnya dinamakan revolusi. Unsur-unsur pokok dalam revolusi yaitu adanya perubahan secara cepat pada sendi-sendi atau dasar-dasar pokok dari kehidupan masyarakat. Secara sosiologis, agar revolusi dapat terjadi maka perlu dipenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain: a. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan perubahan. Didalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas dengan keadaan ini. b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang di anggap mampu memimpin masyarakat tersebut.

58 c. Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat. d. Pemimpin tersebut harus menunjukkan tujuan baik yang konkret dan dapat dilihat pada masyarakat maupun tujuan yang abstrak seperti ideology tertentu. e. Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu saat dimana segala keadaan dan factor sosial adalah baik sekali untuk mulai dengan gerakan revolusi. Jika momentum yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA


Faktor-faktor penyebab perubahan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) factor dari dalam masyarakat itu sendiri (factor internal), dan (2) factor yang berasal dari luar masyarakat (factor eksternal) Faktor dari dalam dapat disebabkan oleh beberapa sumber, antara lain: 1. Bertambah dan berkurangnya penduduk. 2. Penemuan-penemuan baru yang di picu oleh beberapa hal: a. Adanya kesadaran diri dari setiap individu atau kelompok orang akan kekurangan dalam kebudayaannya yang di tandai dengan adanya sikap yang memandang kebudayaan kelompok lain lebih baik dari kebudayaan yang ada pada kelompoknya. b. Kualitas ahli dalam suatu kebudayaan c. Perangsang bagi aktivitas penciptaan dalam masyarakat. Penemuan baru bagaikan pancaran sumber air yang memancar ke berbagai arah yang memiliki hubungan korelasional dengan benda penemuan baru

1
Penemuan baru ada juga yang menjalar dari satu bidang tertentu ke bidang yang lainnya, atau dari lembaga masyarakat satu ke lembaga masyarakat lainnya.

Selain itu, sifat penemuan baru dari beberapa rangkaian penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis perubahan sosial. Artinya penemuan baru pada bidang X, bidang Y, bidang Z akan membawa satu titik perubahan sosial.

59

I I I
3. Pertentangan atau konflik masyarakat Konflik sosial merupakan pertentangan yang terjadi di dalam masyarakat yang heterogen atau masyarakat majemuk yang merupakan bagian dari dinamika sosial. Konflik sosial diawali oleh perbedaan-perbedaan kepentingan, pemikiran, dan pandangan yang di temukan dalam satu wadah. Sebagai gambaran dari interaksi yang merupakan hubungan timbal balik antara aksi dan reaksi, maka aksi dan reaksi ini akan mengahasilkan produk-produk sosial dari gejala konflik itu sendiri, yaitu perubahan sosial dan budaya. 4. Terjadinya pemeberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat Adapun faktor-faktor penyebab dari luar di antaranya: 1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia 2. Peperangan 3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain MENGAPA KEHIDUPAN SOSIAL SENANTIASA MENGALAMI PERUBAHAN Berikut beberapa faktor yang mendorong timbulnya perubahan sosial dan kebudayaan : 1. Dalam sejarah hidup manusia mengalami berbagai masalah- masalah baru dan memiliki tingkat kerumitan yang berbeda-beda pula, sehingga membuat manusia berfikir untuk menyelsaikan dan keluar dari masalah-masalah tersebut, misalnya: untuk mengangkat barang-barang yang berat manusia tidak dapat mengangkatnya sendiri , dan manusia mulai menggunakan tenaga kuda untuk menarik gerobak atau pedati, ketika angkutan dituntut cepat dan efisien maka manusia menciptakan berbagai macam alat angkut yaitu truk untuk didarat, pesawat untuk diudara, kapal untuk dilaut kendaraan bermesin tersebut mampu mengangkut dalam jumlah lebih banyak dan cepat. Pada akhirnya manusia banyak yang memanfaatkan kendaraan-kendaraan tersebut ketika banyak orang yang menggunakan alat transportasi darat seperti truk, sepeda motor dalam jumlah yang banyak maka semakin banyak kedaraan yang melewati jalan maka dijalan memerlukan pengaturan yang tepat agar tertib sehingga untuk pengaturan tersebut memerlukan petugas, akhirnya pekerjaan itu menibulkan unit baru dalam kepolisian yaitu Polisi lalu-lintas, dan masih banyak lagi contohnya. 2. Ketergantungan pada hubungan antar warga pewaris kebudayaan pada kenyataanya manusia dalam perkembangan kebudayaan memiliki pandangan yang berbeda-beda tergantung hubungan masyarakat yang mewarisi kebudayaan tersebut walaupun kebudayaan tersebut dari satu sumber yang sama, misalnya Pancasila yang muncul pertama sebelum

60 kemerdekaan yang dibentuk oleh BPUPKI bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan setelah indonesia merdeka dalam sejarahnya Pancasila memliki berbagai banyak penafsiran dimana penafsiran tersebut dipergunakan oleh para elit politik untuk membenarkan langkah-langkah politiknya sudah sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila. 3. Perubahan lingkungan, sesungguhnya manusia merupakan salah satu unsur yang memiliki hubungan saling ketergantungan, antara manusia dengan alam. Dimana kondisi alam dapat berubah dengan tingkah laku manusia, seperti contoh ketika manusia menebangi hutan dengan sembarangan tanpa memperdulikan reboisasi sehingga mengakibatkan tidak seimbangnya penebangan dengan penanaman pohon, memnyebabkan penyerapan air tidak sempurna oleh tanah dan menyebabkan banjir bandang, ketika perubahan alam itu terjadi berimplikasi pada perubahan sosial dan semua itu tidak lepas dari bagaimana cara manusia mengelola alam lingkungannya Perubahan sosial tidak akan terlepas dari kecenderungan manusia itu sendiri untuk mengubah, sehingga kecenderungan ini melahirkan konsep-konsep perubahan yan tersusun yang lazim disebut sebgai PROGRAM PEMBANGUNAN dengan demikian pembangunan sebagai perangkat terencana untuk merubah keadaan dan secara umum pembangunan memiliki beberapa faktor antara lain: 1. Rasa tidak puas dengan keadaan atau situasi yang ada sekarang ini. 2. Timbulnya keinginan untuk memperbaiki keadaan. 3. Kesadaraan akan adanya kekurangan-kekurangan dalam kebudayaan sendiri sehingga berusaha untuk menutupinya dengan mengadakan perbaikan 4. Usaha untuk menyesuaikan diri dengan keperluan keadaan dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan perubahan masyarakat. 5. Banyaknya kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh manusia hingga memungkinkan adanya usaha untuk dapat mengatasinya 6. Tingkat kehidupan yang kompleks dan adanya keinginan untuk meningkatkan taraf hidup 7. Sikap terbuka dari masyarakat terhadap hal-hal yang baru baik yang datang dari dalam maupu dari luar masyarakat itu sendiri 8. Sistem pendidikan yang dapat mermberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia untuk meraih masa depan yang lebih baik. Akan tetapi dari berbagai macam faktor yang mendorong bagi proses perubahan sosial, terdapat juga beberapa faktor penghambat bagi jalannya perubahan sosial dan budaya. Berikut berbagai macam faktor-faktor tersebut: 1. Adanya unsur-unsur tertentu yang masih memiliki fungsi dan diterima oleh masyarakt. Biasanya unsur yang berbau dengan adat akan sulit untuk diubah. Seperti kegiatan mudik lebaran dimana masyarakat desa yang sudah tinggal diperkotaan menjelang lebaran, pulang kekampung halaman. Gejala sosiall mudik lebaran ini merupakan kegiatan kebudayaan yang sulit untuk diubah. 2. Adanya unsur-unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil, pada umumnya makanan pokok masyarakat Indonesia adalah nasi, dan perilaku yang dibiasakan sejak kecil ini menjadi kebiasaan dalam struktur sosial dari masyarakat Indonesia, akan tetapi di wilayah perkotaan dan struktur masyarakat menengah keatas biasanya lebih memilih sarapan pagi dengan roti dan keju ketika makan siang lebih memilih hamburger. Namun kebiasaan ini tidak mengubah kebiasan pola makan masyarakat Indonesia pada umumnya.

61 3. Unsur-unsur yang yang bersifat ideologis yang menjadi falsafah kehidupan bersama dan religius yang dianut oleh masyarakat luas. Unsur ideologi dan keagamaan merupakan bagian dari kehidupan bangsa yang berharga mati, artinya keberadaannya akan dipertahankan hingga titik darah penghabisan. Seperti bangsa Indonesia mempertahankan Pancasila sebagai falsafah bangsa yang dipertahankan keberadaannya dengan sosialisasi antar generasi, begitu juga dengan unsur keagamaan yang kebenarannya tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh para penganutnya.

BATASAN ANTARA PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA , HUBUNGAN KETERKAITAN ANTARA KEDUANYA
Para sosiolong banyak mempersoalkan tentang pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial dan budaya. Agar tidak timbul kekaburan pembicaraan akan dibatasi lebih dahulu pada perubahan-perubahan sosial. Berikut beberapa pendapat sosiolog: 1. WILIAM OGBBURN, mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahann-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil atau immateriil, dengan terutama menekankan pegaruh bear dari immateriil. 2. KINGSLY DAVIS, mengartikan perubahan-perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur fungsi masyarakat.misalnya fungsi pengorganisasian buruh dalam masyarakat-masyarakat kapitalis, menyebabkan perubahan hubungan antara buruh dengan majikan yang kemudian menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi-politik. 3. GILLIN dan GILLING, mengatakan bahwa perubahan perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima yang disebabkan baik oleh perubahan-perubahan konsisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat ini. 4. Secara singkat SAMUEL KOENIG menyatakan bahwa perubahan-perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia, modifikasi ini terjadi disebabkan oleh yan terjadi secara intern maupun ekstern 5. SELO SUMARJAN mengatakan perubahan sosial merupakan segala perubahan lembagalembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai ,sikap-sikap pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan dan dfinisi ini terletak pada lembaa-lembaga kemasyarakatan sebgai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana kemudian mempengaruhi segi-segi lainnya dari struktur masyarakat tertentu.

PERUBAHAN YANG PENGARUHNYA KECIL DAN BESAR


Berbagai lembaga kemasyarakatan akan mengalami perubahan seperti hubungan kerja, system kepemilikan tanah, hubungan-hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat. Selain itu, dapat dilihat perubahan jumlah penduduk di Pulau Jawa terutama di daerah perkotaan telah membawa dampak yang cukup besar terutama semakin menyempitnya luas tanah, sementara jumlah kelahiran semakin tinggi yang nantinya juga akan membutuhkan lahan sebagai tempat tinggal. Dampak yang akan dirasakan adalah semakin meningkatnya jumlah pengangguran, dan kriminalitas. Mereka tinggal di daerah pedesaan dan tidak memiliki lahan pertanian, akan bekerja sebagai buruh tani. Banyaknya wanita dan anak-anak ikut bekerja membantu mencari nafkah bagi keluarganya membuat mereka terpisahkan dari hak-hak hidupnya sesuai dengan status dan peranannya. Selain itu, proses individualisme semakin kuat, sehingga kepemilikan tanah seperti

62 hak wilayah semakin luntur sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara jumlah luas tanah dan jumlah kepadatan penduduk yang menempatinya. Maka timbulah lembaga-lembaga kemsyarakatan baru, hubungan kerja, gadai tanah, dan bagi hasil yang intinya yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dari sebidang tanah yang semakin meyempit. Akibatnya, warga masyarakat hanya sekadar bisa bertahan di atas standar minimal untuk hidup. Keadaan demikian oleh Cliford Geertz desebut Shared Property.

SIFAT-SIFAT PERUBAHAN SOSIAL-BUDAYA


Perubahan di dalam masyarakat berasal dari asal mula perubahan itu sendiri. Manusia sebagai agen perubahan memiliki sifat dinamis yang diwujudkan dalam bentuk perubahan dari waktu ke waktu. Jika dilihat dari asal mula perubahan, maka perubahan social dapat digolongkan menjadi; perubahan yang dikehendaki (intended-change) atau perubahan yang direncanakan (unintendedchange) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplaned-change). Yang dimaksud dengan perubahan yang dikehendaki ialah perubahan yang di perkirakan atau telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak yang mengadakan perubahan di dalam masyarakat disebut agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemsyarakatan. Agent of change inilah yang memimpin perubahan ini. Perubahan yang dikehendaki biasanya selalu di bawah kendali dan pengawasan sehingga perjalanan perubahan ini akan teratur dan terencana. Cara untuk memengaruhi masyarakat dengan system yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu disebut social engineering atau social planning. Lain halnya dengan perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan. Perubahan ini adalah perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki sehingga proses perubahan ini di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat social yang tidak diharapkan. Dengan demikian, perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang dapat diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan penyesuaian-penyesuaian pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada sehingga terbentuk lembaga kemsyarakatan yang baru. Selain itu, perubahan yang dikehendaki timbul sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan social dan kebudayaan yang terjadi sebelumnya baik yang merupakan perubahan yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki. Jika perubahan ini merupakan reaksi dari perubahan social yang dikehendaki maka hasil perubahan ini merupakan perkembangan selanjutnya yang meneruskan proses perubahan sebelumnya tersebut. Akan tetapi, jika perubahan tersebut merupakan reaksi dari perubahan yang tidak dikehendaki, maka dapat ditafsirkan sebagai pengakuan terhadap perubahan-perubahan sebelumnya agar dapat diterima secara luas oleh masyarakat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI JALANNYA PROSES PERUBAHAN A. Kontak dengan Kebudayaan Lain
Maksudnya adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang perorangan kepada orang perorangan lain dan dari masyarakat satu ke masyarakat lainnya. Proses yang demikian ini disebut difusi. Difusi akan terjadi jika penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat menikmati kegunaan bagi kemajuan peradaban, antara lain proses-proses ini merupakan pendorong bagi pertumbuhan kebudayaan masyarakat manusia. a. Suatu pengakuan bahwa unsur yang baru tersebut memiliki kegunaan atau fungsi bagi masyarakat setempat. Suatu unsur kebudayaan akan ditolak oleh masyarakat jika unsur

63 kebudayaaan ini tidak memiliki nilai guna. Suatu contoh ditemukannya listrik, kereta api, dan berbagai peralatan hidup manusia dapat diterima oleh masyarakat, sebab berbagai pertemuan ini dinilai memiliki daya guna bagi penunjang kehidupan masyarakat. Penemuan-penemuan ini membawa dampak pada perubahan di bidang-bidang kehidupan lain seperti perubahan pola-pola perilaku manusia yang berujung pada perubahan nilainilai yang dijadikan sebagai pandangan hidup dan perubahan norma-norma yang dijadikan sebagai arah untuk mencapai tujuan kehidupan bersama ini. Bentuk perubahan yang paling menonjol yang dihasilkan dari berbagai penemuan ini di antaranya perubahan struktur sosial dari masyarakat feudal ke masyarakat industry kapitalis. Ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang memengaruhi diterima unsur-unsur yang baru. Misalnya, reformasi dalam bidang sosial-politik di Indonesia terdapat dua unsur kebudayaan yang pro dan kontra. Pihak-pihak yang menerima perubahan adalah berasal dari kalangan status quo. Pertentangan antara unsur-unsur masyarakat yang mengkehendaki adanya perubahan dan pihak-pihak yang mempertahankan status quo, terletak pada ideologi yang diusung oleh masing-masing pihak. Pihak status quo menuding pihak yang mengkehendaki perubahan sebagai kelompok yang anti-kemapanan, sedangkan pihak yang mengkehendaki perubahan mengklaim bahwa pihak pemegang status quo sebagai pihak yang antidemokrasi. Hanya unsur-unsur yang menerima perubahan ini hampir menyeluruh di berbagai elemen masyarakat proreformasi, maka rezim lama yang dianggap anti demokrasi berhasil ditumbangkan. Dengan demikian, perubahan sosial sebagai akibat reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diawali oleh adanya pertentangan nilai-nilai yang bersifat ideologis. Suatu unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama,kemungkinan besar tidak akan diterima. Ambil saja contoh gejala merebaknya pornografi melalui beberapa media cetak Indonesia Tahun 2006. Sebagian pihak berasumsi bahwa penerbitan berbagai media cetak yang berbau pornografi dianggap sebagai salah satu wujud dari demokratisasi yaitu apa yang disebut sebagai kebebasan pers. Akibatnya bermunculan berbagai tabloid yang menampilkan gambar-gambar wanita telanjang secara vulgar, di antaranya dalam tabloid WOW,POP,PLAY BOY, dan LIPSTIK. Gejala ini dianggap sebagai salah satu unsur baru kebudayaan yang diadopsi dari Negara-negara yang menerapkan sistem liberalisme, yaitu Negara-negara barat. Akan tetapi, di sisi lain Indonesia merupakan salah satu Negara yang sebagian besar penduduknya masih kental dengan moral dan agama, sehingga unsur-unsur liberalisme yang tanpa mengindahkan aspek moralitas bangsa ditolak oleh bangsa Indonesia. Kedudukan dan peranan sosial dari individu yang menemukan sesuatu yang baru memengaruhi apakah hasil penemuannya itu diterima atau tidak. Kedudukan dan peranan seseorang akan memengaruhi bobot penemuannya di masyarakat. Kredibilitas dari agen yang membawa perubahan ini menentukan bagaimana tingkat pemikirannya, bagaimana budi pekertinya di tengah-tengah masyarakatnya. Dengan demikian, untuk menjadi agen perubahan sosial yang kredibel, harus dipertimbangkan kualifikasi personal agen ini. Dalam arti, tidak akan mungkin seseorang berlatar belakang petani kecil, misalnya, yang kemudian membawa inovasi baru dalam bidang teknologi pertanian akan diikuti oleh banyak petani yang lain. Hal yang sama juga ditemukan dalam perubahan sistem ekonomi yang dimotori oleh pengusaha ekonomi menengah kebawah, karena paling tidak agen perubahan dalam sistem ekonomi haruslah setingkat menteri. Pemerintah dapat membatasi proses difusi tersebut. Dalam hal ini pemerintah memiliki otoritas untuk menentukan bataasan nilai yang diperbolehkan dan yang dilarang. Misalnya, nilai-nilai liberalisme kebablasan yang ditunjukkan dengan gejala marak-nya pornografi dan pornografi dan pornoaksi yang menambah kultur bangsa. Pemerintah memiliki kewenangan melaului undang-undang, sebab sebagian besar masyarakat menjadi resah

b.

c.

d.

e.

64 dengan adanya gejala ini. , maka difusi tetap dalam koridor moral yang dijadikan sebagai landasan nilai-nilai budaya bangsa. Adapun difusi antar masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor pula,yaitu : 1. Adanya Kontak antara Masyarakat-masyarakat Tersebut Yang dimaksud kontak antar budaya masyarakat adalah masing-masing budaya masyarakat ini saling berhadap-hadapan, sehingga keberadaan masing-masing unsur budaya ini saling memengaruhi masyarakat pengguna kultur karena nilai guna dan faedah yang ada dalam kultur masyarakat yang lain. Kontak antarmasyarakat pengguna kebudayaan secara berhadap-hadapan sehingga mengakibatkan adanya perubahan ini lazim disebut difusi. Jika dilihat dari bentuknya, difusi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu; (1) symbiotic, yaitu pertemuan antara individu-individu dari suatu masyarakat dan individu-individu dari masyarakat lainnya tanpa mengubah kebudayaan masing-masing (2) Penetration pasifique, masuknya kebudayaan asing dengan cara damai dan tidak disengaja serta tanpa paksaan. Cara ini digunakan untuk menyebarluaskan penyebaran baru dengan memasukan secara damai (penetration pasifique). Misalnya, unsur-unsur budaya Islam yang dibawa oleh para pedagang dari Gujarat ke daerah pesisir pantai Jawa Utara diterima oleh masyarakat Jawa sebab disebarkan dengan jalan damai. Penetrasi ini dilakukan secara. Sebenernya gejala kedua proses ini hamper sama sebab kedua proses ini memerlukan adanya kontak sosial,sehingga tanpa melalui kontak sosial, sehingga tanpa melalui kontak sosial tidak akan mungkin gejala dari kedua proses sosial ini akan terjadi. Perbedaannya adalah proses difusi tidak harus terjadi kontak secara langsung dan kontinu, sedangkan proses akulturasi memerlukan kontak sosial secara langsung. (3) Penetration violent, masuknya kebudayaan asing dengan cara paksaan. Biasanya bentuk yang ketiga ini dilakukan melalui bentuk penjajahan. Misalnya, proses pelaksanaan system pemerintahan demokrasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat kepada negara-negara dunia ketiga yang lemah seperti Kuba, Irak, dan Afganistan. Dengan demikian, proses difusi dapat memperlancar proses terjadinya perubahan dan memperkaya unsur-unsur kebudayaan sebab melalui proses ini kehidupan masyarakat akan dapat menambah unsur-unsur kebudayaan baru. 2. Kemampuan untuk Mendemonstrasikan Kemanfaatan Penemuan Baru Tersebut Biasanya demonstrasi akan manfaat penemuan baru sering dijadikan sebagai bukti akan adanya penemuan baru ini bermanfaat atau tidak bagi masyarakat yang akan menjadi sasaran perubahan ini. Misalnya, perubahan dalam bidang pertanian komunal tradisional kemudian berubah menjadi system pertanian modern dengan orientasi agrobisnis yang mula-mula diawali oleh para pakar pertanian modern dengan menggunakan metodemetode yang lebih rasional. Para pakar ini berasal dari kalangan akademisi yang tidak pernah memegang cangkul dan alat-alat pertanian lainnya ini kemudian melakukan praktik lapangan terjun ke masyarakat petani tradisional tersebut dan mampu mendemonstrasikan metode baru dalam mengolah lahan. Karena dirasakan oleh para petani tradisional ini bahwa demonstrasi telah membawa bukti yang cukup signifikan, akhirnya metode baru ini diikuti oleh para petani tradisional sehingga mengubah orientasi para petani tradisional untuk mengubah pola-pola pertanian dari tradisional ke pola-pola modern tersebut. 3. Pengakuan akan Kegunaan penemuan Baru Tersebut Pengakuan dari masyarakat timbul, setelah penemuan baru ini terbukti memiliki manfaat (faedah) bagi kehidupannya. Yang dimaksud manfaat dalam hal ini adalah

65 penemuan baru ini memberikan kemudahan dalam metode atau memberikan keuntungan hasil dari proses produksi. Kemudahan atau keuntungan dalam menggunakan penemuan ini baik yang berupa alat atau metodologi tentunya setelah dibuktikan melalui berbagai perbandingan antara menggunakan teknologi lama dengan teknologi baru. 4. Ada Tidaknya Unsur-unsur Kebudayaan yang Menyaingi Unsur-unsur Baru Tersebut Penemuan

Unsur-unsur kebudayaan yang lama tersaingi oleh kegunaan metode atau peralatan yang baru, sehingga keberadaan unsur peralatan atau metodologi yang lama akan tersisih dengan sendirinya. Misalnya, Peranan pos sebagai perantara pengirim surat-menyurat setelah munculnya handphone yang dapat digunakan mengirim pesan singkat yang disebut SMS. 5. Peranan Masyarakat yang Menyebarkan Penemuan Baru di Dunia ini Peranan pemimpin dalam masyarakat tentu juga memberikan andil yang cukup besar bagi proses pelembagaan akan penemuan baru ini. Misalnya, dengan ditemukannya televise yang dapat menampilkan gambar dan suara pada saat mengirimkan berbagai informasi, maka penemuan alat ini sangat efisien untuk menyampaikan berbagai pesan atau informasi kebijakan pemerintah kepada rakyat, sehingga penemuan televisi menjadi komoditas penting bagi informasi dan berbagai pelayanan masyarakat. 6. Paksaan Dapat Juga Digunakan untuk Menerima Penemuan Baru Pada awal penemuan kontrasepsi diterapkan di masyarakat, terutama masyarakat pedesaan, penerapan ini lebih terkesan berupa pemaksaan. Hal ini dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru pada era 1970-an, sebagai sarana untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang kian pesat. Asumsinya didasarkan pada keseimbangan jumlah produksi kebutuhan masyarakat dengan jumlah penduduk yang mengkonsumsinya. Akan tetapi, kesan tentang adanya proses pemaksaan ini tidak berjalan selamanya, sebab ketika penggunaan kontrasepsi ini lebih diarahkan pada program perencanaan keluarga bermuaran kepada kesejahteraan ibu dan anak yang lebih baik maka program ini dapat diterima oleh masyarakat luas.

B. Sistem Pendidikan Formal yang Baru


Sistem pendidikan merupakan proses mencerdaskan kehidupan bangsa yang keberadaannya yaitu disengaja. Melalui system ini, generasi akan dididik untuk menjadi manusia-manusia yang memiliki keahlian dan wawasan dalam berbagai bidang keilmuan. Peran putra-putri bangsa dengan pendidikan modern di masa colonial adalah sebuah contoh yang dapat membawa perubahan pada kehidupan bangsa ini yaitu: Kemerdekaan.

C. Sikap Menghargai Hasil Karya Seseorang dan Keinginan untuk Maju


Sikap tidak menghargai hasil karya orang lain merupakan cirri masyarakat tertutup yang berdampak pada sulitnya bangsa ini untuk berubah. Terlebih apabila yang tidak dihargai ini adalah penemu metode yang dapat membawa kehidupan suatu bangsa kea rah yang lebih baik. Walaupun demikian, merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri akan adanya sekelompok manusia atau individu yang cenderung menolak perubahan. Kecendurangan ini yang kemudian diwujudkan dalam sikap menolak hasil karya orang lain. Pola-pola kehidupan semacam ini kebanyakan dialami oleh masyarakat di daerah pedalaman atau di daerah pedesaan yang terisolasi oleh kehidupan sosial lainnya, yang

66 menjadikan mereka tidak tau tentang metode kehidupan baru yang lebih mudah jika metode ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

D. Toleransi Terhadap Penyimpangan (Deviation), yang Bukan Merupakan Delinkuenasi


Tidak semua perilaku menyimpang mesti digolongkan sebagai bentuk perbuatan yang negative. Suatu perilaku yang dianggap menyimpang dari kehidupan sosial yang wajar indikasinya ialah perilaku ini bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan umum di dalam masyarakat. Misalnya Dokter yang didatangkan pemerintah ke suatu daerah yang terserang wabah penyakit namun memiliki kebiasaan pergi ke dukun untuk penyembuhan. Keinginan masyarakat tersebut untuk terbebas dari wabah yang menyerang membuat mereka menerima kehadiran para dokter dan ahli kesehatan tersebut.

E. Sistem Terbuka dalam Lapisan-lapisan Masyarakat (Open Stratification)


Biasanya model system stratifikasi sosial yang terbuka terdapat dalam struktur masyarakat yang modern, dalam arti kehidupan masyarakat telah mengalami pola pokir yang maju. Ukuran maju dan tradisionalnya peradaban suatu masyarakat terletak pada kemampuan dan daya nalarnya yang biasanya lebih mengesankan akal sehat ketimbang pertimbangan yang bersifat mitologis. Sementara kemajuan pola pikir masyarakat akan selalu bersandar pada tingkat manfaat dari perubahan sehingga pertimbangan atas manfaat inilah yang biasanya mendorong untuk melakukan perubahan, jika perubahan ini membawa manfaat bagi kehidupannya. Pola pikir demikian biasanya lebih berorientasi pada akal sehat.

F. Penduduk yang Heterogen


Penduduk yang heterogen biasanya terdapat di daerah perkotaan sebab kota merupakan pusat industry dan perdagangan yang lebih banyak menyerap tenaga kerja, sehingga banyak orang dari berbagai daerah, suku, dan ras yang berbeda berdatangan ke tempat ini. Dengan datangnya orang-orang dari berbagai daerah ini, maka kemungkinan besar terjadi saling tukarmenukar latar belakang sejarah pengalaman hidup dan kebudayaan, bahkan hingga terjadi perkawinan antar daerah yang diawali dari pertemuan di tempat pekerjaannya di kota.

G. Ketidakpuasan Masyarakat Terhadap Bidang-bidang Kehidupan Tertentu


Ketidakpuasan manusia terhadap apa yang ada pada saat ini menimbulkan keinginan manusia untuk mencari jalan keluar dalam mencapai titik kepuasan. Ketidakpuasan ini mendorong manusia untuk menciptakan metode-metode tertentu untuk mengatasi segala bentuk kekurangan ini. Akan tetapi, jika metode baru ini telah ditemukan akan timbul masalah baru lagi yaitu ketidakpuasan terhadap apa yang telah ditemukannya. Permasalahan ini muncul ketika manusia melihat kemajuan sebagai hasil dari penemuan kelompok atau bangsa lainnya yang dianggap lebih baik, lebih canggih, dan lebih layak. Peradaban kebudayaan bangsa lain yang dianggap lebih maju tersebut dijadikan sebagai panutan atau patokan untuk mengadakan perubahan.

H. Orientasi ke Depan
Manusia memiliki orientasi ke masa depan yang lebih baik. Orientasi demikian ini bersifat progresif, dalam arti kehidupan hari ini harus lebih baik daipada hari esok Orientasi inilah yang akhirnya menimbulkan pemikiran-pemikiran yang mengarah pada pencarian formulasi kehidupan yang lebih baik melalui berbagai upaya dan usaha untuk mencapainya. Dengan demikian, seperangkat usaha dan bekerja keras masnusia tidak hanya sekadar untuk mempertahankan kehidupannya (survival), tetapi juga mengarah pada upaya-upaya pencapaian kehidupan yang lebih baik.

67

I. Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya


Berikhtiar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di hari esok merupakan bagian dari nilai kehidupan manusia itu sendiri. Inilah yang akhirnya mendorong timbulnya berbagai upaya

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENGHAMBAT JALANNYA PROSES PERUBAHAN


A. Kurangnya Hubungan antara Masyarakat Satu dan Masyarakat lainnya Kurangnya hubungan kehidupan masyarakat akan berakibat pada ketidaktahuan masyarakat ini pada perkembangan-perkembangan sosial kebudayaan. Masyarakat yang demikian ini kebanyakan dialami akibat terisolasi kehidupan sosialnya, misalnya terisolasinya secara geografis, maupun secara kultural. Terisolasinya masyarakat secara geografis ditunjukan dalam suatu realitas di mana keadaan masyarakat ini bertempat tinggal di daerah terpencil, sedangkan terisolasi secara kultural biasanya disebabkan oleh sikap masyarakat ini yang tidak mau mengadopsi kebudayaan orang lain, sebagai akibat dari misalnya etnosentrisme yang berlebih-lebihan. B. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat Ada beberapa hal yang menyebabkan keterlambatan dalam ilmu pengetahuan, di antaranya ialah keterlambatan yang disebabkan karena terisolasinya kehidupan masyarakat ini atau juga keterlambatan karena keadaan masyarakat tersebut dijajah oleh bangsa asing. Kebodohan masyarakat yang dialami oleh masyarakat terjajah biasanya kebodohan yang bersifat struktural, Yaitu sebagai akibat proses pembodohan. Proses ini sengaja diciptakan oleh para penjajah, sebab kemajuan ilmu pengetahuan di masyarakat terjajah akan menimbulkan berbagai pergerakan yang menentang segala bentuk penjajahan atas nama kemanusiaan, hak asasi, dan seterusnya. C. Sikap masyarakat yang tradisional Sikap tradisional suatu masyarakat yang menjadi factor penghalang perubahan kebanyakan berasal dari kaum konservatif. Kaum konservatif selalu diartikan sebagai kelompok yang mengagung-agungkan kebudayaan masa lampau yang dianggap memiliki sifat adiluhung, mulia, patut, layak, sehingga keberadaan kebudayaan ini yang harus dipertahankan merupakan harga mati (absolut). D. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah terekam dengan kuat(Vested Interest) Jika anda menengok kembali sejarah perjalanan pemerintahan Indonesia pada masa orde baru, Anda akan melihat betapa sakralnya UUD 1945. Salah satu Tap MPR menyatakan bahwa MPR tidak akan mengubah UUD 1945. Alasan kebijakan konstitusional ini didasarkan bahwa UUD 1945 adalah bersifat fleksibel dalam arti selalu sesuai dengan keadaan zaman. Ada indikasi politik dari kebijakan untuk tetap mempertahankan keadaan UUD 1945 secara utuh, sebab UUD ini lebih memihak ada kepentingan pemerintah, yaitu kuatnya dominasi kekuasaan eksekutif. Di sini , ada dua kepentingan antara mempertahankan teks tertulis UUD 1945 dan kepentingan yang menghendaki perubahan. Kelompok yang mempertahankan kekuasaan tentu saja berasal dari elite politik yang memegang kekuasaan pada saat itu, sedangkan pihak yang menghendaki perubahan berasal dari kelompok prodemokrasi. Konflik antar kepentingan inilah yang akhirnya menghasilkan bentuk struktur politik Negara ini. E. Rasa Takut Akan Terjadinya Kegoyahan pada Integrasi Kebudayaan

68 Kembali lagi pada proses perubahan dalam peristiwa reformasi sosial-politik yang selalu menimbulkan kegoyahan sosial yang berupa kerusuhan-kerusuhan sosial. Perubahan sosial tidak selamanya berjalan secara akomodatif, sebab dalam setiap sejarah fase perubahan sosial diwarnai oleh berbagai pertikaian antarkelompok, yaitu yang menghendaki perubahan dan kelompok yang mempertahankan keadaan sosial yang berlaku . Berdasarkan kenyataan sejarah fase-fase perubahan sosial inilah yang menimbulkan sikap beberapa pihak mempertahankan integritas sosial. F. Prasangka Terhadap Hal-hal yang Baru atau Asing atau Sikap Tertutup Ada Kehidupan komunitas masyarakat di suatu desa, yaitu desa Ngradin Kecamatan Padangan,Kabuten Bojonegoro, Jawa Timur. Pada saat Mengadakan penelitian di desa ini (1995) masih ada sebagian masyarakat desa ini yang masih enggan mengenakan pakaian celana panjang, tidak mau membayar pajak kepada negara, tidak mau menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah pada umumnya anak-anak lain. Tidak mau membayar pajak pada Negara, tidak menyekolahkan anaknya : adalah mengikuti pola-pola kehidupan masa penjajah Belanda. Sehingga saat ini mereka tidak mau menggunakan pola-pola kehidupan yang pada saat zaman penjajahan belanda digunakan oleh penjajahan belanda, seperti berobat ke dokter, mengenakan pakaian yang dikenakan masyarakat pada umumnya, dan menyekolahkan anak-anaknya. Demikian juga, Sikap konservatisme sekelompok masyarakat yang melihat liberalism barat selalu membawa bentuk perilaku yang melanggar etika kesopanan. G. Hambatan-hambatan yang Bersifat Ideologis Biasanya keberadaan ideologi selalu mimiliki harga mati bagi komunitas sosial tertentu. Misalnya,ideologi agama, ideologi bangsa yang keberadaanya akan dipertahankan oleh penggunanya hingga titik darah penghabisan. Misalnya, dalam norma-norma Islam ada sebagian umat Islam yang berpegang teguh bahwa Bunga pinjaman adalah haram, sementara dalam konsep pemikiran ekonomi modern, bahwa pinjam-meminjam uang dikategorikan sebagai pinjaman modal usaha. Suatu Kenyataan yang tidak dapat diingkari adalah adanya perang yang diikuti oleh pertumpahan darah sebagai mana yang terjadi di Indonesia pada era 60-an di mana ideologi pancasila yang hendak diubah oleh penganut ajaran marxisme menjadi ideologi Komunisme menunjukkan betapa kukuhnya penganut ideologi tertentu di dalam mempertahankan ideologinya hingga bentuk pemerintahan atas ideologi ini selalu berharga mati, dalam arti sampai kapan pun ideologi ini dianggap sebagai pusat kebenaran yang mutlak sehingga usaha mengubahnya akan berhadapan dengan kekuatan senjata. H. Adat atau Kebiasaan Adat biasanya akan dipertahankan oleh para penggunanya, Sehingga penyimpangan atas adat ini akan dianggap menimbulkan hal-hal mistik yang tidak diinginkan. Kaum konservatif menganggap bahwa adat istiadat yang telah menjadi bagian dari kehidupannya selalu dipertahankan, jika terdapat kelompok-kelompok tertentu yang hendak mengubahnya, maka dikhawatirkan akan menimbulkan bencana, kutukan, dan kualat (terkutuk). Atas dasar pemikiran inilah yang menyebabkan pandangan dari beberapa orang yang tetap mempertahankan adat atau kebiasaan yang dianggap bernilai sacral ini. I. Nilai Hidup ini pada Hakikatnya Buruk dan TIdak Mungkin Diperbaiki Pandangan-pandangan seperti ini biasanya muncul dari kalangan masyarakat yang bersifat apatis, sehingga diubah dalam bentuk apapun ia selalu beranggapan mustahil mengubah kehidupannya. Mereka beranggapan bahwa kehidupan ini merupakan proses yang Ilahiah atau

69 adikodrati, sehingga apapun bentuknya harus diterima sebagai sebuah kenyataan yang tidak dapat diingkari.

PROSES-PROSES PEUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN


A. Penyesuaian Masyarakat Terhadap Perubahan Keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat (social equlibrium) adalah keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok dari masyarakat benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian ini, setiap gangguan (setiap unsur-unsur baru ) yang menimbulkan ketidakseimbangan sosial (Social disbalancy) akan ditolak secara bersama-sama oleh masyarakat. Jika kadar pertentangan dari unsur-unsur baru ini tinggi, maka keguncangan sosial ini tentu akan diusahakan untuk dikembalikan oleh masyarakat ini dalam keadaan semula. Pulihnya keguncangan sosial untuk menjadi keseimbangan sosial ini disebut adjustment. Jika keguncangan sosial tidak berhasil dinormalisasikan kembali sehingga kehidupan sosial akan mengalami disentrigasi, maka keadaan ini disebut maladjustment, yaitu suatu perubahan sebagai akibat adanya unsur-unsur yang baru yang tidak berhasil ditangkal oleh masyarakat. B. Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of change) adalah saluran-saluran yang dilalui oleh proses perubahan dalam masyarakat. Saluran-saluran ini diantaranya adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, dan rekreasi. Perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan lain akan membawa akibat pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, sebab lembaga kemasyarakatan merupakan sistem yang terintegrasi sehingga perubahan pada lain. Singkat kata, saluran perubahan sosial dan kebudayaan berfungsi agar suatu perubahan dikenal, diterima, diakui, dan digunakan oleh khalayak ramai sehinggal perubahan ini mengalami institutionalized. C. Disorganisasi (Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi) 1. Pengertian Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan satu kesatuan fungsional. Misalnya, kehidupan dalam sebuah masyarakat perkotaan yang diklasifikasikan juga sebagai organisasi yang di dalamnya terdapat berbagai aktivitas seperti kegiatan membersihkan kota pada waktu-waktu tertentu, jalan-jalan raya merupakan jaringan untuk keperluan transportasi,restoran-restoran,tempat-tempat rekreasi, dan aktivitas perkantoran Jika tidak berfungsinya lah satu unsur sosial tersebut akan menimbulkan disorganisasi; yaitu keadaan tidak adanya keserasian pada bagian-bagian dari kebulatan yang ada di dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan organisasi merupakan rangkaian antara unsur satu dan unsur lainya yang membentuk pola-pola kerja yang saling memiliki hubungan keterkaitan, sehingga tidak berfungsinya salah satu unsur saja akan berpengaruh pada kelangsungan kehidupan organisasi ini. Suatu gambaran tentang disorganisasi dan reorganisasi . William I.Thomas dan Florian Zaniecki dalam karya klasiknya yag berjudul The Polish Peassant in Europe and America,

70 dalam On disorganization and reorganization, membetangkan pengaruh dari masyarakat tradisional dan modern terhadap jiwa para anggotanya. Watak atau karakter manusia secara kolektif dalam suatu komunitas tersebut merupakan pencerminan dari kebudayaan masyarakatnya. Ketidakseimbangan dalam perubahan-perubahan dan cultural lag. Pada dasarnya, perubahan sosial dan kebudayaan tidak selalu dalam keadaan seimbang, dalam arti tidak semua unsur-unsur sosial mengalami perubahan. Biasanya unsur-unsur kebudayaan materiil yang cepat mengalami perubahan, sedangkan unsur-unsur yang bersifat materiil (kerohanian) mengalami keterlambatan. Lebih-lebih jika antara unsur kebendaan dan kebudayaan dan kerohanian ini tidak memiliki hubungan keterkaitan. Dalam ketiadaan keterkaitan ini justru akan semakin mempertajam laju perubahan itu sendiri, artinya perubahan unsur kebendaan telah sampai pada target dari tujuan perubahan, sedangkan unsur-unsur kerohanian masih mengalami kemandekan (stagnant). Dalam sosiologi, gejala sosial oleh William F. Ogburn menyebutnya sebagai cultural lag. Artinya, Pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhan unsur-unsur budaya lainya. Dalam arti ada bagia yang tumbuh secara cepat, dan ada pula bagian lain yang pertumbuhannya mengalami kelambatan. Untuk mengatasi ketidakseimbangan perubahan ini, maka hal yang harus ditempuh yaitu mengubah tingkat pemikiran manusia terlebih dahulu tentang arti perubahan itu sendiri, yaitu mengubah dari pola pikir tradisional ke pola pikir modern. Pemikiran yang lluas akan selalu berorientasi pada keadaan-keadaan sekarang, keadaan yang akan datang, bukan orientasi masa lalu.sehubungan dengan orientasi ini, pemikiran modern selalu mendasarkan diri pada perencanaan yang di dalamnya tentunya telah ditentukan target yang hendak dicapai serta indicator pencapainya.

ARAH PERUBAHAN
Sosiologi memandang perubahan sosial dan kebudayaan lebih menekankan pada arah perubahan itu sendiri, artinya ke arah mana perubahan ini bergerak. Yang jelas perubahan ini bergerak mening-galkan faktor yang diubah. Dalam proses perjalanannya, perubahan selalu direncanakan untuk mencapai sesuatu yang dianggap ideal, relevan; dalam arti, perubahan ini diarahkan untuk memenuhi tuntutan kehidupan manusia, Sebagaimana telah dibahas datam urciar "phelumnya, bahwa perubahan yang direncanakan selalu dimanifestasikan dalam wujud pemba-ngunan dalam segala bidang kehidupan. Banyak sekali perubahan yang diarahkan oleh sebagian negara-negara di Eropa terjebak pada pola-pola hidup yang sekuleristik. Paham sekularisme didasarkan pada pemikiran-pemikiran yang materialisme liberal) Akan tetapi, hal yang mesti diperhatikan adalah nilai-nilai yang menjadi pijakan suatu bangsa di mana perubahan itu berlangsung. Dalam kehidupan bangsa yang mendasarkan diri pada nilai-nilai reli-gius, maka pandangan-pandangan religius akan tetap dijadikan sebagai pijakan untuk melakukan perubahan dalam segala aspek kehidupan sosial. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi nilainilai religius ini yang sangat intensif memengaruhi segala pola pikir dan tindakan masyarakat, sehingga nilai-nilai religius dijadikan sebagai salah satu sumber norma-norma bagi perilaku masyarakat.

71

MODERNISASI
Pengertian Secara historis, modernisasi merupakan proses perubahan yang menuju pada tipe sistemsistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang dengan pesat di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17-19 yang kemudian menyebar ke berbagai negara Eropa lainnya dan juga negara-negara Amerika Seiatan, Asia, dan Afrika pada abad ke-19-20. Pada-dasarnya, pengertian modernisasi mencakup transfor-masi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi dan organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomi dan politik yang menandai negara-negara barat yang stabil. Ciri modernisasi sendiri menyangkut aspek-aspek sosiodemo-grafis yang tergambar dalam istilah gerak sosial. Modernisasi juga merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah (directed change) yang didasarkan pada perencanaan yang disebut social planning.

DISORGANISASI, TRANSFORMASI, DAN PROSES DALAM MODERNISASl


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa disorganisasi adalah proses pudamya atau melemahnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat yang disebabkan terjadinya suatu perubahan. Indi-kasi adanya disorganisasi yaitu ditunjukkan dengan adanya problem-problem sosial yang muncul sebagai akibat dari adanya penyimpangan (deviation) terhadap norma-norma kemasyarakatan yang merupakan persoalan bagi masyarakat pada umumnya. Suatu problematika adalah peranan-peranan sosial umumnya. Misalnya, transformasi politik dari struktur politik otoriter menu-ju ke arah demokratisasi. Sistem politik demokrasi dijadikan sebagai tolok ukur bagi tingkat modernitas suatu sistem politik ternyata mem-bawa berbagai pola-pola perilaku baru yang pada kenyataannya adalah menjadi persoalan. Demokrasi lebih banyak diartikan sebagai bentuk kebebasan berpendapat, berekspresi, beraspirasi, yang pada kenyataannya ttdak menimbulkan sistem kehidupan bangsa yang ideal sebab berbagai penyimpangan dari arti demokrasi yang kebablasan yang telah menimbulkan euphoria sosial-politik.

SYARAT SYARAT TERJADINYA MODERNISASI


Modernisasi hakikatnya adalah mencakup segala bidang kehidup-an yang sangat kompleks yang prosesnya harus dihadapi oleh masyarakat. Akan tetapi, skala prioritas tetap menjadi pijakan bagi suatu bangsa, sehingga bidang mana yang akan didahulukan. Beberapa syarat modernisasi yang dikemukakan oleh Soerjonoi Soekanto di antaranya: 1. Cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang didasarkan pada penalaran akal sehat dengan selalu mempertimbangkan pada aspek efektivitas dan efisiensi dari segala tindakan. Hal ini dapat dicapai melalui sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dan baik. Sesuatu yang bersifat magis religius penuh pola-pola mistisisme harus diubah dengan penalaran ilmiah yang bersandar pada fakta yang aktual yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. 2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewu-judkan pelaksanaan birokrasi yang tertib dan teratur. Sebagai wujud dari pola pikir yang ilmiah ini harus disandarkan pada

72 bukti-bukti tertulis di dalam suatu sistem yang sistematis dan teratur. Bentuk pencatatan atas segala transaksi atau even-even resmi harus tercatat dalam pola-pola atau mekanisme penulisan yang disebut sistem administrasi. 3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur serta terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. Hal ini me-merlukan penelitinn yang berkelanjutan agar data tidak terting-gal. Dalam hal ini, bcrpikir modern adalah meninggalkan tradisi penyerahan diri padn nasib kc pola-pola yang didasarkan pada penelitian atas dastir data-data yang akurat dan dapat dipercaya kebenarannya dalnm sistematika ilmiah. 4. Penciptaan iklim ynng scsuai (favourable) dengan kehendak masyarakat terhadap modernisasi dengan cara pengumpulan alat-alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi tahap karena banyak sangkut pautnya dengan sistem kepercayaan masyarakat (belief system). 5. Tingkat organtsasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiapkan, sedangkan di pihak lain berarti pengurangan kemerdekaan. Or-ganisasi di dalam struktur masyarakat modern merupakan sara-na untuk mencapai tujuan, sebab semakin kompleksnya tingkat kehidupan sosial jelas membutuhkan tingkat organisasi dengan anggota-anggota yang memiliki dedikasi dan disiplin yang tinggi demi tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. 6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social planning). Jika hal itu tidak dilakukan, maka perencanaan-perencanaan oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi ke-pentingan demi golongan kecil dalam masyarakat. Dalam perencanaan tentunya telah ditentukan target atau sasaran yang hendak dicapai, menempatkan orang yang tepat untuk menjalankan rencana tersebut dengan pembagian tugas sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Dari batasan-batasan tersebut jelas sekali bahwa modernisasi tidak hanya sekadar mengadopsi berbagai unsur dari barat, sebab tidak semua unsur budaya barat mesti modern. Penekanan ini perlu disampaikan karena dewasa ini banyak pihak-pihak mengartikan modern sebagai pola-pola hidup atau gaya hidup, dengan menggunakan barang-barang yang mahal, bermerek luar negeri, pelesir ke luar negeri, berobat ke luar negeri atau pendek kata, segala sesuatu mesti dari luar negeri terutama dari budaya barat. Secara singkat, konsep tentang modern dapat diartikan sebagai pola berpikir dan berperilaku yang mendasarkan pada penalaran yang landasi oleh akal sehat, sehingga melalui penalaran ini maka dalam setiap gerak dan langkah kehidupannya, manusia selalu berorientasi pada nilai efektivitas dan efisien-sinya.

73

PERTANYAAN : 1. Dalam struktur masyarakat tradisional lebih banyak di warnai oleh pola-pola komunal. Apa yang dimaksud dengan pola-pola hubungan komunal tersebut? Jawab : Yang di maksud dengan pola-pola hubungan komunal adalah pola-pola hubungan masyarakat yang di landasi kebiasaan-kebiasaan yang berlaku bagi masyarakat setempat, sehingga batasan-batasan hukum yang menekankan pada aspek rasionalitas berlaku di dalamnya, seperti pola-pola pembagian di dalam masyrakat didasarkan pada tingkat senioritas bukan atas dasar pola-pola pembagian yang bertolak pada prestasi personal. 2. Apa yang dimaksud dengan borjuis dan proletariat dalam pandangan Karl Marx, Frederict Engle, dan Ralf Dahrendorft? Jawab : Yang dimaksud dengan borjuis yaitu golongan capital, adalah kelompok social yang menempati lapisan social atas karena memiliki modal seperti lahan pertanian atau uang untuk mendirikan pabrik-pabrik di dalam struktur masyarakat perindustrian, sedangkan golongan proletar adalah kelompok kelas bawah yang tidak memiliki asset modal kecuali hanya menjual tenaganya kepada kelompok borjuis. Dalam hubungan social kedua kelompok ini, kelompopk borjuis mendominasi kelompok proletar, sehinmgga dari eksploitasi ini kaum borjuis memperoleh keuntungan-keuntungan karena memeras tenaga kelompok proletariat. Dengan demikian, kelompok borjuis menikmati keuntungan-keuntungan ekonomi dengan cara memeras tenaga kelompok proletar yang selalu hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. 3. Apa yang dimaksud denghan Organisasi, Disorganisasi dan Reorganisasi? Jawab: Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan satu kebulatan yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kemudian pengertian dari disorganisasi dan reorganisasi yaitu: Disorganisasi adalah proses berpudarnya norma norma dan nilai dalam masyarakat dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan. Reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga (institusionalized) dalam diri warga. 4. Apa yang dimaksud dengan perubahan radikal dan gerakan radikal?

74

Jawab: Perubahan yang radikal diartikan sebagai perubahan yang sangat keras, misalnya dalam perubahan politik di artikan sebagai perubahan sangat pokok mengenai sendisendi berbangsa dan bernegara. Sedangkan gerakan radikal adalah gerakan yang dilakukan oleh individu atau kelomppok untuk mengubah sendi-sedni kehidupan social yang dilakukan secara keras 5. Tolak ukur apakah yang harus dijadikan sebagai indikasi bagi kehidupan masyarakat modern agar penyimpanganpenyimpangan sebagai akibat modernisasi tidak menimbulkan persoalan ? Jawab : Seharusnya modernisasi tetap bertindak dengan moralitas lebih lebih jika modernisasi ini berjalan di tengah tengah bangsa yang masih berpegang teguh kepada nilai nilai ajar religius yang kuat 6. Apa itu pahan Sekuleristik dan apa yang dimaksud dengan sekularisme ? Jawab : Sekeuleristik yaitu paham yang menghendaki agar kesusilaan atau budi pekerti tidak di dasarkan pada ajaran agama. Sedangkan sekularisme adalah paham atau pandangan yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada acara agama. 7. Bagaimana perubahan sosial budaya secara langsung atau tidak langsung akan memberikan dampak negatif dan positif. Jelaskan?? Jawab : Akibat Positif Perubahan dapat terjadi jika masyarakat dengan kebudayaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Keadaan masyarakat yang memiliki kemampuan dalam menyesuaikan disebut adjusment, sedangkan bentuk penyesuaian dengan gerak perubahan disebut integrasi. Apabila perubahan sosial budaya tersebut tidak berpengaruh pada keberadaan atau pelaksanaan nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan positif. Akibat Negatif Akibat negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang bersangkutan. Namun, jika perubahan sosial budaya tersebut menyimpang atau berpengaruh pada nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan negatif.

75

MACAM-MACAM KONFLIK
Untuk memudahkan analilsis permasalahan ini akan disajikan beberapa bentuk konflik sebagai salah satu gejala social masyarakat, diantaranya : a. konflik gender istilah gender bukan merujuk pada aspek perbedaan jenis kelamin dimana laki-laki ditunjukan dengan identitas diri dan dimana laki-laki memiliki alat kelamin yang berbeda dengan perempuan akan tetapi gender lebih berorientasi pada aspek sosiokultural. Gender lebih memperhatikan pada aspek status dan peranan manusia dilihat dari jenis kelamin. Didalam struktur masyarakat tradisional tidak memunculkan persoalan yang berpangkal tolak pada status dan peranan. Artinya status antara lelaki dan perempuan dimana hak-hak lebih didominasi oleh kaum lelaki dan perempuan selalu diposisikan dalam kelompok inferior diterimanya sebagai adikodarti, istilah gender dalam masyarakat modern menjadi permasalahan yang cukup penting terutama isu-isu emansipasi yang diluncurkan oleh kaum perempuan yang menjadi pembahasan yang penting dalam kehidupan social. b. konflik rasial dan antar suku. Istilah ras sering kali diidentikan oleh perbedaan warna kulit manusia diantaranya ada sebagian kelompok manusia yang berkulit putih sawo matang dan hitam. Tampaknya ada apa dibalik kulit manusia itulah yang menjadi pertanyaan. Pada masa lalu perasaan superior kaum kulit putih, diamana segala bentuk eksploitasi kaum kulit putih telah memicu konflik social, karena pada masa lalu kaum kulit hitam sering diabaikan hak-haknya akan tetapi dalam bentuk perjuangan dalam bentuk diskriminasi trans kulit hitam yang dilancarkan di berbagai Negara dengan cara melalui media seni hingga cara yang kontrofersial. c. konflik antar umat beragama agama tidak cukup dipahami sebagai metode hubungan penyembahan manusia kepada tuhan serta seperangakt tata aturan kemanusiaan atas dasar tuntunan kitab suci. Akan tetapi, perbedaan keyakinan dan atributatribut keagamaan justru berdampak pada segmentasi kelompok-kelompok social yang berdiri sendiri. Secara sosiologis, agama selalu dapat dijadikan alat perekat solidaritas social tetapi bias juga menjadi pemicu diintegrasi social. Perbedaan keyakinan penganut agama yang meyakini kebenaran ajaran agamanya dan menganggap keyakinan agama lain sesat, telah memicu konflik antar penganut agama. Bahkan didalam agama itu sendiri terdapat segmentasi sectarian yang memiliki perbedaan mulai dari perbedaan kulit luar, ajaran agama ini hingga perbedaan sejarah substansial, belum lagi dengan banyaknya fenomenal kelompok sempalan agama yang memiliki keyakinan kontrifersial, seperti pengakuan seseorang menjadi nabi, perbedaan metodologi penyembuhan kepada tuhan hingga memicu pihak lain memberikan label aliran sesat. Lebel ini memicu kelompok mayoritas terasa ternodai ajaran

76
agamanya hingga ketersinggungan diantara pihak-pihak yang merasa ternodai ajaran agamanya menjustifikasi kekerasan sebagai mekanisme untuk menyelesaikan persoalan diantara kelompok agama. d. konflik antar golongan menyimak peristiwa pembakaran kantor-kantor pemerintah kabupaten kaur Riau beberapa waktu lalu (2005) oleh masa yang tak terkendali emosinya akibat ketidakpuasan rakyat atas konflik baik yang bersifat horizontal maupun vertical. Demokratisasi didalam system politik kita tidak selamanya berdampak positif bagi kelangsungan hidup bangsa, sebab demokratisasi justri menjadi mala petaka bagi kelangsungan hidup bangsa Karena gejala tersebut telah meniumbulkan konflik antar golongan. Diferensiasi masyarakat terdiferensiasi dalam berbagai golongan yang sangat rawan dengan pergolakan social. Pertikaian yang berujung pada kekerasan antar kelompok pengantur agama tertentu dan kelompok aliansi kelompok kebebasan beragama dan berkeyakinan (AKKBB) di Jakarta 5 Juni 2008 yang lalu menunjukan betapa tingginya intensitas konflik antar golongan. Konflik antar golongan diantaranya dipicu oleh satu golongan tertentu memaksakan kehendaknya pada kelompok lain untuk melakukan perbuatan yang dikehendaki oleh golongan tersebut. e. konflik kepentingan Didalam dunia politik : tiada lawan yang abadi dan tiada pula kawan yang abadi, kecuali kepentingan abadi. : dengan demikian, konflik kepentingan identik dengan konflik politik. Relitas politik selalu diwarnai oleh 2 kelompok yang memiliki kepentingan yang saling berbenturan. Benturan kepentingan tersebut dipicu oleh gejala satu pihak yang ingin merebut kekuasaan dan wewenang didalam masyarakat. F.Konflik Antar Pribadi Konflik antar individu adalah konflik sosial yang melibatkan individu dalam konflik tersebut. Terjadi karena ada perbedaan atau pertentangan antara individu satu dan lainnya. Masing-masing berusaha mempertahankan tujuan dan kepentingan masing-masing. G.Konflik Antar kelas Sosial Berupa konflik yang bersifat vertikal; yaitu konflik antar kelas sosial atas dan kelas sosial bawah. Terjadi karena kepentingan yang berbeda antara dua golongan atau kelas sosial yang ada. Konflik antarkelas sosial biasanya lebih ditekankan pada konflik antara buruh dan majikan di dalam struktur masyarakat industry, dan konflik antara patron dan klien dalam struktur masyarakat feodal. Faktor utama yang menjadi pemicu konflik biasanya terletak pada perbedaan pendapat di mana majikan yang memiliki modal usaha memiliki pendapatan yang besar, sedangkan para buruh hanya mendapatkan pendapatan

77
yang kecil dan hal ini memunculkan ketidakadilan dan ketimpangan sosial. Agar tak terjadi konflik dalam suatu perusahaan maka diperlukan kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak.

KONFLIK DAN KEKERASAN


Istilah kekerasan (violence) secara etimologis berasal dari bahasa latin vis yang berarti kekuatan, kehebatan, kedahsyatan, dan kekerasan dan latus yang artinya membawa. Visolatus berarti membawa kekuatan, kehebatan, kedahsyatan, dan kekerasan. Dilihat dari arti secara terminologis berarti perbuatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang atau kelompok lain atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang. Robert Audi mendefinisikan kekerasan sebagai serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang, atau serangan, penghancuran, perusakan, yang sangat keras, kasar, kejam, dan ganas atas milik atau sesuatu yang secara potensial dapat menjadi milik seseorang. Johan Galtung mendefinisikan kekerasan sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang aktual. Kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensial. Dari dua pengertian tersebut dapat dua indikasi dari pengertian kekerasan, yaitu: 1. Kekerasan dalam arti sempit yang merujuk pada penyerangan, perusakan penghancuran terhadap diri (fisik) seseorang maupun milik atau sesuatu yang secara potensial menjadi milik orang lain. Kekerasan menunjuk pada tindakan fisik yang bersifat personal, artinya mengarah padaa orang atau kelompok secara sengaja, langsung. 2. Kekerasan dalam arti luas yang menunjuk pada tindakan fisik maupun psikologis, yang dilakukan seseorang atau kelompok orang yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, langsung maupun tidak langsung, personal atau struktural. Kekerasan secara struktural adalah kekerasan yang terjadi dalam struktur sosial, seperti penindasan yang dilakukan Negara atau otoriter, sistem yang membuat kehidupan sosial tidak adil. Konflik dan kekerasan terdapat perbedaan pengertian, walaupun banyak orang yang beranggapan keduanya sama. Secara garis besar konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan atau mengalahkan. Dari pengertian tersebut konflik tidak mesti berwujud kekerasan. Keduanya memiliki hubungan erat, sebab tidak ada kekerasan yang tidak diawali konflik terlebih dulu. Konflik tidak mesti berujung kekerasan. Kekerasan terjadi jika konflik yang dialami pihak yang terlibat tidak mampu diselesaikan

Akar penyebab konflik


Para sosiolog berpendapat bahwa akar dari timbulnya konflik yaitu adanya hubunan social, ekonomi, politik yang akarnya adalah perbuatan atas sumber-sumber kepemilikan, status social, dan kekuasaan (power) yang jumlah ketersediaannya sangat terbatas dengan pembagian yang tidak merata di masyarakat. Ketidakmerataan pembagian

78
asset-aset social di dalam masyarakat tersebut dianggap sebagai bentuk ketimpangan. Ketimpangan pembagian ini menimbulkan pihak-pihak tertentu berjuang untuk mendapatkannya atau menambahinya bagi yang perolehan asset sosialnya relative sedikit atau kecil. Sementara piha yang telah mendapatkan pembagian asset social tersebut berusaha untuk mempertahankan dan bias juga menambahinya, disebut sebagai status quo dan pihak yang berusaha mendapatkannya disebut sebagai status need. Pada dasarnya, secara sederhana penyebab konflik dibagi dua, yaitu: 1. Kemajuan horizontal, yang artinya adalah struktur masyarakat yang majemuk secara kultural, seperti suku bangsa, agama, ras, dan majemuk secara social dalam arti perbedaan pekerjaan dan profesi, seperti petani, buruh, pedagang, pengusaha, pegawai negeri, milliter, wartawan, alim-ulama, sopir, dan cendekiawan. Kemejuan horizontal kultural menimbulkan konflik yang masing-masing unsur kultural tersebut mempunya karakteristik sendir dan masing-masing penghayat budaya tersebut ingin mempertahankan karakteristik budayanya tersebut, maka masyarakat akan mengalami disentegrasi. 2. Kemajuan Vertikal, yang artinya struktur masayakat yang terpolarisasi berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Kemajuan vertical dapat menimbulkan konflik social karena ada sekelompok kecil masyarakat ang memiliki kekayaan, pendidikan yang mapan kekuasaan dan kewenangan yang besar, smentara sebagian besar tidak atau kurang memiliki kekayaan, pendidikan rendah, dan tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan. Singkat kata distribusi sumber-sumber nilai di dalam masyarakat yang pincang akan menjadi penyebab utama timbulnya konflik. Selanjutnya, beberapa sosiolog menjabarkan kembali aka penyebab konflik sevara lebih luas dan perinci. Mereka berpendapat bahwa beberapa hal yang lebih mempertegas akar dari timbulnya konflik diantaranya: 1. Perbedaan antar-individu; diantaranya perbedaan pendapat, tujuan, keinginan, pendirian tertang objek yang dipertentangkan. Di dalam realita social tidak ada satupun individu yang memiliki karakter yang sama sehingga perbedaan karakter ersebula yang mempengaruhi timbulnya konflik social. 2. Benturan antar-kepentingan; baik secara ekonomi ataupun politik. Bentuan kepentingan ekonomi dipicu oleh makin bebasnya berusaha, sehingga banyak diantara kelompok pengusaha saling memperebutkan wilayah pasar dan perluasan wilayah untuk menembangkan usahanya. Adapun benturan kepentingan pilitik lihat laki konflik kepentingan. 3. Perubaan social, yang terjadi secara mendadak biasanya menimbulkan kerawanan konflik. Konflik dipicu oleh keadaan perubahan yang terlalu mendadak biasanya diwarnai oleh gejala dimana tatanan perilaku lama sudak tidak digunakan lagi sebagai pedoman, sedangkan tatanan perilaku yang baru masih simpang siur sehingga banyak orang kehilangan arah dan perilaku. Keadaan demikian ini memicu banyak orang bertingkah semau gue yang berakibat pada benturan antar kepentingan baik secara individual maupun kelompok. 4. Perbedaan kebudayaan yang mengakibatkan adanya perasaan in group dan out group yang biasanya diikuti oleh sikap etnosentrisme kelompok, yaitu sikap yang ditunjukan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah paling baik, ideal, beradab dintara kelompok lain. Jika masing-masing kelompok yang ada di dalam kehidupan social sama-sama memiliki sikap demikian maka sikap ini akan memicu timbulnya

79
konflik antar penganut kebudayaan. Adapun penganut teori konflik menjabarkan bahwa penyebab utama konflik adalan adanya perbedaan atau ketimpangan hubungan dalam masyarakat yang memunculkan differensiasi kepentingan. Menurut turner ada beberapa factor yang mimicu tejadinya konflik social, diantaranya: 1. 2. 3. 4. Ketidak merataan distribusi sumber daya yang sangat terbatas di dalam masyarakat. Ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh masyarakat kelas bawah. Adanya pandangan bahwa konfik merupakan cara untuk mewujudkan kepentingan. Sedikitnya saluran untuk menampung keluhan-kaluhan masyarakat kelas bawah serta lambatnya mobilitas social keatas. 5. 6. 1. Melemahnya kekuasaan Negara yang disertai dengan mobilisasi masyarakat bawah oleh elite. Kelompok masyarakat kebawah menerima idiologi radikal.

TEORI KONFLIK SOSIAL

Pada hakikatnya teori konflik muncul sebagai bentuk reaksi atas tumbuh suburnya teori fungsionalisme struktural yang dianggap kurang memperhatikan fenomena konflik sebagai salah satu gejala di masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian. Teori konflik adalah salah satu prospektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai salah satu sistem yang terdiri dari bagian atau komponen yang mempubyai kepentingan yang berbeda-beda di mana komponen yang satu berusaha menaklukan kepentingan yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. pada dasarnya pandangan teori konflik tentang masyarakat sebenarnya tidak banyak berbeda dengan pandangan teori fungsional struktural, sebab keduanya sama-sama memandang masyarakat sebagai salah satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian. perbedaan antara teori konflik dan fungsionalisme struktural terletak pada asumsi yang berbeda-beda tentang elemen-elemen pembentuk masyarakat. pandangan teori struktural fungsional menempatkan elemen-elemen sosial dalam keadaan saling berhubungan secara normal dan saling mendukung kelangsungan hidup secara sosial, sementara teori onflik sosial memandang antar elemen sosial memiliki kepentingan dan pandangan berbeda. perbedaan kepentingan dan pandangan tersebutlah yang memicu terjadinya konflik sosial yang berujung saling mengalahka, melenyapkan, memusnakan diantara eleman tersebut.

TEORI KONFLIK MARX Dalam pendekatan ini kita akan merujuk pada teori sosial dikemukakan oleh karlmax sebagai landasan pembahasan subbab ini. beberapa pandangan marx tentang kehidupan sosial yaitu;

1. masyarakat sebagai arena yang didalamnya terdapat berbagai bentuk pertentangan 2. negara dipandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan dengan berpihak kepada kekuatan yang dominan 3. paksaan dalam wujud hukum dipandang sebagai faktor utama untuk memelihara lembaga-lembaga sosial, seperti milik pribadi, perbudakan, kapital yang meninbulkan ketidakamaan hak dan kesempatan

80
4. negara dan hukum dilihat sebagai alat penindasan yang digunakanoleh kelas yang berkuasa demi keuntungan mereka 5. kelas-kelas dianggap sebagai kelompok- kelompok sosial yang mempunyai kepentingan sendiri yang bertentangan satu sama lain, sehingga konflik tak terelakan lagi

secara umum pendekatan konflik : 1. sebagai mana dikemukakan oleh karlmarx yang memandang masyarakat terdiri dari dua kelas yang berdasarkan pada kepemilikan sarana dan alat produksi yaitu kelas borjuis dan proletar. kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yang dalam hal ini adalah perusahan sebagai modal dalam usaha. kelas proletar

adalah kelas yang tidak mimilikimsarana dan produsi sehingga dalam pemenuhan akan kebutuhan ekonominya tidak lain hanyalah penjual tenaganya. menurut marx, masyarakat terintergrasi karena adanya struktur kelas adanya kelas borjois mengunakan negara dan hukum yang mendominasi kelas proletar. perubahan sosial justru membawa dampat yang buruk bagi kaum buruh (proletar)karena perubahan sosial berdampak pada semakin banyaknya jumlah penduduk. tingginya jumlah penawaran tenaga kerja akan berpengaruh akan rendahnya ongkos tenaga kerja yang diterimanya, sehingga kehidupan selanjutnya justru kian memburuk. sementara kehidupan kelompok kapitalis (borjuis) akan semakin berlimpah denngan segala macam kemewahanya. gejala inilah yang pada akhirnya menimbulkan ketimpangan sosial yang berhujung pada pangkal konflik sosial. semakin memburuknya kehidupan prolentar dan semakin timpangnya kesenjangan ekonomi, maka gejala ini mendorong kaum prolentar untuk melakukan perlawanan dalam bentuk revolusi sosial dengan tujuanm menghapus kelas-kelas sosial yang dianggap sebagai biang ketidakadilan.

Teori Ralf Dahrendorf Konflik Wewenang yang mengganti konflik kelas, Sir Ralf Dahrendorf lahir di Hamburg, Jerman pada tahun1929, sebelum mempelajari sosiologi, ia mempelajari filsafat dan sastra klasik di Hamburg dan mulai mempelajari sosiologi di London Inggris. Teori konflik Ralf Dahrendorf yang terkenal kuat menyerang perspektif fungsionalisme strultural, Ia menyatakan bahwa fungsionalisme structural adalah sosiologi utopis yang digerakan oleh Talcott Parsons yang lebih merumuskan masyarakat dengan penekanan pada nilai-nilai bersama, konsensus, integrasi sosial dan keseimbangan, dan tidak memberikan perhatian pada konflik dan perselisihan yang merupakan bagian intern dari kehidupan masyarakat, serta mustahil menggabungkan teori fungsionalisme structural dengan konflik dan tidak mungkin disatukan. Tokoh-tokoh yang mempengaruhi pemikiran Ralf Dahrendorf adalah Karl Marx, Ia mengambil gagasan dari teori, hipotesis dan konsep-konsep dari Karl Marx tetapi juga mengkritiki ramalan tentang revolusi kelas Karl Marx yang tidak terbukti. Tidak semua gagasan Karl Marx didukung maupun dikritik oleh Ralf Dahrendorf, selanjutnya Ia juga mengkritiki tokoh fungsionalisme structural yaitu Talcott Parsons terkait asumsi-asumsi yang dipegang teguh oleh teori ini, dan Ralf Dahrendorf memasukan gagasannya tentang fungsi yang menjelasakan stratifikasi sosial secara sosialogis dan didalam teori fungsionalisme structural hanya menjembatani pemikiran stratifikasi sosial yang kurang objektif sehingga Ralf Dahrendorf menyebut teori utopia yang dikemukkan

81
oleh Talcott Parsons. Tokoh yang tidak kalah mempengaruhi teori konflik dari Ralf Dahrendorf adalah Max Weber mengenai gagasan kekuasaan, otoritas, dominasi dan perundukan. Gagasan- gagasan dari teori konflik dari Ralf Dahrendorf adalah kritik terhadap perspektif fungsionalisme, dimana teori ini berasumi bahwa struktur masyarakat sebagai sebuah system yang terintegrasi secara fungsional, dimana keseimbangan dipertahankan melalui pola-pola tertentu dan lewat proses yang berulang-ulang. Secara singkat Ralf Dahrendorf menjelaskan point-point tentang teori fungsionalisme yang dikritiki yaitu: 1. 2. 3. 4. Masyarakat adalah elemen-elemen struktur yang berkembang relatif stabil. Masyarakat adalah elemen-elemen struktur yang terintegrasi dengan baik Setiap elemen masyarakat mempunyai fungsi yaitu menyebabkan suatu sumbangan terhadap ketahanan system. setiap fungsi structural sosial didasarkan oleh consensus nilai-nilai antar anggota-anggotanya. Kritik Dahrendorf adalah fungsionalisme masih menggunakan teori yang konservatif dan sedikit sekali menjelaskan konflik, sehinggga muncul teori konflik di akhir tahun 1950 dengan kritik mengenai masyarakat yang jelas berbeda melalui pendekatan konflik yaitu: 1. 2. Masyarakat dalam setiap waktu diatur oleh beberapa perubahan sosial yang tidak dapat dihindari. masyarakat dalam setiap waktu menunjukan adanya konflik dan disensus, kedua-duanya merupakan fenomena masyarakat yang tidak dapat dihindari. 3. 4. setiap anggota masyarakat akan memberikan adanya suatu sumbangan disintegrasi dan munculnya perubahana. setiap masyarakat didasarkan atas tekanan para anggotanya oleh pihak lain. Teori konflik menurut Jonathan Turner Teori konflik dari Jonathan Turner, dia mengemukan 3 persoalan utama dalam teori konflik yaitu tidak ada definisi yang jelas mengenai konflik atau apa yang bukan konflik, kedua, teori konflik dilihat mengambang karena tidak menjelaskan unit analisis secara jelas, apakah itu konflik individu, kelompok, institusi, organisasi atau konflik antar bangsa. Ketiga adalah teori konflik ini merupakan reaksi dari teori fungsionalisme structural maka sulit dipisahkan dari teori tersebut. Turner mempusatkan pada konflik sebagai suatu proses dari peristiwa-peristiwa atau fenomena yang mengarah pada interaksi yang disertai kekerasan antara 2 pihak atau lebih dan Turner juga menjelaskan konflik yang terbuka, singkatnya adalah system sosial terdiri dari unit-unit yang saling berhubungan satu sama lainnya dan didalamnya terdapat ketidak-keseimbangan atas pembagian kekuasan dan kelompok-kelompok yang tidak memiliki kekuasan mulai mempertanyakan legistimasi, pertanyaan tersebut mengubah kesadaran untuk mengubah system alokasi kekuasan. Teori Lewis A. Coser Lewis A.Coser lahir di Berlin tahun 1913, setelah perang dunia II, Coser mengajar di Universitas Chicago dan Universitas Brandeis, ia mendapatkan gelar Ph.D-nya di Universitas Columbia. Pada tahun 1975, ia terpilih menjadi Presiden American Sociological Association (ASA) dan memunculkan karya yang fenomenal yaitu The Functions of Social Conflict. Dalam karya itu berisi tentang 16 proposisi dari kutipan Georg Simmel kemudian dikembangkan menjadi penjelasan yang menarik serta Coser mengeritik proposisi Georg Simmel dengan menghubungkan

82
perkembangan fakta dan fenomenal yang jauh sebelum Georg Simmel hidup dan tidak jarang membandingkan dengan gagasan sosiolog-sosiolog klasik, bahkan yang menarik dari teori Coser adalah sangat displin dalam satu tema. Tema-tema Coser sangat Concern, baik konflik ditingkat eksternal maupun internal, Coser dapat menjelaskan secara detail baik konflik dalam maupun luar, ada upaya Coser untuk mengintegrasikan Fungsionalisme dengan konflik bahkan mengekombinasi lebih kuat ketimbang berdiri sendiri. Coser berpendapat bahwa konflik merupakan bagian dari masyarakat bahkan sisi kehidupan sosial yang mendasar serta konflik lebih penting untuk dijelaskan ketimbang consensus, hal ini berkaitan dengan kritikan sosiologi Amerika yang mulai melupakan permasalahan konflik dan ramai-ramai mengembangkan fungsionalisme. Mengapa hal ini terjadi karena konflik adalah disfungsi yang harus dihindari dan lebih tertarik pada tema terapan. Coser juga tidak lupa mengkritik gagasan dari Parsons yang mengacu pada upaya menjaga keseimbangan dan consensus daripada mengupas lebih dalam tentang konflik. Menurut Ruth Wallace dan Alison Wolf dalam Contemporary Sociological Theory: Continuing The Classical Tradition, yang mengatakan Coser adalah sosiolog yang setia atas kajian konfik dan di kaji 2 hal yang penting yaitu: Pertama konflik dapat mengikat masyarakat secara bersama-sama. Kedua, konflik dapat menggerakkan perjuangan dan konfrontasi.

Teori Konflik C Wright Mills (1916-1962) di Waco adalah sosiolog Amerika yang berusaha menggabungkan perspektif konflik dengan kritik terhadap keteraturan sosial, tema-tema yang diangkat oleh Mills adalah hubungan antara alienasi dan birokrasi dan kekuasan kaum elit. Mills mengecam kapitalisme dan birokrasi modern karena menyebabkan alienasi dalam diri pekerja atau karyawan. Di Amerika kedudukan atau posisi penting banyak dikuasai oleh kaum elit dalam bidang militer, ekonomi, politik. Mills sepaham dengan teori Marxis dan Neo-Marxis dalam hal alienasi, efek dari struktur sosial terhadap kepribadian dan manipulasi manusia oleh media tapi yang membedakan dari tokoh-tokoh sebelumnya ia tidak melihat pemilikan pribadi sebagai sumber kejahatan di dalam masyarakat. Teori konflik dari Jonathan Turner, dia mengemukan 3 persoalan utama dalam teori konflik yaitu tidak ada definisi yang jelas mengenai konflik atau apa yang bukan konflik, kedua, teori konflik dilihat mengambang karena tidak menjelaskan unit analisis secara jelas, apakah itu konflik individu, kelompok, institusi, organisasi atau konflik antar bangsa. Ketiga adalah teori konflik ini merupakan reaksi dari teori fungsionalisme structural maka sulit dipisahkan dari teori tersebut. Turner mempusatkan pada konflik sebagai suatu proses dari peristiwa-peristiwa atau fenomena yang mengarah pada interaksi yang disertai kekerasan antara 2 pihak atau lebih dan Turner juga menjelaskan konflik yang terbuka, singkatnya adalah system sosial terdiri dari unit-unit yang saling berhubungan satu sama lainnya dan didalamnya terdapat ketidak-keseimbangan atas pembagian kekuasan dan kelompok-kelompok yang tidak memiliki kekuasan mulai mempertanyakan legistimasi, pertanyaan tersebut mengubah kesadaran untuk mengubah system alokasi kekuasan. Kesadaran dari kelompok yang tidak memiliki kekuasan menimbulkan kemarahan dan menyebabkan semakin tegang akhirnya terjadi konflik terbuka antara kelompok yang berkuasa dan tidak berkuasa.

83
A. Aliensi Birokrasi Mills berpendapat bahwa kesulitan ekonomi yang dialami oleh pekerja di masa lampau telah diganti oleh ketidakpuasan psikologis yang berakar pada alienasi kaum pekerja dari apa yang mereka kerjakan. Ia melihat para pekerja kantor (White Collar Worker) apatis, takut, dan dibentuk dalam kebudayaan massa. Mills menilai birokrasi itu identik dengan manipulasi. Sistem rasional menyembunyikan kekuasaan sehingga tak seorang pun mengerti perhitungan mereka. Bagi birokrasi, dunia adalah objek manipulasi. Mills mengecam kapitalisme dan birokrasi modern karena keduanya menyebabkan alienasi dalam diri para pekerja atau karyawan di dalam proses pekerjaan dan di dalam hasil kerja mereka sendiri. Dalam setiap pekerjaan melibatkan usaha penjualan, kepribadian, dan keikhlasan menjadi bagian dari produksi dan hal tersebut menciptakan alienasi yang luar biasa. Alienasi muncul dari hubungan antara karakter dan struktursosial. Secarapolitis orang bersikap apatis karena penekanan media massa yang terlalu berlebihan terhadap hal yang bersifat basa-basi dan karena dijauhkan dari akar budaya. Struktur sosial memperkuat tedensi psikologis yang membuat masyarakat modern bertanggung jawab atas terciptanya masyarakat fasisa tautotaliter. Lingkungan kerja oang yang terfragmentasi menyebabkan mereka tidak mengingat dengan sungguhsungguh bagaimana masyarakat bekerja dan percaya bahwa pemerintah yang campur tangan akan menyebabkan rasa tidak aman. Perkembangan struktur yang semakin tersentralisasi tanpa nilai-nilai tradisional yang tinggi dengan orang-orang yang secara permanence masa dalah sangat rapuh. B. Kekuasaan Kelompok Elite Menurut Mills, Amerika dikuasai oleh sekelompok elite yang berkuasa, yang terdiri dari orang-orang yang memproduksi posisi dominan dalam bidang politik, militer, dan ekonomi. Ketiga bidang tersebut memiliki hubungan satu sama lain sehingga orang yang berkuasa pada bidang itu bekerjasama untuk menciptakan kelompok elite yang berkuasa di Amerika. Mills percaya bahwa kekuasaan bisa didasarkan atas factor-faktor lain dan bukan pada hak milik mata-mata, namun kepentingan yang sama pada kelompok elite itu telah menyatukan mereka dan mempertahankan ekonomi perang. Ilmuwan sosial setuju dengan anggapan bahwa kehidupan ekonomi tercampur dengan kegiatan pemerintah yakni mereka yang mempunyai hubungan dengan orang-orang di ekonomi dan pemerintahan. Kerjasama keduanya tampak dalam bantuan yang diberikan oleh sektor ekonomi terhadap kepentingan ekonomi dan kepentingan militer melainkan juga dalam hal keterlibatan pemerintahan yang semakin besar dalam berbagai aspek kehidupan ekonomi. AKIBAT KONFLIK SOSIAL Ada banyak akibat konflik dan dapat ditarik kesimpulan kedalam lima poin berikut ini:

84
1. Bertambahkuatnya rasa solidaritas kelompok. Solidaritas kelompok akan muncul ketika konflik melibatkan pihak lain yang menimbulkan antagonism (pertentangan) di antara pihak yang bertikai. 2. Hancurnya kesatuan kelompok. Konflik yang tidak selesai menimbulkan kekerasan atau perang, maka kelompok tersebut akan mengalami kehancuran. 3. Adanya perubahan kepribadian individu. Dalam suatu kelompok yang mengalami konflik, masa orang yang semula memiliki kepribadian pendiam, penyabar menjadi beringas, agresif, mudah marah apalagi jika konflik berujung dengan kekerasan. 4. Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Antara dua hal tersebut terdapat hubungan yang bersifat korelasional, artinya bisa saja terjadi konflik yang berdampak [ada hancurnya nilai dan norma akibat dari ketidakpatuhan anggota masyarakat akibat dari konflik. 5. Hilangnya harta benda (material) dan korban manusia . Konflik tidak terselesaikan hingga terjadi tindakan kekerasan atau perang, maka berdampak pada hilangnya material dan korban manusia. HASIL HASIL KONFLIK SOSIAL Konflik sebagai gejala sosial yang permanen dalam kehidupan sosial yang membawa kehidupan itu sendiri menjadi dinamis. Dari cara menghadapi dan menyelesaikannya maka hasil konflik sosial dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Konflik kalah versus kalah Penyelesaian konflik RI vs. GAM dengan penandatanganan MoU di Helsinki Finlandia yang salah satu butir kesepakatannya adalah pihak GAM menyerahkan segala macam persenjataan sedangkan RI harus menarik mundur pasukan TNI-nyadari Nagroe Aceh Darussalam. Dua hal tersebut merupakan bentuk kekalahan. 2. Konflik kalah versus menang Konflik berakhir dalam bentuk kalah versus menang apa bila salah satu pihak yang bertikai mencapai keinginannya dengan mengorbankan keinginan pihak lain. Menekankan pada kuat atau lemah antara pihak yang bertikai. 3. Konflik menang versus menang Konflik akan berakhir jika kedua belah pihak mendapatkan keinginan mereka masing-masing. Gejala ini merupakan pendekatan terbaik dalam manajemen konflik. FUNGSI KONFLIK SOSIAL Konflik sering diasumsikan sebagai bentuk keadaan yang negatif seperti perselisihan, disintegrasi penyimpangan, destruktif, dan sebagainya. Konflik memiliki sisi-sisipositif yang berguna dalam kehidupan sosial. Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik berfungsi sebagai pengintegrasi masyarakat dan sebagai sumber perubahan. Benturan ide akan menimbulkan pemikiran baru yang lebih baik dari pada sebelum adanya perubahan.

85
Selain sebagai sumber perubahan, konflik juga berfungsi menghilangkan unsur pengganggu dalam hubungan. Konflik sebagai penyelesaian ketegangan antara unsur-unsur yang bertentangan mempunyai fungsi penstabil dan menjadi komponen pemersatu hubungan.

George Simmel menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya membutuhkan hubungan sosial yang sifatnya integratif dan harmonis, tapi juga membutuhkan adanya konflik. Dalam pandangan Lewis Coser, konflik sosial memiliki hubungan positif, di antaranya: 1. 2. Konflik dapat meningkatkan solidaritas antar kelompok. Konflik dengan kelompok tertentu akan menimbulkan hubungan tarik-menarik antara kelompok satu dan lainnya. 3. Konflik di dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga masyarakat yang semula pasif menjadi aktif dalam memainkan peranan tertentu dalam masyarakat. 4. Konflik memiliki fungsi komunikasi.

Joseph Himes memiliki pandangan yang berbeda dengan George Simmel, yaitu: 1. Secara struktural konflik dapat mengubah keseimbangan kekuasaan antara kelompok dominan dan minoritas. Hal ini mendorong kelompok dominan untuk lebih bersikap akomodatif yang pada akhirnya mengurangi intensitas tekanan terhadap kelompok minoritas. 2. Dari sisi komunikasi, konflik meningkatkan perhatian masyarakat terhadap hal yang

dipersengketakan; meningkatkan kesediaan massa untuk meliputnya; memungkinkan masyarakat memperoleh informasi baru ; dan mengubah pola komunikasi berkaitan dengan persoalan tersebut. 3. Dari sisisolidaritas, konflik dapat meningkatkan dan memantapkan solidaritas di antara kelompok minoritas. 4. Dari sisi identitas, konflik akan menumbuhkan kesadaran tentang siapa mereka dan mempertegas batas-batas kelompok.

Menyikapi konflik sosial Konflik dianggap sebagai suatu yang bersifat negatif maupun positif sangat tergantung bagaimana

masyarakat menyikapi konflik itu sendiri. Ada sebagian pihak yang memandang konflik sebagai sesuatu yang bersifat buruk karena pandangan ini dilatar belakangi oleh keadaan dimana konflik merupakan biang dari segala bentuk perpecahan didalam masyarakat yang mengakibatkan disintegrasi sosial. Sementara di pihak lain ada sebagian pihak yang sering kali memicu konflik antar anggota kelompok sosial. Kelompok ini berasumsi bahwa konflik dapat berakibat pada terpicunya motivasi anggota-anggota

86
masyarakat untuk berprestasi. Penganut teori fungsional struktural tidak terlalu khawatir dengan hadirnya konflik didalam kehidupan sosial, sebab konflik merupakan bagian dari dinamika sosial yang pada dasarnya tetap berfungsi untuk kelangsungan hidup sistem sosial itu sendiri. Menyelesaikan konflik yang baik adalah mencari akar permasalahan dari konflik tersebut, sehingga dapat dicari titik penyelesainnya. Gejala konflik sosial akan selesai jika akar penyebab konflik dapat ditiadakan tanpa menyisakan kondisi yang memendam antagonisme, sehingga setiap saat bisa menyulut konflik baru. Pengaturan konflik (Ralf dahrendorf) Pengaturan konflik konsiliasi akan berjalan efektif jika memenuhi 4 faktor, yaitu : 1. lembaga-lembaga tersebut harus bersifat otonom yang berkewenangan membuat keputusan tanpa campur tangan dari pihak luar. 2. keududkan lembaga tersebut harus bersifat monopolistik, artinya lembaga itulah yang berfungsi mengatur konflik. 3. peranan lembaga-lembaga tersebut harus memiliki kekuatan mengikat, sehingga pihak-pihak yang sedang bersengketa merasa terikat kepada keputusan lembaga tersebut. 4. lembaga tersebut harus bersifat demokratis, artinya anspirasi dari pihak-pihak yang bertikai harus didengarkan dan diberikan kesempatan yang sama untuk menyatakan pendapatnya. Pengaturan konflik akan efektif jika memenuhi 3 hal, yaitu : 1. keua belah pihak menyadi akan adanya situasi konflik diantara mereka dan menyadari pula perlunya melaksananakan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran antar pihak yang bertikai. 2. yang terlibat konflik adalah organisasi kelompok kepentingan, artinya jika konflik sosial tersebut terorganisasi secara jelas, maka pengaturannya akan efektif, dan jika konflik sosial tersebut takterorganisasi maka pengaturannya tidak akan efektif. 3. adanya suatu aturan permainan (rule of the game) yang disepakati dan ditaati bersama, sebab aturan permainan itu akan menjamin kelangsungan hidup kelompok-kelompok yang berkonflik Intregasi sosial Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam setiap aspek sebab itu konflik dan integrasi akan hadir dimana saja dan kapan saja bagaikan dua belah mata uang dalam satu keping atau lembaran. Pierre L. Berhge, menjelaskan bahwa konsensus dan konflik selalu melekat bersama sama didalam setiap kehidupan sosial. Sebagaimana dalam konsep sebelumnya dimana konflik akan terjadi antara individu dan individu,

87
individu dan kelompok, kelompok dan kelompok, demikian juga, integrasi sosial akan terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, dan kelompok dan kelompok. Faktor lain yang mendorong timbulnya kerja sama adalah faktor budaya yang mendominasi kehidupan kelompok/masyarakat diamerika serikat, pendidikan kepada peserta didik terutama bagi para peserta didik yang menjelang usia dewasa diajari pola-pola sikap, kebiasaan-kebiasan, dan cita-cita yang berbentuk persaingan, walaupun didalam kehidupan masyarakat USA tidak sepenuhnya bersaing, artinya masih ada sebagian sampel kehidupan kegotong royongan. Hal ini tentu akan berbeda dengan pola-pola sikap yang ditanamkan didalam sistem kultural di indonesia, dimana peserta didik diajar pola-pola kerjasama, persatuan dan kesatuan, musyawarah mufakat, gotong royong hingga dalam sistem perekonomiannya pun disusun atas dasar kerja sama yang bersifat kekeluargaan. Macam-macam integrasi sosial. 1. integrasi keluarga 2. integrasi kekerabatan 3. Integrasi asosiasi (perkumpulan) 4. integrasi masyarakat 5. integrasi suku bangsa 6. integrasi bangsa FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA INTEGRASI SOSIAL A. Primordial B. Sakral C. Tokoh D. Bhineka Tunggal Ika E. Perkembangan Ekonomi F. Homogenitas kelompok G. Besar kecilnya kelompok H. Mobilitas Sosiogeografis I. Efektifitas dan efisiensi komunikasi

88

1. Apa saja yang anda ketahui tentang macam-macam konflik, mohon untuk dijelaskan ! 2. Mengapa sering sekali terjadi konflik antar umat beragama? Bisakah anda jelaskan dan apa saja yang menjadi penyebab terjadinya konflik antar umat beragama tersebut? 3. Bagaimana cara saudara tentang menyikapi dan menyelesaikan konflik dengan baik? 4. Menurut pendapat dan pandangan anda, apa saja yang menjadi penyebab konflik antar Negara/antar bangsa yang sering terjadi pada akhir-akhir ini? 5. Konflik sebagai gejala sosial yang permanen dalam kehidupan social yang membawa kehidupan menjadi dinamis, dari cara menghadapi dan menyelesaikannya maka akan timbul hasil konflik. Pertanyaannya, apa saja yang saudara ketahui tentang hasil-hasil konflik sosial? 6. Apa saja yang saudara ketahui tentang kemajemukan horizontal dan kemajemukan vertical? Coba saudara jelaskan ! 7. Menurut Johan Galtung, kekerasan di indikasikan dalam 2 pengertian sempit dan luas, Coba bisa saudara jelaskan dan paparkan keduanya yang saudara ketahui ?

BAB 6 PERILAKU PENYIMPANGAN DAN ANTISOSIAL

PENGANTAR Membahas perilaku menyimpang bukanlah fenomena baru. Perilaku tersebut sudah ada sejak anak-anak Nabi Adam, Habil dan Qabil menentang aturan ayahnya, homoseksual kaum Nabi Luth yang dilaknat Tuhan, hingga tindakan anak pada masa kini yang mengkonsumsi narkoba serta berbagai tindak kriminal yang dilakukan oleh gembong narkoba dan kejahatan antarnegara.

89 Membahas Perilaku menyimpang bukan berarti mengajak pembelajar sosiologi menjadi menyimpang, akan tetapi lebih diarahkan pada mencari sebab musabab mengapa sekelompok orang menjadi menyimpang dan bagaimana menyelesaikannya.

RELATIVITAS PERILAKU MENYIMPANG Setiap orang yang baru menempati suatu wilayah sosial tertentu, baik itu baru dilahirkan maupun pendatang, akan senantiasa diarahkan atau disosialisasikan oleh kelompok di wilayah itu untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku didalamnya kelompok tersebut. Melalui proses sosialisasi, akan diperoleh bentuk perilaku sosial yang selaras dengan sosial (nilai dan norma sosial) atau lazim disebut conformity. Dengan demikian conformity (konformitas) adalah bentuk interaksi yang didalamnya seseorang atau sekelompok orang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok. Munculnya perilaku menyimpang banyak macamnya, yaitu selain didorong dari dalam dirinya juga karena faktor yang berasal dari luar, seperti dari pola-pola kelakuan yang dibiasakan. Delinquency (deviasi) adalah kebalikan dari konformitas atau non konformitas, yaitu bentuk interaksi yang didalamnya seseorang atau sekelompok orang berperilaku tidak sesuai dengan harapan kelompok. Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa tidak semua orang bertindak berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku tersebut disebut sebagai perilaku menyimpang.

SIFAT NILAI DAN NORMA SOSIAL Nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam masing-masing kelompok sosial bersifat relatif dan senantiasa mengalami perubahan atau pergeseran dari waktu ke waktu. Yang dimaksud relatif adalah nilai dan norma yang berlaku didalam kelompok satu mungkin atau bisa saja tidak berlaku dikelompok sosial lainnya. Adapun yang dimaksud dengan pergeseran dari kurun waktu tertentu ke kurun waktu yang lain adalah, nilai dan norma sosial senantiasa mengalami pergeseran dari kurun waktu yang satu ke kurun

90 waktu yang lain. Dengan adanya pergeseran waktu, ada kemungkinan nilai dan norma yang berlaku pada saat itu di waktu yang lain tidak berlaku lagi seiring dengan pergeseran zaman atau waktu. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua perilaku menyimpang bersifat negatif, tetapi adakalanya perilaku menyimpang justru dari pola yang dianggap salah ke pola kelakuan yang dianggap benar. A. Penyimpangan Positif Perilaku minoritas yang tidak sejalan dengan perilaku mayoritas masyarakat tersebut dikategorikan juga sebagai bentuk penyimpangan, akan tetapi termasuk penyimpangan positif. Dengan demikian, penyimpangan positif adalah penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang ideal (didambakan) walaupun cara atau tindakan yang dilakukan tersebut seolah-olah kelihatan menyimpang dari norma-norma yang berlaku, padahal sebenarnya adalah tidak menyimpang. B. Penyimpangan Negatif Mencari formula penyimpangan negatif tidaklah sukar. Patokannya adalah jika terdapat perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dianggap tercela oleh masyarakat umum, dan menjadikannya dikucilkan, dibenci, dan dihukum, maka perbuatan ini dikatakan menyimpang secara negatif. Perilaku menyimpang negatif biasanya berakibat merugikan, menyakiti bahkan menghilangkan nyawa orang, misalnya mencuri, membunuh dan memperkosa, merampok dan lain-lain.

CIRI-CIRI PERILAKU MENYIMPANG Paul Horton mengemukakan ada enam ciri-ciri perilaku menyimpang, diantaranya : 1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, yaitu perilaku tersebut memang benar-benar telah dicap sebagai penyimpangan karena merugikan banyak orang atau membikin resah masyarakat, walaupun kenyataannya tidak semua perilaku menyimpang merugikan orang lain. 2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak, artinya tidak semua perilaku menyimpang dianggap negatif, tetapi adakalanya perilaku menyimpang itu justru mendapat pujian. 3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya tidak ada satu pun manusia yang sepenuhnya berperilaku selurus-lurusnya sesuai dengan nilai dan norma sosial (konformis) atau sepenuhnya berperilaku menyimpang.

91 4. Penyimpangan terhadap budaya nyata dan budaya ideal, artinya suatu tindakan yang senyatanya jika dilihat dari budaya yang berlaku di dalam struktur masyarakat tersebut diangap konform, namun oleh peraturan hukum positif dianggap penyimpangan. 5. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan, maksudnya adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginannya tanpa harus menentang nilai dan norma tetapi sebenarnya perbuatan itu menentang norma. 6. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (penyesuaian), artinya tindakan ini tidak menimbulkan ancaman disintegrasi sosial, tetapi justru diperlukan untuk memelihara integritas sosial.

PERLUNYA PERILAKU MENYIMPANG DIPELAJARI Karena banyaknya pelanggaran atau penyimpangan perilaku yang dilakukan manusia dan hal itu terkadang dapat dianggap mengancam ketentraman masyarakat, maka perlu juga kita mempelajarinya. Tetapi, tujuan mempelajari perilaku menyimpang bukan agar kita juga menjadi menyimpang, melainkan untuk mengetahui apa yang menjadi penyebabnya dan bagaimana melakukan pencegahan terhadapnya.

ILMU YANG MEMPELAJARI PERILAKU MENYIMPANG Dalam khazanah ilmu sosial, selain sosiologi, disiplin lain yang mempelajari perilaku menyimpang diantaranya psikologi. Bidang ilmu ini mempelajari tingkah laku atau perilaku seseorang ketika merespons pengaruh-pengaruh sosial yang ada di sekelilingnya. Psikologi lebih menekankan pada proses-proses sosial yang terjadi secara individual, tetapi dipengaruhi oleh variabel-variabel sosial. Berdasarkan pemikiran itu dapat dipahami mengapa perilaku anak-anak adalah cerminan perilaku orang-orang dewasa yang ada disekeliling mereka. Karena secara tidak sadar perilaku yang dikeluarkan oleh orang-orang disekitar mereka yang sering mengumpat, mengeluarkan kata-kata kotor atau tak senonoh, anak-anak akan menirukan walaupun tanpa sadar. Antropologi juga mempelajari perilaku menyimpang karena orang-orang yang berperilaku menyimpang cenderung mengabaikan nilai-nilai budaya kelompok atau masyarakatnya. Melalui nilainilai budaya, maka akan diketahui karakteristik, tata aturan, dan kaidah-kaidah yang ada dalam kehidupan suatu masyarakat.

92 Ilmu hukum dan kriminologi juga memiliki perhatian pada studi perilaku menyimpang. Kedua ilmu itu berkepentingan dalam mempelajari sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya penyimpangan perilaku atau pelanggaran hukum yang dilakukan oleh para penyimpang itu. Dengan mengetahui penyebabnya, mereka dapat merumuskan kebijakan (untuk studi kriminologi) dan aturan hukum (untuk studi ilmu hukum) guna mencegah berulangnya pelanggaran sosial. Namun, kalaupun pelanggaran itu berkali-kali terjadi, ilmu hukum berkepentingan untuk menetapkan bentuk-bentuk hukuman yang dapat membuat jera pelakunya.

EMPAT DIMENSI TENTANG PERILAKU MENYIMPANG

Berdasarkan hasil rumusan para ahli yang telah melakukan studinya diberbagai kelompok masyarakat, maka perilaku menyimpang dapat didefinisikan secara berbeda berdasarkan empat sudut pandang, yaitu : 1. Secara statistikal Adapun yang dimaksud dengan penyimpangan secara statistikal adalah segala perilaku yang bertolak dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang jarang dan tidak sering dilakukan. 2. Secara absolut atau mutlak Definisi perilaku menyimpang yang berasal dari kaum absolutis ini berangkat dari aturan-aturan sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dahulu, serta berlaku tanpa kecuali, untuk semua warga masyarakat. 3. Secara reaktif Perilaku menyimpang menurut kaum reaktivis bila berkenaan dengan reaksi masyarakat atau agen kontrol sosial terhadap tindakan yang dilakukan seseorang. Artinya apabila ada reaksi dari masyarakat atau agen kontrol sosial dan kemudian mereka memberi cap atau tanda (labeling) terhadap si pelaku, maka perilaku itu telah dicap menyimpang. 4. Secara normatif.

93 Dari sudut pandang ini penyimpangan adalah pelanggaran dari norma sosial. Norma dalam hal ini adalah standar apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dipikirkan, dikatakan, atau dilakukan oleh warga masyarkaat pada keadaan tertentu.

MENJADI MENYIMPANG Rangkaian pengalaman atau karier menyimpang seseorang dimulai dari penyimpangan kecil yang mungkin tidak disadarinya. Jenis penyimpangan semacam itu disebut dengan primary deviance (penyimpangan primer). Penyimpangan jenis ini dialami oleh seorang manakala ia belum memiliki konsep sebagai penyimpang atau tidak menyadari jika perilakunya menyimpang. Bentuk penyimpangan primer ini biasanya dialami oleh seseorang yang tidak menyadari bahwa perilakunya dapat menjurus ke arah penyimpangan yang lebih berat. Sekelompok anak yang mengambil mangga dari pohon milik tetangga tanpa meminta izin terlebih dahulu pada pemiliknya dianggap sebagai bagian dari kenakalan biasa, bukan bentuk pencurian. Penyimpangan yang lebih berat akan terjadi apabila seseorang sudah sampai pada tahap secondary deviance (penyimpangan sekunder). Yaitu, tindakan menyimpang yang berkembang ketika perilaku dari sipenyimpang itu mendapat penguatan (reinforcement) melalui keterlibatannya dengan orang atau sekelompok yang juga menyimpang.

PENYIMPANGAN DAN NORMA BARU

Norma-norma kemasyarakatan terbentuk sebagai hasil dari proses-proses sosial, yaitu dalam proses interaksi sosial terjadi pola-pola aksi dan interaksi di dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, hanya melalui proses sosial saja norma sosial bisa tercipta. Akan tetapi, tidak semua norma sebagai hasil atau produk interaksi sosial tersebut mesti ideal sesuai dengan norma-norma yang bersifat umum (general). Artinya dalam proses interaksi sosial tidak selalu menghasilkan norma yang positif sebab aksi interaksi yang bersifat negatif juga akan menghasilkan produk norma yang negatif pula. Misalnya di sistem pemerintahan Orde Baru yang otoriter, kemudian beberapa golongan yang dimotori oleh kalangan intelektual menghendaki adanya perubahan, yaitu mengubah pada otoriteristik menjadi pola yang demokratis. Dengan demikian, sekelompok orang yang menghendaki perubahan tersebut dapat dikatakan menyimpang dari nilai-nilai otoriter.

94

JENIS-JENIS DAN SEBAB-SEBAB PENYIMPANGAN SOSIAL Beberapa diantara perilaku menyimpang yang ditolak oleh masyarakat pada umumnya adalah :

A. Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan Terlarang Narkotika dan obat-obatan terlarang merupakan salah satu jenis zat adiktif, yaitu zat yang mengakibatkan ketergantungan apabila dikonsumsi yang menimbulkan kerusakan pada jaringan saraf dan psikomotorik.

B. Efek Penggunaan Obat-obatan Efek-efek yang ditimbulkan oleh pemakaian obat terlarang yang dikonsumsi terus-menerus diantaranya : 1. Hilangnya koordinasi tubuh. 2. Kerusakan alat respirasi. 3. Hilangnya kendali otot gerak. 4. Hilangnya nafsu makan sehingga pengguna menjadi kurus kering.

C. Perkelahian Antarpelajar dan Mahasiswa Perkelahian atau tawuran antarpelajar maupun mahasiswa kebanyakan dipicu oleh persoalan yang sepele, seperti perasaan tidak enak atau tidak nyaman karena diledek oleh pelajar dari sekolah lain atau dari mahasiswa kampus lain. Pada mulanya tawuran antar-pelajar maupun antarmahasiswa kebanyakan terjadi antarsekolah atau antarfakultas atau bisa juga satu sekolah antarkelas atau antar-perguruan tinggi jika gejala tersebut timbul dikalangan mahasiswa. Pertengkaran itu pada mulanya dipicu oleh hal-hal yang kecil, misalnya perasaan tidak enak secara interpersonal (perseorangan) sebagai akibat ulat dari pelajar, atau mahasiswa dari lain sekolah atau lain fakultas atau dalam sekolah lain kelas, atau perguruan tinggi bisa memicu temannya yang lain.

95

D. Perilaku Hubungan Seks di Luar Nikah Perilaku seks di luar nikah bukanlah barang baru, mengingat gejala itu sudah menjadi menu berita sehari-hari di berbagai media massa. Gejala-gejala ini secara umum diakui sebagai salah satu perbuatan menyimpang sebab sistem nilai dan norma sosial yang berlaku pada umumnya adalah persyaratan seseorang untuk menjalin hubungan seks adalah melalui proses yang dibenarkan menurut norma-norma, baik norma susila, norma agama maupun norma hukum. Selain itu dalam aturan agama apapun, seperti Islam, Nasrani, Hindu, Buddha dan agama lainnya tindakan tersebut dikelompokkan sebagai perbuatan zina dan dianggap perbuatan zina dan dosa besar.

E. Homoseks Homoseksual merupakan perilaku sekelompok orang yang berorientasi seks dengan sejenis, seperti laki-laki dengan laki-laki (guy), dan perempuan dengan perempuan (lesbian). Hingga saat ini orientasi seksual kaum homoseks tidak bisa diterima sebagai perilaku konforms, kendati ada sebagian kecil negara-negara yang melegalkan perilaku ini. Beberapa contoh penyimpangan seksual : 1. Homoseksual, yaitu pelaku seksual yang cenderung tertarik pada berjenis kelamin sama atau sejenis. 2. Transeksual, yaitu perilaku seseorang yang cenderung mengubah karakteristik seksualnya. 3. Sadomasokisme Sadisme adalah kepuasan seksual yang diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. 4. Ekshibisionisme, yaitu perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual dengan cara memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain sesuai dengan kehendaknya. 5. Voyeurisme, yaitu perilaku seksual yang memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atua melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi, bahkan berhubungan seksual. 6. Fatisme, yaitu perilaku seksual yang disalurkan melalui bermastrubasi dengan BH, celana dalam, kasus kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksualnya.

F. Alkoholisme

96 Alkoholisme selalu merujuk pada ulah seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. Minuman yang mengandung alkohol sepintas memiliki manfaat untuk menyegarkan badan, tetapi jika dikonsumsi secara terus menerus dalam dosis yang berlebihan akan mengakibatkan penggunaannya menjadi mabuk.

SEBAB MUSABAB TERJADINYA PERILAKU MENYIMPANG A. Sikap Mental yang Tidak Sehat Yang dimaksud dengan mental adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan jiwa, kehendak, dan pikiran manusia. Adapun yang dimaksud dengan mental yang tidak sehat berarti keadaan jiwa seseorang atau sekelompok orang yang tidak stabil sehingga berperilaku di luar batas manusia pada umumnya. Ada beberapa perilaku seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan sebagai kelompok orang yang tidak sehat mentalnya. Beberapa perilaku tersebut dilatarbelakangi oleh depresi, deprivasi sosial, psikopati. Depresi adalah keadaan emosional di dalam diri seseorang yang menunjukkan adanya sesuatu penurunan aktivitas dan semangat yang cukup berarti. Biasanya gejala ini ditandai dengan adanya perasaan tertekan, sedih, tidak berdaya, dan ketidakpastian. Biasanya penderita akan kelihatan murung. Depreviasi sosial adalah keadaan yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang akibat tidak diperolehnya kebutuhan sosial, sehingga penderita merasa tersisih dari masyarakatnya. Psikopati atau kepribadian antisosial adalah gangguan kepribadian yang tidak jelas sebab musababnya. Bentuk gangguannya dapat beraneka ragam, namun selalu ditandai oleh sikap tidak bertanggung jawab dan perilaku yang destruktif.

B. Ketidakharmonisan dalam Keluarga Ketidakharmonisan keluarga muncul ketika keluarga tidak dapat menjaga kebutuhannya, sehingga keluarga yang bersangkutan akan mengalami broken home. Dalam keluarga yang broken home, dimana sering terjadi percekcokan diantara orang tua dan sikap saling bermusuhan disertai

97 tindakan yang agresif, maka dengan sendirinya keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga yang sebenarnya.

C. Pelampisan Rasa Kecewa Kekecewaan biasanya muncul tatkala seseorang atau sekelompok orang tidak terpenuhi keinginan dan harapannya. Bentuk kekecewaan sering dilampiaskan melalui tindakan menyimpang. Akal sehatnya tidak dominan, sehingga seringkali mereka melakukan tindakan diluar kontrol diri yang tidak masuk diakal sehat dengan merusak fasilitas umum, anarkisme hingga dalam bentuk teror. Bahkan tindakan kekecewaan dapat dilampiaskan oleh sekelompok orang ini melalui menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri.

D. Dorongan Kebutuhan Ekonomi Yang dimaksud dengan dorongan kebutuhan ekonomi adalah dorongan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi untuk mendapatkan kepuasan dari terpenuhinya kebutuhan tersebut ternyata tidak mudah, lebih-lebih makin sempitnya jumlah lapangan pekerjaan. Akibatnya seseorang atau sekelompok orang bisa melakukan tindakan penyimpangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi alasan sekelompok orang melakukan tindakan pidana seperti mencuri, merampok, dan korupsi, semuanya disebabkan oleh motif ekonomi.

E. Pengaruh Lingkungan dan Media Massa Lingkungan yang tidak sehat, seperti lingkungan dengan banyak anggota masyarakat yang menyimpang akan sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak. Kebanyakan dari sifat anak adalah mengidentifikasi perilaku orang-orang yang di dalam lingkungan sosialnya. Anak-anak tidak bisa membedakan baik dan buruk, akan menirukan tingkah laku tersebut. Jika kebetulan tingkah laku yang ditirukannya kebetulan menyimpang, maka di dalam otak anak tersebut tersimpan perilaku tersebut dan akan melakukan tingkah laku tersebut hingga masa pertumbuhan dan perkembangannya.

98 F. Keinginan Untuk Dipuji Keinginan untuk dipuji terutama dikalangan anak-anak merupakan suatu hal yang wajar. Akan tetapi, jika keinginan ini tidak terpenuhi, maka anak-anak akan mencari langkah lain. Penyimpangan yang dialami oleh anak-anak tersebut biasanya merupakan bentuk pelampiasan akibat dariapa yang dicarinya tidak ditemukan.

ANTISOSIAL Istilah antisosial secara formal disebut penyimpangan kepribadian yang anti sosial (antisocial personality discorder). Orang dengan penyimpangan ini, kebanyakan laki-laki, memiliki pengendalian emosi negatif yang rendah, rasa empatinya sedikit, dan biasanya merasa kosong atau hampa. Bahkan ada sebagian orang atau image dari kelompok ini sendiri sering kali dicap sebagai kelompok raja tega, dikarenakan kelompok ini kebanyakan tidak memiliki rasa belas kasihan kepada orang lain. Mereka dengan mudah menyakiti orang lain tanpa sedikitpun merasa bersalah dari yang mereka lakukan.

KARAKTERISTIK SEORANG ANTISOSIAL A. Asosial Seseorang yang asosial, juga disebut individualis atau penyendiri, sering merasa tidak punya kaitan dengan masyarakat dan budaya umum, atau justru merasa bahwa masyarakat atau budaya yang umum, atau justru merasa bahwa masyarakat atau budaya yang umum yang menghindari mereka.

B. Introver Introver adalah ketertutupan, biasanya karena pilihan. Seseorang yang introver lebih suka kegiatan yagn menyendiri seperti membaca, kesenian, dan menulis. Mereka tidak menemukan kebahagiaan dalam interaksi kelompok, sehingga mereka lebih memilih bergabung dengan kelompok yang kecil, atau bahkan tidak bergabung dengan kelompok apapun, besar atau kecil. Introver adalah pribadi yang bersifat menyendiri dan biasanya lebih pendiam dan tertutup, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam suatu kelompok atau lebih suka

99 menyendiri dirumah daripada harus berkumpul dengan orang lain, atau berjam-jam duduk di depan komputer. Selain telaahan yang tersebut diatas, kepribadian antisosial setidaknya menunjukkan lima ciri kepribadian, yaitu : 1. Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari pengalaman 2. Emosi bersifat superficial, tidak alami 3. Irresponsibility/tidak bertanggung jawab 4. Tidak memiliki hati nurani, bersikap tegaan. 5. Impulsiveness. Faktor-faktor yang mendorong terbentuknya perilaku antisosial, antara lain : 1. Adanya gangguan mental 2. Faktor keturunan 3. Stres dan sosiokultural 4. Faktor lingkungan 5. Kegagalan belajar mengenai moral dan etika dalam kehidupan awal mereka.

TEORI PERILAKU MENYIMPANG DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS Ada dua perspektif yang bisa digunakan untuk memahami sebab-sebab dan latar belakang seseorang atau sekelompok orang berperilaku menyimpang. Yang pertama adalah perspektif individualistik dan yang kedua adalah teori-toeri sosiologi. Teori-teori individualistik berusaha mencari penjelasan tentang munculnya tindakan menyimpang melalui kondisi yang secara unik mempengaruhi individu seperti warisan genetis-biologis atau pengalaman-pengalaman awal ari kehidupan seseorang di dalam keluarganya. Teori-teori individualistik sebagian besar didasarkan pada proses-proses yang sifatnya individual dan mengabaikan proses sosialisasi atau belajar tentang norma-norma sosial yang menyimpang. Berbeda halnya dengan teori individualistik, teori-teori yang berspektif sosiologis tentang penyimpangan berupaya menggali kondisi-kondisi sosial yang mendasari penyimpangan. Beberapa hal yang dianggap bersifat sosiologis dalam memahami tindakan menyimpang misalnya proses penyimpangan yang ditetapkan oleh masyarakat ; bagaimana faktor-faktor kelompok dan subkultur

100 berpengaruh terhadap terjadinya perilaku menyimpang pada seseorang; dan reaksi-reaksi apa yang diberikan oleh masyarakat apda orang-orang yang dianggap menyimpang dari norma-norma sosialnya.

A. Teori Anomie Teori anomie berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai ketegangan dalam suatu struktur sosial sehingga ada individu-individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi menyimpang. Anomie adalah suatu keadaan atau nama dari situasi di mana kondisi sosial/situasi masyarakat lebih menekankan pentingnya tujuan-tujuan status, tetapi cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan status tersebut jumlahnya lebih sedikit. Situasi anomie tersebut dapat berakibat negatif bagi sekelompok masyarakat, di mana untuk mencapai tujuan statusnya mereka terpaksa melakukannya melalui cara-cara yang tidak sah, di antaranya melakukan penyimpangan atau kejahatan.

B. Teori Belajar atau Teori Sosialisasi Salah seorang ahli teori belajar adalah Edwin H. Sutherland yang menamakan teorinya dengan Asosiasi Diferensial, menurut teori ini penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang, terutama dari subkultur atau diantara teman-teman sebaya yang menyimpang.

C. Teori Labeling ( Teori Pemberian cap atau teori Reaksi Masyarakat ) Teori ini menjelaskan penyimpangan terutama ketika perilaku itu sudah sampai pada tahap penyimpangan sekunder (secodary deviance). Analisis tentang pemberian cap itu dipusatkan pada reaksi orang lain. Artinya ada orang-orang yang memberi definisi, julukan, atau pemberi label (definers/labelrs) pada individu-individu atau tindakan yang menurut penilaian orang tersebut adalah negatif.

101 Teori labeling ( Becker ) mendefinisikan penyimpangan sebagai suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan sanksi oleh orang lain kepada seorang pelanggar. Melalui definisi itu dapat ditetapkan bahwa menyimpang adalah tindakan yang dilabelkan kepada seseorang, atau pada siapa label secara khusus telah ditetapkan. Dengan demikian dimensi penting dari penyimpangan adalah pada adanya reaksi masyarakat, bukan pada kualitas dari tindakan itu sendiri. Atau dengan kata lain penyimpangan tidak ditetapkan berdasarkan norma, tetapi melalui reaksi atau sanksi dari penonton sosialnya. Konsekuensi dari pemberian label pada diri seseorang maka ia cenderung mengembangkan konsep diri yang menyimpang dan kemungkinan berakibat pada suatu karier yang menyimpang.

D. Teori Kontrol Ide utama di belakang teori kontrol adalah bahwa penyimpangan merupakanhasil dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh pada hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran hukum. Oleh sebab itu teori ini menilai perilaku menyimpang adalah konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk mentaati hukum.

E. Teori Konflik Persepektif konflik lebih menekankan sifat pluralistik dari masyarakat dan ketidakseimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi di antara berbagai kelompoknya. Berkaitan dengan hal itu, persepektif konflik memahami masyarakat sebagai kelompok-kelompok dengan berbagai kepentingan yang bersaing dan akan cenderung saling berkonflik. Melalui persaingan itu maka kelompok-kelompok dengan kekuasaan yang berlebih akan menciptakan hukum dan aturan-aturan yang menjamin kepentingan mereka dimenangkan. FUNGSI PERILAKU MENYIMPANG Durkhim berpendapat, bahwa ada empat kontribusi penting dari perilaku menyimpang, yaitu sebagai berikut :

102 a. Perilaku menyimpang memperkukuh nilai-nilai dan norma dalam masyarakat. Setiap konsep kebajikan merupakan lawan dari ketidakbaikan. Dengan demikian, tidak akan ada kebaikan tanpa ada ketidakbaikan. Karena itu, perilaku menyimpang memiliki guna untuk semakin meneguhkan moralitas masyarakat. b. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan memperjelas batas moral. Dengan menyatakan beberapa orang sebagai pelaku perilaku menyimpang, masyarakat memiliki kejelasan batas mengenai apa yang benar dan apa yang salah. c. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan menumbuhkan kesatuan masyarakat. Masyarakat umumnya menindak perilaku menyimpang yang serius dengan tindakan tegas secara bersaam-sama. Dengan demikian, masyarakat menegaskan kembali ikatan moral yang mempersatukan mereka. d. Perilaku menyimpang mendorong terjadinya perubahan sosial. Para pelaku perilaku menyimpang akan menekan batas moral masyarakat, memberikan alternatif baru terhadap kondisi masyarakat dan mendorong berlangsungnya perubahan.

Anda mungkin juga menyukai