Anda di halaman 1dari 66

Kelompok 2

AURA STIFFANY X IPA 1


M. IRFAN DHIYA AKMAL
NUR DEA FITRIANA
NURHALIZA FEBRIYANI
RAFAEL CITRA DITAMA
RAUDATUL JANNAH
SYAFIRA SALSABILA

SMA NEGERI 1 BANJARMASIN


Interaksi Sosial Antarindividu dan Antarkelompok

Keteraturan
Tindakan Sosial Sosial

Bentuk-bentuk
Interaksi Sosial Status, Peran, dan
Interaksi Sosial Kelas Sosial

Proses Pembentukan
Teori Interaksi Kelompok, Lembega, dan
Sosial Organisasi Sosial
Tindakan Sosial

Tindakan sosial merupakan hal yang mendasari terjadinya interaksi sosial. Tidak semua
tindakan manusia merupakan tindakan sosial, hanya tindakan yang dilakukan sebagai sebab
akibat berinteraksi dengan orang lain dapat disebut tindakan sosial. Interaksi sosial terwujud
dalam aksi dan reaksi. Interaksi sosial berawal dari tindakan seseorang yang kemudian
mengundang orang lain untuk menanggapinya.
Pada dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe, sebagai berikut:

Tindakan Sosial Tindakan Sosial


Instrumental Tradisional

Tindakan Sosial Tindakan Afektif


Berorientasi Nilai
Tindakan Sosial Instrumental

Tindakan ini bersifat rasional (masuk akal). Artinya, tujuan tindakan


dipertimbangkan dengan matang dan cara yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut juga telah diperhitungkan.
Tindakan Sosial Berorientasi Nilai

Orang melakukan tindakan sebab hal itu dinilai baik dan benar oleh
masyarakat. Tujuan tindakan tidak terlalu diperhitungkan.
Tindakan Sosial Tradisional

Tindakan sosial ini dilakukan tanpa perhitungan matang, tetapi lebih karena
kebiasaan yang berlaku selama ini dalam masyarakat. Tindakan ini cenderung
dilakukan tanpa suatu rencana untuk tujuan maupun caranya, karena pada dasernya
mengulang dari yang sudah dilakukan sebelumnya.
Tindakan Afektif

Tindakan afektif tergolong tindakan irasional sebab sebagian besar tindakan


didorong oleh perasaan (afeksi) ataupun emosi tanpa perhitungan matang. Itulah
sebabnya, tindakan sosial ini lebih berupa reaksi spontan.
Interaksi Sosial

Interksi sosial erat ikatannya dengan naluri manusia untuk selalu hidup bersama
dengan orang lain, dan ingin bersatu dengan lingkungan sosialnya. Naluri ini kemudian
dinamakan gregariousness.
Interaksi sosial merupakanbentuk pelaksanaan kedududkan manusia sebagai
makhluk sosial. Artinya, berbagai bentuk pergaulan sosial menjadi bukti beberapa
manusia membutuhkan kebersamaan dengan orang lain.

Syarat-syarat Interaksi
Faktor Interaksi Sosial Sosial
Faktor Interaksi Sosial

Interaksi sosial, sebagai aksi dan reaksi yang besifat timbal balik, digerakkan
oleh faktor-faktor dari luar individu. Menurut Soerjono Soekarno, terdapat empat
faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial, yaiti sebagai berikut:

Imitasi Simpati

Sugesti Empati

Identifikasi Motivasi
Imitasi

Imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau
penampilan fisik seseorang secara berlebihan. Imitasi dapat mendorong seseorang
untuk mematuhi kaidah dan nilai yang berlaku. Akan tetapi, imitasi yang berlebihan
dapat pula melemahkan perkembangan daya nalar dan daya kreasi seseorang.
Sugesti

Sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak ke pihak
lain. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh atau
pandangan itu dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang.
Sugesti biasanya dilakukan oleh orang-orang yang berwibawa dan berpengaruh besar
di lingkungan sosialnya, dari kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil
(minoritas), ataupun orang dewasa terhadap anak-anak. Cepat atau lambatnya proses
sugesti sangat bergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan
keadaan fisik seseorang.
Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama


dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi disebut idola (kata
idol berarti sososk yang dipuji). Identifikasi merupakan bentuk lanjut dari proses
imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Namun, yang pasti
sang idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal, entah langsung
(bertemu, berbicara) atau pun tak langssung (melalui media informasi)
Simpati

Simpati adalah suatu proses seseorang merasa tertarik dengan ornag lain. Rasa
tertarik ini didasari oleh keinginan untuk mengerti pihak lain demi memahami
perasaannya atau pun bekerja sama dengannya. Proses simpati lebih lambat, namun
pengaruhnya lebih mendalam dan mampu bertahan dalamjangka waktu lama. Agar
simpati dapat berlangsung, kedua pihak perlu saling mengarti. Pihak yang satu trbuka
mengungkapkan pikiran tau isi hatinya, sedangkan pihak yang lain mau
menerimanya. Itulah sebabnya simpati menjadi dasar hubungan persahabatan.
Empati

Empati mirip dengan perasaan simpati, namun empati tidak semata-mata


merupakan perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi perasaan organisme tubuh yang
sangat dalam.
Motivasi

Motivasi adalah rangsangan atau pengaruh yang dapat diberikan oleh seorang
individu kepada individu lain, seorang individu kepada kelompok, atau kelompok
kepada kelompok lain. Pihak yang diberi motivasi akan mengikuti kemauan orang
yang memberi motivasi, namun dia tetap bersikap kritis, rasional, dan bertanggung
jawab.
Motivasi yang diberikan dapat berupa sikap, perilaku, saran, atau pertanyaan.
Syarat-syarat Interaksi Sosial

Kontak Komunikasi
Kontak

Dalam sosiologi, kata kontak tidak hanya berarti saling menyentuh secara fisik
atau berhadapan langsug. Kontak dapat terjadi lewat perantara berupa peralatan,
seperti telepon, radio, surat kabar, dan media dalam jaringan (on line). Yang
penting, kontak hanya mungkin berlangsung bila kedua belah pihak sadar akan
kedudukan atau keadaan masing-masing sehingga dapat memberi tanggapan. Orang
lain juga bisa menjadi perantara sehingga terjadi kontak sosial tidak langsung.
Dilihat dari langsung tidaknya, ada kontak primer (langsung), kontak sekunder
(ada pihak ketiga). Dilihat dari wujudnya, kontak sosial dibedakan menjadi:

Kontak Kontak Kontak Antara


Antarindividu Antarkelompok Individu dan Suatu
Kelompok
Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang artinya
memberi atau menanamkan. Kata communicare sendiri berasal dari kata communis
yang artinya umum. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan
pesan (ide, gagasan) dari suatu pihak kepada pihak lain agar terjadi upaya saling
mempengaruhi antara keduannya. Secara sederhana komunikasi dapat diartikan
sebagai tindakan atau perbuatan mengirim pesan.
Komunikasi dapat dilakukan dengan bahasa atau kata-kata yang dapat
dimengerti kedua pihak (komunikasi verbal), dan dapat dilakukan dengan gerak-
gerik badan atau kode tertentu (komunikasi nonverbal).
Komunikasi baru berjalan efektif bila pesan yang disampaikan pihak pengirim
ditafsirkan sama oleh pihak penerima. Jika tidak sama, dapat terjadi salah paham
Komunikasi

Agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik, sedikitnya dibutuhkan


komponen sebagai berikut:
• Pengirim atau komunikator (sender), adalah pihak yang mengirimkan pesan.
• Penerima atau komunikan (receiver), adalah pihak yang menerima pesan dari
pihak lain.
• Pesan (message), adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak lain.
• Umpan balik(feedback), adalah tanggapan dari penerima pesan atas isi pesan
yang disampaikan.
Teori Interaksi Sosial

Pengertian atau konsep yang saling berhubungan dan disusun untuk menjelaskan
serta meramalkan gejala-gejala sosial itulah yang disebut “teori”.
Dalam sosiologi, teori-teori yang menjelaskan interaksi sosial di antaranya
sebagai berikut.

Teori
Interaksionisme Teori Darmaturgi
Simbolik

Teori Definisi
Situasi
Teori Interaksionisme Simbolik

Teori ini dikemukakan oleh George Herbert Mead. Dasar pemikiran teori ini
adalah bahwa interaksi sosial menggunakan simbol-simbol atau tanda-tanda. Simbol
menurut teori ini adalah ‘sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya
oleh seseorang yang mempergunakannya’. Makna atau nilai simbol tersebut berasal
dari makna yang diberikan oleh seseorang yang menggunakannya.
Ada tiga pokok pikiran interaksionisme dalam teori interaksionisme simbolik,
yaitu sebagai berikut:

Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing)atas dasar makna (meaning) yang
dipunyai sesuatu tersebut baginya. Dengan demikian, tindakan seorang penganut agama
tertentu terhadap seekor sapi (thing) akan berbeda dengan tindakan seorang penganut
agama lain karena tiap orang memiliki makna (meaning) yang berlainan terhadap sapi
tersebut.
Teori Interaksionisme Simbolik

Makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial
antara seseorang dan orang lain. Warna merah bermakna berani dan putih berarti suci
karena makna yang diberikan orang pada warna merah dan warna putih muncul dari
interaksi sosial yang dibangun di antara sesama. Dalam hal ini keberanian tidak
melekat pada warna merah sebab warna merah bisa saja berarti tempat berbuat maksiat
(“daerah lampu merah”), dan kesucian tidak melekat pada warna putih karena putih
dapat saja berarti sedang terbuka, khususnya bagi masyarakat Tionghoa.

Bahwa makna diperlakukan atau diubah melalui proses penafsiran atau


mengartikan, yang digunakan orang dalam mengahadapi sesuatu yang
dijumpainya. Jadi, makna yang muncul dari interaksi tersebut tidak begitu saja
diterima oleh seseorang, tetapi ditafsirkan atau diterjemahkan terlebih dahulu.
Teori Definisi Situasi

Teori definisi situasi dikemukakan oleh William I. Thomas pada tahun 1923.
Menurut teori ini, seseorang tidak segera memberikan reaksi ketika dia mendapat
rangsangan dari luar. Tindakan seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian
dan pertimbangan. Rangsangan dari luar dirinya diseleksi terlebih dahulu melalui
proses yang dinamaknya “pembuatan definisi” atau “penafsiran situasi”.
William I. Thomas mengemukakan ungkapannya yang terkenal, yaitu “bila
orang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya
nyata”. Definisi situasi tebagi menjadi dua macam, yaitu definisi situasi yang
dibuat secara spontan oleh individu; Definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat,
keluarga, teman, atau komunitas.
Teori Darmaturgi

Teori ini dikemukakan oleh Erving Goffman. Teori ini didasarkan pada
pandangan bahwa kehidupan sosial dapat diibaratkan dengan serangkaian
pertunjukan drama dalam sebuah pentas seni.
Menurut teori darmaturgi, interaksi sosial berlangsung dalam bagian-bagiannya.

Panggung Belakang
Panggung Depan
Panggung Depan

Panggung depan yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan


situasi penonton pertunjukan. Panggung depan dibagi menjadi dua bagian, setting
yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang akator (pemain drama)
memainkan perannya, dan front personal, yaitu berbagai macam perlengkapan
sebagai pembangun perasaan penonton dari sang aktor. Front Personal masih
terbagi menjadi dua bagian, yaitu penampilan yang terdiri dari berbagai jenis
barang yang mengenalkan status sosial aktor, dan gaya yang berarti mengenalkan
peran macam apa yang dimainkan aktor dalam situasi tertentu.
Panggung Belakang

Panggung belakang yaitu ruang tempat berjalannya skenario pertunjukkan oleh


masyarakat rahasia atau sutradara yang mengatur pementasan tiap aktor.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Proses Asosiatif (Association


Process)

Proses Disosiatif (Opposition


Process)
Proses Asosiatif (Association Process)

Interaksi sosial dengan proses asosiatif bersifat positif, artinya mendukung


seseorang atau sekelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

Kerja sama
(cooperation) Akulturasi

Asimilasi

Akomodasi
(accomodation) Paternalisme
Proses Disosiatif (Opposition Process)

Proses disosiatif disebut pula proses oposiss. Oposisi dapat diartikan


bertentangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk meencapai tujuan tertentu.
Proses disosiatif dapat dibedakan menjadi empat bentuk sebagai berikut.

Persaingan Konflik
(competition)

Kontravensi Pertikaian
Kerja sama (cooperation)

Kerja sama merupakan usaha bersama antarorang atau antarkelompok untuk


mencapai tujuan bersama. Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi, misalnya
warga rela bekerja bakti membersihkan lingkungan karena sama-sama menyadari
manfaat lingkungan yang bersih.

Bentuk Kerja Sama Sosial Pelaksanaan Kerja Sama


Bentuk Kerja Sama

1. Kerja sama spontan, yaitu kerja sama yang terjadi secara serta merta (tanpa
direncanakan).
2. Kerja sama langsung, yaitu kerja sama sebagai hasil dari perintah atasan kepada
bawahan.
3. Kerja sama kontrak, yaitu kerja sama atas dasar syarat-syarat tertentu yang
disepakati bersama.
4. Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama sebagian atau unsur tertentu dari sistem
sosial (masyarakat).
Pelaksanaan Kerja Sama

• Gotong Royong, yaitu kerja sama yang dilakukan secara sukarela.


• Koalisi, yaitu penyatuan antara dua kelompok atau lebih yang mempunyai tujuan
yang sama.
• Bargaining, yaitu perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua
organisasi atau lebih.
• Joint Venture, yaitu kerja sama antara dua pihak dalam pengelolaan atau
pembangunan tertentu .
• Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam pelaksanaan
kepemimpinan organisasi sebagai satu-satunya cara untuk menghindari konflik
yang bisa mengguncang organisasi tersebut.
Akomodasi

Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau kelompok


manusia yang semula saling bertentangan sebagai upaya untuk mengatasi
ketegangan.
Bentuk-Bentuk Akomodasi

1. Koersi, yaitu akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak


suatu pihak terhadap pihak lain yang lemah.
2. Kompromi, yaitu ssuatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang
terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan sehingga tercapai
penyelesaian.
3. Arbritase, terjadi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup
mencapai kompromi sendiri.
4. Mediasi, yaitu hampira sama dengan arbritase tapi pihak ketiga hanya
penengah atau juru damai.
5. Konsiliasi, yaitu upaya mempertemukan keinginan dari pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6. Toleransi, yaitu bentuk akomodasi tanpa persetujuan resmi.
7. Stalemate, yaitu terjadi ketika kelompok yang terlibat pertentangan
mempunyai kekuatan seimbang.
8. Adjudikasi, yaitu cara menyelesaikan masalah melalui pengadilan
9. Segregasi, yaitu upaya dari tiap pihak yang bertikai dengan
memisahkan diri dan saling menghindar dalam rangka mengurangi
ketegangan.
Bentuk-Bentuk Akomodasi

10. Eliminasi, yaitu upaya menuju akomodasi yang mana salah satu pihak yang
bertikai mengundurkan diri karena mengalah.
11. Sabjugasi/Dominasi, yaitu cara mengembalikan suasana akomodatif dari
pertikaian antar kelompok yang mana pihak yang mempunyai kekuatan besar
meminta pihak lain untuk menaati keinginannya.
12. Keputusan mayoritas, yaitu keputusan yang diambil berdasarkan suara
terbanyak dalam voting.
13. Persetujuan minoritas, yaitu golongan minoritas yang tidak merasa dikalahkan
tetapi dapat menjalankan kegiatan bersama.
14. Konversi, yaitu menyelesaikan konflik yang mana salah satu pihak bersedia
mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
15. Gencatan senjata, yaitu Penangguhan, Permusuhan atau Peperangan dalam
jangka waktu tertentu
16. Displasmen, yaitu usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan pada objek
lain.
17. Kerukunan, yaitu bentuk akomodasi yang secara luas bermakna adanya suasana
persaudaraan dan kebersamaan antara semua orang.
Akultrasi

Akultrasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsir kebudayaan


asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok, tanpa menghilangkan
kepribadian kebudayaan asing.
Contoh: Musik Melayu bertemudengan musik Portugis yang dibawa oleh
penjajah menghasilkan musik keroncong.
Asimilasi

Asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerja sama dan akomodasi. Pada
dasarnya merupakan perubahan yang dilakukan secara suka rela. Upaya untuk
mengurangi perbedaan dan perasaan menuju tujuan bersama.
Paternalisme

Perekonomian suatu wilayah terkadang dikuasai oleh kaum pendatang, bukan


penduduk asli. Kondisi ini sudah berakar jauh pada masa penjajahan yang mana
bangsa Belanda (sebagai kelompok pendatang) menguasai bangsa Indonesia (sebagai
penduduk pribumi). Penguasaa penduduk pendatang terhadap kelompok pribumi
disebut Paternalisme
Persaingan (competition)

Persaingan merupakan suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling
berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.
Kontravensi

Kontravensi adalah sikap menentang secara tersembunyi agar tidak sampai


terjadi perselisihan (konflik) secara terbuka. Kontravensi merupakan proses sosial
yang ditandai oleh adanya ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk
kontravensi sebagai berikut:

Kontravensi Kontravensi
umum sederhana

Kontravensi
intensif

Kontravensi Kontravensi
rahasia taktis
Pertikaian

Pertikaian merupakan proses sosial sebagai bentuk lanjut dari kontravensi.


Pertikaian muncul apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan
atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain lewat ancaman atau kekasaran.
Konflik

Pengertian konflik yang paling sederhana adalah saling memukul (configere),


tetapi konflik tidak hanya berwujud pertentangan fisik semata. Menurut definisi yang
lebih luas, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih
ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan
atau membuatnya tidak berdaya. Menurut Dahrendorf, konflik dapat dibagi sebagai
berikut:

Konflik antara atau Konflik antara


dalam peran sosial kelompok-kelompok

Konflik antara satuan


nasional

Konflik antara kelompok-


Konflik antarnegara atau antara
kelompok yang terorganisasi
negara dan organisasi
dengan kelompom yang tidak
internasional
terorganisasi
Ketertiban Sosial

Bersamaan dengan berbagai kesibukan, masyarakat senantiasa berusaha


menciptakan keteraturan sosial dalam masyarakatnya. Berdasarkan urutannya,
keteraturan sosial terdiri sebagai berikut:

Tertib Order

Pola
Keajegan
Tertib

Suatu masyarakat dikatakan telah mencapai kondisi tertib bila terdapat


keselarasan antara tindakan anggota masyarakat dan nilai serta norma yang berlaku
dalam masyarakat tersebut.

Ciri-ciri tertib sosial:


• terdapat serangkaian nilai dan norma yang jelas
• individu atau kelompok dalam masyarakat mengetahui dan memahami norma
sosial dan nilai yang berlaku
• Individu atau kelompok dalam masyarakat menyesuaikan tindakannya dengan
norma dan nilai sosial yang berlaku
Order

Istilah order dalam sosiologi didefinisikan sebagai suatu sistem norma dan nilai
yang dipahami, diakui, dan dipatuhi masyarakat. Berarti, order sosial adalah suatu
sistem atau tatanan norma dan nilai sosial yang pelaksanaannya disadari sepenuhnya
oleh masyarakat dari waktu ke waktu.
Keajegan

Keajegan adalah suatu keadaan yang memperlihatkan kondisi keteraturan sosial


yang sifatnya tetap dan berlangsung secara terus-menerus.
Pola

Pengertian pola berbeda dengan keajegan yang lebih menonjolkan ciri sifat
kelangsungan yang tetap (ajeg) pada suatu interaksi sosial. Pola lebih berkaitan
dengan bentuk dan warna suatu interaksi sosial.
Status, Peran, dan Kelas Sosial

Kedudukan Sosial (Status


Sosial)

Peran Sosial Kelas Sosial


Kedudukan Sosial (Status Sosial)

Kedudukan sosial adalah salah satu tempat atau posisi seseorang dalam
kelompok sosial atau masyarakat secara umum sehubungan dengan keberadaan orang
lain di sekitarnya. Dilihat dari proses terjadinya, kedudukan sosial (status) seseorang
dibedakan menjadi tiga, yakni sebagai berikut:

Ascribed Status Achieved Status

Assigned Status
Ascribed Status

Ascribed status adalah kedudukan sosial yang diperoleh secara otomatis melalui
kelahiran atau keturunan. Ascribed status diperoleh tanpa usaha tertentu begi yang
mendudukinya.
Achieved Status

Achieved status adalah suatu kedudukan yang dicapai seseorang melalui usaha
yang disengaja. Status sosial ini terbuak bagi setiap orang asalkan memenuhi syarat-
syarat tertentu.
Assigned Status

Assigned status adalah status sosial yang diberikan kepada seorang yang berjasa
telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat. Kedudukan tersebut diberikan karena seseorang telah lama menduduki
suatu kepangkatan yang diakui masyarakat.
Peran Sosial

Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status
sosialnya. Peran dianggap sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam
masyarakat, berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat. Beragamnya peran
sosial tersebut membawa akibat dinamis berupa

Konflik Peran Ketegangan Peran

Kesenjangan Peran (role


Kegagalan Peran
distance)
Konflik Peran

Konflim peran terjadi apabila seseorang dengan kedudukan tertentu harus


melaksanakan peran yang sesungguhnya tidak dia harapkan. Hal ini terjadi karena
seseorang mempunyai banyak status sosial.
Ketegangan Peran

Ketegangan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan


peran sosial yang dimiliki karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban yang
harus dia jalankan dan tujuan peran sosial itu sendiri.
Kegagalan Peran

Kegagalan peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan beberapa


peran sekaligus karena terdapat tuntutan yang saling bertentangan.
Kesenjangan Peran (role distance)

Kesenjangan peran terjadi apabila seseorang harus menjalankan peran yang


tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa tertekan atau merasa tidak cocok
menjalankan peran tersebut.
Kelas Sosial

Kelas sosial merujuk pada perbedaan hierarki atau tingkatan antara individu-
individu dalam sebuah masyarakat. Pengertian kelas sosial bisa berbeda-beda pada
tiap zaman dan masyarakat. Namun, kelas sosial secara umum sering ditentukan
oleh tingkat pendapatan, pendidikan, dan kekuasaan.
Menurut Soerjono Soekarto, pengertian kelas sosial hampir sama dengan
lapisan sosial tanpa membedakan apakah berdasarkan faktor uang, tanah, atau
kekuasaan.
Kornblum mendefinisikan kelas sosial hampir sama dengan kasta, hanya saja
penentuannya berdasarkan kriteria ekonomi.
Max Waber membuat pembedaan antara dasar ekonomi dan dasar kedudukan
sosial, tetapi tetap menggunakan istilah kelas sosial bagi semua lapisan.
Proses Pembentukan Kelompok, Lembaga, dan Organisasi

Kelompok dan Asosiasi

Lembaga

Organisasi Sosial
Kelompok dan Asosiasi

Kelompok adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan


keanggotaan dan saling berinteraksi. Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki
banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial
antarkelompok, dan kesadaran jenisnya. Menurut Bierstedt, kelompok dibedakan
menjadi kelompok statis, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan
kelompok asosiasi.
Menurut Robert Bierstedt, berdasarkan keteraturan terdapat bermacam-macam
jenis kelompok, yakni sebagai berikut:

Kelompok Sosial yang Kelompok sosial yang


teratur tidak teratur
Kelompok Sosial yang teratur

• In-group dan Out-grup


In-group adalah kelompok sosial yang imdividunya mengidentifikasikan
dirinya dalam kelompok tersebut. Sedangkan Out-group adalah kelompok yang
diartikan oleh individu sebagai lawan in-groupnya atau kelompok yang berada di
luar kelompok dirinya.

• Kelompok primer dan kelompok sekunder


Menurut Cooly, kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggotanya
memiliki hubungan dekat, personal, dan langgeng. Sedangkan kelompok
sekunder adalah kelompok yang lebih besar, bersifat sementara, dibentuk untuk
tujuan tertentu, dan hubungan antaranggotanya tidak bersifat pribadi sehingga
biasanya tidak langgeng.
Kelompok Sosial yang teratur

• Grup formal dan grup informal


Grup formal adalhah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan
sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara
sesamanya. Sedangkan grup Informal adalah kelompok yang tidak mempunyai
struktur yang pasti, terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang sehingga
terjadi pertemuan kepentingan dan pengalaman.

• Membership group dan reference group


Membership group adalah suatu kelompok yang di dalamnya setiap orang
secara fisik menjadi anggotanya. Sementara reference group adalah kelompok
sosial yang menjadi acuan bagi seseorang untuk membentuk kepribadian dan
prilakunya.
Kelompok sosial yang tidak teratur

• Kerumunan (crowd)
Semangat dan keinginan yang menyala-nyala (agresif) dan kecenderungan
merusak (destruktif) merupakan perilaku yang identik dengan keberadaan
kerumunan. Menurut Herbert Blumer (1900-1987), ada empat tipe kerumunan,
yaitu kerumunan tidak tetap (casual crowd), kerumunan konvensional
(conventional crowd), kerumunan bertindak (acting crowd), dan kerumunan
ekspresif (expressive crowd).

• Publik
Publik adalah orang-orang yang berkumpul secara alamiah, tetapi
mempunyai kesamaan dalam kepentingan.
Lembaga

Dalam sosiologi, lembaga berarti suatu sistem norma untuk mencapai tujuan
tertentu yang oleh masyarakat dianggap penting. Sistem norma tersebut mencakup
gagasan, aturan, tata cara kegiatan, dan ketentuan sanksi (reward and punishment
system).
Organisasi Sosial

Organisasi sosial dibentuk dari sejumlah individu dengan beragam


kedudukan atau status sosial yang berinteraksi dan melakukan peran sosialnya.
Organisasi sosial dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki
kesamaan dan kesadaran berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang lebih disepakati bersama.
Berdasarkan sifat resmi atau tidaknya, dikenal dua jenis organisasi sebagai
berikut:
• Organisasi formal
Organisasi formal sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi
yang resmi, serta terdapat perencanaan dan program yang akan dilaksanakan
secara jelas.
• Organisasi informal
Karena bersifat tidak resmi, struktur organisasi informal tidak begitu jelas,
bahkan tidak ada. Begitu pula dengan perencanaan dan program yang akan
dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan tegas, kadang-kadang terjadi
begitu saja secara spontan.

Anda mungkin juga menyukai