Anda di halaman 1dari 25

2.

1 Dinamika Interaksi Sosial


2.1.1 Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi
sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan
timbal balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun antara orang
dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi social adalah akomodasi, kerja
sama, persaingan, dan pertikaian.
Apabila ada dua orang atau lebih bertemu akan terjadi interaksi sosial.
Interaksi sosial tersebut bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan,
bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa isyarat, atau tanpa kontak fisik.
Bahkan, hanya dengan bau keringat sudah terjadi interaksi social karena telah
mengubah perasaan atau saraf orang yang bersangkutan untuk
menentukan tindakan. Interaksi sosial hanya dapat
berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari
kedua belah pihak. Interaksi sosial tidak mungkin terjadi
apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung
dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap
sistem sarafnya sebagai akibat hubungan yang dimaksud.
Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi
manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara
seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap
namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses
penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut
disebut juga dengan interpretative process.
Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber
informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi
tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah
segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis
kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk
tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi
ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I.
Thomas. Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak,
yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan
mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi
waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi
bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan
oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum
memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
Interaksi Sosial adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan
oleh individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok
dengan individu, antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan
social.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Interaksi didefinisikan sebagai hal saling
melakukan akasi, berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian
interaksi adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi salaing
mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dankelompok
dan antara kelompok dengan dengan kelompok.
Gillin mengartikan bahwa interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan
sosial dimana yang menyangkut hubungan antarandividu, individu dan
kelompok antau antar kelompok.
Ciri-ciri sebuah interaksi sosial adalah sebagai berikut.
1. Pelakunya lebih dari satu orang.
2. Adanya komunikasi antarpelaku melalui kontak sosial.
3. Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan
tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.
4. Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang
berlangsung.
2.1.2 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial (social
contact) dan komunikasi. Kontak sosial berasal dari kata con atau cun yang
artinya bersama-sama, dan tango yang artinya menyentuh. Namun, kontak sosial
tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi bisa lewat bicara, melalui
telepon, telegram, surat, radio, dan sebagainya.
Kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila
ada kontak langsung dengan cara berbicara, jabat tangan, tersenyum, dan
sebagainya. Kontak sekunder terjadi dengan perantara. Kontak sekunder
langsung, misalnya melalui telepon, radio, TV, dan sebagainya.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu
1. Kontak antarindividu, misalnya seorang siswa baru mempelajari tata
tertib dan budaya sekolah.
2. Kontak antarindividu dengan suatu kelompok, misalnya seorang guru
mengajar di suatu kelas tentang suatu pokok bahasan.
3. Kontak antarkelompok dengan kelompok lain, misalnya class meeting
antarkelas.
Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada perilaku orang lain
yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap, atau perasaan-
perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Dengan tafsiran pada orang
lain, seseorang memberi reaksi berupa tindakan terhadap
maksud orang lain tersebut. Misalnya, jika Anda
melambaikan tangan di pinggir jalan atau halte bus
maka salah satu bus yang lewat pasti akan berhenti. Jadi,
komunikasi merupakan proses saling memberi
penafsiran terhadap tindakan atau perilaku orang lain.
Syarat terjadinya interaksi adalah :
1. Adanya kontak sosial
Kata kontak dalam bahasa inggrisnya “contack”, dari bahasa lain “con” atau
“cum” yang artinya bersama-sama dan “tangere” yang artinya menyentuh . Jadi
kontak berarti sama-sama menyentuh.Kontak social ini tidak selalu melalui
interaksi atau hubungan fisik, karena orang dapat melakuan kontak social tidak
dengan menyentuh, misalnya menggunakan HP, telepon dsb.
Kontak sosial memiliki memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa negative. Kalau kontak social
mengarah pada kerjasama berarti positif, kalau mengarah pada suatu
pertentangan atau konflik berarti negative.
Kontak sosial dapat bersifat primer dan bersifat skunder. Kontak social
primer terjadi apa bila peserta interaksi bertemu muka secara langsung.
Misanya kontak antara guru dengan murid dsb. Kalau kontak skunder terjadi
apabila interaksi berlangsung melalui perantara. Missal percakapan melalui
telepon, HP dsb.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak
kepihak yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu :
a. Komunikator yaitu orang yang menyampaikan informasi atau pesan atau
perasaan atau pemikiran pada pihak lain.
b. Komunikan yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan,
pikiran, informasi.
c. Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan.
d. Media yaitu alat untuk menyampaiakn pesan.
e. Efek/feed back yaitu tanggapan atau perubahan yang diharapkan terjadi
pada komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator.

Ada tiga tahapan penting dalam komunikasi:


1. Encoding
Pada tahap ini gagssaan atau program yang akan dikomunikasikan
diwujudkan dalam kalimat atau gambar. dalam tahap ini komunikator
harus memilih kata atau istilah, kalimat dan gambar yang mudah
dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan
kode-kode yang membingungkan komunikan.

2. Penyampaian
Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk
kalimat dan gambar disampaiakan . Penyampaian dapat berupa lisan dan
dapat berupa tulisan atau gabungan dari duanya.

3. Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna fdan memahami kalimat serta
gambar yang diterima menuruy pengalaman yang dimiliki.

Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas pelbagai faktor, antara lain


faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Imitasi adalah
proses atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain baik sikap, perbuatan,
penampilan, dan gaya hidup. Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus
yang diberikan individu terhadap individu lain sehingga orang yang diberi
sugesti itu melaksanakan apa yang disugestikan tanpa sikap kritis dan rasional.
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama (identik)
dengan individu yang ditirunya. Proses identifikasi erat kaitannya dengan
imitasi. Simpati adalah proses kejiwaan seorang individu yang merasa tertarik
dengan individu atau kelompok karena sikap, penampilan, atau perbuatannya.
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang
diberikan individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi
melaksanakannya secara kritis, rasional, dan tanggung jawab. Empati adalah
proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain baik
suka maupun duka.

Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu :


1. Imitasi
Imitasi yaitu tindakan meniru orang lain. Faktor imitasi mempunyai peranan
sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya
adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah –
kaidah yang berlaku. Faktor ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde yang
beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan
pada faktor imitasi saja.
2. Sugesti
Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau
sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti
muncul ketika sipenerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga
tidak dapat bewrfikir rasional.
3. Biasanya sugesti berasal dari orang-orang sebagai berikut:
 orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang
disugesti, misalnya orang tua, ulama, dsb.
 Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.
 Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
 Reklame atau iklan media masa.
4. Identifikasi yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
5. Simpati yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik
kepada pihak lain. Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah
dirinya berasa dalam keadaan orang lain.
6. Empati yaitu merupakan simpati yang menfdalam yang dapat
mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang.
(Febrian Ardiansa, Agung Setiawan. Dinamika Interaksi Sosial Dan Dilema
Kepentingan Individu Dan Sosial, diakses tanggal 1 Oktober 2015)

2.1.3 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


Seperti telah dikemukakan di atas, bentuk-bentuk interaksi sosial adalah
akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian. Secara luas, dapat dikatakan
ada interaksi sosial yang bersifat positif, yaitu mengarah pada kerja sama
antarindividu atau antarkelompok. Interaksi sosial yang dimaksud adalah
interaksi sosial yang bersifat asosiatif. Ada pula interaksi sosial yang mengarah
pada bentuk-bentuk pertikaian atau konflik. Interaksi sosial dimaksud disebut
dengan interaksi sosial yang bersifat disasosiatif. Interaksi sosial yang bersifat
asosiatif, seperti kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi
sosial yang bersifat disasosiatif mencakup persaingan, kontroversi, dan
permusuhan.
Dengan demikian, dinamika interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan
sosial dapat beragam. Dilihat dari jenisnya ada interaksi antarindividu, interaksi
individu dengan kelompok, dan interaksi antarkelompok. Dilihat dari faktor
penyebabnya, ada interaksi yang disebabkan oleh faktor imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Ada interaksi yang berbentuk kerja
sama dan ada interaksi yang berbentuk pertentangan. Sedangkan jika dilihat dari
sifat interaksinya, ada interaksi yang asosiatif dan interaksi yang disasosiatif.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa
interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Manusia sebagai
makhluk sosial pastilah melakukan interaksi sosial dalam kerangka hidup
bersama itu.
Untuk tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp
menjelaskan tahapan interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk
merenggangkan. Tahapan untuk mendekatkan meliputi tahapan memulai
(initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying),
menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan (bonding). Sedangkan tahapan
untuk merenggangkan meliputi membeda-bedakan (differentiating), membatasi
(circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan
memutuskan (terminating).
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas. Menurut
mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya
interaksi sosial:

A. Proses Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan
bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari
mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan
dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam
perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka
yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-
group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung
anggota/perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul
apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan
yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan
adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang
berguna”
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang
biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut
dibedakan lagi dengan:
 Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta
 Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan
hasil perintah atasan atau penguasa
 Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar
tertentu
 Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai
bagian atau unsur dari sistem sosial.

Macam – macam bentuk kerjasama:


 Bargaining, yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang
dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih.
 Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilitas organisasi yang bersangkutan.
 Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan
yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih
tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu
dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapat
satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.

b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti: menujuk pada suatu
keadaan dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada
keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan
atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya
dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial
yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu
proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha
manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu
usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi.
Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang
mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, yaitu:
 Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia
sebagai akibat perbedaan paham
 Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau
secara temporer
 Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang
hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan,
seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
 mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi:
 Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena
adanya paksaan
 Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada.
 Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak
yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan
dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan
bersama.
 Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal
bentuknya.
 Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan
karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik
tertentu dalam melakukan pertentangannya.
 Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-
proses mental dengan memerhatikan kepentingan
dan tujuan bersama.
Proses Asimilasi timbul bila ada :
Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-
perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan
intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari
kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling
menyesuaikan diri
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses
asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini:
Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana
pihak yang lain tadi juga berlaku sama interaksi sosial tersebut tidak mengalami
halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan. Interaksi sosial tersebut
bersifat langsung dan primer. Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta
ada keseimbangan antara pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-
tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan
dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan dikembangankan.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah


toleransi.
Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan
dengan itu seringkali menimbulkan faktor perasaan takut terhadap kekuatan
suatu kebudayaan yang dihadapi, perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan
atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau
kelompok lainnya.
Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri
badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi In-
Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In
Group Feeling berarti adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu
terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila
golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang
berkuasa faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan
pertentangan-pertentangan pribadi.
Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan
dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa
dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan
interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.

B. Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis
halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun
bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat
bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang
atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi
tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for
existence). Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses
yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu:

a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan
melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat
perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian
publik atau dengan mempertajam prasangka yang
telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe umum:
 Bersifat Pribadi: Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh
kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
 Bersifat Tidak Pribadi: Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang
bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan:
 Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan
dengan jumlah konsumen
 Persaingan kebudayaan: dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan,
pendidikan, dst.
 Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri seseorang maupun di
dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau
kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
 Persaingan ras: merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini
disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur
kebudayaan lainnya.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :


 Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada
suatu masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka
yang bersaing.
 Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial.
Persaingan berfungsi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta
peranan yang sesuai dengan kemampuannya.
 Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”)

b. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi
menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5: yang umum meliputi
perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-
halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana, yang
sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-
maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban
pembuktian pada pihak lain, dst. yang intensif,
penghasutan, menyebarkan desas desus yang
mengecewakan pihak lain, yang rahasia,
mengumumkan rahasian orang, berkhianat. yang taktis, mengejutkan lawan,
mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan
kekerasan, provokasi, intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi:
i. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman
yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
ii. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam
keluarga.
iii. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas
dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut
hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan,
pendidikan, dst.

Tipe Kontravensi :
Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
i. Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity
struggle)
ii. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat
(intercommunity struggle)

c. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)


Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya
dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku,
dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan
yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
Sebab musabab pertentangan adalah :
1. Perbedaan antara individu.
2. Perbedaan kebudayaan.
3. Perbedaan kepentingan.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan
antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan
merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa
adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan
4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam
satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-
perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara

Akibat-akibat bentuk pertentangan:


1. Tambahnya solidaritas in-group.
Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu
kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan
retaknya persatuan kelompok tersebut.
2. Perubahan kepribadian para individu.
3. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
4. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak.
(Febrian Ardiansa, Agung Setiawan. Dinamika Interaksi Sosial Dan Dilema
Kepentingan Individu Dan Sosial, diakses tanggal 1 Oktober 2015)
2.2 Dinamika Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat
Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah
pada pernyataan yang dihadapi oleh setiap orang, yaitu kepentingan manakah
yang harus saya utamakan? Kepentingan saya selaku individu atau kepentingan
masyarakat tempat saya hidup bersama?
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini
munculkan dua pandangan yang saling bertolak belakang menjadi paham atau
aliran bahkan ideologi yang dipegang suatu kelompok masyarakat.
Makna Individu, manusia sebagai makhluk individu. Makhluk individu
berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan
antara jiwa dan raganya.
Pendapat lain bahwa manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam
arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap
orang itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak
kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya.
Sehubungan dengan itu, Fallport merumuskan kepribadian manusia sebagai
makhluk individu adalah sebagai berikut: kepribadian adalah organisasi diamis
dari sistem-sistem psycho-physic dalam individu yang turut menentukan cara-
caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (W.A.
Gerungan, 1980:28)
Makna masyarakat menurut R. Lintom: bahwa masyarakat adalah setiap
kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga
mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai
satu kesatuan social dengan batas-batas tertentu.
(Abu Ahmadi. 2009. Ilmu Sosial Dasar)

2.2.1 Pandangan Individualisme


Individualisme berpangkal dari konsep dasar ontologis bahwa manusia pada
hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang
manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia
yang lain. Manusia sebagai individu adalah bebas, karena itu ia memiliki hak-
hak yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun. Apabila hak-hak itu dipenuhi
maka kehidupan manusia akan terjamin dan bahagia. Masyarakat hanyalah
kumpulan dari individu-individu. Jika individu-individu itu hidupnya bahagia
dan sejahtera maka masyarakatpu akan sejahtera.
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah
yang harus diutamakan. Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan yang
tertinggi yang harus diperjuangkan melalui persamaan dan kebebasan. Jadi, yang
menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk
merealisasikan dirinya. Paham individualiasme menghasilkan ideologi
liberalisme. Paham ini bisa ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Liberalisme berasal dari kata liber artinya bebas atau merdeka. Liberalisme
adalah suatu paham yang ditegakkannya kebebasan setiap individu serta
memandang setiap individu berada pada posisi yang sedrajat dalam
kemerdekaan dan hak-hak miliknya. Liberalisme memberi kebebasan manusia
untuk beraktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup, baik dalam
politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Bebarapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai
berikut:
a. Penjamin hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan
sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik, berfungsi
sosial.
b. Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang
bersangkutan. Prinsip ini juga mengandung oengertain membiarkan
setiap orang untuk melakukan berbagai aktivitas untuk kepentingan
sendiri. Pemenuhan akan kepentingan sendiri-sendiri diyakini akan
membawa kemakmuran bersama.
c. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Individu adalah primer,
sedangkan masyarakat adalah sekunder. Bila individu mendapat
kebebasan dan kepuasan maka masyarakat akan mendapat kemakmuran.
d. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingan masing-masing.

Liberalisme dalam bidang politik menghasilkan demokrasi politik,


kebebasan berbicara, berpendapat, brserikat, dan perlunya jaminan hak asasi
manusia. Liberalisme dalam bidang ekonomi menghasilkan kapitalisme dan
pasar bebas. Sedangkan dalam bidang sosial budaya adalah kebebasan individu
untuk mengekprisikan sikap, perilaku, seni, dan budayanya. Kebebasan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika
kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu
tersebut bisa diatur melaui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin
keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola
kebebasan agar tetap menciptkan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.

2.2.2 Pandangan Sosialisme


Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang
diutamakan . Masyarakat tidak sekedar kumpulan dari individu. Masyarakat
merupakan entitas yang besar dan berdiri sendiri dimana individu-individu itu
berada. Individu dan kepribadiannya dianggap sebagai alat dan mesin raksasa
masyarakat. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut
pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hillang. Hak-hak
individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Indivudu terkait pada komitmen suatu kelompok. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa pandangan sosialisme bertolak belakang dengan pandangan
sosialisme.
Sosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa
kepentingan masyarakat yang utama, bukan kepentingan individu. Sosialisme
adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil,
selaras,bebas dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan
alat- alat produksi.
Dalam sejarahnya, sosialisme muncul sebagai reaksi atas paham individualis
liberalisme. Kebebasan individu yang diyakini dapat memaksimalkan
pemenuhan kesejahteraan ternyata banyak menimbulkan ketidak adailan antar
induvidu itu sendiri. Individu yang memiliki kemampuan bisa sejahtera, tetapi
individu yang tidak mampu akan tetap miskin dan semakin tersisih. Dengan
demikian, dalam masyarakat timbul ketidak adilan dan kesenjangan. Kelompok
masyarakat seperti anak-anak, wanita, buruh, para pekerja hanya dieksploitasi
oleh orang- orang yang mampu, terutama yang menguasai hak milik dan alat
produksi dalam suatu masyarakat. Sosialisme muncul dengan maksud
kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh sistem
liberalisme, mendapat keadilan, kebebasab, dan kesejahteraan.
Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak
individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan msyarakat yang lebih
luas. Masyarakat yang lebih penting dari individu. Dalam sosilisme yang
radikal/ekstrem cara untuk meraih hal itu adalah dengan menghilang hak
pemilikan dan penguasaan alat alat produksi oleh perorangan.
Paham individualisme liberal dan sosilisme sama-sama tumbuh di Eropa
Barat pada abad ke 18-19. Individualisme dipelopori oleh para tokoh, antara lain
Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobbers, John Lucke, Rousseau, dan
Montesquieu. Sedangkan pemikiran sosialis ditokohi oleh Robert Owen dari
Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon. Ideologi marxisme termasuk
dalam varian sosialisme. Ajaran marxsisme di peloporin oleh karl marx (1818-
1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam
memandang hakikat manusia. Dalam Deklaration of Independence Amerika
Serikat 1776, orientesinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai
makhluk individu yang bebas merdeka, tidak seorang berhak mencapuri urusan
pribadinya. Manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang
luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels,
orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial
semata. Menurut paham ini, manusia sebagai makhluk pribadi tidak dihargai,
pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Lalu bagaimana kita mengoposisikan diri dari kedua pandangan tersebut?
Kepentingan manakah yang harus di utamakan, kepentingan diri (privat) atau
kepentingan masyarakat (publik)? Pilihan atas hal tersebut sesungguhnya secara
filosofis dapat kita kembalikan pada ke dua pilaihan dari ideologi tersebut.
Jika kita simak lebih lanjut, kedua pandangan di atas mengidap
kelemahannya masing-masing. Kebebasan perseorangan merupakan inti dari
ajaran individualaisme liberal dalm pelaksanaannya justru mengingkari asas
ajarannya sendiri, yaitu persamaan. Individualisme liberal dapat minimbulkan
ketidak adilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperalisme, dan
kolonialisme baik dalam bentuk lama maupun baru. Persaingan bebas dan
menimbulkan kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin. Liberalisme
mungkin membawa manfaat dikehidupan politik, tetapi tidak dalam laoangan
ekonomi dan sosial.
Sosialisme dalam bentuk tang ekstrem (marxisme/komunisme), tidak
menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi
kemanusiaan. Dalam negara komunis, mungkin terjadi kemakmuran msyarakat,
tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin. Negara komunis mudah
menjadi negara otoriter yang memasung hak-hak dasar manusia maupun warga
negara.
Dalam negara Indonesia yang berfalsafah Pancasila, hakikat manusia
dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut
pandangan filsafat Pamcasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus
makhluk sosial. Hal ini tidak sekadar menggabungkan dua pandangan
(individualisme dan sosialisme) di atas, tetapi secara hakikat bahwa kedudukan
manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sekali lagi,
manusia bukanlah makhluk individu dan sosial. Frans Magnis Suseno (2001),
menyatakan bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki bersifat sosial
dan sebagai individu manusia bermasyarakat.
Bung Karno menerangkan tentang seimbangnya dua sifat tersebut dengan
ungkapan “Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam
buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak hidup subur kalau tidak hidup dalam
taman sarinya internasionalisme,” (Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, 1998).
Paduan harmoni antara individu dan sosial dalam diri bangsa Indonesia
diungkapkan dalam sila kedua dan ketiga Pancasila. Sila kedua mengungkapkan
penghargaan masnusia sebagai makhluk yang memiliki harkat dan martabat
luhur, karena itu harus dihargai dan dijunjung tinggi. Konkritisasi atas hal
tersebut adalah adanya jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga
negara. Sila ketiga mengungkapkan kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia yang perlu untuk diperjuangkan dan dilestarikan. Bangsa Indonesia
memiliki prinsip menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan. Namun, demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan
hak-hak dasar setiap warga negara.

2.2.3 Problematika, Solusi Pencegahan, dan Solusi Mengatasi


A. Problematika
 Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah
pada yang dihadapi oleh setiap orang, yaitu kepentingan manakah yang harus
saya utamakan? Kepentingan saya selaku individu atau kepentingan masyarakat
tempat saya hidup bersama?
Persoalan pengutamaan kepentingan apakah individu atau masyarakat ini
memunculkan dua pandangan yang saling bertolak belakang, yakni pandangan
sosialisme dengan pandangan individualisme. Kedua pandangan ini justru
berkembang menjadi paham atau aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh
suatu kelompok masyarakat.
 Apabila kita sebagai manusia salah memilih kepentingan mana yang harus
didahulukan, tentunya akan sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang
lain. Hal itu tentunya sangat lumrah karena manusia memiliki perasaan peka
terhadap suatu situasi.
 Tetapi, kebanyakan manusia lebih sering mengutamakan kepentingan
individu daripada kepentingan masyarakat. Padahal manusia adalah mahkluk
sosial yang dimana hendaknya lebih memilih kepentingan bersama ketimbang
kepentingan pribadi. Boleh kita menomor satukan kepentingan individu tapi
jangan sampai kepentingan tersebut mengganggu kepentingan orang lain.

B. Solusi Pencegahan
 Solusi pencegahan ini bisa dilakukan agar kita tidak merasakan dilema
yang cukup membuat kitaserba salah untuk memilih antara kepentingan
individukah atau kepentingan masyarakatkah yangharus kita dahulukan. Tetapi
kita juga harus ingat bahwa kita sebagai mahkluk sosial. Kita tidak bisahidup
tanpa bantuan orang lain.
 Solusinya adalah sebagai berikut:
 1. Bersikap bijaksana dan adil.
 2. Menentukan kepentingan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami.
 3. Memahami dan menerapkan konsep Pancasila di kehidupan sehari-hari.

B. Solusi Mengatasi
 Solusi mengatasi ini bisa kita lakukan pada saat kita sudah atau sedang
merasakn dilema antaramemilih kepentingan individu atau kepentingan
masyarakat.
 Solusinya adalah sebagai berikut:
 1. Menenangkan pikiran dan mempelajari hal apa yang didilemakan.
 2. Harus mementingkan kepentingan yang lebih mendesak.
 3. Menyesuaikan kemampuan yang dimiliki

2.3 Studi kasus

Mengatasi Banjir Di Daerah Dki


Sebagai upaya untuk menormalisasikan sungai yang ada di Jakarta agar
tidak terjadi banjir yang telah biasa terjadi, maka Gubernur dan pemerintah
daerah DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan di tepian sungai Jakarta yang
sudah lama ditinggali oleh para penduduk urban dan pinggiran. Pemerintah
mengganti rumah kumuh mereka dengan rusun yang telah disediakan. Namun,
sejumlah warga menolak dengan berbagai alasan. Manakah yang harus
diutamakan? Kepentingan pribadi (warga yang menolak pindah) atau
kepentingan umum untuk pencegahan banjir?
Warga seharusnya berfikir tentang kepentingan orang banyak, terutama
Jakarta adalah pusat pemerintahan negara. Lagipula, mereka sudah disediakan
tempat tinggal lain sebagai gantinya. Mereka harus lebih sadar dan tidak
bersikap egois terhadap kepentingan sendiri, apalagi sungai menjadi kotor
karena mereka juga.
Waspadai Copet di Pasar Raya

Pemuda itu celingak-celinguk mencari mangsa. Mereka menjalankan tugas


masing-masing. Salah seorang petugas mengalihkan perhatian calon korban
dengan berjalan pelan di depan, sedangkan yang sebagai eksekutor. Seorang lagi
bertugas menampung barang2 hasil curian.
“kami sering melihat pencopet beraksi di sepanjang jalan permindo hingga air
mancur pasar raya ini.” Tapi, warga di sini takut melaporkan karena akan
membuat masalah baru nantinya. Data kepolisian sejak januari 2013, sedikitnya 5
kasus dilaporkaan. Sayangnya, hingga sekarang belum ada satupun pelaku copet
tertangkap.

Penyelesaiannya
Bagi polisi, polisi menghimbau warga proaktif melaporkan pelaku kejahatan ke
pihak berwajib agar cepat ditindak aparat kepolisian. Seharusnya pedagang
setemppat berperan menginformasikan ke pihak berwajib. Dan seharusnya polisi
selalu hadir di setiap tempat keramaian , polisi mestinya memantau. Penguasaan
territorial tindak kejahatan . jika polisi telah mengetahui  tempat-tempat rawan
dan selalu bersiaga, tentunya tindak kejahaatan menjadi kurang. Bagi masyarakat
hendaklah lebih berhati-hati dalam menjaga barang berharga. Janganlah
membawa perhiasan mewah yang terlalu mencolok, untuk menghindari hal-hal
yang tidak di inginkan, dan janngan berjalan sendiri di tempat-tempat yang sepi.
Peredaran Petasan Tetap Marak
Masyarakat mengeluh maraknya peredaran petasan di tengah-tengah masyarakat,
terutama waktu ibadah Shalat Taraweh karena suara petasan sangat menggangu.

Penyelesaiannya
pertama hendaklah adanya perhatian dari pihek terkait dalam memberantas hal
tersebut, kalau perlu di tindak lanjuti agar jera bagi si pelaku. Dan Pol PP
mengawasi secara ketat, peredaran petasan yang dipasarkan, baik di pasar
tradisionla maupun ditempat keramaian. Dan di minta kepada masyarakat untuk
tidak menjual serta menggunakan petasan tersebut, demi menjaga kenyamanan
umat muslim menunaikan ibadah sholat.
DAFTAR PUSTAKA

Herimanto. Winarno 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD).


Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Febrian Ardiansa, Agung Setiawan. 2011. Dinamika Interaksi Sosial Dan
Dilema Kepentingan Individu Dan Sosial, (online),
https://4gungseti4w4n.wordpress.com/2011/03/24/dinamika-interaksi-sosial-
dan- dilema-kepentingan-individu-dan-sosial/, diakses 14 September 2019.
Aris Ramadhan. 2015. Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Kepentongan
Masyarakat, (online),
http://www.academia.edu/6740391/Dilema_Antara_Kepentingan_Individu_d
an_Kepentingan_Masyarakat, diakses 14 September 2019.
Ariska, I. (2013). Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.

      Effendi, R. dan Setiadi, E.M. (2010). Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya
dan Teknologi. Bandung: UPI Press.
      Kappara. (). Pengertian Sosial dan Politik. [Online]. Tersedia:
(http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-
politik/#ixzz2KfDPhVhf) diakses 14 September 2019.
      Sadulloh, U. (2003). Pengantar Filsafal Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai