Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Itra Uterine Devices (IUD)


2.1.1. Pengertian
Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah
dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi
kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,
menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus
(Hidayati, 2009).
Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang
terbuat dari plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung
hormone dan di masukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang
(Handayani, 2010).
Alat Kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan alat yang dipasang di
dalam uterus melalui kanalis servikalis. AKDR ada yang diselubungi oleh kawat
halus yang terbuat dari tembaga ataupun mengandung hormon (Gilly Andrews,
2010).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi
yang berarti pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan, sehingga kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan
sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma (Wiknjosastro,
2007).
2.1.2. Jenis
Jenis - jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain :
a. Copper-T
Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen
dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan
tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup
baik. Menurut ILUNI FKUI ( 2010). Spiral jenis copper T (melepaskan
tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma
untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.
b. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan
dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7. Menurut Imbarwati
(2009). IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
c. Multi load
Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan
dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung
atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan
luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada
tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.
d. Lippes loop
Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf
spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang
pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5
mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D
berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila
terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik.
2.1.3. Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemapuan sperma untuk fertilasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
Sampai sekarang belum ada yang yakin begaimana mekanisme kerja AKDR
dalam mencegah kehamilan.Ada yang berpendapat bahwa AKDR sebaga benda
asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dan leukosit yang akan
dikeluarkan dapat melarutkan blastosis atau sperma. Mekanisme kerja AKDR
yang dililiti kawat tembaga mungkin berbeda. Tembaga dalam konsentrasi kecil
yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus selain menimbulkan reaksi radang
seperti pada AKDR biasa, juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan
fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir
serviks sehingga menghalangi sperma.

(Ari Sulistyawati,2013)

2.1.4. Keunmtungan dan Kerugian


1. Keuntungan
a. Sebagai kontrasepsi efektifitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama ( 1 kegagalan dalam
125-170 kehamilan)
b. AKDR dapat efektf seger setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti-ganti)
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e. Tidak mempengaruh hubungan seksual\
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
h. Tidak mempanguruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
2. Kerugian
a. Efek samping yang umum terjadi
 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spotting) antar menstruasi
 Saat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain
 Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
 Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
 Perforasi inding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tidak baik digunakan oleh perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksan pelvik diperlukan dalam pemasangan
AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang selama 1-2 hari.
h. Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang
boleh melepas AKDR
i. Mungkin AKDR keluar dari uetrus tanpa diketahui
j. Perempuan harus memeriksakan benang AKDR sewaktu-waktu. Untuk
melakukan ni perempuan harus memasukan jarinya ke dalam vagina,
sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
2.1.5. Mekanisme Kerja

a. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan
reaksi radang setempat, dengan sebutan leukosit yang dapat melarutkan
blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat
tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang
dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase
karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga
menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo,
2014).
b. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti,
kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan
leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari
cairan uterus mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR
yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun
sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan sering
adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin
dalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005)
c. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi)
AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel
elur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi
darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus
mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan
mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah
dibuahi ke dalam dinding rahim
d. Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
2.1.6. Persyaratan Pemakaian
a. Yang dapat menggunakan
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Ibu menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan menyusui bayinya
6. Risiko rendah terkena IMS
7. Tidak menghendaki metode hormonal
8. Tidak menyukai untuk menginga-ingat minum pil setiap hari
9. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama\\\
10. Pada umumnya ibu apat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan
efektif.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan
misalnya :
 Perokok
 Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat
adanya infeksi
 Sedang memakai antibiotika atau antikejang
 Gemuk ataupun kurus
 Sedang menyusui
11. Begitu juga ibu dalam keadaan di bawah ini dapat menggunakan AKDR
 Penderita tumor jinak payudara
 Penderita kanker payudara
 Tekanan darah tinggi
 Varises di tungkai atau di vulva
 Penderita penyakit jantung
 Penderita diabetes, pernah stroke, hati atau empedu, malaria.
Skistosomiasis (tanpa anemia), penyait tiroid, epilepsi, nonpelvik TBC
 Setelah kehamilan ektopik
 Setelah pembedahan pelvik
b. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR
1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2. Perdarahan vagina yang tidak diketehui (sampai dapat devaluasi)
3. Sedang menderita infeksi alat genetal (servisitis,vaginitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik
5. Kelaianna bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempangaruhi kavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvik
8. Kanker alat genetal
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
2.1.7. Waktu Penggunaan AKDR
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggy
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
latasi ( MAL). Perlu diingat angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera
atau selama 48 jam pascapesalinan
d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejaal infeksi
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
Bidan harus meyakinkan bahwa klien tidak sedang hamil dan klien bebas
dari infeksi vagina atau uterus saat akan memasang AKDR. Beberapa dokter lebih
menyukai pemasangan AKDR selama klien dalam periode menstruasi karena
akan menghilangkan resiko pemasangan AKDR ke dalam uterus yang dalam
keadaan hamil, namun klien rentan terkena infeksi. Bidan/dokter harus benar-
benar yakin tentang riwayat hubungan seksual dan pengunaan kontrasepsi klien
sebelum membuat keputusan untuk memasang AKDR pada saat menstruasi atau
beberapa hari kemudian.
(Ari Sulistyawati,2013)

2.1.8. Efek Samping AKDR dan Penanganan


Efek Samping/ Penanganan

Permasalahan

Amenorea Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas


AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea
apabila dikehendaki. Apabila hamil, Jelaskan dan sarankan
untuk melepas AKDR apabila tadinya terlihat dan kehamilan
kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau
kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepaskan.
Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan
kehamilannya tanpa melepaskan AKDR, jelaskan adanya resiko
kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.

Kejang Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari
kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
Apabila penyebabnya tidak ditemukan, beri analgesik untuk
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat, lepaskan AKDR dan bantu klien untuk memilih alat
kontrasepsi lain.

Perdarahan Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan


vagina yang ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
hebat dan tidak berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakaukan konseling dan
teratur pemantauan. Beri ibuprofen (800mg, 3xsehari selama 1
minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi
(1 tablet setiap 1 hari selama 3 bulan). AKDR memungkinkan
dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien memakai
AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita
anemi (Hb<7g/%) anjurkan untuk melepas AKDR dan bantulah
memilih metode lain yang sesuai.

Benang yang Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR
hilang terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan
kondom. Periksa talinya didalam saluran endoserviks dan
kavum uteri (apabila memungkinkan peralatan dan tenaga
terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan
rujuklah ke dokter, lakukan X-ray atau pemeriksaan ultrasound.
Apabila tidak hamil dan AKDRyang hilang tidak ditemukan,
pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode
lain.

Adanya Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila


pengeluaran ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe
cairan dari atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila
vagina/dicurigai PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR
adanya PRP dikeluarkan, beri metode lain sampai masalah teratasi.

Sinkop Atur wanita pada posisi Trendelenburg (pindahkan bantal dari


vasovagal bawah kepalanya dan tempatkan di bawah panggul dan naikkan
(Pusing) kedua kakinya), pastikan jalan napasnya terbuka, dan upayakan
agar ia tetap hangat. Apabila diperlukan beri bau-bauan sedap
(garam-garaman berbau). Apabila sinkop bertambah berat dan
memerlukan tindakan darurat, berikan atropin intramuskular
sebanyak 0,4 sampai 0,5 mg. Atropin berfungsi sebagai
stimulan pernapasan dan sirkulasi.

Penyakit Berikan terapi antibiotik secepatnya dan kemudian lepas


Inflamasi AKDR-nya. Klien harus diberi metode kontrasepsi alternatif.
Pelvik (PID) Apabila seorang klien mempertimbangkan kemungkinan
menggunakan AKDR yang lain, maka seorang tenaga kesehtan
perlu mengkaji riwayat apapun yang akan menempatkannya
pada resiko terjangkit infeksi lain. Pemasangan AKDR lain
tidak boleh dilakukan selama sedikitnya tiga bulan setelah
keberhasilan terpai PID, bahkan dalam keadaan yang paling
ringan sekalipun. Wanita tersebut dianjurkan menggunakan
kontrasepsi yang berbeda.

(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)

2.1.9. Petunjuk Bagi Klien Mengenai AKDR


a. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR
b. Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah benang AKDR
secara rutin terutama setelah haid
c. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan
benang setelah apabila mengalami:
 Kram/kejang di perut bagian bawah
 Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama
 Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman
selama melakukan hubungan seksual
d. Copper T-380 A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilakukan lebih awal apabila diinginkan
e. Kembali ke klinik apabila:
 Tidak dapat meraba benang AKDR
 Merasakan bagian yang keras dari AKDR
 AKDR terlepas
 Siklus terganggu/meleset
 Terjadi pengeluaran cairan vagina yang mencurigakan
 Adanya infeksi
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
2.1.10. Rencana Penatalaksaan pada Penggunaan AKDR
a. Memberitahu tentang wanita angka keefektifan AKDR, memberi informasi
produk, membahas efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
memintanya menandatangani surat persetujuan dalam brosur yang disediakan
oleh pabrik
b. Melakukan pengkajian riwayat kesehatan secara umum, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan pelvik, serta memeriksakan laboratorium, yang meliputi tes
kehamilan, Pap smear, pengambilan kultur klamidia dan gonorea, serta
mpemeriksaan kadar hemoglobin/hematokrit
c. Melakukan skrinning terhadap penyimpangan dan semua kontraindikasi saat
akan melakukan pemasangan AKDR
d. Memilih AKDR yang tepat bagi wanita
e. Memasang AKDR
f. Memberi pendidikan kesehatan kepada wanita tentang cara memeriksa AKDR
yang dimilikinya
g. Memberi pengarahan kepada wanita tentang AKDR yang dimilikinya dan
tentang perawatan lanjutan
h. Membuat jadwal dan mengatur rencana kunjungan ulang
i. Mengatur kemungkinan efek samping dan masalah yang akan terjadi berkaitan
dengan AKDR
j. Melepas AKDR jika ada indikasi
Pemasangan AKDR memerlukan dua kali kunjungan. Kunjungan pertama
terdiri dari empat komponen pertama dalam rencana penatalaksanaan dan
kunjungan ini merupakan kunjungan sebelum pemasangan AKDR. Selama
kunjungan pertama, setelah klien memutuskan ingin memasang AKDR, bidan
perlu melakukan pengkajian riwayat kesehatan menyeluruh, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan pelvik, sedangkan hasil dari pemeriksaan laboratorium dapat
digunakan menyingkirkan kontraindikasi sebelum pemasangan AKDR. Setelah
hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh, kunjungan kedua dilakukan untuk
melakukan prosedur pemasangan AKDR. (Varney, Helen, 2010)
2.1.11. Kunjungan Ulang Setelah Pemasangan IUD

Kunjungan ulang setelah pemasangan IUD Menurut BKKBN (2003):


a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 2 bulan pasca pemasang
c. Setiap 6 bulan berikutnya
d. 1 tahun sekali
e. Bila terlambat haid 1 minggu
f. Perdarahan banyak dan tidak teratur

Menurut Prawirohardjo (2014), pemeriksaan sesudah IUD dipasang dilakukan


pada:
a. 1 minggu pasca pemasangan
b. 3 bulan berikutnya
c. Berikutnya setiap 6 bulan
2.1.12. Pemeriksaan Pada Saat Kunjungan Ulang
Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2006), Setelah IUD dipasang
seorang klien wanita, ia harus diarahkan untuk menggunakan preparat
spermisida dan kondom pada bulan pertama. Tindakan ini akan memberi
perlindungan penuh dari konsepsi karena IUD menghambat serviks, uterus, dan
saluran falopii tempat yang memungkinkan pembuahan dan penanaman sel
telur dan ini merupakan kurun waktu IUD dapat terlepas secara spontan. Klien
harus melakukan kunjungan ulang pertamanya dalam waktu kurang lebih enam
minggu. Kunjungan ini harus dilakukan setelah masa menstruasi pertamanya
pasca pamasangan IUD. Pada waktu ini, bulan pertama kemungkinan insiden
IUD lebih tinggi untuk terlepas secara spontan telah berakhir. IUD dapat
diperiksa untuk menentukannya masih berada pada posisi yang tepat. Selain
itu, seorang wanita harus memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan IUD
secara mandiri dan beberapa efeksamping langsung harus sudah diatasi.
Kunjungan ulang member kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan
member semangat serta meyakinkan klien. Diharapkan, hal ini membuahkan
hasil berupa peningkatan jumlah pengguna IUD. Data-data terkait IUD berikut
dapat diperoleh pada kunjungan ulang ini.

a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat berkemih
(sebelum atau setelah urine mulai mengalir.
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selamamelakukan hubungan
seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD: mengapa
7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen
2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA, jika
diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.
c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan basah
bila diindikasikan.
2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan d.
Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi
Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien akan
mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik rutinnya. Pada
kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal seperti mengkaji riwayat
penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap smear, kultur
klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin lain dan pengulangan
kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan diatas. Pengarahan supaya klien
memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi bila muncul masalah
atau untuk membuat perjanjian sebelum kunjungan tahunnya dapat ditinjau
kembali bersama klien selama kunjungan ulang ini.

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Aseptor IUD


No. Register :
Masuk tanggal/jam :
Di rawat di ruang :
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata
 Nama Istri / Suami :Untuk mengetahui identitas.
 Umur :Untuk mengetahui umur pasien,
menentukan konseling dan resiko.
 Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
yang digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan.
 Pekerjaan :Untuk menggetahui status ekonomi dan
aktifitas ibu.
 Alamat :Untuk mengetahui tempat tinggal pasien
sehingga memudahkan kunjungan rumah.
2. Alasan Datang
a. ingin menunda, mengatur, mengakhiri kehamilan
b. karena biaya hidup yang makin lama makin tinggi
c. karena alasan kesehatan ibu
d. karena repot mengurusi banyak anak
e. karena pengalaman keluarga, tetangga, teman bahwa keluarga
kecil lebih enak
f. karena motivasi dari petugas kesehatan
3. Keluhan Utama
Kondisi ibu saat ini sehingga ibu ingin menggunakan KB
4. Riwayat Haid
a. Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche
terjadi pada usia pubertas, yaitu sekitar 12 – 16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang
dianggap normal adalah 28 hari.
c. Lamanya haid. Biasanya antara 2 - 5 hari, ada yang 1 – 2 hari
diikuti darah sedikit – sedikit dan ada yang sampai 7 – 8 hari.
d. Keluhan yang diarasakan
e. Keputihan, warnanya, bau, gatal / tidak.
f. HPHT untuk mengetahui kapan haid terakhir ibu dan untul
memastikan tidak ada kehamilan
5. Riwayat Pernikahan

Meliputi berapa kali menikah, berapa tahun menikah, umur


pertama menikah dan jumlah anak yang dimiliki.

6. Riwayat Kehamilan, Persalinan , dan Nifas yang Lalu


 Riwayat kehamilan sebelumnya : untuk mengetahui apakah
adakah komplikasi dan apakah ibu pernah mengalami
kehamilan ektopik.
 Riwayat persalinan meliputi tempat,penolong, cara, usia
kehamilan, dan penyulit : untuk mengetahui adakah
komplikasi yang mempengaruhi sistem reproduksi.
 Jumlah anak yang hidup.
 Umur anak yang terkecil
7. Riwayat Kesehatan
 Kesehatan lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita
penyakit menular, kronis maupun turunan (TBC,
hepatitis,IMS, HIV/AIDS), menurun (Diabetes mellitus,
asma, hipertensi), dan menahun (jantung, ginjal).
 Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita
suatu penyakit menular ataupun kronis pada saat itu seperti
(TBC, hepatitis,IMS, HIV/AIDS).
 Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah anggota keluarga dari
pasien ada yang menderita penyakit menular seperti
hepatitis dan penyakit keturunan.
8. Riwayat KB

Pernah ikut KB / tidak, apa macamnya, berapa lama, ada


keluhan apa tidak, setelah persalinan rencananya ibu mengunakan
KB apa. Untuk menentukan KB yang sesuai

9. Pola Kebiasaan Sehari-hari


a. Istirahat : waktu istirahat malam ± 7-8 jam/ hari Istirahat
siang ± 2 jam/ hari.
b. Aktivitas : kegiatan yang dilakukan oleh ibu sehari- hari.
c. Nutrisi : kebiasaan ibu makan berapa kali/ hari minum
berapa gelas / hari.
d. Eliminasi : meliputi berapa kali ibu BAB dan berapa kali ibu
BAK
e. Kebersihan / personal hygiene : meliputi berapa kali ibu
mandi, ganti pakaian dan ganti pakaian dalam
f. Kebiasaan : kebiasaan ibu apakah ibu mengkonsumsi
merokok, minum alkohol dan kecanduan narkoba
10. Data Psikososial

Untuk mengetahui keyakinan pasien mengenai hal-hal yang


berkaitan. meliputi : pengetahuan dan respon pasien terhadap
semua metode/alat kontrasepsi dan/atau kontrasepsi yang
digunakan saat ini, keluhan/kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah
keluarga di rumah, respon keluarga terhadap metode/alat
kontrasepsi dan/atau kontrasepsi yang di gunakan saat ini,
dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan
pilihan tempat mendapatkan pelayanan KB.

B.DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis / somnolen / apatis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110 / 70 – 120 / 80 mmHg
N : 80 – 100 x / menit
R : 16 – 24 x / menit
S : 365 – 3720C
d. Berat badan sekarang
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

Muka :Pucat atau tidak, flek atau tidak.


Mata :Simetris atau tidak, konjungtiva pucat
atau tidak sklera ikterus atau tidak.
Dada :Puting menonjol atau tidak,
hiperpigmentasi areola mammae atau tidak.
Abdomen :Untuk mengetahui adanya tanda-tanda
kehamilan.
Genetalia :Terdapat condiloma akuminata ada /
tidak, terdapat keputihan atau tidak, ada flek atau tidak
Ekstermitas : Atas : Pergerakan bebas atau tidak,
oedema atau tidak.
Bawah: Pergerakan bebas atau tidak,
oedema atau tidak, varices atau tidak.
b. Palpasi
Leher : Teraba pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugolaris atau tidak.
Dada : Ada benjolan abnormal atau tidak, ada nyeri
tekan atau tidak.
Abdomen : Ada nyeri tekan atau tidak, ada benjolan
abnormal atau tidak.
c. Auskultasi
Dada : Ada ronchi atau wheezing atau tidak.
d. Perkusi :Reflek patella +/-
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Inspekulo
Dinding vagina : tampak keputihan/ tidak, tampak
adanya luka atau lesi/ tidak
Serviks : tampak adanya darah/
tidak, tampak keputihan/ tidak dan
tampak adanya luka atau lesi / tidak
Porsio : tampak adanya erosi /
tidak, tampak adanya peradangan /
tidak
b. Pemerikasaan Bimanual (VT)
Vulva dan perineum : teraba adanya pembengkakan
kelenjar bartolini /tidak dan adakah
luka pada perineum
Vagina : teraba benjolan pada kavum
douglas/ tidak dan teraba adanya
abses/ tidak
Serviks :ada nyeri tekan/ tidak, ada nyeri
goyang/ tidak, pergerakkan bebas/
tidak
Porsio :ada nyeri tekan/ tidak, ada nyeri
goyang/ tidak
Korpus Uteri :Letak antefleksi/ retrofleksi,
pergerakan bebas/ tidak
Adneksa :teraba adanya pembesaran adneksa/
tidak
II. INTERPRETASI DATA

 Dx : Ny “…” Usia … tahun P…. Ab… dengan Akseptor Baru


KB IUD
 Ds : Ibu mengatakan ingin KB
 Do : Tanda- tanda vital :
Tekanan darah : 110 / 70 – 120 / 180 mmHg
Nadi : 80 – 90 x / menit
Pernafasan : 20 – 30 x / menit
Suhu : 36 – 370C
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
 Ketidakmauan/ ketidakpatuhan
 Gangguan psikologis seperti kekhawatiran, ketakutan
 Gangguan seksual
 Perubahan fisik karena pengaruh hormonal misalnya kegemukan
 Amenorea
 Kejang
 Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
 Benang yang hilang
 Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul
IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Beberapa data menunjukan situasi emergensi diman bidan
perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara
menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi
dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien
untuk menentukan asuhan yang paling tepat. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu
R/ Dengan pendekatan therapeutik ibu dapat lebih kooperatif
2. Jelaskan kepada ibu tentang KB IUD merupakan Suatu alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik
halus atau tembaga
R/ ibu mengerti tentang KB IUD pilihannya
3. Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
R/ Ibu lebih kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan
4. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan terhadap ibu
R/ mengetahui keadaan ibu
5. Anjurkan pada ibu untuk mengosongkan kandung kemih
R/ Membantu ibu lebih tenang.
6. Persiapan alat pemasangan IUD steril
R/ Dengan persiapan alat yang lengkap dan steril dapat
memperlancar pemasangan IUD dan mengurangi resiko terjadinya
infeksi
7. Persiapkan tempat pemasangan IUD
R/ Dengan persiapan tempat yang aman dan nyaman akan
membantu menjaga privasi klien
8. Atur posisi ibu secara litotomi
R/ Posisi litotomi memudahkan dalam melakukan pemasangan
IUD
9. Lakukan pemasangan IUD dengan benar dan hati-hati
R/ Pemasangan IUD dengan benar dan hati-hati dapat menentukan
keberhasilan pemakaian IUD
10. Ajarkan pada ibu cara memeriksa benang IUD
R/ Untuk mengetahui keberadaan IUD apakah masih
terpasang/tidak
11. Ajarkan pada ibu untuk menunggu 15 menit setelah pemasangan
IUD
R/ Untuk mengamati adanya reaksi dari pemasangan IUD
12. Anjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu lagi
R/ Untuk mengetahui keluhan-keluhan dan reaksi dari pemasangan
IUD pada ibu.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : Jam :
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang KB IUD merupakan suatu alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik
halus atau tembaga
3. Menjelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu
sehat dan normal
5. Menganjurkan pada ibu untuk mengosongkan kandung kemih
6. Mempersiapan alat pemasangan IUD steril
7. Mempersiapkan tempat pemasangan IUD
8. Mengatur posisi ibu secara litotomi
9. Melakukan pemasangan IUD dengan benar dan hati-hati
10. Mengajarkan pada ibu cara memeriksa benang IUD
11. Mengajarkan pada ibu untuk menunggu 15 menit setelah
pemasangan IUD
12. Menganjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu lagi
VII. Evaluasi
Ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali informasi yang sudah
diberikan oleh petugas dan ibu bersedia untuk melakukan kunjungan
ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Andrews,Gilly. 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

BKKBN. 2011. Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD.


Jakarta.

Hidayati. 2009. Metode dan Tehnik Penggunaan Alat Kontrasepsi.Petunjuk


Praktis Pemasangan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika.

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD


pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
Semarang: UNDIP

Prawirohardjo S. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika :


Jakarta.

Varney, Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Halaman 214-215.

Anda mungkin juga menyukai