TINJAUAN TEORI
(Ari Sulistyawati,2013)
a. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan
reaksi radang setempat, dengan sebutan leukosit yang dapat melarutkan
blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat
tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang
dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase
karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga
menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo,
2014).
b. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti,
kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan
leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari
cairan uterus mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR
yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun
sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan sering
adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin
dalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005)
c. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi)
AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel
elur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi
darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus
mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan
mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah
dibuahi ke dalam dinding rahim
d. Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.
2.1.6. Persyaratan Pemakaian
a. Yang dapat menggunakan
1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Ibu menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan menyusui bayinya
6. Risiko rendah terkena IMS
7. Tidak menghendaki metode hormonal
8. Tidak menyukai untuk menginga-ingat minum pil setiap hari
9. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama\\\
10. Pada umumnya ibu apat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan
efektif.
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan
misalnya :
Perokok
Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat
adanya infeksi
Sedang memakai antibiotika atau antikejang
Gemuk ataupun kurus
Sedang menyusui
11. Begitu juga ibu dalam keadaan di bawah ini dapat menggunakan AKDR
Penderita tumor jinak payudara
Penderita kanker payudara
Tekanan darah tinggi
Varises di tungkai atau di vulva
Penderita penyakit jantung
Penderita diabetes, pernah stroke, hati atau empedu, malaria.
Skistosomiasis (tanpa anemia), penyait tiroid, epilepsi, nonpelvik TBC
Setelah kehamilan ektopik
Setelah pembedahan pelvik
b. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR
1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2. Perdarahan vagina yang tidak diketehui (sampai dapat devaluasi)
3. Sedang menderita infeksi alat genetal (servisitis,vaginitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik
5. Kelaianna bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempangaruhi kavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvik
8. Kanker alat genetal
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
2.1.7. Waktu Penggunaan AKDR
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggy
pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea
latasi ( MAL). Perlu diingat angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera
atau selama 48 jam pascapesalinan
d. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada
gejaal infeksi
e. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi BKKBN,2011)
Bidan harus meyakinkan bahwa klien tidak sedang hamil dan klien bebas
dari infeksi vagina atau uterus saat akan memasang AKDR. Beberapa dokter lebih
menyukai pemasangan AKDR selama klien dalam periode menstruasi karena
akan menghilangkan resiko pemasangan AKDR ke dalam uterus yang dalam
keadaan hamil, namun klien rentan terkena infeksi. Bidan/dokter harus benar-
benar yakin tentang riwayat hubungan seksual dan pengunaan kontrasepsi klien
sebelum membuat keputusan untuk memasang AKDR pada saat menstruasi atau
beberapa hari kemudian.
(Ari Sulistyawati,2013)
Permasalahan
Kejang Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari
kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
Apabila penyebabnya tidak ditemukan, beri analgesik untuk
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat, lepaskan AKDR dan bantu klien untuk memilih alat
kontrasepsi lain.
Benang yang Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR
hilang terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan
kondom. Periksa talinya didalam saluran endoserviks dan
kavum uteri (apabila memungkinkan peralatan dan tenaga
terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan
rujuklah ke dokter, lakukan X-ray atau pemeriksaan ultrasound.
Apabila tidak hamil dan AKDRyang hilang tidak ditemukan,
pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode
lain.
a. Riwayat
1) Masa menstruasi (dibandingkan dengan menstruasi sebelum menggunakan
IUD)
a) Tanggal
b) Lamanya
c) Jumlah aliran
d) Nyeri
2) Diantara waktu menstruasi (dibading dengan sebelum menggunakan IUD)
a) Bercak darah atau perdarahan: amanya, jumlah
b) Kram: lamanya, tingkat keparahan
c) Nyeri punggung: lokasi, lamanya, tingkat keparahan.
d) Rabas vagina: lamanya, warna, bau, rasa gatal, rasa terbakar saat berkemih
(sebelum atau setelah urine mulai mengalir.
3) Pemeriksaan benang
a) Tanggal pemeriksaan benang yang terakhir
b) Benang dapat dirasakan oleh pasangan selamamelakukan hubungan
seksual
4) Kepuasaan terhadap metode yang digunakan (baik pada wanita maupun
pasangannya)
5) Setiap obat yang digunakan: yang mana, mengapa
6) Setiap kunjungan ke dokter atau keruang gawat darurat sejak pemasangan
IUD: mengapa
7) Penggunaan preparat spermisida dan kondom: kapan, apakah ada masalah
8) Tanda-tanda dugaankehamilan jika ada indikasi
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada bagian
bawah abdomen
2) Pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri tekan akibat CVA, jika
diindikasikan untuk diagnose banding
3) Tanda-tanda kemungkinan kehamil, jika ada indikasi.
c. Pemeriksaan pelvic
1) Pemeriksaan speculum
a) Benang terlihat
b) Panjang benang: pemotongan benang bila ada indikasi
c) Rabas vagina: catat karakteristik dan lakukan kultur dan apusan basah
bila diindikasikan.
2) Pemeriksaan bimanual
a) Nyeri ketika serviks atau uterus bergerak
b) Nyeri tekan pada uterus
c) Pembesaran uterus
d) Nyeri tekan pada daerah sekitar
e) Tanda-tanda kemungkinan kehamilan bila diindikasikan d.
Laboratorium
1) Hemoglobin atau hematokrit
2) Urinalis rutin sesuai indikasi untuk diagnosis banding
3) Kultur serviks dan apusan basah, jika ada indikasi
4) Tes kehamilan, jika ada indikasi
Apabila hasil pemeriksaan diatas memuaskan, maka klien akan
mendapatkan jadwal untuk melakukan pemeriksaan fisik rutinnya. Pada
kunjungan tersebut bidan akan melakukan hal-hal seperti mengkaji riwayat
penapisan umum yaitu pemeriksaan fisik dan pelvic, pap smear, kultur
klamedia dan gonorea, tes laboratorium rutin lain dan pengulangan
kunjungan ulang IUD seperti dijelaskan diatas. Pengarahan supaya klien
memeriksakan IUD nya, kapan harus menghubungi bila muncul masalah
atau untuk membuat perjanjian sebelum kunjungan tahunnya dapat ditinjau
kembali bersama klien selama kunjungan ulang ini.
B.DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis / somnolen / apatis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 110 / 70 – 120 / 80 mmHg
N : 80 – 100 x / menit
R : 16 – 24 x / menit
S : 365 – 3720C
d. Berat badan sekarang
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu
R/ Dengan pendekatan therapeutik ibu dapat lebih kooperatif
2. Jelaskan kepada ibu tentang KB IUD merupakan Suatu alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik
halus atau tembaga
R/ ibu mengerti tentang KB IUD pilihannya
3. Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
R/ Ibu lebih kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan
4. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan terhadap ibu
R/ mengetahui keadaan ibu
5. Anjurkan pada ibu untuk mengosongkan kandung kemih
R/ Membantu ibu lebih tenang.
6. Persiapan alat pemasangan IUD steril
R/ Dengan persiapan alat yang lengkap dan steril dapat
memperlancar pemasangan IUD dan mengurangi resiko terjadinya
infeksi
7. Persiapkan tempat pemasangan IUD
R/ Dengan persiapan tempat yang aman dan nyaman akan
membantu menjaga privasi klien
8. Atur posisi ibu secara litotomi
R/ Posisi litotomi memudahkan dalam melakukan pemasangan
IUD
9. Lakukan pemasangan IUD dengan benar dan hati-hati
R/ Pemasangan IUD dengan benar dan hati-hati dapat menentukan
keberhasilan pemakaian IUD
10. Ajarkan pada ibu cara memeriksa benang IUD
R/ Untuk mengetahui keberadaan IUD apakah masih
terpasang/tidak
11. Ajarkan pada ibu untuk menunggu 15 menit setelah pemasangan
IUD
R/ Untuk mengamati adanya reaksi dari pemasangan IUD
12. Anjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu lagi
R/ Untuk mengetahui keluhan-keluhan dan reaksi dari pemasangan
IUD pada ibu.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : Jam :
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang KB IUD merupakan suatu alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim terbuat dari plastik
halus atau tembaga
3. Menjelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu
sehat dan normal
5. Menganjurkan pada ibu untuk mengosongkan kandung kemih
6. Mempersiapan alat pemasangan IUD steril
7. Mempersiapkan tempat pemasangan IUD
8. Mengatur posisi ibu secara litotomi
9. Melakukan pemasangan IUD dengan benar dan hati-hati
10. Mengajarkan pada ibu cara memeriksa benang IUD
11. Mengajarkan pada ibu untuk menunggu 15 menit setelah
pemasangan IUD
12. Menganjurkan pada ibu untuk kontrol 1 minggu lagi
VII. Evaluasi
Ibu mengerti dan mampu menjelaskan kembali informasi yang sudah
diberikan oleh petugas dan ibu bersedia untuk melakukan kunjungan
ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta. EGC.