Anda di halaman 1dari 87

Interaksi Sosial-Pengertian, Bentuk, Ciri, Contoh, Syarat & Faktor

Interaksi Sosial-Pengertian, Bentuk, Ciri, Contoh, Syarat & Faktor|SecaraUmum, Pengertian

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih yang berperan saling

memengaruhi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dengan

kelompok. Interaksi sosial merupakan proses setiap orang menjalin kontak dan berkomunikasi dan saling

memengaruhi dalam pikiran mauun dengan tindakan.

Interaksi sosial sebagai pondasi dengan sebuah tindakan yang didasarkan ada norma dan nilai sosial yang

berlaku dan diterapkan dalam masyarakat. Berlangsungnya interaksi sosial dengan baik jika aturan-aturan

dan nilai-nilai dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran dari masing-masing, maka proses sosial

pun tidak akan berjalan dengan yang diharapkan.

Artikel Terkait:

 Pengertian Interaksi Sosial dan Tujuan Interaksi Sosial

 Pengertian Interaksi Sosial dan Contohnya

 Pengertian Interaksi Secara Langsung dan Contohnya

 Pengertian: Apa itu Interaksi Tidak Langsung ?..

Pengertian Interaksi Sosial Menurut Para Ahli

 Gilin: Pengertian interaksi sosial menurut gillin bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan

sosial yangdinamis yang menyangkut hubungan antarindividu dan kelompok atau antarkelompok.

 Macionis: Menurut Macionis bahwa pengertian interaksi sosial adalah proses bertindak dan

membalas tindakan yang dilakukan seseorang dalam hubungan dengan orang lain.

 Soerjono Soekanto: Pengertian interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto bahwa interaksi sosial

adalah proses sosial mengenai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-

kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan hubungan sosial.

 Broom dan Selznic: Menurut Broom dan Selznic, bahwa pengertian interaksi sosial adalah proses

bertindak yang dilandasi oleh kesadaran adanya orang lain dan proses menyesuaikan respon (tindak

balasan) sesuai dengan tindakan orang lain.

 Kimball Young dan Raymond W. Mack: Pengertian interaksi sosial menurut Kimball Young dan

Raymond W. Mack adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antarindividu,

antara individu dengan kelompok maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.

 Homans: Menurut Homans, pengertian interaksi sosial adalah suatu kejadian ketika suatu aktivitas

yang dilakukan oleh seseorang terhadap individulain diberi ganjaran atau hukuman dengan

menggunakan suatu tindakan oleh yang menjadi pasangannya.

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk interaksi sosial dibedakan menjadi dua kelompok yaitu bentuk interaksi sosial asosiatif, dan bentuk

interaksi sosial disosiatif yaitu sebagai berikut...

Artikel Terkait:

 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif dan Disosiatif


Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Asosiatif

 Kerja Sama (Cooperation), adalah suatu usaha bersama antar individu atau kelompok untuk

mencapai tujuan bersama.

 Akomodasi (Accomodation), adalah proses penyesuaian sosial dalam interaksi antarindividu dan

antarkelompok untuk meredakan pertentangan.

 Asimilasi (Assimilation), adalah proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga setiap pihak

dapat merasakan kebudayaan tunggal sebagai milik bersama.

 Akulturasi (Acculturation), adalah proses yang timbul dari suatu kebudayaan untuk menerima

unsur budaya asing tanpa menyebabkan kebribadian budaya sendiri hilang.

Artikel Terkait:

 Pengertian Interaksi Sosial Asosiatif

 Pengertian dan Bentuk-Bentuk Kerja Sama (Cooperation)

 Pengertian, Tujuan dan Bentuk Akomodasi

 Pengertian Asimilasi: Apa itu Asimilasi

 Faktor Pendorong dan Penghalang Terjadinya Asimilasi

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif

 Persaingan (Competition), adalah suatu perjuangan dari berbagai pihak yang lomba-lomba untuk

mencapai suatu tujuan yang sama.

 Kontraversi, adalah suatu bentuk proses sosial yang menunjukkan ketidaksenangan atau

ketidakpuasan terhadap pihak lain baik secara sembunyi atau terang-terangan.

 Pertentangan/Konflik Sosial, adalah proses sosial antarperorangan atau kelompok masyarakat

tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga

menimbulkan adanya semacam jurang pemisah antara mereka.

Artikel Terkait:

Advertisement

 Pengertian Interaksi Sosial Disosiatif

 Pengertian Persaingan (Competition) dan Contohnya

 Pengertian Kontraversi dan Penjelasannya

 Pengertian Konflik Sosial, Penyebab, Macam-Macam, & Dampaknya

Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Ciri-ciri interaksi sosial adalah sebagai berikut..

 Jumlah pemeran lebih dari satu orang

 Terjadi komunikasi antara pelaku melaku kontak sosial

 Memiliki maksud atau tujuan yang jelas

 Berdasarkan pola suatu sistem sosial tertentu.


Contoh-Contoh Interaksi Sosial

1. Contoh Interaksi Sosial Indivdu dengan Individu

 Seorang kakak mengajari adeknya belajar matematika

 Indah belajar bermain yang diajar oleh satriawan

 Seorang dokter dengan pasiennya

 Seorang siswa bertanya kepada gurunya

2. Contoh Interaksi Sosial Individu dengan Kelompok

 Presiden dengan rakyatnya

 Guru dengan siswanya

 Komandan dengan anggotanya

 Khotbah jumat dimesjid

 Gubernur Ahok dengan warga kampung pulo

3. Contoh Interaksi Sosial Kelompok dengan Kelompok

 PMR dan Pramuka bekerja sama dalam pemberian bantuan

 Polisi dengan TNI saling bekerja sama memberantas preman

 Kelompok A dan Kelomok B saling berdebat atau mendiskusikan sesuatu

 Osis dengan pramuka saling membantu dalam menyukseskan kegiatan tanam 10000 bibit

Syarat-Syarat Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, bahwa interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa dengan dua syarat antara

lain sebagai berikut...

 Kontak Sosial, adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain dimana kontak sosial

merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan saling bereaksi satu dengan yang lain meski tidak

bersentuhan fisik.

 Komunikasi, adalah adanya kegiatan yang saling menafsirkan perilaku yang meliputi pembicaraan,

gerakan fisik,atau sikap dan perasaan-perasaan.

Artikel Terkait:

 Syarat-Syarat Interaksi Sosial

 Pengertian Kontak Sosial: Apa itu Kontak Sosial ?..

 Pengertian Komunikasi: Apa itu Komunikasi ?..

Faktor-Faktor Interaksi Sosial

Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan dari beberapa faktor antara lain sebagai berikut...

a. Sugesti, adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu,

sehingga orang tersebut mengikut pandangan/pengaruh tanpa dengan berpikir panjang.Contoh sugesti

adalah obat impor yang harganya mahal namun karena produk impor dan dianggap manjur dalam

menyembuhkan penyakit. Pernyataan tersebut merupakan sugesti dari harga obat yang mahal dan embel-

embel produk luar negeri.

b.Imitasi, adalah tindakan atau usaha yang dilakukan untuk meniru tindakan orang lain. Imitasi biasanya

tidak dapat disadari dilakukan. Contoh imitasi adalah seorang anak sering meniru kebiasaan-kebiasaan orang
tuanya misalnya cara berbicara, berpakaian, dan makan. Namun imitasi dipengaruhi oleh lingkungannya

khususnya lingkungan sekolah.

c. Identifikasi, adalah kecenderungan atau keingingan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan

orang lain. Akibat dari identifikasi adalah terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi

karena identifikasi dilakukan secara sadar.

d. Simpati, adalah seseorang yang merasa tertarik pada orang lain. Perasaan simpati dapat disampaikan

oleh seseorang atau sekelompok orang atau lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh dari simpati

adalah saat seorang tertimpa musibah. Perasaan simpati biasanya menimbulkan perasaan yang sayang/

e. Motivasi, adalah dorongan yang diberikan kepada seseorang individu kepada individu lainnya. Tujuan

motivasi adalah agar orang yang diberi motivasi atau dorongan untuk menuruti dan bersemangat.

Artikel Terkait:

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Interaksi Sosial

 Faktor-Faktor Terjadinya Interaksi Sosial

 Faktor-Faktor Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial dan Contohnya

Baca Juga:

Pengertian Perubahan Sosial, Teori, Bentuk, Dampak, & Faktor Pembentuknya

Pengertian Norma, Ciri-Ciri, Macam-Macam, & Contoh-Contohnya

Pengertian, Sifat dan Fungsi Pengendalian Sosial

Pengertian, Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Demikianlah informasi mengenai Interaksi Sosial-Pengertian, Bentuk, Ciri, Contoh, Syarat &

Faktor. Semoga teman-teman dapat menerima dan bermanfaat bagi kita semua baik itu pengertian

interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial, ciri-ciri interaksi sosial, contoh-contoh interaksi sosial,

syarat-syarat interaksi sosial, dan faktor-faktor interaksi sosial. Sekian dan terima kasih. Salam Berbagi

Teman-Teman.
SOSIALISASI SEBAGAI PROSES
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Ditulis pada 22 Februari 2011
1. Pengertian Proses Sosialisasi
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, proses sosial adalah pengaruh timbal balik
antara berbagai bidang kehidupan yang berguna. Kehidupan bersama itu dapat dilihat dari beberapa
segi. Misalnya dilihat dari aspek hukum.
Aktivitas sosial itu terjadi karena adanya aktivitas dari manusia dalam hubungannya dengan manusia
lain.
Jadi, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan bentuk utama dari proses sosial.
Keseluruhan kebiasaan yang dimiliki manusia di bidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama,
politik, dan sebagainya harus dipelajari oleh setiap anggota baru masyarakat melalui suatu proses yang
dinamakan sosialisasi. Menurut Berger, sosialisasi sebagai proses melalui bagaimana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Beberapa teori sosialisasi
menurut para ahli sosiolog adalah sebagai berikut:
a. Teori George Herbert Mead
Menurut Mead setiap anggota baru harus mempelajari peran-peran yang ada di dalam masyarakat
yaitu suatu proses yang dinamakan pengambilan peran. Dalam proses ini seorang belajar untuk
mengetahui peran yang harus dijalankan serta peran yang harus dijalankan orang lain. Jadi diri
seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.
b. Teori Charles H. Cooley
Menurut Cooley, seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain melalui tiga tahap,
yaitu:
1. Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadapnya.
2. Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya.
3. Seseorang mempunyai perasaan apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya.
Ia menganalogikan antara pembentukan diri seorang dengan perilaku orang yang sedang bercermin.
Misalnya seseorang siswa memperoleh nilai rendah dalam ujian, ia merasa bahwa para gurunya
menganggapnya bodoh, maka ia kurang dihargai dan siswa tersebut menjadi murung.

2. Agen Sosialisasi
Ada empat agen sosialisasi yaitu keluarga, teman bermain, lingkungan sekolah dan media massa. Misalnya,
surat kabar, majalah, buletin, televisi, radio dan iklan.
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan utama yang dikenal oleh anak. Agen sosialisasi di lingkungan keluarga
meliputi orang tua, saudara kandung bahkan untuk lingkungan besar termasuk kakek, nenek, paman, bibi,
dan sebagainya. Di samping itu bagi keluarga yang memiliki status sosial yang lebih baik, agen sosialisasi
termasuk, pekerja sosial, petugas anak, pembantu dan sebagainya. Peran agen sosialisasi terutama orang tua
sangat penting. Arti pentingnya agen sosialisasi terletak pada pentingnya kemampuan yang harus dikerjakan
kepada anak.
b. Teman bermain
Anak mulai bergaul dengan lingkungan selain keluarganya. Misalnya; tetangganya atau teman sekolahnya,
berarti anak menemukan agen sosialisasi yang lain. Pada lingkungan ini seorang anak mempelajari berbagai
kemampuan baru, dia melakukan interaksi sosial sederajat, anak memasuki game stage yaitu mempelajari
aturan yang mengatur peran orang lain yang kedudukannya sederajat.

c. Lingkungan sekolah

Di lingkungan sekolah atau pendidikan formal seorang anak mulai mempelajari hal-hal baru yang
belum dipelajari dalam lingkungan keluarga maupun kelompok bermain. Pendidikan formal
mempersiapkan penguasaan peran-peran baru yang akan digunakan di kemudian hari, pada saat anak
tidak tergantung pada orang tua lagi. Di lingkungan sekolah, seseorang belajar bahasa (mendengarkan
berbicara, membaca dan menulis), belajar matematika, ilmu pengetahuan sosial dan pelajaran lain-lain.
Di lingkungan sekolah, para siswa belajar kemandirian, prestasi, umum dan khusus.
1. Kemandirian
Jika di rumah anak dapat mengandalkan bantuan orang tuanya dalam melakukan berbagai tugas, maka
di sekolah sebagian besar harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Jadi tidak ada
ketergantungan pada orang lain.
2. Prestasi
Di sekolah anak belajar bersaing dan berprestasi. Setiap tugas-tugas yang diberikan akan memperoleh
penghargaan berupa nilai, berbagai nilai yang diperoleh akan menunjukkan tingkat prestasi seseorang
sehingga seorang anak termotivasi untuk belajar dan meraih prestasi.
3. Umum
Di lingkungan sekolah, setiap anak akan memperoleh perlakuan yang sama (secara umum), berbeda
dengan di lingkungan keluarga, seorang anak cenderung memperoleh perlakuan khusus.
4. Khusus
Di lingkungan sekolah, penilaian terhadap perilaku siswa dibatasi secara khusus. Misalnya penilaian
matematika tidak mempengaruhi mata pelajaran lain, seperti bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan sosial
dan lain-lain. Keberhasilan atau kegagalan ditentukan oleh prestasi secara khusus tiap-tiap mata
pelajaran itu sendiri.
5. Media Masa
Media masa, baik media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet)
merupakan bentuk komunikasi yang dikatagorikan sebagai agen sosialisasi. Pesan-pesan yang
disampaikan baik melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan internet akan mempengaruhi
perilaku seseorang. Misalnya, anak mengikuti gaya mode dan penampilan para artis.
3. Tujuan dan Indikator Keberhasilan Proses Sosialisasi
a. Tujuan sosialisasi
Tujuan sosialiasi yaitu sebagai proses pengenalan diri sendiri dan orang lain dengan perannya masing-
masing. Melalui sosialisasi, seseorang dapat menyesuaikan perilaku yang diharapkan, mengenal dirinya
dan mengembangkan segenap potensinya untuk menjadi anggota masyarakat dengan menanamkan nilai-
nilai dan kepercayaan sebagai pedoman dalam kehidupannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan sosialisasi adalah:
1. Untuk mengenal dan mengetahui lingkungan sosial di mana seseorang individu bertempat tinggal,
misalnya mengenal anggota keluarga (ayah, ibu dan saudara-saudaranya).
2. Untuk mengenal dan mengetahui lingkungan sosial masyarakat. Misalnya mengenal teman bermain,
mengenal tetangga.
3. Untuk mengenal lingkungan alam sekitar. Misalnya mengenal kedudukan tempat tinggalnya di antara
masyarakat dan mengenal lingkungan tempat bekerja.
4. Untuk mengenal sistem nilai-nilai norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat. Misalnya,
mengenal adat istiadat, mengetahui peraturan-peraturan yang berlaku dan sanksi-sanksi yang diterapkan.
5. Untuk mengenal dan mengetahui lingkungan sosial budaya sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
masyarakat.

b. Indikator Keberhasilan Proses Sosialisasi


Keberhasilan seseorang individu dalam proses sosialisasi dapat dilihat dan diukur dari adanya indikasi-
indikasi sebagai berikut:
1. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam sekitarnya, hal ini dapat dan
seorang mengenal keluarga, saudara, tetangga.
2. Dapat berintegrasi dengan lingkungan sosial masyarakat.
3. Adanya peningkatan status dan peranan seseorang dalam usaha peningkatan kasir.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi


Keberhasilan proses sosialisasi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari diri individu, wawasan
biologis, potensi dirinya dan faktor yang berasal dari luar dirinya.
a. Faktor dari dalam
Faktor yang berasal dan dalam individu seseorang meliputi:
1. Bilogis yang meliputi bentuk tubuh, golongan darah, wajah alat indera.
2. Tingkat kecerdasan atau Intelegensi Question (IQ).
3. Tingkat emotional atau Emotional Question (EQ) dan
4. Potensi, bakat, serta keterampilan.
b. Faktor dari luar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi yang berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan masyarakat setempat, lingkungan bermain/pergaulan, lingkungan pendidikan, dan lingkungan
pekerjaan.

5. Pembentukan Kepribadian
a. Faktor-faktor pembentukan kepribadian
Istilah “Kepribadian” adalah sebagai ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memiliki
identitas khusus sebagai individu. Ciri khas tersebut berbeda antara individu yang satu dengan individu
yang lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorangadalah:
1. Faktor keturunan
2. Faktor lingkungan alam
3. Lingkup budaya
4. Situasi
b. Unsur-unsur pembentukan kepribadian
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, dan
secara nyata yang terkandung di dalam otaknya. Seluruh proses akal manusia yang sudah jadi antara lain,
persepsi, apersepsi, pengamatan, konsep maupun fantasi.
2. Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia, karena pengaruh pengetahuannya dinilai
sebagai keadaan positif atau negatif. Adapun dorongan naluri antara lain, dorongan untuk
memperatahankan hidup, dorongan seks, dorongan untuk berbakti, rasa, simpati, cemburu, dorongan akan
kehendak bentuk, warna dan gerak.

c. Tipologi kepribadian
Tipologi kepribadian seseorang menjadi enam tipologi dan masing-masing memiliki karakter dan
kedudukan yang berbeda-beda. Keenam tipologi yang dimaksud adalah:
1. Realistis
Tipe realistis yaitu seseorang yang menyukai kegiatan fisik yang menuntut kererampilan, kekuatan dan
koordinasi.
2. Investigatif
Seseorang yang memiliki tipe investigatif menyukai kegiatan yang mencakup pemikiran, pengorganisasian
dan pemahaman.
3. Sosial
Tipe sosial yaitu seseorang yang menyukai kegiatan yang membantu meringankan beban orang lain.
4. Konversional
Tipe konversional yaitu tipe yang menyukai kegiatan yang diatur dengan peraturan jelas.
5. Enterfising
Tipologi ini menyukai kegiatan di mana selalu ada peluang untuk mempengaruhi orang lain.
6. Artistik
Seseorang dalam tipologi ini menyukai kegiatan yang bersifat mendua, eksperesif, kreatif. Karakternya
imajinatif, tidak teratur, idealis, emosional, tidak praktis. Kedudukannya: tukang cat, pemusik, penulis.

6. Fungsi Nilai dan Norma Sosial


a. Nilai Sosial
1. Pengertian nilai sosial
Nilai adalah suatu ukuran atau patokan yang diyakini dan dijadikan standar pedoman. Nilai sosial berarti
pedoman perilaku yang dianggap baik, pantas dan benar sebagai ukuran perilaku masyarakat.
2. Ciri-ciri nilai sosial
1. Hasil interaksi sosial antar warga masyarakat
2. Bukan pembawaan sejak lahir
3. Terbentuk melalui proses belajar
4. Dapat mempengaruhi perkembangan pribadi
5. Berhubungan satu sama lain dan
6. Bervariasi antara budaya yang satu dengan yang lain.

b. Norma Sosial
1. Pengertian sosial
a. Umumnya tidak tertulis kecuali norma hukum
b. Hasil dan kesepakatan masyarakat
c. Warga masyarakat mentaatinya
d. Mengandung sanksi bagi yang melanggarnya dan
e. Menyebabkan terjadinya perubahan sosial sehingga norma sosial dapat berubah pula.

Menurut Berry, unsur pokok dari norma yaitu tekanan sosial terhadap anggota-anggota masyarakat untuk
menjalankan norma-norma tersebut. Jika aturan-aturan tidak dikuatkan oleh desakan sosial, maka tidak
dapat disebut norma sosial. Adanya desakan sosial itu merupakan ciri, bahwa norma-norma itu benar-benar
telah menjadi norma sosial, sebab norma disebut sebagai norma sosial bukan saja karena telah mendapatkan
sifat kemasyarakatannya akan tetapi telah dijadikan patokan dalam perilaku.

2. Tahap-tahap Norma sosial


Berdasarkan tingkat daya ikat terhadap masyarakat tahap-tahap norma sosial meliputi:

a. Norma cara (Usage)


Norma cara yaitu tata cara yang dianut seseorang dalam melakukan sesuatu.
b. Norma kebiasaan (Folkways)
Norma kebiasaan yaitu suatu aturan yang biasa berlaku di lingkungan masyarakat (biasa dilakukan secara
berulang-ulang).
c. Norma tata kelakuan (Mores)
Suatu norma kebiasaan yang sudah mengakar di masyarakat berkembang menjadi norma tata kelakuan,
norma tata kelakuan digunakan sebagai alat pengawasan oleh masyarakat kepada anggotanya.
d. Norma hukum
Norma hukum yaitu suatu rangkaian aturan yang menjadi pedoman bagi seluruh warga negara. Norma
hukum berisi ketentuan-ketentuan perundang-undangan termasuk peraturan pemerintahan baik pusat
maupun daerah dan keputusan-keputusan pejabat pemerintah yang dijadikan pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, apabila dilanggar dikenakan sanksi hukum baik penjara, denda atau hukuman
mati.

3. Jenis-jenis norma sosial


Dilihat dari bidang-bidang kehidupan yang diaturnya, norma sosial dibagi menjadi 4 jenis antara lain
adalah:
a. Norma kesusilaan dan kesopanan
Norma kesusilaan adalah norma yang bersumber dari perasaan manusia sedangkan norma kesopanan
bersumber pada akal pikiran manusia.
b. Norma adat atau kebiasaan
Norma adat atau kebiasaan yaitu norma yuang mengatur kehidupan bermasyarakat yang dipergunakan
secara berulang-ulang dan dibakukan sebagai pedoman adat dalam kelompok masyarakat tertentu, misalnya
adat perkawinan, adat pembagian warisan, upacara penguburan dan selamatan.
c. Norma Agama
Norma agama yaitu aturan-aturan yang bersumber dan ajaran agama yang mengikat pada penganutnya yang
berisi perintah-perintah maupun larangan bagi penganutnya masing-masing untuk memperoleh kebahagiaan
dunia akhirat, pelanggaran norma tersebut akan dianggap sebagai perbuatan dosa.
d. Norma Hukum
Norma hukum merupakan norma sosial yang dibuat oleh lembaga berwenang untuk dijadikan pedoman
dalam mengatur kehidupan warga negara, dan kehidupan dalam hal ini sanksi bagi yang melanggar dikenai
denda, hukuman penjara, sesuai tingkat kesalahannya.

7. Fungsi Nilai dan Norma Sosial


Maurice Doverger berpendapat bahwa nilai-nilai sosial mencerminkan suatu kualitas referensi dalam
tindakan, memberikan sumbangan yang berarti kepada pembentukan pandangan dunia mereka, memberikan
perasaan identitas kepada masyarakat dan menentukan seperangkat tujuan yang hendak dicapai.
Saparinah Sadli menjelaskan bahwa norma-norma sosial yang menjadi pedoman perilaku manusia
sebenarnya bersumber dari niali-nilai.
Fungsi nilai dan norma-norma sosial antara lain adalah:
1. Sebagai petunjuk perilaku
Nilai dan norma merupakan sesuatu yang mengandung kebaikan yang telah diyakini dan dijadikan pedoman
dalam kehidupan.
2. Sebagai pelindung pihak-pihak yang lemah
Nilai dan norma sosial berlaku secara umum di lingkungan masyarakat. Nilai dan norma membatasi ruang
gerak orang-orang yang kuat untuk melakukan perilaku sekehendaknya.

Report this ad

Report this ad
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

A. Proses Kedatangan Bangsa Barat Hingga Terbentuknya Pemerintahan Kolonial

1. Latar belakang kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia

a. Adanya Perang Salib (1070-1291); Perang ini mengakibatkan kota Konstantinopel


(Byzantium) jatuh ke tangan Turki Utsmani pada tahun 1453. Sehingga penguasa Turki
pada saat itu yakni Sultan Mahmud II menutup pelabuhan Konstantinopel bagi orang-
orang Eropa. Hal ini membuat orang-orang Eropa kesulitan mendapat rempah-rempah.

b. Keinginan mencari rempah-rempah; Keadaan ini karena adanya hal-hal di atas,


sehingga rempah-rempah sulit dicari dan mahal harganya. Oleh sebab itu orang-orang
Eropa berupaya untuk mencari daerah asal rempah-rempah.

c. Penjelajahan samudra; Faktor pendorong penjelajahan samudra diantaranya keinginan


mencari kekayaan (gold), keinginan menyebarkan agama (gospel), keinginan mencari
kejayaan (glory), adanya semangat reconguesta (semangat pembalasan terhadap
kekuasaan Islam di mana pun yang dijumpainya sebagai tindak lanjut dari Perang
Salib), perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, adanya buku Imago Mundi yang
menceritakan perjalanan Marco Polo (1271-1292), adanya teori Heliosentris dari ajaran
Copernicus yang menyatakan bahwa bumi itu bulat.

2. Bangsa Eropa yang melakukan penjelajahan

a. Bangsa Portugis, tokoh yang melakukan penjelajahan diantaranya:

1) Bartholomeu Diaz (1450-1500), berhasil mengarungi samudra hingga ke Benua Afrika


(Tanjung Harapan) pada tahun 1486.

2) Vasco da Gama (1469-1524), berhasil mendarat di Calkuta India pada 22 Mei 1498.

3) Alfonso d’ Albuquerque (1453-1515), berhasil mendarat di Malaka dan merebutnya pada


tahun 1511.

b. Bangsa Spanyol, tokoh yang melakukan penjelajahan diantaranya:

1) Christopher Columbus (1451-1506), bersama Amerigo Vespucci menemukan Benua


Amerika.

2) Ferdinand Magelhaens (1519-1521), melakukan ekspedisi hingga ke Kepulauan Filipina


pada tahun 1920.

3) Ferdinand Cortez, berhasil menduduki Mexico tahun 1519 dengan menaklukkan suku
Indian yaitu Kerajaan Aztec dan suku Maya di Yucatan.

4) Pizzaro, berhasil menaklukkan kerajaan Indian di Peru yaitu suku Inca tahun 1530.

c. Bangsa Inggris, tokoh yang melakukan penjelajahan diantaranya:


1) Sir Francis Drake (1577-1580), melakukan pelayaran keliling dunia hingga memborong
rempah-rempah di Ternate.

2) Pilgrim Fathers, melakukan pelayaran pada tahun 1607 hingga mendarat di Amerika
Utara.

3) Sir James Lancester berhasil mendarat di Aceh dan Penang pada tahun 1591, pada
tahun 1602 berhasil mendarat di Aceh yang dilanjutkan ke Banten.

4) Sir Henry Middleton, pada tahun 1604 berhasil mendarat di Ternate, Tidore, Ambon dan
Banda.

5) William Dampier, pada tahun 1688 berhasil mendarat di Australia kemudian melanjutkan
pelayaran dengan menelusuri pantai ke arah Utara.

6) James Cook, pada tahun 1770 berhasil mendarat di Pantai Timur Australia sehingga
diklaim sebagai penemu Benua Australia.

d. Bangsa Belanda, tokoh yang melakukan penjelajahan diantaranya:

1) Barentz, pada tahun 1594 mencari daerah Timur (Asia) melalui jalur lain yaitu ke Utara.

2) Cornelis de Houtman, pada tahun 1596 berhasil mendarat di Banten.

3) Jacob van Neck, berhasil mendarat di Banten pada 28 November 1598 dan berhasil
mendapatkan rempah-rempah yang banyak. Sehingga banyak pedagang Belanda yang
datang ke Indonesia. Atas usulan Johan van Oldenbarnevelt dibentuklah kongsi dagang
Belanda pada 20 Maret 1602 yang bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie
(VOC). VOC dipimpin oleh Gubernur Jenderal, sebagai Gubernur Jenderal yang pertama
yaitu Gubernur Jenderal Pieter Both pada tahun 1609. Kemudian diganti oleh Gubernur
Jenderal Jan Pieter Zoon Coen tahun 1617.

Tujuan dari pembentukan kongsi dagang ini adalah menghindarkan persaingan yang
tidak sehat antarpedagang Belanda sendiri, memperkuat posisi Belanda dalam
menghadapi persaingan dengan pedagang-pedagang Eropa lain misalnya East India
Company (EIC), membantu pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi
Spanyol yang menguasainya, melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.

Dalam menjalankan tugasnya, VOC memiliki hak khusus yaitu hak oktroi (hak untuk
dapat bertindak sebagai negara sendiri). Hak tersebut meliputi memonopoli
perdagangan, memiliki tentara sendiri dan mendirikan benteng-benteng, mencetak dan
mengedarkan mata uang sendiri, mengangkat pegawai dari kalangan Belanda atau
pribumi, membuat peradilan sendiri, memerintah di negeri jajahan.

Setelah berkuasa ± 200 tahun, VOC mengalami kebangkrutan dan dibubarkan pada
tanggal 31 Desember 1799. Hal ini disebabkan kas VOC kosong, pegawai VOC yang
korupsi, banyaknya biaya untuk perang, tidak mampu bersaing dengan kongsi dagang
lain, adanya perdagangan gelap.
4) Abel Tasman, berhasil berlayar mencapai perairan di sebelah Tenggara Australia dan
menemukan Pulau Tasmania pada tahun 1642.

B. Kebijakan Pemerintah Kolonial serta Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Ekonomi Rakyat

1. Kebijakan pemerintahan kolonial pada masa Herman Willem Daendels (1808-1811)

Gubernur Jenderal Daendels di kirim ke Indonesia pada tanggal 1 Januari 1808 atas
perintah dari Kaisar Louis Napoleon Bonaparte dari Prancis. Tugas utama dari Daendels
yaitu mempertahankan Pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Untuk
melaksanakan tugasnya tersebut Daendels mengambil langkah-langkah yaitu merekrut
tentara, pendirian benteng, pabrik mesiu/senjata di Semarang dan Surabaya serta rumah
sakit tentara; membuat jalan dari Anyer sampai Panarukan dengan panjang sekitar 1.100
km; membangun pelabuhan di Anyer dan Ujung Kulon untuk kepentingan perang;
memberlakukan kerja rodi atau kerja paksa untuk membangun pangkalan tentara.

Untuk memperoleh dana guna membiayai program-programnya tersebut, Daendels


melakukan tindakan yaitu contingenten (kewajiban menyerahkan sebagian hasil
bumi), verplichte leverantie (kewajiban rakyat menjual hasil bumi
kepada Belanda), preanger stelsel (kewajiban bagi rakyat Priangan menanam kopi),
menjual tanah-tanah milik negara kepada kalangan kaum swasta.

Karena langkah-langkahnya yang kejam tersebut, maka Kaisar Louis Napoleon


Bonaparte pada tahun 1811 menarik Daendels kembali ke negeri Belanda dan
digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens.

2. Kebijakan pemerintahan kolonial pada masa Jan Willem Janssens (1811)

Sebagai seorang Gubernur Jenderal, ternyata Janssens seorang yang lemah dan
kurang cakap. Pada saat Inggris melakukan serangan ke Jawa, Janssens tidak dapat
berbuat banyak. Ia menyerah kepada Inggris dan menandatangani perjanjian yang
disebut Kapitulasi Tuntang pada 17 September 1811. Di mana isi dari perjanjian tersebut
yaitu seluruh militer Belanda yang berada di wilayah Asia Timur harus diserahkan
kepada Inggris dan menjadi tawanan militer Inggris, utang pemerintah Belanda tidak
diakui oleh Inggris, Pulau Jawa dan Madura serta semua pelabuhan Belanda di luar
Jawa menjadi daerah kekuasaan Inggris. Atas dasar perjanjian tersebut Indonesia
dikuasai Inggris dengan Thomas Stamford Raffles sebagai Gubernur Jenderalnya.

3. Kebijakan pemerintah pada masa Thomas Stamford Raffles (1811-1816)

a. Bidang ekonomi, diantaranya:

1) Menghapus kebijakan contingenten dari Daendels dan menggantinya dengan sistem


sewa tanah (landrente).

2) Menjual tanah antara lain di Surabaya, Semarang, Surakarta, Priangan, dan Karawang
kepada kalangan Partikelir.
3) Penghapusan pajak dan penyerahan wajib hasil bumi juga dihapuskan.

4) Penghapusan kerja rodi dan perbudakan.

5) Penghapusan sistem monopoli.

Sistem sewa tanah yang diterapkan oleh Raffles mengalami kegagalan, karena:
besar kecilnya pajak bagi setiap pemilik tanah sulit ditentukan, jumlah pegawai yang
sangat terbatas, masyarakat pedesaan belum mengenal uang.

b. Bidang pemerintahan diantaranya:

1) Membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan termasuk Yogyakarta dan Surakarta.

2) Membentuk Badan Pengadilan (landroad) di setiap karesidenan.

3) Menjadikan para Bupati sebagai pegawai pemerintahan dengan memberi gaji setiap
bulan.

c. Sumbangan Raffles yang diberikan kepada Indonesia diantaranya:

1) Membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pengadilan Inggris.

2) Menulis buku yang berjudul History of Java.

3) Menemukan bunga Rafflesia-Arnoldi.

4) Merintis adanya Kebun Raya Bogor.

Karena adanya perubahan politik di Eropa, mengakibatkan pemerintahan di


Indonesia juga berubah. Menyerahnya Kaisar Louis Napoleon Bonaparte kepada Inggris
membuat Belanda lepas dari Prancis. Pada tahun 1814, Belanda dan Inggris melakukan
pertemuan di London yang hasilnya termuat dalam Convention of London yang berisi
penyerahan kembali daerah kekuasaan kepada pihak Belanda yang dulu direbut Inggris
termasuk Indonesia. Penyerahan wilayah Hindia Belanda dari Inggris kepada Belanda
berlangsung di Batavia pada tanggal 19 Agustus 1816. Inggris diwakili oleh John Fendall
dan Belanda diwakili oleh Mr. Ellout, van der Capellen dan Buyskes.

4. Kebijakan pemerintah kolonial Belanda II

a. Tanam paksa (cultuur stelsel)

1) Pengertian tanam paksa

Sistem tanam paksa adalah kebijakan yang mewajibkan petani menyerahkan


tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasar internasional seperti kopi, teh, lada,
kina, dan tembakau.

2) Latar belakang diberlakukannya tanam paksa


Latar belakang diberlakukannya tanam paksa yaitu untuk memperoleh pendapatan
sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat agar utang Belanda cepat diatasi. Sistem
tanam paksa dilaksanakan pada masa pemerintahan Johannes van den Bosch.

3) Ketentuan-ketentuan Tanam Paksa termuat di dalam Staatblat (Lembaran Negara) No.


22 Tahun 1834, yang isinya sebagai berikut:

a) Rakyat wajib menyiapkan 1/5 dari lahan garapan untuk ditanami tanaman wajib.

b) Lahan tanaman wajib bebas pajak, karena hasil yang disetor sebagai pajak.

c) Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak akan dikembalikan.

d) Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib, tidak boleh
melebihi waktu yang diperlukan untuk menanam padi.

e) Rakyat yang tidak memiliki tanah wajib bekerja selama 66 hari dalam setahun di
perkebunan atau pabrik milik pemerintah.

f) Jika terjadi kerusakan atau gagal panen, menjadi tanggung jawab pemerintah.

g) Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada para penguasa pribumi


(kepala desa).

Dalam pelaksanaan tanam paksa banyak mengalami pelanggaran dari ketentuan


semula, banyak petani dan pribumi yang sangat dirugikan. Pelanggaran yang lain yaitu
adanya cultuur procenten (hadiah yang diberikan kepada pegawai tanam paksa bila
dapat menyetorkan hasil melebihi ketentuan yang ditetapkan).

Dampak yang diakibatkan dari tanam paksa yaitu menimbulkan reaksi dari Belanda
sendiri, di mana terjadi pertentangan antara golongan liberal dan humanis terhadap
pelaksanaan sistem tanam paksa. Tokoh yang menentang sistem tanam paksa
diantaranya:

1) Baron van Hoevell (1812-1879) berupaya menghapus tanam paksa melalui parlemen.

2) Edward Douwes Dekker (1820-1887) menulis buku Max Havelaar (1860) yang
menceritakan tentang keadaan pemerintahan kolonial yang bersifat menindas dan korup
di Jawa. Dalam bukunya tersebut ia menggunakan nama samaran yaitu Multatuli.

3) Fransen van de Putte menerbitkan artikel Suiker Contracten (perjanjian gula).

Menghadapi berbagai reaksi yang ada, pemerintah Belanda mulai menghapus


sistem tanam paksa secara bertahap. Tanam paksa lada dihapus pada tahun 1860,
tanam paksa nila dan teh dihapus pada tahun 1865. Dan sistem tanam paksa secara
resmi dihapuskan pada tahun 1870 berdasarkan UU Landreform (UU Agraria).

b. Pelaksanaan politik pintu terbuka

Untuk mengganti sistem tanam paksa yang diterapkan Belanda di Indonesia,


pemerintah Belanda menerapkan kebijakan politik liberal (politik pintu terbuka). Untuk
melaksanakan politik tersebut pemerintah Belanda mengeluarkan UU Agraria tahun
1870, yang pokok-pokoknya berisi tentang: Pribumi diberi hak memiliki tanah dan
menyewakannya kepada pengusaha swasta; Pengusaha dapat menyewa tanah dari
gubernemen dalam jangka waktu 75 tahun.

Selain UU Agraria 1870, pemerintah Belanda juga mengeluarkan UU Gula (Suiker


Wet) tahun 1870. Isi dari UU ini yaitu: Perusahaan-perusahaan gula milik pemerintah
akan dihapus secara bertahap; Pada tahun 1891 semua perusahaan gula milik
pemerintah harus sudah diambil alih oleh swasta.

c. Politik etis

Politik ini dikemukakan oleh van Deventer dan disebut politik balas budi karena
Belanda memiliki banyak utang budi kepada rakyat Indonesia yang dianggap telah
membantu kemakmuran Belanda. Dalam politik ini berisi tentang tiga hal yang sering
disebut Trilogi van Deventer. Isi dari trilogi van Deventer yaitu: Irigasi (pengairan);
Edukasi (pendidikan); Migrasi (perpindahan penduduk).

C. Perbedaan Pengaruh Kolonial

Kolonialisme sangat memengaruhi kehidupan di Indonesia. Pengaruh kolonial Barat


mencakup aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya. Akan tetapi pengaruh di satu
daerah dengan daerah lain dapat berbeda, hal ini tergantung dari adanya:

1. Persaingan bangsa Eropa dalam menguasai wilayah Indonesia sehingga diperlukan


kekuatan untuk tetap mengusainya.

2. Daerah jajahan yang strategis dalam jalur pelayaran dan perdagangan internasional.

3. Perbedaan persebaran sumber daya alam dan sumber daya manusia.

4. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial.

Daerah Indonesia yang dijadikan sebagai pusat kolonial yaitu Pulau Jawa, selain itu
di pulau ini juga dijadikan sebagai tempat perkebunan, pertanian, pertambangan,
maupun pemerintahan. Sehingga Pulau Jawa lebih cepat berkembang bila dibanding
dengan pulau-pulau lain di Indonesia.
Kesadaran Nasional dan Identitas Pergerakan Kebangsaan Indonesia

A. Pengaruh Perluasan Kekuasaan Kolonial, Perkembangan Pendidikan Barat dan Islam


Terhadap Munculnya Nasionalisme Indonesia

1. Perluasan kekuasaan kolonial

Kembalinya Belanda menjajah Indonesia sangat menyengsarakan rakyat. Hal ini


dibuktikan dengan semakin luasnya pemerintahan kolonial, mempersempit kekuasaan
pemerintahan pribumi serta adanya eksploitasi kekayaan Indonesia secara besar-
besaran oleh Belanda baik sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya.
Tindakan Belanda inilah yang mendorong terjadinya perlawanan baik dari negeri
Belanda sendiri maupun dari bangsa Indonesia seperti dari kalangan bangsawan, ulama
maupun dari rakyat Indonesia.

Akibat dari itu semua muncul politik balas budi atau politik etis. Politik ini
dikemukakan oleh Mr. Conrad Theodor van Deventer pada tahun 1899. Ia mengkritik
pemerintah Belanda yang ditulis dan dimuat dalam jurnal Belanda, De Gids dengan judul
Een eereschuld yang menjelaskan bahwa kekosongan kas negeri Belanda telah dapat
diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah
Belanda harus menyejahterakan masyarakat Indonesia dengan jalan meringankan
beban penderitaan, memajukan pendidikan serta menghilangkan faktor-faktor
penghambat kemajuan. Untuk itu van Deventer mengusulkan kepada pemerintah
Belanda untuk melaksanakan programnya yang dituangkan dalam Trilogi van Deventer
yaitu: emigrasi (memindahkan penduduk), irigasi (membangun sarana pengairan
pertanian), edukasi (mengadakan pendidikan/pengajaran bagi penduduk pribumi
Indonesia).

2. Perkembangan pendidikan Barat masa kolonial Belanda

Sejak diberlakukannya politik etis, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh


pemerintah Belanda di Indonesia. Tujuan didirikan sekolah bagi Belanda yaitu untuk
mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat
membaca dengan gaji yang murah. Dengan demikian, politik etis ini tetap dikendalikan
oleh pemerintah Belanda. Berikut sekolah-sekolah pada masa kolonial Belanda:

a. Pendidikan setingkat SD meliputi:

1) ELS (Europese Leger School) untuk keturunan bangsawan Indonesia yang merupakan
sekolah kelas satu.

2) TKS (Twede Klasse School) untuk golongan pribumi yang merupakan sekolah kelas
dua.

b. Pendidikan setingkat SMP/SMA:

1) Sekolah setingkat SMP diantaranya


a) HBS (Hogere Burger School)

b) MULO (Meer Uitegbreit Ondewijs)

2) Sekolah Menengah Umum seperti

a) AMS (Algemene Middelbare school)

b) Sekolah Kejuruan seperti Kweekschoolen (guru pribumi) dan Normaal School.

c. Perguruan Tinggi meliputi:

1) Sekolah Tinggi Teknik (Technishe Hooge School)

2) Sekolah Kedokteran Jawa seperti STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen)
dan GHS (Geeneeskundige Hooge School)

3) Sekolah Tinggi Hukum (Rechtschool)

4) Sekolah Pelatihan Pegawai Pribumi seperti OSVIA (Opleiding Scholen voor Inlansche
Ambtenaren) dan Hoofdenscholen.

3. Perkembangan pendidikan Islam

Perkembangan pendidikan Islam dalam bentuk pendidikan di surau atau langgar,


pesantren dan madrasah. Walaupun memelajari tentang Islam, tapi pengetahuan umum
lainnya juga sudah mulai diberikan para santri atau murid. Oleh sebab itu muncul
penggabungan metode Islam tradisional dengan metode modern Barat yang tetap
berlandaskan pada Islam.

Dengan berdirinya sekolah-sekolah Islam yang formal, maka pendidikan Islam


berkembang dan tidak terbatas di pondok-pondok pesantren tetapi juga dalam bentuk
sekolah-sekolah umum. Seiring munculnya sekolah umum yang bernapaskan Islam
tersebut juga memunculkan tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim. Dan
tokoh-tokoh tersebut banyak yang menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan
kemerdekaan. Karena mayoritas penduduk Indonesia muslim maka tokoh nasional yang
bercorak Islam dapat dengan mudah membentuk kekuatan Islam untuk membangun
bangsa yang merdeka dan berdaulat melawan kolonial Belanda.

B. Peranan Golongan Terpelajar, Profesional dan Pers dalam Menumbuhkembangkan


Kesadaran Nasional Indonesia

1. Peranan golongan terpelajar dan profesional

Berdirinya sekolah-sekolah baik yang didirikan oleh Belanda maupun oleh tokoh-
tokoh bangsa Indonesia mendorong terbentuknya kelompok terpelajar yang disebut
priyai. Dengan munculnya golongan terpelajar ini maka perjuangan Indonesia untuk
menumbuhkan nasionalisme menggunakan pendidikan dan media massa. Oleh sebab
itu dengan munculnya golongan terpelajar ini perjuangan bangsa Indonesia sudah dapat
diarahkan yang semula menggunakan kekuatan fisik, bersifat sporadis dan bergantung
pada seorang pemimpin berubah menjadi dalam bentuk organisasi nasional. Tokoh-
tokoh terpelajar dan profesional diantaranya Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Ki
Hajar Dewantara, Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ir. Soekarno.

2. Peranan pers

Peranan pers dalam menumbuhkan semangat nasionalisme sangatlah penting,


karena dalam hal ini pers memberikan informasi selain itu juga memberikan suatu
pendapat kepada masyarakat apa yang diinformasikannya tersebut. Pers mampu
memberikan sumbangan terhadap timbulnya kesadaran bangsa Indonesia. Beberapa
pers yang diterbitkan oleh partai politik diantaranya Retno Dumillah dan Darmo Kondo
(Budi Utomo); Tjahaja Timoer, Kaoem Moeda, De Expres dan Het Tijdshrift (Indische
Partij); Oetoesan Hindia, Kromo Mardika dan Pancaran Warta (Serikat Islam); Sinar
Hindia, Kromo Mardika dan Doenia Merdeka (PKI); Hindia Poetra dan Indonesia
Merdeka (Perhimpinan Indonesia).

Surat kabar yang mempengaruhi kesadaran rakyat Indonesia, diantaranya: Bintang


Soerabaya (1861) di Surabaya yang dipimpin oleh Courant H Hommer; Medan Prijaji
(1907) di Bandung yang dipimpin R.M. Tirto Adisuryo; De Expres (1912) di Bandung
yang dipimpin oleh Douwes Dekker; Saroetomo (1912) di Surakarta; Oetoesan Hindia
(1913) di Surabaya yang dipimpin oleh HOS. Tjokroaminoto, Seobroto dan Tirtodanudjo;
Hindia Poetra (1916) di Belanda; Indonesia Merdeka (1924) di Beland
PROSES TERBENTUKNYA KESADARAN NASIONAL,
IDENTITAS INDONESIA, DAN PERKEMBANGAN
PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA
PUBLISHED 10 APRIL 2012 BY GURU IPS SMPN 1 GEMPOL-CIREBON

Kesadaran nasional adalah suatu sikap yang dimiliki suatu bangsa berkaitan dengan tanggung
jawab hak dan kewajibannya. Kesadaran nasional ini tumbuh setelah memahami sejarah
bangsanya. Dengan adanya kesadaran nasional akan mampu menumbuhkan semangat untuk
bertindak menentang penjajahan. Salah satu wujud adanya kesadaran itu adalah pertumbuhan
organisasi pergerakan nasional seperti BU, SI, Insulinde, Indische Partij, dan sebagainya.
Disamping itu juga muncul strstegi perjuangan seperti melalui cara kooperasi dan non koperasi.
Bangsa Indonesia memperingati hari Kebangkitan Nasionalnya setiap tanggal 20 Mei. Hal ini
mengingatkan kita akan lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mai 1908.

A. PENGARUH PERLUASAN KEKUASAAN KOLONIAL, PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BARAT DAN


PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP MUNCULNYA NASIONALISME INDONESIA.

1. Pengaruh Perluasan Kekuasaan Kolonial Terhadap Munculnya Nasionalisme Indonesia


Seiring dengan semakin luasnya kekuasaan kolonial di Indonesia, muncul perasaan senasib
sepenanggungan yang dirasakan oleh rakyat di berbagai daerah. Penderitaan dan perlakuan
kejam yang dilakukan pihak penjajah telah menyadarkan rakyat di berbagai daerah bawa
bangsanya terjajah. Hal inilah yang memunculkan semangat nasionalisme Indonesia. Semangat
bahwa bahwa mereka harus melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
2. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat Terhadap Munculnya Nasionalisme Indonesia
Salah satu dampak pelaksanaan Politik Etis adalah melahirkan golongan cerdik, karena berkat
diselenggarakannya pendidikan (cendikiawan). Sekolah-sekolah yang ada pada waktu itu adalah
HIS (Holands Inlandsche School) yang diperuntukkan bagi keturunan Indonesia asli yang berada
pada golongan atas, sedangkan untuk golongan Indonesia asli dari kelas bawah disediakan
sekolah kelas dua. Dalam pendidikan tingkat menengah disediakan HBS (Hogere Burger School),
MULO (Meer Uiterbreit Ondewijs), AMS (Algemene Middlebared School). Di samping itu ada
beberapa sekolah kejuruan/keguruan seperti Kweek School, Normal School. Adapun untuk
pendidikan tinggi, ada Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Institut or Hoger Technisch Ondewijs in
Netherlands Indie), Sekolah Tinggi Hukum (Rechshool), dan SekolahTinggi Kedokteran yang
berkembang sejak dari Sekolah Dokter Jawa, Stovia Nias, dan GHS (Geneeskundige Hooge School).
Pendidikan kesehatan (kedokteran tersebut di atas) yang sejak 2 Januari 1849 semula lahir
sebagai sekolah dokter Jawa, kemudian pada tahun 1875 diubah menjadi Ahli Kesehatan Bumi
Putra (Inlaends Geneekundige). Dalam perkembangannya pada tahun1902 menjadi Dokter Bumi
Putra (Inlands Arts). Sekolah ini diberinama STOVIA (School Tot Opleideng Van Indische Artsen)
kemudian pada tahun 1913 diubah menjadi NIAS (NetherlandsIndische Artesen School).
Dengan kemajuan di bidang pendidikan ini melahirkan golongan cerdik dan pandai yang mulai
memikirkan perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajah.
3. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam Terhadap Munculnya Nasionalisme Indonesia
Pertumbuhan corak pendidikan modern yang diusahakan oleh pemerintah, juga mempengaruhi
tumbuhnya sekolah swasta. Beberapa perguruan swasta seperti Taman Siswa, Ksatrian Institut,
INS Kayutanam dan Perguruan Rakyat berusaha juga mengembangkan budaya nasional untuk
mengimbangi pengaruh budaya Barat. Di samping itu sekolah-sekolah agama mulai pula
memperbaharui sistem dan metode pengajaran mereka. Berbagai jenis pengajaran umum mulai
diperkenalkan, terutama sekolah-sekolah yang diusahakan oleh pembaharu-pembaharu Islam. Di
beberapa daerah, sekolah jenis ini berkembang dengan pesat, seperti sekolah-sekolah Islam di
Sumatera Barat dan sekolah yang diusahakan oleh Muhammadiyah mau pun Sarekat Islam.
Pendidikan Islam tidak hanya melalui jenis sekolah agama, tetapi juga melalui pesantren,
madrasah dan surau. Pesantren dan madrasah yang digerakkan oleh kaum reformis Islam
merupakan jenis sekolah yang coraknya bertolak belakang dengan sekolah yang didirikan oleh
pemerintah, baik dari sudut isi pengajaran, cara pendidikan maupun dari kemungkinan yang bisa
diharapkan oleh seorang siswa. Sekolah yang berusaha untuk memberi dasar ideologi antara lain
Taman Siswa, INS Kayutanam dan Muhammadiyah. Terutama di sekolah Muhammadiyah, siswa
dididik selain pelajaran agama, juga pelajaran umum. Akibat lain dari meluasnya pengajaran ini
ialah berkembangnya berbagai ideologi. Karena pelajar berasal dari berbagai daerah dan
lingkungan budaya serta tingkat sosial dan ekonomi yang berbeda, cara mereka menilai
lingkungan berbeda-beda pula. Karena rumusan cita-cita mereka berbeda-beda pula. Sebagian
dari mereka mengkaitkan diri dengankebangkitan Islam.
Dari hasil pendidikan Islam, akan muncul pula cendikiawan Islam, ulama dan kyai yang
mempelopori Pergerakan Nasional. Mereka mendorong masyarakat untuk mencintai tanah air
dan agamanya. Pergerakan tersebut tidak hanya bersifat kedaerahan tetapi terus meluas ke
Nasional. Akhirnya munculah jiwa Nasionalisme Indonesia.

B. PERANAN GOLONGAN TERPELAJAR, PROFESIONAL DAN PERS DALAM MENUMBUHKEM-


BANGKAN KESADARAN NASIONAL INDONESIA.
1. Peranan Golongan Terpelajar dan Profesional dalam Menumbuhkembangkan Kesadaran
Nasional Indonesia
Dalam menumbuhkan golongan terpelajar ini pengaruh sistim pendidikan Barat, terutama di
perguruan tinggi, sangat menonjol. Dengan ilmu, mereka mencari ide dan pemikiran sendiri untuk
kemajuan masyarakat. Keahlian seseorang dalam suatu ilmu mendesak keturunan sebagai ukuran
bagi penentuan status seseorang. Kaum terpelajar yang tumbuh menjadi elite nasional sadar
bahwa belenggu tradisional yang mengikat daerah-daerah, dan juga diskriminasi rasial yang
dijalankan pemerintah kolonial, sangat menghambat bagi cita-cita nasionalisme Indonesia, yaitu
menggalang persatuan nasional dan mencapai kemerdekaan nasional.
Elite nasional yang telah mempunyai dasar baru dalam memandang masyarakat sekitarnya, yaitu
nasionalisme Indonesia, berusaha merubah pandangan yang bertolak dari lingkungan daerahnya
masing-masing. Mereka yakin bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia hanya akan berhasil
apabila nasionalisme telah tumbuh dengan subur sehingga merupakan kekuatan yang merata
yang mengikat semua suku di Indonesia dalam ikatan persatuan nasional yang kokoh. Mereka
juga sadar bahwa untuk mempercepat proses tercapainya hal tersebut perlu diadakan organisasi
terhadap rakyat dengan membentuk partai dan perserikatan massa yang mempunyai
keanggotaan luas.
Ada beberapa faktor yang memudahkan proses pertumbuhan nasionalisme itu, yakni :
pendidikan, bahasa dan media komunikasi massa (surat kabar, majalah, buku, dan brosur).
Pemimpin-pemimpin pergerakan nasional sadar, bahwa langkah pertama untuk mengembangkan
nasionalisme adalah melalui pendidikan. Karena itu partai-partai politik maupun tokoh nasionalis
secara perorangan mendirikan sekolah-sekolah (dengan berbagai macam dan tingkat) yang
tujuannya di samping untuk mendidik kader-kader partai juga mendidik murid-muridnya dalam
iklim nasionalisme. Adalah menarik bahwa kaum ibu Indonesia yang dipelopori oleh R.A. Kartini
juga telah membantu pertumbuhan nasionalisme di kalangan kaum wanita. Kongres Wanita
Pertama tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta memperkuat peranan wanita dalam
Pergerakan Nasional. Puncak peranan elite nasional dalam menumbuhkan nasionalisme tercapai
dengan diucapkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda di
Jakarta. Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa : Indonesia. Di sini dengan tegas telah dipatrikan arti
nasionalisme Indonesia untuk wilayah dari Sabang sampai Merauke. Semenjak itu bahasa Melayu
disebut bahasa Indonesia, yang penggunaannya kemudian semakin luas. Lagu Indonesia Raya
karangan W.R. Supratman yang diperdengarkan pada Kongres Pemuda tahun 1928 itu makin
memantapkan rasa nasionalisme itu.
Peranan para profesional yang terdiri dari para dokter, ahli hukum, insinyur, seniman, ahli
pertanian, ahli kehewanan, para pendidik, dengan kesadarannya menulis di dalam pers Indonesia
dan organisasi pergerakan. Dengan demikian, mereka telah ikut serta dalam pendidikan nasional
bagi rakyat Indonesia.
2. Peranan Pers dalam Menumbuhkembangkan Kesadaran Nasional Indonesia
Pers atau media komunikasi memegang peranan sangat penting dalam menyadarkan rakyat
Indonesia dalam menempuh perjuangan.Di bidang media komunikasi massa puluhan surat kabar
dan majalah yang diterbitkan oleh orang Indonesia pada waktu itu. Menyerukan agar rakyat
Indonesia bangkit dan bersatu-padu untuk menghadapi imperialisme, kolonialisme, dan
kapitalisme Belanda. Kemiskinan, kesengsaraan dan keterbelakangan sebagai rakyat terjajah akan
dapat diatasi apabila rakyat di tiap daerah bersatu untuk berjuang mencapai kemerdekaan.
Pers memang merupakan alat komunikasi massa yang sangat tepat untuk menggerakkan
semangat perjuangan karena langsung berhubungan dengan masyarakat luas. Meskipun pers
masih terbatas pada pers cetak yang jumlahnya masih terlalu sedikit, ternyata peranannya sangat
besar. Khususnya dalam membangkitkan rasa kebangsaan dan persatuan. Melalui pers
perkembangan setiap pergerakan dapat segera diketahui masyarakat, baik masyarakat
pergerakan maupun masyarakat pada umumnya. Sejalan dengan perkembangan pergerakan,
berkembang pula kesadaran masyarakat akan arti pers dalam perjuangan mencapai
kemerdekaan. Pers yang ada pada waktu itu, pada umumnya berupa harian surat kabar dan
majalah. Beberapa surat kabar yang terkenal waktu itu ialah De Expres, Oetoesan Hindia , dan
lain-lain.
Majalah yang banyak pengaruhnya adalah Indonesia Merdeka yang diterbitkan oleh Perhimpunan
Indonesia di negeri Belanda. Tidak heran bila banyak dari surat kabar dan majalah itu dibrangus
oleh pemerintah kolonial karena dipandang sangat berbahaya.
Contoh surat kabar yang terbit, yang sangat mempengaruhi kesadaran rakyat
Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut.
1.Bintang Soerabaja (1861) di Surabaya
2.Medan Prijaji (1907) di Bandung
3.De Expres (1912) di Bandung
4.Oetoesan Hindia (1913) di Surabaya
5.Saroetomo (1912) di Surakarta
6.Hindia Putera (1916) di Belanda
7.Indonesia Merdeka (1924) di Belanda

C. PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL DARI YANG BERSIFAT ETNIK, KEDAERAHAN,


KEAGAMAAN SAMPAI TERBENTUKNYA NASIONALISME INDONESIA.
Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa, memiliki akar kata Natie (Belanda), atau nation
(Inggris) yang berarti bangsa. Nasionalisme adalah faham yang berkaitan denga kecintaan
terhadap tanah air. Orang yang bersifat nasionalis adalah orang yang mencintai bangsa dan tanah
airnya. Kehadiran Jong Java mendorong lahirnya beberapa perkumpulan serupa, seperti lahirnya
Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Selebes,
Timorees ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia/ Jong
Indonesia, Jong Islamienten Bond, Kepanduan, dan sebagainya. Semua organisasi tersebut
mendorong timbulnya kesadaran nasional bangsa Indonesia.
1. Budi Utomo (BU)
Budi Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional Indonesia memiliki semboyan hendak
meningkatkan martabat rakyat. Mas Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo, seorang memajukan
pendidikan di Indonesia. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, didirikan Studie Fond. Studie ini
merupakan badan yang bertujuan mengumpulkan dana untuk memberikan kesempatan yang
lebih luas kepada bangsa Indonesia dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Cita-cita luhur itu ternyata kurang memperoleh dukungan, khususnya, dari golongan priyayi.
Usaha Wahidin Sudiro Husodo tersebut, ternyata mempengaruhi jiwa Sutomo, seorang
mahasiswa STOVIA Jakarta. Pada tanggal 20 Mei 1908, para mahasiswa STOVIA
memproklamasikan berdirinya Budi Utomo. Pada kesempatan itu, Sutomo ditunjuk sebagai
ketuanya. Organisasi yang baru berdiri itu menentukan keanggotaannya, dari golongan terpelajar
(intelektual). Pada awalnya, Budi Utomo bukanlah organisasi politik. Hal itu dapat dilihat dari
tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengupayakan hubungan kekeluargaan atas segenap bangsa Bumi Putera,
b. Mengadakan perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,
c. Mendirikan badan wakaf yang akan mengumpulkan dana untuk kepentingan belanja anak-
anak sekolah, dan
d. Memajukan kebudayaan dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam upaya
mencapai kehidupan yang layak.

Budi Utomo merupakan pelopor organisasi moderen. Organissi ini menjadi model bagi gerakan
berikutnya. Walaupun ruang lingkup kegiatan Budi Utomo terbatas pada golongan terpelajar dan
wilayahnya meliputi Jawa, Madura dan Bali, akan tetapi Budi Utomo menjadi tonggak awal
kebangkitan nasional. Karena itu, oleh Bangsa Indonesia, kelahiran Budi Utomodiperingati sebagai
Hari Kebangkitan Nasional Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik
Indonesia, Nomor 31, tanggal 16 Desember 1959.
2. Sarekat Islam (SI)
Semula, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tahun 1911 oleh
Haji Samanhudi. Kelahiran SDI didorong dengan adanya keinginan untuk bersaing dengan
pedagang Tionghoa dalam monopoli perdagangan batik di Solo. Dengan sistem monopoli yang
dilakukan oleh para pedagang Tionghoa itu, para pengrajin batik yang ada di Solo sangat
dirugikan, terutama dalam penentuan harga.
SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud untuk memajukan perdagangan di
bawah panji-panji Islam, SDI juga memiliki tujuan seperti yang terumus dalam anggaran dasarnya
sebagai berikut :
a. Mengembangkan jiwa berdagang,
b. Memberi bantuan kepada para anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. Memajukan pengajaran dan mempercepat naiknya derajat Bangsa Bumi Putra, dan
d. Menggalang persatuan umat Islam khususnya dalam memajukan kehidupan Agama Islam.
Ruang lingkup keanggotaan SDI terbatas (hanya pedagang yang beragama Islam). Itu merupakan
penghalang bagi upaya SDI untuk menjangkau keanggotaan yang lebih luas. Oleh karena itu, ada
keinginan agar SDI menjelma menjadi organisasi massa. Untuk itu, pada tahun 1912, Sarekat
Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Dengan perubahan itu, Sarekat Islam menjadi
organisasi yang terbuka sehingga memungkinkan untuk menjangkau keanggotaan yang lebih
banyak karena Islam menjadi identitas pribumi.Sarekat Islam berkembang dengan pesat karena
Agama Islam menjadi motivasinya. Perkembangan Sarekat Islam amat mengkhawatirkan Belanda.
Dalam rangka memantapkan keberadaan Sarekat Islam, ada upaya untuk mendapatkan badan
hukum dari Pemerintah Kolonial Belanda. Karena itu, Sarekat Islam mengajukan badan hukum.
Keinginan tersebut, ternyata ditolak oleh Belanda, yang memperoleh badan hukum justru Sarekat
Islam lokal, sehingga terjadi perpecahan diberbagai daerah. Perpecahan semula terjadi antara
Agus Salim dan Abdul Muis dengan Semaun. Kedua tokoh itu memiliki pandangan yang bertolak
belakang. Agus Salim adalah seorang yang agamis (religius), sedangkan Semaun seorang sosialis
(bahkan komunis).
Dalam Kongres Sarekat Islam, tahun 1921, dilakukan disiplin partai. Tidak diperkenankan adanya
keanggotaan rangkap maupun jabatan rangkap antara SI dengan oraganisasi lain.

3. Perhimpunan Indonesia
Orang-orang Indonesia yang ada di Negeri Belanda pada tahun 1908, mendirikan organisasi yang
diberi nama Indische Vereniging. Pelopor berdirinya organisasi ini adalah Sultan Kasayangan
seorang mahasiswa dan Noto Suroto seorang penyair dari Jogjakarta.
Tujuan yang dirumuskan oleh organisasi ini adalah memajukan kepentingan bersama atas orang-
orang yang berasal dari Indonesia, baik yang pribumi maupun nonpribumi, yang ada di Negeri
Belanda.
Dalam perkembangannya, Indische Vereniging, pada tahun 1925, digantinamanya menjadi
Perhimpunan Indonesia, dan sejak itu nama perkumpulan ini menggunakan istilah “Indonesia”.
Hal ini menjadi penting karena mulai digunakan kata Indonesia sebagai upaya menunjukkan
identitas kita. Kedatangan tokoh-tokoh pergerakan nasional ke Negeri Belanda seperti Tjipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, dan Muhammad Hatta sangat menguntungkan
perkembangan Perhimpunan Indonesia. Pada masa kepemimpinan Muhammad Hatta, aktivitas
Perhimpunan Indonesia semakin meluas.
Perhimpunan Indonesia banyak mengikuti pertemuan internasional, seperti konferensi
internasional yang diadakan di Paris dan Belgia, sehingga mereka dapat mengomunikasikan
perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia internasional. Perjuangannya bersifat non-cooperasi
dan self help.
PI memiliki media, yaitu majalah Hindia Putra. Melalui media ini perjuangan dan cita-cita Bangsa
Indonesia disampaikan kepada pihak lain. Untuk lebih menunjukkan sifat ke-Indonesiaannya,
nama Hindia Putra diganti menjadi Indonesia Merdeka. Keberadaan PI dalam sejarah Pergerakan
Nasional memiliki arti penting mengingat organisasi itu juga membuka keanggotaannya untuk
semua mahasiswa yang ada di Hindia Belanda.

4. Indische Partij (IP)


Indische Partai didirikan pada tanggal 2 Desember 1912 sebagai organisasi politik didirikan oleh
Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat, dan seorang keturunan Belanda yaitu E.F.E. Douwes
Dekker. Pendirian Indische Partij juga dimaksudkan untuk menggantikan Indische Bond yang
merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai oleh
Indische Partij adalah membangun patriotisme sesama “Indiers” terhadap tanah air yang
memberi lapangan hidup kepada mereka. Tujuannya adalah bekerja sama atas dasar persamaan
ketatanegaraan dalam memajukan tanah air.
Dalam upaya mempertahankan keberadaannya sebagai organisasi, para pemimpinnya berupaya
agar mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi usaha itu gagal
karena pemerintah Hindia Belanda dengan segala cara selalu melarang berdirinya organisasi yang
dianggap membahayakan.

5. Indische Social Democratische Vereniging (ISDV)


Para pegawai Belanda di Indonesia, semula, mendirikan Indische Social Democratische Veregining
(ISDV). Dalam perkembangannya, ISDV, pada tanggal 20 Mei 1920, diubah menjadi Partai
Komunis Hindia. Setelah itu, diubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pengurusnya
ialah Semaun (Ketua), Darsono (Wakil Ketua), Bergsma (Sekretaris) dan anggota pengurus yang
terdiri dari Baars, Sugono, dan H.W. Dekker sebagai bendahara.
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri tanggal 23 Mei 1920. Tokoh yang ada di
belakang pendirian PKI adalah Sneevlit, seorang pegawai Belanda yang dikirim ke Indonesia. Pada
tanggal 13 November 1926, PKI mengadakan pemberontakan di Banten, Sumatera disusul
tindakan kekerasan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Banyak penangkapan terhadap
tokoh perjuangan, yang dibuang ke Digul dan Tanah Merah.

6. Partai Nasional Indonesi (PNI)


Partai Nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927. Kelahiran PNI tidak
terlepas dari peranan Algemeen Studie Club, yaitu suatu kelompok studi para mahasiswa di
Bandung. Rapat pendirian PNI, dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Sudjadi, Mr.
Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr. Soenarjo. Pada rapat pendirian tersebut,
terbentuklah susunan pengurus yang disahkan dalam kongres PNI pertama di Surabaya tanggal 27
sampai 30 Mei 1928. Susunan pengurusnya adalah sebagai berikut:
Ketua/Pemuka : Ir. Soekarno
Sekretaris/Bendahara : Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo
Anggota : dr. Samsi, Mr. Sartono, Mr. Soenarjo, Ir. Anwari

Dalam Kongres tersebut juga mengesahkan program kerja yang meliputi bidang politik untuk
mencapai Indonesia merdeka, memajukan perekonomian nasional, dan memajukan pelajaran
nasional. Oleh karena itu, dalam mewujudkannya kemudian didirikan sekolah-sekolah, poliklinik-
poliklinik, bank nasional, dan perkumpulan koperasi. Garis perjuangan PNI adalah non-
cooperative, artinya tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Karena
ketatnya pengawasan politik oleh pihak kolonial Belanda, para tokoh PNI kemudian ditangkap
pada tahun 1930. Akibatnya, Soekarno, Gatot Mangkuprodjo, Markum Sumodiredjo, dan
Supriadinata ditangkap dan dajatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam sidang tersebut,
Soekarno menulis pembelaan deangan judul Indonesia Menggugat.
Penangkapan terhadap tokoh PNI merupakan pukulan berat sehingga menggoyahkan kehidupan
partai tersebut. Dalam suatu kongres luar biasa di Jakarta tanggal 25 April 1931, diambil
keputusan bahwa PNI dibubarkan. Pembubaran PNI ini membawa perpecahan pada para
pendukungnya. Sartono kemudian mendirikan Partindo sedangkan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir
mendirikan PNI Baru (Pendidikan Nasional Indonesia).

7. Permufakatan Perhimpunan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)


Pendirian PPPKI atas usul PNI bersama-sama Sarekat Islam, BU, Pasundan, Sumatransche Bond,
Kaum Betawi, Indonesische Studie Club, dan Algmeen Studie Club. Kesepakatan itu terjadi dalam
rapat tanggal 17 sampai 18 Desember 1927.
Tujuan yang ingin dicapai dari federasi ini adalah kesatuan aksi dalam menghadapi imperialisme
Belanda. Sebagai suatu federasi dari gerakan kebangsaan PPPKI, mampu mengordinasikan
gerakan yang ada, baik yang radikal maupun yang maderat. Upaya PPPKI yang memberikan
sumbangan terhadap perjuangan Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
a. PPPKI mendirikan badan yang bertugas memberikan bantuan terhadap pembebasan pelajar
di negeri Belanda.
b. PPPKI mengadakan rapat tahun 1930 karena terjadinya penangkapan terhadap para
pemimpin Frond Nasional yang diharapakan dapat memberikan bantuan terhadap keluarga yang
ditinggalkan karena masuk penjara Belanda.
c. PPPKI ikut menghadiri Kongres Indonesia Raya tahun 1932. Dalam kongres itu diusahakan
peredaan ketegangan diantara organisasi-organisasi politik yang ada di Indonesia.

8. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)


TekananPemerintahan Kolonial Belanda mengakibatkan PPPKI sebagai suatu federasi tidak dapat
menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, dalam rapat pendirian Concentrasi Nasionalyang
diadakan tanggal 21 Mei 1939 di Batavia, didirikan GAPI, sebuah federasi baru. Yang menjadi
anggotanya adalah Parindra, Gerindro, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, PII, dan Partai
Katolik. Yang menjadi latar belakang berdirinya GAPI adalah:
a. kegagalan Petisi Sutardjo,
b. kegentingan nasional akibat timbulnya bahaya fasis, dan
c. sikap pemerintah kolonial Belanda yang kurang memperhatikan kepentinga Bangsa
Indonesia.
Di dalam anggaran dasarnya, GAPI mencantumkan hak untuk menentukan sendiri, persatuan
nasional, dan persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia. Semboyan yang dikumandangkan
dalam konferensi pertamanya tanggal 4 Juli 1939 adalah Indonesia berparlemen. GAPI
mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan nama Manifesto GAPI yang isinya menyerukan
kepada semua pihak untuk waspada terhadap bahaya fasis. Untuk pertama kalinya, GAPI dipimpin
oleh M.H. Husni Tamrin, Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosujono.

9. Partai Indonesia Raya (Parindra)


Adanya tekanan terhadap organisasi politik non cooperative oleh pemerintah kolonial Belanda,
menyebabkan Studie Club mulai memfungsikan dirinya dalam membina kader-kader bangsa.
Karena itulah, Indonesische Studie ClubSurabayayang dipimpin oleh dr. Sutomo mulai
mengembangkan pengaruhnya di kalangan masyarakat. Diubahlah Indonesische Studie Club
menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) pada tahun 1931. PBI merupakan salah satu cikal bakal
dari Parindra.

D. PERAN MANIFESTO POLITIK 1925, KONGRES PEMUDA 1928 DAN KONGRES PEREMPUAN
PERTAMA DALAM PROSES PEMBENTUKAN IDENTITAS KEBANGSAAN INDONESIA.

1. Peranan Manifesto Politik 1925 dalam Pembentukan Identitas Kebangsaan


Pada tahun 1908 di negeri Belanda berdirilah organisasi Indische Vereenlging.Organisasi ini
didirikan para mahasiswa yang belajar di negeri Belanda. Mereka itu adalah Sutan Kasayangan
Soripada, R.N. Noto Suroto, R.P. Sosrokartono, R. Husein Djayadiningrat, Notodiningrat, Sumitro
Kolopaking, dan dr. Apituley. Tujuan organisasi ini adalah memajukan kepentingan-kepentingan
bersama dari orang-orang yang berasal dari Indonesia, maksudnya orang-orang pribumi dan non
pribumi bukan Eropa di negeri Belanda.
Pada mulanya organisasi ini bersifat sosial budaya, namun sejak berakhirnya Perang Dunia I
perasaan anti kolonialisme dan imperialisme tokoh-tokoh IndischeVereeniging semakin menonjol.
Mereka mengubah suasana dan semangat kegiatan organisasi ke dalam bidang politik. Hal ini
dipengaruhi oleh kedatangan tiga tokoh Indische Partij yang dibuang Belanda yakni Dr. Cipto
Mangunkusumo, R.M. Suwardi Suryaningrat, dan E.F.E. Douwes Dekker, yang berjiwa Nasionalis.
Paham nasionalisme semula berkembang di Eropa. Nasionalisme pada hakikatnya merupakan
kesetiaan manusia sebagai warga negara pada kepentingan bangsanya. Nasionalisme dapat
diartikan sebagai perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah airnya yang ditimbulkan oleh
perasaan tradisi (sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, tempat tinggal) dan
keingingan untuk mempertahankan serta mengembangkan tradisi sebagai milik bersama.
Manifesto politik Perhimpunan Indonesia yang lahir di negeri Belanda juga tidak terlepas dari jiwa
nasionalisme mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa. Manifesto politik adalah suatu
pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok terhadap
masalah negara. Pada masa pergerakan nasional, Perhimpunan Indonesia mengeluarkan
pernyataan politik yang berkaitan dengan nasib dan masa depan bangsanya. Pernyataan politik ini
amat penting artinya bagi terwujudnya Indonesia merdeka yang didengar dan didukung oleh
dunia Internasional.
Konsep-konsep manifesto politik Perhimpunan Indonesia sebenarnya telah dimunculkan dalam
Majalah Hindia Poetra, edisi Maret 1923. Akan tetapi, Perhimpunan Indonesia baru
menyampaikan manifesto politiknya secara tegas pada awal tahun 1925 yang kemudian dikenal
sebagai Manifesto Politik 1925. Indische Verreniging sejak berdirinya tahun 1908 belum pernah
terjadi perubahan yang mendasar. Dengan mengikuti lajunya perkembangan jaman, terutama
dalam bidang pergerakan nasional maka organisasi yang dibentuk di negeri Belanda juga
mengalami perkembangan.
Perkembangan baru dalam tubuh organisasi itu juga membawa perubahan nama yakni pada
tahun 1922 Indische Vereeniging diubah menjadi Indonesische Vereeniging. Pada bulan Maret
1923 Majalah Hindia Poetra menyebutkan bahwa asas dari organisasi IndonesischeVereeniging
itu adalah sebagai berikut: Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang
bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal yang demikian itu
hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri bukan dengan pertolongan siapa pun juga;
bahwa segala jenis perpecahan tenaga haruslah dihindarkan, supaya tujuan itu lekas tercapai.
Sejak tahun 1923 Indonesische Vereeniging aktif berjuang bahkan mempelopori dari jauh
perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia. Pada tahun itu juga diterbitkan suatu
buku peringatan Indonesische Vereeniging yang menggemparkan kaum kolonial Belanda. Pada
tahun 1924 nama majalah Hindia Poetra diubah menjadi Indonesia Merdeka. Kemudian tahun
1925 dipakailah nama baru organisasi Indonesische Vereeniging menjadi Perhimpunan Indonesia
(PI). Kegiatan organisasi PI ini semakin tegas dalam bidang politik.
Dengan bertambahnya mahasiswa yang belajar di negeri Belanda, maka bertambah pulalah
kekuatan organisasi PI. Pada permulaan tahun 1925 dibuatlah suatu Anggaran Dasar baru yang
merupakan penegasan lebih jelas dari perjuangan PI. Pada saat itu PI di bawah pimpinan Dr.
Sukiman Wiryosanjoyo. Anggaran Dasar baru itu merupakan manifesto politik, di dalamnya
dimuat prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan oleh gerakan kebangsaan untuk mencapai
kemerdekaan.
Cita-tita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam 4 pokok ideologi dengan memerhatikan masalah
sosial, ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik yang dikembangkan
sejak tahun 1925 dirumuskan sebagai berikut :
1. Kesatuan Nasional: mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit seperti yang berkaitan
dengan kedaerahan, serta perlu dibentuk suatu kesatuan aksi untuk melawan Belanda untuk
mentiptakan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu.
2. Solidaritas: terdapat perbedaan kepentingan yang sangat mendasar antara penjajah dengan
yang dijajah (Belanda dengan Indonesia). Oleh karena itu haruslah mempertajam konflik antara
orang kulit putih dan sawo matang tanpa melihat perbedaan antara orang Indonesia.
3. Non-kooperasi: harus disadari bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, o1eh karena itu
hendaknya dilakukan perjuangan sendiri tanpa mengindahkan lembaga yang telah ada yang
dibikin oleh Belanda seperti Dewan Perwakilan Kolonial (Volksraad).
4. Swadaya: perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan diri sendiri. Dengan
demikian perlu dikembangkan struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial,
ekonomi, hukum yang kuat berakar dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi
kolonial. Dalam rangka merealisasikan keempat pikiran pokok berupa ideologi.
Dalam deklarasi tersebut ditekankim pula pokok-pokok, seperti ide unity (kesatuan), equality
(kestaraan), dan liberty (kemerdekaan). Perhimpunan Indonesia berusaha menggabungkan
semua unsur tersebut sebagai satu kebulatan yang belum pernah dikembangkan oleh organisasi-
organisasi sebelumnya. Perhimpunan Indonesia percaya bahwa semua orang Indonesia dapat
menerima dan menciptakan gerakan yang kuat dan terpadu untuk memaksakan kemerdekaan
kepada pihak Belanda.
Pernyataan di atas merupakan cita-cita Perhimpunan Indonesia yang mengandung 4 pokok
ideologi yang dikembangkan sejak tahun 1925. Empat pokok ideologi tersebut meliputi kesatuan
nasional, solidaritas, nonkooperasi, dan swadaya. Dan di sinilah dapat kita Iihat bahwa
Perhimpunan Indonesia merupakan sebuah organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia.

2. Peranan Kongres Pemuda 1928 dalam Pembentukan Identitas Kebangsaan


Sejak berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) maka muncullah organisasi- organisasl pergerakan
kebangsaan di berbagal daerah. Di antaranya organisasi pemuda Tri Koro Dharmo (7 Maret1915)
yang dldlrikan di Jakarta oleh Dr. R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman dan Sunardi. Tujuan
organisasi ini adalah mencapai Jawa- Raya dengan jalan lain memperkokoh persatuan antara
pemuda Jawa, Sunda, dan Madura. Untuk rnenghindari perpecahan maka pada waktu kongres di
Solo ditetapkan bahwa mulai tanggal 12 Juni 1918 namanya diubah menjadi Jong Java. Jong Java
bertujuan mendidik para anggotanya supaya kelak ia dapat menyumbangkan tenaganya untuk
pembangunan Jawa-Raya dengan jalan mempererat persatuan, menambah pengetahuan
anggota, serta berusaha menumbuhkan rasa cinta akan budaya sendiri.
Dalam perkembangannya, ternyata Jong Java juga ikut berpolitik. Seiring dengan berdirinya Jong
Java, berdiri pula perkumpulan-perkumpulan pemuda bersifat kedaerahan, seperti Pemuda
Pasundan, Jong Sumateranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Celebes
(Sulawesi). Semua organisasi kepemudaan ini bercita-cita ke arah kemajuan Indonesia terutama
memajukan budaya dan daerahnya maslng-masing. Dengan munculnya perkumpulan-
perkumpulan ini ternyata terdapat benih-benih yang dapat disatukan ke arah persatuan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu
pemuda-pemuaa Indonesia merasa, perlu membentuk suatu wadah untuk menyamakan langkah
dalam mencapai tujuan. Wadah kegiatan itulah yang dikenal dengan Kongres Pemuda yang
disebut juga dengan nama Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda yang kemudian dikenal sebagai sebuah tonggak dalam sejarah Indonesia tidak
dapat dilepaskan dari organisasi kepemudaan seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
(PPPI). Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia ini yang mendapat dukungan dari organisasi
kepemudaan yang lain sepertiJong Java, Jong Sumatera dan sebagainya dengan penuh keyakinan
ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Organisasi yang bernama Jong Indonesia
yang didirikan pada Februari 1927 ini kemudian mengganti nama menjadi Pemuda Indonesia.
Para anggotanya terdiri dari murid-murid yang berasal dari AMS, RHS, dan Stovia.
Dalam perjalanannya para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar
untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan.
Pertemuan awalnya dimulai 15 Nopember 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda
Pertama yang bertugas menyusun tujuan
kongres.
a. Kongres Pemuda (30 April – 2 Mei 1926)
1) Tempat kongres di Jakarta
2) Tujuan kongres: menanamkan semangat kerjasama antara perkumpulanpemuda di Indonesia
untuk menjadi dasar bagi persatuan Indonesia.
3) Susunan panitia Kongres Pemuda I
– Ketua :M. Tabrani
– Wakil Ketua :Sumarto
– Sekretaris :Jamaludin
– Bendahara :Suwarso
-Anggota: 1.Bahder Johan
2.Yan Taole Soelehul
3.Paul Pinontuan
4.Hammami
5.Sarbini
6.Sanusi Pane
4) Hasil kongres:
a) Mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia II
b) Mengusulkan sernua perkumpulan pemuda agar bersatu dalam satu organlsasl pemuda
Indonesia
Seusai kongres, para pemuda semakin menyadari bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia
hanya akan dicapai melalui persatuan. Pada tahun 1928alam pikiran pemuda Indonesia sudah
mulai dlpenuhi jiwa persatuan, Rasabangga dan rasa memiliki cita-cita tinggi, yaitu Indonesia
merdeka telahmencengkeram jiwa rakyat Indonesia.

b. Kongres Pemuda II (27 – 28 Oktober 1928)


Kongres ini berlangsung di Gedung Indonesische Club, di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta, pada
tanggal 27 – 28 Oktober 1928. Kongres ini terlaksana atas inisiatif dari PPPI (Perhimpunan Pelajar-
Pelajar Indonesia) dan Pemuda Indonesia. Ketua kongres ini adalah Sugondo Joyopuspito.
Keputusan-keputusan Kongres Pemuda II sebagai berikut.
1) Mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda.
2) Menetapkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.
3) Menetapkan sang Merah Putih sebagai bendera Indonesia.
4) Melebur semua organisasi pemuda menjadi satu dengan nama Indonesia Muda.

Kongres Pemuda II berjalan lancar dan menghasilkan keputusan-keputusan yang sangat penting
untuk modal perjuangan selanjutnya. Sumpah Pemuda amat berpengaruh bagi upaya mencapai
lndonesia merdeka.
Partai-partai yang ada segera menyesualkan diri dengan cita-cita pemuda. Semangat persatuan
dan kesatuan bangsa yang telah menjiwai partai-partai di Indonesia itu diwujudkan dalam wadah
baru bernama Gabungan Poitik Indonesia (GAPI). Demikian pula beberapa perkumpulan wanita
yang kemudian bergabung dalam Perikatan Perhimpunan Isteri Indonesia, juga semua, organisasi
kepanduan yang membentuk persatuan dengan nama Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan
Indonesia (BPPKI).
Ada bebarapa makna yang terkandung di dalam Sumpah Pemuda yaitu sebagai berikut.
1. Di kalangan tokoh-tokoh pergerakan telah ada, perubahan pola pikir dari Iingkup etnis
kedaerahan ke cakrawala nasional .
2. Perubahan pola pikir itu melahirkan kesadaran nasional bahwa seluruh penduduk yang
mendiami kepulauan Nusantara menjadi satu bangsa besar dengan nama Indonesia.
3. Untuk keperluan persatuan dalam pergerakan disepakati menggunakan bahasa Melayu
sebagai media perjuangan

Dengan Kongres Pemuda itu identitas kebangsaan Indonesia semakin terbentuk. identitas itu kini
berwujud: tanah air, bangsa, bahasa dan persatuan dengan nama
Indonesia. Dengan Kongres Pemuda II rasa persatuan dan kesatuan di kalangan pemuda dan
bangsa Indonesia meng-alami peningkatan. Hal ini merupakan suatu keberanian dan keuletan
yang luar biasa dari pemuda kita. Walaupun di bawah tekanan senjata polisi Kolonial Belanda,
mereka tetap melaksanakan kewajiban dan pengabdian guna memperjuangkan kemerdekaan
bangsa dan tanah airnya. Kongres Pemuda II ini sangat penting bagi terbentuknya identitas
sebagai bangsa Indonesia. Karena pentingnya peristiwa Kongres Pemuda II bagi bangsa Indonesia,
maka tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda.

3. Peranan Kongres Perempuan I dalam Pembentukan Identitas Kebangsaan

Pergerakan kaum wanita di Indonesia dirintis oleh R.A. Kartini (1879 – 1904). Perjuangan
R.A.Kartini memunculkan semangat nasionalisme bagi kaum wanita. Sebagai penerus R.A. Kartini
adalah Dewi Sartika (1884 – 1974) dari Jawa Barat. Berkat cita-cita R.A. Kartini, muncullah
gerakan-gerakan penididikan wanita di Indonesia, antara lain sebagai berikut :
a. Putri Mardika, berdiri di Jakarta pada tahun 1912 Perkumpulan Putri Mardika ini bertujuan
mencari dana bagi gadis-gadis yang ingin melanjutkan pelajaran dan memberi nasihat bagi kaum
putri.
b. Kartini fonds (Dana Kartini)
Perkumpulan ini didirikan oleh pasangan suami istri C. Th. Van Deventer. Salah satu usahanya
adalah mendirikan sekolah ”Kartini”. Sekolah ”Kartini” didirikan pertama kali di Semarang pada
tahun 1913.
c. Keutamaan Istri (1913) di Tasikmalaya
Perkumpulan ini menaungi sekolah-sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika.
d. Kerajinan Amai Setia di Sumatera Barat.
Organisasi ini berdiri di Kota Gadang pada tahun 1914, didirikan oleh Rohana Kudus. Tujuan
perkumpulan ini untuk meningkatkan derajat kaum wanita melalui pendidikan, membaca,
menulis, berhitung maupun membuat kerajinan tangan.
e. Kautaman Istri Minangkabau di Padang Panjang.
Organisasi ini bertujuan menyebarluaskan pengetahuan umum, pendirikan sekolah industri, dan
kerajinan wanita.
f. Aisiyah
Organisasi ini didirikan pada tanggal 22 April 1917 oleh Siti Wardah (Ny. Ahmad Dahlan). Aisiyah
adalah organisasi wanita di bawah naungan Muhammadiyah. Tujuan organisasi ini untuk
meningkatkan pendidikan keagamaan dan menanamkan rasa kebangsaan bagi kaum wanita.
g. Organisasi-Organisasi Kewanitaan Lain
Selain perkumpulan-perkumpulan wanita di atas, masih banyak lagi organisasi- organisasi
kewanitaan, misalnya Budi Wanito di Solo (1919), Wanito Mulyo di Yogya, dan Wanita Utomo di
Yogya (1921), Wanito Katholik di Yogya (1921). Wanito Taman Siswa (1922), Wanudyo Utomo,
dan Putri Indonesia (1927).

Dalam perkembangannya sejak tahun 1920 organisasi-organisasi ke-wanitaan tersebut mulai


terlibat dalam gerakan politik. Pada tanggal 22 De-sember 1928 diadakan Kongres Perempuan I.
Kongres ini diselenggarakan di Yogyakarta, dipimpin
oleh R.A. Sukanto. Tujuan Kongres Perempuan I adalah sebagai berikut :
1) Mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan kaum wanita.
2) Menyatukan organisasi-organisasi wanita yang beraneka ragam.
Kongres Perempuan I membicarakan masalah persatuan di kalangan wanita, masalah wanita
dalam keluarga, masalah poligami dan perceraian serta sikap yang harus diambil terhadap
kolonialisme Belanda. Keputusan terpenting dalam kongres tersebut adalah mendirikan gabungan
perkumpulan wanita yang disebut Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI). Pada tahun 1929
Perserikatan Perempuan Indonesia berganti nama menjadi Perserikatan Perhimpunan Istri
Indonesia (PPII).
Kongres Perempuan I besar pengaruhnya dalam perjuangan bangsa Indonesia dalam membentuk
identitas kebangsaan sebagai berikut :
1) Kongres Perempuan I merupakan kebangkitan kesadaran nasional di kalangan wanita. Di
samping berperan penting dalam keluarga atau masyarakat, wanita juga berperan penting dalam
perjuangan mencapai kemerdekaan bangsa dan negara.
2) Kongres Perempuan I membuka kesadaran kaum wanita untuk ikut berjuang dalam bidang
pendidikan dan kebudayaan, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain.
Dengan pentingnya peristiwa Kongres Perempuan I tersebut maka tanggal
22 Desember ditetapkan sebagai
Hari Ibu.
Bentuk – Bentuk Struktur Sosial
(Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial)
Bentuk – Bentuk Struktur Sosial
Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial.
Struktur sosial
Struktur social merupakan pola perilaku dari setiap individu masyarakat yang tersusun
sebagai suatu system. baik vertikal maupun horizontal.struktur vertikal yaitu berbentuk
stratifikasi sosial,dan sedangkan harizontal yaitu berbentuk diferensiasi sosial.
Dalam ilmu sosiologi,penbentuk struktur sosial,yaitu status dan peran sosial .
Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial.
1. Diferensiasi Sosial
Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama.
Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat
secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari
pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya..Pengelompokan
horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (sukubangsa), klan dan agama
disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi
dan jenis kelamin disebut heterogenitas social
Pada intinya hal-hal yang terdapat dalamdifer ens ias i itu tidak terdapat tingkatan-
tingkatan, namun yang membedakan satu individu dengan individu yang lainnya adalah
sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak lahir. contohnya saja, suku sunda dan suku
batak memiliki kelebihan masing-masing. jadi seseorang tidak bisa menganggap suku
bangsanya lebih baik, karena itu akan menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat.
diferensiasi merupakan perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalam
masyarakat, bukan untuk menjadikan kita berbeda tingkat sosialnya seperti yang terjadi
di Afrika Selatan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan skema di bawah ini :
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.
Misalnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara
pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori ini
adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.
Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan
kantor.
c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat
menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem
kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu
masyarakat dapat kita lihat dari bahasa,kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
Pengelompokan masyarakat membentuk delapan criteria diferensiasi social, antara lain:
1. Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki cirri-ciri fisik bawaan yang sama.
Diperensiasi ras adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya.
Secara garis besar manusia terbagi kedalam ras-ras sebagai berikut:
a. Menurut A..L. Krober
1) Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin).
2) Mongoloid
– Asiatik Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur).
– Malayan Mongoloid (Asia Tenggara dan Penduduk Asli Taiwan).
– American Mongoloid (Penduduk asli Amerika).
3) Kaukasoid
– Nordic (Erofa Utara, sekitar Laut Baltik).
– Alpine (Erofa Tengah dan Erofa Timur).
– Mediterania (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran).
– Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka).
4) Negroid
– African Negroid (Benua Afrika).
– Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang
Semang, Filipina).
– Malanesian (Irian, Melanesia).
5) Ras-ras Khusus (tidak dapat diklasifikasikan kedalam empat ras pokok)
– Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan).
– Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan).
– Polynesian (kepulauan Micronesia, dan Polinesia).
– Ainu ( di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang).
b. Menurut Ralph Linton
1) Mongoloid
Ciri-ciri:
– kulit kuning sampai sawo mateng
– rambut lurus
– bulu badan sedikit
– mata sipit (Asia Mongoloid)
· Mongoloid Asia : Sub Ras Tionghoa (Jepang, Vietnam, Taiwan)
Sub Ras Melayu (Malaysia, Filipina, Indonesia)
· Mongoloid Andian (orang Indian di Amerika)
2) Kaukasoid
Ciri-ciri:
– hidung mancung
– kulit putih
– rambut pirang sampai coklat kepirang kehitaman
– kelopak mata lurus
· Ras Nordic
· Alpin Mediteran
· Armenoid
· India
3) Negroid
Ciri-ciri:
– rambut keriting
– kulit hitam
– bibir tebal
– kelopak mata lurus
· Sub Ras Negroid
· Nilitz
· Negro Rimba
· Negro Oseanis
· Hetentot Boysesman
Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras, antara lain:
· Negrito, suku Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.
· Veddoid, suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatra Selatan, Toala dan Tomuna di
Sulawesi.
· Neo Melanosoid, kepulauan Kei dan Aru.
· Melayu:
– Melayu Tua (Proto Melayu), orang Batak, Toraja dan Dayak.
– Melayu Muda (Deutro Melayu), orang Aceh, Minang, Bugis/Makasar.
2. Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang
masih dianggap mempunyai hubungan biologis.
Diferensiasi suku bangsa merupakan penggolongan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis
yang sama, seperti ras, namun suku bangsa memiliki kesamaan budaya sebagai berikut:
– Ciri fisik
– Bahasa daerah
– Kesenian
– Adat-istiadat
Suku bangsa yang ada di Indonesia yaitu sebagai berikut:
· Pulau Sumatra : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkuku, Jambi, Palembang, Melayu
dan sebagainya.
· Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger dan sebagainya.
· Pulau Kalimantan : Dayak, Banjar dan sebagainya.
· Pulau Sulawesi : Bugis, Toraja, Minahasa, Toil-Toli, Makassar, Bolaang-mangondow,
Gorontalo dan sebagainya.
· Kepulauan Nusa Tenggara : Bali, Bima Lombok, Flores, Timoer, Rote.
· Kepulauan Maluku dan Irian : Ternate, Tidore, Dani Asmat.
3. Diferensiasi Klen (Clan)
Klen / kerabat luas / keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis),
kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adapt (tradisi). Klen adalah system
social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya terjadi di
masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu (matrilineal).
· Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) terdapat pada:
– Masyarakat Batak (sebutan Marga)
– Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun,
Paranginangin.
– Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar.
– Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay.
– Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut, Tombokan,
Pangkarego, Paat, Supit.
– Masyrakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani, Latuconsina,
Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
– Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da Costa,
Leimena, Kleden, De-Rosari, Paeira.
· Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada masyarakat :
– Minangkabau, klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampung-
kampung, nama klennya antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo,
Dalimo, Kampai dan sebagainya.
– Masyarakat Flores, yaitu suku Ngadu juga menggunakan system matrilineal.
4. Diferensiasi Agama
Diferensiasi agama adalah pengelompokan masyarakat berdasarkan
agama/kepercayaannya.
a. Komponen-komponen Agama
· Emosi keagamaan
· System keyakinan
· Upacara keagamaan
· Tempat ibadah
· Umat
b. Agama dan Masyarakat
Dalam perkembangan agama mempengaruhi masyarakat begitu juga masyarakat
mempengaruhi agama.
5. Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
Diferensiasi profesi adalah pengelompokan masyarakat atas dasar jenis pekerjaan atau
profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan keterampilan khusus. Misal profesi guru
memerlukan keterampilan khusus, seperti: pandai berbicara, bisa membimbing, sabar dan
sebagainya.
Berdasarkan perbedaan profesi orang dimasyarakat berprofesi: guru, dokter, pedagang,
buruh, pegawai negri, tentara dan sebagainya.
6. Diferensiasi Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan
seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari
struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu maka ada
kelompok laki-laki/pria dan kelompok wanita/perempuan.
7. Diferensiasi Asal Daerah
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat
tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
– masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa.
– Masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat ditemukan dalam hal-hal berikut:
– perilaku
– tutur kata
– cara berpakaian
– cara menghias rumah dan sebagainya.
8. Diferensiasi Partai
Diferensiasi partai adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur kekuasaan
negara, yang berupa kesatuan-kesatuan social, seazas, seideologi dan sealiran.
2. Stratifikasi Sosial
. Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota
masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.. Stratifikasi berasal dari kata stratum yang
berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.
Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau
anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis.
Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap
individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki.
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda
Berarti, stratifikasi social merupakan pembedaan penduduk dalam kelas-kelas secara
bertingkat.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan
masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang
menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia,
sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Dimensi Stratifikasi Sosial
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan yaitu :
privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini dapat dipergunakan sendiri-sendiri,
namun juga dapat didigunakan secara bersama.
Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau ekonomi untuk membagi
masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu kelas Borjuis dan Proletar. Sedangkan Max
Weber, Peter Berger, Jeffries dan Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari
penggunaan ketiga dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep : kelas,
kelompok status, dan partai.
Bentuk stratifikasi dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang diantaranya
dapat berbentuk piramida, piramida terbalik, dan intan. Selain lapisan bersusun bentuk
stratifikasi dapat juga diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk stratifikasi
melingkar ini terutama berkaitan dengan dimensi kekuasaan.
Pengelompokan secara vertikal berdasarkan posisi, status, kelebihan yang dimiliki, sesuatu yang
dihargai.Distribusi hak dan wewenang, berdasarkan kriteria ekonomi, pendidikan, kekuasaan, dan
kehormatan.
Ukuran yang biasa digunakan untuk menggolongkan penduduk dalam lapisan-lapisan
tertentu yaitu:
a) Ukuran kekayaan (kaya miskin, tuan tanah penyewa, )
b) Ukuran kekuasaan (penguasa/ dikuasai) penguasa punya wewenang lebih tinggi
c) Ukuran kehormatan (berpengarug / terpengaruh) ukuran ini ada di masyarakat
tradisional(pemimpin informal)
d) ukuran ilmu pengetahuan (golongan cendekiawan/ rakyat awam)
Tiga sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan
sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas
horisontal saja. Contoh:
– Sistem kasta.
Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
– Rasialis.
Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di
posisi kulit putih.
– Feodal.
Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh:
– Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
– Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada
niat dan usaha.
c. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial c a m p u r a n m e r u p a k a n kombinasi antara stratifikasi tertutup
dan terbuka. Misalnya, seorang Bali b e r k a s t a Brahmana mempunyai kedudukan
terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh
kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok
masyarakat di Jakarta.
MOBILITAS SOSIAL

Pengertian Umum :

 Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan
peran anggotanya. Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna
gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial
adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain.
Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang
pengusaha dan berhasil dengan gemilang.
Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi
di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh miskin. Proses
perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam struktur
sosial masyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial (social mobility) Pengertian
menurut Ahli :

 Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya
atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. •
 Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-
pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan
antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut
akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang
peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda.
Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi.
Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang
mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat
terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya
tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat
yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta
yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah
ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria
stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang
lebih tinggi.
B. Bentuk-bentuk mobilitas sosial
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu mobilitas sosial vertikal dan
mobilitas sosial horizontal. Mobilitas social vertical dapat dibedakan lagi menjadi social sinking dan social
climbing. Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas social antarwilayah (geografis) dan
mobilitas antargenerasi.
1. Mobilitas vertikal
Mobilitas Vertikal : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok orang pada
lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :

 Mobilitas vertikal keatas


 Mobilitas vertikal ke bawah
A. Mobilitas vertical ke atas (Sosial Climbing) Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena
adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang
Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :

 Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah
tersedia. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia
diangkat menjadi kepala sekolah.
 Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada. Contoh:
Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut,
sehingga status sosialnya naik.
Adapun penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :

 Melakukan peningkatan prestasi kerja


 Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan generasi
B. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking) Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau
kedudukan seseorang. Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang karena
ada perubahan pada hak dan kewajibannya.

Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :


 Turun nya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena
melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
 Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial. Contoh Tim Juventus terdegradasi ke seri B.
Penyebab sosial sinking adalah sebagai berikut.:

 Berhalangan tetap atau sementara.


 Memasuki masa pensiun.
 Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di pecat dari jabatannya.
2. Mobilitas horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan
sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek
sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.

Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam
mobilitas sosialnya.

 Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan
kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial
horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.
Mobilitas social horizontal dibedakan dua bentuk :

 Mobilitas social antar wilayah/ geografis Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari
satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.Carauntuk melakukan mobilitas sosial
 Mobilitas antargenerasi Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih,
misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan
perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada
perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi
lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga
sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah
terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.
Mobilitas antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas intragenerasi dan mobilitas intergenerasi.

 Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu
generasi yang sama. Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam
bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin
besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang
becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih
beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang
pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan
adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi.
 Mobilitas Intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang terjadi diantara beberapa generasi.
Mobilitas intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:

 Mobilitas intergenerasi naik


 Mobilitas intergenerasi turun Contoh : Kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat dan anaknya
sebagai kepala desa.(intergenerasi turun)
C. Hubungan Struktur Sosial dan Mobilitas Sosial

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa mobilitas sosial merupakan perpindahan status ataukedudukan dari
satu lapisan ke lapisan yanhg lain. Perpindahan tersebut terjadi dalam suatu struktur sosialyang
berdimensi vertikal, artinya mudah-tidak nya seseorang melakukan mobilitas sosial tergantung dari struktur
sosial masyarakatnya.

1. Mobilitas sosial dalam sistem stratifikasi sosial terbuka

Masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan pada para anggotanya
untuk melakukan mobilitas sosial vertikal yang terjadi dapat berupa sosial climbing ataupun sinking. Dalam
sistem stratifikasi soaial yang terbuka memungkinkan setiap anggota masyarakat bersikap aktif dan kreatif
dalam melakukan perubahan-perubahab untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya
Prinsip umum mobilitas sosial dalam masyarakat yang menganut stratifikasi terbuka adalah sebagai
berikut:

 Tidak ada satu pun masyarakat yang mutlak tertutup terhadap mobilitas sosial vertikal
 Seterbuka apapun suatu masyarakat terhadap mobilitas sosial, terkadang tetap ada hambatan-hambatan.
 Setiap masayarakat pasti memiliki tipe mobilitas sosial vertikal sendiri, tidak ada tipe yang berlaku umum
bagi setiap masyarakat.
 Laju mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan yang berbeda-beda.
 Mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan, tidak menunjukkan adanya
kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurang laju mobilitas sosial.
2. Mobilitas Sosial dalam Sistem Stratifikasi Sosial yang Tertutup

Pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial
vertikal sangat kecil. Hal ini terjadi karena masyarakatnya lebih mengutamakan nilai-nilai tradisional.
Contohnya, masyarakat suku Badui Dalam. Mereka lebih memilih menjaga nilai-nilai tradisional dan
menolak adanya perubahan. Dari uraian diatas, jelas terdapat hubungan antara mobilitas sosial yang
terjadi pada seseorang atau sekelompok orang dengan struktur sosial masyarakat tempat seseorang atau
sekelompok orang tersebut berada.
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :

 Perubahan standar hidup Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan
mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh:
Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi
Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik
apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana
seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
 Perkawinan Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan. Contoh:
Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya
dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
 Perubahan tempat tinggal Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari
tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya
yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal
mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke
atas.
D. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :


A. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan
untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :

 Struktur Pekerjaan Disetiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan
 Perbedaan Fertilitas Setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat
fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau
rendah
 Ekonomi Ganda Suatu negara mungkin saja menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern),
contoh nya di negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada jumlah pekerjaan,
baik yang bersetatus tinggi naupun rendah.
B. Faktor Individu Faktor individu
adalah kualitas seseorang , baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan
pribadi. Faktor Individu meliputi :

 Perbedaan Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap
mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial.
 Orientasi Sikap terhadap mobilitas Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam meningkatka
prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan
memperbaiki diri.
 Faktor kemujuran Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala
mengalami kegagalan.

C. Status Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan
tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang
diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih tinggi.

D. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan
ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA,
kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan
mengalami mobilitas

E.Situasi Politik
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara.
Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan
terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.
F. Kependudukan (Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan
jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan
yang semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat
kediaman lain.

G. Keingina Melihat Daerah Lain


Adanya keingina melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan mobilitas geografik
dari satu tempat ke tempat yang lain.

H. Perubahan kondisi sosial


Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari
luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas.
Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.

I. Ekspansi teritorial dan gerak populasi


Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi
dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.

J.Komunikasi yang bebas


Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis
pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan
akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif
akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus
menerobos rintangan yang menghadang.

K. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika
tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan
menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut
keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat
menempati status tersebut.

L. Kemudahan dalam akses pendidikan


Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan
pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya,
kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan
yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.

Faktor penghambat mobilitas sosial


Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara
lain sebagai berikut :

 Kemiskinan Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status
sosial tertentu merupakan hal sangat sulit
 Diskriminasi Kelas Sistem kelas terturup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya
pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan. seperti yang terjadi di
Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada
mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini
disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi
presiden Afrika Selatan
 Perbedaan Ras dan Agama Dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke
atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-
pindah agama sesuai keinginannya.
 Perbedaan jenis kelamin (Gender) Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung
menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status
sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
 Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu
masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang
berlaku.
 Perbedaan Kepentingan Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu struktur organisasi
menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu.
E. Saluran-Saluran Mobilitas Sosial

1. Angkatan Bersenjata Seseorang yang tergabung dalam angkatan bersenjata biasabya ikut berjasa dalam
membela nusa dan bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik
pangkat.
2. Pendidikan Pendidikan, baik formal maupun nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang
sering digunakan, karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan
pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai
social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia
memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil
menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya
3. Organisasi Politik Seorang angota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan
besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif
atau eksekutif
4. Lembaga Keagamaan Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama
menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat
5. Organisasi Ekonomi Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun jasa umumnya
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal.
6. Organisasi Profesi Organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal, antara
lain ikatan
7. Perkawinan Melauli perkawinan seseorang dapat menaikkan statusnya. Misalnya,seseorang wanita yang
berasal dari keluarga biasa saja menikah dengan pria berstatus sosial ekonominya lebih tinggi. Hal ini
menyebabkan naiknya status sosial nya sang wanita
8. Organisasi keolahragaan Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat meningkatkan status nya ke strata
yang lebih tinggi
Cara umum memperoleh status
Secara umum terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk memperoleh status social, yaitu
melalui askripsi dan melalui prestasi

 Askripsi, yaitu cara memperoleh kedudukan melalui kelahiran, contohnya system kasta dan gelar
kebangsawanan
 Prestasi, yaitu cara memperoleh status atau kedudukan dengan usaha sendiri.
Cara khusus untuk menaikan status :

 Perubahan tingkah laku Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status
sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai
kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut
untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya. Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan
dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus.
Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.
 Perubahan nama Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak
ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan
mendapat sebutan “kang” di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan
dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya yang baru seperti “Raden”
 Perubahan tempat tinggal Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari
tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya
yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal
mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke
atas.
 Perubahan standar hidup Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan
mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh:
Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi
Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik
apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana
seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
 Bergabung dengan organisasi tertentu Untuk meningkatkan statusnya seseorang dapat bergabung dengan
organisasi tertentu , sebagai contoh bergabung dengan organisasi yang berkelas.
G. Dampak Mobilitas Sosial

Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya
akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal,
di antara nya:

1. Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
2. Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat.
3. Keterangan hubungan anatar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang berpindah ke status
yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain
sebagai berikut.

 Dampak Positif :
1. Mendorong Seseorang untuk lebih maju Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain
menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar memperoleh status
yang lebih tinggi.
2. Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial Masyarakat ke Arah yang Lebih Baik Mobilitas sosial akan lebih
mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang
mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi
jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan
dalam bidang pendidikan.
3. Meningkatkan Intergrasi Sosial Terjadi nya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan
integrasi sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang di
anut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi soaial.
 Dampak Negatif :
1. Timbulnya Konflik Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu
sebagai berikut. : 1) Konflik Antarkelas Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan. Kelompok dalam
lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka bisa
memicu terjadinya konflik antar kelas. 2) Konflik Antarkelompok sosial Konflik yang menyangkut antara
kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Konflik ini dapat berupa: a. Konflik antara kelompok sosial
yang masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern b. Proses suatu kelompok sosial tertentu
terhadap kelompok sosial yang lain yang memiliki wewenang 3) Konflik Antargenerasi Konflik yang
terjadi karena adanya benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang lain
dalam mempertahankan nilai-nilai denga nilai-nilai baru yang ingin mengadakan perubahan.
2. Berkurangnya Solidaritas Kelompok Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam
kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang yamg mengalami mobilitas, baik
vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan
mampu menjalankan fungsi-fungsinya
3. Timbulnya Gangguan Psikologis Mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis seseorang,
antara lain sebagai berikut. :
 Menimbulkan ketakutan dan kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
 Adanya gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya
 Mengalami frustasi atau putus asa dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak
dapat mencapainya.
KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT
MULTIKULTURAL

KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT


MULTIKULTURAL

1. Kelompok Sosial

Pengertian Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai


hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain, memiliki harapan
dan tujuan yang sama, serta mempunyai kesadaran diri sebagai
anggota kelompok yang diakui pihak luar.

Definisi Kelompok Sosial

Menurut Joseph S.Roucek & Roland S. Warren

Kelompok sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih
manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang
dapat dipahami oleh para anggotanya/orang lain secara keseluruhan.

Menurut Goodman

Kelompok sosial adalah dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan
identitas dan berinteraksi satu sama lain secara terstruktur untuk
mencapai tujuan bersama.
Proses terbentuknya kelompok sosial

Terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya naluri


manusia yang selalu ingin hidup dengan orang lain untuk hidup
bersama.

Ada dua hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga ia terdorong untuk
hidup berkelompok yaitu :

- Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya.

- Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya.

Secara kodrati manusia dalam hidup harus bermasyarakat. Manusia


yang hidup sendiri dianggap tidak wajar, bahkan mungkin bisa sakit
jiwa atau mati.

Syarat Kelompok Sosial

- Tiap anggota harus sadar bahwa ia merupakanbagian dari kelompok


yang bersangkutan.

- Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota
yang lain.

- Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan mereka


bertambah erat.

- Berstruktur, berkaidah dan punya pola perilaku

- Bersistem dan berproses.

Ciri-ciri dasar kelompok sosial

- Terdiri atas dua orang atau terus bertambah

- Terdapat komunikasi dan interaksi


- Ada minat dan kepentingan bersama

- Ada motif yang sama dari anggota untuk membentuk kelompok

- Ada kecakapan yang berbeda-beda dari anggota kelompok

- Punya stuktur yang tegas

- Ada kaidah-kaidah yang mengatur

- Tiap anggota merasa dirinya bagian dari kelompoknya.

Faktor Pembentuk Kelompok Sosial

Bergabung dalam kelompok biasa merupakansesuatu yang


murni dari diri sendiri atau secara kebetulan.misalnya ada orang yang
terlahir dalam keluarga kaya atau miskin, itu merupakan suatu
kebetulan.

Namun bergabung dalam suatu kelompok sosial ada juga


yang merupakan pilihan.

Ada dua faktor yang mengarahkan pada pilihan yaitu

- Kedekatan

Semakin dekat jarak geografis antara dua orang,semakin


memungkinkan untuk saling melihat, berbicara, dan
bersosialisasi.Kedekatan fisik meningkatkan peluang untuk
berinteraksi.

- Kesamaan

Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan,


nilai, tingkat intelegensi,atau karakter-karakter lainnya.

Faktor- Faktor yang mendorong mantapnya suatu kelompok


sosial adalah :
- Interaksi antara orang-orang yang ada dalam suatu kelompok

- Ikatan emosional

- Tujuan atau kepentingan yang dipatuhi dalam rangka mencapai


tujuan

- Kepeminpinan yang dipatuhi dalam rangka mencapai tujuan

- Norma yang diakui oleh mereka yang terlibat didalamnya.

Macam-Macam Kelompok Sosial

1. Berdasarkan besar/kecilnya jumlah anggota dalam kelompok

Contoh kelompok kecil adalah keluarga, kelompok yang lebih besar


misalnya RT, RW, Banjar, negara.

2. Berdasarkan Interaksi erat/tidaknya hubungan dalam kelompok.

Dibedakan menjadi paguyuban dan patembayan.

Ada 3 tipe paguyuban :

 Paguyuban karena adanya ikatan darah

 Paguyuban karena kedekatan tempat tinggal/tempat bekerja

 Paguyuban karena pola pikir,pandangan,keahlian/pekerjaan

3. Berdasarkan proses terbentuknya

Ada kelompok nyata,dan kelompok semu.

4. Berdasarkan kepentingan dan wilayah


5. Berdasarkan kelangsungan kepentingan

6. Berdasarkan derajat organisasi.

Kelompok sosial terdiri atas kelompok sosial yang terorganisasi


dengan rapi seperti negara, TNI,perusahaan. Namun ada kelompok
sosial yang tidak terorganisasi dengan baik seperti kerumunan massa.

Kelompok sosial dipandang dari sudut individu

Pada masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia tidak hanya


mempunyai satu kelompok sosial dimana ia menjadi anggotanya.
Namun ia juga menjadi anggota beberapa kelompok sosial
sekaligus.Terbentuknya kelompok-kelompok sosial ini biasanya
didasari oleh kekerabatan,usia,jenis kelamin,pekerjaan atau
kedudukan.Keanggotaan setiap kelompok sosial tersebut akan
memberikan kedudukan dan prestise tertentu.

Faktor-faktor yang menyebabkan tidak stabilnya suatu


kelompok sosial

1. Adanya konflik antar anggota kelompok.

2. Tidak adanya koordinasi yang baik dari pemimpin kelompok.

3. Adanya kepentingan yang tidak seimbang.

4. Adanya rebutan kekuasaan dari anggota kelompok.

5. Perbedaan paham tentang cara pencapaian tujuan.

2. Masyarakat Multikultural
Pengertian Masyarakat Multikultural

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua


kelompok masyarakat atau lebih yang memiliki perbedaan
karakteristik dan kebudayaan yang beragam.

Naluri manusia adalah ingin hidup dengan dengan orang lain,oleh


karena itu secara otomatis akan lahir masyarakat yang berarti
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu, yang bersifat kontinue atau terikat oleh identitas
bersama.

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki


berbagai kultur dan terbentuknya masyarakat tersebut karena adanya
proses sosial dan perubahan-perubahan sosial.Masyarakat
multikultural secara sederhana adalah masyarakat yang memiliki
beragam kebudayaan yang berbeda-beda.

Faktor penyebab munculnya masyarakat multikultural :

1. Latar belakang historis.

2. Kondisi geografis.

3. Keterbukaan terhadap budaya luar.


Dalam suatu masyarakat,kita pasti menemukan banyak kelompok
masyarakat yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.Perbedaan
karakteristik itu berkenaan dengan tingkat diferensiasi dan stratifikasi
sosialnya.Masyarakat multikultural disebut juga masyarakat majemuk.

Macam-macam masyarakat multikultural

1. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang.

Yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komonitas atau


kelompok etnis yang memiliki kekuatan kompetitif seimbang.

2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan.

Yaitu masyarakat majemuk yang terdiri atas sejumlah komonitas atau


kelompok etnis yang kekuatan kompetitifnya tidak seimbang.salah
satunya yang merupakan kelompok mayoritas memiliki kekuatan yang
lebih besar daripada lainnya.

3. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan.

Yaitu masyarakat yang diantara komunitas atau kelompok etnisnya


terdapat kelompok minoritas, tetapi mempunyai kekuatan kompetitif
diatas yang lain.

4. Masyarakat majemuk dengan fragmentasi.

Yaitu masyarakat yang terdiri atas sejumlah besar komunitas atau


kelompok etnis dan tidak ada satu kelompok pun mempunyai posisi
politik atau ekonomi yang dominan.

Sifat-sifat masyarakat multikultural

1. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok sub


kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplementer.

3. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya


terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.

4. Secara relatif sering mengalami konflik diantara kelompok yang satu


dengan kelompok yang lain.

5. Secara relatif tumbuh integrasi sosial diatas paksaan dan saling


ketergantungan di bidang ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas kelompok-kelompok


yang lain.

Karakteristik Masyarakat multikultural

Berikut ini beberapa macam karakteristik kesatuan masyarakat

1. Kesatuan Genealogis adalah kesatuan masyarakat yang anggotanya


diikat berdasarkan pertalian darah.

2. Kesatuan Teritorial adalah kesatuan masyarakat yang setiap


anggotanya merasa terikat karena bertempat tinggal di daerah yang
sama.

3. Kesatuan Sakral adalah kesatuan sosial yang terbentuk karena


anggota-anggotanya merasa terikat oleh ikatan spiritual.

4. Kesatuan Campuran adalah masyarakat yang terikat karena


perpaduan dari faktor-faktor genealogis, teritorial dan sakral.

5. Penggolongan tertentu adalah kesatuan masyarakat lain yang


terbentuk berdasarkan keadaan tertentu.

- Penggolongan berdasarkan proses terbentuknya

- Penggolongan berdasarkan jenis kelamin

- Penggolongan berdasarkan umur


- Penggolongan berdasarkan derajat

- Penggolongan berdasarkan kasta.

Perilaku dalam masyarakat multikultural

Dalam kehidupan masyarakat multikultural sering tidak dapat


dihindari berkembangnya paham-paham atau cara hidupyang
didasarkan pada etnosentrisme,primordialisme, aliran dan
sebagainya.

- Etnosentrisme merupakan paham atau sikap menilai kebudayaan


suku bangsa/kelompok lain menggunakan ukuran yang berlaku di
suku bangsa kelompok/masyarakat sendiri.

- Primordialisme merupakan tindakan memperlakukan secara


istimewa(memberi prioritas) orang-orang yang berlatar belakang suku
bangsa, agama, ras, aliran atau golongan yang sama dalam urusan
publik.

- Kronisme:memprioritaskan teman.

- Nepotisme : memprioritaskan anggota keluarga.

Hubungan Kelompok Sosial dengan Masyarakat Multikural

Dengan adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial,maka terjadi


perbedaan-perbedaan yang membentuk tingkat-tingkat sosial dalam
masyarakat.Perbedaan ini mencerminkan adanya ketidaksamaan
dalam masyarakat.Bentuk diferensiasi dan stratifikasi ini sangat
penting bagi individu-individu dalam kelompok sosial karena memiliki
pengaruh terhadap kesempatan hidup mereka.Hubungan antar
kelompok sosial dengan masyarakat muktikultural adalah saling
berkaitan(erat sekali), keduanya berhubungan erat dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam suatu masyarakat kita pasti
menemukan dua atau lebih kelompok sosial yang berbeda-beda
berkenaan dengan tingkat diferensiasi dan stratifikasi sosialnya.
Pengertian Budaya Lokal dan Contohnya
Terlengkap
Budaya lokal merupakan budaya asli atau dapat didefinisikan sebagai ciri khas berbudaya sebuah kelompok
dalam berinteraksi atau berprilaku dalam ruang lingkup kelompok tersebut. Kelompok yang dimaksudkan
biasanya terikat dengan tempat atau masalah geografis. Seperti halnya kebudayaan pada umumnya yang
memang banyak mendapatkan pengaruh dari banyak faktor (Geografis, agama, politik, ekonomi, dll) yang
merupakan usnur-unsur kebudayaan.

ads

Sumber dari budaya lokal tersebut biasanya berasal dari nilai-nilai agama, kebiasaan dan petuah pendahulunya
(nenek moyang) ataupun adat istiadat.

Mengartikan atau mengurai konsep kebudayaan memang tidak pernah menjadi sederhana karena banyak sekali
faktor yang membangunnya. Banyak para ahli yang telah mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian
budaya lokal ini.

Nah pada artikel kali ini kita akan membahas mengenai pengertian budaya lokan dan contohnya agar kita dapat
mengerti dan paham mengenai dasar dari budaya lokal. Yuk, simak artikel di bawah ini!

Pengertian Menurut Para ahli


Beberapa pakar ahli budaya sudah banyak mengemukakan pendapatnya mengenai budaya lokal Indonesia
maupun budaya lokal secara umum. Bahkan beberapa pakar budayawan berkebangsaan luar negeri pernah
menuliskan penelitian mengenai beberapa budaya yang ada di Indonesia.

1. W Ajawaila mengatakan bahwa budaya lokal adalah ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal.
2. Lehman, Himstreet dan Batty mengemukakan bahwa budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman hidup
yang ada dalam masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat saja sangatlah banyak dan variatif,
termasuk di dalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau kepercayaan masyarakat itu sendiri.
3. Mitchel mengatakan bahwa budaya adalah seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar, pengetahuan,
moral hukum dan perilaku yang disampaikan oleh individu-individu dan masyarakat yang menentukan
bagaimana seoseroang bertindaj, berperasaan dan memandang dirinya serta orang lain.
4. Irwan Abdullah menerangkan bahwa kebudayaan kebudayaan akan selalu terikat dan berhubungan dengan hal-
hal fisik seperti geografis. Contohnya saja budaya jawa pasti dan sudah pasti berkembang di Pulau jawa. Maka
dari itu ia menyebutkan bahwa geografis merupakan sebuah landasan dalam menentukan atau mendefinisikan
budaya lokal.
5. Geertz dalam bukunya Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia juga menyebutkan bahwa perbedaan iklim
dan kondisi geografis merupakan hal yang mempengaruhi kemajemukan budaya lokal di Indonesia.
6. Murphy dan Hildebrand mengatakan bahwa budaya lokal dapat diartikan sebagai karakteristik perilaku dalam
suatu kelompok.
7. Bovee dan Thill mendefinisikan budaya lokal sebagai suatu sistem untuk berbagai simbol-simbol, kepercayaan,
sikap, nilai-nilai, harapan dan norma-norma untuk berprilaku.

Dari penuturan para tokoh dan pakar budaya di atas dapat disimpulkan bahwa memang budaya lokal akan
selalu terikat dengan letak geografis termasuk iklimnya, kepecayaan ataupun norma-norma di sekitar.
Komunikasi verbal dan non-verbal juga termasuk ke dalam budaya lokal karena Indonesia terdiri dari lebih dari
300 suku bangsan dan berbicara dalam 250 bahasa yang berbeda. Yang berarti setiap daerah memiliki bahasa
yang berbeda dengan karakteristik kebudayaannya masing-masing. Hal tersebut menjadi unik dan menjadi ciri
khas (budaya) lokal suatu daerah.

Sponsors Link

Contoh Budaya Lokal


Rasanya tidak akan terhitung jika kita mencoba mendikte apa saja budaya lokal yang ada didunia ini, atau paling
tidak di Indonesia. Dengan segala kemajemukannya budaya lokal Indonesia menjadi sangat beragam.

Tetapi penjelasan di bawah ini akan mengklasifikan contoh-contoh dari budaya lokal yang ada berdasarkan
beberapa hal mendasar seperti wilayah ataupun tipe masyarakatnya.
Indonesia terdiri dari 34 Provinsi dengan jumlah pulau mencapai 16.056 Pulau. Jumlah suku bangsa yang ada
di negara kepulauan ini bahkan berada di atas angka 300 dan berbicara dalam 250 bahasa. Maka dari itu
Koentjaraningrat mengajukan istilah wilayah kebudayaan yang mengkasifikasi budaya berdasarkan daerah di
Indonesia. Terdapat 18 Wilayah diantaranya :

ads

1. Aceh
2. (Gayo, Alas dan Batak) dan (Nias dan Batu)
3. (Minangkabau) dan (Mentawai)
4. (Sumatera Selatan) dan (Enggano)
5. Melayu
6. Bangka dan Belitung
7. Kalimantan
8. (Minahasa) dan (Sangir Talaud)
9. Toraja
10. Sulawesi Selatan
11. Ternate
12. (Ambon) & (Kepulauan Barat Daya)
13. Irian
14. Timor
15. Bali dan Lombok
16. Jawa Tengah dan Jawa Timur
17. Surakarta dan Yogyakarta
18. Jawa Barat

Selain itu Koentjaraningrat menyebutkan budaya lokal berdasarkan daerahnya yang berpengaruh pada tipe
masyarakat lokal daerah tersebut. Diantaranya Tipe Masyarakat :

1. Berdasarkan sistem berkebun yang sangat sederhana


2. Pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman pokok
3. Berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya
4. Perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat pemerintahan dengan sektor perdagangan dan industri yang lemah
5. Metropolitan

Sedangkan secara spesifik, budaya lokal di Indonesia yang terdapat di setiap daerah dapat berupa :

1. Seni Budaya

Adalah sebuah keahlian untuk mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan
kemampuan dan imajinasi pandangan mengeani benda, suasana atau karya sehigga mampu menimbulkan rasa
indah yang menciptakan peradaban yang lebih modern. Contoh seni budaya Indonesia yang ada saat ini
jumlahnya sangat melimpah sebut saja Rapai Daboh (Aceh), Makan Bajamba (Minangkabau), Rudat Banten
(Banten) atau kebudayaan lainnya seperti kebudayaan suku baduy, kebudayaan suku toraja, kebudayaan suku
jawa, kebudayaan suku sunda atau kebudayaan Nusa Tenggara Timur.

2. Seni rupa

Merupakan sebuah seni yang menghasilkan karya yang penuh dengan nilai kreatifitas , nilai estetika dan nilai
kebanggaan yang bisa dilihat oleh mata, diraba dengan tangan dan dirasakan dengan hati, perasaan dan
pikiran. Seni rupa sendiri digolongkan menjadi seni rupa 3 dimensi dan seni rupa 2 dimensi. Dimana kedua
golongan tersebut diturunkan kembali menjadi seni rupa murni dan seni rupa terapan. Contoh seni rupa yang
ada di Indonesia sangat banyak, contohnya : seni patung, kaligrafi, seni lukis, seni kriya dan masih
banyak cabang seni rupa lainnya.

3. Seni Tari atau tarian adat

Adalah Ungkapan perasaan jiwa untuk mengutarakan tujuan tertentu yang dikemas apik lewat gerak tubuh yang
menjadi satu kesatuan penuh pesona bersama irama yang mengiringinya. Contoh seni tari yang ada di
Indonesia diantaranya : Tari Bedha Ketawang, Tari Ronggeng, Tari Kecak, Tari Lilin, dll.

4. Hukum Adat

Yaitu sebuah sistem hukum yang digunakan oleh sekelompok masyakarakat pada daerah tertentu. Hukum Adat
ini biasanya cenderung asli hasil daripada buah pemikiran dan respon atas prilaku masyarakatnya.

Sponsors Link
PENGARUH DAN DAMPAK
MASUKNYA BUDAYA ASING
DI INDONESIA
October 14, 2013 — 1 Comment

Pengaruh dan dampak masuknya budaya asing di Indonesia

Masuknya Budaya Asing di Indonesia

Indonesia memiliki letak yang sangat strategis dan tanah yang subur dengan kekayaan alam
yang melimpah ruah. Pengalaman masa lampau menempatkan Indonesia sebagai wilayah
yang sibuk dan menjadikannya salah satu urat nadi perekonomian yang ada di Asia
Tenggara dan dunia. Hal ini menyebabkan banyak penduduk dari negara lain datang ke
Indonesia. Menurut Anthony Reid, Negara Indonesia merupakan negara di bawah angin,
karena pentingnya posisi Indonesia di mata dunia. Keadaan geografis yang strategis inilah
yang menyebabkan arus budaya asing bebas masuk ke Indonesia. Hampir semua budaya
dan etnis mulai dari Asia sampai Eropa ada di Indonesia. Budaya yang masuk itu
memperkaya sekaligus mempengaruhi perkembangan budaya lokal yang sudah ada secara
turun-temurun.

Pengaruh Budaya Asing di Indonesia

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh dan
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Indonesia merupakan negara di bagian timur yang menganut kebudayaan timur yang pada
intinya banyak bersumber dari agama. Artinya kepribadian orang timur terletak pada
hatinya. Dengan hatinya mereka menyatukan akal budi, intuisi, intelegansi dan perasaan.
Pemikiran timur lebih menekankan unsur terdalam dalam jiwa. Macam-macam kebudayaan
yang memiliki nilai timur lebih menekankan disiplin mengendalikan diri, sederhana, tidak
mementingkan dunia.

Indonesia sebagai bagian dari wilayah timur yang menganut kebudayaan timur, harus
mementingkan kerohanian, perasaan, gotong-royong dan menjaga keharmonisan antara
manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan.
Itulah sebabnya macam-macam kebudayaan yang dimiliki indonesi memiliki kriteria yang
sama dengan nilai-nilai budaya timur.

Permasalahannya yang kemudian muncul adalah pengaruh budaya barat yang mulai
mengena. Perkembangan pesat era globalisasi saat ini, semakin menekan proses akulturasi
budaya, terutama pengaruh budaya barat. Berbagai informasi melalui media cetak dan
elektronik dengan sentuhan kemajuan teknologi modern mempercepat akses pengetahuan
tentang budaya lain. Namun, perkembangan yang dihadirkan bersamaan dengan pengaruh
budaya barat menyebabkan efek, baik positif maupun negatif. Tetapi semua itu tergantung
dari cara berfikir individu menyikapi masuknya budaya barat ke negeri ini. Unsur budaya
barat hendaknya diserap secara selektif dan hati-hati. Kemajuan orang barat di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi patut kita tiru.Karena negara-negara barat mayoritas memiliki
IPTEK yang lebih maju jika dibandingkan dengan Indonesia. Seperti halnya dibidang
pendidikan, ekonomi dan industri. Begitu pula dengan budaya semangat kerjanya dan
berprestasinya yang perlu ditiru. Tetapi tidak semua budaya barat pantas dan layak
diterapkan di Indonesia. Seperti contohnya gaya hidup mewah dan cara berpakaian. Jika
budaya yang melanggar norma di negeri ini diimitasi tentu saja sangat tidak cocok dan
bahkan wajib untuk ditolak. Orang-orang di negara barat telah terbiasa dengan gaya hidup
mewah. Mereka sering menghabiskan uang bahkan untuk hal yang tidak penting sekaligus
jika dilihat dari kacamata orang timur. Misalnya mengoleksi barang-barang mewah seperti
contohnya yang dilakukan oleh para artis hollywood, traveling dan membeli barang-barang
bermerek. Dampak yang lebih memprihatinkan lagi adalah cara berpakaian. Cara
berpakaian orang barat jika dibandingkan dengan orang timur sangat berbeda. Orang barat
cenderung berpakaian lebih minim dan kurang sopan jika dibandingkan dengan orang
timur. Kini dampaknya banyak remaja sekarang yang bergaya dan berpakaian seperti orang
barat.

Selain budaya barat, kini yang sedang hangat-hangatnya dan populer dikalangan
masyarakat adalah budaya yang berasal dari Korea yang disebut dengan budaya korean Pop
atau yang biasa disebut dengan budaya K-POP. K-POP seolah-olah telah menghipnotis
remaja dunia bahkan di Indonesia. Banyak remaja di Indonesia yang begitu gandrung
dengan budaya ini. Cara berpakaian, style, gaya rambut, musik bahkan Industri musik di
Indonesiapun juga ikut terpengaruhi dengan adanya boyband yang mendadak muncul. Para
remaja mulai meniru gaya ala idola mereka, bahkan tidak sedikit dari mereka yang justru
tertarik dengan budaya yang berasal dari Korea ini. Inilah yang menimbulkan kekhawatiran,
begitu mudahnya masyarakat Indonesia menerima budaya Asing yang justru bisa
menggeser kebudayaan asli Indonesia.

Menurut Soerjono Soekanto (1990) masuknya budaya asing ke indonesia mempunyai


pengaruh yang sangat peka serta memiliki dampak positif dan negatif.

1) Dampak Positif
Modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di
Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan
bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut dihaarapkan akan mewujudkan
kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.
2) Dampak Negatif
Budaya yang masuk ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya
sering menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi,
kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja.
a). Kesenjangan Sosial Ekonomi
Kesenjangan sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial dan
ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Artinya ada jurang pemisah yang lebar antara si
kaya dan si miskin, akibat tidak meratanya pembangunan.
Apabila jurang pemisah ini tidak segera ditanggulangi dan menimbulkan kecemburuan
masyarakat sosial yang dapat menyebabkan keresahan dalam massyarakat. Kesenjangan
sosial itu sendiri akan mengakibatkan hal- hal berikut ini:
• Lahirnya kelompok kelompok sosial tertentu seperti adanya pengamen yang banyak
berkeliaran di jalanan yang menyebabkan masyarakat terganggu dan keberadaan pengamen
tersebut sering menimbulkan masalah yang dapat meresahkan masyarakat sekitar disamping
itu juga terdapat kelompok pengangguran yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya
dan jika tidak ditanggulangi secara cepat maka akan menimbulkan kasus atau kriminalitas

b) Kerusakan Lingkungan Hidup


Pencemaran yang terjadi di lingkungan masyarakat menimbulkan dampak sebagai berikut:
• Polusi udara, menyebabkan sesak nafas,mata pedih, dan pandangan mata kabur.
• Polusi tanah, menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak.
• Polusi air, menyebabkan air tidak bersih dan tidak sehat isi
.
c) Masalah Kriminalitas
Kriminalitas adalah perbuatan yang melanggar hukum atau hal- hal yang bersifat kejahatan,
seperti korupsi, pencurian, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan dan lainnya. Dalam
kriminologi kejahatan disebabkan karena adanya kondisi dan proses- proses sosial yang
sama yang menghasilkan perilaku sosial lainnya. Artinya, terdapat hubungan antara variasi
angka kejahatan dan variasi organisasi – organisasi sosial dimana kejahatan tersebut
terjadi.sebagaimana dikatakan E.H. Sutherland ( dalam Soejono Soekamto, 1990: 367)
kriminalitas (perilaku jahat) merupakan proses asosiasi diferensial, karena apa yang
dipelajari dalam proses tersebut sebagai akibat interaksi dalam pola dan perilaku yang jahat.

d) Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah penyimpangan perilaku yang dilakukan generasi muda
(sekelompok remaja). Misalnya tawuran, perusakan barang milik masyarakat,
penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang.
Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan
internal.

1. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari remaja atau keadaan pribadi remaja itu
sendiri. Misalnya, pembawaan sikap negatif dan suka dikendalikan yang juga mengarah
pada perbuatan nakal. Selain itu, kenakalan remaja dapat disebabkan karena adanya
pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja sehingga
menimbulkan konflik pada dirinya dan kurang mampunya si remaja itu menyesuaikan diri
dengan lingkungan.

2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja itu artinya, berasal dari
lingkungan hidup remaja tersebut. Misalnya kehidupan keluarga, pendidikan di sekolah,
pergaulan, dan media massa. Seseorangyang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis
cenderung akan memepnyai perilaku yang kurang baik dan menyimpang dari norma dan
nilai yang berada pada masyarakat. Misalnya seorang anak yang sering melihat orang
tuanya bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan karena ia tidak tahan melihat
pertengkaran orang tuanya.
Hubungan antar-Budaya

Hubungan antar Budaya adalah Peristiwa yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi antar budaya local, contohnya : antar Budaya Jawa-sunda, Sunda-
minang.

Hubungan Tersebut di mungkinkan dikarenakan karena adanya suatu kesatuan /


perkelompok manusia yang saling berhubungan dan terjadilah AKULTURASI
KEBUDAYAAN dan ASIMILASI KEBUDAYAAN.

1) Manusia mahluk yang Berbudaya karena memiliki akal, nurani dan Kehendak.

2) Kebudayaan itu berasal dari bahasa sansekerta yang berartikan Budi dan Akal.

Kebudayaan adalah hasil dari cipta , rasa , dan karsa manusia.

3) Manusia dan kebudayaan merupakan dwi tunggal karena keduanya tidak dapat
dipisahkan antara satu sama lain, dimana ada sekelompok manusia/suatu organisasi
maka di suatu organisasi/kelompok tersebut akan menghasikan kebudayaan masing-
masing.

4) Kebudayaan sangat berguna bagi masyarakat atau manusia untuk melindungi diri
terhadap alam mengatur hubungan antara manusia dan sebagai wadah segenap perasaan
manusia.

5) Kebudayaan yang hidup dan berkembang pada suatu suku bangsa di setiap daerah
disebut dengan KEEBUDAYAAN LOKAL.

6) Hubungan antar budaya dapat terjadi melalui : difusi dan akulturasi (percampuran
antara 2 budaya atau lebih yang dapat menghasilkan budaya yg baru dan tanpa
meninggalkan budaya yang lama atau sebelumnya).

7) Unsur-unsur pokok atau inti inti suatu kebudayaan dapat dijumpai pada setiap
kebudayaan di dunia maka itu dapat disebut dengan kebudayaan universal (cultural
universal).
 HOME
 EKONOMI
 BUDAYA
 GEOGRAFI
 KIMIA
 SEJARAH
 FISIKA

Home

Home » Budaya » Hubungan Antar Budaya : Pengertian Difusi, Akulturasi,


Asimilasi / Pembauran

Hubungan Antar Budaya : Pengertian Difusi, Akulturasi, Asimilasi / Pembauran

Hubungan Antar Budaya : Pengertian Difusi, Akulturasi, Asimilasi /


Pembauran - Manusia sebagai makhluk sosial memiliki sifat berubah.
Begitu juga dengan kebudayaan yang bersifat dinamis selalu mengalami
perubahan walaupun secara sangat lambat. Perubahan dari kebudayaan,
baik secara langsung maupun tidak langsung, berpengaruh pada budaya
lokal. Sebelum mengkaji tentang pengaruh budaya asing terhadap budaya
lokal, ada beberapa konsep penting yang erat kaitan nya dengan
pengaruh budaya itu, antara lain difusi (penyebaran), percampuran
(acculturation), pembauran (asimilation), dan gegar budaya (cultural
shock).

a. Difusi (Penyebaran)

Difusi adalah suatu proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan dari satu


kelompok ke kelompok lainnya atau dari satu masyarakat ke masyarakat
lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, difusi dinyatakan sebagai
proses penyebaran atau perembesan suatu unsur kebudayaan dari satu
pihak kepada pihak lain. W.A. Haviland menyatakan bahwa difusi adalah
penyebaran kebiasaan atau adat istiadat dari kebudayaan satu kepada
kebudayaan lain. Proses difusi berlangsung menggunakan teknik meniru
atau imitasi. Meniru lebih mudah daripada menciptakan sendiri, terutama
tentang hal-hal yang baru. Beberapa contoh proses terjadinya difusi, di
antaranya sebagai berikut.

1. Unsur-unsur budaya timur dan barat yang masuk ke Indonesia dilakukan


dengan teknik meniru. Misalnya, penyebaran agama Islam melalui media
perdagangan, berikut cara berdagang yang jujur, dan model pakaian yang
digunakan, lambat laun ditiru oleh masyarakat.
2. Cara berpakaian para pejabat kolonial Belanda ditiru oleh penguasa pribumi.
3. Cara orang Minangkabau membuka warung nasi dan cara orang Jawa
membuka warung tegal.
4. Cara makan yang dilakukan orang Eropa dengan menggunakan sendok ditiru
oleh orang Indonesia.

Adapun jenis difusi yang dilakukan, antara lain sebagai berikut.

1) Penyebaran intra masyarakat, dipengaruhi antara lain sebagai berikut.

a) Fungsinya dirasakan cocok dan berguna bagi kehidupan masyarakat.

b) Unsur-unsur budaya daerah mudah diterima atau diserap, contohnya


unsur-unsur kebudayaan material dan teknologi, seperti bahan makanan,
pakaian, dan alat-alat per tanian.

c) Unsur-unsur budaya daerah sangat digemari karena keindahan dan rasa.

2) Penyebaran antar masyarakat, dipengaruhi antara lain:

a) kontak antar masyarakat;

b) penyebarannya;

c) ada tidaknya kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur penemuan baru.

Bentuk penyebaran yang mendapat perhatian dari para antropolog, di


antaranya sebagai berikut.

1. Symbiotic adalah pertemuan antar individu dari satu masyarakat dan individu-
individu dari masyarakat lainnya tanpa mengubah kebudayaan masing-masing.
Contohnya proses barter yang terjadi antara orang suku pedalaman Kongo dan
orang suku pedalaman Togo di Afrika.
2. Penetration pasifique adalah masuknya kebudayaan asing dengan cara damai
dan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Misalnya, masuknya para pedagang
dari Gujarat, Persia dan Arab yang berniat berdagang, tetapi tanpa disadari
menyebarkan agama Islam.
3. Penetration violente adalah masuknya kebudayaan asing dengan cara paksa.
Misalnya, kewajiban melakukan seikirei pada masa penjajahan Jepang di Asia.

Peristiwa yang terjadi pada belahan bumi yang lain dapat disaksikan dan
didengarkan pada waktu yang bersamaan, meski orang berada di wilayah yang
sangat jauh dari tempat berlangsungnya kejadian tersebut. Peristiwa peperangan di
negara-negara Balkan atau bencana kelaparan yang terjadi di Afrika dengan mudah
dan cepat dapat segera diketahui dalam hitungan detik, bahkan secara langsung
dapat diketahui saat itu juga. Arus globalisasi informasi semakin mempermudah
proses difusi kebudayaan, setelah teknologi internet semakin berkembang sehingga
pembauran kebudayaan asing tidak bisa dihindarkan. Hal ini juga berarti semakin
mempermudah terjadinya proses pembauran atau per campuran pada suatu bangsa.

Referensi Antropologi :

Globalisasi adalah proses percepatan saling ketergantungan bangsa-bangsa dalam


sebuah sistem dunia yang berbentuk jaringan ekonomi, media massa, dan sistem
transportasi modern.

b. Akulturasi (Percampuran)

Pencampuran kebudayaan merupakan pedoman kata dari istilah bahasa


Inggris acculturation. Percampuran merupakan suatu perubahan besar
dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh dari kebudayaan
asing. Menurut Koentjaraningrat, percampuran menyangkut konsep
mengenai proses sosial yang timbul jika sekelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan
asing. Akibatnya, unsur-unsur asing lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan asli.

Proses percampuran berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama.


Hal disebabkan adanya unsur-unsur kebudayaan asing yang diserap atau
diterima secara selektif dan ada unsur-unsur yang tidak diterima sehingga
proses perubahan kebudayaan melalui mekanisme percampuran masih
memperlihatkan adanya unsur-unsur kepribadian yang asli.

Mekanisme percampuran dapat digambarkan sebagai berikut.

1) Unsur Budaya Asing yang Mudah Diterima

a) Unsur-unsur kebudayaan yang konkret wujudnya, seperti benda-benda


keperluan rumah tangga dan alat-alat pertanian yang praktis dipakai.

b) Unsur-unsur kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai.


Contohnya kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan truk
pengangkut.
c) Unsur-unsur kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan masyarakat
penerima. Contohnya, penerangan listrik menggantikan penerangan
tradisional dan telepon seluler menggantikan telepon rumah.

2) Unsur Budaya Asing yang Sulit Diterima

a) Unsur-unsur kebudayaan yang wujudnya abstrak, misalnya paham atau


ideologi negara asing.

b) Unsur-unsur kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakai,


contohnya cara meminum teh.

c) Unsur-unsur kebudayaan yang sukar disesuaikan dengan keadaan


masyarakat penerima, contohnya traktor pembajak sawah yang sukar
menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau pada lahan pertanian
tertentu.

Gambar 1. Traktor pembajak sawah merupakan salah satu contoh budaya asing yang masuk ke kebudayaan
daerah, walaupun awalnya sulit untuk diterima. (miftah/bisnis-jabar.com)

3) Unsur Budaya yang Sukar Diganti

a) Unsur yang memiliki fungsi luas dalam masyarakat. Misalnya, sistem


kekerabatan yang masih berfungsi luas dalam masyarakat Batak.

b) Unsur-unsur yang ditanamkan pada individu sejak kecil dalam proses


pembudayaan ataupun pemasyarakatan. Misalnya, kebiasaan makan
masyarakat Indonesia yang memakan nasi akan sulit diganti dengan roti
sebagai makanan pokok.

4) Individu yang Cepat dan Sukar Menerima Kebudayaan Asing


Dipandang dari sudut umur, individu-individu yang berumur relatif muda
umumnya lebih mudah menerima unsur-unsur dari luar dibandingkan
individu-individu yang berusia lanjut. Selain itu, individu-individu yang
sudah menerima kebaikan dari masyarakatnya akan sulit menerima
unsur-unsur asing.

5) Beberapa Bentuk Percampuran

Menurut para antropolog, percampuran terjadi dalam berbagai bentuk


sebagai berikut.

a) Substitusi

Unsur budaya lama diganti dengan unsur budaya baru yang memberikan
nilai lebih bagi para penggunanya. Contohnya, para petani mengganti alat
pembajak sawah oleh mesin pembajak seperti traktor.

b) Sinkretisme

Unsur-unsur budaya lama yang berfungsi padu dengan unsur-unsur


budaya yang baru sehingga membentuk sistem baru. Perpaduan ini sering
terjadi dalam sistem keagamaan, contohnya agama Trantayana di zaman
Singosari yang merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu.
Demikian juga pada tradisi keagamaan orang Jawa yang masih
memperlihatkan perpaduan antara agama Hindu dan Islam.

c) Penambahan (Addition)

Unsur budaya lama yang masih berfungsi ditambah unsur baru sehingga
memberikan nilai lebih. Contohnya, di Kota Yogyakarta, penggunaan
kendaraan bermotor melengkapi sarana transportasi tradisional, seperti
becak dan andong.

d) Penggantian (Deculturation)

Unsur budaya lama hilang karena diganti oleh unsur baru. Contohnya,
delman atau andong diganti oleh angkot atau angkutan bermotor.
e) Originasi

Masuknya unsur budaya baru yang sebelumnya tidak dikenal


menimbulkan perubahan besar dalam kehidupan masyarakatnya.
Contohnya, proyek listrik masuk desa menimbulkan perubahan besar
dalam ke hidupan masyarakat desa. Energi listrik tidak hanya
menggantikan lampu teplok dengan lampu listrik, tetapi juga mengubah
perilaku masyarakat desa akibat masuknya berbagai media elektronik,
seperti televisi, radio, dan film.

Gambar 2. Perilaku masyarakat cenderung berubah dengan diterimanya pengaruh media elektronik,
seperti televisi. (Metri Novarinda Asmar/fema.ipb.ac.id)

f) Penolakan (Rejection)

Akibat adanya proses perubahan sosial budaya yang begitu cepat


menimbulkan dampak negatif berupa penolakan dari sebagian anggota
masyarakat yang tidak siap dan tidak setuju terhadap proses
percampuran tersebut. Salah satu contoh, masih ada sebagian orang yang
menolak berobat ke dokter dan lebih percaya ke dukun.

c. Pembauran (Asimilasi)

Pembauran merupakan padanan kata dari istilah asimilation; merupakan


proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya dua
kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli atau lama
tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, pembauran adalah suatu
proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar
kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat
khas dari unsur-unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi unsur
kebudayaan campuran.

Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada persyaratan tertentu


yang mendukung berlangsungnya proses tersebut. Harsojo menyatakan
bahwa dalam pembauran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
sebagai berikut.

1) Faktor Pendorong Asimilasi

a) Toleransi adalah saling menghargai dan membiarkan perbedaan di


antara setiap pendukung kebudayaan yang saling melengkapi sehingga
mereka akan saling membutuhkan.

b) Simpati adalah kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari


oleh rasa saling menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling
menghargai orang asing dan kebudayaan nya serta saling mengakui
kelemahan dan kelebihannya akan mendekatkan masyarakat yang
menjadi pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.

c) Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat.


Misalnya dapat diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani
pendidikan yang sama bagi golongan-golongan minoritas, pemeliharaan
kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.

d) Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat


terjadi di antara dua kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku
bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.

e) Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap


kebudayaan menyebabkan masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat
satu dengan yang lainnya.

2) Faktor Penghambat Asimilasi

a) Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap


kebudayaan lain yang umumnya terjadi di antara masyarakat yang
merasa rendah (inferior) dalam menghadapi kebudayaan luar yang lebih
tinggi (superior). Contohnya, suku-suku bangsa terasing seperti orang
Kubu di Sumatra, orang Baduy di Jawa Barat, dan suku-suku terasing di
Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka menutup diri
terhadap masuknya budaya baru.
b) Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi
dan simpati yang kurang berkembang antara suku bangsa.

c) Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu


kebudayaan terhadap kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara
masyarakat kolonial dan masyarakat pribumi sehingga integrasi yang
terjalin antara yang menjajah dan yang dijajah tidak berkembang.

d) Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang


akan berakibat pada tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan
masyarakat luar. Sebaliknya, orang luar kurang memahami kebudayaan
masyarakat tersebut sehingga menimbulkan prasangka yang dapat
menghalangi berlangsungnya proses pembauran.

e) Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang
kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan
kelompok yang bersangkutan. Misalnya, golongan minoritas Arab dan
Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang
tajam dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian nama orang
Tionghoa dengan nama Indonesia tidak banyak membawa hasil untuk
mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika in-group
feeling tidak diatasi lebih dulu.

d. Gegar Budaya

Gegar budaya merupakan padanan kata dari istilah dalam bahasa Inggris
culture shock. Gegar budaya, yaitu adanya ketidaksiapan menerima
budaya yang baru pada kehidupan. Ada sebuah paradigma yang
berkembang bahwa segala yang datang dari Barat itu unggul dan lebih
baik, padahal belum tentu. Bisa saja yang datang dari Barat itu
mengandung nilai-nilai yang tidak sesuai dengan budaya Timur. Nilai-nilai
tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Sifat individualisme adalah sifat mementingkan diri sendiri. Hal ini sangat
bertentangan dengan budaya Indonesia yang lebih mengutamakan
kebersamaan. Sifat individualisme mengingkari kodrat manusia sebagai
makhluk sosial.
2. Hedonisme adalah gemar hura-hura. Kehidupan hanya digambarkan sebagai
kesenangan belaka dan tidak ada kerja keras.
3. Sekularisme adalah sikap yang memisahkan antara agama dan urusan dunia.
Agama hanya dipandang sebagai proses ritual yang kadang-kadang
bertentangan dengan kesenangan dunia.
4. Konsumerisme adalah sifat menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang
tidak perlu. Barang lebih ditentukan oleh gayanya bukan fungsinya.
Sifat-sifat tersebut sudah berkembang dengan bebasnya di Indonesia. Hal ini akibat
dari masuknya budaya asing yang begitu bebas dan pemerintah serta masyarakat
tidak melakukan penyaringan terhadap budaya asing tersebut.

Anda sekarang sudah mengetahui Hubungan Antar Budaya. Terima kasih


anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :
KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA
Posted by PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN on Jumat, 19 Agustus 2016

Indonesia merupakan negara kepulauan yang penuh dengan kekayaan


serta keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama,
bahasa daerah, dan masih banyak lainnya. Meskipun penuh dengan
keragaman budaya, Indonesia tetap satu sesuai dengan semboyan
nya, Bhineka Tunggal Ikayang artinya "meskipun berbeda-beda tetapi
tetap satu jua". Keragaman budaya turut serta didukung oleh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah wilayah-
wilayahnya oleh lautan.

Keragaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat.


Perbedaan seperti itu ada pada suku bangsa, agama, ras, serta
budaya. Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan
keindahan bangsa indonesia. Pemerintah harus bisa mendorong
keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan untuk bisa
mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional menuju indonesia
yang lebih baik.

A. Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia

1. Faktor Penyebab Keberagaman Masyarakat Indonesia

Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah


suku bangsa yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di
berbagai pulau dan wilayah di penjuru indonesia. Setiap suku bangsa
memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri pada aspek sosial dan
budaya. Menurut penelitian badan statistik auat BPS, yang di lakukan
tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa.

Keberagaman yang ada pada masyarakat bisa menjadi kekayaan


bangsa Indonesia dan potensi bangsa. Namun, keberagaman juga
menjadi tantangan hal itu disebabkan karena orang yang mempunyai
perbedaan pendapat bisa lepas kendali. Munculnya perasaan
kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi tindakan
yang dapat merusak persatuan, hal tersebut dapat mengancam
keutuhan NKRI. Karean itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan
kerukunan bisa dilakukan dengan menggunakan dialog dan
kerjasama dengan prinsip kesetaraan, kebersamaan, toleransidan
juga saling menghormati satu sama lain.

Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di


antaranya adalah sebagai berikut :

1. Keadaan geografis

Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki beribu-ribu pulau


yang dipisahkan oleh selat dan laut. Ini merupakan kondisi lingkungan
geografis Indonesia. Lingkungan geografis semacam itu menjadi
sumber adanya keanekaragaman suku, budaya, ras dan golongan
Indonesia. Kondisi geografis yang demikian menimbulkan perbedaan
dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah mata
pencaharian penduduk. Jenis-jenis pekerjaan yang ada juga
menyebabkan beranekaragamnya peralatan yang diciptakannya,
misalnya bentuk rumah dan bentuk pakaian. Akhirnya sampai pada
bentuk kesenian yang ada di masing-masing daerah berbeda.
Keadaan geoografis juga menyebabkan tiap-tiap pulau memiliki
agama dan budaya yang berkembang sendiri-sendiri.

2. Pegaruh kebudayaan asing

Adanya kontak dan komunikasi dengan para pedagang asing yang


memiliki corak budaya dan agama yang berbeda menyebabkan
terjadinya proses akulturasi unsur kebudayaan dan agama.

3. Kondisi iklim dan kondisi alam yang berbeda

Kondisi iklim seperti perbedan musim hujan dan kemarau antar daerah,
serta perbedaan kondisi alam seperti pantai, pegunungan
mengakibatkan perbedaan pada masyarakat. Ada komunitas
masyarakat yang mengandalkan laut sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan kehidupannya ada pula yang mengandalkan pertanian dan
perkebunan, dan lainnya.

2. Keanekaragaman Suku Bangsa di Indonesia

Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat


yang majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal
Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemajemukan yang
ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan
bahasa.
Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang
dimiliki oleh suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memang
berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga memiliki
persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan
kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.

Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
identitas akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong
dalam satu suku bangsa tertentu, pastilah mempunyai kesadaran dan
identitas diri terhadap kebudayaan suku bangsanya, misalnya dalam
penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian dan adat
istiadat.

Suku-suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan


sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor
geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di
Indonesia. perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa yang
lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini.

a. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut, dan lain-lain.

b. Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa,


Bahasa Madura, dan lain-lain.

c. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan


upacara kematian.

d. Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele,


dan Tari Saudati.

e. Kekerabatan, misalnya patrilineal(sistem keturunan menurut garis


ayah) dan matrilineal(sistem keturunan menurut garis ibu).

f. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.

Masyarakat Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa.


DiIndonesia terdapat kurang lebih 300 suku bangsa. Setiap suku
bangsa hidup dalam kelompok masyarakat yang mempunyai
kebudayaan berbeda-beda satu sama lain. Jumlah suku bangsa di
Indonesia ratusan jumlahnya.

Berikut ini contoh persebaran suku bangsa di Indonesia.

1. Nanggroe Aceh Darussalam : suku Aceh, suku Alas, suku Gayo, suku
Kluet, suku Simelu, suku Singkil, suku Tamiang, suku Ulu .

2. Sumatera Utara : suku Karo, suku Nias, suku Simalungun, suku


Mandailing, suku Dairi, suku Toba, suku Melayu, suku PakPak, suku
maya-maya
3. Sumatera Barat : suku Minangkabau, suku Mentawai, suku Melayu,
suku guci, suku jambak

4. Riau : Melayu, Siak, Rokan, Kampar, Kuantum Akit, Talang Manuk,


Bonai, Sakai, Anak Dalam, Hutan, Laut .

5. Kepulauan Riau : Melayu, laut

6. Bangka Belitung : Melayu

7. Jambi : Batin, Kerinci, Penghulu, Pewdah, Melayu, Kubu, Bajau .

8. Sumatera Selatan : Palembang, Melayu, Ogan, Pasemah, Komering,


Ranau Kisam, Kubu, Rawas, Rejang, Lematang, Koto, Agam

9. Bengkulu : Melayu, Rejang, Lebong, Enggano, Sekah, Serawai, Pekal,


Kaur, Lembak

10. Lampung : Lampung, Melayu, Semendo, Pasemah, Rawas, Pubian,


Sungkai, Sepucih

11. DKI Jakarta : Betawi

12. Banten : Jawa, Sunda, Badui

13. Jawa Barat : Sunda,

14. Jawa Tengah : Jawa, Karimun, Samin, Kangean

15. D.I.Yogyakarta : Jawa

16. Jawa Timur : Jawa, Madura, Tengger, Asing

17. Bali : Bali, Jawa, Madura

18. NTB : Bali, Sasak, Bima, Sumbawa, Mbojo, Dompu, Tarlawi, Lombok

19. NTT : Alor, Solor, Rote, Sawu, Sumba, Flores, Belu, Bima

20. Kalimantan Barat : Melayu, Dayak (Iban Embaluh, Punan, Kayan,


Kantuk, Embaloh, Bugan,Bukat), Manyuke

21. Kalimantan Tengah : Melayu, Dayak (Medang, Basap, Tunjung,


Bahau, Kenyah, Penihing, Benuaq), Banjar, Kutai, Ngaju, Lawangan,
Maayan, Murut, Kapuas

22. Kalimantan Timur : Melayu, Dayak(Bukupai, Lawangan, Dusun,


Ngaju, Maayan)

23. Kalimantan Selatan : Melayu, Banjar, Dayak, Aba

24. Sulawesi Selatan : Bugis, Makasar, Toraja, Mandar

25. Sulawesi Tenggara : Muna, Buton,Totaja, Tolaki, Kabaena,


Moronehe, Kulisusu, Wolio
26. SulawesiTengah : Kaili, Tomini, Toli-Toli,Buol, Kulawi, Balantak,
Banggai,Lore

27. Sulawesi Utara : Bolaang-Mongondow, Minahasa, Sangir, Talaud,


Siau, Bantik

28. Gorontalo : Gorontalo

29. Maluku : Ambon, Kei, Tanimbar, Seram, Saparua, Aru, Kisar

30. Maluku Utara : Ternate, Morotai, Sula, taliabu, Bacan, Galela

31. Papua Barat : Waigeo, Misool, Salawati, Bintuni, Bacanca

32. Papua Tengah : Yapen, Biak, Mamika, Numfoor

33. Papua Timur : Sentani, Asmat, Dani, Senggi

3. Keanekaragaman Budaya Bangsa di Indonesia

Bangsa Indonesia mempunyai keanekaragaman budaya. Tiap daerah


atau masyarakat mempunyai corak dan budaya masing-masing yang
memperlihatkan ciri khasnya. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai
bentuk kegiatan sehari-hari, misalnya upacara ritual, pakaian adat,
bentuk rumah, kesenian, bahasa, dan tradisi lainnya. Contohnya
adalah pemakaman daerah Toraja, mayat tidak dikubur dalam tanah
tetapi diletakkan dalam goa. Di daerah Bali, mayat dibakar(ngaben).

Untuk mengetahui kebudayaan daerah Indonesia dapat dilihat dari ciri-


ciri tiap budaya daerah. Ciri khas kebudayaan daerah terdiri atas
bahasa, adat istiadat, sisem kekerabatan, kesenian daerah dan ciri
badaniah (fisik)

Lingkungan tempat tinggal mempengaruhi bentuk rumah tiap suku


bangsa. Rumah adat di Jawa dan di Bali biasanya dibangun
langsung di atas tanah. Sementara rumah-rumah adat di luar Jawa
dan Bali dibangun di atas tiang atau disebut rumah panggung. Alasan
orang membuat rumah panggungantara lain untuk meghindari banjir
dan menghindari binatang buas. Kolong rumah biasanya
dimanfaatkan untuk memelihara ternak dan menyimpan barang.
Keanekaragaman budaya dapat dilihat dari bermacam-macam bentuk
rumah adat.

Berikut ini beberapa contoh rumah adat.

1. Rumah Bolon (Sumatera Utara).

2. Rumah Gadang (Minangkabau, Sumatera Barat).


3. Rumah Joglo (Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur).

4. Rumah Lamin (Kalimantan Timur).

5. Rumah Bentang (Kalimantan Tengah).

6. Rumah Tongkonan (Sulawesi Selatan).

7. Rumah Honai (Rumah suku Dani di Papua).

Setiap suku bangsa mempunyai upacara adat dalam peristiwa-peristiwa


penting kehidupan. Misalnya upacara-upacara kelahiran, penerimaan
menjadi anggota suku, perkawinan, kematian, dan lain-lain. Nama
dan bentuk upacara menandai peristiwa kehidupan itu berbeda-beda
dalam masing-masing suku.

Beberapa contoh upacara adat yang dilakukan suku-suku di Indonesia


antara lain sebagai berikut.

1. Mitoni, tedhak siti, ruwatan, kenduri, grebegan (Suku Jawa).

2. Seren taun (Sunda).

3. Kasodo (Tengger).

4. Nelubulanin, ngaben (Bali).

5. Rambu solok (Toraja).

Keberagaman kebudayaan di Indonesia juga tampak dalam kesenian


daerah. Ada bermacam-macam bentuk kesenian daerah.

Contoh lagu-lagu daerah sebagai berikut.

1. Nangroe Aceh Darussalam Piso Surit

2. Sumatera Utara Lisoi, Sinanggar Tullo, Sing Sing So, Butet

3. Sumatera Barat Kambanglah Bungo, Ayam Den Lapeh, Mak Inang,


Kampuang Nan Jauh di Mato

4. Riau Soleram

5. Sumatera Selatan Dek Sangke, Tari Tanggai, Gendis Sriwijaya

6. Jakarta Jali-jali, Kicir-kicir, Surilang

7. Jawa Barat Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Manuk Dadali, Sapu


Nyere Pegat Simpai
8. Jawa Tengah Gundul-gundul Pacul, Gambang Suling, Suwe Ora
Jamu, Pitik Tukung, Ilir-ilir,

9. Jawa Timur Rek Ayo Rek, Turi-turi Putih

10. Madura Karaban Sape, Tanduk Majeng

11. Kalimantan Barat Cik Cik Periok

12. Kalimantan Tengah Naluya, Kalayar, Tumpi Wayu

13. Kalimantan Selatan Ampar Ampar Pisang, Paris Barantai

14. Sulawesi Utara Si Patokaan, O Ina Ni Keke, Esa Mokan

15. Sulawesi Selatan Anging Mamiri, Ma Rencong, Pakarena

16. Sulawesi Tengah Tondok Kadadingku

17. Bali Dewa Ayu, Meyong-meyong, Macepetcepetan, Janger, Cening


Putri Ayu.

18. NTT Desaku, Moree, Pai Mura Rame, Tutu Koda, Heleleu Ala De
Teang,

19. Maluku Kole-Kole, Ole Sioh, Sarinande, Waktu Hujan Sore-sore, Ayo
Mama, Huhatee

20. Papua Apuse, Yamko Rambe Yamko

Contoh Tari-tarian Tradisional Indonesia

1. Nangroe Aceh Darussalam Tari Seudati, Saman, Bukat

2. Sumatera Utara Tari Serampang, Baluse, Manduda

3. Sumatera Barat Tari Piring, Payung, Tabuik

4. Riau Tari Joget Lambak, Tandak

5. Sumatera Selatan Tari Kipas, Tanggai, Tajak

6. Lampung Tari Melinting, Bedana

7. Bengkulu Tari Adum, Bidadari

8. Jambi Tari Rangkung, Sekapur Sirih

9. Jakarta Tari Yapong, Serondeng, Topeng

10. Jawa Barat Tari Jaipong, Merak, Patilaras

11. Jawa Tengah-Yogyakarta Tari Bambangan Cakil, Enggot-


enggot, Bedaya, Beksan,
12. Jawa Timur Tari Reog Ponorogo, Remong

13. Bali Tari Legong, Arje, Kecak

14. Nusa Tenggara Barat Tari Batunganga, Sampari

15. Nusa Tenggara Timur Tari Meminang, Perang

16. Kalimantan Barat Tari Tandak Sambas, Zapin Tembung

17. Kalimantan Timur Tari Hudog, Belian

18. Kalimantan Tengah Tari Balean Dadas, Tambun

19. Kalimantan Selatan Tari Baksa Kembang

20. Sulawesi Selatan Tari Kipa, Gaurambuloh

21. Sulawesi Tenggara Tari Balumba, Malulo

22. Sulawesi Tengah Tari Lumense, Parmote

23. Sulawesi Utara Tari Maengket

24. Maluku Tari Nabar Ilaa, Perang

25. Papua Tari Perang, Sanggi

Contoh Seni Pertunjukan yang Ada di Indonesia

1. Banten: Debus

2. DKI Jakarta: Ondel-ondel, Lenong

3. Jawa Barat: Wayang Golek, Rudat, Banjet, Tarling, Degung

4. Jawa Tengah: Wayang Kulit, Kuda Lumping, Wayang Orang,


Ketoprak, Srandul, Opak Alang, Sintren

5. Jawa Timur: Ludruk, Reog, Wayang Kulit

6. Bali: Wayang Kulit, Janger

7. Riau: Makyong

8. Kalimantan: Mamanda

Selain hasil kesenian yang sudah disebutkan di atas, suku-suku bangsa


di Indonesia juga mempunyai hasil karya seni dalam bentuk benda.
Karya seni yang dihasilkan oleh seniman-seniman dari berbagai suku
bangsa yang ada di Indonesia, antara lain seni lukis, seni pahat, seni
ukir, patung, batik, anyaman, dan lain-lain. Benda-benda karya seni
yang terkenal, antara lain ukiran Bali dan Jepara, Patung Asmat dan
patung-patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di Kalimantan,
dan lain-lain. Hasil kerajinan seni ini menjadi barang-barang cindera
mata yang sangat digemari turis mancanegara.

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa suku bangsa adalah suatu
golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan
kesatuan kebudayaan. Identitas seringkali dikuatkan kesatuan
bahasa. Oleh karena itu, kesatuan kebudayaan bukan suatu hal yang
ditentukan oleh orang luar, melainkan oleh warga yang bersangkutan
itu sendiri. Suku-suku yang ada di Indonesia antara lain Gayo di
Aceh, Dayak di Kalimantan, dan Asmat di Papua.

4. Keanekaragaman Agama di Indonesia

Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan


peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan lingkungannya

Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti


“tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah
religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu:


agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu. Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang
pemeluk Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka.
Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid
mencabut larangan tersebut. Ada juga penganut agama Yahudi,
Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya
termasuk sedikit.

Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-


undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan
Penodaan agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan
bahwa Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk
Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan
kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan membantu
perkembangan agama-agama tersebut.

Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau
agama resmi dan tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini
terjadi karena adanya SK (Surat Keputusan) Menteri dalam negeri
pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada KTP yang
hanya menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat
Keputusan) tersebut telah dianulir pada masa Presiden Abdurrahman
Wahid karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29 Undang-
undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi
Manusia.

Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal


Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan
kepada sebagian orang yang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi
bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas.

Berikut penjelasan Enam agama besar yang paling banyak dianut di


Indonesia

1. Agama Islam

Nama Kitab Suci : Al Qur'an

Nama Pembawa : Nabi Muhammad SAW

Permulaan : Sekitar 1400 tahun yang lalu

Tempat Ibadah : Masjid

Hari Besar Keagamaan : Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha,
Tahun Baru Hijrah, Isra’ Mi’raj

2. Agama Kristen Protestan

Nama Kitab Suci : Alkitab

Nama Pembawa : Yesus Kristus

Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu


Tempat Ibadah : Gereja

Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah,
Kenaikan Isa Almasih

3. Agama Katolik

Nama Kitab Suci : Alkitab

Nama Pembawa : Yesus Kristus

Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu

Tempat Ibadah : Gereja

Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah,
Kenaikan Isa Almasih

4. Agama Hindu

Nama Kitab Suci : Weda

Nama Pembawa : –

Permulaan : Sekitar 3000 tahun yang lalu

Tempat Ibadah : Pura

Hari Besar Keagamaan : Hari Nyepi, Hari Saraswati, Hari Pagerwesi

5. Agama Buddha

Nama Kitab Suci : Tri Pitaka

Nama Pembawa : Siddharta Gautama

Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu

Tempat Ibadah : Vihara

Hari Besar Keagamaan : Hari Waisak, Hari Asadha, Hari Kathina

6. Agama Kong Hu Cu

Nama Kitab Suci : Si Shu Wu Ching

Nama Pembawa : Kong Hu Cu

Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu


Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng

Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh

4. Keanekaragaman Ras di Indonesia

Beberapa ahli mempunyai pendapat berbeda mengenai pengertian ras,


namun secara umum ras dapat diartikan sebagai sekelompok besar
manusia yang memiliki ciri-ciri fisik yang sama. Manusia yang satu
memiliki perbedaan ras dengan manusia lainnya karena adanya
perbedaan ciri-ciri fisik, seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut,
bentuk muka, ukuran badan, bentuk badan, bentuk dan warna mata,
dan ciri fisil yang lain.

Masyarakat indonesia memiliki keberagaman ras disebabkan oleh


kehadiran bangsa asing ke wilayah Indonesia. Beberapa ras yang
ada di Indonesia seperti ras malayan-mongoloid yang tersebar di
wilayah sumatra, kalimantan, sulawesi, jawa, bali,. Yang kedua
adalah ras malanesoid yang tersebar di daerah Papua, NTT dan
maluku. Ketiga ras Kaukosoid yaitu orang India, timur Tengah,
Australia, Eropa dan Amerika. Terakhir yaitu ras Asiatic mongoloid
seperti orang Tionghoa, korea dan jepang. Ras ini tinggal dan
menyebar di seluruh wilayah Indonesia, namun terkadang mendiami
wilayah tertentu.

Tuhan menciptakan manusia beraneka ragam bentuk fisik, warna kulit,


bahasa, dan budayanya. Jika perbedaan itu disikapi dengan positif
maka akan bermanfaat sekali karena tiap kelompok masyarakat
memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada yang memiliki keramahan,
ketegasan, jiwa dagang dan lain-lain yang jika dikolaborasikan akan
bermanfaat untuk menciptakan kesejahteraan semua kelompok
masyarakat.

4. Keanekaragaman Golongan di Indonesia

Keanekaragaman golongan atau kelompok dalam


masyarakatmerupakan suatu gejala yang selalu ada dalam setiap
kehidupan manusia dan kedudukannya sangat penting. Mungkin
kamu tidak menyadari bahwa sejak kamu lahir sampai meninggal
dunia menjadi anggota kelompok dan terikat dengan kelompok. Sejak
lahir kamu menjadi anggota keluarga, menjadi warga suatu RT, RW,
kelurahan, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan negara.
Meningkat remaja – dewasa kamu juga akan menjadi anggota
berbagai macam dan jenis kelompok, mulai menjadi kelompok teman
bermain, organisasi sekolah, organisasi bidang sosial, ekonomi,
politik seni dan seterusnya. Jadi jelas sekali bahwa manusia itu
sangat terikat dengan kelompok dan hidup bersama dalam kelompok
serta tidak mungkin lepas dari suatu kelompok (menyendiri tanpa
berinteraksi dengan orang lain). Oleh karena itu para ahli sosiologi
memandang kelompok atau golongan itu merupakan unsur yang
sangat penting dalam masyarakat dan tidak mungkin masyarakat
tanpa ada kelompok sosial di dalamnya.

Para sosiolog banyak mendefinisikan dengan istilah kelompok sosial.


Menurut Merton terjadap dua jenis kelompok social, yakni kelompok
dan kolektivitas. Kelompok merupakan sekelompok orang yang
saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan
sedangkan kolektivitas merupakan orang-orang yang mempunyai
rasa solidaritas karena berbagai nilai bersama dan yang telah
memiliki rasa kewajiban moral untuk menjalankan harapan peranan.
Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep kategori sosial.

Sedangkan Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan


pada solidaritas mekanis, dan kelompok yang didasarkan pada
solidaritas organis. Solidaritas mekanis merupakan ciri yang
menandai masyarakat yang sedarhana, sedangkan solidaritas
organis merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat
kompleks yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan
dipersatukan oleh kesalingtergantungan antar bagian.

Geertz yang mengamati kehidupan masyarakat Jawa, membedakan


golongan atau kelompok manusia antara kaum abangan, santri dan
priyayi. Menurut Geertz pembagian masyarakat yang ditelitinya ke
dalam tiga tipe budaya ini didasarkan atas perbedaan pandangan
hidup di antara mereka. Sedangkan menurut Weber yang mengamati
kehidupan masyarakat modern, istilah golongan atau kelompok
terlihat pada sistem jabatan yang dinamakannya birokrasi.

Dalam kajian sosial, adanya perbedaan golongan atau kelompok juga


diakibatkan adanya status dan peranan social. Status atau
kedudukan biasanya didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi
seorang dalam suatu kelompok atau posisi suatu kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lainnya. Peran adalah perilaku yang
diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status (Horton,
1993). Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah status dan
diharapkan mengisi peran yang sesuai dengan status tersebut. Dalam
arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang
sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban; peran adalah
pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut.

Keanekaragaman golongan atau kelompok dalam masyarakat harus


dijadikan potensi untuk mempersatukan bangsa, karena pada
prinsipnya antara golongan yang satu dengan golongan lainnya saling
membutuhkan. Dalam perusahaan misalnya golongan atas (atasan)
akan membutuhkan golongan bawah (bawahan atau karyawan).
Begitu pula dalam pemerintahan, pejabat pemerintah membutuh
rakyat.

B. Arti Penting Memahami Keberagaman dalam Bingkai Bhinneka


Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang


mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal dari
keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa
Indonesia, memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa
Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera kebangsaan
merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu
di bawah falsafah dan dasar negara Pancasila.

Semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ merupakan semboyan bangsa kita


yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal dari
keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku dan
beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa
indonesia, memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa
indonesia dan tanah air Indonesia

1) Menghormati Suka Bangsa di Indonesia

Kita sebagai bangsa Indonesia harus bersatu padu agar manjadi satu
kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk dapat bersatu kita harus
memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan pandangan kita dan
tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
akan terjadi persamaan langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia.
Pedoman tersebut adalah Pancasila, kita harus dapat meningkatkan
rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di Indonesia.
Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga
yang ada di lingkungan kita, seperti gotong royong akan dapat
memudahkan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa
Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa,
dan sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan
kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah.
Dalam mengembangkan sikap menghormati terhadap keragaman
suku bangsa, dapat terlihat dari sifat dan siksp dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. kehidupan bermasyarakat tercipta kerukunan seperti halnya dalam


sebuah keluarga.

b. antara warga masyarakat terdapat semangat tolong menolong,


kerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah, dan kerjasama
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. dalam menyelesaikan urusan bersama selalu diusahakan dengan


melalui musyawarah.

d. terdapat kesadaran dan sikap yang mengutamakan kepentingan


bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Sikap dan keadaan seperti tersebut di atas harus dijunjung tinggi


serta dilestarikan. Untuk lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa, kita dapat melaksanakan pertukaran kesenian daerah dari
seluruh pelosok tanah air. Dengan adanya kegiatan pertukaran
kesenian daerah tersebut dan memberikan manfaat bagi bangsa
Indonesia, antara lain:

a. dapat saling pengertiaan antarsuku bangsa

b. dapat lebih mudah mencapai persatuan dan kesatuan

c. dapat mengurangi prasangka antar suku

d. dapat menimbulkan rasa kecintaan terhadap tanah air dan bangsa

2) Menghormati Budaya di Indonesia

Keanekaragaman budaya merupakan kekayaan bangsa kita.


Kebudayaan- kebudayaan daerah merupakan modal utama untuk
mengembangkan kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional adalah
puncak-puncak kebudayaan daerah yang ada di wilayah Indonesia.
Kebudayaan daerah yang dapat menjadi kebudayaan nasional harus
memenuhi syarat-syarat, seperti:

1. menunjukkan ciri atau identitas bangsa

2. berkualitas tinggi sehingga dapat diterima oleh seluruh bangsa


Indonesia; dan pantas dan tepat diangkat sebagai budaya nasional.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil cita, rasa, dan karya manusia
dalam suatu masyarakat dan diteruskan dari generasi ke generasi
melalui belajar. Jika kita telusuri, kebudayaan itu meliputi adat
kebiasaan, upacara ritual, bahasa, kesenian, alat-alat, mata
pencaharian, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam arti sempit
kebudayaan diartikan sebagai kesenian atau adat istiadat saja.

Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang


dalam masyarakat suatu daerah. Pada umumnya, kebudayaan
daerah merupakan budaya asli dan telah lama ada serta diwariskan
turun-temurun kepada generasi berikutnya. Kebudayaan kita
sekarang ini merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan
kebudayaan masa lampau.

Kebudayaan nasional harus memiliki unsur-unsur budaya yang


mendapat pengakuan dari semua bangsa kita, sehingga menjadi milik
bangsa. Kebudayaan nasional dilaksanakan pada saat kegiatan
tingkat nasional, seperti perayaan peringatan kemerdekaan 17
Agustus, peringatan hari-hari nasional, dan kegiatan kantor
pemerintah atau swasta. Sebagai warga negara Indonesia kita
seharusnya bangga dengan adanya keanekaragaman kebudayaan.
Bermacam-macam bentuk kebudayaan itu merupakan warisan yang
tak ternilai harganya. Kita harus menghormati keanekaragaman
budaya. Kita juga harus melestarikan dan mengembangkan berbagai
bentuk warisan budaya yang ada sekarang ini

Bagaimana cara menghormati keanekaragaman budaya yang ada di


Indonesia? Sikap menghormati keanekaragaman budaya dapat kita
tunjukkan dengan sikap-sikap berikut ini.

1. Menghormati kelompok lain yang menjalankan kebiasaan dan adat


istiadatnya.

2. Tidak menghina hasil kebudayaan suku bangsa lain.

3. Mau menonton seni pertunjukan tradisional.

4. Mau belajar dan mengembangkan berbagai jenis seni tradisional


seperti seni tari, seni musik, dan seni pertunjukan.

5. Bangga dengan hasil kebudayaan dalam negeri

Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar


kebudayaan kita yang terkenal tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak
terkena arus yang datang dari luar. Melestarikan kebudayaan
nasional harus didasari engan rasa kesadaran yang tingi tanpa
adanya paksaan dari siapapun.
Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional, kebudayaan daerah
perlu juga kita kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Pembinaan kebudayaan daerah
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. pertukaran kesenian daerah

b. pembentukan organisasi kesenian daerah

c. penyebarluasan seni budaya, antara lain melalui radio, TV, surat


kabar serta majalah

d. penyelenggaraan seminar mengenai seni budaya daerah

e. membentuk sanggar tari daerah

f. mengadakan pentas kebudayaan

3) Menghormati Agama yang ada di Indonesia

Sejak seseorang sudah diajarkan untuk meyakini dan melaksanakan


ajaran agama yang kita anut. Dalam kehidupan berbangsa, kita
mengetahui keberagaman dalam agama. Agama tersebut tidak
mengajarkan untuk memaksakan kepercayaan kita kepada orang
lain. Kita harus menghormati dan menghargai agama dan keyakinan
orang lain, dengan begitu tidak akan ada pertengkaran. Seperti
semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi
tetap satu jua.

4) Menghormati Ras yang ada di Indonesia

Masyarakat Indonesia memiliki keberagaman ras, disebabkan oleh


kedatangan bangsa asing ke wilayah Indonesia, sejarah penyebaran
ras di dunia, letak dan kondisi geografis wilayah Indonesia. Beberapa
ras yang ada dalam masyarakat Indonesia antara lain ras Malayan-
Mongoloid yang ada di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan, dan Sulawesi. Kedua ras Melanesoid yang mendiami
daerah Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Ketiga ras Asiatic
Mongoloid seperti orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Ras ini tinggal
menyebar di seluruh Indonesia, namun terkadang mendiami daerah
tertentu. Terakhir adalah ras Kaukasoid yaitu orang India, Timur
Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika.
Masyarakat Indonesia terdiri atas jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk laki-
laki sebanyak 119.630.913 dan perempuan sebanyak 118.010413
Jumlah penduduk ini dari tahun ke tahun semakin meningkat,
sehingga diprediksi penduduk Indonesia akan bertambah pesat pada
tahun-tahun berikutnya, hal ini disebabkan oleh perumbuhan
penduduk Indonesia setiap tahun sekitar 1.49%. Suatu jumlah yang
besar dan dapat menimbulkan persoalan di kemudian hari. Oleh
karena itu perlu upaya untuk mengurangi pertumbuhan penduduk
Indonesia. Ayo apa yang dapat dilakukan oleh kalian untuk
memperlambat pertumbuhan penduduk Indonesia?

Sering kali kita menjumpai seseorang memperlakukan orang lain secara


berbeda karena perbedaan jenis kelamin. Misalkan saat tugas piket
kelas, maka anak laki-laki mengangkat meja dan perempuan
menyapu. Kemudian yang menjadi sekretaris dan bendahara kelas
adalah anak perempuan. Keadaan inilah yang dinamakan gender,
yang dapat diartikan sebagai perilaku atau sikap yang disebabkan
perbedaan jenis kelamin. Perilaku dan sikap ini bukan karena jenis
kelamin seseorang sehingga dia menjadi ketua kelas. Namun
disebabkan oleh pandangan atau pendapat dalam masyarakat yang
memberikan tugas-tugas tertentu berdasarkan jenis kelamin.

Oleh karena hanya pandangan atau pendapat masyarakat, maka


mengakibatkan perbedaan gender antar masyarakat. Coba kalian
perhatikan dalam suku bangsa di Indonesia ada yang mengikuti garis
keturunan ibu atau bapak. Seperti dalam masyarakat tertentu, nama
marga mengikuti marga ayah, karena mengikuti garis keturunan laki-
laki (patrilineal). Sedangkan masyarakat yang lain lebih
mengutamakan anak perempuan dari pada laki-laki dalam kedudukan
di keluarga.

Bagaimana kita bisa bersikap menghormati keragaman ras yang ada di


tanah air? Kita bisa mengembangkan sikap berikut ini.

1. Menerima ras orang lain dalam pergaulan sehari-hari. Dalam


pergaulan di masyarakat, kita jangan membedakan antara ras yang
satu dengan yang lainnya

2. Tidak menjelek-jelekkan, menghina, dan merendahkan ras orang lain.


Kita, manusia yang diciptakan Tuhan dengan harkat dan martabat
yang sama.
5) Menghormati Golongan yang ada di Indonesia

Bagaimana kita bisa bersikap menghormati golongan atau kelompok lain


yang ada di tanah air? Sama halnya dengan sikap kita dalam
menghormati keraghaman ras. Berikut beberapa sikap yang di
kembangan dalam menghormati kelompok atau golongan yang lain.

1. Menerima golongan atau orang lain dalam pergaulan sehari-hari.


Dalam pergaulan di masyarakat, kita jangan membedakan antara
golongan yang satu dengan golongan dengan yang lainnya

2. Tidak menjelek-jelekkan, menghina, dan merendahkan golongan atau


kelompok yang lain. Kita, manusia yang diciptakan Tuhan dengan
harkat dan martabat yang sama.

6) Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

Realitas suatu bangsa yang menunjukkan adanya kondisi


keanekaragaman suku bangsa, budaya, agama ras dan golongan
mengarahkan pada pilihan untuk menganut asas multikulturalisme.
Dalam asas multikulturalisme ada kesadaran bahwa bangsa itu tidak
tunggal, tetapi terdiri atas sekian banyak komponen yang berbeda.
Multikluturalisme menekankan prinsip nilai-nilai kebersamaan di
antara keragaman suku bangsa, budaya, agama ras dan golongan
tersebut. Semua suku bangsa, budaya, agama ras dan golongan
pada prinsipnya sama-sama ada dan karena itu harus diperlakukan
dalam konteks duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Asas itu
pulalah yang diambil oleh Indonesia, yang kemudian dirumuskan
dalam semboyan yaitu “bhineka tunggal ika”.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang


mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal dari
keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa
Indonesia, memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa
Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera kebangsaan
merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu
di bawah falsafah dan dasar negara Pancasila.
Realitas historis menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berdiri tegak di
antara keragaman suku bangsa, budaya, agama ras dan golongan
yang ada. Salah satu contoh nyata yaitu dengan dipilihnya bahasa
Melayu sebagai akar bahasa persatuan yang kemudian berkembang
menjadi bahasa Indonesia. Dengan kesadaran yang tinggi semua
komponen bangsa menyepakati sebuah konsensus bersama untuk
menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang dapat
mengatasi sekaligus menjembatani jalinan antarkomponen bangsa.

Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang


dimiliki oleh suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memang
berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga memiliki
persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan
kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.

Untuk dapat bersatu kita harus memiliki pedoman yang dapat


menyeragamkan pandangan kita dan tingkah laku kita dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan terjadi persamaan
langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut
adalah Pancasila, kita harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan
dengan berbagai suku bangsa di Indonesia.

Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga


yang ada di lingkungan kita, seperti gotong royong akan dapat
memudahkan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa. Bangsa
Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa,
dan sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan
kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah.

Dalam pandangan Koentjaraningrat (1993:5) Indonesia dapat disebut


sebagai negara plural terlengkap di dunia di samping negara
Amerika. Di Amerika dikenal semboyan et pluribus unum, yang mirip
dengan bhineka tunggal ika, yang berarti banyak namun hakikatnya
satu.

Semboyan Bhineka Tunggal Ika memang menjadi sangat penting


ditengah beragamnya adat dan budaya Indonesia. Menjadi barang
percuma, apabila semboyan penuh makna tersebut hanya menjadi
pelengkap burung garuda penghias dinding. Bhineka Tunggal Ika
bermakna berbeda beda tetapi tetap satu jua, sebuah semboyan jitu
yang terbukti berhasil menyatukan bangsa dengan sejuta suku,
bangsa yang kaya akan ideologi, menjadi sebuah bangsa yang utuh
dan merdeka.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita
harus benar-benar memahami maknanya. Negara kita juga memiliki
alat-alat pemersatu bangsa yang lain yakni:

1. Dasar Negara Pancasila

2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan

3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan

4. Lambang Negara Burung Garuda

5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

6. Lagu-lagu perjuangan

Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar


persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga. Bisakah kamu
menyebutkan yang lainnya? Persatuan dalam keragaman memiliki
arti yang sangat penting. Persatuan dalam keragaman harus
dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan hal-
hal sebagai berikut:

1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang

2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab

3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah

4. Pembangunan berjalan lancar

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Suku, Agama, Ras, dan


antar golongan

Indonesia, negara di Asia Tenggara yang merupakan negara kepulauan


terbesar di dunia. Penduduk Indonesia termasuk bersifat heterogen
dan memiliki suku, ras dan budaya yang beraneka ragam.
Keberagaman suku, budaya, agama, rasa dan golongan di Indonesia
juga dipengaruhi oleh kondisi geografis yang ada. Dengan jumlah
penduduk yang mencapai sekitar 200 juta orang lebih, penduduk
Indonesia tersebar di masing-masing pulau dan mempunyai ciri khas
budayanya sendiri. Warisan agama dan budaya yang berkembang di
Indonesia, berasal dari berbagai macam etnis, suku, dan bahasa di
daerah-daerah yang menyebar di tanah nusantara.
Keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan ini antara lain
dipengaruhi oleh letak geogarfis di jalur perdagangan internasional.
Dukungan kekayaan alam yang melimpah dan diperlukan oleh
bangsa lain, maka para pedagang asing datang ke Indonesia. Selain
melakukan kegiatan berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran
agama dan kepercayaan yang mereka yakini. Agama Hindu dan
Budha masuk dibawa oleh bangsa India yang sudah lama berdagang
dengan Indonesia, kemudian menyusul para pedagang Gurajat
menyebarkn ajaran Islam. . Kedatangan bangsa Eropa membawa
ajaran agama Kristen dan Katolik, sedangkan pedagang dari Cina
menganut agama Kong Hu Chu. Berbagai ajaran agama diterima oleh
bangsa Indonesia karena sebelumnya masyarakat sudah mengenal
kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Juga sifat
keterbukaan masyarakat Indonesia menerima budaya lain

Keanekaragaman suku, agama, ras, dan antar golongan jangan


dijadikan sebagai perbedaan, tetapi hendaknya dijadikan sebagai
kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia
mempunyai kewajiban untuk selalu melestarikan persatuan dan
kesatuan dalam Negara yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika

Di samping itu, dengan mendalami keanekaragaman suku bangsa,


rasa, agama dan golongan yang ada Indonesia, wawasan kita akan
bertambah sehingga kita tidak akan menjadi bangsa yang kerdil. Kita
dapat menjadi bangsa yang mau dan mampu menghargai kekayaan
yang kita miliki, yang berupa keanekaragaman kebudayaan tersebut.

Untuk menciptakan suatu integrasi dalam masyarakat yang memiliki


tingkat keanekaragamaan kelompok sosial yang tinggi diperlukan
dengan sikap pengorbanan sikap toleransi yang besar dan upaya
yang kuat untuk melawan prasangka dan diskriminasi. Sikap toleransi
berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan
orang atau kelompok lain.

Adapun sikap toleransi yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan


persatuan dalam keragaman antara lain:

1. Tidak memandang rendah suku atau budaya yang lain

2. Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik

3. Menerima keragaman suku bangsa dan budaya sebagai kekayaan


bangsa yang tak ternilai harganya.
4. Lebih mengutamakan negara dari pada kepentingan daerah atau
suku masing-masing.

Dengan adanya multikulturalisme (ragam budaya), diharapkan


mempertebal sikap toleransi dan rasa tolong menolong serta
nasionalisme kita. Kita mesti bangga, memiliki suku bangsa, budaya,
agama ras dan golongan yang beragam. Keragaman suku bangsa,
budaya, agama ras dan golongan merupakan kekayaan bangsa yang
tak ternilai harganya. Sebagai contoh bangsa asing saja banyak yang
berebut belajar budaya daerah kita. Bahkan kita pun sempat
kecolongan, budaya asli daerah kita diklaim atau diakui sebagai
budaya asli bangsa lain. Karya-karya putra daerah pun juga banyak
yang diklaim oleh bangsa lain.

= Baca Juga =

 SEJARAH DITETAPKANNYA HARI IBU TANGGAL 22 DESEMBER


 SEJARAH HARI BELA NEGARA
 PENGERTIAN DAN MAKNA BHINNEKA TUNGGAL IKA
 CARA MEMPEROLEH BANTUAN HUKUM GRATIS UNTUK RAKYAT MISKIN
 PRINSIP HARMONI DALAM KEBERAGAMAN SUKU, AGAMA, RAS, DAN ANTARGOLONGAN (SARA)
SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, DAN GENDER DALAM BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA
 BUKU KUMPULAN MATERI UNTUK GURU DAN SISWA MAPEL PPKN KELAS 8 SESUAI SILABUS REVISI
2017
 PRINSIP PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN SUKU, AGAMA, RAS, DAN ANTARGOLONGAN (SARA),
SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, DAN GENDER DALAM BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA
 ANCAMAN PIDANA JIKA SESEORANG TERBUKTI MELAKUKAN PENISTAAN AGAMA
 ATURAN DEMO ATAU UNJUK RASA
 HARI HAK UNTUK TAHU SEDUNIA (THE INTERNATIONAL RIGHT TO KNOW DAY) SEBAGAI PENGAYAAN
MATERI HAM
 MATERI PPKN SMP/MTS KELAS IX KURIKULUM 2013 EDISI REVISI 2016
 BENTUK DAN KEDAUALATAN NEGARA SESUAI UUD 1945
 SEMANGAT DAN KOMITMEN KOLEKTIF KEBANGSAAN UNTUK MEMPERKUAT NKRI
 ISI ALINEA DAN POKOK PIKIRAN PEMBUKAAN UUD1945
 PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA
 NILAI DAN SEMANGAT SUMPAH PEMUDA TAHUN 1928 DALAM BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL

Anda mungkin juga menyukai