Anda di halaman 1dari 18

METODE PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN MATERI

PENGEMBANGAN YANG MENGARAH KEPADA KEBUTUHAN


PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Makalah

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Pengembangan


Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar

Oleh :

Syamsu Alam G
NIM : 50300121007

Ghina Aadila
NIM : 50300121008

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

‫ير‬ ّ ‫ت َو َما فّي ْاْل َ ْر‬


ُ ‫ض َولَهُ ا ْل َح ْم ُد فّي ْاْلخّ َر ّة َوه َُو ا ْل َحكّي ُم ا ْل َخ ّب‬ ّ ‫اوا‬ ّ ‫ا ْل َح ْم ُد ّ ه‬
‫َلِل الهذّي لَهُ َما فّي ال ه‬
َ ‫س َم‬

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang

memiliki segala perbendaharaan langit dan bumi, serta bagi-Nya (pula) segala puji di
akhirat.Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Shalawat serta salam

kepada baginda agung Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah

menunjukkan kita pada jalan kebenaran.


Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Pengantar
Pengembangan Masyarakat” selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang ‘’Pengembangan Masyarakat‘’ bagi para pembaca dan juga penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Muh. Syahrur S.Sos, MA selaku
dosen mata kuliah Pengantar Pengembangan Masyarakat yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan
masalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
diharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini.
Gowa,4 November 2021

Penyusun

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


Daftar Isi ................................................................................................................................ iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................3
C. Tujuan ..........................................................................................................................3
BAB II .....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................4
A. Metode Pengembangan Masyarakat .............................................................................4
B. Materi Pengembangan Yang Mengarah Kepada Kebutuhan Pengembangan
Masyarakat .........................................................................................................................11
BAB II ...................................................................................................................................14
PENUTUP/KESIMPULAN ...................................................................................................14
Daftar Pustaka ........................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Compton dan Mc Clusky (1980) mendefinisikan pengembangan masyarakat
sebagai: a process whereby community members come together to identify their
problems and need, seek solution among themselves, mobilize the necessary resources
and execute a plan of action or learning or both (suatu proses dimana masyarakat secara
bersama-sama mengidentifikasikan masalah dan kebutuhannya. Mencari pemecahan
diantara mereka sendiri, memobilisasi semua sumber daya yang ada dan menyusun
rancangan tindakan untuk meningkatkan tarap hidup atau kehidupannya).

Sementara H.M. Ya’kub (1985) mengungkapkan bahwa Pengembangan


masyarakat adalah proses pemberdayaan (empowering society). Proses ini mencakup
tiga aktivitas penting, yaitu pertama, membebaskan dan menyadarkan masyarakat.
Kegiatan ini subjektif dan memihak kepada masyarakat lemah atau masyarakat
tertindas dalam rangka memfasilitasi mereka dalam suatu proses penyadaran sehingga
memungkinkan lahir nya upaya untuk pembebasan diri dari kemiskinan dan
keterbelakangan. Kedua, berupaya agar masyarakat dapat mengidentifikasi masalah
yang dihadapi dan yang ketiga, menggerakkan partisipasi dan etos swadaya masyarakat
agar dapat menggunakan kemampuannya untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapinya.

Menurut Wuradji (1999) pengembangan masyarakat merupakan proses


penyadaran masyarakat yang dilakukan secara transpormatif, partisipatif dan
berkesinambungan melalui peningkatan kemampuan dalam menangani berbagai
persoalan dasar yang mereka hadapi untuk meningkatkan kondisi hidup sesuai dengan
cita-cita yang diharapkan.

1
Dari beberapa pandangan tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa
pengembangan masyarakat adalah upaya membantu masyarakat agar pembangunan
dapat dilakukan dengan pra karsa sendiri dengan mengidentifikasi kebutuhannya,
menggali dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kesejahteraannya sendiri.
Batasan ini mengandung makna sebagai berikut:

Pertama, membantu masyarakat dalam proses pembangunan yaitu


memperlakukan masyarakat sebagai subjek bukan objek (yang menerima apa adanya)
dalam proses pembangunan. Peran pengembang dalam hal ini adalah menciptakan
lingkungan sosial yang memungkinkan untuk berkembang, yaitu lingkungan sosial
yang mendorong perkembangan manusia dan aktualisasi potensi manusia secara lebih
besar.

Kedua, kemandirian yaitu pengembangan masyarakat harus mampu


menciptakan masyarakat yang mandiri yang tidak selalu menunggu uluran tangan dari
pihak lain untuk mengembangkan atau membangun lingkungannya. Masyarakat harus
didorong untuk mencoba memanfaatkan sumber dayanya sendiri baik yang bersifat
sumber daya alam ataupun sumber daya manusia untuk membangun wilayahnya.
Untuk itu prinsip yang perlu dikembangkan dalam membentuk kemandirian adalah
“dari masya rakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat”.

Ketiga, kesejahteraan hidup merupakan tujuan akhir dari pengembangan


masyarakat. Membangun kehidupan yang sejahtera yang dapat dinikmati oleh semua
orang dan membangun kebaikan dalam kehidupan di antara sesama manusia hanya
dapat dilakukan apabila ada kerja sama diantara manusia dalam suatu masyarakat.
Untuk mencapai kesejahteraan hidup, maka masya rakat perlu dikembangkan dari
masyarakat yang pasif menjadi masyarakat dinamis, dari masyarakat yang semula
pasrah pada nasib dan keadaan menjadi masyarakat yang ingin maju, dari masyarakat
yang tergantung menjadi masyarakat mandiri, dari masyarakat yang bertahan pada

2
status quo menjadi masyarakat yang memiliki mobilitas sosial yang tinggi dan
seterusnya.

Untuk menjalankan pengembangan masyarakat dibutuhkan sebuah metode dan


materi yang mengarah pada pengembangan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang tersebut, maka
dapat dirumuskan pokok permasalahan “Metode Pengembangan Masyarakat Dan
Materi Pengembangan Yang Mengarah Kepada Kebutuhan Pengembangan
Masyarakat ” adalah sebagai berikut
1. Apa saja metode pengembangan masyarakat?
2. Apa saja materi pengembangan yang mengarah kepada kebutuhan
pengembangan masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode pengembangan masyarakat.
2. Untuk mengetahui materi pengembangan yang mengarah kepada kebutuhan
pengembangan masyarakat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pengembangan Masyarakat


Metode merupakan suatu kerangka kerja untuk menyusun suatu tindakan atau
suatu kerangka berfikir, menyusun gagasan yang beraturan, berarah dan berkonteks
yang patut (relevan) dengan maksud dan tujuan. Metodologi ialah suatu sistem terbuat,
oleh karena itu metodologi merupakan seperangkat unsur yang membentuk satu.1

A. 1. Ragam Metode Pengembangan Masyarakat

Masyarkat mempunyai karakteristik masing – masing. Untuk itu ada beberapa


metode pengembangan masyarakat antara lain :

A. 1. 1. Metode Identifikasi Masalah


A. 1. 1. 1. Metode Delbecq
Metode ini dikembangkan oleh Van de Ven dan Delbecq yang
diberi nama "Nominal Group Process", tetapi nama Delbecq lebih
dikenal dari pada nama yang diberikan. Metode ini digunakan untuk
mengidentifikasi dan menyusun kerangka prioritas masalah yang harus
diatasi oleh masyarakat dan pengembang masyarakat.2
A. 1. 1. 2. Metode Brainstorming
Metode ini dikembangkan oleh Osborn. Metode ini bertuju an
untuk menggali berbagai pandangan yang ada mengenai suatu masalah
tertentu. Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode sebelumnya
yaitu metode Delbecq. Yang membedakan metode Brainstorming

1
Ayu Sholikhah Indah P,Dkk,’’Metode Dan Teknik Pengembangan Masyarakat’’ Makalah
Pengembangan Masyarakat,(Surakarta: Universitas Sebelas Maret,2016),H.4.
2
Aziz Muslim, Metodologi Pengembangan Masyarakat,(Cet.1; Yogyakarta: Teras,2009), H.
103

4
dengan metode delbecq adalah jumlah peserta diskusi dan tata cara
diskusi.3
A. 1. 1. 3. Metode Diskusi Kelompok Terfokus
Metode Diskusi Kelompok Terfokus (focus group discussion)
merupakan metode identifikasi masalah masyarakat yang di adaptasi
dari metode penelitian. Pada pelaksanaannya metode ini mempunyai
banyak kemiripan dengan metode Brainstorming, tetapi ada pula
beberapa perbedaannya. Beberapa tahapan dalam pelaksanaan proses
diskusi kelompok terfokus yaitu:4
2. Membentuk kelompok diskusi,
3. Tahapan pra diskusi,
4. Sediakan selembar kertas dan ajukan satu pertanyaan saja,
5. Mulailah proses diskusi,
6. Buatlah laporan data mentahnya,
7. Buatlah laporan kesimpulan.
A. 1. 1. 4. Metode Gabungan antara Wawancara, Observasi dan
Dokumentasi
Penggunaan metode ini secara bersama-sama dalam satu
identifikasi masalah, misalnya pengembang masyarakat memulai
identifikasi masalah dengan mewawancarai anggota masyarakat yang
dianggap paham dengan kondisi wilayahnya, kemudian hasil
wawancara dicross ceks dengan observasi dan dokumentasi, demikian
juga jika pengembang masyarakat memulai dengan observasi, hasilnya
dicross ceks dengan wawancara dan dokumentasi.5

3
Ibid, h. 107 - 108
4
Ibid, h. 111 - 114
5
Ibid, h. 114 - 115

5
A. 1. 2. Metode Pengembangan Masyarakat Partisipatip
A. 1. 2. 1. Participatory Rural Appraisal (PRA)
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah sebuah metode
pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk dan bersama dengan
masyarakat untuk mengetahui, menganalisa dan mengevaluasi hambatan
dan kesempatan melalui multi-disiplin dan keahlian untuk menyusun
informasi dan pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan. PRA
mempunyai sejumlah teknik untuk mengumpulkan dan membahas data.
Teknik ini berguna untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. Teknik
- teknik PRA antara lain:6
1. Secondary Data Review (SDR),
2. Direct Observation,
3. Semi Structured Interviewing (SSI),
4. Focus Group Discussion (FGD),
5. Preference Ranking and Scoring,
6. Direct Matrix Ranking,
7. Peringkat Kesejahteraan,
8. Pemetaan Sosial,
9. Transek (Penelusuran),
10. Kalender Musim,
11. Alur Sejarah,
12. Analisa Mata Pencaharian,
13. Diagram Venn,
14. Kecenderugan dan Perubahan.
A. 1. 2. 2. Metode Participatory Learning Methods (PLM)
Model pembelajaran partisipatif sebenarnya menekankan pada
proses pembelajaran, di mana kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun

6
Ibid, h. 125 - 129

6
atas dasar partisipatif (keikutsertaan) peserta pelatihan dalam semua
aspek kegiatan pelatihan, mulai dari kegiatan merencanakan,
melaksanakan, sampai pada tahap menilai kegiatan pembelajaran dalam
pelatihan. Upaya yang dilakukan pelatih pada prinsipnya lebih ditekankan
pada motivasi dan melibatkan kegiatan peserta.7
Beberapa teknik yang dapat dipergunakan pada model pelatihan ini
yaitu:
1. Teknik dalam tahap pembinaan keakraban: teknik pembentukan
kelompok kecil, teknik pembinaan belajar berkelompok, teknik
bujur sangkar terpecah.
2. Teknik yang dipergunakan pada tahap identifikasi: curah
pendapat, dan wawancara.
3. Teknik dalam tahap perumusan tujuan: teknik Delphi dan diskusi
kelompok (round table discussion)
4. Teknik pada tahap penyusunan program adalah: teknik pemilihan
cepat (Q-shot technique) dan teknik perancangan program.
5. Teknik yang dapat dipergunakan dalam proses pelatihan:
Simulasi, studi kasus, cerita pemula diskusi (discussion starter
story), Buzz group, pemecahan masalah kritis, forum, role play,
magang, kunjungan lapangan dll.
6. Teknik yang dapat dipergunakan dalam penilaian proses
pelatihan, hasil dan pengaruh kegiatan: respon terinci, cawan ikan
(fish bowl technique), dan pengajuan pendapat tertulis (Thoyib:
2007).
A. 1. 2. 3. Metode PPKP (Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan)
Metode PPKP adalah salah satu metode perencanaan partisipatif
yang bertujuan untuk menggali permasalahan yang ada di masyarakat,

7
Ibid, h. 129

7
penyebab terjadinya masalah, dan cara mengatasinya dengan
menggunakan sumberdaya lokal atas prinsip pemberdayaan masyarakat
yang acuannya sebagai berikut:8
1. Mengumpulkan informasi yang dilakukan oleh petani sendiri.
Bahan informasi ini dapat digunakan oleh orang lain atau suatu
lembaga yang akan membantu petani.
2. Mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari dan oleh
masyarakat desa untuk saling berbagi, berperan aktif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendali an serta tindak
lanjutnya.
3. Informasi yang diperoleh dengan Metode PPKP dapat
digunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan dalam
pemberdayaan masyarakat desa (petani).
4. Metode PPKP ini dilaksanakan oleh pengambil kebijakan
bersama petani, kelompok pendamping lapangan, dan dari
unsur pemerintah desa. Dalam Metode PPKP ini kelompok
pendamping lapangan hanya sebatas fasilitator.
A. 1. 2. 4. Metodologi Participatory Assessment (MPA)
Methodology for Participatory Assessments (MPA) adalah metode
yang dikembangkan untuk menjalankan penilaian suatu proyek
pembangunan masyarakat (community development). MPA merupakan alat
yang berguna bagi pembuat kebijakan, manajer program dan masyarakat,
sehingga masyarakat setempat dapat memantau kesinambungan
pembangunan dan mengambil tindakan yang diperlukan agar menjadi
semakin baik. Metodologi tersebut mengungkapkan bagaimana caranya
kaum perempuan dan keluarga yang kurang mampu dapat ikut berpartisipasi,

8
Ibid, h. 131 - 132

8
dan mengambil manfaat dari pembangunan, bersama sama dengan kaum
lelaki dan keluarga dimana mereka berada.9
A. 1. 2. 5. Kaji-Tindak Partisipatif (KTP)
Kaji-Tindak Partisipatif (KTP) adalah istilah program sedangkan
esensinya menunjuk pada metodologi Participatory Learning and Action
(PLA) atau belajar dari bertindak secara partisipatif; belajar dan bertindak
bersama, aksi refleksi partisipatif. Penggunaan istilah PLA dimaksudkan
untuk menekankan pengertian partisipatif pada proses belajar bersama
masyarakat untuk pengembangan. Kaji Tindak Partisipatif, dan nama kegiatan
mencerminkan suatu dialektika yang dinamis antara kajian dan tindakan
secara tak terpisahkan. Kajian partisipatif menjadi dasar bagi tindakan
partisipatif. Jika dari suatu tindakan terkaji masih ditemui hambatan dan
masalah, maka kajian partisipatif diulang kembali untuk menemukan jalan
keluar, demikian seterusnya. Sebuah kajian partisipatif dalam masyarakat
meletakkan semua pihak yang berpartisipasi apakah sebagai petani, nelayan,
pedagang, aparat desa, atau petugas pelayan masyarakat dalam posisi yang
setara fungsional, dan menghindar dari adanya pihak yang memiliki posisi
istimewa dalam menggali dan merumuskan proses dan hasil kajian.10
A. 1. 2. 6. Participatory Research and Development (PRD)
Penelitian mengenai partisipasi dan pengembangan masyarakat
memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki
kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan
kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
PRD yang merupakan wujud nyata dari pengembangan masyarakat seringkali
diimplementasikan dalam bentuk (a) proyek-proyek pembangunan yang
memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukung an dalam memenuhi

9
Ibid, h. 132
10
Ibid, h. 134

9
kebutuhannya, dan (b) melalui kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan
kebutuhan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak lain yang
bertanggungjawab.11
A. 1. 2. 7. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)
Teknik RRA mulai berkembang pada akhir 1970-an dan diterima secara
akademis pada akhir tahun 1980-an. Teknik RRA berkembang karena adanya
ketidakpuasan penggunaan kuisioner pada metode penelitian konvensional.
Kuisioner seringkali menghasilkan suatu hasil yang tidak tuntas dan informasi
yang diperoleh seringkali tidak meyakinkan. Selain itu, adanya bias dalam
melihat kaum miskin, pada metode penelitian konvensional. Sebagai contoh,
kuisioner hanya melihat masyarakat kelas atas, orang berpendidikan tinggi
dan kurang menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
Pendekatan dalam RRA hampir sama dengan PRA (Chambers: 1996) antara
lain: secondary data review, direct observation, semi-strucuted. interview,
workshop dan brainstorming, transect, mapping, ranking and scoring,
developing chronologies of local events, dan case studies.12
A. 1. 2. 8. Metode Participatory Action Research (PAR)
Teoritisasi dalam PAR dimulai dengan pengungkap an-pengungkapan
dan penguraian secara rasional dan kritis terhadap praktek-praktek sosial
mereka. Dari keseluruhan prinsip-prinsip PAR yang ada, yang terpenting
adalah dalam PAR tidak mengharuskan membuat dan mengelola catatan
rekaman yang menjelaskan apa yang sedang terjadi se-akurat mungkin, akan
tetapi merupakan analisa kritis terhadap situasi yang secara kelembagaan
diciptakan (seperti melalui proyek-proyek, program-program tertentu atau
system). Salah satu prinsip dalam PAR yang paling unik adalah menjadikan

11
Ibid, h. 134 - 135
12
Ibid, h. 135

10
pengalaman-pengalaman mereka sendiri sebagai sasaran pengkajian
(objectifying their own experience).13

B. Materi Pengembangan Yang Mengarah Kepada Kebutuhan Pengembangan


Masyarakat
B. 1. Kebutuhan akan Pengembangan Masyarakat

Masyarakat buta dengan kebutuhannya sendiri adalah karena sistem


dibuat tidak menguntungkan. Karenanya untuk membuat orang tidak buta
dengan kebutuhannya sendiri perlu diberdayakan. Proses pemberdayaan yang
ditawarkan Freire (yang dalam hal ini diumpamakan seperti sebuah pendidikan)
melalui dua hal, yaitu:14

B. 1. 1. Pembebasan

Bagi Freire pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas


diri manusia dan dirinya sendiri. Yaitu pendidikan yang membuat manusia
berani membicarakan masalah-masalah lingkungannya dan turun tangan
dalam lingkungan tersebut. Dan bukan pendidikan yang menjadikan akal
manusia patuh kepada keputusan-keputusan orang lain. Freire menghendaki
pendidikan "saya bertanya" bukan sekadar pendidikan "saya taat berbuat".
Oleh karena itu, pendidikan harus melibatkan tiga unsur sekaligus dalam
hubungan dialektis nya yang ajeg, yakni: guru, murid dan realitas dunia.
Yang pertama dan kedua adalah subyek yang sadar (cognitive) sementara
yang ketiga adalah obyek yang tersadari atau disadari (cognizable).
Dari model pembebasan Freire di atas, implikasinya terhadap
pengembang masyarakat adalah pengembang masyarakat tidak bisa
membuat program begitu saja tanpa mengajak bicara dengan warga

13
Ibid, H. 136
14
Paulo Freire, Education For Critical Consciousness, (New York: The Seabury Press,1973)

11
masyarakat. Oleh karena itu kalau banyak proyek yang tidak bisa dirasakan
oleh masyarakat, hal ini karena program telah dirumuskan oleh pengembang
masyarakat dengan tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat tetapi hanya
memperhatikan kebutuhan pengembang semata.
B. 1. 2. Penyadaran

Pembebasan dan pemanusiaan manusia, hanya bisa dilaksanakan, jika


seseorang memang telah menyadari realitas dirinya sendiri dan dunia
sekitarnya. Seseorang yang tidak menyadari realitas dirinya dan dunia
sekitarnya, tidak akan pernah mampu mengenali apa yang sesungguhnya ia
ingin lakukan, tidak akan pernah dapat memahami apa yang sesungguhnya
ingin ia capai. Jadi, mustahil memahamkan pada seseorang bahwa ia harus
mampu (pada hakekatnya memang mampu) memahami realitas dirinya dan
dunia sekitarnya, sebelum ia sendiri benar-benar sadar bahwa kemampuan
itu adalah fitroh kemanusiaannya dan bahwa pemahaman itu sendiri adalah
penting baginya.

B. 2. Pengetahuan Dan Keterampilan Masyarakat Dalam Pengembangan

Apapun perspektif dan model yang digunakan, pekerja sosial perlu


meningkatkan perangkat pengetahuan, teknik dan keterampilan profesionalnya
yang saling melengkapi. Secara umum, beberapa bidang yang harus dikuasai
adalah:15

1. Engagement (dengan beragam individu, kelompok, dan organisasi),


2. Assessment (termasuk assessment kebutuhan dan profile wilayah),
3. Penelitian (termasuk penelitian aksi-partisipatif dengan masyarakat),
4. Groupwork (termasuk bekerja dengan kelompok pemecah masalah
maupun kelompok-kelompok kepentingan),

15
Edi Suharto, ‘’Metodologi Pengembangan Masyarakat’’, (Makalah disajikan pada
pelatihan TKSM,Jakarta,2002)

12
5. Negosiasi (termasuk bernegosiasi secara konstruktif dalam situasi situasi
konflik),
6. Komunikasi (dengan berbagai pihak dan lembaga),
7. Konseling (termasuk bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat
dengan beragam latar kebudayaan),
8. Manajemen sumber (termasuk manajemen waktu dan aplikasi - aplikasi
untuk memperoleh bantuan),
9. Pencatatan dan pelaporan,
10. Monitoring dan evaluasi.

13
BAB II

PENUTUP/KESIMPULAN

Metode Pengembangan Masyarakat merupakan suatu kerangka kerja untuk

menyusun suatu tindakan atau suatu kerangka berfikir, menyusun gagasan yang

beraturan, berarah dan berkonteks yang patut (relevan) dengan maksud dan tujuan.

Metodologi ialah suatu sistem terbuat, oleh karena itu metodologi merupakan
seperangkat unsur yang membentuk satu. Ragam metode pengembangan masyarakat

yakni metode identifikasi masalah dan metode pengembangan masyarakat partisipatip.

Adapun materi pengembangan yang mengarah pada pengembangan masyarakat yaitu

kebutuhan akan pengembangan masyarakat dan pengetahuan dan keterampilan

masyarakat dalam pengembangan.

14
Daftar Pustaka
Freire, Paulo, Education For Critical Consciousness, New York: The Seabury
Press,1973

Indah P, Ayu Sholikhah, Dkk, Metode Dan Teknik Pengembangan Masyarakat


Makalah Pengembangan Masyarakat, Surakarta: Universitas Sebelas
Maret,2016

Muslim,Aziz, Metodologi Pengembangan Masyarakat, Cet.1; Yogyakarta: Teras,2009

Suharto, Edi,Metodologi Pengembangan Masyarakat, Makalah Disajikan Pada


Pelatihan TKSM,Jakarta,2002

15

Anda mungkin juga menyukai