Dosen Pengampu:
Dinul Fitrah Mubaraq, S.S
Disusun Oleh:
Nahdiah Nurul Falaq 17.3200.013
Muthia Rahmah Samsul 17.3200.046
Muh. Riswan 17.3200.056
HALAMAN SAMPUL
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt atas rahmat, taufiq dan hidayahNya, sehingga
makalah dengan judul “Karakteristik Mad’u dalam Tinjauan Psikologi Dakwah”
dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa dihaturkan kepada
Rasulullah Muhammad saw, beserta para keluarga, sahabat dan umat pengikutnya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Dakwah pada Program Studi/Jurusan Bimbingan Konseling Islam, Fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Parepare, Semester 5 2019. Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini sehingga diharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen pengampu yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
B. Saran ………………………………………………………………………..
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dikatakan bahwa agama islam adalah agama dakwah. Melalui dakwah itulah
ajaran islam bisa tersebar luas ke seluruh penjuru dunia. Melalui dakwah pula,
banyak rujukan dalil-dalil yang berbicara dan mengatur tentang apa dan
yang dapat diatur dan dibentuk tanpa mengadakan respons balik. Tetapi manusia
adalah makhluk hidup dengan segala esensinya, memiliki akal, hati dan perasaan,
juga memiliki kehendak dan cita-cita, selain akal yang dapat menilai mana yang
baik dan harus diikuti dan mana yang tidak baik yang harus dijauhkan. Semua
potensi ini merupakan realitas manusia yang dihadapi oleh da’wah sehingga
kemampuan dai dalam mengenal dan memahami ilmu dakwah pun sangat
C. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran
dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang
beragama islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
tinggi.
senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tak sanggup mendalami
benar.1
Salah satu tanda kebesaran Allah di alam ini adalah keragaman makhluk yang
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.”
warna kulit dan bahasa sebagai tanda kebesaran Allah yang perlu diteliti dengan
seksama untuk mengenal lebih dekat tipologi manusia untuk selanjutnya menetukan
manusia adalah salah satu factor penentu suksesnya dakwah, dan merupakan salah
satu fenomena alam yang hanya bias ditangkap oleh orang alim.
masyarakat yaitu berdasarkan tipologi, masyarakat dibagi dalam lima tipe, yaitu :
setiap fenomena sosial yang bersifat membangun, bersifat agresif dan tergolong
yang positif.
c) Tipe pengikut dini, yaitu masyarakat sederhana yang kadang-kadang
kuran siap dengan resiko dan umumnya lemah mental. Kelompok masyarakat ini
sehingga gerakan pembaharuan memerlukan waktu dan pendekatan yang sesuai untuk
masuk.
e) Tipe kolot, cirri-cirinya, tidak mau menerima pembaharuan sebelum
a. Mad’u ditinjau dari segi penerimaan dan penolakan ajaran islam. Terbagi
e. Mad’u ditinjau dari prioritas dakwah, dimulai dari diri sendiri, keluarga,
masyarakat, dst.
C. Sasaran Dakwah
Mengenal mad’u (objek dakwah) merupakan salah satu prinsip utama yang
harus dimiliki oleh seorang da’i karena merupakan tuntutan logis dalam menjalankan
aktifitas da’wah. Dengan mengenal mad’u berdasarkan situasi dan kondisinya,
dakwah pun dapat diaplikasikan secara efektif. Kegiata dakwah dalam prinsip ini
sering diibaratkan dengan kegiatan dokter yang mengobati orang sakit, dimana dokter
Begitu juga dakwah, proses dakwah sulit berhasil tanpa adanya analisa
bukanlah benda mati yang dapat diatur dan dibentuk tanpa mengadakan respons
balik. Tetapi manusia adalah makhluk hidup dengan segala esensinya, memiliki akal,
hati dan perasaan, juga memiliki kehendak dan cita-cita, selain akal yang dapat
menilai mana yang baik dan harus diikuti dan mana yang tidak baik yang harus
dijauhkan. Semua potensi ini merupakan realitas manusia yang dihadapi oleh da’wah
kepada orang lain yang dida’wahkannya. Agar yang ditawarkan dapat diterima oleh
sasaran da’wahnya, da’i harus mengemas da’wahnya sesuai dengan keinginan dan
minat mad’u.
analisis terhadap kondisi mad’u, yang dikenalnya dengan analisis sosial. Analisis ini
menjadi alat untuk mengetahui reaitas objektif mad’u, baik faktor geografis,
memengaruhi cara pandang, sikap dan tingkah laku seseorang. Kenyataan ini
menunjukkan adanya perbedaan budaya, ideologi dan hubungan sosial antar manusia
atau dengan lainnya.
Berbeda dengan manusia, sebagai alam realitas yang selalu berada dalam
eksistensi perubahan, agama adalah alam ideal yang akan menjadi tuntunan hidup
manusia. Dua kutub alam ini adalah dimensi da’wah dianggap sebagai dua kutub
dengan dua alam tersebut sekaligus dan berperan sebagai penyeimbang ataupun poros
pertemuan antara keduanya. Dengan demikian tanpa da’wah kehidupa manusia akan
timpang. Mungkin manusia hanya akan mengenal kehidupan naturalnya saja, tanpa
Berkaitan dengan pandangan ini, aktualisasi praktis da’wah bagi ikhwan al-
Safa, diawali dengan upaya selektivitas dan upaya obserfasi terhadap mad’u. Upaya
mad’u bertujuan untuk mencari acuan tindakan dakwah. Da’wah pada pradigma
selektiitas dan observasi dipahami sebagai upaya yang bertujuan mencari strategi
untukmengajak dan membina mad’u agar mampu mengikuti ajaran dan memilki
Langkah ini menurut ikhwan al-Safa dipahami sebagai prinsip da’wah yang melekat
Alasan lain yang menjadi sebab pentingnya mengenal mad’u, adalah karena
aktifitas yang harus dilakukan dengan cara bujukan yang memikat atau persuasif.
Rosulullah mencontohkan cara ini melalui akhlak al-karimahnya sehingga orang lain
percaya akan kebenaran yang disampaikan dan merasa tertarik untuk mengikuti
ajarannya.2
Secara garis besar sasaran mad’u dibagi kepada tiga bagian yaitu : diri sendiri
1. Untuk sasaran pertama yaitu diri para nabi, maka jelas kita mengatakan
bahwa mereka semua soléh, manusia pilihan dan dijamin kebenaran dan
2 Ridho Syabibi, S.Ag .2008. Metodologi Ilmu Dakwah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Cet 1.
Hal : 120-123
2. Untuk sasaran kedua, Dakwah keluarga merupakan istilah yang belum
keluarga.3 Dan keluarga juga merupakan unit terkecil yang ada di masyarakat.
Didalamnya paling tidak ada seorang ibu, ayah dan anak. Dari jumlah yang sedikit
itu, maka pendekatan dakwah yang pas adalah pendekatan dakwah yang bersifat
fardiyah. Artinya da’wah yang dilakukan secara perorangan ciri khas yang melekat
bersifat face to face. Dari hubungan langsung ini akan menjadi feedback, perilaku
maupun non verbal, artinya dalam dakwah antar individu boleh dilakukan dengan
bertitik tolak dari pemahaman bahwa dalam dakwah itu ada yang namanya proses
pendidikan. Pendidikan merupakan tindak lanjut dari proses kegiatan dakwah. Kita
akan menemukan keberagaman mad’u para nabi; dan secara garis besar terbagi
kepada dua: ada yang beriman dan mendukung dakwah para rasul, dan ada yang tidak
menerima dan otomatis menjadi penghalang. Di bawah ini kita akan melihat bahwa
lingkungan orang terdekat para rasul, seperti ayah, saudara, istri dan anak ada yang
tidak beriman dan menjadi batu sandungan dalam dakwah para rasul. Diantaranya
3 Abdul Basit. 2008. Dakwah Antar Individu. Yogyakarta : Grafindo Litera Media. Cet 1. Hal
85
a. Ayah. Al-Qur`an mencatat bahwa rasul yang mempunyai mad’u dan
tidak mau beriman dari kalangan ayahnya adalah Nabi Ibrahim ‘alaihi al-saläm.
b. Saudara. Mad’u dari saudara yang cukup menjadi ujian bagi seorang
Nabi adalah apa yang dialami oleh Nabi Yusuf ‘alaihi al-saläm.
c. Istri. Dari kalangan istri para rasul, kita menemukan dua orang yang
Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada
di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu
kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu
tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada
(jahannam)".
Nuh ‘alaihi al-saläm yang kafir itu adalah Qanaan. Di samping itu, Nabi Nuh ‘alaihi
al-saläm mempunyai putra lainnya dan mereka beriman yaitu: Sam, Ham dan Jafits.
3. Kerabat
Pemberian nasihat yang paling penting dan tolong menolong yang paling
wajib. Apabila orang tua atau saudara atau selain keduanya dari penghuni rumah
dan saling memberi wasiat dengan kebenaran sebatas kemampuan, dengan cara yang
4. Teman
Dalam berdakwah kepada teman ada beberapa cara yang bisa kita lakukan
diantara :
1. Gunakan kebijaksanaan yang ada untuk menegur pelaku bahawa
perbuatannya itu salah dan melanggar peraturan Islam. Boleh gunakan TV atau Radio
untuk memasang CD atau kased ceramah yang berkaitan dengan pemakaian tudung
atau tutup aurat apabila dia datang ke rumah. Dalam cara tidak langsung, pelaku
tersebut dengar dan dia akan rasa sendiri akan perbuatannya itu. Cara ini tanpa perlu
ditegur, dan tidak memerlukan modal percakapan dan hanya bermodalkan bil elektrik
perkataan yang menguris hati pelaku,, seperti bawa dia berbincang baik-baik di
tempat yang tiada orang, kerana bila melakukan teguran dihadapan orang ramai,
maka secara tidak langsung kita telah menjatuhkan air mukanya dihadapan orang.
tidak mengaibkannya, seperti contoh saya berikan cucu Nabi Muhammad saw iaitu
Hasan dan Hussin menegur seorang tua yang mengambil air sembahyang secara
“Assalamualaikum pakcik, maaf ganggu, boleh pakcik lihat kami mengambil air
sembahyang, jika salah pak cik tegur kami” (Teks ini digambarkan dari saya sahaja
untuk menyedapkan lagi cerita ).
supaya segala teguran yang disampaikan melalui orang tengah dapat diterimanya
5. Masyarakat
dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan
sosiologis.
kelembagaan.
kultural.
usia.
hidup social-ekonomis.
kelamin.
tersebut di atas, memiliki ciri-ciri khusus yang menuntut kepada sistem dan metode
dakwah yang di dasari dengan prinsip-prinsip psikologi yang berbeda-beda, yang
merupakan suatu keharusan jika kita menghendaki efektivitas dan efisiensi dalam
Salah satu unsur dakwah adalah Mad’u yakni manusia yang merupakan
individu atau bagian dari komunitas tertentu. Mempelajari tentang unsur ini
merupakan suatu keniscayaan dalam keberhasilan suatu dakwah.
“individu” berasal dari kata lain, “individuum” artinya “yang tidak terbagi”.
Individu merupakan sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan terbatas. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
aspek,antara lain:
keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian menagkap dan mengolah kesan-kesan
3) Pengetahuan (knowledge)
4) Keterampilan
5) Nilai-nilai (values)
6) Peranan (roles)
Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu
unsur yang penting dalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya dibandingkan
cipta,rasa, dan karsa manusia yang bersifat materiil (pakaian, rumah, mobil, dan
adalah kepercayaan atau keyakinaan yang merupakan konsep manusia tentang segala
manusia tentang individu, orang lain serta semua aspek yang berkaitan dengan
2. Organisasi Sosial
kecil, permanen atau temporer, organisasi formal atau non formal. Relasi-relasi dalam
organisasi sosial atau kelompok sosial ini dipengaruhi oleh kepercayaan,norma, dan
sikap kelompok.
manusia, sebagai contoh sebuah organisasi keagamaan yang merupakan sumber nilai,
kebiasaan dan kepercayaan. Dalam lingkup yang lebih besar, negara dapat dikatakan
sebagai organisasi sosial, dimana ia merupakan sumber dari norma-norma dan nilai
melingkupi sehingga tidak terjadi benturan antara dakwah dan kultur masyarakat atau
ibunya, yaitu sejak ditiupkan ruh ke dalam janin. Perkembangan janin pada usia lima
bulan sampai dengan enam bulan, organ pisik dan psikis sudah mulai berfungsi.
Catatan hasil panel para pakar (dokter dan psikolog) berkesimpulan bahwa :
Janin telah bisa mendengar secara jelas pada usia 6 bulan dalam kandungan
sehingga dapat menggerakkan tubuhnya sesuai dengan irama dan nada suara ibunya,
Janin sudah memiliki perasaan, kesadaran dan daya ingat yang baik.
Janin yang diberi rangsangan suara secara teratur (waktunya) dan Continue akan
Berdasarkan pada temuan para ahli tersebut maka karakter manusia masa
prenatal sudah tampak jelas. Secar biologis, organ pendengaran sudah berfungsi
sehingga dapat merespon irama dan nada suara ibunya serta bunyi-bunyian dan
melodi. Aspek emosi dan kognisi janin juga sudah mulai tumbuh. Bahkan Martin
Gardiner (ahli otak anak) menjelaskan bahwa ada hubungan antara perkembangan
kepribadian, fisik dan psikis seseorang dengan music yang diterima ketika masih
dalam kandungan terutama untuk meningkatkan IQ dan EQ. Bagian penting dari
makhluk manusia yang sudah terbentuk secara utuh atau sebagai miniature orang
dewasa. John Locke menyatakan bahwa anak bukanlah baik atau buruk secara
bawaan, tetapi anak sma sekali tidak memiliki pembawaan apapun. Jiwa anak
muncul dari anaak hampir sepenuhnya dari pembelajaran dan pengalaman mereka.
punishment.
Karakter mad’u masa neonatal ini yang penting dicatat untuk kepentingan
dakwah islam adalah bahwa anak sudah mendengar, sudah memiliki perasaan,
kesadaran dan daya ingat yang baik sebagai perkembangan masa prenatal. Disinilah
pintu masuk dakwah kepada manusia masa neonatal dimulai dan da’inya adalah
Masa bayi dimulai sejak periode neonate, selesainya pemotongan tali pusar
sampai berumur 1 tahun. Periode ini merupakan awal individu manusia terpisah,
mandiri dan bukan parasite melainkan periode penyesuaian diri dengan lingkungan.
Suara yang menunjukkann ucapan tanpa arti yang berubah menjadi ocehan dan
Manusia pada masa ini, fungsi biologis yang paling dominan adalah
ingat dan kesadaran (aspek kognitif) serta perasaan (aspek afeksi) berkembang
sejalan dengan perkembangan usia dan kesehatan fisik biologisnya. hubunganya
dengan proses dakwah maka pintu masuknya masih dominan lewat pendengaran dan
penglihatan.
5 Achmad Amrurllah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Prima Duta,2002,
hal.67-69
Pertumbuhan fisik, psikis dan kemampuan intelektual anak sejajar dan sesuai
dengan usia
Anak mulai tumbuh kreativitas, pengembangan bakat, minat dan penyesuaian diri
Karakter mad’u pada masa ini tidak berbeda dengan orang dewasa meskipun
masih sangat terbatas. Artinya kemampuan intelektual, sikap dan emosi anak sudah
memungkinkan untuk menerima stimuli ringan seperti pesan dakwah dalam bentuk
egosentris dan dongeng daan anak memberikan respon dalam bentuk perilaku
Pada masa anak usia ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental
muncul, egosentrisme mulai kuat, keyakinan terhadap hal yang magis terbentuk,
Apa yang telah dilakukan secara fisik sebelumnya sejalan dengan perkembangan
pemikiran anak usia 3- 5 tahun, minat pada agama mad’u ini dimulai dengan minat
ingin tahu tentang ibadah, kelahiran, kematian dan keingintahuan pada konsep
adalah realistic dalam arti menafsirkan apa yang di dengar dan dilihat. Minat pada
Supaya anak menjadi patuh, maka harus dibentuk agar memiliki kedisiplinan
yang konsisteen, suatu cara mengajarkan perilaku moral yang diterima kelompok.
Itulah cara dakwah terhadap mad’u usia baliita yang da’inya bisa dari keluarga dan
orang dekatnya maupun guru pra sekolah atau pendidikan anak usia dini.6
Mad’u pada akhir masa kanak-kanak (usia 6-11). Sering dilabeli sebagai “usia yang
menyulitkan” karena mad’u pada usia ini tidak mau lagi menuruti perintah orang tua,
tetapi lebih menurut dengan teman sebayanya. Biasanya anak laki-laki lebih banyak
membandel dibandingkan dengan anak wanita. Di sisi lainanak usia ini dilabeli
dengan “usia sekolah dasar”, periode kritis dalam mendorong prestasi diri karena
anak usia ini berusaha membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses atau sangat
sukses. Anak juga sering dilabeli sebagai “usia berkelompok” karena perhatian utama
anak usia ini tertuju pada keinginan berkelompok teman sebaya.ini ada Keinginan
berkelompok anak usia ini adalah dalam rangka penyesuaian diri dengan lingkungan,
terutama dengan teman sebaya sehingga anak usia ini sering disebut “usia
penyesuaian diri”
Karakter emosi pada masa anak usia ini memiliki pola yang berbeda dengan
pada awal masa kanak-kanak (amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati.
Gembira,sedih dan kasih sayang). Perbedaan itu ada dalam dua hal yaitu jenis situasi
yang membangkitkn emosi dan bentuk ungkapkan emosinya. Emosi yang tidak
bahak atau menangis. Menangis merupakan pelampiasan tenaga emosi yang tertahan
keadilan , benar dan salah adalah relative. Relativisme moral ini telah menggantikan
moral yang kaku, seperti berbohong itu tidak selalu buruk. Kohlbergl menanamkan
tingkat kedua dari perkembangan moral akhir masa kanak-kanak sebgai tingkat
pertama adalah moralitas anaak baik dimana anak mengikuti aturan untuk mengambil
hati orang lain dan mempertahankan hubungan baik ). Kode moral anak sangat
dipengaruhi oleh kelompok diamana anak mengidentifikasikan diri. Ini berarti jika
anak harus memilih anak akan memilih standar gengnya selama ia bersama dengan
kode moral akhir masa kanak-kanak berangsur mendekati kode moral orang dewasa.
Peranan disiplin bagi perkembangan moral anak menjadi sangat penting. Hal
pokok dari disiplin yang efektif bagi perkembangan moral anak adalah:
Benar dan salah diberikan alasan mengapa pola perilku tertentu diterima dan
pola lain tidak diterima sehingga menolong anak untuk memperluas konsep dan lebih
abstrak.
Ganjaran (reward)
Pujian atau penghargaan mempunyai nilai pendidikan yang kuat dan baik,
yang menunjukkan bahwa perilakunya benar. Hal ini harus disesuaikan dengan usia
Hukuman (punishment)
Hukuman yang diberikan kepada anak dalam rangka perkembangan moralnya
harus disesuaikan dengan perkembangan dan bersifat adil sehingga anak harus
Konsistensi
Disiplin yang baik harus konsisten. Apa yang benar dan yang salah tidak
malu adalah suara hati yang menggambarkan penilaian dari suara hati jika
konsep dirinya. Perubahan tidak hanya pada konsep diri saja, tetapi juga pada sifat-
sifat orang lain yang dinilai dan dikagumi sertiman a sifat-sifat pada diri sendiri.Diri
Remaja atau adolescence berari tumbuh menjadi dewasa yang ditandai dengan
kemampuan reproduksi. Dalam arti yang luas, remaja menurut Piaget adalah masa
mereka mulai memusatkan perhatiannya pada perilaku orang dewasa yang dicitrakan.
Karakter yng perlu dicatat dalam hubungannya dengan kepentingan dakwah sebagai
proses pengendalian dan pengubahan perilaku adalah perkembangan kognisi, emosi,
dengan aspek pragmatis dalam khidupan. Namun orang dewasa awal lebih maju
c. The Executive Stage (fase eksekutif), fase dimana orang dewasa awal
bertanggung jawab kepada sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial dan individu
lebih tua memilih untuk memfokuskan tenaga mereka pada tugas dan kegiatan yang
Siklus kehidupan sosio emosional masa dewasa awaal pada umumnya baru
sampai pada siklus kedua atau ketiga, tergantung padaa budaya yang mengitarinya.
Ini karena masa dewasa awal era modern memiliki delema pilihan antara pekerjaan
dan karier yang berarti harus menunda pernikahan, atau mendahulukan pernikahan
dan mengasuh anak-anak, atau mengkombinasikan antar karier, pernikahan dan
Problem ini lebih berat pada wanita daripada pria dan jika kaum wanita lebih
dalam memori jangka pendek (sort term). Proses seperti organisasi dan pembayangan
Mad’u pada usia ini butuh menikmati waktu luang. Paruh kehidupan ini waktu
khusus adalah penting karena perubahan fisik yang terjadi dank arena persiapan untuk
suatu pengunduran diri dari suatu aktivitas. Sebagai orang dewasa madya, seseorang
tidak hanya harus belajar bekerja dengan baik tetapi juga perlu belajar bagaimana
melibatkan diri dalam aktivitas olahraga, sosial dan keagamaan di waktu luang akan
Lansia merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan yang dimulai
sejak usia 60 tahun sampai akhir hidup. Masa lansia ini pengkategoriannya berbeda-
beda antara psikolog yang satu dengan lainnya. Baltes, Smith membagi lansia dalm
8 Achamd Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta, Prima Duta, 2000,
hal-34-36
9 Bahri Muhammad Gazali, Dakwah Komunikasi,Jakarta, CV. Pedoman Ilmu,1997,hal26-29
tiga kategori yaitu: orang tua muda atau (young old) yaitu lansia berusia 65-74 tahun,
orang tua-tua yaitu lansia yang berusia 75-84 tahun, dan orang tua yang sangat tua
yaitu lansia yang berusia 85 keatas . Rentang kehidupan manusia yang paling akhir
dan panjang ini ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Perubahan-
1. Kekuatan fisik dan motoric yang sangat kurang, terkadang ada sebagian
fungsi orgab tubuhnya tidak dapat dipertahankan lagi.
putrinya sudah besar dan berkeluarga, sehingga tidak tinggal serumah lagi.
yang menurun.10
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran
dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang
beragama islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
tinggi.
3. Golongan yang berbeda dengan golongan diatas adalah mereka yang senang
membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tak sanggup mendalami benar.
Banyak pendapat tentang tata cara dan bagaimana rumpun mad’u itu, akan
a) Tipe innovator
b) Tipe pelopor
e) Tipe kolot
Berdasarkan data-data rumpun mad’u diatas, dapat dikelompokkan dengan
3. Kerabat
4. Teman
5. Masyarakat
bimbingan atau dakwah mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal
sebagai berikut :
sosiologis.
kelembagaan.
kultural.
4. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat
usia.
hidup social-ekonomis.
aspek,antara lain:
sebagainya.
keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian menagkap dan mengolah kesan-kesan
4) Keterampilan
5) Nilai-nilai (values)
6) Peranan (roles)
B. SARAN
mengucapkan permohonan maaf. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak
sempurna dan penuh akan kekurangan. Saran dan kritikan dari pembaca sangat
Duta.
Basit Abdul . 2008. Dakwah Antar Individu. Yogyakarta : Grafindo Litera Media.
Cet 1.
Rosdakarya.
Syabibi Ridho, S.Ag .2008. Metodologi Ilmu Dakwah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Cet 1.