Anda di halaman 1dari 10

Dakwah Sebagai

Proses Sosialisasi Nilai-nilai Islam


KESEJAHTERAAN SOSIAL / 1A

Rizky Mulyaty (11160541000007)


Ajeng Wahyuni (11160541000018)
Dakwah merupakan sebuah proses sosialisasi nilai-nilai Islam
yang mentransformasi individu, kelompok, juga masyarakat menuju
kehidupan Islam. Tegak tidaknya Islam ditentukan dengan tegak
tidaknya dakwah Islam. Salah satunya dengan model dakwah
transformatif, yang tidak hanya mengandalkan dakwah verbal
(konvensional) untuk memberikan materi-materi keagamaan kepada
masyarakat, yang memposisikan da’i sebagai penyebar pesan-pesan
keagamaan, tetapi menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan ke
dalam kehidupan riil masyarakat dengan cara melakukan
pendampingan masyarakat secara langsung.
“Kamu sekalian adalah sebaik-baik ummat (khairu ummah)
yang diturunkan kepada manusia, menyeru kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.”
(Qs. Ali Imran 110).
Dakwah Sebagai
Proses Komunikasi dan Sosialisasi
Dari sekian banyak definisi dakwah ada sebuah definisi yang menyatakan, bahwa dakwah adalah
proses komunikasi efektif dan continue, bersifat umum, dan rasional, dengan menggunakan cara-
cara ilmiah dan sarana yang efisien, dalam mencapai tujuan-tujuannya.

Dengan demikian dakwah memiliki dua peran yang saling terkait, yaitu dakwah sebagai proses
komunikasi, dan proses sosialisasi nilai-nilai Islam yang juga merupakan proses perubahan sosial.
Peran tersebut memiliki fungsi mengupayakan perubahan nilai dalam masyarakat sesuai dengan
tujuan-tujuan dakwah Islam, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi keislaman
kepada umat.

Seorang Da’i haruslah mensosialisasikan nilai-nilai Islam pada mad’u-nya, sehingga ajaran Islam
dengan sukarela dapat diamalkan dalam setiap sendi kehidupan manusia yang sesuai dengan
tujuan dakwah Islam.
Bentuk Sosialisasi Nilai-Nilai Islam
1. Sendi ekonomi. Da’i dapat memberi petunjuk kepada masyarakat agar mengazaskan
praktek ekonomi pada Alquran dan hadist, misalnya: jual-beli yang halal, riba dalam
berdagang, jujur dalam timbangan, pembagian kekayaan, distribusi ekonomi, meminjamkan
modal, dan lainnya.
2. Sendi politik. Pada zaman Nabi SAW, Khalifah di suatu daerah diangkat menjadi gubernur
sekaligus ditunjuk menjadi imam masjid. Ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak
hanya harus cakap dalam mengurus rakyatnya, tapi juga ia harus berpegang teguh pada
ajaran Islam.
3. Segi pendidikan. Sosialisasi nilai Islam dalam bidang pendidikan, seperti fasilitas
perpustakaan, mengadakan pengajian agama, pengajaran masyarakat, dan sebagainya.
Ketika masjid sudah tidak dapat menampung perkembangan pengajaran umat, dibangunlah
madrasah yang melanjutkan fungsi masjid.
4. Segi kesehatan. Islam melarang umatnya untuk memakan makanan
haram, seperti darah, bangkai, daging babi dan anjing, hewan yang mati
karena terjatuh, tercekik, dll. Larangan-larangan tersebut semata-mata
bertujuan menghindarkan manusia dari berbagai macam penyakit
berbahaya.
5. Segi Kesenian. Sosialisasi islam dalam kesenian sangat erat kaitannya
dengan arsitektur masjid yang dibangun dengan indah dan dilengkapi
kaligrafi yang bertuliskan asma Allah, ayat Alquran yang dilagukan dengan
seni suara, dan adzan dikumandangkan dengan suara yang merdu.
Akan tetapi, itu semua tidak akan terwujud jika tidak ada faktor-faktor
pembentuk interaksi sosial. Adapun faktor-faktor yang menjadi
pembentuk adanya interaksi sosial adalah :
 Imitasi
Faktor dasar dari interaksi sosial yang menyebabkan keseragaman dalam
pandangan dan tingkah laku orang banyak. Proses imitasi merupakan proses
belajar manusia dalam masyarakat sebagai proses mematangkan
kepribadian, sebagai gambaran dalam proses ini dapat dilihat dalam Al-quran
Q.S Al-Maidah (5):31.
 Sugesti
Suatu proses dimana seseorang individu dapat menerima suatu cara
penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik
terlebih dahulu.
Identifikasi
Proses komunikasi dakwah dalam proses identifikasi sangat berperan penting karena ketika
seorang mad’u masih kekurangan norma, cita-cita, ataupun pedoman tingkah laku dalam
berbagai situasi kehidupannya maka mad’u tersebut akan melakukan identifikasi.
Karena biasanya dalam proses identifikasi yang dilakukan seseorang kepada orang lain yang
dianggapnya ideal dalam suatu segi untuk memperoleh sistem norma sikap dan nilai yang
dianggap ideal.
Simpati & Empati
Poin penting yang juga dijalani Rasulullah saw. dalam berdakwah adalah mengedepankan
simpati dan empati. Perasaan simpati & empati ini akan membuat dakwah menjadi lebih
mengena. Rasa ini juga akan membuat juru dakwah bisa memahami situasi yang sedang
dihadapi objek dakwahnya.
Spiritualitas dan Penggalian
Makna Sosial

1. Isra Mikraj: Perjalanan Rohani dan Inspirasi Peradaban Manusia.


2. Nuzulul Quran dan Pesan Perdamaian Islam.
3. Idul Fitri dan Kesucian Jiwa.
4. Haji dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

Anda mungkin juga menyukai