Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP DAKWAH “MODERAT”

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hadits Dakwah

Dosen Pengampu : Drs. Kasmuri, M.Ag

Disusun oleh:

1. Naili Zulfi (1901016051)


2. Tarisa Sifa G (1901016060)
3. Irfan Prasetyo W. (1901016136)
4. Saffana Maulidia (1901016138)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG

2021
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. . ii

BAB I PEMBAHASAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

C. Tujuan ...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dakwah islam moderat .................................................................................. 2

B. Hadits yang berkenaan dengan prinsip dakwah ......................................................... 6

C. Ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan prinsip dakwah ........................................... 12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah adalah menyeru kepada umat manusia untuk menuju kebaikan,
memerintahkan yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar dalam rangka
memperoleh kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat. Karena itu, dakwah
memiliki pengertian yang luas. Ia tidak hanya berarti mengajak dan menyeru umat
manusia agar memeluk Islam, lebih dari itu dakwah juga berarti upaya membina
masyarakat Islam agar menjadi masyarakat yang lebih berkualitas (khairu ummah)
yang dibina dengan ruh tauhid dan ketinggian nilai-nilai Islam (Pimay, 2006: 13-14).
Paham Islam Moderat merupakan suatu paham yang mengedepankan rasa
saling hormat menghormati, tidak saling salah-menyalahkan, tidak saling merasa
paling benar sendiri, dan bersedia berdialog ketika terjadi sebuah perbedaan. Bersikap
moderat dalam berIslam bukanlah suatu hal yang menyimpang dalam ajaran Islam,
karena hal ini dapat ditemukan rujukannya, baik dalam al-Qur’an, al-Hadits, maupun
perilaku manusia dalam sejarah. Mengembangkan pemahaman “Islam moderat” untuk
konteks Indonesia dapatlah dianggap begitu penting. Bukankah diketahui bahwa di
wilayah ini terdapat banyak paham dalam Islam, beragam agama, dan multi-etnis.
Paham “Islam moderat mengajak, bagaimana Islam dipahami secara kontekstual,
memahami bahwa perbedaan dan keragaman adalah sunnatullah, tidak dapat ditolak
keberadaannya. Jika hal ini diamalkan, dapat diyakini Islam akan menjadi agama
rahmatan lil alamin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dakwah Islam Moderat?
2. Bagaimana hadits yang berkenaan prinsip dalam berdakwah secara moderat?
3. Bagaimana ayat al-Qur’an menjelaskan yang berkaitan dengan prinsip dakwah?
C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Dakwah Islam Moderat
2. Mengetahui hadits yang berkenaan prinsip dalam berdakwah secara moderat
3. Mengetahui konsep prinsip dakwah yang berkaitan dengan ayat al-qur’an

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dakwah Islam Moderat


1) Islam Moderat
Istilah Islam Moderat bukan sengaja dibuat-buat tanpa ada dasarnya sama
sekali, melainkan istilah Islam Moderat sudah memiliki konsep dan landasan yang
jelas. Bahkan, istilah islam moderat muncul dengan dasar atau landasan teologis dan
ontologis (sesuatu yang bersifat konkret). Istilah Islam moderat ialah bagian dari
ajaran Islam yang universal. Istilah Islam moderat memiliki padanan dengan istilah
Arab ummatan wasathan atau al-din al-wasath. al ini sebagai mana firman Allah Swt:
“Dan demikianlah Aku (Tuhan) jadikan kalian umat yang “wasath” (adil,
tengah-tengah, terbaik) agar kalian menjadi saksi (syuhada’) bagi semua manusia, dan
agar Rasul (Muhammad saw) menjadi saksi (syahid) juga atas kalian.” (Q.S. Al-
Baqarah 143 : {2} )
Istilah Umatan wasathan dalam ayat tersebut berarti “golongan atau agama
tengah”. Kata “wasat” dalam ayat di atas, jika merujuk kepada tafsir klasik seperti al-
Tabari atau al-Razi, mempunyai tiga kemungkinan pengertian, yakni: umat yang adil,
tengah-tengah, atau terbaik. Ketiga pengertian itu, pada dasarnya, saling berkaitan.
Sebagai istilah untuk penggolongan corak pemikiran dan gerakan istilah “Islam
moderat” diperlawankan dengan istilah lain, yaitu Islam radikal. Islam moderat, dalam
pengertian yang lazim kita kenal sekarang, adalah corak pemahaman Islam yang
menolak cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh kalangan lain yang menganut model
Islam radikal.
Paham Islam moderat memiliki beberapa nilai-nilai luhur yang harus
diperhatikan, antara lain:
1. Tawassuth. Yang dimaksud dengan sikap tawasuth disini adalah sikap tengah-
tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan.
2. Tawazun. Yang dimaksud dengan tawazun disini adalah seimbang dalam segala
hal, temasuk dalam penggunaan dalil ’aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran
rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Alquran dan hadis).

2
3. I’tidal. Yang dimaksud dengan i’tidal disini adalah tegak lurus. Konsisten dalam
melaksanakan aturan tidak melihat unsur benci atau suka.
4. Tasamuh. Yang dimaksud dengan sikap tasamuh atau toleransi di sini yakni sikap
menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang
tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang
berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. 1
2) Dakwah Moderat
Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah syiar agama yang paling mulia setelah
tauhid. Seluruh nabi dan rasul diutus oleh nabi tugasnya adalah untuk melakukan amar
ma’ruf dan nahi munkar, atau bahasa lain berdakwa di jalan Allah SWT Dalam al-
Qur’an Allah SWT. Yang artinya: Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada amar ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik (Q.S. Ali Imran: 110).
Berdasarkan dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa tugas dakwah adalah
amanah yang paling mulia. Maka dari itu, seorang da’i harus benar-benar memahami
aspek-aspek penentu dalam kesuksesan sebuah dakwah.Tidak asal dakwah itu
disampaikan. Seorang da’i sejatinya memerhatikan prinsip-prinsip dakwah seperti
strategi dakwah, metode dakwah, dan sasaran dakwah. 2
Al-Qur’an sebagai karunia dan sumber inspirasi mampu memberikan semangat
dalam menyampaikan kebaikan. Sehingga Islam selalu memotivasi pemeluknya untuk
senantiasa aktif menyebarkan kebaikan, bahkan maju mundurnya umat Islam sangat
tergantung dan berkaitan erat dengan aktivitas dakwah yang dilaksanakan. Dalam al-
Qur’an , dakwah disebut sebagai ah}sanu qawla (the best speaking – perkataan yang
terbaik). Artinya dakwah menempati posisi tinggi dan mulia dalam Islam. Pendakwah
hanya berusaha dalam menyampaikan dakwah, sementara hidayah adalah hak
prerogatif Allah SWT.

1
Wahyu Abdul Jafar. 2018. Persepsi Masyarakat Kota Bengkulu Terhadap Paham Islam Moderat. Jurnal
Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan. 5(01). H.80
2
Edy Sutrisno. 2019. Aktualisasi Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan. Jurnal Bimas Islam Vol 12(1).
Malang

3
Pendakwah seharusnya menyampaikan ajaran Islam yang menyeluruh yang
dikemas dengan nilai-nilai moderat. Sebab Islam adalah agama yang dapat
memberikan keteduhan, kesejukan dan kedamaian bagi individu dan komunitas sosial.
Pendakwah menjadi panutan, sehingga harus memberikan keteladanan dalam
masyarakat. Dakwah yang dilaksanakan sebaiknya lebih menonjolkan kesejukan,
daripada provokasi apalagi menggunakan cara-cara kekerasan dalam tatanan
kehidupan.
Moderat sebagai pemikiran ditandai dengan penerimaan perbedaan dan
penolakan terhadap kekerasan sebagai alat untuk mencapai tujuan keagamaan dan
politik serta menganjurkan toleransi. Di sisi lain, moderat juga tidak menerima adanya
ideologi liberal dalam dakwah Islam, yang terlalu berlebihan dalam menafsirkan teks-
teks keagamaan. Dakwah moderat menginginkan perdamaian, agar masyarakat
menerima dengan sepenuh hati pesan dakwah yang disampaikan. Citra Islam rahmatan
lil ‘Alamin dan moderat yang ditampakkan oleh setiap Muslim berupa kejujuran,
keadilan, senyum dan kelembutan sungguh menjadi daya pemikat bagi non muslim
untuk bersahabat, berdiskusi bahkan menjadi penganut dari agama yang menyejukkan
3
tersebut.
Dakwah moderat tidak hanya dilakukan di dunia nyata, namun juga bisa
dikembangkan di dunia virtual. Dahulu, dakwah secara intelektual di seluruh dunia
Islam dibatasi oleh kurangnya media komunikasi.4 Tetapi kini, teknologi, informasi
dan komunikasi telah menciptakan lingkungan sumber daya Islam yang dapat diubah
menjadi bentuk digital sehingga mudah didistribusikan secara global 5. Sebab internet
sekarang ini menjadi media yang mudah dan praktis untuk mengetahui berbagai
persoalan keagamaan, dari masalah ringan seputar ibadah sampai dengan persoalan
yang pelik sekalipun, semua sangat mudah untuk diketahui dan didapatkan. Google

3
Samsuriyanto. 2018. Tesis. Dakwah Moderat Dr (Hc). Kh. Ahmad Mustofa Bisri Di Dunia Virtual.
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Hlm 2
4
Literatur Islam dikomunikasikan melalui media buku, seperti terjemahan al Quran, Tafsir, hadis dan Fiqih
antara lain hanya tersedia dalam teks tertulis.
5
Seyed Ebrahim Hosseini, et al, “The Impact of Information Technology on Islamic Behaviour”, Journal of
Multidisciplinary Engineering Science and Technology, Vol. 1, No. 5 (December, 2014), 135.

4
sebagai bagian dari internet seringkali dijadikan sebagai sumber dan rujukan utama
untuk mendapatkan pengetahuan keagamaan. 6
Dakwah moderat sangat dibutuhkan khususnya di Indonesia yang
masyarakatnya multikultural. Masdar Hilmy memberikan karakteristik moderatisme
dalam konteks Islam Indonesia sebagai berikut; a) ideologi tanpa kekerasan dalam
dakwah Islam; b) mengadopsi cara hidup modern dengan semua turunannya, termasuk
sains dan teknologi, demokrasi, hak asasi manusia dan sejenisnya; c) penggunaan cara
berfikir rasional; d) pendekatan kontekstual dalam memahami Islam, dan; e)
penggunaan ijtihad. Karakteristik tersebut, dapat diperluas menjadi seperti toleransi,
harmoni dan kerjasama antar kelompok agama yang berbeda.
Di antara karakteristik dari ahl al sunnah wa al jamaah sebagai pemegang
estafet moderat adalah toleran, seimbang, dan adil. Pertama, toleran. Dakwah moderat
menghormati perbedaan, karena al-Qur’an sebagai sumber inspirasi mengajarkan
untuk tidak memaksa. Dalam sebuah masyarakat, mayoritas menghargai perilaku atau
kepercayaan tertentu dari minoritas. Demikin juga minoritas yang menghormati
kepercayaan dan perilaku tertentu dari mayoritas. Dalam dimensi agama, toleransi
sungguh kuat ketika berkaitan dengan aqidah, tapi lentur ketika berkaitan dengan
muamalah. Mencampu-adukkan antar agama buknalah bagian dari toleransi, sebab
toleransi adalah saling menghormati. Dengan demikian, toleransi adalah prinsip dasar
agama yang mencintai perdamaian ini.
Kedua, seimbang. Dakwah moderat dapat mengintekrasikan antara teks-teks
suci dan rasio dalam menemukan kebenaran. Dalam hal ini, dakwah moderat berada di
antara dua paham yang berlebihan dalam beragama. Di satu sisi, dakwah libera
tumbuh dengan mendewakan akal di atas wahyu dalam menafsirkan agama,
sedangkan di sisi lain dakwah radikal yang sangat berpegang teguh pada makna zahir
teks-teks suci dan cenderung mengabaikan akal. Dengan demikian dakwah moderat
didasari pada teks-teks suci dan akal dengan adanya kontekstualiasi dan dialog tanpa
adanya berlebihan.
Ketiga, adil. Pendakwah moderat senantiasa memandang manusia secara adil
dan obyektif. Islam mengajarkan agar muslim bersikap adil, baik untuk diri, orang lain

6
Abdul Basit, “Dakwah Cerdas di Era Modern”, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 3, No. 1 (Juni, 2013), 77.

5
maupun lingkungan. Dengan demikian, Islam mengajarkan untuk tidak berlebihan
dalam segala sesuatu, termasuk mencintai dan membenci. Pendakwah yang berlebihan
dalam mencinta, maka akan menafikan kesalahan yang dilakukan. Begitu juga
sebaliknya, ketika berlebihan dalam membenci, maka akan menghiraukan keutaman
yang dimiliki. Sebab berlebihan dalam menckngai dan membenci bisa membuat orang
tidak dapat berbuat adil. 7
B. Hadits mengenai prinsip dakwah
Dalam berdakwah seorang da’i hendaknya mempunyai prinsip yang akan
digunakan dalam proses dakwahnya. Adapun prinsip itu sendiri dapat diartikan suatu
kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa prinsip dakwah adalah suatu kebenaran yang dijadikan pokok
dasar berpikir dan bertindak seorang da’i dalam melakukan dakwahnya. Ali Aziz
menggambarkan prinsip-prinsip dakwah adalah sebagai berikut :
a) Memberi keteladanan sebelum berdakwah
b) Mengikat hati sebelum menjelaskan
c) Mengenalkan sebelum memberi beban
d) Bertahap dalam pembebanan
e) Memudahkan, bukan menyulitkan
f) Masalah yang pokok sebelum yang kecil
g) Membesarkan hati sebelum memberi ancaman
h) Memberi pemahaman bukan mendikte
i) Mendidik, bukan menelanjangi
j) Muridnya guru, bukan muridnya buku8
1. Mengikat hati sebelum menjelaskan

‫س ِم ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ا ْل ُم ْن َكد ِِر‬


ِ ‫ح ْبنُ ا ْلقَا‬ُ ‫س َواءٍ َح َّدثَنَا َر ْو‬
َ ‫سى َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن‬ َ ‫َح َّدثَنَا ع َْم ُرو ْب ُن ِعي‬
َ ْ‫س َّل َم َفلَ َّما َرآ ُه َقا َل ِبئ‬
‫س‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫علَى النَّ ِبي‬ َ ‫ستَأْذَ َن‬ ْ ‫ع َْن ع ُْر َوةَ ع َْن عَائِشَةَأَ َّن َر ُج اًل ا‬
‫سلَّ َم ِفي َوجْ ِه ِه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ق النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ِير ِة فَلَ َّما َجل‬
َ َّ‫س تَ َطل‬ َ ‫س ا ْب ُن ا ْل َعش‬ َ ‫أَ ُخو ا ْل َعش‬
َ ْ‫ِير ِة َو ِبئ‬

7
Abdul Muhid dan Samsuriyanto. 2018. Dakwah Moderat Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya Di Dunia
Virtual Analisis Wacana Teks Media Teun A. Van Dijk. UIN Sunan Ampel Surabaya. Hlm 1082
8
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), 175.

6
َّ َ‫ين َرأَيْت‬
‫الر ُج َل قُ ْلتَ لَهُ َكذَا‬ َ ‫َّللا ِح‬
ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫الر ُج ُل قَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ يَا َر‬ َّ َ‫طلَق‬ َ ‫س َط ِإلَ ْي ِه فَلَ َّما ا ْن‬ َ َ‫َوا ْنب‬
ُ‫عائِشَة‬َ ‫سلَّ َم يَا‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ َّ ‫س ْطتَ ِإلَ ْي ِه فَقَا َل َرسُو ُل‬ َ َ‫طلَّ ْقتَ فِي َوجْ ِه ِه َوا ْنب‬ َ َ‫َو َكذَا ث ُ َّم ت‬
‫اس اتِقَا َء ش َِره‬ُ َّ‫َّللا َم ْن ِزلَةا يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة َم ْن تَ َر َكهُ ِ الن‬ ِ َّ‫َمتَى ع َِه ْدتِنِي فَ َّحاشاا إِ َّن ش ََّر الن‬
ِ َّ ‫اس ِع ْن َد‬
9
)‫(روه البخاري‬

Telah menceritakan kapada kami amr bin ’isa, telah menceritakan kepada kami
muhammad bin sawa’, telah menceritakan kepada kita rouh bin qosim dari muhammad
bin munkadir dari urwah dari aishah bahwa Ada seseorang laki-laki yang meminta izin
kepada Nabi SAW. Tatkala laki-laki itu melihat Nabi SAW. Ia mencelakan : ini
keluarga yang paling buruk !. ketika laki-laki itutelah duduk, wajah Nabi SAW. Berseri-
seri dan membentangkan tangan kepada laki-laki tersebut. Tatkala orang laki-laki itu
telah pulang, “Aisyah berkata kepada Nabi SAW. : ya Rosulullah, saat anda melihat
laki-laki tadi, anda mangatakan begini-begini. Kemudian wajah anda berseri-seri dan
membentangkan tangannya anda untuknya. Rosulullah SAW. Bersabda : “wahai
Aisyah, sejak kapan kamu menganggapku sebagai orang yang jahat, sesungguhnya
manusia yang paling buruknya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dijauhi
orang lain, karena takut akan kejahatannya”.

Apabila dia sudah melihat kebajikan pada objek dakwahnya, hendaklah dia
mendorongnya untuk terus meningkatkan. Dalam hadits Nabi, mengisahkan tentang si
pembunuh seratus jiwa yang diambil oleh malaikat rahmat karena jaraknya lebih dekat
ke tempat yang baik walau hanya sejengkal, dan kisah lainnya. Para da’i hendaknya
menyampaikan kabar gembira atau motivasi sebelum menyampaikan ancaman, agar hati
tertutup bisa terbuka. Dai pula hendaknya memahami kondisi objek dakwahnya
sebelum dia mendakwahi mereka, sehingga dia tidak menakut nakuti mereka sebelum
menyampaikan kabar gembira. Seperti yangdicontohkan Nabi ketika mengajak ‘Adi
bin Hatim masuk islam,berbicara dengan sesuatu yang dapat membuat objek dakwah
tertarik pada dakwah ini. Para dai hendaknya selalu mendorong objek dakwahnya untuk

9
Muhammad bin Isma’il Al-Bukhary, S{ah{ih{ Al-Bukhary, (Beirut: Da>r Al-Ih}ya’ Turath Al- ‘Araby, ttp), Juz. 8,
13.

7
berbuat baik.Janganlah sekali-kali memberi kesan kepadanya bahwa dia jika dia telah
banyak bermaksiat, dosannya besar dan ia tidak akan diampuni.

Ketika berbicara dengan objek dakwah, seorang dai wajib untuk tidak
membebaskan dirinya dari kesalahan. Dai perlu menanamkan kesan pertama kali bahwa
dirinya juga manusia biasa sebagaimana mereka, terkadang benar terkadang
salah.Maka, agamalah sebagai nasihat, bagi Allah, RasulNya, para pemimpin kaum
muslimin, dan orang-orang awam. Setelah menyampaikan targhib, hendaklah
dilanjutkan dengan mengenalkan kepada mereka hakikat dunia dan pengaruhnya,
sehingga menjadikan landasan mereka tak terlalu terikat olehnya.

Jiwa manusia, sebagaimana dia ditundukkan dengan cara memberi dorongan, dia
juga harus ditundukkan dengan cara diberi peringatan dan ancaman. Karena peringatan
ini akan mampu menjauhkan mereka dari perbuatan hina dan tercela. Dengan demikian,
dai telah berinteraksi dengan fitrah manusia tanpa membenturkannya dengan benturan
yang keras, tetapi melatih dan mengobatinya, sehingga fitrah itu kembali seperti semula
sebagaimana pertama kali diciptakan Allah10

2. Memperkenalkan Jenis Ilmu Sebelum Memberikan Ilmu

ِ‫َّللا‬
َّ ‫ع ْب ِد‬
َ ‫الرحْ َم ِن ب ِْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ ُ ‫ع ْب ِد ا ْل َم ِل ِك ب ِْن‬
َ ‫ع َمي ٍْر ع َْن‬ َ ‫س ْفيَانُ ع َْن‬ ُ ‫َح َّدثَنَا ا ْبنُ أَ ِبي‬
ُ ‫ع َم َر َح َّدثَنَا‬
َ ‫ام َرأا‬
‫س ِم َع‬ ْ ُ‫َّللا‬َّ ‫ض َر‬ َّ َ‫سلَّ َم قَا َل ن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫يهعَ ْن النَّ ِبي‬ِ ‫ِث ع َْن أَ ِب‬ُ ‫سعُو ٍد يُ َحد‬ ْ ‫ب ِْن َم‬
‫يُ ِغ ُّل‬ ‫ث ََل‬ ٌ ‫ام ِل فِ ْق ٍه إِلَى َم ْن هُ َو أَ ْفقَهُ ِم ْنهُ ثَ ًَل‬ ِ ‫فَ َوعَا َها َو َح ِف َظ َها َوبَلَّغَ َها فَ ُر َّب َح‬ ‫َمقَالَتِي‬
‫فَ ِإ َّن‬ ‫عتِ ِه ْم‬َ ‫ين َولُ ُزو ُم َج َما‬ ْ ‫ص َحةُ أَئِ َّم ِة ا ْل ُم‬
َ ‫س ِل ِم‬ َ ‫ص ا ْلعَ َم ِل ِ َّّلِلِ َو ُمنَا‬
ُ ‫س ِل ٍم إِ ْخ ًَل‬ ُ ‫قَ ْل‬
ْ ‫ب ُم‬ ‫علَي ِْه َّن‬
َ
)‫ال َّدع َْوةَ ت ُ ِحيطُ ِم ْن َو َرائِ ِه ْم(روهاالترمذ‬
Artinya : Telah menceritakan kapada kami ibnu abi umar, Telah menceritakan
kapada kami sufyan, dari abdil malik bin umair dari abdi rahman bin abdillah bin
mas’ud, dia di ceritakan kepada bapaknya “Semoga Allah SWT. Memberi cahaya-Nya
kepada seseorang yang mendengarkan ucapanku, memahaminya, menghafalnya, dan

10
Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 57.

8
menyampaikannya. Betapa banyak orang yang menyampaikan lebih mudah dipahami
oleh orang lain. Ada tiga hal yang membuat hati orang islam tidak menjadi dengki :
keikhlasan beramal karena Allah, saling menasehati para pemimpin umat islam, tetap
pada jamaah orang islam. Karenanya, dakwah itu meliputi semua umat.( Muhammad, 208
: 331)

Para dai perlu memerhatikan prinsip yang seharusnya dipenuhi dalam rangka
meluluhkan hati sang objek dakwah, yaitu ‘at -ta’riif qabla at-taklif’ (upaya untuk
membuat senang dalam menggeluti kebenaran), mendorong mereka untuk beramal
dengan kebenaran itu, dan menjelaskan tentang besarnya pahala yang dijanjikan atas
setiap orang yang mau berbuat demikian. sebelum memberi beban, perlu ada fase
pengenalan kepada objek dakwah. fase pengenalan merupakan fase terpenting dalam
dakwah, karena apabila seorang dai baik dalam mengemukakan awal dakwahnya berua
pengenalan, maka hati manusia akan terbuka untuk menerimanya dan mereka
menjadisenang untuk melaksanakannya.

Ada beberapa tahapan dakwah yang perlu dilampaui, yaitu: tahap pengenalan
terhadap pola pikir, tahap pembentukan (seleksi pendukung, dan kaderisasi serta
pembinaan), dan tahap aksi dan aplikasi. seorang dai wajib memberikan menjelasan
kepada objek dakwahnya sebelum ia memberikan tugas dengan berbagai beban di
perjalanan. dan perlu diingat sesungguhnya jalan dakwah ini akhirnya adalah
menyenangkan ‚Aku dan rasul-rasulKu pasti menang, sesungguhnya Allah maha kuat
lagi maha perkasa.‛ (QS. Al-Mujaadilah: 21). oleh karena itu, dai wajib
memberitahukan kepada orang-orang yang menempuh perjalanan dakwah tentang
urgensi ‚kepercayaan‛ (tsiqah) di sepanjang perjalanan itu. Tsiqah itulah yang akan
mampu mengantarkan mereka kepada tujuan yangdiinginkan sehingga tidak tersesat
ditengah jalan.

3. Memudahkan, bukan menyulitkan

‫َّللا‬ ُ ‫ط ْل َحةَ ب ِْن‬


ِ َّ ‫ع َب ْي ِد‬ َ ‫سى ب ِْن‬
َ ‫ب ع َْن ِعي‬ ِ ‫علَى َمالِكٍ ع َْن اب ِْن‬
ٍ ‫ش َها‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا يَحْ َيى ْبنُ يَحْ َيى قَا َل قَ َرأْت‬
‫اص َقا َل‬ِ َ‫َّللا ب ِْن ع َْم ِرو ب ِْن ا ْلع‬ َ ‫ع َْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
‫سأَلُونَهُ فَ َجا َء َر ُج ٌل‬ ِ ‫سلَّ َم فِي َح َّج ِة ا ْل َود‬
ِ َّ‫َاع ِب ِمناى ِللن‬
ْ َ‫اس ي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ َ َ‫َوق‬
ُ ‫ف َر‬
9
‫ج ث ُ َّم َجا َءهُ َر ُج ٌل آ َخ ُر‬ ْ ‫شعُ ْر فَ َحلَ ْقتُ َق ْب َل أَ ْن أَ ْن َح َر فَقَا َل‬
َ ‫اذبَحْ َو ََل َح َر‬ ْ َ‫َّللاِ لَ ْم أ‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫فَقَا َل يَا َر‬
‫سو ُل‬ ُ ‫سئِ َل َر‬ُ ‫ج قَا َل فَ َما‬ ْ ‫شعُ ْر فَنَ َح ْرتُ قَ ْب َل أَ ْن أَ ْر ِم َي فَقَا َل‬
َ ‫ار ِم َو ََل َح َر‬ ْ َ‫َّللاِ لَ ْم أ‬
َّ ‫سو َل‬ُ ‫فَقَا َل يَا َر‬
َ ‫سلَّ َم ع َْن ش َْيءٍ قُ ِد َم َو ََل أ ُ ِخ َر إِ ََّل قَا َل ْافعَ ْل َو ََل َح َر‬
‫ج‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬
ِ َّ
Artinya: Telah menceritakan kapada kami yahya bin yahya berkata, saya
membaca dari malik dari ibnu syihab dari isa bin tolhah bin ubaidillah dari abdillah dari
umar bin ash berkata: “Saat haji wada’ Rosulullah SAW, berdiam di Mina. Orang-orang
bertanya kepadanya. Ada seorang laki-laki yang datang, lalu bertanya : “Wahai
Rosulullah, aku tidak ingat hingga aku sudah mencukur rambut sebelum menyembelih
hewan qurban”. “Sembelihlah, tidak masalah”, jawab Nabi SAW. Setelah itu, ada
seorang laki-laki yang lain datang, lalu bertanya, “ Wahai Rosulullah, tidak terasa
bagiku hingga aku berqurban sebelum melempar jumrah”. Rosulullah SAW, menjawab,
“ lemparlah, tidak ada masalah”. Rosulullah SAW, tidak perna di Tanya tentang sesuatu
yangdi kerjakan dahulu ayaupun di tunda, kecuali ia berkata, “kerjakan, tidak masalah”.
(Muslim, 202:175)

Setiap dai wajib melihat objek dakwahnya dengan jiwa dan pandangan seorang
pendidik yang penuh kasih sayang, rendah hati, dan pemaaf. Senantiasa mengharap
kebaikan atas diri objek dakwahnya, bukan malah memandang objek dakwah dengan
pandangan penuh kepura-puraan, sok alim dan berusaha menampilkan kesan dihadapan
mereka mahwa dirinya adalah yang paling pintar di muka bumi. Dari sinilah, dai wajib
berbicara dengan manusia sesuai dengan kadar akalnya, sehingga memudahkan apa-apa
yang terasa sulit dan menjelaskan apa-apa yang belum jelas bagi mereka.

Diantara upaya mempermudah itu adalah menjauhi sikap sok fasih (tafashshuh)
dan berlebihan dalam berbicara. Yang laing penting, dai perlu menghubungkan antara
tema yang ia bicarakan dengan realitas yang sedang dihadapi oleh objek dakwah,
dengan cara membuat ilustrasi yang mudah dipahami, membangkitkan perhatian, dan
menggunakan perbandingan dengan hal-hal serupa. Da’i juga hendaknya
mengikutsertakan objek dakwah dalam pembicaraan dengan suasana dialogis
(komunikasi dua arah), agar dapat diukursejauh mana pengertian yang dapat ditangkap
oleh objek.hendaknya pula tidak berlebihan dalam melontarkan pertanyaan-pertanyaan

10
pada objek dakwahnya, sebelum ia yakin bahwa dia sendiri menguasai jawabannya
beserta seluruh argumentasi dan dalil-dalilnya.

Satu hal penting yang mesti diingat dijalan dakwah adalah hendaknya seorang da’i
menjadikan jalan mudah dan menyingkirkan kesulitan sebagai metodenya dalam
berdakwah kepada Allah Swt. Jangan sampai terjadi munculnya pendapat yang
menentang keras dan keras, sebagai pertanda bahwa dakwah yang dia lakukan tidak
mendapatkan respons. Agama ini datang dengan mudah dan menyingkirkan kesulitan-
kesulitan yang dihadapi umat ini.

Kisah Rasul ketika mengutus Abu Musa Al-Asyari dan Mu’adz bin Jabal ke
Yaman, dia memberikan nasihat yang sangat pendek namun padat, temtang rukhsa
(keringanan) dan maksiat. Beliau memberi pelajaran kepada umatnya, untuk
menggunakan ruhksah} dan menjauhi maksiat. Dengan demikian, bahwa memberatkan
manusia dan mengambil azimah merupakan fitnah bagi mereka. Jika seseorang boleh
memberati dirinya dengan pekerjaan dan ibadah yang berat sebagai usaha untuk
mencapai yang lebih sempurna, namun hal itu tidak boleh diterapkan kepada manusia
secara umumyang kemampuannya tidak sama dengan orang-orang khusus yang
memiliki tingkat kewaraan dan ketakwaan yang lebih. Sehingga cara yang memberatkan
orang lain ini dilakukan, maka manusia secara tanpa disadari akan menjauhi agama ini.

Bagi seorang yang memimpin sholat melihat dan memerhatikan serta menyadari
sepenuhnya bahwa ditengah-tengah jamaah itu ada orang yang lemah, ada pula yang
sudah tua dan ada pula yang cacat. Shalat merupakan gambaran mikro kehidupan, maka
demikianlah seharusnya seseorang berlaku dalam hidup ini. Memang tidak apa-apa bagi
seorang muslim untuk mengambil pendapat yang paling hati-hati dan paling selamat
dalam sebuah masalah atau sejumlah masalah,namun jika dia selalu meninggalkan yang
paling gampang dan selalu mengikuti yang paling hati-hati, maka agama akhirnya akan
menjadi kumpulan kehati-hatian (Majmu’ah} Ahwiyyat) yang tidak menggambrakan
kecuali kesempitan dan kesulitan. Padahal Allah SWT menginginkan kemudahan
dan kelapangan pada hambanya.(Wahidin, 2011 : 272)

C. Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan prinsip dakwah

11
Pokok pertama dan utama dalam melakukan suatu dakwah ialah menimbulkan
kasih sayang, silaturrahmi dan hati terbuka pada diri orang yang akan berdakwah.
Maka, sikap yang menarik adalah modal dakwah yang utama bagi pendakwah. Hal ini
kerap kita rasa tidak penting, sehingga menimbulkan antipati.

1. Memberi keteladanan sebelum berdakwah (al qudwah qabla al da’wah)

َ‫ كَـبُ َر َم ْقتـاا ِع ْن َد هللاِ اَ ْن تَـقُ ْولُ ْـوا َما َل‬.‫يايـُّ َها الَّذَي ْـ َن ا َمنُ ْوا ِل َم تَـقُ ْولُ ْـو َن َما َلَ تَـ ْفعَلُ ْـو َن‬
‫ الصف‬.‫تَـ ْفعَلُ ْـو َن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Seorang da‟i sebelum
menyampaikan dakwahnya maka pendakwah harus memiliki karakter yang kuat
dan jelas. Mereka adalah panutan umat. Setiap gerak langkah, tutur kata, perilaku
dan kehidupan kesehariannya akan senantiasa diperhatikan umat. Maka akhlaq
yang baik seorang pendakwah terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakat
sekitar akan menentukan dakwahnya kedepan dan dakwah akan lebih produktif.
Pendakwah hendaknya mampu menggunakan cara-cara yang menarik simpatik di
hati para pendengarnya dan menjadi suri tauladan yang baik bagi umatnya. (Q.S
As-Shaff ayat 2-3)
2. Mengikat hati sebelum menjelaskan (al-ta’liif qabl al ta’riif)
a. (Q.S. Ali Imran: 159)

‫ع ْن ُه ْم‬
َ ‫ْف‬ ُ ‫غ ِل ْيظَ ا ْلقَ ْلبِ ََل ْنفَض ُّْوا ِم ْن ح َْو ِلكَ ۖ فَاع‬ ًّ َ‫َّللا ِل ْنتَ لَ ُه ْم ۚ َولَ ْو كُ ْنتَ ف‬
َ ‫ظا‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ ه‬
َ‫ب ا ْل ُمت َ َو ِكلِ ْين‬ َ ‫َّللا ۗ اِنَّ ه‬
ُّ ‫َّللا يُ ِح‬ َ ‫اَل ْم ِۚر فَ ِاذَا ع ََز ْمتَ فَت َ َو َّك ْل‬
ِ ‫علَى ه‬ َ ْ ‫ست َ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْرهُ ْم فِى‬
ْ ‫َوا‬
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,

12
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
b. menurut Jum‟ah Amin: ada sepuluh yang harus diperhatikan setiap pendakwah
untuk menyatukan hati manusia dengan taufik Allah SWT. Diantaranya adalah:
1) Menanamkan pada diri mitra dakwah, bahwa pendakwah menyerunya kepada
sebuah prinsip nilai, bukan demi kepentingan pribadi
2) Memberi kesan kepada mitra dakwah bahwa pendakwah selalu menaruh
perhatian kepadanya dan menginginkan kebajikan baginya.
3) Pendakwah tidak bersikap keras, meskipun hanya dengan kata-kata.
4) Hendaknya pendakwah membuat mitra dakwah dekat dengannya, berseri muka
di hadapannya, dan tidak mencari-cari kekurangannya.
5) Hendaknya pendakwah menghadapkan wajahnya ketika berbicara dengan
mitra dakwah dan tidak memutus pembicaraanya, dan tidak pula
melecehkannya.
6) Ketika berbicara dengan mitra dakwah, hendaknya pendakwah tidak lebih
tinggi atau lebih mulia darinya dan menempatkannya sesuai dengan posisinya.
7) Hendaknya pendakwah memberi nasihat mitra dakwah yang bersifat pribadi
secara tertutup dan menyimpan rahasianya, tidak membuka aibnya di hadapan
orang banyak
8) Hendaknya pendakwah memberi hadiah kepada mitra dakwah untuk
melunakkan hatinya.
9) Hendaknya pendakwah merangsang tekad mitra dakwah agar hatinya terbuka
untuk menerima kebenaran.
10) Hendaknya pendakwah menjauhi perselisihan dalam masalah fikih dan
menjauhi perdebatan atau saling berbangga diri dengan pendapatnya.
3. Mengenalkan sebelum memberi beban (al-ta’riif qabl al-takliif)
(Q.S. Muhammad: 19)
‫ّٰللاُ َي ْعلَ ُم ُمتَقَلَّ َبكُ ْم َو َمثْ ٰوىكُ ْم‬ ِ ِۚ ‫ست َ ْغ ِف ْر ِل َذ ْۢ ْن ِبكَ َو ِل ْل ُم ْؤ ِم ِن ْينَ َوا ْل ُم ْؤ ِم ٰن‬
‫ت َو ه‬ ‫علَ ْم اَنَّ ٗه َ َٓل ا ِٰلهَ ا ََِّل ه‬
ْ ‫ّٰللاُ َوا‬ ْ ‫فَا‬

Artinya : Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,


Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-

13
orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat kamu tinggal.

4. Muridnya Guru, bukan Muridnya Buku.


a. Firman Allah SWT (al anbiya : ayat 7)
َ‫الذك ِْر ا ِْن كُ ْنت ُ ْم ََل ت َ ْعلَ ُم ْون‬ ْ َ‫َاَل نُّ ْو ِح ْٓي اِلَي ِْه ْم ف‬
ِ ‫سـَٔلُ ْٓوا ا َ ْه َل‬ ‫س ْلنَا قَ ْبلَكَ ا ََِّل ِرج ا‬
َ ‫َو َما ٓ ا َ ْر‬
Artinya : Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad),
melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka,
maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada
mengetahui
b. Hadis Nabi SAW, yang diriwayatkan oleh al bukhari (t.t.:I: 33-34) dan muslim
(1988:II:563:nomor 2673) dari „abdullah bin „Amr bin „Ash r.a yang
mendengarkan Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mengambil
olmu dengan (cara) mencabut ilmu itu dari manusia. Akan tetapi, Dia
mencabut ilmu dengan mencabut (nyawa) para ulama. Sehingga ketika tidak
ada lagi orang yang berilmu, maka manusia akan mengangkat para pemimpin
yang bodoh. Ketika mereka ditanya, mereka memberi fatwa tanpa ilmu.
Mereka sesat dan menyesatkan”.11

11
Moh. Syahri Sauma. Prinsip Dakwah dan Kekuatan Moral (Kajian Kepribadian dan Komunikasi Dakwah
Da’i). An-Nida’ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam. Diakses tanggal 5 Maret 2021 pukul 10.40

14
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Beberapa prinsip di atas menggambarkan bahwa seorang pendakwah harus
mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip dakwah sebelum melakukan aktivitas
berdakwah. Para pendakwah juga harus memberikan penjelasan dan keterangan
dengan metode maupun gaya bahasa yang benar-benar dapat menyampaikan
maksud/isi dakwah ke sasarannya sesuai dengan qu‟an dan sunnah. Menurut Dr. Asep
Muhyidin, MA dalam bukunya Dakwah dalam perspektif AlQur’an. Mengatakan
bahwa ada beberapa kaidah mendasar ajaran Islam dalam mengatur hubungan antar
manusia dan untuk menyelesaikan problematika hubungan sosial budaya, terdiri atas
beberapa kaidah mendasar, yaitu toleransi (at tasamuh), keadilan (al-„adl),
musyawarah (egaliterianisme dan demokratis). Karenanya, prinsip dakwah dan
kekuatan moral adalah sebagai basic para pendakwah. Prinsip dakwah berarti kaidah
atau aturan dalam berdakwah, sedangkan kekuatan moral berasal dari kata moral
dalam bahasa kita adalah akhlak. Akhlak adalah ekspresi batin, yang muncul dalam
wujud prilaku lahir dan bathin tanpa rekayasa, murni, natural, alami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Wahyu Jafar. 2018. Persepsi Masyarakat Kota Bengkulu Terhadap Paham Islam
Moderat. Jurnal Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan. 5(01).

Anwar, Muh. 2015. Prinsip-prinsip dakwah menurut Sayyid Quthub (Sebagai Pedoman Dai
Untuk Keberhasilan Dakwah). Jurnal Dakwah Tabligh. 16 (1)ar Ilmu Dakwah,
(Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2011),

Aziz, Moh. Ali. 2014. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenadamedia Group

Basit, Abdul. “Dakwah Cerdas di Era Modern”, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 3, No. 1 (Juni,
2013).

Ebrahim, Seyed Hosseini, et al, “The Impact of Information Technology on Islamic Behaviour”,
Journal of Multidisciplinary Engineering Science and Technology, Vol. 1, No. 5
(December, 2014),

Literatur Islam dikomunikasikan melalui media buku, seperti terjemahan al Quran, Tafsir, hadis
dan Fiqih antara lain hanya tersedia dalam teks tertulis.

Muhammad bin Isma’il Al-Bukhary, Shahih{ Al-Bukhary, (Beirut: Dar Al-Ih}ya’ Turath Al-
‘Araby, ttp), Juz. 8, 13.

Muhid, Abdul dan Samsuriyanto. 2018. Dakwah Moderat Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya
Di Dunia Virtual Analisis Wacana Teks Media Teun A. Van Dijk. UIN Sunan Ampel
Surabaya.

Muhiddin, Asep. Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002),

Samsuriyanto. 2018. Tesis. Dakwah Moderat Dr (Hc). Kh. Ahmad Mustofa Bisri Di Dunia
Virtual. Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Hlm 2

Sutrisno, Edy. 2019. Aktualisasi Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan. Jurnal Bimas
Islam Vol 12(1). Malang

Moh. Syahri Sauma. Prinsip Dakwah dan Kekuatan Moral (Kajian Kepribadian dan Komunikasi
Dakwah Da’i). An-Nida’ : Jurnal Prodi Komunikasi Penyiaran Islam. Diakses
tanggal 5 Maret 2021 pukul 10.40
16

Anda mungkin juga menyukai