Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan bencana di dunia. Indonesia terletak di
titik perpotongan tiga lempeng tektonik benua dan memiliki jumlah gunung berapi aktif yang
terbanyak di dunia. Gempa bumi sering terjadi di Indonesia dan Indonesia pun beresiko tinggi atas
letusan gunung berapi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan, di beberapa daerah di
Indonesia, kekeringan serta kerusuhan massa.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Bencana


Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia,
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Selain itu, Bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi
materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri (ISDR,
2004).
Menurut UN International Strategy for Disaster Reduction (UN/ISDR, 2002), terdapat dua
jenis utama bencana yaitu bencana alam dan bencana teknologi. Bencana alam terdiri dari tiga:
1. Bencana hydro-meteorological berupa banjir, topan, banjir bandang,
kekeringan dan tanah longsor.
2. Bencana geophysical berupa gempa, tsunami, dan aktifitas vulkanik
3. Bencana biological berupa epidemi, penyakit tanaman dan hewan.

Bencana teknologi terbagi menjadi tiga grup yaitu:


1. Kecelakaan industri berupa kebocoran zat kimia, kerusakan infrastruktur
industri, kebocoran gas, keracunan dan radiasi.
2. Kecelakaan transportasi berupa kecelakaan udara, rail, jalan dan transportasi
air.
3. Kecelakaan miscellaneous berupa struktur domestic atau struktur non
industrial, ledakan dan kebakaran.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, juga mendefinisikan jenis-jenis bencana, di
antaranya :
 Bencana Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angina topan, dan tanah longsor.
 Bencana Non-alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
 Bencana Sosial
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan
oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.

2.2 Manajemen Penanggulangan Bencana

2.2.1 Penanggulangan Bencana


Suatu proses yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas
langkah-langkah yang berhubungan dengan penanganan, merupakan rangkaian kegiatan yang
meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan pembangunan
kembali.

Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan


kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Tujuan dari penanggulangan bencana adalah :

1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;


2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh;
4. Menghargai budaya lokal;
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.2.2 Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi :

1. Prabencana;
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:

1. Dalam situasi tidak terjadi bencana, meliputi :


o Perencanaan penanggulangan bencana, yang terdiri atas :
1. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
2. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
3. analisis kemungkinan dampak bencana;
4. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
5. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan
dampak bencana; dan
6. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
o Pengurangan risiko bencana, yang terdiri atas :
1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
2. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
3. pengembangan budaya sadar bencana;
4. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana; dan
5. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan
penanggulangan bencana.
o pencegahan; yang terdiri atas :
1. identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber
bahaya atau ancaman bencana;
2. kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya
alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi
menjadi sumber bahaya bencana;
3. pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba
dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman
atau bahaya bencana;
4. penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
5. penguatan ketahanan sosial masyarakat.
o pemaduan dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan
dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana penanggulangan
bencana ke dalam rencana pembangunan pusat dan daerah,
dilakukan secara berkala dikoordinasikan oleh suatu Badan.
o analisis resiko bencana
o pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dilakukan untuk
mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan
peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan, dan
penerapan sanksi terhadap pelanggar.
o pendidikan dan pelatihan; dan
o persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, meliputi : kesiapsiagaan,
peringatan dini, dan mitigasi bencana.

2. Tanggap Darurat;
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;
untuk mengidentifikasi: cakupan lokasi bencana; jumlah korban; kerusakan
prasarana dan sarana; gangguan terhadap fungsi pelayanan umum
serta pemerintahan; dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
2. Penentuan status keadaan darurat bencana;
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya: pencarian
dan penyelamatan korban; pertolongan darurat; dan/atau evakuasi korban.
4. Pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi : kebutuhan air bersih dan sanitasi;
pangan; sandang; pelayanan kesehatan; pelayanan psikososial; dan penampungan
dan tempat hunian.
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu dengan memberikan prioritas kepada
kelompok rentan (bayi, balita, dan anak-anak; ibu yang sedang mengandung atau
menyusui; penyandang cacat; dan orang lanjut usia) berupa penyelamatan,
evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan dengan
memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.

3. Pascabencana;
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana meliputi:
1. rehabilitasi; melalui kegiatan:
o perbaikan lingkungan daerah bencana;
o perbaikan prasarana dan sarana umum;
o pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
o pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan;
o rekonsiliasi dan resolusi konflik;
o pemulihan sosial ekonomi budaya;
o pemulihan keamanan dan ketertiban;
o pemulihan fungsi pemerintahan; dan
o pemulihan fungsi pelayanan publik.
2. rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi:
o pembangunan kembali prasarana dan sarana;
o pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
o pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
o penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana;
o partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha, dan masyarakat; peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
o peningkatan fungsi pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan utama dalam
masyarakat.

2.2.3 Siklus Manajemen Penanggulangan Bencana

Dalam kegiatan atau siklus manajemen penanggulangan bencana, antara lain terdapat :
a. Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan
meniadakan bahaya). Misalnya : Melarang pembakaran hutan dalam perladangan; dan
Melarang penambangan batu di daerah yang curam.
b. Mitigasi (mitigation)
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU
24/2007). Bentuk mitigasi : Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan,
tanggul sungai, rumah tahan gempa, dll); dan Mitigasi non-struktural (peraturan
perundangundangan, pelatihan, dll).
c. Kesiapsiagaan (preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU
24/2007). Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi
evakuasi, rencana kontinjensi, dan sosialisasi peraturan atau pedoman penanggulangan
bencana.
d. Peringatan Dini (early warning)
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang (UU 24/2007). Pemberian peringatan dini harus : Menjangkau masyarakat
(accesible); Segera (immediate); Tegas tidak membingungkan (coherent); dan Bersifat
resmi (official).
e. Tanggap Darurat (response)
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda,
evakuasi, dan penyediaan pengungsian.
f. Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar berupa : sandang; pangan; tempat tinggal sementara; kesehatan; sanitasi; dan air
bersih.
g. Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang
dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih,
pasar puskesmas, dll).
h. Rehabilitasi (rehabilitation)
Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat
memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan
kembali roda perekonomian.
i. Rekonstruksi (reconstruction)
Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau
lebih baik dari sebelumnya.
2.3 Sistem Penanggulangan Bencana
Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus ditangani secara serius sejak
terjadinya gempabumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh dan sekitarnya pada
2004. Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat komprehensif dan multi dimensi.
Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap tahun, pemikiran
terhadap penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua
pihak. Bencana adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem
nasional penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara
lain:
 Legislasi
Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di
bawahnya antara lain Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan
Kepala Kepala Badan, serta peraturan daerah. (Lebih detail lihat Produk
Hukum).
 Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point
lembaga pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan
bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD).
Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk
untuk memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di Indonesia. Di
tingkat nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri unsur
masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga
internasional. Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan
Forum PRB Nusa Tenggara Timur.
 Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan
internasional. Komunitas internasional mendukung Pemerintah Indonesia dalam
membangun manajemen penanggulangan bencana menjadi lebih baik. Di sisi
lain, kepedulian dan keseriusan Pemerintah Indonesia terhadap masalah bencana
sangat tinggi dengan dibuktikan dengan penganggaran yang signifikan
khususnya untuk pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam
pembangunan.
Berikut beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan bencana di
Indonesia:
a. Dana DIPA (APBN/APBD)
b. Dana Kontijensi
c. Dana On-call
d. Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah
e. Dana yang Bersumber dari Masyarakat
f. Dana Dukungan Komunitas Internasional
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

 https://biasamembaca.blogspot.com/2016/09/siklus-manajemen-penanggulangan-
bencana.html diunduh 29/04/2019, pukul 22.43 WIB
 https://www.bnpb.go.id/home/sistem.html diunduh pada 29/04/2019, pukul 22.45 WIB
 file:///C:/Users/USER/Downloads/digital_135539-T%2027971-Penentuan%20variabel-
Tinjauan%20literatur.pdf diunduh pada 30/04/2019, pukul 22.00 WIB
 https://idtesis.com/pengertian-dan-tujuan-penyelenggaraan-penanggulangan-bencana/
diunduh pada 30/04/2019, pukul 23.23 WIB

Anda mungkin juga menyukai