Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Pujisyukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah ILMU DAKWAH
ini. Selawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini berisikan pembahasan tentang Pola Dakwah Berdasarkan Objek menyadari
banyaknya kekurangan baik dalam segi penulisan, metodologi maupun pemaparannya, tidak
lain dikarenakan kelemahan, kekurangan, dan keterbatasan pada diri penulis yang tidak dapat
penulis pungkiri.

Terwujudnya makalah ini dari awal tahap persiapan, penulisan, hingga diangkatnya sebuah
kesimpulan, tidak lepas dari banyak pihak yang membantu secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga makin menumbuhkan kesadaran bagi penulis bahwa tanpa dukungan,
bantuan, bimbingan dan arahan pihak-pihak terkait, tidak mungkin penulis dapat
menyelesaikannya.

Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari dosen dan teman yang bersifat membangun, selalu penulis harapkan demi lebih baiknya
makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.

Banda Aceh, Oktober 2019

Hormat Saya

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................i

DAFTAR ISI........................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang................................................................1
2. Rumusan masalah...........................................................1
3. Tujuan.............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

1. Dakwah Nafsiyah..........................................................2
2. Dakwah Fardiyah..........................................................2
3. Dakwah Fiah.................................................................4
4. Dakwah Hizbiyah..........................................................4
5. Dakwah Ummah............................................................5
6. Dakwah Syu'ubiyah Qbailiyyah....................................6

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.............................................................8
2. Saran.......................................................................9
1.
POLA DAKWAH BERDASARKAN OBJEK

Disusun Oleh:

RIZKIANA FITRI

NIM:190401016

Dosen Pembimbing:

Drs. H. A. Karim Syeikh, MA.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA


ACEH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM TAHUN
AJARAN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Definisi dak’wah menurut hasil rumusan Perguruan Tinggi Dak’wah Islam
(PTDI) pada tahun 1960-an adalah “kegiatan membawa masyarakat dari satu
31
kondisi kepada kondisi yang lebih baik”. Definisi tersebut mengandung
dasar-dasar pemikiran dan teori yang memuat perspektif perubahan sosial.
Dalam perspektif ini, dak’wah dapat dipahami sebagai sebuah aktivitas yang
memiliki potensi untuk merubah kesadaran masyarakat dengan cara merubah
kondisi yang menjadi sumber melemahnya umat islam. Dasar munculnya
redefenisi da’wah ini adalah realita umat islam yang mengalami kemiskinan
dan kebodohan yang disebabkan lemahnya sumber daya umat sehingga sulit
beradaptasi dengan tantangan makro yang mengelilingi.
2. RUMUSAN MASALAH
 Apa yang dimaksud dengan dak’wah nafsiyah ?
 Apa yang dimaksud dengan dak’wah fardiyah ?
 Apa yang dimaksud dengan dak’wah fiah ?
 Apa yang dimaksud dengan dak’wah hizbiyah ?
 Apa yang dimaksud dengan dak’wah ummah ?
 Apa yang dimaksud dengan dak’wah qabailiyah ?
 Apa yang dimaksud dengan dak’wah syu’ubiyah ?
 Apa yang disebut dengan dak’wah berdasarkan objek ?
3. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun untuk memberi pemahaman tentang pola dak’wah
berdsarkan objek. Adapun beberapa pola berdak’wah berdasarkan objek yaitu
dak’wah nafsiyah, dak’wah fardiyah, dak’wah fiah, dak’wah hizbiyah, dak’wah
ummah, dan dak’wah syu’ubiyah qabailiyyah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dak’wah Nafsiyah (Dakwah Intrapersonal)
Dak’wah nafiyah atau dak’wah intrapersonal adalah dak’wah yang berfokus
pada diri sendiri (bukan dak’wah kepada orang lain). Dak’wah nafsiyah merupkan
hubungan komunikasi antara jiwa seseorang dengan Allah SWT. Dak’wah
nafsiyah dapat berbentuk do’a seseorang hamba kepada Tuhannya. Dalam hadits
Nabi Muhmmad SAW yang berasal dari Abu sa’id al-Khudhriyi ra. “... jika kamu
tidak sanggup mencegah kemungkaran dengan tangan dan lisan maka cegahlah
dengan hatimu ...”. Menurut penulis mencegah kemungkaran dengan hati
termasuk dak’wah nafsiyah atau dak’wah intrapersonal karena dalam hati
seseorang terjadi tolak tarik antara ajakan kepada yang baik dan ajakan kepada
yang tiak baik. Dalam keadaan tolak tarik ini hati manusia juga yang akan
memutuskan ajakan mana yang akan dituruti oleh hatinya apakah ajakan kepada
kemungkaran atau ajakan kepada yang ma’ruf. Jika hati seseorang dapat
memenangkan kebaikan berarti ia sudah melakukan dak’wah nafsiyah.
2. Dak’wah fardiyah (Dak’wah Interpersonal)
Dak’wah fardiyah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seseorang
da’i kepada orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan mad’u
pada keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah.
Dalam proses dak’wah fardiyah, seseorang da’i berusaha lebih dekat mengenal
mad’u, menyertainya dan membina persaudaraan dengannya karena Allah. Dalam
persahabatan ini, da’i berusaha membawa mad’u kepada keimanan, ketaatan,
kesatuan dan komitmen pada system kehidupan islam dan adab-adabnya yang
menghasilkan sikap tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan dan
membiasakannya beramar ma’ruf nahy munkar.
Merujuk kepada ilmu komunikasi, dakwah fardiyah dapat diidentikkan dengan
dakwah interpersonal atau dakwah antar pribadi. Pemahaman tentang dakwah
fardiyah ini dapat dirujuk kepada teori peranan komunikasi antar pribadi yang
ditulis oleh Johnson (1981) yaitu: pertama, komunikasi antar-pribadi dapat
membantu perkembangan intelektual dan social masyarakat. Kedua, komunikasi
antar pribadi dapat membantu adanya identitas dan jati diri seseorang. Ketiga,
melalui komunikasi antar pribadi kita dapat melakukan perbandingan social
terhadap kesan-kesan dan pengertian kita tentang dunia luar kita. Keempat,
kesehatan mental seseorang sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi antar
pribadi yang terjadi di lingkungan tempat tinggal seseorang. Dak’wah fardiyah
adalah dak’wah seseorang kepada orang lain. Seorang da’i berdakwah kepada
seorang mad’u dengan pendekatan personal atau dari hati ke hati. Dak’wah
fardiyah bisa dilakukan dengan cara langsung face to face atau cara tidak langsung
melalui telpon, pesan singkat (SMS), internet dan lain-lain. Merijuk kepada
tulisan Johnson diatas, jika sepakat mengatakan bahwa komunikasi interpersonal
identik dengan dakwah fardiyah, maka dakwah fardiyah ini sangat efektif bila
dilakukan secara rutin dan berkesinambungan karena seorang da’i akan lebih
terfokus perhatiannya kepada seorang atau beberapa mad’u saja. Da’i dapat
memantau perkembangan pemahaman dan pengalaman yang rendah sampai pada
pemahaman dan pengalaman agama yang lebih tinggi.
Dak’wah fardiyah dapat dilakukan oleh sebagian besar umat islam karena
pendekatan dak’wah fardiyah dapat dilakukan secara sangat pribadi dari hati ke
hati dan dapat dilakukan di tempat tinggal mad’u tanpa harus melakukan dak’wah
secara terbuka didepan banyak orang. Dengan kata lain dak’wah fardiyah dapat
dilakukan oleh setiap orang yang mempunyai kemampuan terbatas, keberanian
terbatas dan ruang gerak terbatas. Misalnya da’i dapat menerapkan metode
dak’wah bi al-Maw’idah al-Hasanah atau bi al-Lisan. Dalam kondisi ini da’i
cukup hanya dengan bersikap dan berbicara tentang hal-hal baik-baik saja. Pola
dak’wah seperti ini sebenarnya sangat mudah dilakukan oleh setip orang terutama
bagi seorang perempuan. Bagi seorang da’i perempuan, misalnya ia dapat memilih
calon mad’u seperti tetangga, teman-teman dekat, teman sekantor, teman
sepengajian dan sebagainya.
3. Dak’wah fiah (Dak’wah Kelompok)
Dak’wah fiah atau disebut juga dengan dak’wah kelompok dapat diidentikkan
dengan komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah subdisiplin dari
komunikasi lisan. Titik berat perhatian komunikasi kelompok adalah pada
kelompok kecil yaitu pada gejala-gejala komunikasi di dalam kelompok-
kelompok kecil. Seorang ahli komunikasi kelompok tertarik dengan cara-cara
bagaimana individu-individu berkomunikasi dalam berbagai situasi kelompok
tatap muka. Ia berusaha untuk lebih memahami proses komunikasi kelompok dan
agar dapat meramalkan hasil-hasil komunikasi kelompok dengan tepat.
Berpijak pada pemikiran tersebut, maka dak’wah fiah (dak’wah kelompok)
dapat berbentuk dak’wah halaqah yaitu dak’wah yang dilaksanakan dalam
kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil tersebut dapat diaktifkan
secara rutin dengan jadwal dan materi yang tersusun rapi. Seorang da’i harus
memberi motivasi supaya terjadinya diskusi kelompok yang menyangkut
pemahaman, kesadaran dan pengalaman ibadah para anggota kelompok dak’wah
tersebut. Pada hakekatnya, dak’wah fiah dapat mengembangkan diri menjadi
beberapa kelompok dak’wah yang lain dengan cara setiap anggota dak’wah fiah
merangkul mad’u yang lain untuk bergabung dalam kelompok dak’wah. Begitu
seterusnya sehingga dak’wah fiah berkembang pesat seperti bola salju.
Dak’wah fiah dapat dilakukan dirumah para anggota kelompok atau di mesjid-
mesjid. Dak’wah fiah dapat terdiri dari anggota perempuan dan juga terdiri dari
anggota laki-laki. Kelebihan dari dak’wa fiah ini bagi setiap anggota, terutama
bagi anggota kelompok perempuan, adalah dakwah fiah bisa menjadi sasaran yang
dapat mengembangkan kemampuan para anggota melalui diskusi pendalaman
ilmu agama, melatih kecakapan diskusi dan melatih berbicar secara sistematis.
Dengan demikian diharapkan setiap anggota mampu berdakwah dalam kelompok-
kelompok lain yang lebih besar.
4. Dakwah Hizbiyah (dakwah sekelompok orang yang terorganisir)
Dakwah hizbiyyah adalah proses dakwah yang dilakukan oleh da'i yang
mengidentifikasi dirinya dengan atribut suatu lembaga atau organisasi dakwah
tertentu, kemudian mendakwahi anggotanya atau orang lain diluar anggotanya.
Hizbiyyah diadobsi dari Q.S.al-Maidah(5) Ayat 56. Termasuk dakwah hizbiyyah
diantaranya dakwah yang berlangsung pada kalangan organisasi NU,
Muhammadiyah, persisi dan lain-lain. Dakwah hizbiyyah dipahami juga sebagai
upaya dakwah melalui organisasi atau lembaga keislaman, dalam pemahaman ini
dakwah hizbiyyah merupakan upaya yang dilakukan oleh sekelompok orang
dalam upaya mengarahkan mad'u pada perubahan kondisi yang lebih baik sesuai
dengan syariat islam.
5. Dakwah Ummah
Dakwah ummah adalah proses dakwah yang dilaksanakan pada mad’u yang
bersifat massa (masyarakat umum). Dakwah ini dapat berlangsung secara tatap
muka dan biasanya monologis, seperti ceramah umum, atau tidak tatap muka
seperti mengggunakan media massa.
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan bagi kehidupan manusia. Dan bila umat islam dapat menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan bagi kehidupan manusia.
Dan bila umat islam dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maka
dakwah islam untuk masa depan dan sekarang akan memperoleh kemudahan.
Masyarakat yang sekarang dan akan dating tidak akan terlepas dari keduanya.
Dari hasil teknologi tersebut ada beberapa media yang ada, seperti media auditif
(kaset dan radio), audio visual, dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan sebagai
media surat kabar, para da’i.
Media dakwah bi al-qalam atau dengan tulisan, mempunyai beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan dakwah bi al-lisan. Karena dengan tulisan,
surat kabar, majalah atau media cetak lainnya, pesan-pesan dakwah yang
disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari serta disimpan untuk dibaca setiap
saat.
Surat kabar dengan segala fungsinya akan mampu memenuhi harapan dakwah
secara optimal. Fakta yang kita sajikan melalui media cetak, dapat membentuk
pendapat umum (public opinion) mengarahkan pembacanya kepada pemahaman
islam dan memacu umat untuk beraktivitas lebih dalam beragama, sehingga pesan
dakwah secara efisien. Dalam hal ini tentunya tidak lepas dari kebijakan
pendekatan untuk lebih meningkatkan dakwah melalui media surat kabar.
6. Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyyah (dakwah antar suku, budaya dan bangsa)
Dakwah syu’ubiyah qabailiyyah adalah proses dakwah yang berlangsung
dalam konteks antar bangsa, suku atau antar budaya (da’i dan mad’u yang
berbeda suku dan budaya dalam kesatuan bangsa atau berbeda bangsa).
Berbeda pada asumsi-asumsi upaya-upaya membangun strategi dakwah yang
lebih ramah dan damai. Merupakan ijtihad yang sangat siknifikan dengan
tuntukan zaman. Meskipun dalam prakteknya, pelaksanaan dakwah yang lebih
santun dan damai merupakan senjata ampuh yang terdepan seperti dilakukan
Rasulullah SAW. Suatu upaya renungan (contemplation) dan apresiasi
terhadap perkembangan budaya pada satu sisi dan perkembangan ilmu dakwah
pada sisi lain, sekecil apapun mesti dilakukan. Kerena dalam antar budaya
tidak dipahami sebagai as the transfer of Islamic values (transfer nilai-nilai
islam) yang luhur kepada masyarakat (low values) di bumi. Namun,
hendaknya mengupayakan kesadaran nurani agar mengusung setiap budaya
positif secara kritis tanpa terbelenggu oleh letar belakang budaya formal suatu
masyarakat.
Dalam tradisi saling menghormati dan menghargai dalam masyarakat
sunda atau jawa misalnya, ucapan salam, permisi, punten, merendahkan badan
terkadang dipraktikkan silih berganti dan saling mengisi satu sama lain. Hal
ini serupa terjadi pada masyarakat belanda “mencium” tangan bagi orang yang
dianggap mulia bahkan orang-orang jepang dengan cara membungkukkan
badan. Karena sikap-sikap serupa tak dapat menghapus makna dibaliknya
yakni penghormatan atau penghargaan. Karena, usaha-usaha mengetahui
karakter budaya suatu masyarakat merupakan kunci utama dalam memahami
dan mengembangkan dakwah antar budaya.
Konteks dakwah akan sangat mempengaruhi terdapat pemilihan
metode dan media yang digunakan kalau dihubungkan dengan bentuk kegiatan
dakwah akan erat kaitannya dengan empat bentuk dakwah: irsyad, tadbir, dan
taqwil. Dakwah taqbligh meliputi konteks dakwah ummah dan syu’ubiyah
qabailiyyah, sedangkan irsyad meliputi konteks nafsiyah, fardiyah, fiah, dan
hizbiyah yang juga berkarakter syu’ubiyah qabailiyyah. Tadbir meliputi
konteks fardiyah, fiah, hizbiyyah, syu’ubiyah qabailiyyah.
Selanjutnya, sebagai pengembangan dakwah dalam bentuk teoritis
berdasarkan bentuk dan konteks dakwah sebagaimana dijelaskan diatas maka
kajian ilmu dakwah bekerja dan berfungsi untuk melakukan:
1. Deskripsi atau penjelasan secara sistematis mengenai berbagai
fenomena yang berkembang dengan proses dakwah;
2. Prediksi (perkiraan) mengenai fenomena berkaitan dengan proses
kegiatan dakwah;
3. Kontrol (pengendalian) suatu fenomena itu dapat terjadi sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai;
4. Development (pengembangan) suatu fenomena atau keadaan yang
sesuai dengan tujuan kegiatan dakwah.
Kemudian dakwah sebagai ilmu itu sendiri diharapkan mampu
memberikan penjelasan berbagai fenomena yang berkaitan dengan
kegiatan dakwah dan kegiatan ilmu dakwah, sehingga pengembangan
dan pelaksanaan dakwah dapat dilakukan secara efektif dan efisien
serta mampu mengembangkan teori-teori dakwah sesuai dengan
perkembangan situasi dan kondisi secara objektif-proposional.
BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

Konteks dakwah terdiri dari beberapa diantaranya : dakwah nafsiyah secara sederhana dapat
diartikan dakwah kepada diri sendiri atau (intra personal), sebagai upaya untuk memperbaiki
diri atau membangun kualitas dan kepribadian diri yang islami. Dakwah fardiyah adalah
proses ajakan atau seruan kepada jalan allah yang dilakukan oleh seorang da’i kepada
perorangan (intra personal) yang dilakukan secara langsung tatap muka (face to face), atau
langsung tetapi tidak tatap muka (bermedia) yang bertujuan memindahkan mad’u pada
keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah. Dakwah fiah adalah dakwah yang dilakukan
seorang da’i terhadap kelompok kecil dalam suasana tatap muka, bisa berdialog serta respon
mad’u terhadap da’i dan pesan dakwah yang disampaikan dapat diketahui seketika. Dakwah
hizbiyah adalah proses dakwah yang dilakukan oleh da’i yang mengidentifikasikan dirinya
dengan atribut suatu lembaga atau organisasi dakwah tertentu, kemudian mendakwahi
anggotanya atau diluar anggotanya. Dakwah ummah adalah proses dakwah yang
dilaksanakan pada mad’u yang bersifat massa (masyarakat umum). Dakwah ini dapat
belangsung secara tatap muka atau dan biasanya monologis, seperti ceramah umum, atau
tidak tatap muka seperti menggunakan media massa. Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyyah adalah
proses dakwah yang berlangsung dalam konteks antar bangsa, suku atau antar budaya (da’i
dan mad’u yang berbeda suku dan budaya dalam kesatuan bangsa atau berbeda bangsa). Jadi
dalam konteks dakwah dapat menyampaikan dengan berbagai hal dan dapat meningkatkan
aktivitas dakwah pada era globalisasi pada saat ini problematikayang sangat kompleks dalam
kehidupan masyarakat.
2.SARAN

Demikianlah makalah yang dapat saya buat dan saya sampaikan. Mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dalam penulisan, ataupun ada hal yang
kurang benar dalam pembahasan, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Dan saya menerima
saran dan kritikan dari pendengar demi kebaikan saya selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi
kita, kecuali kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT semata.
DAFTAR PUSTAKA

Rasyidah,. Zain, Arifin,.. Syamaun, Syamaun, Hasan,Jauhari, , Ismiati, Sari, Rosnida,


Lembong Misbah, , Fauziah, Mira, , Irma, Ade,., 2001, ilmu dakwah,

Anda mungkin juga menyukai