2023
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 2
C. Manfaat....................................................................................... 2
PEMBAHASAN..................................................................................... 3
KESIMPULAN.......................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................12
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya dakwah adalah kewajiban setiap muslim yang akan
selalu dilakukan dan tidak akan pernah absen sepanjang masa. Sejauh
hayat di kandung badan, sejauh itu pula kewajiban dakwah melekat pada
diri setiap muslim. Sebagai sebuah kewajiban dari Ilahi, maka niscaya
acuan-acuan nilai yang mendasarinya juga bersifat ilahiyah.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Dakwah Nafsiah?
2. Apa yang dimaksud Dakwah Fi’ah Qolilah?
3. Apa yang dimaksud Dakwah Hizbiyah?
4. Apa yang dimaksud Dakwah Ummah?
5. Apa yang dimaksud Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyah?
C. Manfaat
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat kita ambil manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui mengenai Dakwah Nafsiah.
2. Mengetahui tentang Dakwah Fi’ah Qolilah.
3. Mengetahui tentang Dakwah Hizbiyah.
4. Mengetahui tentang Dakwah Ummah.
5. Mengetahui Tentang Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyah.
2
PEMBAHASAN
3
samping kewajibannya untuk mengamalkan apa yang kita sampaikan
tersebut. Maka memulai dari kesadaran terhadap diri sendiri adalah
sesuatu hal yang patut kita laksanakan.
Menurut Ronald L. Applbaum dalam, Fundamental Con cept in Human
Communication mendefinisikan komunikasi intrapersonal sebagai
komunikasi yang berlangsung dalam diri kita, ia meliputi kegiatan
berbicara kepada diri sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan
memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita.
Karena itu, dakwah dalam level ini lebih ditujukan kepada para da'i
secara pribadi, agar mereka sebelum menyampaikan dakwah kepada
orang lain hendaknya ia harus berusaha untuk memahami sekaligus
mengamalkan terlebih dahulu ajaran Islam tersebut agar ia dapat menjadi
contoh bagi orang di sekitarnya. Demikianlah yang pernah dilakukan oleh
Ra- sulullah SAW sehingga dakwah beliau berhasil. Mengutip pandangan
Anwar Arifin ia menyatakan dalam dakwah ini untuk membangun
kredibilitas (kepercayaan) umat kepada da'i, maka ia harus mengajak
dirinya untuk melakukan kebajikan dan menghindari kemungkaran karena
ia telah mencapai puncak kemanusiaan yang terpercaya (al-Amin) di
tengah-tengah umat.
4
muka dan bersifat dialogis. Dalam perspektif komunikasi model ini disebut
sebagai komunikasi kelompok kecil. Mengutip pandangan Hafied
Changara, komunikasi kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai
sebagai komunikasi antarpribadi karena: pertama, para anggotanya
terlibat dalam suatu proses komunikasi secara tatap muka. Kedua,
pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong di mana semua
peserta bisa berbicara dan memiliki kedudukan yang sama, dengan kata
lain tidak ada pembicara tunggal.
Michael Burgoon dalam Wiryanto, (2005) mendefinisikan komunikasi
kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
5
Sedangkan dakwah fi’ah katsirah (kelompok banyak); proses dakwah
yang dikaukan oleh da’I kepada mad’u yang berjumlah lebih dari dua
puluh orang hingga tak terbatas. Selain itu, dakwah kelompok dapat
dikategorikan sebagai dakwah yang terorganisir dan dakwah yang tidak
terorganisir. Adapun dakwah yang terorganisir disebut dakwah hizbiyah.
Dakwah Hizbiyah juga merupakan dakwah Jama’ah yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Lembaga-lembaga itu
sendiri.
6
agar dakwah islam untuk masa depan dan sekarang akan memperoleh
kemudahan.
6
Masyarakat sekarang dan yang akan datang tidak akan terlepas dari
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari hasil teknologi tersebut ada
beberapa media yang ada, seperti media auditif (radio), audio visual,
media sosial yang dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah para da'i.
Media dakwah bi al-qalam atau dengan tulisan, mempunyai beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan dakwah bi al-lisan, Karena dengan
tulisan, surat kabar, majalah media cetak atau media online, pesan-pesan
dakwah yang disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari serta disimpan
untuk dibaca kembali setiap saat.
Surat kabar dan media online dengan segala fungsinya akan mampu
memenuhi harapan dakwah secara optimal. Fakta yang kita sajikan
melalui media cetak dan media online, dapat membentuk pendapat umum
(public opinion) mengarahkan pembacanya kepada pemahaman Islam
dan memacu umat untuk beraktivitas lebih dalam beragama, sehingga
pesan dakwah secara efisien. Dalam hal ini tentunya tidak lepas dari
kebijakan pendekatan untuk lebih meningkatkan dakwah melalui media
sosial, media cetak maupun media online.
Perubahan prefensi sumber informasi dakwah tersebut juga
berdampak pada pemahaman konsep "saleh" dalam beragama. Bagi
masyarakat yang awam atau "konvensional", kesalehan mungkin lebih
dilekatkan kepada simbol kehadiran pada majelis yang langsung
diselengarakan di masjid maupun tempat tertentu. Namun, kini simbol
kesalehan itu bisa jadi telah berpindah dari rumah ibadah ke internet, dari
masjid ke media sosial. Dalam konteks era digital, maka ada jamaah
media sosial dengan karakter kesalehan milenial yang khas.
7
dan mad’u yang berbeda suku dan buadaya dalam kesatuan bangsa atau
berbeda bangsa).
7
Dakwah Qabailiyah (Komunikasi Antarbudaya)
Dakwah Qabailiyah merupakan pelaksanaan dakwah yang dilakukan
oleh para da'i kepada mad'u, namun antara keduanya berlainan suku,
akan tetapi masih dalam satu kesatuan bangsa. Dalam ilmu komunikasi
disebut sebagai komunikasi antarbudaya. Artinya sebuah proses
komunikasi antar da'i (komunikator) dan mad'u (komunikan) yang
berlainan budaya, sehingga keduanya saling memengaruhi satu sama
lain.
Dakwah dalam level ini menuntut seorang da'i untuk berusaha
memahami budaya mad'unya, agar tidak terjadi miskomunikasi,
antarkedua belah pihak. Sebab semakin baik pemahaman seorang da'i
terhadap budaya mad'u, maka semakin mengurangi rintangan dalam
proses dakwah tersebut. Dakwah tersebut dapat berlangsung seperti
dakwah ummah, fi’ah, dan hizbiyah.
8
atau kepada masyarakat luas, baik itu secara tatap muka maupun melalui
media massa.
Dakwah antar budaya merupakan proses dakwah yang
mempertimbangkan keragaman budaya antas da'i (subjek dakwah) dan
mad’u (objek dakwah), dan keragaman penyebab terjadinya gangguan
interaksi pada tingkat antar budaya, agar pesan dakwah dapat
tersampaikan, dengan tetap terpeliharanya situasi damai. Kajian dakwah
antar budaya memiliki mang lingkup kajian ilmu dakwah yang meliputi:
1. Mengkaji dasar-dasar tentang adanya interaksi simbolik dai dengan
mad yang berbeda latarbelakang budaya yang dimilikinya dalam
perjalanan dakwah para da'i,
2. Menelaah unsur-unsur dakwah dengan mempertimbangkan aspek
budaya yang berhubungan dengan unsur dai, materi, metode, media,
mad dan dimensi ruang dan waktu dalam keberlangsungan interaksi
berbagai unsur dakwah.
3. Mengkaji tentang karakteristik karakteristik manusia baik posisinya
yang menjadi da'i maupun yang menjadi mad' melalui kerangka
metodologi dalam antropologi.
4. Mengkap tentang upaya-upaya dakwah yang dilakukan oleh masing-
masing etnis.
5. Mengkaji problem yang ditimbulkan oleh pertukaran antar budaya dan
upaya-upaya solusi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan
eksistensi jati diri budaya masing-masing.
9
KESIMPULAN
10
PENUTUP
Penulis
11
DAFTAR PUSTAKA
Basyar, S. D., & Abidin, Z. (2018). Proses Bimbingan Fi'ah Qalilah dalam
Meningkatkan Perilaku Keagamaan Masyarakat. Irsyad:
Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi
Islam, 6(4), 471-490. Retrieved from
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/irsyad
12