Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN DAKWAH

KONTEKS LEVEL DAKWAH DALAM PROSES KEGIATAN DAKWAH

“Konteks (Level) Dakwah (Nafsiah, Fi’ah Qolilah, Hizbiyah (Jama’ah),


Ummah, Syu’ubiyah Qabailiyah (antar suku, budaya, bangsa)”

Dosen Pengampu: Dede Sihabudin, M.Sos

Disusun Oleh: Kelompok 3

1. Nadia Ramadani 22691012


2. Bela Pransiska 22691003
3. Gilang Ridra Pradana 22691006
4. Yuka Dita Prasetya 22691022
5. Genta Putri Roliansi 22691024

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

2023
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 2
C. Manfaat....................................................................................... 2

PEMBAHASAN..................................................................................... 3

A. Dakwah Nafsiah (Komunikasi Intrapersoanal....................... 3


B. Dakwah Fi’ah Qolilah (Komunikasi Kelompok Kecil)........... 4
C. Dakwah Hizbiyah (Komunikasi Organisasi)........................... 5
D. Dakwah Ummah (Komunikasi Masa)...................................... 6
E. Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyah............................................... 7

KESIMPULAN.......................................................................................10

PENUTUP..............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................12

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya dakwah adalah kewajiban setiap muslim yang akan
selalu dilakukan dan tidak akan pernah absen sepanjang masa. Sejauh
hayat di kandung badan, sejauh itu pula kewajiban dakwah melekat pada
diri setiap muslim. Sebagai sebuah kewajiban dari Ilahi, maka niscaya
acuan-acuan nilai yang mendasarinya juga bersifat ilahiyah.

Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana


berdakwah atau mensosialisasikan ajaran islam kepada objek dakwah
(masyarakat) dengan berbagai pendekatan agar nilai-nilai ajaran islam
dapat direalisasikan dalam realitas kehidupan, dengan tujuan agar
mendapat ridho allah.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai konteks (level) Dakwah.


Konteks dakwah dalam pengertian ini adalah interaksi da’i dengan mad’u
dalam proses dakwah dilihat dari segi kuantitatif (jumlah) atau
kualitatif,dalam arti bagaimana kondisi dan seberapa banyak jumlah
mad’u yang terlibat dalam proses dakwah tersebut. Dengan kata lain
disebut juga “level dakwah”, yaitu tingkatan-tingkatan dalam
melaksanakan dakwah dilihat dari jumlah serta kondisi dan situasi mad’u
nya. Hal ini dapat di kategorikan dalam beberapa level atau konteks. Lebih
jauh tulisan ini juga akan melihat konteks-konteks dakwah-khususnya,
konteks dakwah nafsiyah, dakwah fi'ah, dakwah hizbiyah, dakwah
ummah, dakwah syu’ubiyah qabailiyah (antar suku, budaya, bangsa)
dengan mengacu pada petunjuk-petunjuk al-Quran maupun khazanah
ilmu secara umum, seperti psikologi.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Dakwah Nafsiah?
2. Apa yang dimaksud Dakwah Fi’ah Qolilah?
3. Apa yang dimaksud Dakwah Hizbiyah?
4. Apa yang dimaksud Dakwah Ummah?
5. Apa yang dimaksud Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyah?

C. Manfaat
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat kita ambil manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui mengenai Dakwah Nafsiah.
2. Mengetahui tentang Dakwah Fi’ah Qolilah.
3. Mengetahui tentang Dakwah Hizbiyah.
4. Mengetahui tentang Dakwah Ummah.
5. Mengetahui Tentang Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyah.

2
PEMBAHASAN

A. Dakwah Nafsiah (Komunikasi Intrapersonal)


Dakwah pada level ini dilakukan terhadap diri sendiri atau dalam
komunikasi disebut intrapersonal communication. Yaitu membangun
kualitas diri secara Islami. Secara leksikal, dakwah nafsiah adalah
mengajak diri sendiri atau mendakwahi diri sendiri oleh dirinya sendiri.
Sedangkan secara istilah, dakwah nafsiah merupakan proses
internalisasi ajaran Islam pada tingkat individu muslim dalam
memfungsikan fitrah diniyah-nya yang ditunjukkan dalam perilaku
keagamaan sesuai dengan tuntunan syariat Islam yang bersumber pada
al-Qur'an dan Hadis. Teori yang menjelaskan tentang dakwah nafsiah
ini disebut teori wiqayatunafs (memelihara pencerahan jiwa) dan
muhasabatunafs (introspeksi diri).
Al-Qur'an secara eksplisit menjelaskan tentang keharusan diri sendiri
masing-masing individu mendakwahi diri oleh diri sendiri, berupa
pemeliharaan diri baik dalam bentuk ungkapan perintah maupun dalam
bentuk ungkapan informatif yang bermakna instruktif, sebagaimana yang
diperlihatkan oleh beberapa ayat berikut:
"Hai orang-orang beriman, peliharalah diri-diri kamu dan anak istri
kamu dari api neraka.” (Q.S. al-Tahrim, 66:6).
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan. (Itu) sangatlah dibenci di sisi allah jika
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. ash-Saaf, 61:
2-3). Ayat yang sama juga bisa kita lihat di QS. al-Baqarah, 2: 44,
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan,
sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padalah kamu membaca ki-
tab (taurat) tidakkah kamu mengerti.”
Dalam ayat ini secara tidak langsung Allah menyindir orang-orang
yang tidak Ibda' bi nafsik (tidak mulai membangun kualitas dirinya).
Artinya, da'i sudah seharusnya ber-amar ma'ruf terhadap manusia di

3
samping kewajibannya untuk mengamalkan apa yang kita sampaikan
tersebut. Maka memulai dari kesadaran terhadap diri sendiri adalah
sesuatu hal yang patut kita laksanakan.
Menurut Ronald L. Applbaum dalam, Fundamental Con cept in Human
Communication mendefinisikan komunikasi intrapersonal sebagai
komunikasi yang berlangsung dalam diri kita, ia meliputi kegiatan
berbicara kepada diri sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan
memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita.
Karena itu, dakwah dalam level ini lebih ditujukan kepada para da'i
secara pribadi, agar mereka sebelum menyampaikan dakwah kepada
orang lain hendaknya ia harus berusaha untuk memahami sekaligus
mengamalkan terlebih dahulu ajaran Islam tersebut agar ia dapat menjadi
contoh bagi orang di sekitarnya. Demikianlah yang pernah dilakukan oleh
Ra- sulullah SAW sehingga dakwah beliau berhasil. Mengutip pandangan
Anwar Arifin ia menyatakan dalam dakwah ini untuk membangun
kredibilitas (kepercayaan) umat kepada da'i, maka ia harus mengajak
dirinya untuk melakukan kebajikan dan menghindari kemungkaran karena
ia telah mencapai puncak kemanusiaan yang terpercaya (al-Amin) di
tengah-tengah umat.

B. Dakwah Fi’ah Qolilah (Komunikasi Kelompok Kecil)


Fi’ah Qalillah adalah dakwah yang dilakukan seorang dai terhadap
kelompok kecil dalam suasana tatap muka, bisa berdialog serta respon
mad’u terhadap da’i dan pesan dakwah yang disampaikan dapat diketahui
seketika. Termasuk dakwah fi’ah diantarannya dakwah dalam lingkungan
keluarga (usrah), solah (madrasah), majelis ta’lim, pesantren (ma’had)
dan pertemuan atau majelis lainnya.
Dakwah pada level ini seorang da'l berusaha mentransformasikan
dakwah tersebut dengan menyasar keluarga, atau kelompok kecil yang
jumlah mad'unya antara ± 3-20 orang yang berlangsung secara tatap

4
muka dan bersifat dialogis. Dalam perspektif komunikasi model ini disebut
sebagai komunikasi kelompok kecil. Mengutip pandangan Hafied
Changara, komunikasi kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai
sebagai komunikasi antarpribadi karena: pertama, para anggotanya
terlibat dalam suatu proses komunikasi secara tatap muka. Kedua,
pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong di mana semua
peserta bisa berbicara dan memiliki kedudukan yang sama, dengan kata
lain tidak ada pembicara tunggal.
Michael Burgoon dalam Wiryanto, (2005) mendefinisikan komunikasi
kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

C. Dakwah Hizbiyah (Komunikasi Organisasi)


Pengertian Hizbiyah secara bahasa dalam kitab Lisaanul Arab
yakni: “al-hizb” artinya sekelompok manusia, jamaknya: ahzab. Adapun
Hizbiyah menurut Al-Qur’an surah Al-Mu’minun ayat 53 berartikan al-fariq;
al firqab, artinya kelompok agama; sekte; aliran.
Pada level ini para da'i melakukan dakwah kepada kelompok (orang)
tertentu yang terorganisisasi di mana jumlah mad'unya lebih banyak dari
dakwah fi'ah. Dalam ilmu komunikasi disebut sebagai komunikasi
kelompok besar (organisasi). Komunikasi organisasi (organization
communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi.
Menurut Syukriadi Sambas bahwasanya dakwah yang dilakukan oleh
kelompok menurut tobaqod atau tingkatannya dinamakan dakwah fi’ah
qalilah (kelompok kecil), adanya proses dakwah yang dilakukan oleh da’I
kepada mad’u yang berjumlah lima hingga dua puluh orang.

5
Sedangkan dakwah fi’ah katsirah (kelompok banyak); proses dakwah
yang dikaukan oleh da’I kepada mad’u yang berjumlah lebih dari dua
puluh orang hingga tak terbatas. Selain itu, dakwah kelompok dapat
dikategorikan sebagai dakwah yang terorganisir dan dakwah yang tidak
terorganisir. Adapun dakwah yang terorganisir disebut dakwah hizbiyah.
Dakwah Hizbiyah juga merupakan dakwah Jama’ah yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Lembaga-lembaga itu
sendiri.

D. Dakwah Ummah (Komunikasi Masa)


Dakwah ummah adalah proses dakwah dilaksanakan pada mad’u
yang bersifat massa (masyarakat umum). Dakwah ini dapat berlangsung
secara tatap muka dan monologis, seperti ceramah umum (tabliq akbar),
atau tidak tatap muka seperti menggunakan media massa (baik cetak atau
elektronik, contohnya berdakwah melalui tulisan atau penayangan di
televisi, media sosial, film, internet, dan lain lain).
Dalam konteks komunikasi disebut komunikasi massa. Menurut Jay
Black dan Frederick C, menyatakan bahwa komunikasi massa adalah
sebuah proses di mana pesan-pesan yang diproduksi secara massal
(tidak sedikit) disebarkan kepada (massa) penerima pesan yang luas,
anonim, dan heterogen. Luas di sini berarti lebih besar daripada sekadar
kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan anonim berarti
individu yang menerima pesan cenderung asing satu sama lain.
Heterogen berarti pesan dikirim kepada orang-orang dari berbagai macam
status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu
sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa perubahan bagi kehidupan manusia. Kondisi saat ini
mewajibkan umat islam dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

6
agar dakwah islam untuk masa depan dan sekarang akan memperoleh
kemudahan.

6
Masyarakat sekarang dan yang akan datang tidak akan terlepas dari
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari hasil teknologi tersebut ada
beberapa media yang ada, seperti media auditif (radio), audio visual,
media sosial yang dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah para da'i.
Media dakwah bi al-qalam atau dengan tulisan, mempunyai beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan dakwah bi al-lisan, Karena dengan
tulisan, surat kabar, majalah media cetak atau media online, pesan-pesan
dakwah yang disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari serta disimpan
untuk dibaca kembali setiap saat.
Surat kabar dan media online dengan segala fungsinya akan mampu
memenuhi harapan dakwah secara optimal. Fakta yang kita sajikan
melalui media cetak dan media online, dapat membentuk pendapat umum
(public opinion) mengarahkan pembacanya kepada pemahaman Islam
dan memacu umat untuk beraktivitas lebih dalam beragama, sehingga
pesan dakwah secara efisien. Dalam hal ini tentunya tidak lepas dari
kebijakan pendekatan untuk lebih meningkatkan dakwah melalui media
sosial, media cetak maupun media online.
Perubahan prefensi sumber informasi dakwah tersebut juga
berdampak pada pemahaman konsep "saleh" dalam beragama. Bagi
masyarakat yang awam atau "konvensional", kesalehan mungkin lebih
dilekatkan kepada simbol kehadiran pada majelis yang langsung
diselengarakan di masjid maupun tempat tertentu. Namun, kini simbol
kesalehan itu bisa jadi telah berpindah dari rumah ibadah ke internet, dari
masjid ke media sosial. Dalam konteks era digital, maka ada jamaah
media sosial dengan karakter kesalehan milenial yang khas.

E. Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyah


Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyah adalah proses dakwah yang
berlangsung dalam konteks antar bangsa, suku atau antar budaya (da’i

7
dan mad’u yang berbeda suku dan buadaya dalam kesatuan bangsa atau
berbeda bangsa).

7
Dakwah Qabailiyah (Komunikasi Antarbudaya)
Dakwah Qabailiyah merupakan pelaksanaan dakwah yang dilakukan
oleh para da'i kepada mad'u, namun antara keduanya berlainan suku,
akan tetapi masih dalam satu kesatuan bangsa. Dalam ilmu komunikasi
disebut sebagai komunikasi antarbudaya. Artinya sebuah proses
komunikasi antar da'i (komunikator) dan mad'u (komunikan) yang
berlainan budaya, sehingga keduanya saling memengaruhi satu sama
lain.
Dakwah dalam level ini menuntut seorang da'i untuk berusaha
memahami budaya mad'unya, agar tidak terjadi miskomunikasi,
antarkedua belah pihak. Sebab semakin baik pemahaman seorang da'i
terhadap budaya mad'u, maka semakin mengurangi rintangan dalam
proses dakwah tersebut. Dakwah tersebut dapat berlangsung seperti
dakwah ummah, fi’ah, dan hizbiyah.

Dakwah Syu’ubiyah (Komunikasi Internasional)


Dakwah Syu’ubiyah yaitu dakwah yang dilakukan oleh seorang da'i
kepada mad'u yang berlainan suku bangsa dan budaya, namun tidak
dalam satu kesatuan wilayah bangsa. Selanjutnya dalam komunikasi
disebut sebagai komunikasi internasional.
Secara keilmuan, komunikasi internasional lebih dipahami dan
diartikan sebagai kajian dalam ranah internasional mengenai data dan
informasi yang masuk dan keluar melalui batas-batas negara. Selain itu,
komunikasi internasional juga banyak dikaitkan dengan konsep politik dan
hubungan satu negara dengan negara lain atau beberapa negara lain.
Dalam konteks ini juga biasanya disebut komunikasi politik.
Berdasarkan pemikiran para pakar yang ada, Komunikasi politik adalah
pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator (da'i) dalam masalah
politik baik secara langsung maupun tidak langsung kepada komunikan

8
atau kepada masyarakat luas, baik itu secara tatap muka maupun melalui
media massa.
Dakwah antar budaya merupakan proses dakwah yang
mempertimbangkan keragaman budaya antas da'i (subjek dakwah) dan
mad’u (objek dakwah), dan keragaman penyebab terjadinya gangguan
interaksi pada tingkat antar budaya, agar pesan dakwah dapat
tersampaikan, dengan tetap terpeliharanya situasi damai. Kajian dakwah
antar budaya memiliki mang lingkup kajian ilmu dakwah yang meliputi:
1. Mengkaji dasar-dasar tentang adanya interaksi simbolik dai dengan
mad yang berbeda latarbelakang budaya yang dimilikinya dalam
perjalanan dakwah para da'i,
2. Menelaah unsur-unsur dakwah dengan mempertimbangkan aspek
budaya yang berhubungan dengan unsur dai, materi, metode, media,
mad dan dimensi ruang dan waktu dalam keberlangsungan interaksi
berbagai unsur dakwah.
3. Mengkaji tentang karakteristik karakteristik manusia baik posisinya
yang menjadi da'i maupun yang menjadi mad' melalui kerangka
metodologi dalam antropologi.
4. Mengkap tentang upaya-upaya dakwah yang dilakukan oleh masing-
masing etnis.
5. Mengkaji problem yang ditimbulkan oleh pertukaran antar budaya dan
upaya-upaya solusi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan
eksistensi jati diri budaya masing-masing.

9
KESIMPULAN

Dakwah dalam posisinya sebagai sebuah proses komunikasi, maka


terdapat beberapa model yang dikenal dalam ilmu komunikasi di
antaranya, komunikasi intrapersonal, komunikasi antarpersonal,
komunikasi publik dan komunikasi masa. Konteks dakwah terdiri dari
beberapa diantara:
1. Dakwah Nafsiah secara sederhana dapat diartikan dakwah kepada diri
sendiri atau (intrapersonal), sebagai upaya untuk memperbaiki diri atau
membangun kualitas dan kepribadian diri yang islami.
2. Dakwah Fi’ah Qolilah merupakan dakwah yang dilakukan dengan
mad’u-nya membentuk sebuah kelompok kecil terdiri dari tiga sampai
dua puluh orang dan berlangsung secara tatap muka, bisa berdialog
serta respon mad’u terhadap da’i dan pesan dakwah yang
disampaikan dapat diketahui seketika.
3. Dakwah Hizbiyah adalah proses dakwah yang dilakukan secara
terorganisir di mana jumlah mad'unya lebih banyak dari dakwah fi'ah.
Dakwah Hizbiyah juga merupakan dakwah Jama’ah yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Lembaga-lembaga
itu sendiri.
4. Dakwah Ummah adalah proses dakwah dilaksanakan pada mad’u
yang bersifat massa (masyarakat umum). Dakwah ini dapat
berlangsung secara tatap muka dan monologis, seperti ceramah
umum (tabliq akbar), atau tidak tatap muka seperti menggunakan
media massa
5. Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyyah adalah proses dakwah yang
berlangsung dalam konteks antar bangsa,suku atau antar budaya (da’i
dan mad’u yang berbeda suku dan budaya dalam kesatuan bangsa
atau berbeda bangsa).

10
PENUTUP

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang


menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Besar harapan kami semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dan juga penulis khususnya dalam
memahami materi tentang “Konteks (Level) Dakwah”.
Pada makalah ini tentunya penulis akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki masih sangat
kurang. Oleh karena itu, penulis berharap agar pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Demikian makalah ini kami buat dengan
kesungguhan, bila ada kata-kata yang menyinggung dan atau tidak sesuai
fakta kami meminta maaf yang setulus-tulusnya.

Curup, 26 Maret 2023

Penulis

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahyar, D. B. (2022). Dakwah Multikultural. Bandung: CV. Media Sains


Indonesia.

Basyar, S. D., & Abidin, Z. (2018). Proses Bimbingan Fi'ah Qalilah dalam
Meningkatkan Perilaku Keagamaan Masyarakat. Irsyad:
Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi
Islam, 6(4), 471-490. Retrieved from
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/irsyad

Fahriansyah. (2015, Januari-Juni). Filosofi Dakwah Nafsiyah. Alhadharah,


14(27), 57-63.

Haryanto, R. (2019). Pemberdayaan Da'i Profesional di Kota Duri. AL


QOLAM, 3(1), 1-14.

Subandi, A. (n.d.). Hakikat Dan Konteks Dakwah. AL-QALAM, XVIII(90-


91), 74-93.

Syarifah, M. (2016). Budaya dan Kearifan Dakwah. al-Balagh: Jurnal


Dakwah dan Komunikasi, 1(1), 23-38.
doi:10.22515/balagh.v1i1.43

Wahid, A. (2019). GAGASAN DAKWAH Pendekatan Komunikasi


Antarbudaya. Rawamangun: PRENAMEDIA GROUP.

12

Anda mungkin juga menyukai