Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DAKWAH BERBASIS MULTIKULTURALISME

Oleh: Tsania Azkia Shabrina


Mata Kuliah: Filsafat Dakwah
Dosen Pengampu: Diana Sari S.Psi M.Ag
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi

kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang

berjudul “DAKWAH BERBASIS MULTIKULTURALISME”. Untuk memenuhi

tugas mata kuliah FILSAFAT DAKWAH pada Institut Agama Islam Al-Azhaar.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari

jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan

bagi kami khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Kami menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari

berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya

penulisan makalah ini. Semoga semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di

hadapan Allah SWT. Aamin.

1
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL …………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………..….1

DAFTAR ISI …………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..3

A. Latar Belakang ……………………………………………………...3

B. Rumusan Masalah …………………………………………………..4

C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………....5

A. Pengertian dakwah... ……………………………………………….. 5

B. Pengertian Multikulturalisme…… ………………….……………... 6

C. Pemahaman Dakwah Multikulturalisme ………………………...….7

D. Strategi Dakwah Multikulturalisme…………….………...…………8

BAB III PENUTUP ………………………………….…………….…10

A. Simpulan ………………………………………….……………… 10

DAFTAR PUSTAKA ……………………….………………………..11

2
BAB I

Pendahuluan

A.Latar Belakang

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia paripurna


(insan kamil), tujuan tersebut merupakan tujuan tertinggi dari pendidikan Islam
sebab sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya sebagai makhluk
ciptaan Allah. Indikator dari insan kamil adalah pertama: Menjadi hamba Allah,
kedua: mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi al-ardh, dan yang
ketiga adalah untuk memperoleh kesejahteraaan dan kebahagiaan di dunia dan
akhirat, baik individu maupun masyarakat. Namun tujuan mulia tersebut akan
terasa sulit untuk bisa dicapai sepanjang hayat manusia, apabila dicemari oleh
pemikiran, wacana, dan gagasan-gagasan yang menyesatkan, walaupun berdalih
untuk menyelsaikan permasalahan amat pelik bangsa ini yang sedang mencuat
kepermukaan, ironisnya Ayat Al-Qur’an dijadikan tameng dan alat untuk
menjastifikasi pemikiran, wacana, dan gagasan-gagasan multikulturalisme.
Kemudian tuduhan-tuduhan yang sulit untuk dibuktikan kebenarannya, juga
dengan gencar dilontarkan melalui berbagai macam cara. Saat ini salah satu
tantangan yang mengancam aqidah ummat Islam, khususnya dalam dunia
pendidikan Islam, adalah berhembusnya wacana “reorientasi pembelajaran
agama” dan menggunakan istilah Pendidikan Islam, agar wacana mereka dapat
diterima. Sebagaimana yang dikatakan: Pengunaan kata “Pendidikan Islam” tidak
dimaksudkan untuk menegasikan ajaran agama lain, atau pendidikan non-Islam,
tetapi justru untuk meneguhkan bahwa Islam dan pendidikan Islam sarat dengan
ajaran yang menghargai dimensi multikulturalisme.

Apalagi pendidikan Islam sendiri telah eksis dan memiliki karakteristik yang
khas, khususnya dalam diskursus pendidikan di Indonesia. Jadi pendidikan
multikulturalisme sengaja berupaya untuk mengaburkan eksistensi Pendidikan
Agama Islam yang berlandaskan Tauhid dan Wahyu Allah. Kemudian yang

3
menjadi objek dalam reorientasi pembelajaran agama, sesuai yang diwacanakan
oleh pendidikan multikulturalisme adalah, pertama: melakukan pergeseran titik
perhatian dari Agama Ke-Religiusitas. Kemudian kedua: memasukkan doktrin
kemajemukan Agama, dan yang ketiga: mengarahkan pada pembentukan sikap
berwawasan multikulturalisme, dengan pendekatan induktif partisipatif. Dalam
menjawab dan mencounter terhadap wacana yang dibangun oleh pendidikan
multikulturalisme dalam merubah orientasi pembelajaran agama, perlu
mengunakan pendekatan filosofis, guna membongkar basis teologi pendidikan
multikulturalisme, sebagaimana yang mereka wacanakan.

B.Rumusan Masalah

Adapaun masalah dari latar belakang diatas yang penulis ambil yaitu.

1. Apa pengertian dakwah?

2. Apa pengertian multikulturalisme?

3. Apa Pendidikan berbasis multikultural?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dakwah multikulturalsime

2. Untuk mengetahui sejarah dakwah multikulturalisme

3. Untuk memahami Pendidikan berbasis multikulturalisme

4
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Dakwah

Da’wah secara lughawi berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti
seruan, panggilan, dan undangan. Adapun menurut istilah, dakwah adalah
menyeru ataupun mengajak manusia dalam upaya melakukan suatu kebaikan
dan menurut petunjuk dalam Islam, menyeru untuk berbuat kebajikan dan
melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah Swt dan Rasul-Nya, hal
ini sebagai wujud untuk mendapatkan hadiah berupa kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Lain halnya dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyatakan
bahwa dakwah memiliki arti yakni penyiaran atau propaganda. Maka dakwah
berarti penyiaran agama di kalangan masyarakat berupa seruan, guna untuk
memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. Maka dakwah dapat
diartikan sebagai seruan atau ajakan untuk mempelajari dan mengamalkan
ajaran agama. Adapun untuk tujuan dakwah adalah sesuatu yang hendak
dicapai dalam pelaksanaan dakwah, sebagaimana merealisasikan ajaran-ajaran
Islam. wujud realisasi diantaranya perubahan seseorang, kelompok dan
masyarakat atau biasa disebut dengan amar ma’ruf nahi munkar.

Selain amar ma’ruf nahi munkar, tujuan dakwah dapat dirinci menjadi
beberapa hal seperti (a) mengajak untuk bertakwa dan beribadah hanya kepada
Allah; (b) mengajak untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan tercela;
(c) mempererat tali silaturrahmi antara da’I (orang yang menyampaikan pesan
dakwah) dan mad’u (orang yang menerima pesan dakwah); (d) sebagai tempat
dalam menyebarkan, mencari, dan memperdalam ilmu-ilmu keislaman; (e)
sebagai tempat mengutarakan dan mencari solusi atas permasalahan di dunia
sekaligus sebagai bekal amal ibadah

5
B. Pengertian Multikulturalisme

Multikulturalisme merupakan sebuah paradigma yang memberikan


kesepakatan adanya kesetaraan antara ekspresi budaya yang plural. Wujud
gagasan ini berupa kesadaran sosial yang ada dalam aspek kehidupan sosial
masyarakat terdapat beragam budaya. kesadaran ini memiliki nilai sebuah
tindakan yang baik dan benar, sebagaimana contoh penghargaan,
penghormatan, perhatian, kasih sayang serta cinta dan pengakuan terhadap
perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain maupun kelompok satu
dengan yang lain. Musa Asy’ayrie menyatakan bahwa multikulturalisme
merupakan kearifan dalam melihat keanekaragaman budaya, dimana budaya
dijadikan sebagai realitas fundamental dalam kehidupan bermasyarakat.
sedangkan pendapat Everett M Rogers dan Thomas M. Steinfatt menyatakan
bahwa multikulturalisme suatu bentuk pengakuan bahwa beberapa kultur yang
beranekaragam dapat eksis dalam lingkungan yang sama dan tidak merugikan
antara satu dengan yang lain. pada dasarnya multikulturalisme merupakan
sebuah padangan dunia (worldview), dengan diaplikasikan pada realitas
keragaman, pluralitas dan multikultural dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat. Pemahaman lain multikulturalisme terkait pandangan dunia yang
kemudian diwujudkan dalam sebuah istilah “politics of recognition”dalam
sebuah istilah “politics of recognition”. k mewujudkan keragaman.
Diantaranya pertama, personal level dalam hal ini proses multikulturalisme di
mulai dari pengasuhan (parenting) dalam keluarga dan dibiasakan dengan
menghormati keragaman budaya. Kedua, organization level, pendidikan
formal dan lapangan kerja memberikan tempat untuk saling menghormati dan
menghargai keragaman budaya. Ketiga, societal level dimana dalam
kehidupan bermasyakat dapat berlanjut dengan baik dengan mengutamakan
perhormatan kepada keragaman. Keempat, system level, peraturan yang
ditetapkan negara seperti melalui perundang-undangan dapat menanamkan
kesadaran multikultural.

6
C. Pemahaman Dakwah Multikulturalisme

Aktivitas dakwah dilakukan untuk menjamin keselamatan fisik warga


negara secara individual, hak warga untuk melindungi keluarga dan keturunan.
Menurut Sjahudi Siradj, dikutip Ali Aziz menyatakan bahwa pendekatan
dakwah terbagi menjadi tiga yakni, pendekatan budaya dan bahasa,
pendekatan pendidikan, dan pendekatan psikologis. Dalam konteks dakwah
multikultural maka pendekatan -pendekatan tersebut dapat diterapkan
sebagaimana contoh penggunaan budaya dan bahasa sebagai alat komunikasi
dalam menyampaikan pesan dakwah. Selain itu pendekatan dakwah dalam
masyarakat dapat disimpulkan menjadi dua pendekatan, yaitu melalui
pendekatan structural dan pendekatan kultural. pendekatan structural
merupakan pendekatan melalui kekuasaan atau jalur politik. Adapun
pendekatan kultural merupakan pendekatan dengan jalur non politis, seperti
pemberdayaan dalam bidang sumber daya manusia dan proses penegakkan
hukum. Dalam konteks pemikiran multikulturalisme dari barat, maka ada
keterkaitan dengan pemaparan pendekatan dakwah structural, yang mana
dalam multikulturalisme ditekankan juga melalui beragam hal, seperti politik
yang terbagi menjadi politik pengakuan, politik identitas baru, politik
kesetaraan martabat dan politik perbedaan. Sedangkan dalam pendekatan
secara kultural maka dapat diketerkaitkan dengan multikulturalisme
akomodatif, dan pragmatism. Pemahaman multikultural dengan pendekatan
kultural maupun structural pada masyarakat guna untuk menghilangkan
prasangka, dan mengenal perbedaan, sehingga dapat saling menghargai dan
menghormati di dalam ruang masyarakat plural. Kesadaran multikulturalisme
berkembang dengan permasalahan dalam HAM, dan diskriminasi rasial di
negara-negara barat seperti Eropa. Maka toleransi terhadap budaya seperti
adat istiadat, bahasa, agama, dan penggunaan seni menjadi salah satu aspek
penentu keberhasilan dalam berdakwah. dakwah multikultural dengan
menghargai nilai budaya, agama, dan adat istiadat setempat, bukan melalui
pemaksaan, menakut-nakuti, dan intimidasi, karena ketiga cara ini bukan
termasuk aspek dakwah dalam Islam, dimana Islam sebagai agama yang
damai.

7
D. Strategi Dakwah Berbasis Multikulturalisme

Sebagaimana obyek multikulturalisem yang komplek, maka


konsekuensinya juga membutuhkan langkah dan strategi yang juga komplek.
Dakwah di manapun dan lewat madeia apapun, tujuannya adalah menjadi
penyeimbang bagi perkembangan sosial budaya sekuler yang semata-mata
hanya bersifat komersial. Meski masih harus lebih diperdalam lagi, seberapa
besar penyeimbang tersebut, karena dampak kegiatan dakwah tidak bisa
diketahui secara langsung. Tapi setidaknya kalau disanding dengan sesama
kegiatan lain, seperti di bidang bisnis, dan inovasi-inovasi dalam dunia
pendidikan, mampu berpacu, dalam waktu yang bersamaan.

Berdasarkan argumrntasi demikian, maka dakwah multikulturalisme


membutuhkan sinergitas antar lembaga dakwah, ormas Islam serta lembaga
dakwah di bawah pemerintah dengan memperhatikan hal berikut;

Pertama, masyarakat multikultural sebagai sasaran dakwah, perlu dimaknai


sebagai upaya berlapang hati untuk mau menerima perbedaan dengan
kelompok lain. Penguatan diri diartikan bahwa dakwah harus bersinergi
dengan kepentingan Bangsa. Dakwah juga harus menghargai hak asasi
manusia. Sehingga penguatan masyarakat multikultural, ditempuh dengan
memperkuat ikatan-ikatan sosial berbasis kebebasan beribadah sesuai dengan
agama dan keyakinan setiap orang/kelompok. Di bawah payung kesatuan
bangsa dan Negara.

Kedua, kelompok penganut agama yang berbeda-beda di lingkungan


masyarakat, masing-masing bisa memelihara diri untuk tidak melakukan
kegiatan yang bersifat propaganda agama. Sebaliknya mereka diharapkan
mencari persaman-persamaan, sehingga tidak ada peluang untuk terbukanya
konflik antar agama. Kearifan- kearifan yang ditemui pada masyarakat latar

8
belakang etnis dan kultur, sebaiknya dijadikan acuan untuk yang membangun
kearifan pada tataran yang lebih luas, yakni kepentingan nasional. Selain itu,
hubungan-hubungan sangat personal antar warga harus dibina secara terus-
menerus untuk memperkuat sendi-sendi kebersamaan dan dalam menangung
beban hidup mereka. Masyarakat tidak perlu dibawa kearah persaingan
khususnya dalam bidang usaha dan kepemilikan barang. Sebaliknya justru
dibawa kearah persaingan kebajikan dan kualitas hidup.

Ketiga, lembaga-lembaga dakwah memiliki arti penting dalam penguatan


masyarakat multikutur. Sebagai institusi sosial, lembaga dakwah perlu
meningkatkan kemampuannya melakukan gerakan untuk pengembangan
potensi secara signifikan dalam rangka memperbaiki taraf hidup masyarakat,
dan membangun kreativitas dan perekayasaan sosial. Hal lain adalah
solidaritas (ukhuwah Islamiyah) perlu dibangun melalui tradisi keagamaan,
dari waktu ke waktu, guna memperkuat kesatuan komunitas sosial, dan tidak
lagi memberi peluang terjadinya konflik bernuansa agama atau etnis.
Sebaliknya menuju ke arah adanya kerjasama dalam aktivitas sosial
keagamaan.

Keempat, ketataan pada hukum, dimaknai juga ketataan pada nilai-nilai yang
dibangun bersama, yang didasarkan pada ajaran agamanya, pada tradisi dan
hasil dari proses adaptasi dan integrasi antarbudaya. Keharmonisan hubungan
antar individu dan antar kelompok berbeda agama, serta berbeda latar
belakang budaya, etnisitas, harus dipelihara dengan baik, tanpa merasa
terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain. Di sanalah ketaatan hukum dalam arti
yang sebenarnya, dalam masyarakat multikultural. Dalam konteks demikian,
perlu dirumuskan materi dakwah yang mengurai setiap aspek kedakwahan
dengan sasaran masyarakat multikultural. Diharapkan dengan rumusan materi
itu, bisa dijadikan acuan bagi para pegiat dakwah, secara kelembagaan
maupun secara personal.

9
BAB I

Penutup

A. Kesimpulan

Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, dapat terwujud dalam


dakwah multikultural yang memiliki prinsip damai, persuasive, dan
menghargai nilai-nilai budaya, adat dan tradisi masyarakat yang berlaku.
Dakwah multikultural adalah dakwah yang mempunyai ciri menghargai,
menghormati budaya dan perbedaan pemahaman tanpa menghilangkan
prinsip dan nilai nilai yang Islami. Adapun pendekatan dakwah pada
masyarakat dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu melalui
pendekatan structural dan pendekatan kultural. pendekatan struktural
merupakan pendekatan melalui kekuasaan atau jalur politik. Adapun
pendekatan kultural merupakan pendekatan dengan jalur non politis, seperti
pemberdayaan dalam bidang sumber daya manusia dan proses penegakkan
hukum. Dalam konteks pemikiran multikulturalisme dari barat, maka ada
keterkaitan dengan pemaparan pendekatan dakwah structural, yang mana
dalam multikulturalisme ditekankan juga melalui beragam hal, seperti
politik yang terbagi menjadi politik pengakuan, politik identitas baru,
politik kesetaraan martabat dan politik perbedaan. Sedangkan dalam
pendekatan secara kultural maka dapat diketerkaitkan dengan
multikulturalisme akomodatif, dan pragmatism.

10
Daftar Pustaka

http://ikmalonline.com/dakwah-berbasis-multikulturalisme/

Umar, Abdul Kohar. Pendidikan Agama Berbasis Multikulturalisme

Ellyda dan Luluk. Refleksi Pemikiran Multikulturalisme bagi Dakwah

11

Anda mungkin juga menyukai