Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

DAKWAH DAN MULTIKULTURALISME

‘Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah’

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Baso Amang, M.Ag.

Di Susun Oleh :

HARYANTO
A. Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk berakal dianugerahi kelebihan yang luar biasa,
kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lain. Manusia hadir di muka bumi
bukan tanpa alasan terlepas dari cerita panjang Nabi Adam dan Hawa. Manusia diberikan
bekal akal pikiran agar dapat mengelola bumi dan meneruskan kehidupan di dunia. Manusia
diperintahkan untuk menjadi khalifah di muka bumi, menjalankan syariat Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Setiap muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi dan misi risalah
melalui media dakwah, baik ke dalammaupun ke luar lingkungan umat Islam, dengan
memperhatikan akidah, akhlak, dan ketentuan lainya yang intinya sesuai dengan konsep
Islam. dan untuk menilai suatu kasus yang muncul.

Salah satu tugas pokok manusia di muka bumi ini adalah berdakwah, menyebarkan
ajaran agama Islam. Mengajak orang lain pada kebaikan, mengajarkan akan
keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Sesungguhnya kita semua memiliki
kewajiban untuk mengarahkan orang lain ke jalan yang benar, menjadi penghubung dari
hidayah yang akan diturunkan kepada hamba- Nya. Menyeru pada jalan kebaikan juga kera[p
disebut dengan dakwah. Dakwah Islam merupakan ajakan untuk berfikir, berdebat
dan beragumen, dan untuk menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah Islam tidak dapat
disikapi dengan keacuhan kecuali oleh orang bodoh atau berhati dengki. Hak berfikir
merupakan sifat dan milik semua manusia. Tak ada orang yang dapat mengingkarinya.

Dalam praktiknya dakwah menghadapi banyak tantangan yang membutuhkan


banyak penyesuaian dengan objek dakwah yang dituju. Sebagai orang yang hidup dalam
lingkungan yang plural atau beragam, tantangan dalam berdakwah akan jauh lebih besar
karena harus menyesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat mereka, kebudayaan mereka,
adat istiadat dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, di dalam karya tulis ilmiah
berupa makalah ini akan dijelaskan dakwah berbasis multikulturalisme yang akan dibagi
ke dalam beberap sub pembahasan sebagai berikut.

B. Pengertian Dakwah

Kehidupan dunia dan akhirat adalah tujuan hidup manusia yang sebenarnya.
Dengan tujuan inilah Allah mengutus Muhammad saw dengan membawa risalah
islamiyah dengan nilai nasehat di dalamnya. Manusia tidak akan mencapai kejayaan tersebut
jika nilai nasehat ini tidak terdapat di tengah mereka. Oleh karena itu Allah swt
memerintahkan umat akhir zaman ini untuk senantiasa mengajak kepada kebaikan yang
merupakan bahagian dari nasehat sebagai kunci keselamatan dan kejayaan.

Allah swt berfirman, Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Dakwah secara bahasa artinya memanggil, mengundang, ajakan, imbauan dan


hidangan. Dakwah juga bisa diartikan sebagai seruan atau ajakan. Sedangkan dakwah secara
terminologi adalah menyampaikan Islam kepada manusia, mengajarkannya kepada
mereka dan merealisasikanya dalam kehidupan nyata. Allah swt menjelaskan dalam al-
Qur`an da'i pertama kepada Islam dan tiga unsur dakwah seperti yang disebutkan pada
defenisi dakwah tersebut. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai
upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.

Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi


dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu; mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan
mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hakekat dakwah
adalah seruan atau ajakan dengan menyentuh hati manusia sesuai dengan fitrahnya, supaya
mereka menjalani kehidupan sesuai dengan petunjuk Ilahi. Dakwah merupakan tugas setiap
muslim baik laki-laki maupun perempuan sesuai dengan bakat di bidangnya masing-
masing. Oleh karena itu pelaksanaan dakwah akan lebih berhasil apabila disertai
dengan keahlian, ketrampilan, dan susunan kerja yang teratur, serta mengenal susunan
masyarakat yang menjadi sasarannya. Islam telah menempuh jalan yang paling indah untuk
sampai ke dalam jiwa manusia dengan cara petunjuk, dakwah kepada iman dan hikmah dan
ajaran yang baik, ayat-ayat dan hadits menjadi saksi

Dengan demikian dapat dipahami bahwa dakwah Islam adalah setiap upaya
positif baik yang berupa aktivitas lisan, tulisan, perbuatan maupun ketetapan guna
meningkatkan taraf hidup manusia dan nilainya sesuai dengan tuntutan hidupnya dan
mengacu kepada konsep kehidupan yang ditetapkan Tuhan atas mereka. Disamping itu
dakwah juga merupakan usaha menggerakkan pikiran dan perbuatan manusia untuk
mengembangkan fungsi kerisalahan berupa tugas menyampaikan din al-Islam kepada
manusia, sedangkan fungsi kerahmatan adalah upaya menjadikan Islam sebagai rahmat bagi
alam semesta.Manifestasi dakwah Islam dapat mempengaruhi cara berpikir, bersikap dan
bertindak dalam kaitannya dengan kehidupan pribadi dan sosial. Keberadaan dakwah
Islam senantiasa dihadapkan kepada realitas sosial yang mengitarinya.

C. Pengertian Multikulturalisme

Multikulturalisme merupakan ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan.


Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan per individual atau orang per orang dan
perbedaan budaya. Perbedaan budaya yang mendorong terbentuknya keberagaman
atau pluralisme sebagai corak kehidupan manusia yang mempunyai keanekaragaman
budaya yaitu saling menghargai dan menghormati kebudayaan-kebudayaan mereka yang
berbeda satu dengan lain nya, termasuk kebudayaan mereka yang tergolong sebagai
kelompok minoritas

Multikulturalisme adalah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan


pada kesederajatan perbedaan kebudayaan yang ada. Ideologi ini bergandengan dan saling
mendukung dalam proses demokratisasi yang pada dasarnya adalah kesederajatan pelaku
secara individual yang terikat dalam Hak Asasi Manusia dalam berhadapan dengan kekerasan
dan komunitas atau masyarakat setempat.
Dikatakan oleh Haviland, multikultural diartikan sebagai pluralitas
kebudayaan dan agama, dimana jika kita memelihara pluralitas ini keita akan mencapai
kehidupan yang ramah dan menciptakan kebudayaan. Pluralisme kebudayaan
multikulturalisme berarti penolakan akan kefanatikan, purbasangka, rasialisme dan menerima secara
inklusif keberagaman yang ada (Haviland, 1988). Selain dari itu, Azyumardi Azra juga
berpendapat bahwa multikulturalisme merupakan suatu paradigma kehidupan bermasyarakat
yang berdasar atas persatuan dan mengesampingkan perbedaan untuk mengantisipasi konflik
sosial. Kesepakatan yang dibentuk mengenai keberagaman perbedaan seperti kebiasaan dalam
masyarakat serta adat istiadat.

Dikatakan oleh Bikhu Parekh (2001), bahwa multikultultural mengandung tiga


komponen, yakni, pertama, konsep ini berkaitan dengan kebudayaan; kedua, konsep ini
mengacu kepada pluralitas kebudayaan; dan ketiga, konsep ini mengandung cara
tertentu untuk merespons pluralitas itu. Oleh sebab itu, multikulturalisme bukanlah
sebuah doktrin politik pragmatik melainkan bagaimana cara pandang atau ideologi
dalam kehidupan sehari - hari. Multikulturalisme adalah suatu ideologi jalan keluar dari
persoalan mundurnya kekuatan integrasi dan kesadaran nasionalisme suatu bangsa
dikarenakan akibat dari perubahan di tingkat global. Indonesia mengalami perubahan
tersebut Setidaknya kekhawatiran terjadinya kemunduran dalam kesadaran nasionalisme telah
terbukti.

Dalam konteks dakkwwah, multikulturalisme memberikan warna baru serta


menjadi tantangan yang menarik bagi para pendakwwah utamanya untuk bisa menyajikan
konten dakwah dengan menyesuaikan kebudayaan dan ada istiadat suatu kelompok
masyarakat tertentu. Hal tersebut perlu dilakukan guna memaksimalkan pesan dakwah yang
ditterima oleh mad’u dirasa cocok dan relate dengan kehidupan mereka, sehingga akan
menekan adanya pertentangan yang bisa saja muncul karena merasa pesan dakwah yang
disampaikan menghina dan menjatuhkan nilai-nilai budaya yang telah lebih dulu mereka
yakini dan ikuti dan terus dilestarikan hingga sekarang.

D. Dakwah Berbasis Multikulturalisme

Dalam konteks ke-Indonesiaan, dakwah dipahami sebagai upaya membangun


komunitas masyarakat dengan kondisi pluralis, beragam agama, keyakinan, suku etnis
dan budaya. Kebudayaan majemuk dengan beragam agama dan kepercayaan yang dianutnya,
maka konsekuensinya, pemeliharaan kerukunan dan toleransi menjadi mahal dan sangat
penting bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Perselisihan antar kelompok penganut agama
yang berbeda dapat memicu konflik dan perpecahan yang endingnya adalah merugikan
kelompok minoritas. Kondisi inilah yang tentunya membutuhkan strategi dakwah
khusus dalam konteks ke-Indonesiaan, multikulturalisme.

Dewasa ini, muncul pandangan umum di antara kelompok agama bahwa hanya ada
satu agama, tradisi-tradisi yang berbeda dianggap salah dan tidak berharga. Bahkan
sebagian kelompok ada yang anti pluralisme. Argument antipluralis ini muncul di tengah
perbedaan agama seperti lahirnya Islam ISIS. Problem antipluralisme bisa dirumuskan,
bahwa suatu agama yang didasarkan pada kebenaran wahyu utama yang bisa menyelamatkan
tidak akan memandang agama lain yang mengingkari kebenaran itu sebagai
agama yang berharga. Jadi, setiap agama memandang dirinya sebagai satu-satunya agama
sejati dan memandang agama lain tidak ternilai atau tidak benar.
Dakwah multikulturalime secara konsepsional mempunyai dua pandangan
dengan makna yang saling berkatian (Liliweri, 2005:69). Pertama, multikultural sebagai
kondisi kemajemukan kebudayaan atau pluralisme budaya dari suatu masyarakat. Kondisi
ini diasumsikan dapat membentuk sikap toleransi. Kedua, multikulturalisme merupakan
seperangkat kebijakan pemerintah pusat yang dirancang sedemikian rupa agar seluruh
masyarakat dapat memberikan perhatian kepada kebudayaan dari semua kelompok etnik
atau suku bangsa. Hal ini beralasan, karena bagaimanapun juga, semua kelompok etnik atau
suku bangsa telah memberi kontribusi bagi pembentukan dan pembangunan suatu
bangsa.Dalam kaitan dengan kebijakan kedakwahan, multikulturalisme merupakan konsep
sosial yang diitrodusir ke dalam kegiatan dakwah. Jadi dakwah berwawasan multikultural,
merupakan kebijakan dakwah yang mampu mengayomi setiap kelompok dan mengapresiasi
perbedaan kultur di masyarakat. Setiap kebijakan dakwah diharapkan mampu mendorong
lahirnya sikap apresiatif, toleransi, prinsip kesetaraan antar budaya, kesetaraan gender, kesetaraan
antar pelbagai kelompok etnik, kesetaraan bahasa, agama, dan sebagainya.

Berdasarkan argumrntasi demikian, maka dakwah multikulturalisme


membutuhkan sinergitas antar lembaga dakwah, ormas Islam serta lembaga dakwah
di bawah pemerintah dengan memperhatikan hal berikut; Masyarakat multikultural
sebagai sasaran dakwah, perlu dimaknai sebagai upaya berlapang hati untuk mau
menerima perbedaan dengan kelompok lain. Penguatan diri diartikan bahwa dakwah harus
bersinergi dengan kepentingan Bangsa. Dakwah juga harus menghargai hak asasi manusia.
Sehingga penguatan masyarakat multikultural, ditempuh dengan memperkuat ikatan-
ikatan sosial berbasis kebebasan beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan
setiap orang/kelompok. Di bawah payung kesatuan bangsa dan Negara. kelompok penganut
agama yang berbeda-beda di lingkungan masyarakat, masing-masing bisa memelihara diri
untuk tidak melakukan kegiatan yang bersifat propaganda agama. Sebaliknya mereka
diharapkan mencari persaman- persamaan, sehingga tidak ada peluang untuk terbukanya
konflik antar agama. Kearifan- kearifan yang ditemui pada masyarakat latar belakang etnis
dan kultur, sebaiknya dijadikan acuan untuk yang membangun kearifan pada tataran yang
lebih luas, yakni kepentingan nasional. Lembaga-lembaga dakwah memiliki arti penting
dalam penguatan masyarakat multikutur. Sebagai institusi sosial, lembaga dakwah
perlu meningkatkan kemampuannya melakukan gerakan untuk pengembangan potensi secara
signifikan dalam rangka memperbaiki taraf hidup masyarakat, dan membangun
kreativitas dan perekayasaan sosial. Hal lain adalah solidaritas (ukhuwah Islamiyah)
perlu dibangun melalui tradisi keagamaan, dari waktu ke waktu, guna memperkuat
kesatuan komunitas sosial, dan tidak lagi memberi peluang terjadinya konflik bernuansa
agama atau etnis. Ketataan pada hukum, dimaknai juga ketataan pada nilai-nilai yang
dibangun bersama, yang didasarkan pada ajaran agamanya, pada tradisi dan hasil dari proses
adaptasi dan integrasi antarbudaya. Keharmonisan hubungan antar individu dan antar
kelompok berbeda agama, serta berbeda latar belakang budaya, etnisitas, harus dipelihara
dengan baik, tanpa merasa terpaksa atau dipaksa oleh pihak lain.
E. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Dakwah menurut bahasa “berarti mengajak, menyeru atau memanggil”. Adapun


menurut istilah, dakwah adalah “mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan
yang benar menurut perintah Allah, demi kebahagiaan dan kemaslahatan mereka di dunia dan
di akhirat”. Dari sini dapat dipahami bahwa dakwah tidak hanya dikhususkan kepada umat
Islam, tetapi kepada seluruh umat manusia. Dari segi manapun dakwah itu diarahkan, maka
tujuan sentralnya adalah menginginkan perubahan pada diri setiap individu atau kelompok
masyarakat sehingga mereka hidup bahagia di dunia maupun di akhirat.

Multikulturalisme merupakan ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan.


Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan per individual atau orang per orang dan
perbedaan budaya. Perbedaan budaya yang mendorong terbentuknya keberagaman
atau pluralisme sebagai corak kehidupan manusia yang mempunyai keanekaragaman
budaya yaitu saling menghargai dan menghormati kebudayaan-kebudayaan mereka yang
berbeda satu dengan lain nya, termasuk kebudayaan mereka yang tergolong sebagai
kelompok minoritas.

DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin, M. “Dakwah Berbasis Multikultur”, Jurnal Dakwah, Vol XVI No 1


(2015)

Abbas, “Dakwah Dalam Perspektif Islam”, Jurnal An-Nashihah, Vol 1, No 1


Mubasyarah , “M. Natsir dan Pandangannya Tentang Dakwah Dalam Buku Fiqhud
Dakwah”, Jurnal At-Tabsyir Komunikasi Islam, Vol 1, No 2 (Desember 2013)

Nurdin dan Abbas, “Pengaruh Dakwah Terhadap Remaja”, Jurnal An Nashihah, Vol
3, No 2

Suparlan. P, “Multikulturalisme”, Jurnal Ketahanan Nasional, Vol VI, No 1


(April 2002) Shohibul, “Dakwah Berbasis Multikulturalisme”, Kajian Ilmu Keislaman
(Desember 2014)

Anda mungkin juga menyukai