Disusun oleh :
HASBIYAH
HASBIYAH
NURSYAMSI
1
KATA PENGANTAR
Penulis
3
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan potensi multikultural terbesar di
dunia. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kehidupan masyarakat yang beragam dalam
berbagai aspek kehidupan, baik dalam aspek keagamaan, suku, bahasa dan budaya.
Keragaman tersebut dapat menjadi salah satu potensi besar bagi kemajuan
bangsa. Meskipun di sisi lain, dapat juga menimbulkan berbagai macam permasalahan
apabila tidak dikelola dan dibina dengan baik.
Keragaman tersebut perlu dikelola dan dikembangkan agar menjadi potensi
bangsayang positif. Ini sebagaimana semboyanbangsa Indonesia yang dikenal, yaitu:
”Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Untuk mewujudkan
tujuantersebut, maka bangsa Indonesia menerapkanbagaimana mengelola perbedaan
tersebut dalam pendekatan pendidikan. Hal ini, agar sejak dini masyarakat Indonesia
menyadari untuk mengembangkan potensi berbagai perbedaan ini menjadi yang positif,
tidak menjadikannya menjadi potensi kompleks karena keragaman.
Salah satu upaya penting dalam mencapai upaya tersebut adalah dengan
mengembangkannya dalam program pendidikan, seperti upaya bangsa untuk
menerapkannya dalam kurikulum pendidikan. Hal ini sebagaimana dilaksanakan sebagai
pendidikan multikultural, atau mengembangkannya dalam bentuk materi pendidikan
yang mengajarkan tentang keragaman bangsa ini yang perlu dihormati, agar bangsa
Indonesia tetap menjunjung tinggi kebhinnekaan, persatuan, kesatuan, sesuai yang
digambarkan dalam dasar negara ini, Pancasila, yaitu pada sila ketiga.
Pendidikan multikultural adalah pendekatan pendidikan yang mengakui dan
menghargai keragaman budaya, agama, etnis, dan latar belakang sosial dalam proses
pembelajaran. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang
inklusif dan menghargai perbedaan, sehingga setiap individu dapat tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan yang mendukung.
Dalam konteks pandangan Islam, pendidikan multikultural memiliki akar dalam
ajaran agama Islam dan nilai-nilai universal yang disebarkan oleh Islam. Dalam makalah
ini, kita akan menjelajahi pandangan Islam terhadap pendidikan multikultural, menggali
nilai-nilai yang mendasarinya, serta cara implementasinya dalam lingkungan pendidikan
yang berbasis Islam. Selain itu, kita juga akan membahas beberapa tantangan yang
5
mungkin muncul dalam upaya menerapkan pendidikan multikultural dalam konteks
Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan Islam terhadap pendidikan multikultural?
2. Apa saja nilai-nilai yang mendasari pendidikan multikultural?
3. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural dalam lingkungan pendidikan Islam?
4. Apa saja tantangan yang mungkin muncul dalam upaya menerapkan pendidikan
multikultural dalam konteks Islam?.
BAB II
PEMBAHASAN
7
keragaman atau perbedaan dalam berbagai hal. Kata Syu’ub yang terdapat dalam ayat ini
merupakan bentuk plural dari kata sya’aba yang berarti golongan atau cabang,
sedangkan kata qaba’il merupakan bentuk jamak dari kata qabilah yang berarti
sekumpulan orang yang bertemu yang satu sama lainnya bisa saling menerima. Kata
qaba’il selalu menunjuk pada dua pihak atau lebih yang saling berpasangan atau
berhadap- hadapan, saling memerlukan dan melengkapi.
Oleh karena itu, manusia sejak diciptakan, dari orang tua yang berbeda-beda, dari
suku yang berbeda, atau bahkan secara luar dari Negara yang berbeda-beda, namun
demikian mereka saling bergantung satu sama lainnya, membutuhkan, berinteraksi, dan
melakukan aktivitas sosial di antara sesama mereka.
QS. Al-Hujurat ayat 13 yang secara konteks turun sebagai respons atas pemikiran
sempit sebagian shahabat terhadap fenomena perbedaan kulit serta kedudukan, dan
menyebabkan mereka memiliki pandangan yang diskriminatif terhadap orang lain,
merupakan salah satu persoalan yang masih terus terjadi hingga saat ini. Sikap
memandang rendah orang lain, berpihak atau mementingkan kelompok sendiri atau
dalam bahasa Arab dinamakan dengan ashabiyah, tidak siap berbeda dan
memperlakukan orang lain dengan tidak adil, adalah di antara sikap- sikap yang
mengindikasikan masih lemahnya semangat multikulturalisme dalam kehidupan
masyarakat saat ini, baik secara konsep maupun praktik.
Ayat di atas menjelaskan, bahwa manusia dijadikan berbeda-beda dengan
berbagai suku dan ras, supaya saling mengenal dan yang paling baik di antara mereka
adalahyang paling bertaqwa. Ayat ini menjelaskan bahwa meskipun berbeda-beda,
namun agar manusia untuk menuju pada tujuan yang sama, yaitu beriman dan bertaqwa
kepada Allah.
Dalam hal ini, perbedaan, suku bangsa, ras, etnik dan warna tidaklah menjadi
masalah di antara manusia, karena yang dikehendaki dari semua perbedaan adalah yang
paling baikkualitas. Manusia berbeda-beda, melahirkankeinginan dan tantangan untuk
memperolehyang lebih baik dari yang lainnya. DalamIslam kualitas yang lebih baik
dikehendaki adalah kualitas ketaqwaan seseorang. Menurut ajaran Islam,
multikulturalitas merupakan sunnatullah yang tidak bisadiingkari. Justru dalam
multikulturalitas terkandung nilai-nilai penting bagi pembangunan keimanan. Ini
sebagaimana dinyatakan QS. Ar-Rum: 22, berikut:
)٢٢( َت ل ِْلعَالِمِين
ٍ ِالف أ َ ْل ِس نَتِكُ ْم َوأ َ ْل َوانِكُ ْم إِ َّن في ِ ذَلِكَ آليَا
ُ ض َوا ْخت
ِ األر
ْ ت َو
ِ اوا َّ َوم ِْن آيَاتِ ِه خ َْلقُ ال
َ س َم
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah menciptakan langit dan bumi
danberlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar- benar terdapat tanda-anda bagi orang yangmengetahui”. )QS. al-Rûm: 22).
Dalam perspektif Islam, seluruhmanusia berasal dari satu asal yang sama; Nabi
Adam dan Hawa. Meskipun nenek moyangnya sama, namun dalam
perkembangannyakemudian terpecah menjadi bersuku-suku, berkaum-kaum, atau
berbangsa-bangsa, lengkap dengan segala kebudayaan danperadaban khas masing-
masing.
Semua perbedaan yang ada selanjutnya mendorong mereka untuk saling
mengenal dan menumbuhkan apresiasi satu sama lain. Inilah yang kemudian oleh Islam
dijadikan dasar perspektif “kesatuan umat manusia”, yang pada gilirannya akan
mendorong solidaritas antar manusia. Islam pada dasarnya menyeru kepada seluruh umat
manusia untuk menuju kepada cita-cita bersama kesatuan umat manusia tanpa pandang
bulu latar belakang ras, etnik, suku, bangsa, bahasa, agama, warna kulit, jenis kelamin,
keturunan dan lain-lain. Oleh karena itu, diskriminasi terhadap orang lain atau kelompok
tertentu bertentangan dalam Islam.
9
4. Kepemimpinan dan Etika
Islam mengajarkan etika yang tinggi, termasuk kejujuran, integritas, dan
kepemimpinan yang adil. Dalam pendidikan multikultural, etika ini menjadi
landasan untuk mengajarkan siswa cara berinteraksi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan agama.
11
mencerminkan nilai-nilai multikultural dan menghindari bias budaya adalah langkah
kunci.
2. Pelatihan Guru
Guru perlu memahami konsep dan strategi pendidikan multikultural agar dapat
mengajar dengan efektif dalam lingkungan yang beragam. Pelatihan guru yang tepat
dalam hal ini penting, tetapi dapat menjadi tantangan mengingat keterbatasan waktu
dan sumber daya.
3. Kesadaran dan Sikap Guru
Selain pelatihan, guru juga perlu memiliki sikap positif terhadap keragaman. Mereka
harus mampu mengatasi bias dan stereotip yang dapat mempengaruhi interaksi
mereka dengan siswa yang berbeda budaya dan agama.
4. Pengelolaan Konflik dan Bullying
Pendidikan multikultural seringkali menghadapi masalah konflik antar siswa dengan
latar belakang yang berbeda. Penting untuk mengembangkan strategi yang efektif
dalam mengelola konflik ini dan menghindari praktek bullying atau diskriminasi.
5. Peran Orang Tua
Orang tua memiliki peran penting dalam pendidikan anak-anak mereka. Tantangan
dapat muncul jika orang tua memiliki pandangan yang berbeda tentang pendidikan
multikultural atau jika mereka tidak terlibat dalam upaya sekolah untuk menghargai
keragaman.
6. Dukungan Administrasi Sekolah
Kepemimpinan sekolah yang mendukung pendidikan multikultural adalah kunci.
Masalah Keuangan, pendukung pendidikan multikultural seringkali memerlukan
sumber daya tambahan, seperti pelatihan, program ekstrakurikuler, dan sumber daya
pembelajaran tambahan. Tantangan keuangan dapat menjadi hambatan bagi sekolah
atau lembaga yang memiliki anggaran terbatas.
7. Masalah Politik dan Sosial
Tantangan politik dan sosial, seperti ketegangan antarbudaya atau isu-isu migrasi,
dapat mempengaruhi implementasi pendidikan multikultural. Isu-isu ini dapat
menciptakan ketegangan dan meningkatkan resistensi terhadap pendidikan
multicultural.
8. Evaluasi dan Pengukuran Keberhasilan
Tantangan dalam mengukur keberhasilan pendidikan multikultural adalah
menentukan metrik yang tepat. Bagaimana kita mengukur apakah siswa benar-benar
menghargai keragaman atau memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang budaya
dan agama lain?
9. Pertumbuhan Populasi Multikultural
Masyarakat global semakin multikultural, dan ini menciptakan tantangan baru dalam
menghadapi keragaman. Sekolah dan lembaga pendidikan harus terus beradaptasi
dengan pertumbuhan ini dan memastikan bahwa pendidikan multikultural tetap
relevan.
Pendidikan multikultural adalah upaya yang penting untuk menciptakan
lingkungan pendidikan yang inklusif dan mempersiapkan siswa untuk dunia yang semakin
global. Namun, untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan komitmen, kerjasama, dan
sumber daya yang cukup dari semua pihak yang terlibat dalam pendidikan.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan maka dapat disimpulkan:
1. Pendidikan multikultural dalam konteks Islam adalah tantangan yang dapat dihadapi
dengan bijak. Pandangan Islam terhadap pendidikan multikultural didasarkan pada
nilai-nilai tauhid, keadilan, toleransi, dan etika yang tinggi. Implementasi pendidikan
multikultural dalam lembaga-lembaga Islam dapat membantu menciptakan
lingkungan pendidikan yang inklusif dan menghargai perbedaan, sambil tetap
mempertahankan integritas nilai-nilai Islam. Ini adalah langkah yang penting untuk
membangun masyarakat yang harmonis dan saling menghormati dalam dunia yang
semakin global dan multikultural.
2. Pendidikan multikultural dapat diimplementasikan menyatu ke dalam kurikulum pendidikan
seperti pada mata pelajaran pendidikan Islam melalui konsep-konsep Islam yang menghargai
perbedaan.
B. SARAN
Adapun saran dalam makalah ini, adalah:
1. Penerapan Pendidikan multikultural memerlukan komitmen dari semua pemangku
kepentingan, termasuk guru, staf sekolah, siswa, orang tua, dan komunitas lokal. Dengan
pendekatan yang tepat, pendidikan multikultural dapat menciptakan lingkungan
pembelajaran yang inklusif dan memberikan manfaat yang besar bagi semua individu yang
terlibat.
2. Secara kaeseluruhan subtansi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu masih
dibutuhkan penyempurnaan berupa buah pikiran, gubahan, risalah, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M. Amin, 2005 Pendidikan Agama Era Multi Kultural Multi Religius, Jakarta:
PSAP Muhammadiyah.
15