Anda di halaman 1dari 15

Makalah

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENDIDIKAN


MULTIKULTURAL
Mata Kuliah: Manajemen Pendidikan Islam Multikultural

Disusun oleh :

HASBIYAH
HASBIYAH
NURSYAMSI

PROGRAM PASCA SARJANA


STAI AL FURQAN MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillah Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
‘rahmat dan karuniah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang
“Pandangan Islam Terhadap Pendidikan Multikultural’’. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi, penyelamat umat dari kemungkaran dan
kemunafikan yakni Nabi Muhammad SAW yang membimbing umatnya dengan suri tauladan-
Nya yang baik. Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dalam kesempatan ini pula kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan
datang.
Semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat khususnya bagi penulis,
umumnya bagi semua pembaca, dan semoga kitai dapat mengambil hikmah dari makalah ini
sehingga dapat menjadi pelajaran berharga bagi kehidupan kita semua, Aamiin.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bantaeng, September 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................3


BAB I.................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN .............................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG ...........................................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................................6
BAB II ...............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN ................................................................................................................................7
A. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan Multikultural .......................................................7
B. Nilai-Nilai Yang Mendasari Pendidikan Multikultural .......................................................9
C. Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Lingkungan Pendidikan Islam .............. 10
D. Tantangan Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural ............................................... 11
BAB III ............................................................................................................................................ 14
PENUTUP ....................................................................................................................................... 14
A. KESIMPULAN.................................................................................................................... 14
B. SARAN.................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan potensi multikultural terbesar di
dunia. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kehidupan masyarakat yang beragam dalam
berbagai aspek kehidupan, baik dalam aspek keagamaan, suku, bahasa dan budaya.
Keragaman tersebut dapat menjadi salah satu potensi besar bagi kemajuan
bangsa. Meskipun di sisi lain, dapat juga menimbulkan berbagai macam permasalahan
apabila tidak dikelola dan dibina dengan baik.
Keragaman tersebut perlu dikelola dan dikembangkan agar menjadi potensi
bangsayang positif. Ini sebagaimana semboyanbangsa Indonesia yang dikenal, yaitu:
”Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Untuk mewujudkan
tujuantersebut, maka bangsa Indonesia menerapkanbagaimana mengelola perbedaan
tersebut dalam pendekatan pendidikan. Hal ini, agar sejak dini masyarakat Indonesia
menyadari untuk mengembangkan potensi berbagai perbedaan ini menjadi yang positif,
tidak menjadikannya menjadi potensi kompleks karena keragaman.
Salah satu upaya penting dalam mencapai upaya tersebut adalah dengan
mengembangkannya dalam program pendidikan, seperti upaya bangsa untuk
menerapkannya dalam kurikulum pendidikan. Hal ini sebagaimana dilaksanakan sebagai
pendidikan multikultural, atau mengembangkannya dalam bentuk materi pendidikan
yang mengajarkan tentang keragaman bangsa ini yang perlu dihormati, agar bangsa
Indonesia tetap menjunjung tinggi kebhinnekaan, persatuan, kesatuan, sesuai yang
digambarkan dalam dasar negara ini, Pancasila, yaitu pada sila ketiga.
Pendidikan multikultural adalah pendekatan pendidikan yang mengakui dan
menghargai keragaman budaya, agama, etnis, dan latar belakang sosial dalam proses
pembelajaran. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang
inklusif dan menghargai perbedaan, sehingga setiap individu dapat tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan yang mendukung.
Dalam konteks pandangan Islam, pendidikan multikultural memiliki akar dalam
ajaran agama Islam dan nilai-nilai universal yang disebarkan oleh Islam. Dalam makalah
ini, kita akan menjelajahi pandangan Islam terhadap pendidikan multikultural, menggali
nilai-nilai yang mendasarinya, serta cara implementasinya dalam lingkungan pendidikan
yang berbasis Islam. Selain itu, kita juga akan membahas beberapa tantangan yang

5
mungkin muncul dalam upaya menerapkan pendidikan multikultural dalam konteks
Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan Islam terhadap pendidikan multikultural?
2. Apa saja nilai-nilai yang mendasari pendidikan multikultural?
3. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural dalam lingkungan pendidikan Islam?
4. Apa saja tantangan yang mungkin muncul dalam upaya menerapkan pendidikan
multikultural dalam konteks Islam?.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan Multikultural


Pendidikan Islam Tentang Multikultural Islam mengenalkan semangat dan nilai-
nilai yang ingin menghendaki umatnya melaksanakan sikap multikultural. Dalam
pembelajaran Islam diajarkan dalam muamalah tentang karakter yang dinamai akhlak al-
karimah. Terkait dengan sosial, maka diajarkan tentang keadilan dan berbuat persatuan,
keadilan, persamaan hak, toleran, saling membantu.
Nilai-nilai multikultural ini dalam pendidikan Islam ditanamkan dalam satu
materi seperti dalam pembelajaran akhlak. Ini dipelajari di seluruh jenjang pendidikan
Islam, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Pembelajaran akhlak terkait dengan nilai-nilai multikultural ini secara khusus dipelajari
di pesantren- pesantren, meskipun dalam tahap fungsional dan penerapannya masih
lemah, dan bahkan dalam penjelasannya umumnya masih normatif.
Materi-materi tentang nilai multikultural juga secara implisit sebenarnya
diajarkan dalam setiap pelaksanaan ibadahibadah dalam Islam. Ini misalnya pelaksanaan
ibadah shalat, diajarkan berjama’ah, ada nilai kebersamaan.
Al-Qur’an sebagai representasi pesan- pesan Allah untuk menjadi panduan umat
manusia, sesungguhnya telah memberikanbeberapa isyarat penting, baik secara eksplisit
maupun implisit tentang eksistensi keragamandan perbedaan tersebut. Di antaranya
dapat dilihat dalam QS. al-Hujurat: 13, sebagai berikut:
‫علِي ٌم‬ َ َّ ‫َّللا أَتـْقَاكُ ْم إِ َّن‬
َ ‫َّللا‬ َ َ‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَاكُ ْم م ِْن ذَك ٍَر َوأُنـْثَى َو َجعَ ْلنَاكُ ْم شُعُوبًا َوقـَبَا ِئ َل لِتـَع‬
ِ َّ َ‫ارفُوا إِ َّن أ َ ْك َر َمكُ ْم ِع ْند‬ ُ ‫يَا أَيـ ُّ َها ال َّن‬
)١٣( ‫ير‬
ٌ ِ‫َخب‬
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki danseorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supayakamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Melalui ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa manusia diciptakan terdiri atas
jenis laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka dapat
saling kenal dan mengenal atau saling memahami, saling membantu, saling memerlukan
dan tenggang rasa sesama mereka. Manusia yang secara fitrah adalah makhluk sosial,
maka hidup bermasyarakat merupakan suatu keniscayaan. Melalui kehidupan yang
bersifat kolektif sebagai sebuah masyarakat, tentu di dalamnya terdapat banyak

7
keragaman atau perbedaan dalam berbagai hal. Kata Syu’ub yang terdapat dalam ayat ini
merupakan bentuk plural dari kata sya’aba yang berarti golongan atau cabang,
sedangkan kata qaba’il merupakan bentuk jamak dari kata qabilah yang berarti
sekumpulan orang yang bertemu yang satu sama lainnya bisa saling menerima. Kata
qaba’il selalu menunjuk pada dua pihak atau lebih yang saling berpasangan atau
berhadap- hadapan, saling memerlukan dan melengkapi.
Oleh karena itu, manusia sejak diciptakan, dari orang tua yang berbeda-beda, dari
suku yang berbeda, atau bahkan secara luar dari Negara yang berbeda-beda, namun
demikian mereka saling bergantung satu sama lainnya, membutuhkan, berinteraksi, dan
melakukan aktivitas sosial di antara sesama mereka.
QS. Al-Hujurat ayat 13 yang secara konteks turun sebagai respons atas pemikiran
sempit sebagian shahabat terhadap fenomena perbedaan kulit serta kedudukan, dan
menyebabkan mereka memiliki pandangan yang diskriminatif terhadap orang lain,
merupakan salah satu persoalan yang masih terus terjadi hingga saat ini. Sikap
memandang rendah orang lain, berpihak atau mementingkan kelompok sendiri atau
dalam bahasa Arab dinamakan dengan ashabiyah, tidak siap berbeda dan
memperlakukan orang lain dengan tidak adil, adalah di antara sikap- sikap yang
mengindikasikan masih lemahnya semangat multikulturalisme dalam kehidupan
masyarakat saat ini, baik secara konsep maupun praktik.
Ayat di atas menjelaskan, bahwa manusia dijadikan berbeda-beda dengan
berbagai suku dan ras, supaya saling mengenal dan yang paling baik di antara mereka
adalahyang paling bertaqwa. Ayat ini menjelaskan bahwa meskipun berbeda-beda,
namun agar manusia untuk menuju pada tujuan yang sama, yaitu beriman dan bertaqwa
kepada Allah.
Dalam hal ini, perbedaan, suku bangsa, ras, etnik dan warna tidaklah menjadi
masalah di antara manusia, karena yang dikehendaki dari semua perbedaan adalah yang
paling baikkualitas. Manusia berbeda-beda, melahirkankeinginan dan tantangan untuk
memperolehyang lebih baik dari yang lainnya. DalamIslam kualitas yang lebih baik
dikehendaki adalah kualitas ketaqwaan seseorang. Menurut ajaran Islam,
multikulturalitas merupakan sunnatullah yang tidak bisadiingkari. Justru dalam
multikulturalitas terkandung nilai-nilai penting bagi pembangunan keimanan. Ini
sebagaimana dinyatakan QS. Ar-Rum: 22, berikut:
)٢٢( َ‫ت ل ِْلعَالِمِين‬
ٍ ‫ِالف أ َ ْل ِس نَتِكُ ْم َوأ َ ْل َوانِكُ ْم إِ َّن في ِ ذَلِكَ آليَا‬
ُ ‫ض َوا ْخت‬
ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫َوم ِْن آيَاتِ ِه خ َْلقُ ال‬
َ ‫س َم‬
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah menciptakan langit dan bumi
danberlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar- benar terdapat tanda-anda bagi orang yangmengetahui”. )QS. al-Rûm: 22).
Dalam perspektif Islam, seluruhmanusia berasal dari satu asal yang sama; Nabi
Adam dan Hawa. Meskipun nenek moyangnya sama, namun dalam
perkembangannyakemudian terpecah menjadi bersuku-suku, berkaum-kaum, atau
berbangsa-bangsa, lengkap dengan segala kebudayaan danperadaban khas masing-
masing.
Semua perbedaan yang ada selanjutnya mendorong mereka untuk saling
mengenal dan menumbuhkan apresiasi satu sama lain. Inilah yang kemudian oleh Islam
dijadikan dasar perspektif “kesatuan umat manusia”, yang pada gilirannya akan
mendorong solidaritas antar manusia. Islam pada dasarnya menyeru kepada seluruh umat
manusia untuk menuju kepada cita-cita bersama kesatuan umat manusia tanpa pandang
bulu latar belakang ras, etnik, suku, bangsa, bahasa, agama, warna kulit, jenis kelamin,
keturunan dan lain-lain. Oleh karena itu, diskriminasi terhadap orang lain atau kelompok
tertentu bertentangan dalam Islam.

B. Nilai-Nilai Yang Mendasari Pendidikan Multikultural


Adapun nilai-nilai yang mendasari pendidikan multicultural, adalah sebagai
berikut:
1. Tauhid (Kepercayaan pada Allah yang Maha Esa)
Islam mengajarkan kepercayaan pada Allah yang satu dan menciptakan seluruh
manusia. Dalam konteks pendidikan multikultural, konsep ini mengajarkan
pentingnya menghormati semua manusia sebagai ciptaan Allah, tanpa
memandang ras, agama, atau budaya mereka.
2. Keadilan dan Kesetaraan
Islam mengajarkan konsep keadilan dan kesetaraan di antara semua manusia.
Dalam pendidikan multikultural, ini berarti memberikan hak yang sama kepada
semua siswa tanpa memandang latar belakang mereka, termasuk budaya dan
agama.
3. Toleransi
Islam mengajarkan toleransi terhadap agama dan budaya lain. Surat Al-Kafirun
(Q.S. 109) adalah contoh yang mengajarkan untuk tidak memaksa orang lain
dalam agama mereka. Dalam konteks pendidikan multikultural, ini berarti
menghargai dan menghormati perbedaan agama dan budaya.

9
4. Kepemimpinan dan Etika
Islam mengajarkan etika yang tinggi, termasuk kejujuran, integritas, dan
kepemimpinan yang adil. Dalam pendidikan multikultural, etika ini menjadi
landasan untuk mengajarkan siswa cara berinteraksi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan agama.

C. Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Lingkungan Pendidikan Islam


Rohidi (2002) dan Tilaar dalam (Choirul Mahfud, 2006; 81) menegaskan
bahwa pendidikan dengan pendekatan multikultural sangat tepat diterapkan di
Indonesia untuk pembentukan karakter generasi bangsa yang kokoh berdasar
pengakuan keragaman. Kemudian dalam penerapannya harus luwes, bertahap, dan
tidak indoktriner. Implementasinya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
sekolah.
Pendekatan multikulturalisme erat dengan nilai-nilai dan pembiasaan
sehingga perlu wawasan dan pemahaman yang mendalam untuk diterapkan dalam
pembelajaran, teladan, maupun perilaku harian. Proses itu diharapkan mampu
mengembangkan kepekaan rasa, apresiasi positif, dan daya kreatif. Kompetensi guru
menjadi sangat penting sebagai motor pendidikan dengan pendekatan multikultural.
H.A.R. Tilaar mengatakan bahwa pendidikan multikultural tidak lagi semata- mata
terfokus pada perbedaan etnis yang berkaitan dengan masalah budaya dan agama,
tetapi lebih luas dari itu.
Pendidikan multikultural mencakup arti dan tujuan untuk mencapai sikap
toleransi, menghargai keragaman, dan perbedaan, menghargai HAM, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menyukai hidup damai, dan demokratis. Jadi, tidak
sekedar mengetahui tata cara hidup suatuetnis atau suku bangsa tertentu (Tilaar,
2004). Implementasi pendidikan multikultur pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, dapat dilakukan secara komprehensif melalui pendidikan kewargaan dan
melalui PendidikanAgama, dapat dilakukan melalui pemberdayaan materi kurikulum
atau penambahan atau perluasan kompetensi hasil belajar dalam konteks pembinaan
akhlak mulia, memiliki intensitas untuk membina danmengembangkan kerukunan
hidup antar umat beragama, dengan memberi penekanan padaberbagai kompetensi
dasar sebagaimana telahdipaparkan di atas. Pendidikan multikultur menurut Tilaar
(2004), melalui pendidikan kewarganegarandan Pendidikan Agama harus dilakukan
secara komprehensif, dimulai dari design perencanaan dan kurikulum melalui proses
penyisipan, pengayaan dan atau penguatan terhadap berbagai kompetensi yang telah
ada, mendesain proses pembelajaran yang bias mengembangkan sikap siswa untuk
bias menghormati hak-hak orang lain, tanpa membedakan latar belakang ras, agama,
bahasa dan budaya. Dan terakhir pendidikanhasil dan pencapaian pendidikan
multikultur harus dapat diukur melalui evaluasi yang relevan, apakah melalui
instrumen tes, non-tes atau melalui proses pengamatan longitudinal dengan
menggunakan sesuai dengan kompetensi standar tersebut. Untuk
mengimplementasikan hal itu, maka dapat dikembangkan beberapa kompetensi
dasar, adalah sebagai berikut:
1. Menjadi warga negara yang menerima dan menghargai perbedaan-perbedaan
etnik, agama, bahasa dan budaya dalam struktur masyarakatnya.
2. Menjadi warga negara yang bisa melakukan kerjasama multi etnik, multi kultur,
dan multi religi dalam konteks pengembangan ekonomi dan kekuatan bangsa.
3. Menjadi warga negara yang mampu menghormati hak-hak individu warga negara
tanpa membedakan latar belakang etnik, agama, bahasa dan budaya dalam semua
sektor sosial, pendidikan, ekonomi, politik dan lainnya, bahkan untuk
memelihara bahasa dan mengembangkan budaya mereka.
4. Menjadi warga negara yang memberi peluang pada semua warga negara untuk
terwakili gagasan dan aspirasinya dalam lembaga-lembaga pemerintahan, baik
legislatif maupun eksekutif.
5. Menjadi warga negara yang mampu mengembangkan sikap adil dan
mengembangkan rasa keadilan terhadap semua warga negara tanpa membedakan
latar belakang etnik, agama, bahasa dan budaya mereka (S. Hamid Hasan, 2000:.
35-57).

D. Tantangan Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural


Pendidikan multikultural, meskipun memiliki banyak manfaat, juga dihadapkan
pada sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar dapat diimplementasikan secara efektif.
Beberapa tantangan utama dalam pendidikan multikultural meliputi:
1. Kurikulum dan Materi Pembelajaran
Pengembangan kurikulum yang mencakup beragam budaya, agama, dan latar
belakang etnis dapat menjadi tantangan. Seringkali, kurikulum tradisional tidak
mencerminkan keragaman masyarakat. Pengembangan materi pembelajaran yang

11
mencerminkan nilai-nilai multikultural dan menghindari bias budaya adalah langkah
kunci.
2. Pelatihan Guru
Guru perlu memahami konsep dan strategi pendidikan multikultural agar dapat
mengajar dengan efektif dalam lingkungan yang beragam. Pelatihan guru yang tepat
dalam hal ini penting, tetapi dapat menjadi tantangan mengingat keterbatasan waktu
dan sumber daya.
3. Kesadaran dan Sikap Guru
Selain pelatihan, guru juga perlu memiliki sikap positif terhadap keragaman. Mereka
harus mampu mengatasi bias dan stereotip yang dapat mempengaruhi interaksi
mereka dengan siswa yang berbeda budaya dan agama.
4. Pengelolaan Konflik dan Bullying
Pendidikan multikultural seringkali menghadapi masalah konflik antar siswa dengan
latar belakang yang berbeda. Penting untuk mengembangkan strategi yang efektif
dalam mengelola konflik ini dan menghindari praktek bullying atau diskriminasi.
5. Peran Orang Tua
Orang tua memiliki peran penting dalam pendidikan anak-anak mereka. Tantangan
dapat muncul jika orang tua memiliki pandangan yang berbeda tentang pendidikan
multikultural atau jika mereka tidak terlibat dalam upaya sekolah untuk menghargai
keragaman.
6. Dukungan Administrasi Sekolah
Kepemimpinan sekolah yang mendukung pendidikan multikultural adalah kunci.
Masalah Keuangan, pendukung pendidikan multikultural seringkali memerlukan
sumber daya tambahan, seperti pelatihan, program ekstrakurikuler, dan sumber daya
pembelajaran tambahan. Tantangan keuangan dapat menjadi hambatan bagi sekolah
atau lembaga yang memiliki anggaran terbatas.
7. Masalah Politik dan Sosial
Tantangan politik dan sosial, seperti ketegangan antarbudaya atau isu-isu migrasi,
dapat mempengaruhi implementasi pendidikan multikultural. Isu-isu ini dapat
menciptakan ketegangan dan meningkatkan resistensi terhadap pendidikan
multicultural.
8. Evaluasi dan Pengukuran Keberhasilan
Tantangan dalam mengukur keberhasilan pendidikan multikultural adalah
menentukan metrik yang tepat. Bagaimana kita mengukur apakah siswa benar-benar
menghargai keragaman atau memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang budaya
dan agama lain?
9. Pertumbuhan Populasi Multikultural
Masyarakat global semakin multikultural, dan ini menciptakan tantangan baru dalam
menghadapi keragaman. Sekolah dan lembaga pendidikan harus terus beradaptasi
dengan pertumbuhan ini dan memastikan bahwa pendidikan multikultural tetap
relevan.
Pendidikan multikultural adalah upaya yang penting untuk menciptakan
lingkungan pendidikan yang inklusif dan mempersiapkan siswa untuk dunia yang semakin
global. Namun, untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan komitmen, kerjasama, dan
sumber daya yang cukup dari semua pihak yang terlibat dalam pendidikan.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan maka dapat disimpulkan:
1. Pendidikan multikultural dalam konteks Islam adalah tantangan yang dapat dihadapi
dengan bijak. Pandangan Islam terhadap pendidikan multikultural didasarkan pada
nilai-nilai tauhid, keadilan, toleransi, dan etika yang tinggi. Implementasi pendidikan
multikultural dalam lembaga-lembaga Islam dapat membantu menciptakan
lingkungan pendidikan yang inklusif dan menghargai perbedaan, sambil tetap
mempertahankan integritas nilai-nilai Islam. Ini adalah langkah yang penting untuk
membangun masyarakat yang harmonis dan saling menghormati dalam dunia yang
semakin global dan multikultural.
2. Pendidikan multikultural dapat diimplementasikan menyatu ke dalam kurikulum pendidikan
seperti pada mata pelajaran pendidikan Islam melalui konsep-konsep Islam yang menghargai
perbedaan.

B. SARAN
Adapun saran dalam makalah ini, adalah:
1. Penerapan Pendidikan multikultural memerlukan komitmen dari semua pemangku
kepentingan, termasuk guru, staf sekolah, siswa, orang tua, dan komunitas lokal. Dengan
pendekatan yang tepat, pendidikan multikultural dapat menciptakan lingkungan
pembelajaran yang inklusif dan memberikan manfaat yang besar bagi semua individu yang
terlibat.
2. Secara kaeseluruhan subtansi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu masih
dibutuhkan penyempurnaan berupa buah pikiran, gubahan, risalah, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M. Amin, 2005 Pendidikan Agama Era Multi Kultural Multi Religius, Jakarta:
PSAP Muhammadiyah.

Hasan, S. Hamid, 2000. Multikulturalisme Untuk Penyempurnaan Kurikulum Nasional, Jurnal


Pendidikan dan Kebudayaan.

Tilaar, H.A.R. Multikulturalisme, Tantangan tantangan Global Masa Depan dalam


Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta; Grasindo. 2004. http://andi plampang.
wordpress. com/2010/12/09tantangan-pendekatan-pendidikan-multi- kultural.htlm,
diakses pada tanggal 21 September 2023.

Yaqin, M. Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural (Cross-Cultural Understanding untuk


Demokrasi dan Keadilan), Yogyakarta; Pilar Media.

Zamroni. 2011 Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural, Yogyakarta; Gavin


Kalam Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai