Oleh :
Murniati
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanawata’ala, Allah yang Maha
Agung untuk membuka jalan bagi setiap maksud manusia. Allah yang maha suci untuk menjadi
energi bagi penunjuk hidup dan kesuksesan manusia. Atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nyalah
serta nikmat kesehatan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pendidikan Multikultural ”.
Teriring salam dan salawat pada junjungan Rasulullah Salallahu Alaihi Waasallam, sebagai
dasar hukum yang dipegang teguh sehingga mengantar umat manusia ke jalan yang diridhai
oleh-Nya hingga akhir nanti, dan beliaulah sebagai penutup para Rasul dan Nabi akhir zaman.
Beliaulah yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah ke zaman kepintaran dan dari
zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti saat ini. Beliau pula yang telah
mengangkat derajat kaum Hawa tanpa menurunkan derajat kaum Adam.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Abad XXI.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi teknik penulisan maupun dari segi isinya. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk
usulan, saran ataupun kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan berikutnya.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari berbagai rintangan, mulai dari
pengumpulan literatur dalam tahap penulisan. Namun, dengan kesabaran dan ketekunan yang
dilandasi dengan rasa tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak,
baik material maupun moril. Akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini, dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga semua ini dapat bernilai ibadah di
sisi-Nya, Amin. Sekian dan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................……………………..
B. Rumusan Masalah....................................................................…………………..…..
C. Tujuan Penulisan.....................................................................…………………..……
BAB II PEMBAHASAN
B. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumber daya manusia agar memperoleh
kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal memberikan relasi yang kuat antara
individu dengan masyarakat dan lingkungan budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan
merupakan proses “Memanusiakan manusia” di mana manusia diharapkan mampu memahami
dirinya, orang lain, alam dan lingkungan budayanya. Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas
dari budaya yang melingkupinya sebagai konsekuensi dari tujuan pendidikan, yaitu: mengasah
rasa, karsa dan karya. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai tantangan sepanjang masa
karena salah satunya adalah perbedaan budaya. Olehnya, kebutuhan terhadap pendidikan yang
mampu mengakomodasi dan memberikan pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru
dan bersikap toleran terhadap budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain pendidikan
yang memiliki basis multikultural akan menjadi salah satu solusi dalam pengembangan
sumberdaya manusia yang mempunyai karakter yang kuat dan toleran terhadap budaya lain.
Pertautan antara Pendidikan dan Multikultural merupakan solusi atas realitas budaya yang
beragam sebagai sebuah proses pengembangan seluruh potensi yang menghargai pluralitas dan
heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, aliran atau agama.
B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Multikultural
Sebagai sebuah ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada
dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial,
kehidupan ekonomi dan bisnis, kehidupan politik, dan pelbagai kegiatan lainnya di dalam
masyarakat yang bersangkutan. Interaksi tersebut berakibat pada terjadinya perbedaan
pemahaman tentang multikulturalisme. Lebih jauh, perbedaan ini berimplikasi pada
perbedaan sikap dan perilaku dalam menghadapi kondisi multikultural masyarakat. Sebagai
sebuah ideologi, multikulturalisme harus diperjuangkan, karena dibutuhkan sebagai
landasan bagi tegaknya demokrasi, hak asasi manusia dan kesejahteraan hidup
masyarakatnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperjuangkan
multikulturalisme adalah melalui pendidikan yang multikultural.
Bebarapa definisi diatas, ada tiga kata kunci yang menandai adanya pendidikan
multikultural, yaitu: pertama, proses pengembangan sikap dan tata laku, kedua, menghargai
perbedaan dan keragaman budaya. Ketiga, penghargaan terhadap budaya lain.
B. Tujuan dan Prinsip Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural merupakan gejala baru di dalam pergaulan umat manusia yang
mendambakan persamaan hak, termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama
untuk semua orang, “Education for All”. Pendidikan multikultural (multicultural education)
juga merupakan respons terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana
tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dimensi lain, pendidikan multikultural
merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai
pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang non Eropa. Sedangkan
secara luas pendidikan multikultural itu mencakup seluruh siswa tanpa membedakan
kelompok-kelompoknya seperti gender, etnik, ras, budaya, strata sosial dan agama.
a. Dimensi integrasi isi/materi (content integration). Dimensi ini digunakan oleh guru untuk
memberikan keterangan dengan “Poin kunci” pembelajaran dengan merefleksi materi yang
berbeda-beda. Secara khusus, para guru menggabungkan kandungan materi pembelajaran ke
dalam kurikulum dengan beberapa cara pandang yang beragam. Salah satu pendekatan
umum adalah mengakui kontribusinya, yaitu, guru-guru bekerja ke dalam kurikulum mereka
dengan membatasi fakta tentang semangat kepahlawanan dari berbagai kelompok. Di
samping itu, rancangan pembelajaran dan unit pembelajarannya tidak dirubah. Dengan
beberapa pendekatan, guru menambah beberapa unit atau topik secara khusus yang
berkaitan dengan materi multikultural.
e. Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture
and social structure). Dimensi ini penting dalam memperdayakan budaya siswa yang dibawa
ke sekolah yang berasal dari kelompok yang berbeda. Di samping itu, dapat digunakan
untuk menyusun struktur sosial (sekolah) yang memanfaatkan potensi budaya siswa yang
beraneka ragam sebagai karakteristik struktur sekolah setempat, misalnya berkaitan dengan
praktik kelompok, iklim sosial, latihan, partisipasi ekstra kurikuler dan penghargaan staf
dalam merespons berbagai perbedaan yang ada di sekolah. Tujuan pendidikan dengan
berbasis multikultural dapat diidentifikasi: a. untuk memfungsikan peranan sekolah dalam
memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam; b. untuk membantu siswa dalam
membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok
keagamaan; c. memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajari mereka dalam
mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; e. untuk membantu peserta didik dalam
membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka
mengenai perbedaan kelompok.
Menurut penulis, pendidikan multikultural sesuai dengan tujuan Pendidikan Islam yaitu:
وادJJات وتعليمهم من المJJ بالعلومJان المتعلمينJJو اذهJJة والتعليم وحشJJرض من التربيJJه ليس الغJJالمية علي انJJة االسJJالتريب
الدراسية بل الغرض ان نهذب اخالقهم ونربي ارواحهم ونبث فيهم الفضيلة ونعودهم االداب السامية ونعدهم لحياة طاهرة.
Tujuan pendidikan Islam bukan sebatas mengisi pikiran siswa dengan ilmu pengetahuan
dan materi pelajaran akan tetapi membersihkan jiwanya yang harus diisi dengan akhlak dan
nilai-nilai yang baik dan dikondisikan supaya biasa menjalani hidup dengan baik. Dari tujuan
pendidikan Islam tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa diharapkan dapat menjadi manusia
yang berakhlak mulia dan dapat menghargai keragaman budaya di sekitarnya. Hal tersebut
senada dengan prinsip yang ada dalam pendidikan multicultural. Dalam literatur pendidikan
Islam, Islam sangat menaruh perhatian (concern) terhadap segala budaya dan tradisi (‘urf)
yang berlaku di kalangan umat manusia dalam setiap waktu dan kondisi, baik yang bersifat
umum atau hanya berlaku dalam satu komonitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
ketetapan-ketetapan dalam Islam yang berdasarkan ‘urf yang berlaku. Sabda Rasulullah
Salallahu Alaihi Waassalam yang dijadikan sebagai salah satu dalil dari bentuk concern Islam
terhadap ‘urf adalah: “ نapa yang dianggap baik oleh kaum muslimin, maka hal itupun
merupakan kebaikan menurut Allah” (HR. Ahmad). Pendidikan Multikultural juga senada
dengan tujuan agama yang berbunyi: “ Tujuan umum syari’ah Islam adalah mewujudkan
kepentingan umum melalui perlindungan dan jaminan kebutuhan-kebutuhan dasar (al-
daruriyyah) serta pemenuhan kepentingan (al-hajiyyat) dan penghiasan (tahsiniyyah) mereka.”
Dari konsep inilah kemudian tercipta sebuah konsep al-daruriyyah al-khamsah (lima dasar
kebutuhan manusia), yang meliputi jiwa (al-nafs), akal (al-aql), kehormatan (al-‘irdh), harta
benda (al-mal), dan agama (al-din).
Sebagaimana dikemukakan Abu Ishak al-Syatibi, dalam kutipan Saidani dengan perincian
sebagai berikut:
a. Memelihara Agama, agama sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap manusia, supaya
derajatnya terangkat dan memenuhi hajat jiwanya. Agama Islam harus terpelihara dari ancaman
orang yang akan merusak akidah, syari’ah dan akhlak atu mencampuradukkan ajaran agama
Islam dengan faham atau aliran yang batil. Agama Islammemberikan perlindungan kepada
pemeluk agama lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya dan tidak
memaksakan pemeluk agama lain meninggalkan agamanya untuk memeluk Islam (QS. 2: 256).
b. Memelihara Jiwa Jiwa harus dilindungi, untuk itu hukum Islam wajib memelihara hak
manusia untuk hidup dan mempertahankan hidupnya, dan dilarang melakukan sesuatu yang
dapat menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang digunakan oleh
manusia untuk mempertahankan kemaslahatan hidupnya.
c. Memelihara akal Memelihara akal adalah wajib hukumnya bagi seseorang, karena akal
mempunyai peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Dengan akal, manusia
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seseorang tidak akan mampu
menjalankan hukum Islam dengan baik dan benar tanpa menggunakan akal yang sehat. Oleh
karena itu Islam melarang orang meminum-minuman khamr, karena akan merusak akal.
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Ma>idah: 90.
d. Memelihara Keturunan Dalam Islam, memelihara keturunan hal yang sangat penting. Untuk
itu harus ada perkawinan yang dilakukan secara sah menurut ketentuan yang berlaku yang ada
dalam al-Qur’an dan sunnah nabi dan dilarang melakukan perbuatan Zina. Hukum kekeluargaan
dan kewarisan Islam dalam al-Qur’an merupakan hukum yang erat kaitannya dengan pemurnian
keturunan dan pemeliharaan keturunan. Pemeliharaan keturunan berkaitan dengan perkawinan
dan kewarisan disebutkan secara rinci dan tegas misalnya larangan-larangan perkawinan (QS.
An-Nisa ayat 23) dan larangan berzina (QS. Al-Isra ayat 32).
e. Memelihara Harta Menurut hukum Islam, harta merupakan pemberian Allah kepada manusia
untuk kesejahteraan hidup dan kehidupannya, untuk itu manusia sebagai khalifah (human duties)
Allah di muka bumi diberi amanah untuk mengelola alam ini sesuai kemampuan yang
dimilikinya, dilindungi haknya untuk memperoleh harta dengan cara yang halal, sah menurut
hukum dan benar menurut ukuran moral, dan dipergunakan secara sosial. Menjamin keamanan
dari kebutuhan-kebutuhan hidup merupakan tujuan pertama dan utama dari pendidikan Islam.
Dalam kehidupan manusia, ini merupakan hal penting, sehingga tidak bisa dipisahkan. Apabila
kebutuhan ini tidak terjamin, akan terjadi kekacauan di mana-mana. Kelima kebutuhan yang
primer ini disebut dengan istilah Al-Daruriyat al-Khamsah atau dalam kepustakaan hukum Islam
disebut dengan istilah al-Maqasid alKhamsah, yaitu: agama, jiwa, akal pikiran, keturunan, dan
hak milik. Jika diperhatikan dengan seksama, tujuan pendidikan Islam ditetapkan oleh Allah
untuk memenuhi keperluan hidup manusia itu sendiri, baik keperluan primer (al-maqasidu al-
khamsah), sekunder (hajiyat) , dan tertier (tahsinat).41 Oleh karena itu, apabila seorang muslim
mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah, maka ia akan selamat baik di dunia
maupun di akhirat. Beberapa keterangan mengenai tujuan pendidikan Islam di atas sesuai dengan
tujuan pendidikan multicultural, yaitu untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dalam
masyarakat yang serba majemuk.
Indonesia merupakan bangsa dengan aneka suku, agama, golongan, ras, kelas sosial, dan
sebagainya. Singkatnya, multikultural sebagaimana Amerika, Australia, Inggris, dan negara maju
lainnya. Walaupun tersusun atas berbagai keragaman, masing-masing bangsa mempunyai latar
belakang (alasan historis) dalam mengembangkan pendidikan multikultural (Isnarmi Moeis,
2014: 7). Latar belakang ini pun memberikan warna bagaimana pendidikan multikultural
dilaksanakan.
Pendidikan multikultural mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem pendidikan
nasional terutama dalam memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bangunan
masyarakat multikultural memerlukan komitmen bersama terhadap Pancasila sebagai politik
multikulturalisme dan etos dalam keseluruhan praksis pendidikan multikultural, yang akan
memperkuat kompetensi keragaman budaya menuju transformasi masyarakat Indonesia yang
maju dan modern tanpa teralienasi dari tatanan kehidupan masyarakat global, tetapi juga tanpa
kehilangan identitas budaya. Praksis pendidikan multikultural, memerlukan penguatan pada
dimensi-dimensi pengembangan kurikulum dan proses pendidikan yang menjamin diversitas
budaya, kritikal, dan responsibilitas sosial.
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia, ditandai dengan
melihat kondisi sosio-kultur maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Ada pelbagai
macam budaya, suku, etnis, ras, golongan, aliran kepercayaan, agama, dll. Dengan kondisi
masyarakat Indonesia seperti ini, konflik horizontal mudah terjadi, apalagi adanya provokator
yang berniat mengadu domba antar satu suku dengan suku lainnya. Perang antar suku, agama
atau konflik horizontal ini pernah terjadi di beberapa daerah Indonesia, seperti Kalimantan yakni
perselisihan antar suku, kemudian di Ambon yakni perselisihan antar agama. Yang sangat
disedihkan sekali, ketika terjadi peledakan bom diri di beberapa gereja di Jakarta yang memakan
korban tidak bersalah membuat kita semakin khawatir akan kelompok-kelompok radikal yang
melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama, apalagi pelaku bom bunuh diri juga
melibatkan diri dan juga anak-anak. Tentunya hal ini sudah melanggar norma utama bangsa kita.
Disamping norma agama yaitu pancasila sebagai sumber segala norma yang berlaku di
Indonesia.
Setelah adanya kenyataan pahit yang pernah terjadi tersebut, sangat perlu membangun
upaya-upaya preventif agar masalah pertentangan agama atau suku tidak akan terulang lagi di
masa mendatang. Memberikan pendidikan tentang pluralisme dan toleransi beragama melalui
sekolah adalah beberapa upaya yang preventif yang dapat diterapkan. Berkaitan dengan hal inni
maka penting bagi institusi pendidikan dalam masyarakat yang multikultural untuk mengajarkan
perdamaian dan resolusi konflik seperti yang ada dalam nilai-nilai pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural, tennaga pendidik tidak hanya dituntut untuk mampu secara
professional mengajarkan mata pelajaran yang diajarkan. Akan tetapi, juga mampu menanamkan
nilai-nilai keragaman yang inklusif kepada para peserta didik. Pada akhirnya, dengan langkah-
langkaah demikian, output yang diharapkan dari sebuah proses belajar mengajar nantinya adalah
para lulusan sekolah atau universitas yang tidak hanya pandai sesuai dengan disiplin ilmu yang
ditekuninya. Tetapi, juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagaman dalam memahami dan
menghargai keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan yang lain.
Pendidikan multikultural diakui, tiap budaya mempunyai nilai kebenaran tersendiri yang
membutuhkan pemahaman akan relativitas nilai budaya. Nilai-nilai inilah yang ada pada setiap
peserta didik. Menjadikan peserta didik menjadi objek saja tentu tidak bijak. Menurut Paulo
Freire, tujuan akhir dalam proses pendidikan adalah memanusiakan manusia (Humanisasi) atau
menjadikan manusia sesungguhnya. Dalam pendidikan Islam disebut sebagai manusia paripurna
insan kamil.
1. Metode kontribusi
Metode ini diterapkan dengan mengajak pembelajar berpartisipasi dalam memahami dan
mengapresiasi kultur lain yang berbeda dengan dirinya. Dalam implementassinya yang lebih
praktis, metode ini antara lain diterapkan dengan menyertakan peserta didik memilih buku
bacaan bersama dan melakukan aktivitas bersama. Selain itu, peserta didik juga diajak
mengapresiasi event-event keagamaan maupun kebudyaan yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Pengampu pendidikan (kepala sekolah dan guru) bisa melibatkan peserta didik di
dalam pelajaran atau pengalaman yang berkaitan dengan event-event tersebut. Dalam hal tertentu
peserta didik juga dapat dilibatkan dalam mendalami sebagian kecil dari pelbagai dari setiap
tradisi kebudayaan maupun keagamaan.
2. Metode Pengayaan
Metode ini memperkaya kurikulum dengan literatur dari/atau tentang masyarakat yang
berbeda kultur, etnis, atau agamanya. Penerapan metode ini, misalnya dengan mengajak peserta
didik menilai atau menguji dan kemudian mengapresiasikan cara pandang masyarakat. Tetapi,
peserta didik tidak mengubah pemahamannya tentang hal itu, seperti tata cara atau ritual ibadah,
pernak-pernik dalam ritual ibadah, pernikahan, dll.
3. Metode Transformatif
Metode ini memingkinkan peserta didik melihat konsep-konsep dari sejumlah perpektif
budaya, etnik, dan agama secara kritis. Metode ini memerlukan pemasukan perspektif-perspektif,
kerangka referensi dan gagasan-gagasan yang akan memperluas pemahaman pembelajar tentang
sebuah ide. Jika ada metode pengayaan lebih banyak menggali titik temu dari etnisitas, budaya,
dan agama. Maka dalam metode transformatif justru sebaliknya, menelanjangi nilai-nilai
“Negatif” dari budaya, etnik, dann juga agama.
Metode ini mengintegrasikan metode transformasi dengan aktivitas nyata di masyarakat, yang
pada gilirannya bisa berdampak terjadinya perubahan sosial. Peserta didik tidak hanya dituntut
untuk memahami dan membahas isu-isu sosial. Tapi, juga melakukan sesuatu yang penting
berkaitan dengan hal itu. Artinya, peserta didik tidak hanya berhenti pada penguasaan teori. Tapi,
juga terjung langsung melakukan aksi-aksi nyata di masyarakat untuk menerapkan teori-teori
yanng mereka peroleh dari ruang pendidikan.
1. Pendekatan historis
Pendekatan ini mengandaikan bahwa materi yang diajarkan kepada peserta didik dengan
napak tilas ke belakang. Maksudnya agar pendidik dan peserta didik mempunyai kerangka pikir
yang komprehansif hingga ke masa silam untuk kemudian merefleksikan masa sekarang dan
untuk masa mendatang. Dengan demikian materi yang diajarkan bisa ditinjau secara kritis dan
dinamis.
2. Pendekatan sosiologis
Pendekatan ini mengandaikan terjadinya proses kontekstualisasi atas apa yang pernah
terjadi di masa lampau. Dengan pendekatan ini materi yang diajarkan bisa menjadi aktual, bukan
karena karena dibuat-buat. Tetapi, karena senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman yang
terjadi, dan tidak bersifat indoktrinasi. Karena, kerangka pikir yang dibangun adalah kerangka
pikir kekinian.
3. Pendekatan Kultural
Pendekatan ini menitikbertakan pada autentisitas dan tradisi yang berkembang. Dengan
pendekatan ini, peserta didik bisa melihat mana tradisi yang autentik dan mana yang tidak.
Secara otomatis peserta didik juga bisa mengetahui mana tradisi Arab dan mana tradisi yang
datang dari ajaran Islam. Pendekatan kultural memungkinkan kita melihat lebih kritis antara
tradisi masyarakat tertentu dengan ajaran keagamaan yang memang berasal dari ajaran agama.
4. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis personal secara tersendiri dan
mandiri. Artinya, masing-masing peserta didik harus dilihat sebagai manusia mandiri dan unik
dengan karakter dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini menuntut seorang pendidik
harus cerdas dan pandai melihat kecenderungan peserta didik sehingga ia bisa mengetahui
metode mana saja yang cocok untuk pembelajaran.
5. Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan peserta didikuntuk berlaku sopan dan
santun, ramah, mencintai keindahan dan mengutamakan kedamaian. Sebab segala materi jika
hanya didekati secara doktrinal dan menekankan adanya otoritas-otoritas kebenaran, maka
peserta didik akan cenderung bersikap kasar. Sehingga, mereka memerlukan pendekatan estetik
untuk mengapresiasi segala gejala yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya sebagai bagian
dari dinamika kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
SIMPULAN
A. Simpulan
Pendidikan di Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam ras, suku budaya,
bangsa, dan agama dirasa penting untuk menerapkan pendidikan multikultural. Karena tidak
dapat dipungkiri bahwa dengan masyarakat Indonesia yang beragam inilah seringkali menjadi
penyebab munculnya berbagai macam konflik.
Multikultural secara sederhana dapat dipahami sebagai pengakuan, bahwa sebuah Negara
atau masyarakat adalah beragam dan majemuk. Sebaliknya, tidak ada satu negarapun yang
mengandung hanya kebudayaan nasional tunggal. Dengan demikian, Multikultural merupakan
sunnatullah yang tidak dapat ditolak bagi setiap Negarabangsa di dunia ini. Pendidikan
multikultural merupakan kearifan dalam merespon dan mengantisipasi dampak negatif
globalisasi yang memaksakan homogenisasi dan hegemoni pola dan gaya hidup. Ia juga
jembatan yang menghubungkan dunia multipolar dan multikultural yang mencoba direduksi isme
dunia tunggal kedalam dua kutub saling berbenturan antara Barat-Timur dan Utara-Selatan.
Terdapat ayat-ayat dalam Qur’an yang membahas tentang pendidikan multikultural,
diantaranya yaitu: a. Pemahaman Ayat Al-Qur’an Terhadap Pendidikan Multikultural yang
Megajarkan Pengembangan Aqidah (Al Baqarah:62, Ali Imran:103), b. Pemahaman Ayat Al-
Qur’an Terhadap Pendidikan Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Potensi Intelektual
Manusia (Al Baqarah :171, Al Mujadallah :11, Al Israa' :36), c. Pemahaman Ayat Al-Qur’an
Terhadap Pendidikan Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Perilaku Baik Terhadap
Sesama Manusia (Al Baqarah :148, Al-Baqarah :184, Fatir :32), d. Pemahaman Ayat Al-Qur’an
Terhadap Pendidikan Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Sikap Saling Menghargai
Heterogenitas Dan Pluralitas Antar Sesama Manusia (Al- Hujurat: 9-13, Ar-Ruum :22, Al-
Baqarah :213, Yunus :99, dan al-Baqarah :256).
B. Saran
Beberapa keterangan mengenai tujuan pendidikan Islam di atas sesuai dengan tujuan pendidikan
multicultural, yaitu untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang serba
majemuk maka Hendaklah menjadi seorang guru yang mampu mengembangkan rasa
toleransi terhadap perbedaan yang ada, dengan fokus kepada tujuan pendidikan, bukan
mendiskriminasi perbedaan dengan hujatan yang tidak sepadan. Agar dapat membentuk peserta
didik yang aman, damai dan tentram.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azumardi Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia, From
http:/budpar.go.id/ agenda/precongress/makalah/abstrak /58 % 20 azra.htm, akses 10 Maret
2013.