Penulisan makalah ini bertujuan untuk memnuhi tugas mata kuliah PAI
Multicultural dengan tema “Makna Dan Implikasi Pendidikan Multicultural Dan
Bentuk Pengembangan Yang Sesuai Dengan Kondisi Di Indonesia”. Makalah ini
akan membahas tentang pengertian, nilai-nilai, implementasi pendidikan
multikultural di indonesia, serta perkembangan pendidikan multikultural dalam
agama islam di indonesia. Selanjutnya, kami sangat berterima kasih atas
sumbangasih dari banyak pihak baik berupa dukungan do’a, saran atau motivasi
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Namun kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna berdasar atas minimnya pengalaman
dan pengetahuan yang kami miliki. Maka dari itu, saran dan kritik pembangunlah
yang menjadi harapan kami dari para pembaca dan banyak pihak demi tercapainya
tujuan penulisan makalah ini, terutama dosen pengampu.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
.........................................................................................
D. Implementasi Pendidikan Multikultural di Indonesia .....
A. Kesimpulan ......................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, kita tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan global.
Globalisasi bukan hanya membawa nilai-nilai positif, akan tetapi mengandung
bahaya perpecahan. Samuel P. Huntington meramalkan akan terjadinya benturan
antar peradaban dunia. Benturan tersebut di akibatkan oleh beberapa factor
berikut, politik, sosial, budaya, ekonomi, ras, dan agama.
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan pendidikan multicultural.
2. Mengidentifikasi perlunya pendidikan multikultural di Indonesia.
3. Menjelaskan pengembangan pendidikan multicultural di Indonesia.
4. Mendeskripsikan implementasi pendidikan multicultural di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Cara pandang individu terhadap orang lain disekitarnya pasti berbeda. Hal ini
dilatarbelakangi oleh pola asuh dalam keluarga, lingkungan dimana individu
tersebut berinteraksi, pergaulan atau kelompok, dan juga perspektif individu itu
sendiri berdasarkan pengalam-pengalamannya sebelumnya dalam berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya.
Oleh karena itu, keluarga dan sekolah memiliki peranan yang sangat besar
dalam memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai multikultural diatas. Agar
terbentuklah perilaku yang baik dan juga dapat menerapkan sikap-sikap yang ada
pada nilai-nilai pendidikan multikultural dengan baik. Pemaham tersebut
didapatkan oleh masing-masing individu atau siswa pada saat pembelajaran
dikelas maupun praktek dalam berinteraksi dikehidupan sehari-hari.
persekolahan (schooling).
Kesadaran seperti ini kemudian akan menjauhkan kita dari konsep dwi
budayaaan atau dikotomi antara pribumi dan non pribumi.11 Sejalan dengan
pendapat di atas, H.A.R. Tilaar mengajukan beberapa pokok pikiran berkaitan
dengan pengembangan pendidikan multikultural di Indonesia. Menurutnya
pendidikan multikultural mempunyai dimensi sebagai berikut:
Demikian juga pada tingkat sekolah Usia Dini dapat diintegrasikan dalam
kurikulum pendidikan misalnya dalam Out Bond Program, tingkat SD, SLTP atau
Sekolah menengah pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam bahan
ajar seperti PPKn, Agama, Sosiologi dan Antropologi, serta model pembelajaran
yang lain seperti melalui kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler dan
Sebagainya Dalam Pendidikan non formal wacana ini dapat disosialisasikan
melalui pelatihan dengan model pembelajaran yang responsive multikultural
dengan mengedepankan penghormatan terhadap perbedaan ras, suku, agama antar
anggota masyarakat.
Salah satu definisi ke-bhineaka-an budaya yang diadopsi dari the National
Coalition of Cultur Pluralism adalah sebagai berikut:
b. latar belakang budaya sendiri dan budaya lain dalam masyarakat sehingga
menumbuhkan pemahaman dalam masyarakat.
1. Tema Ketuhanan
2. Tema Kemanusiaan
Tema kemanusiaan dapat membenuk sikap peduli dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanuaan, dengan mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
persamaan kewajiban sesama manusia. Tema kemanusiaan mencakup humanis
dan kesederajatan.
4. Tema Kerakyatan
5. Tema Keadilan
Tema keadilan dapat membentuk sikap empati terhadap orang lain serta
memiliki kepekaan sosial terhadap sesame manusia, merasa sama dan sederajat
dalam hubungan sosial serta anti terhadap diskriminasi atau marginalisasi. Adil
yaitu wawasan yang “seimbang” dalam memandang, menilai atau menyikapi
sesuatu atau seseorang. Sikap tersebut dilakukan hanya setelah
mempertimbangkan segala segi tentang sesuatu atau seseorang tersebut secara
jujur dan seimbang dengan penuh i’tikad baik dan bebas dari prasangka.
6. Tema Silaturrahmi
Tema silaturrahmi merupakan tema pertalian rasa cinta kasih antara sesama
manusia. Sifat utama Tuhan adalah kasih sebagai satu-satunya sifat Ilahi yang
diwajibkan sendiri atas diri-Nya. Manusia harus cinta kepada sesamanya, agar
Tuhan cinta kepadanya.
7. Tema Persaudaraan
Tema persaudaraan ini intinya hendaklah kita tidak mudah merendahkan
golongan yang lain, tidak saling menghina, saling menggejek, banyak
berprasangka, suka mencari-cari kesalahan orang lain, dan suka membicarakan
orang lain yang tidak ada di depan kita.
8. Tema Persamaan
Tema ini maksudnya yaitu semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin,
kebangsaan ataupun kesukuan, adalah sama dalam harkat dan martabat.
Tema baik sangka yaitu tema yang menghendaki sikap penuh baik sangka
kepada sesama manusia karena secara fitrah atau kejadian asal yang suci, manusia
adalah baik. Manusia pada hakikat aslinya berkecenderungan kepada kebenaran
dan kebaikan.
1. Revitalisasi Kurikulum
a. Learning to Know
b. Learning to Do
Penerapan pilar ini merupakan upaya agar peserta didik menghayati proses
belajar dengan melakkan sesuaty yang bermakna, suatu pembelajaran yang
dikenal dengan active learning.
c. Learning to Be
Penerapan pilar ini dipandang penting karena pada era globalisasi yang sarat
dengan muatan teknologi dan perdagangan bebas, dimensi kemanusiaan yang
dijunjung tinggi oleh setiap agama sering terlupakan karena tekanannya pada
pertambahan nilai secara kebendaan. Proses pembelajaran memungkinkan
peserta didik menghayati hubungan antara manusia secara intensif dan terus-
menerus sangatlah penting.
1. Pengembangan Kurikulum