Dosen Pengajar:
Disusun oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan
berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Makalah kelompok tema 9 ini dibuat guna memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam.
Pada kesempatan kali ini kami selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak Mochamad Abduloh selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Manfaat..................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................2
A. KEBEGARAMAN SEBAGAI KENISCAYAAN..............................................2
B. KEBERAGAMAN DAN PERSATUAN DALAM NKRI.................................4
C. KEBERAGAMAN SEBAGAI MODAL PEMBANGUNAN............................5
D. KEBERAGAMAN DAN SIKAP TOLERANSI.................................................7
BAB III...........................................................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2
pendidikan agama dan pendidikan umum, serta pendidikan keterampilan. Dalam
bidang amal sosial, ormas Islam ini memiliki beberapa puluh rumah sakit, Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan Panti Asuhan. Gerakan dakwah
Muhammadiyah sangat menekankan kemurnian aqidah, memerangi berbagai
perbuatan syirik (menyekutukan Allah SWT.) dalam segala bentuknya,
menentang takhayul, khurafat, dan perbuatan bid’ah, serta mengikis habis
kebiasaan taqlid buta dalam beragama.
Muhammadiyah menekankan pentingnya membuka pintu ijtihad dalam
bidang hukum Islam agar umat Islam terbebas dari taqlid buta serta menolak
tradisi bermazhab dalam fiqih. Organisasi ini menolak kehidupan tasawuf yang
hanya mementingkan akhirat.
Secara berangsur-angsur, gesekan keyakinan religius di antara ormas-ormas
Islam menjadi hilang. Salah satu faktor penyebabnya bisa karena kesadaran
masing-masing orang dalam ormas yang berbeda atau mungkin juga karena faktor-
faktor lainnya. Dengan terbukanya informasi dan komunikasi serta semakin
lancarnya transportasi antardaerah dan antarnegara, menyebabkan semakin
mudahnya arus masuk keyakinan religius yang berbeda ke wilayah Indonesia.
Keberagaman mazhab masyarakat muslim Indonesia disebabkan oleh faktor
masyarakat bersekolah ke negeri muslim lainnya atau karena faktor keberhasilan
dakwah keyakinan-keyakinan religius yang berbeda, sehingga menganut keyakinan
religius dari negeri-negeri muslim lain. Dengan adanya faktor promosi masyarakat
muslim dunia, atau pemikiran asli kaum muslimin Indonesia, atau gabungan dari
keduanya, menjadikan masyarakat muslimin Indonesia memberikan reaksi atas
dakwah mazhab baru tersebut.
Secara umum, di Indonesia terdapat 2 mazhab besar, yaitu
1. Mazhab yang berpegang pada 4 mazhab (Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali),
seperti masyarakat NU dan kaum ahlus sunnah wal jamā’ah (Aswaja). Namun,
mazhab ini juga berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah, yaitu Al-Quran dan
As-Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh imam mazhab.
2. Mazhab yang langsung berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah, seperti
masyarakat Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis).
Mengenal mazhab sangatlah penting karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Adanya beragam mazhab dalam Islam merupakan realitas yang harus dipandang
sebagai kekayaan budaya Islam.
2. Adanya beragam mazhab memungkinkan kita memiliki banyak pilihan untuk
mengatasi permasalahan kehidupan modern. Bahkan, dalam situasi modern
dimungkinkan untuk dibutuhkannya mazhab baru yang lebih sesuai dengan
konteks zaman dan tempat.
3. Adanya beragam mazhab membuat kita tidak memiliki rasa kaget dengan
adanya perbedaan pemikiran dan produk hukum-hukum Islam tersebut karena di
3
era globalisasi yang ditandai dengan revolusi informatika, membuat arus
informasi begitu mudah diakses, termasuk informasi tentang Islam.
4. Gerakan ukhuwah islamiah didengungkan oleh hampir setiap ulama,
cendekiawan muslim, dan orang-prang Islam pada umumnya. Namun tanpa
adanya pemahaman mengenai mazhab yang berbeda-beda, upaya tersebut
hanyalah sebuah slogan palsu yang mudah diucapkan tapi sukar dilaksanakan.
Melihat beragamnya mazhab dan keyakinan religius, sebagian ulama dan
cendekiawan muslim menggagas ukhuwah islamiah (Persaudaraan Muslim) dan
memperjuangkannya dalam 3 model, antara lain :
1. Ukhuwah islamiah terbatas dalam rumpun Islam Suni (NU, Muhammadiyah,
Persis, dan Islam Suni lainnya),
2. Ukhuwah islamiah lebih luas hingga mencakup islam Syiah, dan
3. Ukhuwah islamiah lebih luas lagi hingga mencakup Ahmadiyah dan Islam
Liberal.
Dari ayat tersebut, terdapat pelajaran bahwa substansi kehidupan ini adalah
untuk kebersamaan yang akan kita persembahkan secara peribadi kepada Allah
SWT. Hal tersebut tidak lain adalah pola hidup Qur’ani yang dibangun atas dasar
keragaman. Inilah ciri masyarakat Qurani, yaitu masyarakat yang mampu
6
mengendalikan diri untuk kebersamaan dalam membentuk budaya dan peradaban
yang berazaskan demokrasi. Masyarakat yang dibangun diatas prinsif gotong
royong untuk kebajikan, sehingga sikap menghargai Hak Asasi Manusia akan
tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu, energi keragaman akan
melahirkan hal-hal berikut :
1. Tegaknya keadilan dan hukum,
2. Terwujudnya nilai budaya dan etos,
3. Kebersamaan dan kesedrajatan,
4. Penghargaan atas keyakinan,
5. Kesempatan berprestasi,
6. Penghindaran tindak kekerasan fisik dan keyakinan, dan
7. Rasa aman dengan identitas.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setidaknya ada empat alasan untuk mengetahui madzhab Islam. Pertama, keberadaan
berbagai mazhab dalam Islam merupakan realitas yang harus dipandang sebagai
kekayaan budaya Islam. Di era globalisasi yang ditandai dengan revolusi ilmu
komputer, arus informasi, termasuk informasi tentang Islam, menjadi sangat mudah
dan mudah diakses. Tanpa mengetahui mazhab, orang akan bingung dengan
keragaman pemikiran dan hukum Islam. Keempat, gerakan Uhuwa Islam kini
didukung oleh hampir seluruh ulama, cendekiawan Islam dan umat Islam pada
umumnya. Tanpa memahami berbagai aliran tersebut, upaya-upaya tersebut hanyalah
slogan-slogan palsu yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dipraktikkan.
B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan, di NKRI yang memiliki keberagaman agama perlu
adanya sikap toleransi yang tinggi dari seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat
mewujudkan negara yang memiliki persatuan dan kesatuan dengan aman, damai dan
tentram.
9
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan 2016, Pendidikan Agama
Islam : Bagaimana Islam Membangun Persatuan dalam Keberagaman, Jakarta :
RISTEKDIKTI.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015, Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti : Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia, Jakarta : Pusat Kurikulum dan
perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
10