Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ Islam & Keberagaman “

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengajar:

Mochamad Abduloh, S.H.I., S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

1. Rayoeng Dwi Chaerunnisya - 1612100011

2. Neshka Rizkita Tamara Putri - 1612100027

3. Cheryl Firdausi Pramita - 1612100047

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan
berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Makalah kelompok tema 9 ini dibuat guna memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam.

Pada kesempatan kali ini kami selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak Mochamad Abduloh selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 13 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Manfaat..................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................2
A. KEBEGARAMAN SEBAGAI KENISCAYAAN..............................................2
B. KEBERAGAMAN DAN PERSATUAN DALAM NKRI.................................4
C. KEBERAGAMAN SEBAGAI MODAL PEMBANGUNAN............................5
D. KEBERAGAMAN DAN SIKAP TOLERANSI.................................................7
BAB III...........................................................................................................................9
A. Kesimpulan............................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di Indonesia, Islam terbukti bahwa dapat berinteraksi dengan budaya lokal.
Maraknya adaptasi budaya dan religi tidak lepas dari tuntutan para pembela
Balisongo dan Jawa lainnya. Penjaga yang mempraktekkan Islamisasi atau
mengamalkan agama didasarkan pada tiga hal penting: toleransi, kesederhanaan,
dan ketaatan. Bagi umat Islam, iman yang diselimuti simbol saja tidak cukup.
Seseorang yang beriman harus dibina melalui amal saleh, ibadah, dan pahala
(Ahlak alkarimah). Pembudayaan agama dan budaya Jawa juga menghasilkan
dua hal. Pertama, Islam diselimuti budaya Jawa. Kedua, budaya Jawa yang
dikelilingi oleh Islam. Islam diselimuti budaya Jawa, misalnya Maulid Nabi,
Rajaban, Selikuran (dengan asumsi malam Laylatul Kadar). Kebudayaan Jawa
dibayangi oleh Islam, misalnya sekaten, mitoni, ngupati, dan ruvatan. Padahal,
jika ingin mendalami dan mendalami tradisi budaya Jawa seperti dijelaskan di
atas, sebenarnya ada landasannya. Sebagai seorang Muslim, Anda tidak boleh
mengutuk bidat atau kemusyrikan, apalagi tidak mempercayai Muslim lainnya.
Padahal, umat Islam yang mengamalkan adat-istiadat tersebut memiliki kebijakan
dan keyakinannya masing-masing. Pertahankan tradisi lama yang positif dan
ambil yang baru, lebih positif, karena ulama dan walsanga selama khotbah
sebenarnya berprinsip dalam kaidah almuhafadzatu ala almukadimil shaalikh
wal ahdu bi aljaddidil ashla.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan dari keberagaman sebagai keniscayaan?
2. Bagaimana upaya keberagaman dalam persatuan NKRI?
3. Bagaimana keberagaman dapat menjadi sebuah modal pembangunan?
4. Apa makna dari toleransi?
5. Bagaimana hubungan keberagaman dengan toleransi?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memberikan pemahaman terhadap islam dan keberagaman di Indonesia.
2. Dapat memberikan pengetahuan terhadap macam-macam islam dan
keberagaman di Indonesia.
3. Dapat memberikan manfaat tentang islam dan keberagaman di Indonesia.
C. Manfaat
1. Bagi penulis dapat dijadikan ilmu tentang Islam dan keberagaman.
2. Bagi dosen dapat dijadikan pemahaman tentang Islam dan keberagaman pada
mahasiswanya.
3. Bagi orang tua agar memahami serta dapat melakukan tindakan yang tepat saat
menghadapi Islam dan keberagaman.
4. Bagi khalayak umum atau pembaca diharapkan dapat memberikan masukan.
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEBEGARAMAN SEBAGAI KENISCAYAAN


Umat Islam terdiri dari berbagai mazhab, pemahaman, bahkan praktik
keagamaan. Keberagaman dalam ekspresi keislaman adalah sebuah keniscayaan.
Sejak zaman Rasul, perbedaan pendapat di kalangan Sahabat sudah lumrah terjadi.
Penyelesaiannya pun dilakukan dengan dialog, dengan cara-cara damai.
Keberagaman tersebut semakin berwarna ketika Islam dibawa masuk ke ranah
kehidupan bermasyarakat yang lebih luas dalam hal politik, ekonomi, dan sosial-
budaya.
Organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Indonesia terbagi
menjadi 2, yakni NU (Nahdhatul Ulama) dan Muhammadiyah. Dalam paham dan
praktik keislaman, NU dan Muhammadiyah memiliki karakteristik yang berbeda,
selain tentunya lebih banyak kesamaannya.
1. Nahdhatul Ulama (NU)
NU didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) yang dipimpin oleh K.
H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar. Organisasi ini bertujuan untuk
menegakkan ajaran Islam menurut paham kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal
Jamā’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI. Untuk
mencapai tujuan tersebut, NU menempuh berbagai jenis usaha di berbagai
bidang, antara lain :
a. Bidang Keagamaan
Melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang
berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
b. Bidang Pendidikan
Menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk
membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, dan berpengetahuan luas.
c. Bidang Sosial Budaya
Mengusahakan kesejahteraan rakyat dan kebudayaan yang sesuai dengan
nilai keislaman dan kemanusiaan.
d. Bidang Ekonomi
Mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil
pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
e. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 oleh K. H. Ahmad Dahlan.
Kegiatan dalam organisasi ini dipusatkan dalam bidang pendidikan, dakwah,
dan amal sosial. Organisasi ini sangat menekankan keseimbangan antara

2
pendidikan agama dan pendidikan umum, serta pendidikan keterampilan. Dalam
bidang amal sosial, ormas Islam ini memiliki beberapa puluh rumah sakit, Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan Panti Asuhan. Gerakan dakwah
Muhammadiyah sangat menekankan kemurnian aqidah, memerangi berbagai
perbuatan syirik (menyekutukan Allah SWT.) dalam segala bentuknya,
menentang takhayul, khurafat, dan perbuatan bid’ah, serta mengikis habis
kebiasaan taqlid buta dalam beragama.
Muhammadiyah menekankan pentingnya membuka pintu ijtihad dalam
bidang hukum Islam agar umat Islam terbebas dari taqlid buta serta menolak
tradisi bermazhab dalam fiqih. Organisasi ini menolak kehidupan tasawuf yang
hanya mementingkan akhirat.
Secara berangsur-angsur, gesekan keyakinan religius di antara ormas-ormas
Islam menjadi hilang. Salah satu faktor penyebabnya bisa karena kesadaran
masing-masing orang dalam ormas yang berbeda atau mungkin juga karena faktor-
faktor lainnya. Dengan terbukanya informasi dan komunikasi serta semakin
lancarnya transportasi antardaerah dan antarnegara, menyebabkan semakin
mudahnya arus masuk keyakinan religius yang berbeda ke wilayah Indonesia.
Keberagaman mazhab masyarakat muslim Indonesia disebabkan oleh faktor
masyarakat bersekolah ke negeri muslim lainnya atau karena faktor keberhasilan
dakwah keyakinan-keyakinan religius yang berbeda, sehingga menganut keyakinan
religius dari negeri-negeri muslim lain. Dengan adanya faktor promosi masyarakat
muslim dunia, atau pemikiran asli kaum muslimin Indonesia, atau gabungan dari
keduanya, menjadikan masyarakat muslimin Indonesia memberikan reaksi atas
dakwah mazhab baru tersebut.
Secara umum, di Indonesia terdapat 2 mazhab besar, yaitu
1. Mazhab yang berpegang pada 4 mazhab (Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali),
seperti masyarakat NU dan kaum ahlus sunnah wal jamā’ah (Aswaja). Namun,
mazhab ini juga berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah, yaitu Al-Quran dan
As-Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh imam mazhab.
2. Mazhab yang langsung berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah, seperti
masyarakat Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis).
Mengenal mazhab sangatlah penting karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Adanya beragam mazhab dalam Islam merupakan realitas yang harus dipandang
sebagai kekayaan budaya Islam.
2. Adanya beragam mazhab memungkinkan kita memiliki banyak pilihan untuk
mengatasi permasalahan kehidupan modern. Bahkan, dalam situasi modern
dimungkinkan untuk dibutuhkannya mazhab baru yang lebih sesuai dengan
konteks zaman dan tempat.
3. Adanya beragam mazhab membuat kita tidak memiliki rasa kaget dengan
adanya perbedaan pemikiran dan produk hukum-hukum Islam tersebut karena di

3
era globalisasi yang ditandai dengan revolusi informatika, membuat arus
informasi begitu mudah diakses, termasuk informasi tentang Islam.
4. Gerakan ukhuwah islamiah didengungkan oleh hampir setiap ulama,
cendekiawan muslim, dan orang-prang Islam pada umumnya. Namun tanpa
adanya pemahaman mengenai mazhab yang berbeda-beda, upaya tersebut
hanyalah sebuah slogan palsu yang mudah diucapkan tapi sukar dilaksanakan.
Melihat beragamnya mazhab dan keyakinan religius, sebagian ulama dan
cendekiawan muslim menggagas ukhuwah islamiah (Persaudaraan Muslim) dan
memperjuangkannya dalam 3 model, antara lain :
1. Ukhuwah islamiah terbatas dalam rumpun Islam Suni (NU, Muhammadiyah,
Persis, dan Islam Suni lainnya),
2. Ukhuwah islamiah lebih luas hingga mencakup islam Syiah, dan
3. Ukhuwah islamiah lebih luas lagi hingga mencakup Ahmadiyah dan Islam
Liberal.

B. KEBERAGAMAN DAN PERSATUAN DALAM NKRI


Keberagaman adalah bagian dari identitas bangsa Indonesia. Keberagaman
adalah suatu kondisi pada kehidupan masyarakat yang di dalamnya terdapat
perbedaan di segala aspek. Keberagaman bukan hanya melulu tentang perbedaan
tetapi konsep Keberagaman juga menyangkut masalah penerimaan dan
penghormatan. Keberagaman ada pada suku bangsa, ras, agama, budaya dan
gender. Keberagaman adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari masyarakat
multikultural, yang mana sebagai seperangkat praktik sadar yang berupaya untuk :
a. Memahami dan menghargai saling ketergantungan antara manusia, budaya, dan
lingkungan alam.
b. Berlatih saling menghormati kualitas dan pengalaman yang berbeda dari diri
sendiri.
c. Memahami bahwa Keberagaman tidak hanya mencakup cara-cara menjadi
tetapi juga cara-cara mengetahui.
d. Mengakui bahwa diskriminasi pribadi, budaya dan yang dilembagakan
menciptakan dan mempertahankan hak istimewa bagi sebagian orang sekaligus
menciptakan dan mempertahankan kerugian bagi orang lain.
e. Membangun aliansi lintas perbedaan sehingga dapat bekerja sama untuk
memberantas segala bentuk diskriminasi.
Indonesia adalah negara yang religius. Hal itu dibuktikan dalam sila pertama
Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebebasan dalam beragama dijamin
dalam UUD 1945 pasal 29 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu. Undang-Undang Dasar memberikan kebebasan dalam
4
beragama, dan pemerintah pada umumnya menghargai pemakaian hak ini. Tidak
ada perubahan dalam status penghargaan pemerintah terhadap kebebasan beragama
selama periode pembuatan laporan, dan kebijakan pemerintah kian memberikan
kebebasan secara umum dalam beragama. Namun, saat sebagian besar penduduk
menikmati tingkat kebebasan beragama yang tinggi, pemerintah hanya mengakui
enam agama besar, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Keenam agama harus hidup berdampingan di masyarakat dengan prinsip toleransi
antarumat beragama. Namun, tidak menutup kemungkinan beberapa larangan
hukum terus berlaku pada beberapa jenis kegiatan keagamaan tertentu dan pada
agama-agama yang tidak diakui.
Keberagaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa.
Pemerintah harus bisa mendorong Keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan
untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional. Wilayah Indonesia yang
terdiri dari beribu-ribu pulau tentu akan menimbulkan Keberagaman dan
perbedaan pada masyarakatnya.
Keberagaman masyarakat Indonesia memiliki dampak positif sekaligus
dampak negatif bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Dampak positif
memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan, sedangkan dampak
negatif mengakibatkan ketidakharmonisan bahkan kehancuran bangsa dan negara.
Munculnya perasaan kedaerahan dan kesukuan yang berlebihan dan dibarengi
tindakan yang dapat merusak persatuan, dapat mengancam keutuhan NKRI. Akan
tetapi keberagaman suku bangsa, budaya, ras, agama, dan gender menjadi daya
tarik wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Kita tidak hanya memiliki
keindahan alam, tetapi juga keindahan dalam keberagaman masyarakat Indonesia.

C. KEBERAGAMAN SEBAGAI MODAL PEMBANGUNAN


Untuk mewujudkan kebersamaan dalam keragaman, khususnya dalam kontek
kehidupan berbangsa dan bernegara sekurang-kurangnya terdapat dua perfektif
besar petunjuk Al-Quran yang mesti kita amalkan dalam mewarnai  kehidupan
bersama dalam keragaman, antara lain :
1. Mengamalkan prinsip as-syu’ub, yaitu menerima eksistensi dan perbedaan suku
bangsa lain sebagai anugerah rahmad dari Allah SWT.
Al-Quran menghendaki umat manusia menerima perbedaan sebagai eksistensi
kehidupan. Perbedaan adalah ciptaan Allah SWT., dan semua ciptaan Allah
adalah anugerah terindah untuk manusia dan makhluk lainnya. Ini menunjukkan
bahwa kehidupan ini menjadi indah dengan perbedaan dan menjadi nyaman
dengan kebersamaan.
2. Mengamalkan prinsip nahdhariyah al-nahdha, yaitu menerima eksistensi
kemanusiaan, bahwa manusia merupakan ciptaan Allah SWT.  yang memiliki
kesamaan hak satu sama lain.
5
Al-Quran menghendaki bahwa  keberadaan manusia adalah sebagai bukti
kekuasaan Allah SWT. Manusia diciptakan memiliki hak-hak asasi yang harus
diakui oleh siapapun juga. Melanggar hak asasi manusia atau mengingkarinya,
itu sama artinya dengan mengingkari penciptaan. Dengan demikian, eksistensi
penciptaan harus dipandang sebagai hukum yang tidak boleh dilanggar, apalagi
didzalimi.
Dari dua prinsip tersebut, sangat jelas bagi kita bahwa
keragaman (plural) merupakan sunnatullah dan anugerah Yang Maha
Kuasa. Pluralisme masyarakat adalah salah satu ciri utama dari masyarakat yang
multikultural, seperti Indonesia. Berdasarkan petunjuk Al-
Quran,  pluralisme  (keragaman) sangat penting keberadaannya, terutama dalam
semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Keragaman merupakan potensi strategis
untuk mewujudkan pembangunan dan sekaligus sebagai rahmad Allah SWT.
Keragaman merupakan kekuatan atau energi untuk membangun kebersamaan.
Dengan adanya kebersamaan tercipta peluang
atau kesempatan untuk  mengekspresikan diri, hidup berdampingan, dan
bekerjasama antar berbagai kelompok masyarakat. Hal ini tentunya sejalan pula
dengan petunjuk Al-Quran untuk ber-taawwun (tolong menolong), saling bekerja
sama dalam membangun kebaikan. Seperti dalam Firman Allah SWT. berikut :
‫ َد َواَل ۤ ٰٓا ِّم ْينَ ْالبَيْتَ ْال َحـ َرا َم‬H ِ‫ي َواَل ْالقَاَۤل ئ‬ َّ ‫ َعٓائِ َر هّٰللا ِ َواَل‬H ‫وْ ا اَل تُ ِحلُّوْ ا َش‬HHُ‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬
َ ‫ ْد‬H َ‫ ْه َر ْال َحـ َرا َم َواَل ْاله‬H ‫الش‬
َ ‫يَبْـتَ ُغوْ نَ فَضْ اًل ِّم ْن َّربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوا نًا ۗ  َواِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَا صْ طَا ُدوْ ا ۗ  َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشن َٰا نُ قَوْ ٍم اَ ْن‬
‫ ِج ِد‬H ‫ص ُّدوْ ُك ْم ع َِن ْال َم ْس‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ ِد ْي ُد‬H ‫وا َ ۗ اِ َّن َ َش‬HHُ‫اونُوْ ا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َوا ْل ُع ْد َوا ِن ۖ  َوا تَّق‬ َ ‫ـرا ِم اَ ْن تَ ْعتَ ُدوْ ا ۘ  َوتَ َعا َونُوْ ا َعلَى ْالبِ ِّر َوا لتَّ ْق ٰوى ۖ  َواَل تَ َع‬َ ‫ْال َح‬
‫ب‬ِ ‫ْال ِعقَا‬
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan
haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban), dan Qalaid
(hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka
mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah
menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai
kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-
halangimu dari Masjidilharam mendorongmu berbuat melampaui batas
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat
siksa-Nya." (QS. Al-Ma'idah [5] : 2)

Dari ayat tersebut, terdapat pelajaran bahwa  substansi kehidupan  ini adalah
untuk kebersamaan yang akan kita persembahkan secara peribadi kepada Allah
SWT. Hal tersebut tidak lain adalah pola hidup Qur’ani yang dibangun atas dasar
keragaman. Inilah ciri masyarakat Qurani, yaitu masyarakat yang mampu
6
mengendalikan diri untuk kebersamaan dalam membentuk budaya dan peradaban
yang berazaskan demokrasi. Masyarakat yang dibangun diatas prinsif gotong
royong untuk kebajikan, sehingga sikap menghargai Hak Asasi Manusia akan
tumbuh dan berkembang dengan baik. Disamping itu, energi keragaman akan
melahirkan  hal-hal berikut :
1. Tegaknya keadilan dan hukum,
2. Terwujudnya nilai budaya dan etos,
3. Kebersamaan dan kesedrajatan,
4. Penghargaan atas keyakinan,
5. Kesempatan berprestasi,
6. Penghindaran tindak kekerasan fisik dan keyakinan, dan
7. Rasa aman dengan identitas.

D. KEBERAGAMAN DAN SIKAP TOLERANSI


Toleransi merupakan sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) terhadap pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan
dan kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sikap
toleransi sangatlah penting sebagai alat pemersatu bangsa. Tanpa adanya toleransi
kehidupan yang penuh dengan kemajemukan dan perbedaan ini tidak akan pernah
bersatu. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kemanjemukan
yang cukup tinggi. Suku, budaya yang cukup beragam dan bahasa daerah yang
cukup banyak, maka sangat dibutuhkan sikap toleransi yang diwujudkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di dalamnya. Setiap orang harus saling
mengerti dan memahami akan arti perbedaan.
Sikap toleransi dan menghargai tidak hanya berlaku terhadap orang lain, tetapi
juga kepada diri sendiri, bahkan sikap toleran harus dimulai dari diri sendiri.
Rasulullah saw mengingatkan agar ia memperhatikan dirinya dan memberi hak
yang proporsional: “sesungguhnya  tubuhmu punya hak (untuk kamu istirahtkan)
matamu punya hak (untuk dipejamkan) dan istrimu juga punya hak (untuk
dinafkahkan)”. (HR Bukhori).
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh islam Konsep toleransi
atau tasamuh dalam pandangan islam mengandung konsep rahmatal lil ‘alamin.
Artinya islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling
menghormati bukan memaksa. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia
dalam beragama adalah kehendak Allah Swt. Sekalipun Al-Qur’an tidak secara
tegas menjelaskan tentang tasamuh, namun banyak ditemui beberapa tema yang
terkait dengan ini, diantaranya rahmat dan kasih sayang (QS Al-Balad), Al-Afw
atau memaafkan (QS An-Nur:22), Al-Safh atau berlapang dada (QS Al-Zukhruf:
89), Al-Salam atau keselamatan (QS Al-Furqon : 63), Al-‘Adl atau keadilan, Al-
Ihsan atau kebaikan (QS An-Nahl:90) dan Al-Tauhid yang berakna menuhankan
7
Allah Swt (QS Al-Ikhlas : 1-4).
Dalam islam, toleransi berlaku bagi semua orang, baik itu sesama muslim
maupun non-muslim. Yusuf Qordhowi  dalam bukunya “Ghoir Al-Muslim Fil
Mujtama”. Al-Islam menyebutkan ada empat faktor utama yang menyebabkan
toleransi yang unik selalu mendominasi perilaku umat islam terhadap non muslim,
yaitu :
1. Keyakinan bahwa manusia itu hakikat penciptaannya merupakan makhluk
paling mulia dari makhluk lain, apapun agamanya, kebangsaannya dan rasnya.
2. Adanya perbedaan bahwa manusia dalam agama dan keyakikan merupakan
realitas yang dikehendaki Allah Swt yang telah memberi mereka kebebasan
untuk memilih iman dan kufur.
3. Seorang muslim tidak dituntut untuk mengadili kekafiran seorang non muslim
atau menghakimi kafir dan muysriknya orang lain. Hanya Allah swt yang akan
menghakiminya nanti di akhirat.
4. Keyakinan bahwa Allah swt memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak
kepada budi pekerti yang baik meskipun kepada orang musyrik sekalipun. Allah
Swt juga mencela perbuatan dholim meskipun terhadap kafir.
Terhadap mereka yang berbeda agama dan keyakinan, Al-Qur’an telah
menetapkan prinsip tidak ada paksaan dalam beragama. Sebab kebebasan
beragama merupakan bagian dari penghormatan terhadap hak-hak manusia yang
sangat mendasar. Seperti dalam firman Allah SWT. berikut :
‫رْ َو ِة‬Hُ‫ا ْلع‬Hِ‫ك ب‬ َ H‫ ِد ا ْستَ ْم َس‬Hَ‫ِا هّٰلل ِ فَق‬H‫ؤ ِم ْن ِۢۢب‬Hُْ ‫ت َوي‬
ِ ْ‫و‬H‫اَل ۤ اِ ْك َراهَ فِى ال ِّد ْي ِن ۗ قَ ْد تَّبَيَّنَ الرُّ ْش ُد ِمنَ ْال َغ ِّي ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُرْ بِا لطَّا ُغ‬
‫صا َم لَهَا ۗ  َوا هّٰلل ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬َ ِ‫ْال ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف‬
Artinya : "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya
telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.
Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka
sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang
tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al-
Baqarah [2] : 256)

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setidaknya ada empat alasan untuk mengetahui madzhab Islam. Pertama, keberadaan
berbagai mazhab dalam Islam merupakan realitas yang harus dipandang sebagai
kekayaan budaya Islam. Di era globalisasi yang ditandai dengan revolusi ilmu
komputer, arus informasi, termasuk informasi tentang Islam, menjadi sangat mudah
dan mudah diakses. Tanpa mengetahui mazhab, orang akan bingung dengan
keragaman pemikiran dan hukum Islam. Keempat, gerakan Uhuwa Islam kini
didukung oleh hampir seluruh ulama, cendekiawan Islam dan umat Islam pada
umumnya. Tanpa memahami berbagai aliran tersebut, upaya-upaya tersebut hanyalah
slogan-slogan palsu yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk dipraktikkan.

B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan, di NKRI yang memiliki keberagaman agama perlu
adanya sikap toleransi yang tinggi dari seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat
mewujudkan negara yang memiliki persatuan dan kesatuan dengan aman, damai dan
tentram.

9
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan 2016, Pendidikan Agama
Islam : Bagaimana Islam Membangun Persatuan dalam Keberagaman, Jakarta :
RISTEKDIKTI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015, Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti : Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia, Jakarta : Pusat Kurikulum dan
perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

H. Muhammad Nasir, S. Ag, MH, Kebersamaan dalam Keberagaman (Perspektif Al-


Quran), kepri.kemenag.go.id.

PPPK, Modul Belajar Mandiri : Pembelajaran 5. Keberagaman dalam Bingkai Negara


Kesatuan Republik Indonesia.

Mojiburrahman 2013, Islam Multikultural : Hikmah, Tujuan, dan Keanekaragaman


dalam Islam, ADDIN, Vol. 7, No. 1.

Agus Hendra, Toleransi dalam Perspektif Islam, cimahikota.go.id.

10

Anda mungkin juga menyukai