Disusun Oleh:
PADANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat,hidayah serta karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalahPendidikan Agama Islam yang berjudul“Agama Islam”tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, s aya mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bers ifat membangun guna kesempurnaan makalah saya selanjutnya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
sertadalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta saya berharap agar makalah
tentang“Agama Islam”ini dapat memberikan manfaat terhadap
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ………………………………………………………………………..iii
2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………...v
BAB II Pembahasan ……………………………………………………………………… vi
a. Pengertian…………………………………...................................................................6
3.sumber ajaran agama………………………………………………………………………9
a. Al-qur’an………………………………………………………………………………….10
b. Hadist……………………………………………………………………………………..11
c. Kias………………………………………………………………………………………..12
d. Jima’……………………………………………………………………………………..13
b. Klasifikasi agama…………………………………………………………………………16
a.Akidah…………………………………………………………………………………….19
b.Syariah……………………………………………………………………………………20
c.Akhlak…………………………………………………………………………………….21
Mayoritas manusia di bumi ini memeluk agama islam. Banyak juga yang memilih menjadi
mualaf setelah mengetahui semua kebenaran ajaran nabi Muhammad SAW.Ini yang tercantum
dalam al-Quran.
Namun di masa kejayaan islam pada masa sekarang,semakin banyak pula orang-orang yang
beragama islam, tapi tidak mengerti arti islam itu sendiri. Mereka hanya menjalankan syari’ah
atau ajaran-ajaran islam tanpa mengerti makna islam. Ada juga orang yang islam KTP atau islam
hanya sebagai menyempurnakan KTP dari pada tak tercantum agamanya.
Oleh karena itu di makalah ini akan dibahas mengenai apa arti islam,baik secara
etimologi,terminologi,dan secara syar’i, bagaimana karakteristik islam serta mengetahui sejarah
dari islam.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :
a. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
- Memberi pengetahuan kepada pembaca tentang agama islam
- Memahami agamaislam yang sebenarnya
- Mengetahui ruang lingkup yang ada pada islam
b. Manfaat
Manfaat yang akan di dapat dari makalah ini
- Pengetahuan tentang agama agama islam
- Pengetahuan tentanghakikat islam
- Mengetahui sumber agama islam
- Mengetahui tentang ruang
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendidikan agama islam di perguruan tinggi
Sesuai dengan amanat UUD 1945 bahwa pendidikan nasional yang berakar pada
kebudayan bangsa Indonesia dan berdasarkan pancasila dan undang undangan dasar
1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa sejalan
dengan itu dalam undang – undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiona
Bab 1 PASAL 1 AYAT 2 ,yaitu pendidikan nasional aalah pendidikan yang berdasarkan
pancasila dan undang- undang dasar negra republic Indonesia tahun 1945 yang berharkat
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tangap terhadap tuntunan
perubahan zaman.
b) Kurikulum inti merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang harus
dicakup dalam suatu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku
secara nasional.
d) Kurikulum institusional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan
bagian dari kurikulum pendidikan tinggi, terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu dari
kurikulum inti yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri
khas perguruan tinggi yang bersangkutan.
Dalam KEPMENDIKNAS No.232/U/2000: Ayat 2 menjelskan bahwa Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) adalah kelompok kajian dan pelajaran untuk
mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian yang mantap, dan mandiri serta mempunyai
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. KEDUDUKAN PAI
Kedudukan mata kuliah PAI adalah sebagai persyaratan bagi kelulusan mahasiswa dan
sejajar dengan mata kuliah wajib lainnya. Pendidikan agama adalah bagian dari
kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang wajib dikuasai
mahasiswa disamping pengetahuan tentang nilai-nilai budaya dan kewarganegaraan.
Pada dasarnya agama itu sejalan dengan fitrah manusia.Sebagai makhluk manusia terdiri
atas dua dimensi, fisik (jasmani) dan spiritual (rohani). Rohani berasal dari ALLAH akan
menjadikan manusia cenderung mencari agama.
a) Memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk menguasai ajaran agama islam dan
mampu menjadikanya sebagai sumber nilai dan pedoman serta landasan berpikir dan
berperilaku dalam menerapkan imu dan profesi yang dikuasainya.
b) Mengembangkan kesadaran mahasiswa untuk menguasai ilmu pengetahuan tentang
hakekat manusia, hakekat agama, ajaran islam (aqidah, syariah, dan akhlak), sumber
ajaran islam (Alqur’an, sunnah dan ijtihad), dan islam dengn disiplin ilmu pengetahuan
tekhnologi dan seni, I ekonomi, politik dan kebudayaan.
c) Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai keragaman agama,
termasuk keragaman suku bangsa dan budaya sehingga terwujud masyarakat yang tertib,
teratur dan sejahtera.
d) Memberikan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan yang mantap
tentang kebenaran ajaran islam dengan mengamalkanya secara kaffah dalam kehidupan
sehari-hari sebagai bekal kehidupan dunia dan akhirat.
Tridharma perguruan tinggi terdiri atas; pendidikan dan pengajaran, penelitian dan
pengabdiankepada masyarakat. Selanjutnya dijelaskan secara berurut sebagai berikut:
Usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dengan melalui pendidikan dan
pembelajaran, dalam upaya memberdayakan dan mengembangkan berbagai potensi
(fitrah) yang dimiliki oleh setiap manusia. Salah atau benar pengembangan fitrah manusia
akan berdampak terhadap berbagai kecerdasan yang dimiliki. Sesuai dengan sabda Rasul
SAW yang artinya:
“setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah (pendidiknya)
yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Fitrah anak harus diisi dengan nilai-nilai islami. Pengisian nilai-nilai islami yang
dimaksud adalah dengan cara menuntut ilmu pengetahuan. Karena pentingnya upaya
pengembangan fitrah dengan ilmu maka menuntut ilmu menjadi kewajiban utama dalam
syariat islam. Sesuai dengan Sabda Rasul SAW yang artinya:
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban seluruh umat islam, baik yang laki-laki maupun
perempuan”.(H.R. Ibnu Madjah).
b) Penelitian
Banyak ayat Al-Quran dan hadis yang menjelaskan tentang pentingnya penelitian dan
menganjurkan manusia untuk melakukanya. Ayat yang menjelasan tentang keberadaan
makhluk yang dapat dijadikan objek penelitian adalah Q.S.24: 45 yang terjemahanya
sebagai berikut:
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewn dari air, maka sebagian dari hewan itu
ada yang berjalan diatas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang
sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang di
kehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Depag. R.I,
1984: 552)
Ayat tersebut menggugah pemikiran untuk memperhatikan secara seksama makhluk
ciptaan Allah yang berbeda satu dengan yang lainnya. Semua keadaan makhluk itu
merupakan objek penelitian yang bermuara kepada nilai-nilai aqidah dalam memahami
kekuasaan Allah . Rasul SAW juga memberikan motivasi untuk memahami berbagai
obyek penelitian:
“Kamu lebih tahu dengan urusan duniamu”.
Dalam Al-Quran dan hadis banyak dijelaskan perihal pentingnya melakukan aktivitas
yang benar dan sekaligus memberi manfaat bagi semua pihak (pengabdian) dalam
kehidupan. Di antaranya dapat dilihat dalam Q.S.5: 2, yang artinya:
“Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Depag. R.I,1984:157)
Ayat tersebut member motivasi tentang kepedulian terhadap sesama dalam hal kebaikan
dan taqwa. Rasul SAW juga menyatakan bahwa manusia terbaik adalah yang bermanfaat
bagi orang lain dan memiliki kepekaan sosial. Rasul SAW bersabda yang terjemahanya
sebagai berikut:
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang dapat member manfaat bagi orang
lain”. (H.R. Bukhari)
“Kasih sayang sesama mukmin seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh merasa
sakit, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakanya dengan tidak dapat idur dan
merasakan demam”. (H.R: Bukhari)
Hadist diatas juga menjelaskan tentang peran manusia sebagai makhluk sosial dan
sekaligus menyatakan bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lainnya.
Kemampuan memberikan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain merupakan suatu
bentuk prestasi yang bernilai tinggi di hadapan Allah SWT. Uraian di atas memperkuat
keyakinan betapa besarnya motivasi yang diberikan islam tentang Tridharma perguruan
tinggi itu bahagian yang tak terpisahkan dari ajaran islam.
2.HAKEKAT MANUSIA
Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal
segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang
menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari
suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan
pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
Manusia dalam pandangan Islam merupakan makhluk yang terbaik, the best stature, baik
dari segi bentuk dan struktur tubuh maupun dari segi kemampuan intelektual
َ ٰ ِ ا ٱإْلOَا َو َح َملَهOَفَ ْقنَ ِم ْنهOا َوأَ ْشOَأَبَ ْينَ أَن يَحْ ِم ْلنَهOَا ِل فOَض َو ْٱل ِجب
واًلOُا َجهOانَ ظَلُو ًمOنُ ۖ إِنَّ ۥهُ َكOنس ِ ْت َوٱأْل َر َّ ةَ َعلَىOَنَا ٱأْل َ َمانOض
ِ ٰ َم ٰ َوOٱلس ْ إِنَّا ع ََر
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Tugas dan tanggung jawab manusia sebagaI khalifah dan hamba allah.
Makna yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.
Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang
dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq;
menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak)
dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah
tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini
adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati .
صي هَّللا َ لِيَ ْعبُدُوا إِال أُ ِمرُوا َو َما َ ِْالقَيِّ َم ِة ِدينُ َو َذل
ِ ِك ال َّز َكاةَ تُوا َوي ُْؤ الصَّالةَ َويُقِي ُموا ُحنَفَا َء ال ِّدينَ لَهُ ُم ْخل
Artinya “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.” – (QS.98:5)
Secara Etimologi Al Qur'an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro’a ()قرأ
yang bermakna Talaa ( )تالkeduanya berarti: membaca, atau bermakna Jama’a
(mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan (
وقرآنا قرءا )قرأ. Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata
benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan
berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il,
artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-
berita dan hukum-hukum.
Sedangkan secara terminologi Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril
sebagai pedoman serta petunjuk seluruh umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi.
Alquran adalah kitab Allah SWT yang terakhir setelah kitab taurat, zabur dan injil yang
diturunkan melalui para rasul. Hal ini juga senada dengan pendapat yang menyatakan
bahwa Al-Qur'an kalam atau wahyu Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat
jibril sebagai pengantar wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua
hiro pada tanggal 17 ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun yaitu surat al
alaq ayat 1 sampai ayat 5. Sedangkan terakhir alqu'an turun yakni pada tanggal 9
zulhijjah tahun 10 hijriah yakni surah almaidah ayat 3.
Allah ta’ala menyebut al-Qur’an dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan
keagungan, keberkahan, pengaruhnya dan universalitasnya serta menunjukkan bahwa ia
adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.
Sejarah turunnya al-qura’an
Allah SWT menurunkan ayat pertama Al – Quran pada bulan Ramadan. Meski ada
sejumlah perbedaan, namun mayoritas ulama berpendapat 17 Ramadan atau 13 tahun
sebelum hijriah dipercaya sebagai malam nuzulul quran (turunnya Al-Quran). Sebagian
meyakini tanggal tersebut bertepatan dengan 10 Agustus 610 masehi.
Al – Quran diturunkan oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Muhammad SAW
di Gua Hiro, Mekkah, Arab Saudi. Setelah itu Al – Quran turun secara berangsur-angsur
selama kurang lebih 23 tahun. Sebagian meriwayatkan Al – Quran turun selama 22 tahun
2 bulan 22 hari. Selama itu, Alquran difirmankan Allah SWT kepada Muhammad
sebanyak 30 juz atau 114 surat atau sekitar 6666 ayat. Al – Quran sendiri turun di dua
tempat, yaitu di Mekah (yang kemudian ayatnya disebut Makkiyah) dan Madinah
(disebut ayat Madaniyah).
Periode Mekah pertama selama 4 sampai dengan 5 tahun. Pada masa ini, dakwah Islam
masih terbatas pada ruang lingkup yang kecil, dan ayat yang diturunkan pun pada
umumnya membahas tentang pelajaran bagi Rasulullah SAW untuk membentuk
kepribadiannya, pembahasan tentang dasar-dasar akhlak Islamiah, pengetahuan tentang
sifat Allah serta bantahan mengenai pandangan hidup di masyarakat Jahiliah kala itu.
periode Mekah kedua selama 4 sampai dengan 9 tahun. Pada masa ini dakwah Islam
sudah mulai terbuka. Masyarakat Mekah sudah mulai berfikir untuk menghalangi
dakwah. Ayat-ayat yang diturunkan pada masa ini umumnya tentang kewajiban sebagai
seorang muslim, pembatasan tentang ke esaan Allah, pembahasan tentang hari kiamat,
serta ancaman dan kecaman kepada orang musyrik yang mempunyai perilaku buruk.
Periode Madinah selama 10 tahun. Rasulullah mulai hijrah dari Mekah ke Madinah, dan
masyarakat sekitar mulai terbentuk keimanannya. Disana, masyarakat Yahudi dan Islam
hidup berdampingan, namun seiring berjalannya waktu, kaum Yahudi pun mulai ikut
menentang dakwah Nabi Muhammad SAW.
Dalil tentang turunnya al-qur’an
إ ِ ْذ ِن َربِّ ِهمOِا بOOَ تَنَ َّز ُل ْال َماَل ئِ َكةُ َوالرُّ و ُح فِيه.ف َشه ٍْر
ِ لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر خَ ْي ٌر ِّم ْن أَ ْل. َو َما أَ ْد َراكَ َما لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر.إِنَّا أَنزَ ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر
طلَ ِع ْالفَجْ ِر ْ َساَل ٌم ِه َي َحتَّى َم.ِّمن ُكلِّ أَ ْم ٍر
Artinya:
"Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah
kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-
Qadr 1-5).
Sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran:
البقرة.ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن ِ َّضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آَنُ هُدًى لِلن
ٍ اس َوبَيِّنَا َ َش ْه ُر َر َم
رواه البخاري. ََار ُسهُ ْالقُرْ آن َ َكانَ ِجب ِْري ُل يَ ْلقَاهُ فِى ُكلِّ لَ ْيلَ ٍة ِم ْن َر َم
ِ فَيُد، َضان
“ Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Alquran
2. Hadist
Macam-macam hadist
A. Hadits Mutawatir : Hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa snad
yang terpercaya. Beberapa hal yang harus dipenuhi agar bisa disebut hadits mutawatir:
D. Hadits Hasan : Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tidak disangka dusta dan
tidak syadz E. Hadits Dha’if : Hadits yang diriwayatkan oleh oarang yang tidak adil,tidak
dhobit,syadz, dan cacat.
3. Kias/fikih
Rukun Kias
Rukun kias ada empat;
Al-ashl (pokok)
Al-ashl ialah sesuatu yang telah ditetapkan ketentuan hukumnya berdasarkan nas,baik
berupa Quran maupun Sunnah.
Mengenai rukun ini, para ulama menetapkan beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Al-ashl tidak mansukh. Artinya hukum syarak yang akan menjadi sumber pengiasan itu
masih berlaku pada masa hidup Rasulullah. Apabila telah dihapuskan ketentuan
hukumnya, ia tidak dapat menjadi al-ashl.
2. Hukum syarak. Persyaratan ini sangat jelas dan mutlak, sebab yang hendak ditemukan
ketentuan hukumnya melalui kias adalah hukum syarak, bukan ketentuan hukum yang
lain.
3. Bukan hukum yang dikecualikan. Jika al-ashl tersebut merupakan pengecualian, tidak
dapat menjadi wadah kias.
Al-far'u (cabang)
Al-far'u ialah masalah yang hendak dikiaskan yang tidak ada ketentuan nash yang menetapkan
hukumnya.
Mengenai rukun ini, para ulama menetapkan beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Sebelum dikiaskan tidak pernah ada nas lain yang menentukan hukumnya.
2. Ada kesamaan antara 'illah yang terdapat dalam al-ashl dan yang terdapat dalam al-far'u.
3. Tidak terdapat dalil qath'i yang kandungannya berlawanan dengan al-far'u.
4. Hukum yang terdapat dalam al-ashl bersifat sama dengan hukum yang terdapat dalam al-far'u.
Hukum Ashl
Hukum Ashl adalah hukum yang terdapat dalam masalah yang ketentuan hukumnya itu
ditetapkan oleh nash tertentu, baik dari Quran maupun Sunnah.
Mengenai rukun ini, para ulama menetapkan beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Hukum tersebut adalah hukum syara', bukan yang berkaitan dengan
hukum aqliyyah atau adiyyah dan/atau lughawiyah.
2. 'Illah hukum tersebut dapat ditemukan, bukan hukum yang tidak dapat dipahami 'illahnya.
3. Hukum ashl tidak termasuk dalam kelompok yang menjadi khushshiyyah Rasulullah.
4. Hukum ashl tetap berlaku setelah waftnya Rasulullah, bukan ketentuan hukum yang sudah
dibatalkan.
'Illah
'Illah adalah suatu sifat yang nyata dan berlaku setiap kali suatu peristiwa terjadi, dan
sejalan dengan tujuan penetapan hukum dari suatu peristiwa hukum.
Mengenai rukun ini, agar dianggap sah sebagai 'illah, para ulama menetapkan beberapa
persyaratan sebagai berikut:
1. Zhahir, yaitu 'illah mestilah suatu sifat yang jelas dan nyata, dapat disaksikan dan
dapat dibedakan dengan sifat serta keadaan yang lain.
2. 'Illah harus mengandung hikmah yang sesuai dengan kaitan hukum dan tujuan hukum.
Dalam hal ini, tujuan hukum adalah jelas, yaitu
kemaslahatan mukalaf di dunia dan akhirat, yaitu melahirkan manfaat atau
menghindarkan kemudaratan.
3. Mundhabithah, yaitu 'illah mestilah sesuatu yang dapat diukur dan jelas batasnya.
4. Mula'im wa munasib, yaitu suatu 'illah harus memiliki kelayakan dan memiliki
hubungan yang sesuai antara hukum dan sifat yang dipandang sebagai 'illah.
5. Muta'addiyah, yaitu suatu sifat yang terdapat bukan hanya pada peristiwa yang ada nas
hukumnya, tetapi juga terdapat pada peristiwa-peristiwa lain yang hendak ditetapkan
hukumnya.
4. Ijma’
Ijma didefinisikan oleh para ulama dengan beragam ibarat. Namun secara ringkasnya
dapatlah dikatakan sebagai berikut:
”Kesepakatan seluruh Ijma ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah
ﷺatas sebuah perkara dalam agama.”
Berdasarkan definisi di atas dapatlah disebutkan syarat-syarat sebuah Ijma itu bisa
disahkan dan berlaku jika:
1. Terjadinya kesepakatan
2. Kesepakatan seluruh ulama Islam
3. Waktu kesepakatan setelah zaman Rasulullah ﷺ, meskipun hanya
sebentar saja kesepakatan terjadi
4. Yang disepakati adalah perkara agama
Allah taala berfirman:
وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang adil dan
pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas kalian” [QS. Al-Baqoroh: 143]
Kerangka agama
A. Aqidah
Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang
tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.[1]
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] dan taat kepadaNya, beriman
kepada paramalaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hariAkhir, takdir baik dan
buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma' (konsensus) dari salafushshalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti),
baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan
As-Sunnah yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.
Terjemah Arti: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata, — Quran Surat Al-Jumu’ah Ayat 2
Beberapa keistimewaan aqidah Islam adalah :
Rahmatanlilalamin
Sepanjang zaman
Aqidah tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa satu-satunya pencipta adalah Allah
SWT. Allah berfirman,
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya,
maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65).
Aqidah tauhid uluhiyah adalah keyakinan bahwa segala macam ibadah hanya dilakukan
untuk Allah SWT. Allah berfirman,
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satudan Aku
adalah Rabb-mu, maka beribadahlah kepada-Ku (semata-mata)” (QS al-Anbiyaa’:92).
3. Aqidah tauhid asma wa sifat
Jenis aqidah yang terakhir adalah aqidah tauhid asma wa sifat. Aqidah tauhid asma wa
sifat adalah keyakinan terhadap sifat dan nama milik Allah. Sebagai seorang muslim, kita
diwajibkan mengimani sifat dan nama Allah yang biasa disebut Asmaul Husna. Allah
berfirman dalam surat Al A’raf ayat 180,
ََوهَّلِل ِ اأْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسن َٰى فَا ْدعُوهُ بِهَا ۖ َو َذرُوا الَّ ِذينَ ي ُْل ِح ُدونَ فِي أَ ْس َمائِ ِه ۚ َسيُجْ زَ وْ نَ َما َكانُوا يَ ْع َملُون
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan.
B. Syariah
Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada
hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan. Kata syariat
berasal dari kata syar’a al-syai’u yang berarti menerangkan atau menjelaskan sesuatu.
Atau berasal dari kata syir’ah dan syariah yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana
untuk mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak
memerlukan bantuan alat lain. Syariat dalam istilah syar’i hukum-hukum Allah yang
disyariatkan kepada hamba-hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan
sunnah nabi Saw dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Syariat dalam penjelasan
Qardhawi adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an
dan sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya seperti ijma’ dan
qiyas. Syariat Islam dalam istilah adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada hamba-
hamba-Nya dari keyakinan (aqidah), ibadah, akhlak, muamalah, sistem kehidupan
dengan dimensi yang berbeda-beda untuk meraih keselamatan di dunia dan akhirat.
Macam-macam syariah
Artinya, “Hukum ada tujuh, yaitu wajib, sunah, mubah, mahdzur (haram), makruh, sahih, dan
batal.Wajib ialah perbuatan yang diberi pahala jika dikerjakan, disiksa jika ditinggalkan.Sunah
adalah perbuatan yang diberi pahala jika dikerjakan, namun tidak disiksa jika
ditinggalkan.Mubah ialah perbuatan yang tidak diberi pahala jika dikerjakan, dan tidak disiksa
jika ditinggalkan.Mahdzur ialah perbuatan yang diberi siksa jika dikerjakan dan diberi pahala
jika ditinggalkan.Makruh ialah perbuatan yang diberi pahala jika ditinggalkan, namun tidak
disiksa jika dilakukan.Sahih ialah kondisi yang terkait dengan keberlangsungan atau
keteranggapan.Batal ialah kondisi yang tidak terkait dengan keberlangsungan atau
keteranggapan,” (Lihat Imam Al-Haramain, Al-Waraqat, Surabaya, Al-Hidayah, 1990 M,
halaman 3).
C. Akhlak
Akhlak adalah budi pekerti atau kelakuan. Dengan adanya akhlak manusia dapat
membedakan mana yang baik dan buruk. Prnjelasan akhlak secara lengkap akan
dibahas dalam artikel ini.
Akhlak berasal dari Bahasa arab yaitu Al-Khulk yang artinya tabiat, perangai, tingkah
laku, kebiasaan dan kelakuan.
Berdasarkan istilahnya, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam diri seseorang yang
keluar dengan mudahnya tanpa adanya pemikiran atau paksaan.
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad,
Macam-macam akhlak
Contoh akhlak terpuji seperti Berbakti kepada orang tua, menghormati tamu, memberikan
sebagian harta kita kepada orang yang membutuhkan, membantu orang lain dan masih
banyak lagi
Akhlak tercela adalah perbuatan buruk kepada Allah, sesame manusia dan makhluk-
makhluk lainnya. Contoh akhlak tercela seperti berbuat dusta, mengumpat, mengadu
domba, iri hati, sombong dan perbuatan tidak terpuji lainnya.
Pengertian dalil
Dalil adalah suatu hal yang menunjuk pada apa yang dicari, baik berupa alasan,
keterangan atau juga pendapat yang merujuk pada pengertian, hukum dan juga hal-hal
yang berkaitan dengan apa yang dicari. Pengertian lainnya mengenai dalil yakni sebuah
keterangan yang dijadikan sebagai bukti atau alasan mengenai suatu kebenaran terutama
yang dudasarkan pada Al-Qur’an, bisa juga dikatakan sebagai petunjuk atau tanda bukti
dari suatu kebenaran.4.Hakekat agama
Pengertian agama
Agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi [yang dipercayai
dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia];
upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus [secara pribadi dan bersama] yang
ditujukan kepada Ilahi.
Unsur-unsur agama
1.Emosi keagamaan
Suatu keyakinan yang dipercaya dan membuat manusia menjalankan apa yang
diyakininya.
3.Upacara keagamaan
Benar bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak orang
menyimpangkan pernyataan ini kepada pemahaman-pemahaman yang salah kaprah.
Sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam praktek beragama bahkan dalam hal
yang sangat fundamental, yaitu dalam masalah aqidah.
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi
seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Secara bahasa,
rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul
Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi,
diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah bentuk kasih sayang
Allah kepada seluruh manusia.
1. Akidah
- Pengertian akidah.
Jadi, ‘Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
ﷻdengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] dan taat kepada-Nya, beriman
kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan
buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang Prinsip-prinsip Agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus)
dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara
amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’
Salafush Shalih.[3]
Di satu sisi, Iman adalah aktifitas batin dari diri (kita), maka posisi ‘aqidah merupakan
sesuatu yang bersifat pasif dan berada di luar diri (kita). ‘aqidah merupakan sesuatu yang
diyakini/dipercayai oleh hati. Dalam keadaan demikian ini, baik secara suka rela atau terpaksa
iman dengan sarana hati mengikatkan diri kepada ‘aqidah (al-Qur’an dan as-Sunnah ash-
shahihah a;l-maqbulah).
Di sisi lain, detail-detail ‘aqidah (al-Qur’an dan as-Sunnah ash-shahihah a;l-
maqbulah).ada kandungan yang berpola memerintah dan disertai ancaman bagi yang tidak mau
mengindahkan perintah itu, atau mengandung larangan dan disertai ancaman bagi yang
melaksanakan yang dilaranga itu. Dalam posisi yang demikian ini, ‘aqidah mengikat kuat kepada
orang yang beriman secara kuat.
Hubungan timbal balik antara iman dan ‘aqidah secara praktis, sebagaimana
digambarkan di atas, adalah iman identik dengan ‘aqidah. ‘aqidah sebagai sesuatu yang
dipercayai telah bersemayam kuat dalam hati karena faktor pembiasaan (akhlaq-
budaya).Hubungan antara iman dan ‘aqidah, secara kejiwaan, adalah seirama dengan fluktuasi
iman.Iman bisa menebal dan menipis bahkan bisa timbul dan tenggelam dalam diri kita.Jika
iman tipis, ikatan aqidah mengendor. Tetapi harap disadari bahwa dalam ‘aqidah’ ada
kandungan yang bersifat mengancam dan dalam posisi yang demikian fungsi ancaman aman
kuat. Ketika iman menebal, ikatan ‘aqidah juga menguat.Dalam posisi ini kandungan ancaman
menipis, sebaliknya fungsi janji-janji dari ‘aqidah menguat. Ketika iman hilang, ikatan
‘aqidah juga hilang, tetapi harus disadari bahwa fungsi ancaman dari ‘aqidah amat kuat tak
terukur pada orang semacam ini
-Pengertian syariah
Syariah [arab: ]الشريعةsecara bahasa artinya jalan yang dilewati untuk menuju sumber air.
(Lisan Al-Arab, 8/175).Secara bahasa, kata syariat juga digunakan untuk menyebut madzhab
atau ajaran agama. (Tafsir Al-Qurthubi, 16/163). Atau dengan kata lebih ringkas, syariat berarti
aturan dan undang-undang.
Aturan disebut syariat, karena sangat jelas, dan mengumpulkan banyak hal. (Al-Misbah
Al-Munir, 1/310). Ada juga yang mengatakan, aturan ini disebut syariah, karena dia menjadi
sumber yang didatangi banyak orang untuk mengambilnya.Namun, dalam perkembangannya,
istilah syariat lebih akrab untuk menyebut aturan islam.
Secara istilah, syariat islam adalah semua aturan yang Allah turunkan untuk para hamba-
Nya, baik terkait masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab, maupun akhlak. Baik terkait
hubungan makhluk dengan Allah, maupun hubungan antar-sesama makhluk.(Tarikh Tasyri’ Al-
Islami, Manna’ Qathan, hlm. 13). Allah berfirman,
“Kemudian Aku jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu),
Maka ikutilah syariat itu…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)
Makna ayat,
“Aku jadikan kamu berada di atas manhaj (jalan hidup) yang jelas dalam urusan agama, yang
akan mengantarkanmu menuju kebenaran.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16/163).
Rincian Syariat Para Nabi Berbeda-beda
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (QS. Al-
Maidah: 48)
Rincian syariat yang Allah turunkan, berbeda-beda antara satu umat dengan umat lainnya,
disesuaikan dengan perbedaan waktu dan keadaan masing-masing umat.Dan semua syariat ini
adalah adil ketika dia diturunkan.Meskipun demikian, bagian prinsip dalam syariat, tidak
berbeda antara satu umat satu nabi dengan umat nabi lainnya.
(Tafsir As-Sa’di, hlm. 234)
-Hubungan rukun islam dengan syariah
Pengertian akhlak ialah sebuah sistem nilai (value/norma) yang mengatur tindakan dan
pola sikap manusia (tingkah laku) di muka bumi.Sistem nilai tersebut adalah ajaran Islam dengan
Alqur’an dan Sunnah sebagai sumber nilainya dan ijtihad sebagai salah satu metode berpikir
Islami.
Tindakan dan pola pikir yang dimaksud adalah berbagai macam pola hubungan dengan
Allah, sesama manusia, dan juga alam.Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khuluk yang
artinya watak, kelakuan, tabiat, perangai, budi pekerti, dan tingkah laku atau kebiasaan.Akhlak
dalam Islam diartikan sebagai perangai atau tingkah laku yang ada dalam diri seseorang yang
telah melekat dan dilakukan serta dipertahankan secara terus menerus.
Maka kedudukan akhlak dalam agama ini sangat tinggi sekali. Bahkan Nabi kita
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan
seseorang ke dalam surga, beliau mengatakan:
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu
Majah)
ي َوأَ ْق َربِ ُك ْم ِمنِّي َمجْ لِسًا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة أَحْ َسنُ ُك ْم أَ ْخاَل قًا
َّ َإِ َّن ِم ْن أَ ِحبِّ ُك ْم ِإل
“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya
pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi).
Juga ada banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan akhlak yang baik,
juga tingginya kedudukan akhlak dalam agama ini, serta baiknya buah yang akan didapatkan
oleh orang yang berakhlak dengan akhlak yang baik ketika di dunia dan di akhirat.
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu
Majah)
ي َوأَ ْق َربِ ُك ْم ِمنِّي َمجْ لِسًا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة أَحْ َسنُ ُك ْم أَ ْخاَل قًا
َّ َإِ َّن ِم ْن أَ ِحبِّ ُك ْم إِل
“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya
pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari)
Juga ada banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan akhlak yang baik,
juga tingginya kedudukan akhlak dalam agama ini, serta baiknya buah yang akan didapatkan
oleh orang yang berakhlak dengan akhlak yang baik ketika di dunia dan di akhirat.
Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mensifati NabiNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam Al-
Qur’anul Karim dengan akhlak yang sempurna, akhlak yang agung dan akhlak yang baik. Allah
‘Azza wa Jalla berfir٤﴿ َظ ٍيم ٍ ُك لَ َعلَ ٰى ُخل
ِ قع َ َّ﴾ َوإِن
“Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam[68]: 4)
man:s
BAB III
PENUTUP
KESIMPILAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah Saya uraikan di atas, dapat kita pahami bahwasanya
Pendidikan Agama islam itu mencakup berbagai macam keilmuan. Baik itu Al-
Qur’an it sendiri maupun tentang Islam, dan ilmu yang lainya yang dapat kita
temukan dalam kehidupan kita sehari-hari.
B. Saran
Inilah yang dapat saya paparkan dalam makalah ini, yang tentunya pembahasan
tentang Islam, dan Al-Quran di sini masih sangat sedikit, serta perlu diperdalam dan
diperluas lagi.Dan untuk memperluas serta mendalaminya itu butuh waktu yang lama
dan dosen yang benar-benar paham dan mengerti tentang materi ini.Dan
membutuhkan referensi yang banyk pula.
DAFTAR PUSTAKA