Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Kebudayaan Islam

Disusun oleh :

David rafi sanjaya

Abdul Faqih khoiri

Mochamad Irfan F.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BUDI PERTIWI

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

TAHUN AKADEMIK 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya
bagi kami melalui ilmu-Nya Yang Maha Luas dan Tak Terkira sehingga kami bisa sedikit
menuliskan setetes dari lautan ilmu-Nya kedalam sebuah makalah sederhana ini. Shalawat
serta salam kami tujukan kepada suri teladan kami, Nabi Muhammad SAW beserta seluruh
pengikutnya hingga akhir zaman.

Makalah ini dibuat tidak dengan proses yang instant namun memerlukan proses yang
cukup panjang untuk menciptakan sebuah makalah yang dapat membuat pembaca semakin
mengenal, mengerti dan memahami kebudayaan Islam yang bermula dari peradaban sejarah
islam menuju peradaban modern. Makalah ini terwujud karena adanya gotong royong dan
kerjasama dalam satu kelompok.

Sumber-sumber bacaan yang kami dapat kami pelajari dengan baik agar tidak
memberikan dampak yang negatif bagi pembaca. Sumber-sumber itu kami dapat melalui
buku-buku bacaan, hasil pencarian dari internet dan juga hasil dari pemikiran kami yang
berdasarkan pada pengamatan kami. Dalam mencari sumber-sumber tersebut kami banyak
mengalami kesulitan, namun kami bersyukur kesulitan-kesulitan yang kami hadapi tersebut
dapat kami selesaikan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada orang tua kami dan sahabat-sahabat kami
yang tidak pernah lelah memberikan semangat dan dukungan yang tak tehingga selama ini,
hingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap Allah SWT dapat
memberikan balasan yang baik bagi mereka semua, di dunia dan akhirat. Amin.

Karawang, 7 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kebudayaan...............................................................................................................3
1. Pengertian Kebudayaan.......................................................................................3
2. Unsur Kebudayaan..............................................................................................3
B. Kebudayaan Islam.....................................................................................................4
C. Perkembangan Kebudayaan Islam............................................................................10
D. Ciri-ciri Kebudayaan Islam.......................................................................................11

BAB II PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................................13
B. Saran .........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
 
A.     LATAR BELAKANG
Muhammaad telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah menaungi
dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa abad yang lalu. Ia
akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan
yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan akan demikian, bahkan lebih
lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang benar dan
meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini.
Agama dan kebudayaan yang telah dibawa Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu
Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Kalau pun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metoda-metoda ilmu pengetahuan
dan kemampuan rasio, hal ini sama seperti yang menjadi pegangan kebudayaan Barat masa
kita sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang pada pemikiran yang subyektif
dan pada pemikiran metafisika namun hubungan antara ketentuan-ketentuan agama dengan
dasar kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah karena cara pemikiran yang metafisik dan
perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu
pengetahuan di pihak lain oleh Islam dipersatukan dengan satu ikatan, yang mau tidak mau
memang perlu dicari sampai dapat ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam
dengan iman yang kuat pula. Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda sekali dengan
kebudayaan Barat yang sekarang menguasai dunia, juga dalam melukiskan hidup dan dasar
yang menjadi landasannya berbeda. Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu
dengan yang lain sebenarnya prinsip sekali, yang sampai menyebabkan dasar keduanya itu
satu sama lain saling bertolak belakang.
Ajaran-ajaran islam yang diyakini oleh umat islam mengandung nilai-nilai islam yang
memiliki peran yang sangat penting didalam mengembangkan kebudayaan islam. Disamping itu,
ajaran-ajaran islam juga dapat membumikan ajaran utama ( yang sebagai syariah) sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia. Manusia sering dikatakan sebagai mahluk yang paling
tinggi dibandingkan dengan mahluk lainnya. Tingginya harkat dan martabat manusia karena manusia
mempunyai akal budi. Dengan adanya akal budilah, manusia mampu menghasilkan kebudayaan yang
cenderung membuat manusia menjadi lebih baik dan lebih maju. Dengan kebudayaan tersebut
manusia memperoleh banyak kemudahan dan kesenangan hidup. Akal budi pun mampu menciptakan
dan melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keseluruhan yang dihasilkan akal budi tersebut
dapat dikelola untuk menghasilkan produk-produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia guna
menuju peradaban yang modern.

B.     RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut
1.      Apa pengertian kebudayaan ?
2.      Apa kebudayaan islam itu ?
3.      Bagaimana perkembangan budaya islam saat ini ?

C.    TUJUAN
Setelah mendiskusikan tema ini, maka kita dapa memperoleh beberapa tujuan sebagai
berikut ;
1.      Dapat mengetahui pengertian kebudayaan
2.      Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam
3.      Dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam
4.      Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.

D.    MANFAAT
Dari tujuan di atas maka setealah mendiskusikan kita dapat memperoleh mamfaat
begitu besar seperti
1.      Dapat mengetahui pengertian kebudayaan kemudian memberitahukan informasi kepada
orang lain
2.      Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam pada masa kejayaan islam
3.      Dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam
4.      Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN

A.     KEBUDAYAAN

1.      Pengertian Kebudayaan

Secara bahasa, kebudayaan berasal dari kata budaya. Budaya berasal dari Sansekerta,
yaitu bhuddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budi artinya : akal, tabiat,
watak, akhlak, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan untuk pemecahan masalah.
Sedangkan daya berarti kekuatan, tenaga, pengaruh, jalan, cara, muslihat. Dalam bahasa
Inggris kebudayyan disebut culture, dari asal kata latin Colore, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa juga diartiak sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, merupakan keseluruhan yang kompleks,


yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat

2.      Unsur-unsur kebuyaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
        Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-
alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik .

        Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

       sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan lembaga-
lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
organisasi kekuatan (politik)

B.     KEBUDAYAAN ISLAM

Secara umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran dan
pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga
lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Maka
hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.

Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau
dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya usaha
tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi, sastera dan
seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.

Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga bisa
dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu, kristen (yang
telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia. Ia adalah ciptaan
akal manusia.

Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil
daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir) manusia.
Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.

Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka dia
telah melakukan satu kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia telah
mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh karena itu,
hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada masa ini menyuarakan
dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia adalah cara hidup
atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan kebudayaan, sebab ia bukan hasil daripada
tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia.

Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah
SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat
di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang kebudayaan, sebab agama-
agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada daya pemikiran mereka, daripada
khayalan dan angan-angan.

Namun begitu walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangant
mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan kebudayaan
tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir,
berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan
lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam itu bukan kebudayaan, tapi mendorong
manusia berkebudayaan. Oleh karena itu seluruh kemajuan lahir dan batin itu adalah
kebudayaan maka dengan kata-kata lain, Islam mendorong umatnya berkemajuan.

Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan


termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu sembahyang. Dalam
Al-Qur'an ada perintah :

Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)

Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi
apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah daya
pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya
dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah setelah mengkaji Sunnah Rasulullah
yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah :

Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan padanya
(An Najm: 3-4)
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang lurus
dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat itu adalah budaya,
karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat yang
bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis tetapi bersih
daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita pada saat kita
bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran, memikirkan
perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid. Apabila kita
membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka
lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.

Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia


didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi
karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah bangunan-
bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya umat Islam
sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua merupakan kebudayaan
hasil tuntutan wahyu.

Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-Qur'an
ada perintah:

Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan ketaqwaan.
Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan permusuhan (Al Maidah: 2)
Perintah ini bukan kebudayaan. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan dan
kehendak perintah maka terbentuklah kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan bergaul serta
bergotong royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong royong juga
memberantas perkara dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan pikiran. Setelah
dipikirakan untuk bergotong royong di tengah-tengah masyarakat, tentulah kita hendak
melahirkan dalam bentuk tindakan dan sikap juga. maka terbentuklah kebudayaan dalam
masyarakat.
Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:

Terjemahnya: Jangan kamu dekati zina(Al Isra': 32)


Larangan itu datang dari Allah SWT. Ia adalah wahyu bukannya kebudayaan karena
ia bukan ciptaan akal manusia. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan perintah ini
maka terpaksa kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya dalam perbuatan dan
sikap. Lalu apa saja unsur dalam pergaulan yang bisa membawa kepada zina akan kita
pikirkan, dan fisik kita segera mengelakkannya, seperti bergaul bebas antara lelaki dan
perempuan, pandang-memandang dan pembukaan aurat, semuanya akan kita hindari. Dengan
itu nanti akan lahirlah budaya setelah dipikirkan dan dilaksanakan dalam bentuk sikap dan
perbuatan hasil daripada dorongan wahyu "janganlah kamu dekati zina."

Seterusnya ada hadits yang berbunyi:

Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada rezeki itu adalah
di dalam perniagaan
Ini adalah perintah (dorongan) daripada Rasulullah SAW yang hakikatnya daripada
Allah juga, supaya umat Islam berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan perahan tenaga
akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan itu lahirlah kebudayaan Islam dalam bidang
perniagaan. Labih kuat penghayatan terhadap hadits ini, lebih banyaklah kebudayaan di
bidang perniagaan yang dapt dicetuskan. Ini berarti umat Islam akan semakin maju. Dalam
perniagaan Allah melarang riba, tipu daya, suap dan lan-lain. Ini adalah dasar-dasar
kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan.
Satu hadits lain berbunyi:

Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu dimakan
daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan mendapat pahala sedekah
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hasil daripada dorongan hadits ini akan lahirlah kebudayaan Islam di bidang
pertanian. pikiran dan tenaga lahir umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk
mengusahakan, memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan hasil pertanian. Hasilnya
terbentuklah kebudayaan Islam dibidang pertanian. jelaslah disini bahwa Islam bukanlah
ajaran yang beku. Ia menetapkan prinsip-prinsip asa dan mengatur beberapa peraturan
tertentu dan menyerahkannya sepenuhnya pada kebebasan akal dan tenaga manusia untuk
membina kemajuan di bidang pertanian.

Rasulullah SAW bersabda:

Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara kedua-duanya
adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak mengetahuinya, siapa yang
takut syubhat akan selamatlah agama dan kehormatannya dan siapa yang terjebak di dlam
syubhat dikhawatirkan terlibat dengan yang haram. (Riwarat Bukhari dan muslim)
Dalam hadits yang lain Rasulullah ada menyebut yang artinya : hati ditempa oleh
makanan minum

Umat Islam yang sensitif terhadap hadits ini akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mengahsilkan barang makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan mesti diproses
secara Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah melahirkan pabrik-pabrik yang
memproses makanan secara Islam, dimana penyediaan, pengemasan makanan dan
penyimpanan makanan yang suci dan dijamin halal dilakukan. Oleh karena itu, kebudayaan
Islam dibidang perusahaan dan perindustrian makanan akan timbul dengan sendirinya.
Kemajuan akan bangun dengan pesatnya. Jadi, kemajuan di bidang perindustiran makanan
sewajarnya telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika mereka benar-benar menghayati
perintah Allah dan Rasul-Nya.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn apa saja yang
kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berpasang (yang dengan persiapan
itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang tidak
kamu ketahui, sedangkan Allah mengetahuinya (Al Anfal: 60)
Ayat Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung daripada Allah supaya umat
Islam membangun kekuatan ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan
negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami tuntutan ayat ini, mereka akan
muncul sebagai satu kuasa yang gagah dan tidak bisa diperkotak-katikkan oleh musuh,
karena disamping mempunyai kekuatan taqwa mereka juga mempunyai kekuatan senjata.
Kita akan jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan senjata modern yang sophisticated
dan modern. Dengannya umat Islam akan dapat mempertahankan diri dan dapat menentang
setiap gangguan dan penzaliman dari pihak komunis dan kapitalis seperti yang terjadi hari ini.
Tidak timbul soal negara-negara yang terpaksa "minta sedekah" dan dapat dipermainkan oleh
negara-negara penjual senjata seperti apa yang terjadi di Timur Tengah pada saat ini. Inilah
keindahan Islam bukan saja dapat mendorong manusia berkebudayaan dalam bidang
kemasyarakatan atau perniagaan, malah Islam telah mendorong penganutnya mempunyai
kebudayaan dalam bidang ketentaraan.
Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam ini, kalau dapat kita
laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita. Jadi Islam itu
mendorong orang berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam apabila difikir dan
dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan kemajuan. Kemajuan yang kita cetuskan
hasil daripada dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan.
Seandainya satu bangsa itu berpikir dan bertindak dengan tenaga lahirnya sehingga
mencetuskan sesuatu yang tidak ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil itulah yang
dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja yang dipikirkannya adalah tulen, tidak
mengambil dari mana-mana pikiran bangsa-bangsa lain dan apa-apa yang dicetuskannya itu
tidak meniru apa yang telah dibuat oleh orang lain, yaitu segala-galanya betul dari apa-apa
yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri, ia bisa dikatakan kebudayaan bangsa itu.
Tetapi kalau satu bangsa itu memikirkan dan membuat sesuatu perkara yang sudah
sedia dibuat atau dipikirkan orang lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang berkebudayaan
bangsa lain namanya. karena ia memikirkan sesuatu yang memang telah dipikirkan oleh
bangsa lain. Ini namanya bangsa yang berkebudayaan bangsa lain bukan berkebudayaan
sendiri.
Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt, gaun
dan sebagainya. Ini adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat). apa yang
dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang diamalkan atau
dilaksanakan oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Artinya kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan Jepang.
Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang telah dilakukan oleh masyarakat
Islam sejak ratusan tahun dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan Islam tetapi
dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang pernah dibuat oleh
orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang dengan kebudayaan
Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat patung? Itu sebenarnya
adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat mesjid. Contohnya dapat
dilihat pada mesjid Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak
mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran
Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam. Begitu juga dengan
pancutan air untuk mengambil wudhuk yang keluar dari mulut singa atau rusa, itu bukan
daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih
dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau
perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu yang tidak bertentangan dengan apa juga
yang ada dalam ajaran Islam . Itulah yang benar-benar dinamakan kebudayaan (tamadun)
Islam.
Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan
manusia. Walau bagaimanapun agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan. manakala
agama-agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal, khayalan dan
angan-angan manusia itu sendiri.

C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM

Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang
sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan
teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani,
yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan
perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran dalam hidup
seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya
sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat
kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh
pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya.
Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi,
bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan
mereka - yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -mereka tidak
dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan
manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi
kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu dengan
kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman, berhubungan
dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak karena
adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya
kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya
itu.
Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan yang
disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk
itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang diwahyukan Allah
kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Empat belas abad
sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan diri bahwa dia seorang nabi
atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya. Sementara dalam abad-abad itu memang sudah
lahir tokoh-tokoh di dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai
bidang kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada
mereka. Sebelum Muhammad memang sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih
berganti. Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya masing-masing
bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka kepada agama yang benar. Namun tiada
seorang diantara mereka itu yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat
manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia
mengatakan itu, dan sejarah pun sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan
suatu cerita yang dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta
menjelaskan sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.

"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha baik yang
dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun untuk dirinya pula. 'Ya Allah,
jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah, janganlah Kaupikulkan
kepada kami beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada mereka yang sebelum kami. Ya
Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya takkan sanggup
kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah
Pelindung kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 286)

D. CIRI-CIRI KEBUDAYAAN ISLAM

Ciri-ciri kebudayaan Islam antara lain ;


1. Bernafaskan tauhid, karena tauhidlah yang menjadi prinsip pokok ajaran islam
2. Hasil buah pikiran dan pengolahannya dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan membahagiakan ummat. Sebab Nabi Muhammad diutus sebagai
rahmatan lilalamin.

Kedua ciri kebudayaan Islam di atas merupakan formulasi dari dua kata dalam al-Qur’an
yang senantiasa muncul secara berurutan, Amannu dan ‘amilushalihaat Kebudayaan Islam
mencermikan adanya perpaduan antara moral yang merupakan pokok ajaran Islam dengan
dorongan pemakaian akal. Aspek pertama ditunjukan oleh al-Qur’an melalui formulasi
perlunya mengedepankan aspek moral dalam beraktifitas, asepertinya ayat: ya
ayyuhalladziina amanuu anfiquu mimma razaqnaakum. Untuk yang terakhir dalam al-Qur’an
seperti : afalaa ya’qiluun, afalaa tatadabbaruun dan sebagainya.
Struktur semacam ini merupakan perpaduan antara dua arus besar kebudayaan yang
pernah muncul sebelum kehadiran Islam. Dua arus tersebut adala Mesir dan Yunani
merupakan pusat pengkajian logic filosofis.
BAB III
PENUTUP

A.     SIMPULAN

Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang tindih,
sehingga mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang
menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang
menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali membingungkan
ketika kita harus meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.
Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya
manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya itu(i) . Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa terdapat unsur-unsur universal
yang terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, sistem religi, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup,
serta sistem teknologi dan peralatan(ii).
Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan.
Dengan demikian, agama (menurut pendapat di atas) merupakan gagasan dan karya manusia.
Bahkan lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan bahwa unsur-unsur kebudayaan tersebut
dapat berubah dan agama merupakan unsur yang paling sukar untuk berubah.
Ketika Islam diterjemahkan sebagai agama (religi) berdasar pandangan di atas, maka
Islam merupakan hasil dari keseluruhan gagasan dan karya manusia. Islam pun dapat pula
berubah jika bersentuhan dengan peradaban lain dalam sejarah. Islam lahir dalam sebuah
kebudayaan dan berkembang (berubah) dalam sejarah. Islam merupakan produk kebudayaan.
Islam tidaklah datang dari langit, ia berproses dalam sejarah
Pandangan tersebut telah melahirkan pemahaman rancu terhadap Islam.
Pembongkaran terhadap sejarah Al-Qur’an, justifikasi terhadap ide-ide sekulerisme, dan
desakan untuk ‘berdamai’ menjadi Islam Inklusif, merupakan produk dari kerancuan
pemahaman tersebut.
Agama yang disebut dalam pandangan Kontjaraningrat di atas tentu tidak dapat
dinisbatkan kepada Islam. Pemaksaan untuk memasukan Islam dalam teori tersebut akan
menghasilkan pemahaman yang rancu. Islam seharusnya diberi kesempatan untuk
menafsirkan dirinya sendiri. Islam pun harus berikan keleluasaan untuk mendevinisikan
kebudayaan.
Buya Hamka menyatakan bahwa kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa itu sedia
telah ada dalam jiwa manusia sendiri(iii). Hal itulah yang universal dalam diri manusia,
fitrah manusia. Manusia melihat alam yang megah dan berbagai fenomena luar biasa,
kemudian mencoba untuk menjelaskannya.
Dari fitrah itulah menusia kemudian mencari tahu “siapa yang Maha Kuasa?”.
Pencarian manusia tersebut telah melahirkan banyak paham dan pandangan yang kemudian
dipercayai sebagai agama. Agama-agama semacam ini bukanlah agama yang diturunkan
Allah Swt kepada para nabinya, tetapi agama yang berasal dari akal budi dan gagasan
manusia. Agama semacam inilah yang tepat untuk dinisbatkan kepada teori Kuntjaraningrat
di atas.
Hanya Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Buya Hamka menyatakan :
Permulaan perjalanan dinamakan fitrah. Akhir dari perjalanan dinamai Islam(iv). Yang
dimaksud dengan kalimat tersebut yaitu, bahwa fitrah manusia untuk mencari Yang Maha
Kuasa, akan tetapi manusia akhirnya menyerah karena akal tidak cukup untuk memahaminya.
Islam memberikan penjelasan apa yang tidak bisa dijelaskan oleh akal. Itulah kenapa agama
ini dinamakan Islam.
…maka insaflah manusia akan kelemahan dirinya, dan insaf akan ke-Maha Besarnya yang
ada itu. Maka menyerahlah dia dengan segala rela hati. Penyerahan yang demikian dalam
bahasa Arab dinamakan Islam(v).
Lebih jauh Syed Naquib Al-Attas menyatakan:
…Maka dengan pengertian faham agama yang bernisbah kepada kebudayaan seperti yang
biasa difahamkan dalam pengalaman Kebudayaan Barat itu tiada pula dapat dikenakan
kepada agama Islam –berbeda dari yang lain yang sesungguhnya merupakan keagamaan
belaka, bukan hasil renungan atau teori, bukan hasil agung dayacipta insan sebagaimana
kebudayaan itu hasil usaha dan dayaciptanya dalam tindakan menyesuaikan dirinya
menghadapi keadaan alam sekeliling. Islam adalah agama dalam erti kata yang sebenarnya,
iaitu agama yang ditanzilkan oleh Allah Yang Mahasuci lagi Mahamurni dengan perantara
wahyu menerusi PesuruhNya yang Terpilih, dan dasar-dasar akidahnya dinyatakan dalam
Kitab Suci Al-Qur’anu’l-Karim, dan amalan-amalannya dicarakan dalam Sunnah NabiNya
yang Agung itu. Dipandang sebagai suatu peristiwa sejarah pun maka Islam itulah yang
mengakibatkan timbulnya kebudayaan Islam, dan bukan sebaliknya: bukanlah sesuatu
kebudayaan itu yang mengakibatkan timbulnya agama Islam(vi).
Sementara Prof. Dr. Amer Al-Roubai menyatakan: Di Barat, agama adalah bagian dari
kebudayaan, sedangkan di Islam, budaya didefinisikan oleh agama, islam bukanlah hasil dari
produk budaya (seperti yang dituduhkan oleh Nasr Hamd Abu Zayd). Islam justru
membangun sebuah budaya, sebuah peradaban. Peradaban yang berdasarkan Al Qur’an dan
Sunnah Nabi tersebut dinamakan peradaban Islam. Peradaban Islam memiliki pandangan
hidup (worldview) yang berbeda dengan peradaban lain. Cara pandang hidup yang berbeda
inilah yang menghasilkan konsep-konsep yang berbeda pula. Oleh karena itu, merupakan hak
Islam untuk menggunakan pandangan hidupnya (dalam bahasa Al-Attas: ar-Ruyatul al Islam
li al-wujud) untuk memahami setiap keberadaan, termasuk kebudayaan.

B.     SARAN

Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam
kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan
konsep yang berasal dari Islam pula.
Wallahu ‘alam bishawab
DAFTAR PUSTAKA

Mansoer, H. Hamdan dkk. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam Di


Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam
Departemen Agama RI.
Gazalba,Sidi. 1977. Pandangan Islam Tentang Kesenian, Jakarta: Bulan Bintang,
Ilmu Budaya Dasar,
http://komunitas-nuun.blogspot.com/2007/02/islam-dan-kebudayaan.html

Prof. Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Jurnal ISLAMIA Thn I
No 4, Januari –Maret 2005. hlm 21
Samantho, Ahmad Y. 2007. Iptek Dari Sudut Pandangan Dunia Islam. Bayt al-Hikmah
Institute.
Soleh, A Khudori. 2007. Dinamika Perkembangan Islam: Sebuah Pengantar. Malang :
Lembaga Kajian al-Qur’an dan Sains (LKQS) Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang.
Yahya, Harun. MENGAPA DARWINISME BERTENTANGAN DENGAN AL QUR’AN.
www.harunyahya.com

Anda mungkin juga menyukai