Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN

Tugas Mata Kuliah Landasan Ilmu Pendidikan


yang Dibina oleh Prof. Dr. Syahrul R., M.Pd.

KELOMPOK 2

HIDAYAT HERMAN NIM 20174013


REDHO AUWALUL AZMI NIM 20174031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PROGRAM MAGISTER FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam kami
mohonkan kepada Allah SWT agar senantiasa tercurah kepada pimpinan umat islam
sedunia yakni nabi besar Muhammad SAW, yang telah menyampaikan risalah islam
kepada umat manusia untuk keselamatan dan ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembina mata kuliah
Landasan Ilmu Pendidikan yang dibina oleh Prof. Dr. Syahrul R.,M.Pd. yang telah
memberikan bimbingan dan arahan hingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Berdasarkan hal itu, kami berupaya untuk menyelesaikan makalah demi
memenuhi tuntutan tugas serta memahami materi yang ditugaskan kepada kami.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini banyak mengalami
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman,
keterbatasan wawasan serta kemampuan kami. Oleh karena itu, kami dengan senang
hati menerima kritik dan saran dari pembaca untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas dalam penulisan makalah selanjutnya.

Padang, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Kebudayaan..........................................................................................4
B. Pewarisan dan Perkembangan Kebudayaan......................................................6
C. Persebaran dan Keanekaragaman Suku Bangsa dan Kebudayaan Indonesia....8
D. Dinamika dan Perubahan Sosial Budaya.........................................................10
E. Konsep Pendidikan...........................................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,
sementara itu pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Sekalipun
makhluk manusia akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan
pada keturunannya, demikian seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk manusia,
tidak selalu terjadi secara vertikal atau kepada anak-cucu mereka; melainkan dapat
pula secara horisontal yaitu manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia
lainnya. Berbagai pengalaman makhluk manusia dalam rangka kebudayaannya,
diteruskan dan dikomunikasikan kepada generasi berikutnya oleh indiividu lain.
Berbagai gagasannya dapat dikomunikasikannya kepada orang lain karena ia mampu
mengembangkan gagasan-gagasannya itu dalam bentuk lambang-lambang vokal
berupa bahasa, baik lisan maupun tertulis. Budaya akan terus berkembang dan
berubah sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan
tekhnologi, serta perkembangan kepandaian manusia.
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan
mempunyai pengaruh timbal balik, bila kebudayaan berubah, maka pendidikan juga
bisa berubah dan begitu juga bila pendidikan berubah, maka akan dapat mengubah
kebudayaan. Tampak disini bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan
kebudayaan sangat besar, sebab pendidikan adalh tempat manusia-manusia dibina,
ditumbuhkan, dan dikembangkan, semakin mampu ia menciptakan dan
mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan dikembangkan oleh manusia atau
berkembang selama manusia masih ada.
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya.
Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya
yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali
hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lain.
Tujuan pendidikan adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu

1
2

sendiri, dengan adanya pendidikan, kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari
generasi kegenerasi selanjutnya, dan juga kita sebagai masyarakat mencita-citakan
terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik kedepannya, maka sudah
dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi. Kebudayaan sebagai
hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya, dikenal sepanjang
sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan
berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern.
Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk
mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis
manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju,
ketika alamlah yang mengendalikan manusia dengan sifatnya yang tidak iddle
curiousity (rasa keinginantahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta
dan karsanya telah dadpat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna, maka
alamlah yang dikendalikan oleh manusia. Kebudayaan merupakan karya manusia
yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran dan
penilaian mengenai lingkungan. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna
pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagimnakanah hakikat kebudayaan?
2. Bagaimanakah pewarisan dan perkembangan kebudayaan?
3. Bagaimanakah persebaran dan keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan
Indonesia?
4. Bagaimanakah dinamika dan perubahan sosial budaya?
5. Bagaimanakah konsep pendidikan.
3

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengidentifikasi hakikat kebudayaan.
2. Untuk mengidentifikasi pewarisan dan perkembangan kebudayaan.
3. Untuk mengidentifikasi persebaran dan keanekaragaman suku bangsa dan
kebudayaan Indonesia.
4. Untuk mengidentifikasi dinamika dan perubahan sosial budaya.
5. Untuk mengidentifikasi konsep pendidikan.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Kebudayaan
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
sekumpulan anggota masyarakat (Soekanto, 2009: 150-151). Selanjutnya Soemardjan
dan Soemardi (1984: 115) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan
kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh
manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabdikan untuk keperluan masyarakat. Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa
kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai (Dewantara, 1994)
Jadi, kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara
atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak. Seorang yang meneliti kebudayaan
tertentu akan sangat tertarik objek-objek kebudayaan seperti rumah, sandang,
jembatan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.
2. Karakteristik Kebudayaan
Mulyana (2005: 122) menyebutkan ada beberapa macam ciri-ciri budaya atau
kebudayaan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Budaya bukan bawaan tapi dipelajari.
b. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke kelompok
dan dari generasi ke generasi.

4
5

c. Budaya berdasarkan simbol.


d. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terus berubah sepanjang waktu.
e. Budaya bersifat selektif, merepresentasikan pola-pola perilaku pengalaman
manusia yang jumlahnya terbatas.
f. Berbagai unsur budaya saling berkaitan.
g. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau standar
untuk menilai budaya lain).
Selain penjelasan ciri-ciri budaya atau kebudayaan di atas, kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat Indonesia mempunyai ciri atau sifat yang sama. Dimana
sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia
tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Sifat hakiki yang
berlaku umum bagi semua budaya dimanapun. Menurut Setiadi (2007: 27) sifat
hakiki dari kebudayaan tersebut antara lain:
a. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
b. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
c. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan
tindakan-tindakan yang diizinkan.
3. Aliran-Aliran Kebudayaan
Menurut Thohir (2007:25) di dalam buku Theories of culture ada tiga aliran
kebudayaan. Aliran kebudayaan tersebut adalah teori behavioral, kedua, teori
materalisme budaya, ketiga, teori ideasional. Selanjutnya, teori ideasional dapat
dirinci menjadi tiga kecenderungan, yaitu kognitif, struktural, dan simbolik. Teori
behavioral menekankan pada behavior, yakni tindakan yang memiliki polapolanya
sendiri sebagaimana ditunjukkan dalam kesatuan kehidupan sosial masyarakat yang
berbeda-beda. Pola-pola tindakan itu dapat terobservasi dalam kehidupan masyarakat
secara faktual. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah orang jawa yang berbeda-beda strata
6

sosialnya misalnya, melakukan interaksi dengan menggunakan bahasa (kromo dan


ngoko) diantara mereka, dengan mimik yang berbeda. Perbedaan bahasa dan mimik
yang berbeda- beda itu disebabkan oleh cara bagaimana mereka memposisikan diri
berdasarkan status sosial menurut ukuran senioritas atau kedudukan.
Lain halnya dengan teori materialisme budaya bergerak dari hasil atau produk
yang sudah terwujud. Kebudayaan bukan berada pada apa yang terekspresikan bukan
pula pada apa yang ada dalam tafsiran, tetapi berada dalam apa yang sudah
diwujudkan. Dalam teori ini pemahaman kebudayaan bertolak dari materi yang sudah
terwujud dan terbakukan, baik fisik dan non fisik. Adapun kebudayaan yang bersifat
fisik contohnya adalah candi Borobudur, sedangkan kebudayaan yang bersifat non
fisik seperti cerita-cerita rakyat yang dibentuk menjadi buku, disk, vcd, dan
sebagainya.
Teori ideasional bergerak pada ide, gagasan, pengetahuan, dan keyakinan
yang menjadi tulang punggung dari apa yang disebut dengan kebudayaan. Dalam
teori ideasional ini, kebudayaan bukanlah bentuk tindakan yang berpola, bukan pula
materi yang terwujudkan, melainkan kebudayaan adalah pola-pola untuk bertindak
dan menghasilkan wujud tindakan yang bersifat publik. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa teori ideasional adalah berupa pengetahuan dan simbol-simbol yang
telah dikenali bersama oleh pendukung kebudayaan yang bersangkutan. Selain itu,
Manan (1989:14) menyatakan bahwa terdapat tiga pandangan tentang kebudayaan.
Pandangan-pandangan tersebut adalah pandangan superorganik, pandangan
konseptualis, serta pandangan realis. Ketiga pandangan ini sangat berhubungan
dengan pendidikan. Oleh sebab itu, mari kita lihat konsep pendidikan serta
hubungannya dengan kebudayaan.
B. Pewarisan dan Perkembangan Kebudayaan
1. Pewarisan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah suatu proses, perbuatan, atau cara mewarisi
kebudayaan masyarakatnya (Simanjuntak, 1997:55). Sebuah kebudayaan yang
dimiliki oleh suatu masyarakat diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi
7

berikutnya, untuk selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan datang. Pewarisan


kebudayaan makhluk manusia, tidak hanya terjadi secara vertikal kepada anak cucu
mereka melainkan dapat pula dilakukan secara horizontal atau manusia yang satu
dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya (Poerwanto, 2008: 88).
Kebudayaan merupakan pola tingkah laku yang dipelajari dan disampaikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ada tiga proses belajar kebudayaan yang
penting, yaitu dalam kaitannya dengan manusia sebagai makhluk hidup, dan sebagai
bagian dalam suatu sistem sosial. Pertama, proses internalisasi, yaitu proses belajar
kebudayaan yang berlangsung sejak dilahirkan sampai mati, yaitu dalam kaitannya
dengan pengembangan perasaan, hasrat, emosi, dalam rangka pembentukan
kepribadiannya. Kedua, proses sosialisasi. Karena makhluk manusia adalah bagian
dari suatu sistem sosial, maka setiap individu harus selalu belajar mengenai pola-pola
tindakan, agar ia dapat mengembangkan hubungannya dengan individu-individu lain
di sekitarnya. Ketiga, proses enkulturasi, yaitu proses belajar kebudayaan lainnya.
Dalam proses ini, seseorang harus mempelajari dan menyesuaikan sikap dan alam
berpikirnya dengan sistem norma yang hidup dalam kebudayaannya (Poerwanto,
2008: 88-89).
2. Perkembangan Kebudayaan
Sehubungan dengan perkembangan kebudayaan, kebudayaan yang ada
sekarang seringkali merupakan gabungan dari serpihan-serpihan dari kebudayaan
lainnya. Bisa kita lihat dari realita yang ada, contohnya kebudayaan asing, bahwa
berbagai unsur kebudayaan asing yang datang sering merupakan serpihan-serpihan
dan bukan merupakan budaya induk serta terputus dari budaya induknya. Hal ini
disebabkan karena masyarakat budaya tersebut bisa saja adalah warga terjajah atau
dikuasai oleh bangsa asing.
Menurut Soemardjan (1984: 5), kebudayaan suatu masyarakat pada pokoknya
berfungsi menghubungkan manusia dengan alam sekitarnya dan dengan masyarakat
tempat manusia tersebut menjadi warga. Dengan adanya teknologi manusia dapat
menyesuaikan diri dengan alam atau manusia lain. Ada individu-individu yang selalu
8

terbuka dengan hal-hal baru untuk dapat memperbaiki taraf hidupnya. Sikap yang
demikian menimbulkan adanya perubahan yang dapat mempengaruhi perubahan pada
kebudayaan masyarakatnya. Perkembangan suatu kebudayaan dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik itu faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri
maupun faktor yang berasal dari luar masyarakat. Faktor dari dalam meliputi
bertambah atau berkurangnya penduduk, penemuan baru, dan pertentangan dalam
masyarakat. Faktor dari luar meliputi sebab-sebab lingkungan alam di sekitar
manusia, pengaruh kebudayaan masyarakat lain, dan kemajuan teknologi
(Simanjuntak, 1997: 87-91).
Simanjuntak (1997: 85) mengungkapkan bahwa perkembangan suatu
kebudayaan menurut sifatnya dapat dibagi menjadi progress dan regress.
“perkembangan dalam arti progress adalah perkembangan yang membawa
keuntungan terhadap kehidupan masyarakat”. Perkembangan yang terjadi membawa
kelompok masyarakat tersebut ke arah kemajuan. “Perkembangan dalam arti regress
adalah perkembangan yang membawa suatu kemunduran bagi masyarakat dalam
bidang-bidang kehidupan tertentu”.
C. Persebaran dan Keanekaragaman Suku Bangsa dan Kebudayaan Indonesia
Seringkali kita temukan persamaan kebudayaan antara suatu daerah dengan
daerah lain, misalnya saja alat musik talempong di minangkabau mirip dengan alat
musik gamelan di jawa. Menurut Poerwanto (2008:97) persebaran kebudayaan dapat
terjadi karena kontak-kontak yang dilakukan, baik melalui media komunikasi seperti
buku-buku, surat kabar, majalah dan beragai media audiovisual. Jadi persebaran
unsur-unsur kebudayaan tidak harus disertai perpindahan dari kelompok-kelompok
manusia pula.
Khasanah kekayaan budaya suku-suku bangsa di Indonesia, sebagian masih dalam
bentuk tidak tertulis, dan sebagian lainnya telah terhimpun dalam data verbal. Berbagai adat-
istiadat dan cerita rakyat atau foklore serta deskripsi tentang wujud dan unsur-unsur
kebudayaan. Masih banyaknya khasanah kebudayaan yang belum diketahui secara luas dan
belum ditulis, tidak lepas dari masih kuatnya tradisi lisan. Berbagai kumpulan data verbal
9

tertulis terdapat dalam dokumen-dokumen seperti laporan, karya tulis, monumen, artefak,
foto, tape, compat-disk. Berbagai suku bangsa di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan
mata pencarian dan menurut kompleksitas mereka (Poerwanto, 2008: 122). Berdasarkan mata
pencaharian terdapat enam klasifikasi, (1) mayarakat pemburu dan peramu (hunting and food
gathering societies); (2) masyakat peterrnak (pastoral sosiceties); (3) masyarakat peladang
(shifting ultivators soieties); (4) masyarakat nelayan (fishing communities); (5) masyarakat
petani pedesaan (peasant communities); (6) masyarakat perkotaan yang kompleks (uran
comple soieties). Selanjutnya, berdasarkan kompleksitas mereka, terbagi ke dalam tiga
tipologi, yaitu (1) masyarakat rumpun (trial communities); (2) komunitas keil (littlec
ommunities); (3) komunitas kompleks (comple communities)
Koentjaraningrat (dalam Poerwanto 2008: 124) menilai bahwa sampai saat ini
masih sukar menentukan secara pasti jumlah suku bangsa di Indonesia. Hal ini antara
lain disebabkan oleh ruang lingkup istilah konsep suku bangsa dapat mengembang
atau menyempit, tergantung subyektivitas. Sebagai contoh, paling sedikit di Pulau
Flores terdapat empat suku bangsa yang berbeda bahasa dan adat-istiadat. Empat
suku bangsa tersebut adalah Manggarai, Ngada, Ende -Lio, dan Sikka. Namun jika
mereka berada di luar Flores mereka biasanya dipandang oleh suku bangsa lain atau
diri mereka sendiri sebagai satu suku bangsa, yaitu Flores. Selanjutnya,
keanekaragaman kebudayaan indonesia diperkaya dengan kehadiran pendukung
kebudayaan dari bangsa-bangsa lain. Hal ini disebabkan karena penjajahan, hubungan
perdagangan, penyebaran agama, eksploitasi kekayaan alam, dan untuk beragai
tujuan lainnya. Percampuran kebudayaan inilah yang menimbulkan suatu kebudayaan
baru.
Kehadiran kebudayaan nasional Indonesia, baik sebagai suatu sistem gagasan,
maupun yang telah terwujudkan diharapkan mampu mempersatukan keanekaragaman
suku bangsa dan kebudayaan di suatu negara. Upaya untuk memahami
keanekaragaman sukubangsa dan kebudayaan di Indonesia adalah berpotensi
mengungkapkan berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi di kalangan etnis yang
saling berbeda kebudayaan. Dengan mempelajari pola-pola interaksi sosial yang
10

terjadi akan memberikan pengetahuan mengenai proses-proses sosial sehingga akan


diketahui segi dinamis dari masyarakat dan kebudayaan tertentu.
D. Dinamika dan Perubahan Sosial
Suatu kebudayaan bersifat statis dan juga dinamis. Bersifat statis maksudnya
kebudayaan bertahan untuk pada suatu masa dan berubah pada masa berikutnya.
Perubahan suatu lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan,
dapat pula terjadi karena mekanisme lain seperti munculnya penemuan baru atau
invention, difusi dan akulturasi (Poerwanto 2008: 139). Kebudayaan mengenal ruang
dan tempat tumbuh dan berkembang serta mengalami perubahan, penambahan dan
pengurangan. Di luar masanya suatu kebudayaan dipandang akan ketinggalan zaman
karena berada di luar dan karena di luar tempatnya maka dipandang asing atau
janggal.
Berbagai perubahan sosial dan kebudayaan akan berakibat menguntungkan
atau merugikan. Suatu perubahan yang terjadi mengharuskan perlunya memodifikasi
pola tingkah laku. Dalam menghadapi lingkungan fisik Sahlin (dalam Poerwanto
2008:140) mengatakan bahwa manusia cenderung mendekatinya melalui budaya
yang dimilikinya yaitu sistem simbol makna dan sistem nilai. Karenanya suatu
deskripsi tentang konsepsi kebudayaan sebagai hasil adaptasi sebagai akibat ekologis
dan demografis. Menurut Dickson (dalam Suyanto dan Karnaji, 2004) perubahan juga
terlihat pada gaya hidup yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial
lain, bahkan ada kecenderungan masing-masing kelas mencoba mengembangkan
gaya hidup yang eksklusif untuk membedakan dirinya dengan kelas yang lain.
Berbeda dengan kelas sosial rendah yang umumnya bersikap konservatif di bidang
agama, moralitas, selera pakaian, selera makanan cara mendidik anak, cara baru
perawatan kesehatan, dan hal-hal lainnya, gaya hidup dan penampilan kelas sosial
menengah umumnya lebih atraktif. Mulai dari tutur kata, cara berpakaian, pilihan
hiburan, pemanfaatan waktu luang, dan sebagainya.
Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk
meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih
11

menggunakan unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial
dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik
pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, Negara, dan dunia yang mengalami
perubahan. Menurut Himes dan Moore (Soelaiman, 1998: 110), perubahan sosial
mempunyai tiga dimensi, yaitu:
1. Dimensi struktural, mengacu pada perubahan dalam struktur masyarakat,
menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, perubahan
dalam bentuk kelas sosial, dan perubahan dalam bentuk lembaga sosial.
2. Dimensi cultural mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat,
perubahan ini meliputi: pertama. Inovasi kebudayaan. Inovasi kebudayaan
merupakan komponen internal yang memunculkan perubahan sosial dalam
suatu masyarakat. Inovasi kebudayaan yang paling mudah ditemukan adalah
munculnya teknologi baru. kedua, Difusi. Difusi merupakan komponen
eksternal yang mampu menggerakkan terjadinya perubahan sosial. Ketiga,
Integrasi. Integrasi merupakan wujud perubahan budaya yang lebih halus.
3. Dimensi interaksional mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial
dalam masyarakat. Dimensi ini meliputi, perubahan dalam frekuensi,
perubahan dalam jarak, perubahan perantara, perubahan dalam aturan pola,
perubahan dalam bentuk interaksi.
Lebih lanjut dikemukakan oleh Lewis (dalam Poerwanto 2008: 145)
terjadinya suatu konflik sosial bisa mengakibatkan terjadinya perubahan sosial. Hal
ini sebagai akibat dari upaya seseorang atau sekelompok orang menginginkan sesuatu
untuk tujuan kepuasan tertentu. Oleh sebab itu keinginan inilah yang membentuk hal-
hal baru yang belum ada sebelumnya yang pada gilirannya membentuk sistem sosial
yang baru. Namun pendapat lain mengatakan Fairhild (dalam Poerwanto 2008: 157)
bahwa ada kalanya suatu perubahan sosial yang terjadi adalah sebagai akibat dari
sesuatu yang direncanakan. Demikian pula dapat terjadi sebagai akibat dari sesuatu
yang tidak direncanakan.
12

E. Konsep pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani,paedagogy, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang
pelayan. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti
mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Kemudian dalam bahasa Inggris
pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih
intelektual (Mujahir, 2000: 20). Menurut Melmambessy (2012) pendidikan adalah
proses pengalihan pengetahuan secara sistematis dari seseorang kepada orang lain
sesuai standar yang telah ditetapkan oleh para ahli. Dengan adanya transfer
pengetahuan tersebut diharapkan dapat merubah sikap tingkah laku, kedewasaan
berpikir dan kedewasaan kepribadian ke dalam pendidikan formal dan pendidikan
informal.
Menurut Triwiyanto (2014: 23-24) pendidikan merupakan usaha menarik
sesuatu di dalam manusia sebagai upaya memberikan pengalamanpengalaman belajar
terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan
luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi
kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan
hidup secara tepat. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya
pendidikan merupakan proses pengalihan pengetahuan secara sadar dan terencana
untuk mengubah tingkah laku manusia dan mendewasakan manusia melalui proses
pengajaran dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal.
2. Fungsi Pendidikan
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional di kemukakan bahwa fungsi pendidikan yaitu pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
13

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selain itu pendidikan mempunyai fungsi :
a. Menyiapkan sebagai manusia
b. Menyiapkan tenaga kerja, dan
c. Menyiapkan warga negara yang baik
Dituliskan dalam fungsi pendidikan adalah menyiapkan tenaga kerja. Hal ini
dapat dimengerti, bahwasanya melalui pendidikan dapat mengembangkan
kemampuan karyawan, sehingga dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan serta
mengemban wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Untuk mencapai fungsi
tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan
formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal).
3. Tujuan Pendidikan di Indonesia
a. Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
b. Tujuan Instruksional
Tujuan intruksional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola
kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang berbeda-
beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang dipikul oleh setiap lembaga dalam rangka
menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan tertentu.
Sebagai subsistem pendidikan nasional, tujuan institusional untuk setiap
lembaga pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Hal ini
disebabkan setiap lembaga pendidikan ingin menghasilkan lulusan yang akan
menjunjung tinggi martabat bangsa dan negaranya, yang bertekad untuk
mempertahankan falsafah pancasila sebagai dasar negara, disamping kemampuan dan
keterampilan tertentu sesuai dengan kekhususan setiap lembaga. Dengan demikian,
14

perumusan tujuan instruksional dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu tujuan pendidikan
nasional, kekhususan setiap lembaga, tingkat usia peserta didik.
4. Implementasi Kebudayaan dalam Pendidikan
Seni budaya termasuk salah satu pelajaran wajib dalam kurikulum formal,
yang diterapkan di sekolah-sekolah, seperti SD, SMP, dan SMA. Sayang, pendidikan
kesenian ini seolah kehilangan dukungan, arah dan orientasi utamanya. Orientasi
utama pendidikan seni budaya di sekolah-sekolah terkesan hanya menanamkan nilai-
nilai yang dapat mendukung kelestarian suatu tradisi. “Penerapan seni budaya di
sekolah sampai sekarang masih sebatas teori saja,” kata guru seni budaya di sekolah-
sekolah. Menurutnya, pembinaan pelajaran seni dan budaya di sekolah belum
tersentuh karena tidak ada perhatian maksimal. Pelajaran itu seolah dianaktirikan,
karena sekolah lebih menonjolkan sisi akademis dibanding pelajaran Seni Budaya.
Slamet Waluyo mengatakan kalangan pendidik terutama SD kurang serius
dalam menerapkan secara praktik. Kondisi ini menyebabkan siswa kurang memahami
tentang seni dan budaya. “Tenaga pengajar di sekolah pun minim dalam memahami
seni dan budaya,” ujarnya. Slamet mencontohkan, peran sekolah dalam
mempersiapkan atau mempraktikan kesenian dan budaya manakala ada pentas,
seperti pop dan seni misalnya.Selepas itu, kata dia, gelaran kesenian dan budaya
jarang dilaksanakan di sekolah. “Implementasi pelajaran seni budaya belum merata.
Mereka yang menerapkan hanya anak-anak yang mempunyai bakat saja, sedangkan
anak lain hanya sebagai penonton,” takas dia.
Slamet menilai, pembinaan secara rutin pelajaran kesenian dan budaya jika
diterapkan dengan baik, maka bisa membentuk sikap dan kepribadian anak. Budi
pekerti anak bisa menjadi santun karena manfaat seni dan budaya itu akan bercermin
kepada daerah sendiri.
Karena itu, agar penerapan pelajaran ini dapat diterapkan dengan baik,
dibutuhkan pengawas seni dan budaya disetiap sekolah, serta tenaga-tenaga pengajar
khusus dibidang seni dan budaya. Sementara itu, sejumlah pengelola sekolah
mengakui pemberian praktik pelajaran seni dan budaya kurang berjalan optimal. Ini
15

karena kemampuan guru berbeda-beda sehingga penerapan palajaran itu disesuaikan


dengan kebutuhan kurikulumnya saja. Pada kurikulum 2013 ini, mata pelajaran seni
budaya merupakan mata pelajaran wajib pada tingkat SD, SMP, dan SMA. Jam per
minggu saat ini sudah menjadi 3 jam tatap muka, yang dahulu 2 jam sekarang sudah 3
jam. Tiga jam tatap muka itu termasuk muatan lokal yang ada di daerah itu sendiri.
Jadi, secara tidak langsung mata pelajaran seni budaya yang ada pada
kurikulum 2013 ini juga dapat kita kolaborasikan dengan budaya-budaya daerah
setempat untuk diajarkan kepada peserta didik. Dengan adanya acuan dari muatan
kurikulum itu sendiri, kita dapat mengolah mata pelajaran seni budaya untuk dapat
mengajarkan budaya setempat dengan muatan local yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah setempat. Contohnya di Sumatera Barat untuk seni budayanya bisa
kita masukan randai dalam materi ajarnya. Sehingga peserta didik kita dapat
mengetahui apa itu randai, dan bagaimana penggunaan randai itu yang baik.
Masih banyak kesenian tradisional yang dapat kita masukan ke dalam
kurikulum di sekolah, asalkan pemangku kepentingan yang berhubungan dengan
kurikulum itu mau untuk memadukan kesenian tradisonal dalam mata pelajaran seni
budaya. Kalau seni budaya di sekolah hanya diajarkan teorinya saja, maka kita tidak
akan dapat mewarisi kebudayaan dalam pendidikan ini.
16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
1. Hakikat Kebudayaan
a) Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara
atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak. Seorang yang meneliti kebudayaan
tertentu akan sangat tertarik objek-objek kebudayaan seperti rumah, sandang,
jembatan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.
b) Karakteristik Kebudayaan
Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia mempunyai ciri atau
sifat yang sama. Dimana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri yang sama bagi
semua kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau
pendidikan.
c) Aliran-Aliran Kebudayaan
Di dalam buku Theories of culture ada tiga aliran kebudayaan. Aliran
kebudayaan tersebut adalah teori behavioral, kedua, teori materalisme budaya, ketiga,
teori ideasional. Selanjutnya, teori ideasional dapat dirinci menjadi tiga
kecenderungan, yaitu kognitif, struktural, dan simbolik.
2. Pewarisan dan Perkembangan Kebudayaan
a) Pewarisan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah suatu proses, perbuatan, atau cara mewarisi
kebudayaan masyarakatnya.

16
17

b) Perkembangan Kebudayaan
Sehubungan dengan perkembangan kebudayaan, kebudayaan yang ada
sekarang seringkali merupakan gabungan dari serpihan-serpihan dari kebudayaan
lainnya. Bisa kita lihat dari realita yang ada, contohnya kebudayaan asing, bahwa
berbagai unsur kebudayaan asing yang datang sering merupakan serpihan-serpihan
dan bukan merupakan budaya induk serta terputus dari budaya induknya.
3. Persebaran dan Keanekaragaman Suku Bangsa dan Kebudayaan Indonesia
Persebaran kebudayaan dapat terjadi karena kontak-kontak yang dilakukan,
baik melalui media komunikasi seperti buku-buku, surat kabar, majalah dan beragai
media audiovisual. Jadi persebaran unsur-unsur kebudayaan tidak harus disertai
perpindahan dari kelompok-kelompok manusia pula.
4. Dinamika dan Perubahan Sosial
Suatu kebudayaan bersifat statis dan juga dinamis. Bersifat statis maksudnya
kebudayaan bertahan untuk pada suatu masa dan berubah pada masa berikutnya.
Perubahan suatu lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan kebudayaan,
dapat pula terjadi karena mekanisme lain seperti munculnya penemuan baru atau
invention, difusi dan akulturasi
5. Konsep Pendidikan
a) Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pengalihan pengetahuan secara sadar dan
terencana untuk mengubah tingkah laku manusia dan mendewasakan manusia melalui
proses pengajaran dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal.
b) Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
18

c) Tujuan Pendidikan di Indonesia


Ada 2 tujuan Pendidikan di Indonesia yaitu tujuan Pendidikan Nasional dan
tujuan Instruksional.
6. Implementasi Kebudayaan dalam Pendidikan
Seni budaya termasuk salah satu pelajaran wajib dalam kurikulum formal,
yang diterapkan di sekolah-sekolah, seperti SD, SMP, dan SMA. Sayang, pendidikan
kesenian ini seolah kehilangan dukungan, arah dan orientasi utamanya. Orientasi
utama pendidikan seni budaya di sekolah-sekolah terkesan hanya menanamkan nilai-
nilai yang dapat mendukung kelestarian suatu tradisi.
B. Saran
Makalah ini tentang Kebudayaan dan Pendidikan materi mengenai
Kebudayaan dan Pendidikan sangat bermanfaat sekali bagi kita semuanya. Hal ini
dikarenakan dengan memahami materi ini kita hendaknya dapat memaham i Hakikat
kebudayaan, Pewarisan dan Perkembangan Kebudayaan, Persebaran dan
Keanekaragaman Suku Bangsa dan Kebudayaan Indonesia, Dinamika dan Perubahan
Sosial, Konsep Pendidikan dan Implementasi Kebudayaan dalam Pendidikan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun untuk dijadikan suatu
pertimbangan dalam setiap langkah, sehingga kita termotovasi kearah yang lebih baik
tentunya dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
19

Dewantara, Ki Hajar. 1994. Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur


Persatuan Tamansiswa.

Manan, Imran. 1989. Anthropologi Pendidikan: Suatu Pengantar. Jakarta: P2LPTK.

Moses, Melmambessy. 2012. Analisis Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, dan


Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Papua. Media Riset Bisnis & Manajemen.
12.1. 18-36.

Poerwanto, Hari. 2008. Kebudayaan dan Lingkungan. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Simajuntak, Posman. 1997. Berkenalan dengan Antropologi untuk SMU Kelas 3.


Jakarta: Erlangga.

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soelaiman, Munandar. 1998. Dinamika Masyarakat Transisi. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soelaeman. 1984. Setangkai Bunga Sosiologi.


Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Soemardjan, Selo. 1984. Kesenian dalam Perubahan Kebudayaan: Budaya Sastra.


Jakarta: CV. Rajawali.

Suyanto, Bagong dan Karnaji. 2004. Stratifikasi Sosial : Determinan & Konsekuensi.
dalam “Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta: Prenada Media.

Thohir, Mudjahirin. 2007. Memahami Kebudayaan: Teori, Metodologi, dan Aplikasi.


Semarang: Fasindo Press.

Triyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai