MAKALAH
DOSEN PENGAMPU:
NOVI CYNTHIA YUSNITA, M.pd
DISUSUN OLEH:
1. AGUSRIA GEA
2. GUSTI HARTATI ZEGA
3. MEIMAN SARTIKA ZEGA
FALKUTAS
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DINI
UNIVERSITAS BATTUTA
TAHUN AJARAN 2022/223
i
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat dan keselamatan serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang isinya berjudul Landasan kultural
Berkat rahmat dan hikmat tuhan, akhirnya kami dapat membuat makalah ini tepat
waktu. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dengan baik sebagai
pengetahuan kita mengenai Landasan kultural yang dialami setiap manusia. Kami juga
menyandari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.
Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya. Sekiranya laporan atau makalah yang telah kami susun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kesilafan Dalam makalah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………..iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Rumusan masalah
1.2.2. Tujuan
iii
iv
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Satu-satunya karya besar bangsa ndonesia yang sejajar dengan karya besar
bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan negara
yangmendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila-sila
pancasila. oleh karena itu para generasi penerus bangsa terutama dalam kalangan
intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami secara dinamis dalam arti
mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman. Kebudayaan dan pendidikan
memiliki hubungan timbal balik, sebab budaya dapat dilestarikan dikembangkan dengan
jalur melestarikan kebudayaan dari
generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun
informal.pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut
5
sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan
manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebutadalah
landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting
dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan
mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang timbul
adalah:
1.3Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait
dengan pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusiaberupa norma
norma, nilai-nilai,kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua
anggota masyarakat tertentu. Dalam UU RI No. 2Tahun 1989 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa yang
dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dapat dibentuk
dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal,
atau kelakuan dan teknologi, dapat diwujudkan melalui proses pendidikan. Sebagai contoh dalam
penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat dikatakan mengajarkan kepada anak-anak untuk
mengatakan sesuatu, kapan hal itu dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan kepada siapa
mengatakannya. Dengan kata lain, fungsi pokok setiap sistem pendidikan adalah untuk mengajarkan
anak-anak pola-pola tingkah laku yang sesuai esensial tersebut. Cara-cara untuk mewarisakan
kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda dari masyarakat ke
masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat diidentifikasikan,yaituinformal,nonformal,
dan formal.
7
Cara informal terjadi didalam keluarga dan nonforma dalam masyarakat yang
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk
laku anak didik. Anggota masyarakat harus melakukan perubahan-perubahan yang disesuaikandengan
kondisi baru sehingga terbentuklah pola tingkah laku, norma-norma, dan nilai-nilai baru yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, norma-norma, da
nilai-nilai baru ini disebut tranformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat
transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
Pada masyarakat primitive, transmisi kebudayaan dilakukan secara informal dan nonformal,sedangkan
pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara informal, nonformal dan
formal. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi kebudayaan kepada generasi penerus,
tetapi pendidikan juga berfungsi untuk mentransformasikan kebudayaan agar sesuai dengan
perkembangan dan tujuan zaman. Setiap individu yang lahir selalu memasuki lingkungan kebudayaan
dan lingkungan alamiah itu, dan menghadapi dua sistem sekaligus yaitu sistem kebudayaan dansystem
lingkungan alam. Individu dalam masyarakatmodern sangat dipengaruhi oleh besar dan kompleksnya
kehidupan masyarakat modern dan kecanggihan kebudayaannya. Salah satu upaya penyesuaian
pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang sosial budaya di Indonesia
8
Keragaman sosial budaya tersebut terwujuddalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan tata krama
pergaulan, kesenian, bahasa dan sastra daerah.
Maupun kemahiran dan keterampilan yang tumbuh dan teerpelihara di suatu daerah tertentu.
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik dari setiap daerah itu melalui upaya pendidikan
sebagai wujud dari kebhinnekaan masyarakat dan bangsa Indonesia.Sebagai salah satu faktor yang
ikut menentukan.
kelangsungan hidup suatu masyarakat adalah kesanggupan dan kemampuan anggotanya untuk
mendukung nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Pendidikan sebagai
sub-sistem masyarakat mempunyai peranan mewariskan, memelihara dan sekaligus sebagai agen
pembaharuan kebudayaan. Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatanya
dapat berwujud sebagai upaya yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki manusia. Pada dasarnya
pendidikan merupakan unsur dan peristiwa budaya. Pendidikan melibatkan sekaligus kiat dan disiplin
pengetahuan mempengaruhi manusia belajar. Pendidikan merupakan proses budaya, yakni generasi
manusia berturut-turut mengambil peran sehingga menghasilkan peradaban masa lampau
dan mengambil peranan di masa kini dan mampu menciptakan peradaban di masa depan.
Dengan kata lain pendidikan memiliki tiga peran, sebagai pewarisan, sebagai pemegang peran dan
sebagai pemberikortribusi.
pemeliharaan masa lampau, penguatan individu dan masyarakat yang sekarang serta
sebagaipenyiapan
manusia berperan di masa datang. Pendidikan sebagai proses upaya pemeliharaan dan peran dalam
9
membangun peradaban pendidikan tidak terbatas pada benda-benda yang tampak seperti bangunan
fisik, melainkan meliputi: gagasan, perasaan dan kebiasaan, peran dan alam kehidupan sekarang juga
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masa yang akan datang, karena pemeliharaan peradaban
manusia merupakan tugas tanpa akhir.
dimunculkan oleh kelompok-kelompak minoritas dan budaya- yang lain. Sudut tujuan antropologi
sosial, menjelaskan pendidikan dapat merupakan bentuk bimbingan formal terhadap perilaku anggota
masyarakat yang relatif baru ke dalam tradisi nenek moyang mereka melalui berbagai moeindoktrinasi
beda. Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk budaya dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan
setempat. Salah satu cara untuk memelihara kebudayaan adalah melalui pengajaran. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampaian, pelestarian dan sekaligus
pengembangan kebudayaan.
10
a) Kebudayaan dan sekolah
Sejalan dengan penelitian Otto Klinerberg (1954) bahwa kegagalan kelompok minoritas umumnya
bukan disebabkan semata-mata olehras, atau suku namun disebabkanoleh tradisi budaya mereka.
Pertentangan yang disebabkan adanya berbagai kelompok budaya dari ras dapat berupa prasangka
negatif di antara sesama kelompok dan hal ini berpengaruh terhadap pendidikan.
c) Stereotipe
Keefektifan dalam pengajaran timbul dan siswa akan lebih terbimbing, serta kesegaran dan rasa
takut berkurang, jika guru menunjukkan stereotipe yang menyenangkan.Faktor budaya dalam proses
pengajaran (culture factors inteaching). Mengajar merupakan upaya mengkomunikasikan secara
jelas tentang nilai-nilai pengajaran. Dalam hal ini banyak hal yang mempengaruhi, seperti: nilai-nilai
budaya orang tua, penggunaan bahasa, keadaan sosial yang dibawa anak dari lingkungan (tradisi)
dan pengaruh kelompok dominan. Keadaan ini mensyaratkan pemahaman dan penyesuaianguru agar
peran serta orang tua dalam kegiatan sekolah dapat tercipta.
Perlu dikembangkan kondisi sekolah yang didalamnya terdapat pertentangan antara kelompok
mayoritas dan minoritas yang sering menghadapi konflik budaya antara guru, siswa dan orang tua.
Kenyataan ini menuntut adanya kepelatihan budaya bagi pendidik agar ia mampu menghubungkan
nilai-nilai budaya dengan pengajaran dan proses,pengajaran.
11
Masalah kewibawaan merupakan ubahan (variabel) yang tidak dapat diabaikan Penguasaan
terbadap kewibawaan guru lebih membantu siswa dalam penguasaan bahan-bahan pengajaran.
e) Sub-kebudayaan (sub-culture)
Perbedaan warna kulit dan kemiskinan menjadi penghambat dalam pelaksanaan pendidikan.
Karena kelompok-kelompok tersebut saling menolak terhadap pelayanan sekolah. Hambatan ini
dapat diatasi melalui pendidikan orang tua, memadukan sub-culture di sekolah, mengadakan
penyesuaian tingkah laku di sekolah dan kurikulum sekolah wajib memperhatikan latar belakang
budaya siswa. Dinamika kelompok sosialisasiSekolah mampu menghilangkan adanya kelompok-
kelompok minoritas dan membawanya ke arah perubahan melalui proses sosialisasi.
semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas bhinneka tunggal
ika.
12
C. Pentingnya Landasan Pendidikan dalam Proses Pendidikan
Jika kita berbicara tentang esensi landasan pendidikan dalam proses pendidikan, maka hal itu akan
dikaitkan juga dengan study pendidikan dan praktek pendidikan yang merupakan dua hal yang saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan. Praktek tanpa study tidak mungkin
berlangsung, demikian pula study tanpa praktekIbarat hampa tak ada gunanya. Study pendidikan
merupakan seperangkat kegiatan yang bertujuan untuk memahami Suatu prinsip, konsep, atau teori
membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang di harapkan. Berdasarkan hal
tersebut,maka konsep, prinsip atau teori pendidikan yang dibutuhkan dalam praktek pendidikan
merupakan landasan bagi berlangsungnya proses pendidikan, dengan demikian landasan yang kokoh
kegiatan pedidikan. Landasan pendidikan merupakan norma dasar pendidikan yang bersifat imperatif;
artinya mengikat dan mengharuskan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan untuk
13
b) Landasan Konstitusional: UUD 19
c) Landasan Operasional: GBHN dan UUSPN (yang sekarang UU No. 20 Tahun
2003)
Makna fungsi berkaitan dengan manfaat. Adapun manfaat calon pendidik mempelajari
landasan pendidikan diantaranya :
a) Mengetahui berbagai konsep, prinsip dan teori pendidikan dalam melaksanakan praktek
pendidikan.
b) Mempunyai sikap kritis terhadap pandangan-pandangan teori pendidikan.
c) Memberikan kontribusi pada pola pikir dan pola kerja calon pendidikan.
d) Lebih meyakini tentang konsep, prinsip dan teori pendidikan dalam pelaksanaan pendidikan.
e) Memiliki kesiapan studi pendidikan lebih lanjut.
Kurikulum: harus disusun berdasarkan kondisi sosial kulturil dari masyarakat. Kurikulum disusun
bukan saja harus berdasarkan pada nila-nilai , adat istiadat, cita-cita dari masyarakat,
akan tetapi kurikulum harus berlandaskan pada semua dimensi kebudayaan kehidupan
keluarga., ekonomi, politik pendidikan dsb.
Memperhatikan: unsur fleksibel dan bersifat dinamis sehingga kurikulum tersebut senantiasa
mengandungrelevansi yang tepat dengan masyarakat Konsekwensi logis adalah bahwa
kurikulum pada waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi sesuai dengan
perkembangan dan perubahan. Dan revisi sesuai dengan perkembangan dan perubahan
social kulturil yang ada pada masa itu
14
Program kurikulum:
harus disusun dan mengandung materi sosial budaya dalam masyarakat. bukan saja
dengan maksud untuk membudayakan anak didik akan tetapi sejalan dengan usaha
mengawetkan kebudayaan itu sendiri. Kemajuan dalam bidang teknologi akan
memberikan bahan yang memadai dalam rangka penyampaian tehnologi baru kepada
para siswa yang sekaligus mempersiapkan para siswa agar mampu hidup dalam tehnologi
itu. Dengan demikian sekolah betul-betul dapat mengemban peranan dan fungsinnya
sebagai lembaga modernisasi
Kurikulum di sekolah-sekolah :
harus disusun berdasarkan pada kebudayaan nasional yang berlandaskan pada falsafah
Pancasila,dimana perkembangaan kebudayaan daerah telah tercakup didalamnya. Integritas
kebudayaan nasional akan tercermin dalam isi dan organisasi kurikulum, karena system pendidikan
kita bermaksud membudayakan anak didik ita berdasarkn kebudayaan masyarakat dan bangsa kita
sendiri. Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
sedangkan kebudayaanadalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai,
kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yangdipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat
tertentu. Usaha-usaha menuju pola tingkah laku,norma-norma dan nilai-nilai baru yang disebut
transformasi kebudayaan
16
17