PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Konsep masyarakat Indonesia tumbuh dari suatu proses perjalanan masa
yang panjag oleh bentukan sejarah, keanekargaman dan keseragaman tradisi, serta
modernisasi untuk sampai pada keadaan seperti sekarang ini. Tentang hal itu, kajian
tentang masyarakat Indonesia sudah banyak ilmuwan, termasuk ilmuwan sosial.
Pada masa kolonial ialah memperoleh pengetahuan tentang masyarakat dan
kebudayaan penduduk pribumi untuk berbagai kepentingan pemerintah jajahan,
sedangkan dalam masa mengisi kemerdekaan ini bertujuan untuk meningkatkan
persatuan dan mendukung pembangunan melalui medernisasi masyarakat
Indonesia.
Pembangunan, yang kita artikan sebagai usaha berencana ke arah
peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam segala segi perikehidupan secara lebih
baik dalam proses kegiatannnya mendorong pula pada pengambilan teknologi dan
ilmu pengetahuan guna mempercepat usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat
itu.
Teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang atas dasar nilai dan
gagasan yang berasal dari kebudayaan asing belum tentu sesuai dengan nilai-nilai
dan gagasan dasar yang selama ini mendominasi kehidupan sosial budaya bangsa
Indonesia.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut besar kemungkinan bahwa proses
pembangunan akan menggeser nilai-nilai dan gagasan dasar yang ada,
mengembangkan gagasan dasar yang ada, mengembangkan gagasan baru atupun
menggantikannya sama sekali dengan nilai-nilai yang telah menumbuhkan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang diambil oleh itu. Dalam pada itu, dapat
dikatakan bahwa pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan berarti pula
proses pembaharuan kebudayaan. Kemajuan teknologi, khususnya di bidang
komunikasi dan transportasi telah sangat memperlancar kontak antar budaya
bangsa. Interaksi sosial, tukar menukar pengalaman pengetahuan dan gagasan dapat
terlaksana dengan mudah oleh setiap orang dan tanpa mengenal batasa geografis,
politik maupun kebudayaan.
1
Searah dengan kecenderungan sosial budaya yang dinamis yang selalu
berkembang, maka kontak-kontak seperti itu merupakan alamiah yang juga tidak
mungkin dibendung. Yang menjadi masalah ialah luas dan derasnya arus pegaruh
budaya asing dewasa ini sampai akibat dari kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, kebutuhan-kebutuhan yang timbul akibat pembangunan ditambah
dengan daya seleksi masyarakat yan melemah serta kurang mampu memilih unsur
kebudayaan asing yang benar-benar diperlukan dan yang sesuai dengan nilai-nilai
yang ada. Mengadopsi unsur-unsur budaya asing yang kurang terarah dapat
megakibatkan tersisihnya nilai-nilai dan gagasan dasar yang selama ini
mendominasi pola tingkah laku anggota masyarakat yang akhirnya akan
memperlemah kepribadian dan semangat nasionalisme.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Pengertian dan Makna Sistem Sosial Budaya Indonesia
Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabunga dari istilah sosial dan
budaya. Sosial dalam arti masyarakat, budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai
semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Sosial budaya dalam arti luas
mencakup segala aspek kehidupan. Karena itu, atas dasar landasan pemikiran
tersebut maka pengertian sistem sosial budaya Indonesia dapat dirumuskan
sebagai totalitas tata nilai, tata sosial atau tata laku manusia Indonesia yang
merupakan manifestasi dari karya, rasa, dan cipta di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam hubungan ini, pengertian sistem sosial budaya
mencakup dua segi utama kehidpan manusia.
a. Segi Kemasyarakatan
Manusia demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerja sama degan
sesama manusia. Pengertian kemasyarakatan hakikatnya adalah merupakan
pergaulan hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang mengandung
nilai-nilai kebersamaaan, senasib sepenanggungan dan solidaritas yang
merupakan unsur pemersatu kelompok sosial.
b. Segi Kebudayaan
Kebudayaan merupakan totalitas cara hidup yang manifestasinya tampak di
dalam tingkah laku dan hasil tingkah laku yang terlembangkan. Hakikat
budaya adalah sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan
cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta
merupakan kekuatan pendukung dan penggerak kehidupan. Fokus budaya
dapat berupa nilai dan norma religius, ekonomi atau nilai sosial budaya
budaya lainnya, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai yang digali dari
nilai-nilai luhur yang ada dalam diri bangsa Indonesia. Karena itu, titk sentral
kebudayaan adalah terletak pada potensi sumber daya manusianya. Kebudayaan
adalah terletak harus memudahkan proses mempertinggi derajat dan martabat
bangsa Indonesia itu.
Sistem sosial budaya harus mampu mendukung strategi pembangunan
nasional. Hal ini terasa penting bagi bangsa Indonesia, terutama bila menyadari
betapa bhinekanya masyarakat itu, yaitu suatu masyarakat yang majemuk yang
4
hidup tersebar di seluruh tanah air, secara sosial budaya masyarakat Indonesia
memang benar-benar ragam.
6
dan pertemuan berbagai macam agamadan ideologi serta kebudayaan. Dlam kondii
yang demikian maka terdepat lima lapisan perkembanan sosial budaya Indonesia.
a. Lapisan sosial budaya lama dan asli, memperlihatkan persamaan yang
mendasar (bahasa, adat, buadaya) di samping perbedaan-perbedaan dari
daerah ke daerah. Persatuan dan kesatuan yang bersumber kepada lapisan
ini tidak ditiadakan oleh datangnya agama dan nilai-nilai baru.
b. Lapisan keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India. Wilayah
Indonesia merupakan pusat pengembangan peradaban Hindia di pulau
Jawa, namun kesadaran dan kebersamaan tetap diunjung tinggi (Bhineka
Tunggal Ika).
c. Lapisan yang datang dengan agama Islam tersebar luas di wilayah
Indonesia sekaligus juga memberikan corak tata masyarakat sebagaimana
halnya agama Budha dan Hindu yang telah memberi warna pada tatanan
masyarakat dan struktur ketatanegaraan.
d. Lapisan yang datang dari barat yang bersamaan dengan agama Kristen
melengkapi kehidupan umat beragama di Indonesia di tengah-tengah
pengaruh dominasi asing yang silih berganti dari kerajaan-kerajaan
Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
e. Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimulai kesadaran bangsa.
Munculnya rasa nasionalisme yang tinggi terhadap kekuasaan asing telah
memberikan inspirasi dan tekad untuk mendorong lahirnya gerakan Budi
Utomo tanggal 20 Mei 1908, kemudian diusul dengan pemantapan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sejak periode kebangkitan nasional, semakin dirasakan berkembangnya
percaturan ideologi yang pada garis besarnya terbagi atas tiga kategori, yaitu (1)
ideologi yang menitikberatkan pada nilai-nilai agama, (2) ideologi yang
menitikberatkan pada sosialisme, (3) ideologi yang menitikberatkan pada
nasionalisme. Cita-cita Indonesia sebagai suatu bangsa yang modern lahir dengan
pencetusan sumpah pemuda. Cita-cita tentang satu bangsa Indonesia yang
menyeluruh ini merupakan dorongan bagi ide gerakan kebangsaan tahun 1908 yang
kemudian menjadi kekuatan besar. Proklamator kemerdekaan tahun 1945 yang
memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai perwujudan dari
sumpah pemuda 1928.
7
Setelah kemerdekaan, salah satu hal penting yang menyangkut konsepsi
nusantara dan yang berkembang menjadi wawasan nusantara ialah deklarasi 13
Desember 1957 tentang wilayah perairan Indonesia (Mochtar Kusumaatmadja,
1993).
Pertimbangan yang mendorong pemerintah mengeluarkan pernyataan
wilayah perairan Indonesia itu ialah (1) bentuk geografi RI sebagai suatu negara
kepulauan memiliki sifat dan corak tersendiri yang memerlukan pengaturan sendiri
pula; (2) bagi kesatuan wilayah RI, semua kepulauan dan lau harus dianggap
sebagai suatu kesatuan yang bulat; (3) penetapan batas laut teritorial (1939) tidak
sesuai lagi dengan kepentingan keselamatan dan keamanan negra RI; dan (4) setiap
negara yang berdaulat berhak dan berkewajiban untuk mengambil tindakan yang
dipandangnya perlu untuk melindungi keutuhan dan keselamatan negaranya
(Mochtar Kusumaatmadja, 1993).
8
Ciri yang lain daripada masyarakat Indonesia yang lama ialah
berkuasanya nilai solidaritas. Susuna masyarakat merupakan persekutuan
yang kecil yang hidup dalam desa atau mengembara dalam lingkungan
daerah yang tentu. Persekutuan-peersekutuan itu dapat kita bandingkan
dengan republik-republik demokrasi yang tertua, yang mengatur segala
keperluan dan kepentingan masyarakat itu dibantu oleh majelis orang-orang
tua di dalam desa itu. Di dalam demokrasi yang mencari kebulatan pikiran
ini, penting sekali kedudukan balai, yaitu bangunan tempat pertemuan dan
pemusyawaratan, yang terdapat diseluruh Indonesia dan dapat dianggap
sebagai pusat kehidupan bersama dalam masyarakat kecil itu.
Karena kedudukan agama yang sangat kuat dalam kebudayaan Indonesia
asli itu, maka kehidupan ekonomi sering ditentukan oleh syarat-syarat
agama. Orang memilih hari baik memulai suatu usaha berdasarkan
kepercayaan kepada yang gaib. Tiap-tiap pekerjaan ekonomi yang penting,
seperrti mengerjakan tanah, membuat rumah, perahu dan lain-lain mesti
disertai upacara agama. Dala ekonomi ini amat penting kedudukan mantera-
mantera dan sajian-sajian untuk memperoleh bantuan tenaga kudus yang
baik maupun untuk menolak pengaruh-pengaruh yang jahat.
Sebagai kebudayaan yang ekspresif, yaitu dikuasai oleh intuisi, perasan
dan fantasi tentulah tenaga pencipta kesenian yang berdasarkan intuisi,
perasaan dan fantasi itu amat besar. Bentuk daripada seni yang paling erat
kaitannya dengan agama adalah mitos, yang mengisahkan kejadian segala
sesuatu dari bumi manusia dan hewan yang hingga adat istiadat yang kudus.
Mitos itu biasanya diulang-ulang dalam upacara pada hari-hari yang penting
dalam kehidupan masyarakat.
Dapat disimpulkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli dikuasai oleh
nilai agama, yang diikuti leh nilai solidaritas dan nilai kesenian. Sedangkan
dalam sifatnya dalam demokrasi, nilai kuasa dalam susunan masyarakat
adalah lema. Nilai ilmu lemah karena pemikira yang berasio belum
berkembang, sedangkan perasaan masih terlampau berkuasa dalam
menghadapi alam. Nilai ekonomi belum juga berkembang karena oleh
kekayaan belum timbul keperluan berusaha keras, sedangkan oleh kurangnya
pengetahuan alam yang objektif, keungkinan-kemungkinan alam yang
9
sesungguhnya belum diketahui dan merangsang untuk berusaha. Dalam
hubungan ini, teknik tak dapat tumbuh oleh karena orang masih terlampau
terpengaruh oleh kepercayaan bahwa kecakapan dan kekuasaan yang
sesungguhnya terletak pada yang gaib.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat sistem sosial
budaya Indonesia sebenarnya telah tercermin. Pelaksanaan pembangunan nasional
akan dapat dikatakan berhasil baik apabila dilandasi terlebih dahulu oleh
pembangunan di bidang sosial budaya, termasuk penyusunan dan pembentukan
sistemnya, karena di bidang inilah ditentukan pembentukan manusia sebagai
pelaksana pembangunan. Hal ini penting karena bagaimanapun juga baiknya suatu
rencana dan program pembangunan, hasilnya akan banyak bergantung kepada
kualitas manusianya. Karena itu, diperlukan pembangunan sistem sosial budaya
yang bertujuan untuk membina mental, sikap hidup dan sikap budaya Indonesia,
baik kedudukannya sebagai individu maupun sebagai bangsa yang yakin akan
kebenaran pancasila, sehinga mampu dihadapkan kepada tuntutan pembangunan
beserta permasalahannya dalam lingkungan yang dinamis dan tuntutan kemajuan
global.
3.2 Saran
12
Sebagai masyarakat Indonesia, marilah kita mengambil bagian dalam
pembagunan Indonesia yang lebih baik dari sisi sistem sosial dan budaya. Marilah
kita membangun sikap hidup dan sikap budaya yang berlandaskan pada Pancasila
sebagai ideologi negara, pandangan hidup bangsa untuk Indonesia yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/596/jbptunikompp-gdl-fajarcahya-
29757-7-11.unik-1.pdf
https://www.academia.edu/26636851/
DINAMIKA_SOSIAL_BUDAYA_INDONESIA_DALAM_PEMBANGUN
AN
13