Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Konsep masyarakat Indonesia tumbuh dari suatu proses perjalanan masa
yang panjag oleh bentukan sejarah, keanekargaman dan keseragaman tradisi, serta
modernisasi untuk sampai pada keadaan seperti sekarang ini. Tentang hal itu, kajian
tentang masyarakat Indonesia sudah banyak ilmuwan, termasuk ilmuwan sosial.
Pada masa kolonial ialah memperoleh pengetahuan tentang masyarakat dan
kebudayaan penduduk pribumi untuk berbagai kepentingan pemerintah jajahan,
sedangkan dalam masa mengisi kemerdekaan ini bertujuan untuk meningkatkan
persatuan dan mendukung pembangunan melalui medernisasi masyarakat
Indonesia.
Pembangunan, yang kita artikan sebagai usaha berencana ke arah
peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam segala segi perikehidupan secara lebih
baik dalam proses kegiatannnya mendorong pula pada pengambilan teknologi dan
ilmu pengetahuan guna mempercepat usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat
itu.
Teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang atas dasar nilai dan
gagasan yang berasal dari kebudayaan asing belum tentu sesuai dengan nilai-nilai
dan gagasan dasar yang selama ini mendominasi kehidupan sosial budaya bangsa
Indonesia.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut besar kemungkinan bahwa proses
pembangunan akan menggeser nilai-nilai dan gagasan dasar yang ada,
mengembangkan gagasan dasar yang ada, mengembangkan gagasan baru atupun
menggantikannya sama sekali dengan nilai-nilai yang telah menumbuhkan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang diambil oleh itu. Dalam pada itu, dapat
dikatakan bahwa pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan berarti pula
proses pembaharuan kebudayaan. Kemajuan teknologi, khususnya di bidang
komunikasi dan transportasi telah sangat memperlancar kontak antar budaya
bangsa. Interaksi sosial, tukar menukar pengalaman pengetahuan dan gagasan dapat
terlaksana dengan mudah oleh setiap orang dan tanpa mengenal batasa geografis,
politik maupun kebudayaan.

1
Searah dengan kecenderungan sosial budaya yang dinamis yang selalu
berkembang, maka kontak-kontak seperti itu merupakan alamiah yang juga tidak
mungkin dibendung. Yang menjadi masalah ialah luas dan derasnya arus pegaruh
budaya asing dewasa ini sampai akibat dari kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, kebutuhan-kebutuhan yang timbul akibat pembangunan ditambah
dengan daya seleksi masyarakat yan melemah serta kurang mampu memilih unsur
kebudayaan asing yang benar-benar diperlukan dan yang sesuai dengan nilai-nilai
yang ada. Mengadopsi unsur-unsur budaya asing yang kurang terarah dapat
megakibatkan tersisihnya nilai-nilai dan gagasan dasar yang selama ini
mendominasi pola tingkah laku anggota masyarakat yang akhirnya akan
memperlemah kepribadian dan semangat nasionalisme.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah-masalah yang akan di jadikan bahan pembahasan dari
makala ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan makna sistem sosial budaya Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan manusia di Indonesia?
3. Bagaimana proses perkembangan sosial budaya Indonesia?
4. Bagaimana perkembangan kebudayaan Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami dan mengerti pengertian dan makna sistem sosial budaya
Indonesia
2. Memgetahui perkembangan manusia di Indonesia
3. Mampu memahami proses perkembangan sosial budaya Indonesia
4. Mengetahui perkembangan kebudayaan Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Pemikiran


Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat sistem sosial
budaya Indonesia sebenarnya telah tercermin. Baik itu tersirat sebagaiman terdapat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Batang Tubuh Undang-Undang
1945. Dalam penjelasan pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 dinyatakan bahwa “Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur”.
Untuk menyusun dan membentuk sistem sosial budaya maka apa yang telah
tertuang dalam berbagai pokok pikiran harus terangkum dalam suatu susunan
terpadu dan integralistik sehingga sistem sosial budaya Indonesia benar-benar dapat
mendukung proses pembangunan nasional. Ada beberapa alasan mengapa harus
terpadu dan integralistik, yaitu : pertama, unsur-unsur sosial budaya mencakup
bidang kehidupan yang sangat luas dan mempunyai keterkaitan, saling mendukung
dan mengidepedensi satu dengan yang lainnya; kedua, untuk membentuk
keterkaitan yang bersifat fungsional maka pembangunan nasional membutuhkan
rujukan dan kriteria yang mengacu pada suatu sistem sosial budaya yang bertumpu
pada ideologi pancasila; ketiga mempererat kaitan antara pembangunan bidang
sosial politik, sosial budaya, sosial ekonomi, pertahanan dan keamanan sehingga
bidang-bidang tersebut dapat bersifat saling menunjang, walaupun titik berat
pembangunan tetap di bidang sosial ekonomi. Pertumbuhan dan perkembangan
sistem-sistem ini harus berjalan seiring dan serasi. Peningkatan yang menonjolkan
satu sistem saja akan menimbulkan ketimpangan, bahkan dapat menjadi embrio
kerawanan.

3
2.2 Pengertian dan Makna Sistem Sosial Budaya Indonesia
Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabunga dari istilah sosial dan
budaya. Sosial dalam arti masyarakat, budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai
semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Sosial budaya dalam arti luas
mencakup segala aspek kehidupan. Karena itu, atas dasar landasan pemikiran
tersebut maka pengertian sistem sosial budaya Indonesia dapat dirumuskan
sebagai totalitas tata nilai, tata sosial atau tata laku manusia Indonesia yang
merupakan manifestasi dari karya, rasa, dan cipta di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam hubungan ini, pengertian sistem sosial budaya
mencakup dua segi utama kehidpan manusia.
a. Segi Kemasyarakatan
Manusia demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerja sama degan
sesama manusia. Pengertian kemasyarakatan hakikatnya adalah merupakan
pergaulan hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang mengandung
nilai-nilai kebersamaaan, senasib sepenanggungan dan solidaritas yang
merupakan unsur pemersatu kelompok sosial.
b. Segi Kebudayaan
Kebudayaan merupakan totalitas cara hidup yang manifestasinya tampak di
dalam tingkah laku dan hasil tingkah laku yang terlembangkan. Hakikat
budaya adalah sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan
cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta
merupakan kekuatan pendukung dan penggerak kehidupan. Fokus budaya
dapat berupa nilai dan norma religius, ekonomi atau nilai sosial budaya
budaya lainnya, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai yang digali dari
nilai-nilai luhur yang ada dalam diri bangsa Indonesia. Karena itu, titk sentral
kebudayaan adalah terletak pada potensi sumber daya manusianya. Kebudayaan
adalah terletak harus memudahkan proses mempertinggi derajat dan martabat
bangsa Indonesia itu.
Sistem sosial budaya harus mampu mendukung strategi pembangunan
nasional. Hal ini terasa penting bagi bangsa Indonesia, terutama bila menyadari
betapa bhinekanya masyarakat itu, yaitu suatu masyarakat yang majemuk yang
4
hidup tersebar di seluruh tanah air, secara sosial budaya masyarakat Indonesia
memang benar-benar ragam.

2.3 Perkembangan Manusia di Indonesia


Tiga juta tahun lalu, manusia baru muncul dipermukaan bumi bersama
dengan terjadinya glasiasi atau kala plestoin (Jacob, 1971, 1983; Ardan 1993).
Masa holisin yang berlangsung kira-kira 10.000 tahun lalu merupakan setelah
plestosin.
Pembagian manusia dalam berbagai kelompok ras tidak mudah karena ciri-
ciri yang membedakan sering kali tumpang tindih oleh bagian preferinya Manusia
tidak dapat diklasifikasikan dalam tiga ras pokok, yaitu kaukasoid, negroi, dan
monogloid serta empat ras campuran; austroloid, viddoid, polynesia, dan aino
(Koeber, 1963.). Sedangkan Garn (1963) mengklasifikasikan homo sapiens dalam
sembilan kelompok ras menurut wilayah geografi, yaitu Amerika, Polinesia,
Mikronesia, Papuomelanesia, Australia, Asia, India, Eropa, dan Afrika. Mungkin
bagi keperluan studi tentang ras dan migrasinya, di kepulauan nusantara pebagian
manusia dalam lima kelompok: austramelanesoid, kaukasoid, khoisanoid, dan
negroidi lebih cocok (Biantropologi, UGM: Ardan. 1993).
Teori tentang asal usul manusia kepulauan nusantara didasarkan pada
penelitian paleantropologi terhadap fosil atau kerangka dan kelompok manusia
yang masih hidup, yang ditunjang pula oleh antropologi budaya dan sosial,
linguistik, paleogeografi, dan sejarah. Pithecanthropus dianggap nenek moyang
australomelanesoid dan sinathropus adalah nenek moyang dari ras Mongol, karena
itu orang melayu berbeda dari ras autralomelansoid (Coon, 1969). Pendapat yang
berbeda dikemukakan oleh Jacob (1967) yang mengemukakan bahwa “Melayu
Awal” (disebut protomelayu) dan australomelanesoid berasal dari nenek moyang
yang sama, yaitu manusia “wajak”. Temuan kerangka manusia wajak di dekat
Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur, tahun 1889 oleh Van Reitchotenn.
Manusia Wajak itu dianggap memiliki ciri-ciri mongoloid dan australomelanesoid.
Dua teori persebaran ras di nusantara ialah (1) migrasi empat ras, dan (2)
teori migrasi dua ras (Jacob, 1967; Ardan 1993). Menurut teori migrasi empat ras
yang juga dipengaruhi oleh teori persebaran konsentris Von Eickstadt, terjadi empat
kali urutan migrasi dari darata benua Asia melalui daerah Indonesia. Migrasi
5
pertama dilakukan oleh ras negrito, kdua ras australoid, migrasi ketiga oleh melayu
awal kemudia barulah melayu akhir (disebut pula deutromelayu). Teori persebaran
dua ras mengemukakan percamouran antara ras autraloid (australia, melanesia,
papua ataua secara lengkap disebut australomelanesoid) dengan mongloid. Teori ini
menjelaskan tentang mengapa penduduk IBT (Indonesia Bagian Timur) yang
memiliki ciri-ciri lebih australoid, sedangkan IBB (Indonesia Bagian Barat) lebih
melayu, sedangkan wilayang yang menjadi kontak kedua ras itu memiliki ciri
campuran.
Migrasi kelompok ras itu berlangsung dalam dderajat kecepatan berbeda,
menuju satu arah atau arah kebalikan, yang juga penetrasinya bersifat damai. Dari
temuan fosil di Asia Tenggara disimpulkan bahwa pada masa mesolitik (kira-kira
10.000 tahun lalu) unsur melanesia lebih kuat, sedangkan pada neolitik (kira-kira
4000 tahun lalu) unsur melayu lebih tampak (Ardan 1993).
Penduduk Indonesia masakini menunjukan pengaruh papua melanesia yang
kuat di timur dan pengaruh kuat mongloid atau melayu di barat serta di bagian
tengah memperlihatkan percampuran antara keduannya (Jacob, 1967; Kartodirdjo,
dkk., 1975). Adapun istilah melayu awal dan melayu akhir (deutro dan proomelayu)
bukanlah merupakan taksonomi, tetapi lebih menunjukan waktu belakang (Jacob,
1967; Mundyah, 1982; Ardan, 1993).
Dunia melayu atau dikenal pula sebagai Alam Melayu dianggap oleh banyak
ilmuwan merupakan salah satu “mutiara timur” yang wilayahnya terbentang luas,
meliputi negara-negara Asia Tenggara, yaitu dari Semenanjung Asia Tenggara
sampai ke kepulauan Nusantara (Indonesia), Filipina, dan menyusur jauh ke lautan
Pasifik di Oseania. Semenanjung Melayu adalah penghubung antara daratan dan
kepulauan dengan selat Malaka yang membelah dua pantai Semenanjung Sumatra.
Dalam dunia melayu tersebut hidup subur dan bertempat tinggal aneka ragam
kelompok etnik yang menjadikan wilayah yang luas itu sebagai wadah bagi
kehidupan masyarakat multi-etnik diikat oleh berbagai kesamaan tertentu.

2.4 Perkembangan Sosial Budaya Indonesia


Posisi Indinesia terletak di persimpangan dua samudra (India dan Pasifik)
dan dua benua (Asia dan Australia), yang sejak dahulu merupakan daerah prlintasan

6
dan pertemuan berbagai macam agamadan ideologi serta kebudayaan. Dlam kondii
yang demikian maka terdepat lima lapisan perkembanan sosial budaya Indonesia.
a. Lapisan sosial budaya lama dan asli, memperlihatkan persamaan yang
mendasar (bahasa, adat, buadaya) di samping perbedaan-perbedaan dari
daerah ke daerah. Persatuan dan kesatuan yang bersumber kepada lapisan
ini tidak ditiadakan oleh datangnya agama dan nilai-nilai baru.
b. Lapisan keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India. Wilayah
Indonesia merupakan pusat pengembangan peradaban Hindia di pulau
Jawa, namun kesadaran dan kebersamaan tetap diunjung tinggi (Bhineka
Tunggal Ika).
c. Lapisan yang datang dengan agama Islam tersebar luas di wilayah
Indonesia sekaligus juga memberikan corak tata masyarakat sebagaimana
halnya agama Budha dan Hindu yang telah memberi warna pada tatanan
masyarakat dan struktur ketatanegaraan.
d. Lapisan yang datang dari barat yang bersamaan dengan agama Kristen
melengkapi kehidupan umat beragama di Indonesia di tengah-tengah
pengaruh dominasi asing yang silih berganti dari kerajaan-kerajaan
Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
e. Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimulai kesadaran bangsa.
Munculnya rasa nasionalisme yang tinggi terhadap kekuasaan asing telah
memberikan inspirasi dan tekad untuk mendorong lahirnya gerakan Budi
Utomo tanggal 20 Mei 1908, kemudian diusul dengan pemantapan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sejak periode kebangkitan nasional, semakin dirasakan berkembangnya
percaturan ideologi yang pada garis besarnya terbagi atas tiga kategori, yaitu (1)
ideologi yang menitikberatkan pada nilai-nilai agama, (2) ideologi yang
menitikberatkan pada sosialisme, (3) ideologi yang menitikberatkan pada
nasionalisme. Cita-cita Indonesia sebagai suatu bangsa yang modern lahir dengan
pencetusan sumpah pemuda. Cita-cita tentang satu bangsa Indonesia yang
menyeluruh ini merupakan dorongan bagi ide gerakan kebangsaan tahun 1908 yang
kemudian menjadi kekuatan besar. Proklamator kemerdekaan tahun 1945 yang
memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai perwujudan dari
sumpah pemuda 1928.
7
Setelah kemerdekaan, salah satu hal penting yang menyangkut konsepsi
nusantara dan yang berkembang menjadi wawasan nusantara ialah deklarasi 13
Desember 1957 tentang wilayah perairan Indonesia (Mochtar Kusumaatmadja,
1993).
Pertimbangan yang mendorong pemerintah mengeluarkan pernyataan
wilayah perairan Indonesia itu ialah (1) bentuk geografi RI sebagai suatu negara
kepulauan memiliki sifat dan corak tersendiri yang memerlukan pengaturan sendiri
pula; (2) bagi kesatuan wilayah RI, semua kepulauan dan lau harus dianggap
sebagai suatu kesatuan yang bulat; (3) penetapan batas laut teritorial (1939) tidak
sesuai lagi dengan kepentingan keselamatan dan keamanan negra RI; dan (4) setiap
negara yang berdaulat berhak dan berkewajiban untuk mengambil tindakan yang
dipandangnya perlu untuk melindungi keutuhan dan keselamatan negaranya
(Mochtar Kusumaatmadja, 1993).

2.5 Perkembangan Kebudayaan Indonesia


Kebudayaan Indonesia itu bukanlah sesuatu yang padu dan bulat, tetapi ada
sesuatu yang terjadi dari berbagai-bagi unsur suku bangsa. Di daerah Indonesia
yang luas terdapat bermacam-macam kebudayaan, yang satu berbeda dari yang lain
disebabkan oleh perjalanan yang berbeda.
Sebagaiman diketahui, bahwa unsur sejarah yang menentukan
perkembangan kebudayaan Indonesia itu terbagi dalam lima lapisan (St. Tkdir
Alisjahbana, 1928 : 7 dan seterusnya) yaitu (1) kebudayaan Indonesia asli, (2)
kebudayaan India, (3) kebudyaan Islam, (4) kebudayaan modern, (5) kebudayaan
Bhineka Tunggal Ika).

2.5.1 Kebudayaan Indonesia Asli


Kebudayaan Indonesia asli memiliki ciri yaitu amat dikuasai oleh
perasaan. Erat kaitannya dengan itu dalam kehidupan masyarakat dan
kebudayaan adalah amat penting kedudukan agama. Kepercayaan kepada
roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib meresapi seluruh kehidupa, baik
kehidupan manusia secara individu maupn kehidupan masyarakat sebagai
keselruhan.

8
Ciri yang lain daripada masyarakat Indonesia yang lama ialah
berkuasanya nilai solidaritas. Susuna masyarakat merupakan persekutuan
yang kecil yang hidup dalam desa atau mengembara dalam lingkungan
daerah yang tentu. Persekutuan-peersekutuan itu dapat kita bandingkan
dengan republik-republik demokrasi yang tertua, yang mengatur segala
keperluan dan kepentingan masyarakat itu dibantu oleh majelis orang-orang
tua di dalam desa itu. Di dalam demokrasi yang mencari kebulatan pikiran
ini, penting sekali kedudukan balai, yaitu bangunan tempat pertemuan dan
pemusyawaratan, yang terdapat diseluruh Indonesia dan dapat dianggap
sebagai pusat kehidupan bersama dalam masyarakat kecil itu.
Karena kedudukan agama yang sangat kuat dalam kebudayaan Indonesia
asli itu, maka kehidupan ekonomi sering ditentukan oleh syarat-syarat
agama. Orang memilih hari baik memulai suatu usaha berdasarkan
kepercayaan kepada yang gaib. Tiap-tiap pekerjaan ekonomi yang penting,
seperrti mengerjakan tanah, membuat rumah, perahu dan lain-lain mesti
disertai upacara agama. Dala ekonomi ini amat penting kedudukan mantera-
mantera dan sajian-sajian untuk memperoleh bantuan tenaga kudus yang
baik maupun untuk menolak pengaruh-pengaruh yang jahat.
Sebagai kebudayaan yang ekspresif, yaitu dikuasai oleh intuisi, perasan
dan fantasi tentulah tenaga pencipta kesenian yang berdasarkan intuisi,
perasaan dan fantasi itu amat besar. Bentuk daripada seni yang paling erat
kaitannya dengan agama adalah mitos, yang mengisahkan kejadian segala
sesuatu dari bumi manusia dan hewan yang hingga adat istiadat yang kudus.
Mitos itu biasanya diulang-ulang dalam upacara pada hari-hari yang penting
dalam kehidupan masyarakat.
Dapat disimpulkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli dikuasai oleh
nilai agama, yang diikuti leh nilai solidaritas dan nilai kesenian. Sedangkan
dalam sifatnya dalam demokrasi, nilai kuasa dalam susunan masyarakat
adalah lema. Nilai ilmu lemah karena pemikira yang berasio belum
berkembang, sedangkan perasaan masih terlampau berkuasa dalam
menghadapi alam. Nilai ekonomi belum juga berkembang karena oleh
kekayaan belum timbul keperluan berusaha keras, sedangkan oleh kurangnya
pengetahuan alam yang objektif, keungkinan-kemungkinan alam yang
9
sesungguhnya belum diketahui dan merangsang untuk berusaha. Dalam
hubungan ini, teknik tak dapat tumbuh oleh karena orang masih terlampau
terpengaruh oleh kepercayaan bahwa kecakapan dan kekuasaan yang
sesungguhnya terletak pada yang gaib.

2.5.2 Kebudayaan India


Dalam kebudayaan asli berupa roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib yang
masih kabur bentuk dan fungsinya, dalam kebudayaan India berupa dewa-
dewa yang lebih nyata pribadinya dan sifat-sifatnya sebagai lambang tenaga-
tenaga alam, yang memounyai hierarki dan fungsi yang tentu dalam proses
kosmos maupun dalam kehidupan manusia. Dalam mitos Mahabharata dan
Ramayana tampak kebesaran serta keindahan konsepsi dan fantasi
kebudayaan India sebagai kebudayaan ekspresif yang khas dan tinggi. Dalam
ajaran karma dan penitisan atau inkarnasi kelihatan bahwa kepercayaan
bangsa yang bersahaja kepadapengembara roh yang disebut animisme,
dengan sangat berasio dipikirkan sehingga mendapat fungsi etik yang kuat
dalam kehidupan.
Dalam kehidupan masyarakat, nyata benar kelihatan berkat feodalisme
ini tumbuh suatu pusat kekuasaan atau politik di mana timbul perkembangan
dan kedinamisan karena kemajuan organisasi dan teknik, yang kedua-duanya
sejalan dengan perkembangan pikiran yang bertambah berasio dan timbulnya
pribadi-pribadi yang besar yang tak dapat tumbuh dalam masyarakat
Indonesia asli yang kecil. Batas lingkungan kehidupan manusia bertambah
meluas oleh karena alat-alat perhubungan bertambah baik dan cepat, sebab
orang bertambah bnyak memakai kuda dan kereta. Kemajuan teknik
mengerjakan kayu menyebabkan orang dapat membuat kapal dari papan,
yang lebih besar dari kapal-kapal yang dibuat dari kayu yang dikeruk.

2.5.3 Kebudayaan Modern


Agama islam sebagaimana agama Yahudi dan agama Kristen rumpun
agama semit, agama yang berdasarkan kepercayaan rasul atau nabi, yang
menyampaikan perintah dan petunjuk Tuhan kepada umat manusia dengan
perantara wahyu yang terkumpulnya menjadi kitab suci. Bersama-sama
10
dengan kedua agama semit yang lain itupun dan berbeda benar dengan
agama Hindu adalah sifat monoteisme agama islam yaitu pengakuannya
akan keesaan Tuhan, yang lebih-lebih dari agama Kristen, tidak mengenal
kompromi. Sebaliknya, dari agama Indonesia asli dan agama Hindu, dimana
hewan, manusia dan tenaga-tenaga yang gaib itu mempunyai batas yang
nyata dan yang satu dapat menjelma menjadi yang lain. Dalam kepercayaan
slam, manusia pun mendapat tempat yang istimewa bukan hanya di bawah
Allah sebagai ciptaan-ya, tetapi juga nyata di atas hewan dan tumbuh-
tumbuhan.
Ahli-ahli Islam mengunjungi negeri-negeri asing, mempelajari
kebudayaan dan geografi. Bukan saja ilmu dan filsafat Yunani dicerna, tetapi
juga hasil kebudayaan Persia, India, Turki, Cina, Eropa dan banyak
kebudayaan yang lain menjadi bagian yang penting dari kebudayaan Islam
sehingga tak berlebihan apabila kita berkata, bahwa kebudayaan Islam pada
permulaan abad pertengahan adalah kebudayaan umat manusia yang pertama
yang dengan sadar mencerna segala kebudayaan di barat dan di timur yang
ada di zaman itu.

2.5.4 Kebudayaan Modern


Ciri yang terpenting daripada ilmu modern ialah kekuatan disiplin, cara-
cara berpikir dan penyelidikannya yang menuju pengetahuan positif yang
teliti. Kemajuan ilmu yang terpesat dimungkinkan oleh kejadian-kejadian
dalam abad ke-17, ketika ahli-ahli berpendapat bahwa kesimpulan-
kesimpulan ilmu musti sejauh mungkin berdasarkan ukuran-ukuran
kuantitatif. Hal ini disebabkan oleh kemajuan pemikiran matematika yang
mendapat kesempatan berkembang lebih cepat dengan memakai angka-
angka Arab. Dalam filsafat pun kita bisa lihat pengaruh matematika yang
lebih kuat pada pemikir-emikir seperti Galileo.
Dengan pertumbuhan ini, bangkitlah suatu sikap yang baru terhadap
alam, suatu pemandangan hidup timbul dan terciptalah suatu suasana
kebudayaan, yaitu suasana kemajuan kebudayaan berdasarkan kemajuan
ilmu manusia, yang berarti juga kemajuan manusia atas alam. Pada zaman
modern, nilai teori dan nilai ekonomi begitu tinggi.
11
2.5.5 Kebudayaan Bhineka Tunggal Ika
Dengan membuka diri kita terhadap kemajuan ilmu, ekonomi dan
teknologi yang menguasai dunia sekarang harus kita sadari bahwa
kebudayaan modern itu, terutama pertumbuhannya dalam abad kita setelah
mengalami dua peperangan yang besar mengalami krisis yang parah juga.
Krisis itupun tak dapat ditolak menjadi krisis kebudayaan itu. Tak dapat
ditolak, bahwa banyak dari gejala-gejala kebudayaan modern yang tak
menyenangkan maupun bentuk-bentuk seni permainannya, seperti
bermacam-macam kontes, night-club, sampai-sampai kepada narkoba dan
morfin di sana-sini telah menembus ke dalam kehidupan kebudayaan
Bhineka Tunggal Ika.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat sistem sosial
budaya Indonesia sebenarnya telah tercermin. Pelaksanaan pembangunan nasional
akan dapat dikatakan berhasil baik apabila dilandasi terlebih dahulu oleh
pembangunan di bidang sosial budaya, termasuk penyusunan dan pembentukan
sistemnya, karena di bidang inilah ditentukan pembentukan manusia sebagai
pelaksana pembangunan. Hal ini penting karena bagaimanapun juga baiknya suatu
rencana dan program pembangunan, hasilnya akan banyak bergantung kepada
kualitas manusianya. Karena itu, diperlukan pembangunan sistem sosial budaya
yang bertujuan untuk membina mental, sikap hidup dan sikap budaya Indonesia,
baik kedudukannya sebagai individu maupun sebagai bangsa yang yakin akan
kebenaran pancasila, sehinga mampu dihadapkan kepada tuntutan pembangunan
beserta permasalahannya dalam lingkungan yang dinamis dan tuntutan kemajuan
global.

3.2 Saran

12
Sebagai masyarakat Indonesia, marilah kita mengambil bagian dalam
pembagunan Indonesia yang lebih baik dari sisi sistem sosial dan budaya. Marilah
kita membangun sikap hidup dan sikap budaya yang berlandaskan pada Pancasila
sebagai ideologi negara, pandangan hidup bangsa untuk Indonesia yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/596/jbptunikompp-gdl-fajarcahya-

29757-7-11.unik-1.pdf

https://www.academia.edu/26636851/

DINAMIKA_SOSIAL_BUDAYA_INDONESIA_DALAM_PEMBANGUN

AN

13

Anda mungkin juga menyukai