Anda di halaman 1dari 14

POLA-POLA KEBUDAYAAN

(Praktikum Sosiologi Pedesaan)

Oleh:

Kelompok 8

Anggun Aurellia Queentana Ogawa 2154181004


Glorya Diva Prasetyo 2114181004
Ira Amelia 2114181038
Siti Wulan Dari 2114181014

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan pada hakikatnya adalah cermin dari sekumpulan manusia yang ada di
dalamnya. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai
kekayaan nasional berupa keanekaragaman budaya. Sebagai kekayaan nasional
yang sangat berharga, kebudayaan haruslah lebih dikembangkan dan dilestarikan.
Masyarakat dahulu melihat kebudayaan sebagai suatu hal yang terdiri dari segala
manifestasi dari kehidupan manusia yang berbudi luhur dan bersifat ruhani,
seperti agama, kesenian, filsafat, ilmu pengetahuan, tata negara, dan sebagainya
(Siregar 2022).

Kebudayaan Indonesia sangat beragam, mulai dari Sabang sampai Merauke.


Masing-masing kebudayaan memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Selain
keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara dengan
lingkungan sosial budaya. Hal ini ditandai dengan nilai-nilai kehidupan yang
ramah, orang-orang memegang sopan santun, dan juga masyarakat yang damai
(Teggah, 2017).

Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan.


Perubahan ini terjadi karena faktor masyarakat yang memang menginginkan
perubahan kebudayaan, atau karena masuknya unsur-unsur globalisasi ke dalam
kebudayaan Indonesia. Dampak positif adanya globalisasi antara lain kemajuan
teknologi yang saat ini telah memberi kemudahan pada setiap orang untuk
berkomunikasi. Adapun dampak negatif globalisasi seperti nilai-nilai budaya
Indonesia saat ini telah terpengaruh dengan budaya barat. Hal ini sangat
berdampak kepada pola kehidupan manusia, misalnya tata cara berpakaian, sopan
santun, pergaulan yang bebas, minuman terlarang. Akan tetapi, saat ini kepedulian
masyarakat terhadap kebudayaan daerah mulai luntur (Ngafifi, 2014).

1.2 Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui definisi budaya.
2. Mengetahui apa saja unsur-unsur kebudayaan.
3. Mengetahui fungsi kebudayaan.
4. Mengetahui pola kebudayaan.
II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal- hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa inggris kebudayaan
disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau
mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata
culture juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa
Indonesia1 .

Para ahli mendefinisikan kebudayaan dalam bahasa yang beragam. Mulai dari
hasil karya, rasa, dan cipta, hingga keseluruhan sistem gagasan manusia.berikut
pengertian kebudayaan menurut para ahli yaitu,

Menurut Tylor, kebudayaan adalah sistem kompleks yang mencakup


pengetahuan, kepercayaan, kesenian , moral, hukum, adat istiadat, kemampuan,
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.

Malinowski mendefinisikan kebudayaan sebagai penyelesaian manusia terhadap


lingkungan hidupnya serta usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
sesuai dengan tradisi yang terbaik. Dalam hal ini, Malinowski menekankan bahwa
hubungan manusia dengan alam semesta dapat digeneralisasikan secara lintas
budaya.
Antropolog ternama dunia Clifford Geertz mengatakan kebudayaan merupakan
sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol. Simbol tersebut kemudian
diterjemahkan dan diinterpretasikan agar dapat mengontrol perilaku, sumber-
sumber ekstrasomatik informasi, memantapkan individu, pengembangkan
pengetahuan, hingga cara bersikap.

Roger mendefinisikan makna kebudayaan melalui dua pendekatan, adaptif dan


ideasional. Kebudayaan menurut pendekatan adaptif merupakan kontes pikiran
dan perilaku. Sedangkan, menurut pendekatan ideasional kebudayaan adalah
semata-mata sebagai konteks pikiran.

Koentjaraningrat (1923-1999) Antropolog asal Indonesia ini mendefinisikan


kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang
dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya
dengan cara belajar.

Kebudayaan Menurut Pendiri Negara Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia


(RI), Moh Hatta mengatakan, kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
Dikutip dari buku Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XII M)
oleh Faisal Ismail, Moh Hatta yang dikenal sebagai lulusan sarjana Muslim
tersebut memasukkan agama sebagai unsur kebudayaan. Menurutnya, dengan
beragama manusia akan hidup dengan senang. Rasa senang yang muncul akibat
agama itulah yang membuat bapak proklamator kemerdekaan ini memasukkan
agama sebagai bagian dari kebudayaan. Pendapat tersebut disampaikan Hatta
dalam Kongres Kebudayaan Pertama tahun 1948 di Magelang. Berikut cuplikan
pidato Hatta: "Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. Kebudayaan
banyak sekali macamnya. Menjadi pertanyaan apakah agama itu suatu ciptaan
manusia atau bukan. Keduanya bagi saya bukan soal. Agama adalah juga suatu
kebudayaan karena dengan beragama manusia dapat hidup dengan senang.
Karenanya saya katakan agama adalah bagian daripada kebudayaan..."
2.2 Unsur-Unsur Kebudayaan

Pakar budaya, di sisi lain, melihat budaya sebagai strategi. Salah satu strateginya
adalah memperlakukan budaya (kata/istilah) sebagai “kata kerja” daripada “kata
benda”. Kebudayaan bukan lagi sekedar kumpulan karya seni, buku, perkakas,
museum, gedung, ruang, kantor dan lain-lain. Kebudayaan terutama berkaitan
dengan aktivitas manusia untuk bekerja, merasakan, berpikir, memulai dan
mencipta. Dalam pengertian ini, budaya dapat dipahami sebagai "hasil dari selera,
prakarsa, dan proses kreativitas manusia". Jadi, “(manusia) adalah budaya
(manusia) yang bekerja untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Strategi budaya yang menyederhanakan praktik budaya dalam kehidupan sehari-
hari dan kebijakan sosial secara konseptual mengedit unsur-unsur yang ada pada
saat yang sama. Dilakukan oleh isi budaya.

Unsur-unsur budaya itu bersifat universal, terdapat pada semua orang di belahan
dunia manapun, sekaligus “primitif” yaitu remote control (terisolasi), perusahaan
sederhana atau perusahaan yang mensejahterakan dan perusahaan yang
mengembangkan perusahaan atau masyarakat industri ( Masyarakat industri) dan
perusahaan maju (company) atau masyarakat industri dan perusahaan pasca-
industri (post-industrial company) sangat rumit dan canggih (highly rumit
masyarakat). Unsur-unsur tersebut juga menunjukkan suatu jenis atau kategori
kegiatan manusia untuk “mengisi” atau “bekerja” atau “menciptakan suatu
kebudayaan sebagai kewajiban manusia untuk diturunkan ke dunia sebagai”
utusan “atau kalif untuk mengelola dunia, lewat Hayuning Aers - hanya isi alam
semesta yang berperilaku, tetapi juga memelihara, memelihara dan
menjadikannya indah.Elemen budaya dapat dirinci dan diuji dengan kategori sub-
sub-sub-aum, saling bergantung dalam sistem budaya dan sosial sistem.

Menurut Koentjaraningrat, banyak orang yang memaknai kebudayaan-


kebudayaan tersebut dalam pengertian yang terbatas dan luas tentang konsep
kebudayaan. Unsur-unsur terpenting yang terjadi karena pecahan-pecahan tersebut
merupakan langkah awal yang disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” dan
beberapa unsur tersebut dapat ditemukan di semua kebudayaan masyarakat.
Dunia. Unsur budaya universal adalah:
1. Sistem Bahasa
Sistem bahasa dapat menjadi elemen yang dapat menciptakan budaya. Karena
bahasa merupakan alat yang diciptakan manusia untuk memudahkan setiap orang
berinteraksi. Sistem kebahasaan sebagai unsur budaya dapat dianggap sebagai
pengetahuan tentang bahasa yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat
dan memiliki keragaman dan keunikan tersendiri.

2. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan adalah semua hal yang dialami orang, alam, keadaan, dan harapan.
Sistem pengetahuan universal Kennel juga terkait dengan sistem produksi
peralatan dan teknologi. Faktanya, sistem pengetahuan memiliki sifat abstrak dan
nyata dalam ide setiap orang.

3. Sistem Kemasyarakatan
Sistem Komunitas bertujuan untuk memfasilitasi dan mencapai tujuan komunitas
yang sama. Oleh karena itu, ada perpecahan di masyarakat. Sistem sosial adalah
sistem yang muncul atas kesadaran manusia yang memiliki kelemahan karena
membutuhkan orang lain. Sistem ini diperlukan untuk orang-orang karena orang
cenderung kelompok. Jadi orang menciptakan keluarga dan kelompok sosial lain
yang lebih besar.

4. Sistem Teknologi
Unsur-unsur teknologi dapat berperan dalam menciptakan kebudayaan di suatu
daerah tertentu, juga dimungkinkan untuk melihat aktivitas seorang antropolog
untuk memahami kebudayaan manusia melalui unsur-unsur teknologi yang
digunakan oleh kelompok masyarakat tersebut. Unsur teknologi yang
disampaikan adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai instrumen yang hidup
dengan bentuk dan kegunaannya yang sederhana. Unsur teknologi hadir dalam
budaya ini pada fisik budaya itu sendiri.
5. Sistem Ekonomi
Suspensi adalah perusahaan yang dibuat oleh seseorang atau sebagian besar
anggota masyarakat untuk memuaskan kehidupan mereka. Kegigihan masyarakat
belum tentu sama dengan pangan masyarakat lainnya.

6. Sistem Religi
Sistem keagamaan ini berlaku dan dikaitkan dengan keyakinan orang tersebut.
Sistem agama juga berfungsi untuk mengatur kehidupan antara manusia dengan
penciptanya. Kebudayaan dapat hadir di masyarakat karena adanya unsur-unsur
berbagai sistem keagamaan atau kepercayaan di setiap daerah. Misalnya, orang
Bali pasti akan menyimpan pemakaman pada orang mati untuk dibakar. Oleh
karena itu, kepercayaan ini merupakan budaya Ngaben yang ada di Bali.

7. Sistem Kesenian
Tugas adalah manusia untuk mengekspresikan kebebasan dan kreativitasnya.
Kesenian yang dirumuskan oleh masyarakat dapat menciptakan budaya di
masyarakat.

2.3 Fungsi Kebudayaan

Kebudayaan memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat. Fungsi tersebut bisa kita
pahami berdasarkan sudut pandang teori sosiologi. Menurut teori fungsional
struktural, kebudayaan berfungsi untuk memelihara seluruh proses dalam
masyarakat. Pertama-tama, kebudayaan berfungsi mempersatukan masyarakat dan
menciptakan stabilitas.

Sementara itu, dilihat dari sudut pandang teori konflik sosial, kebudayaan
berfungsi untuk memelihara ketidaksamaan sosial, dengan kata lain kebudayaan
sesungguhnya berfungsi untuk memelihara dominasi kelompok tertentu dalam
masyarakat terhadap kelompok lainnya. Adanya dominasi kelompok tersebut akan
menimbulkan ketidakpuasan kelompok lain. Apabila dicermati, kedua sudut
pandang tersebut memiliki kebenaran masing-masing. Karena itu keduanya
memiliki sudut pandang yang saling melengkapi dalam memahami fungsi
kebudayaan.

Kesimpulanya kebudayaan berfungsi mengatur agar manusia dapat memahami


bagaimana harus bertingkah laku, berbuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
di masyarakat, sehingga segala ketentuan di dalam masyarakat diharapkan dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat yang bertempat
tinggal pada lingkungan tersebut. Masyarakat pun diharapkan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar, agar semua dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Kebudayaan juga berisi norma-norma sosial yakni sendi-sendi masyarakat yang
berisi sanksi-sanksi atau hukuman-hukuman yang dijatuhkan oleh golongan
bilamana peraturan yang dianggap baik untuk menjaga keutuhan dan keselamatan
masyarakat dilanggar. Norma-norma itu merupakan kebiasaan-kebiasaan hidup,
adat istiadat, kebiasaan kebudayaan juga memiliki peran penting dalam
membentuk masyarakat.

Peran penting atau fungsi kebudayaan bagi masyarakat adalah :


1. Melindungi diri terhadap lingkungan alam
2. Memberi kepuasan materil atau spiritual bagi manusia dan masyarakat
3. Memanfaatkan alam dan bila perlu menguasai alam dengan teknologi yang
diciptakannya.

2.4 Pola Kebudayaan

Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar
dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam
keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan
normanorma, Walaupun kita semua tahu bahwa tidak semua orang dalam
kebudayaannya selalu berbuat seperti apa yang telah mereka patokkan bersama
sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab bila para warga masyarakat selalumematuhi
dan mengikuti norma-norma yang ada pada masyarakatnya maka tida akan ada
apa yang disebut dengan pembatasan-pembatasan kebudayaan. Sebagian dari
pola-pola yang ideal tersebutdalam kenyataannya berbeda dengan perilaku
sebenarnya Karen apola-pola tersebut telah dikesampingkan oleh cara-cara yang
dibiasakan oleh masyarakat (Siregar,2002).

Pembatasan kebudayaan umumnya tidak selalu dirasakan oleh para pendukung


suatu kebudayaan. Hal ini terjadi karena individu-individu pendukungnya selalu
mengikuti cara-cara berlaku dan cara berpikir yang telah dituntut oleh kebudayaan
itu. Pembatasan-pembatasan kebudayaan Akan terasa kekuatannya ketika dia
ditentang atau dilawan. Pembatasan kebudayaan terbagi kedalam 2 jenis yaitu
pembatasan kebudayaan yang langsung dan pembatasan kebudayaan yang tidak
langsung. Pembatasan langsung terjadi ketika kita mencoba melakukan suatu hal
yang menurut kebiasaan dalam kebudayaan kita merupakan hal yang tidak lazim
atau bahkan hal yang dianggap melanggar tata kesopanan atau yang ada. Akan
ada sindiran atau ejekan yang dialamatkan kepada sipelanggar kalau hal yang
dilakukannya masih dianggap tidak terlalu berlawanan dengan kebiasaan yang
ada, akan tetapi apabila hal yang dilakukannya tersebut sudah dianggap melanggar
tata-tertib yang berlaku dimasyarakatnya, maka dia mungkin akan dihukum
dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakatnya.

Pembatasan-pembatasan kebudayaan ini tidak berarti menghilangkan kepribadian


seseorang dalam kebudayaannya. Memang terkadang pembatasan kebudayaaan
menjadi tekanan-tekanan sosial yang mengatur tata-kehidupan yang berjalan
dalam suatu kebudayaan, tetapi bukan berarti tekanan-tekanan sosial itu
menghalangi individu-individu yang mempunyai pendirian bebas. Mereka yang
mempunyai pendirian seperti ini akan tetap mempertahankan pendapat-pendapat
mereka, sekalipun mereka mendapat tentangan dari pendapat yang mayoritas.
III. KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal- hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa inggris
kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah
atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani,
kata culture juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa
Indonesia1 .
2. Unsur-unsur kebudayaan antara lain adalah sistem bahasa, sistem pengetahuan,
sistem kemasyarakatan, sistem teknologi, sistem ekonomi, sistem religi, dan
sistem kesenian. Unsur-unsur kebudayaan memiliki pengertian masing-masing,
salah satunya adalah sistem teknologi yang dapat berperan dalam menciptakan
kebudayaan di suatu daerah tertentu, juga dimungkinkan untuk melihat
aktivitas seorang antropolog untuk memahami kebudayaan manusia melalui
unsur-unsur teknologi yang digunakan oleh kelompok masyarakat tersebut.
3. Peran atau fungsi dari kebudayaan itu sendiri bagi masyarakat adalah
melindungi diri terhadap lingkungan alam, teori kepuasan material atau
spiritual bagi manusia dan masyarakat, serta memanfaatkan alam masyarakat
harus disesuaikan diri dengan uttaran dapat berjalan sesuai manusia itu sendiri.
4. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar
dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam
keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma-
norma.
DAFTAR PUSTAKA

Ellya Rosana. 2017. Dinamisasi Kebudayaan Dalam Realitas Sosial. UIN


Lampung

Irawan, W., Mahyudi, J., & Sukri, M. 2018. Unsur-Unsur Kebudayaan Dalam
Teks Nggahi Dana Pada Masyarakat Dompu: Suatu Pendekatan Arketipel-
Pragmatik. LINGUA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya.
15(2);131-146.

Kistanto, N. H. 2015. Tentang konsep kebudayaan. Sabda: Jurnal Kajian


Kebudayaan. 10(2);1-11.
Papua, 1(1), 1-12. Jayapura

Siregar, L. 2002. Antropologi dan Konsep Kebudayaan. Jurnal Antropologi


Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. hl 194

Suwarno, S., Saddhono, K., & Wardani, N. E. 2018. Sejarah, Unsur Kebudayaan,
dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Legenda Sungai Naga. RETORIKA:
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. 11(2);194-203.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai