Anda di halaman 1dari 11

KEGIATAN BELAJAR

2 KEBUDAYAAN
INDONESIA
Iin Wariin Basyati

A. Pendahuluan
Lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan manusia. Ada tiga kategori lingkungan hidup manusia. Pertama,
lingkungan dari perspektif ilmu ekologi terdiri dari lingkungan biotik dan
abiotik, sedangkan dari persfektif ilmu geografi sosial lingkungan alam fisik
meliputi, batuan, udara, air , flora dan fauna.
Kedua, lingkungan sosial yang merupakan kesatuan-kesatuan sosial,
seperti keluarga, kerabat luas, lapisan sosial, golongan sosial, perkumpulan-
perkumpulan serta organisasi sosial , jaringan-jaringan sosial dalam berbagai
sistem birokrasi, dalam suatu komunitas, atau dalam suatu negara, kesatuan
sosial ini disebut dengan istilah social system atau sistem sosial
(Koentjaraningrat dan AA Loedin 1985). Kedua, lingkungan budaya yaitu
lingkungan yang berwujud adat-istiada, keyakinan-keyakinan, ajaran-ajaran
agama, sistem norma dan hukum yang kesemuanya dijiwai oleh suatu
orientasi nilai budaya dan suatu pandangan hidup tertentu, lingkungan ini
disebut dengan istilah cultural system atau sistem budaya (Koentjaraningrat
dan AA Loedin 1985).
Relasi individu dengan lingkungan baik lingkungan alam, sosial
maupun budaya, bisa terjadi secara timbali balik dan bisa jadi saling
ketergantungan (interdependensi) satu sama lain, bisa pula saling
mempengaruhi (interaksi) dimana individu mempengaruhi lingkungan atau
lingkungan yang mempengaruhi individu. Relasi individu dengan lingkungan
utamanya lingkungan budaya menurut teori Antropologi, maka setiap individu
akan memiliki kepribadian umum atau istilah lainnya disebut ‘kepribadian
dasar’ atau ‘basic personality structure yaitu semua unsur kepribadian yang
dimiliki bersama oleh suatu bagian besar dari warga masyarakat itu
(Koentjaraningrat 2015).

1
Profesi seseorang yang dalam menjalankan tugasnya tersebut banyak
berhubungan atau bersentuhan dengan masyarakat, seperti dokter, bidan,
penyuluh lapangan, guru dan lain-lain, maka perlu mengetahui dan memahami
tentang budaya masyarakat di mana ia ditugaskan. Dengan demikian mereka
dapat mengenal/mengetahui kepribadian dasar atau basic personality structure
warga masyarakat setempat. Hai ini dapat membantu dalam mengsukseskan
program mereka sesuai dengan misi yang diembannya.
Ada 3 keuntungan mempelajari kebudayaan suatu masyarakat
(Musliman 2021).
Pertama, manusia adalah mahluk berbudhi, atau berbudaya.
Kebudayaan merupakan hasil bersama. Masing-masing individu di bentuk
dan berkembang menjadi seorang pribadi dalam kebudayaan masyarakat. Oleh
karena itu kebudayaan melibatkan banyak generasi sebagai pendukung dan
pengembangannya.
Kedua, mempelajari kebudayaan suatu masyarakat, merupakan proses
memperoleh pengetahuan berdasarkan prosedur keilmuan. Prosedur keilmuan
seperti (1) Pengumpulan fakta. (2) Penentuan ciri-ciri umum dan sistem. (3)
Verifikasi.
Ketiga, setiap budaya memiliki fungsi dan kebermanfaatan bagi
masyarakatnya. Ada lima fungsi kebudayaan yang harus dipahami oleh
seorang professional (1) budaya membentuk manusia dimana ia berada
melahirkan kepribadian umum setiap individu, (2) di dalam budaya ada nilai-
nilai yang menjadi pedoman bagi anggota masyarakatnya. (3) budaya akan
membentuk pola tingkah laku individu sebagai anggota masyarakatnya. (4)
budaya memberi rasa aman dan tenteram bagi warganya. (5) budaya
menciptakan harmoni (keselarasan) bagi individu, dalam kehidupan
masyarakatnya.
B. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan secara etimologis, berasa dari bahasa Sanskerta,
Buddhayah, bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti akal atau budi.
Sehingga budaya dapat diartikan suatu cara hidup yang berkembang dan

2
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi.
Dalam istilah asing, kebudayaan disamakan dengan istilah kultur,
terjemahan dari kata Inggris yaitu ‘culture’. Culture itu sendiri berasal dari
Bahasa Latin yaitu ‘colere’ yang berarti ‘mengolah atau mengerjakan’,
terutama mengolah tanah atau bertani. Istilah tersebut berkembang menjadi
kata ‘culture’, yaitu segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah
tanah dan mengubah alam(Koentjaraningrat 2015).
Koentjoroningrat (1990) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Edward B.
Taylor 1897, memaknai kebudayaan keseluruhan kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat (kebisaaan) dan pembawaan lainnya yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat (Munandar Sulaeman 2018).
Budaya lahir dari produk akal manusia, dan mendapat pengakuan dari
masyarakat, sehingga diklaim sebagai milik masyarakat. Menurut Selo
Sumardjan kebudayaan adalah karya, rasa dan cipta masyarakat (Soekamto
1990). Penjelasan lain mengatakan bahwa ‘kebudayaan dipahaminya sebagai
seluruh cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat” (Chris Jenks
2013). Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive Culture”, bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan lain, serta kebisaaan yang didapat manusia sebagai anggota
masyarakat.
Ada istilah yang sangat tipis bersinggungan dengan makna kebudayaan
kerapkali disandingkan dengan istilah kebudayaan yaitu istilah tersebut adalah
‘peradaban’. Dalam Bahasa Inggris disebut ‘civilization’. Peradaban dimaknai
bentuk kebudayaan yang mempunya sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni
bangunan, seni rupa dan sistem kenegaraan dari masyarakat kota yang maju
dan konpleks (Koentjaraningrat 2015).
Dari kedua istilah tersebut dapat dimaknai bahwa peradaban dapat
mengukur tingkat kemajuan budaya suatu masyarakat. Menurut (Munandar

3
Sulaeman 2018) dari aspek nilai kebudayaan dibagi menjadi 2 yaitu,
kebudayaan subjektif dan kebudayaan objektif. Nilai subjektif terdapat pada
perkembangan kebenaran, kebajikan dan keindahan. Sedangkan kebudayaan
objektif merupakan hasil-hasil unsur kebudayaan yang dapat
disistematisasikan menurut beberapa prinsip antara lain ilmu pengetahuan,
teknologi, kesosialan, ekonomi, kesenian dan agama.
Menujuk dari narasi di atas, maka kemajuan kebudayaan suatu
masyarakat, dapat diukur dari unsur-unsur kebudayaan objektifnya, dalam hal
ini identic dengan peradaban. Dengan demikian untuk mengetahui kemajuan
suatu masyarakat dapat dilihat dari tingkat peradabannya.
Dalam istilah Indonesia secara etimologi “peradaban” berasal dari kata
‘adab’, bahasa Arab yaitu addaba-yu’addibu-ta’dib yang diartikan
sebagai akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti
mengatakan bahwa peradaban merupakan bentuk kebudayaan yang natural
seperti adat sopan santun dalam menjalani kehidupan yang senantiasa
harus memegang teguh nilai-nilai yang ada, baik berupa moral, norma, etika,
dan estetika (Supriani et al. 2022).
Peradaban menggambarkan tingkat kemajuan budaya suatu masyarakat.
Namun yang hakiki adalah peradaban yang beradab yang memiliki ciri (1)
Nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan, (2)
Norma: aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan
sesuatu benar atau salah, baik atau buruk, (3) Etika : nilai-nilai dan norma
moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam
megatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket,
sopan santun, (4) Estetika: berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup
dalam keindahan, mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance),
dan kebalikan (contrast) (Supriani et al. 2022).
C. Wujud dan Unsur Kebudayaan
1. Wujud Kebudayaa
Kebudayaan itu meliputi segala aspek kehidupan yang dihasilkan dari akal
manusia serta mendapat pengakuatan dari masyarakat sebagai miliknya.
Masyarakat awam memaknai budaya hanya sebatas, adat istiadat, bahasa dan

4
kesenian. Dari dimensi filsafat dan ilmu pengetahuan ilmiah, kebudayaan
mencakup banyak hal baik yang kasat mata (tangible), maupun yang bersifat
abstrak (intangible), sepanjang itu produk akan manusia yang adda di
masyarakat.
J.J. Honigmann (1959), membagi budaya kedalam 3 (tiga) wujud. Teori
ini dapat digunakan untuk melakukan studi unsur budaya secara utuh.
(Koentjaraningrat 2015). Pertama, wujud budaya berupa gagasan (Ideas),
disebut juga budaya ide atau gagasan. Bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau
disentuh, adanya pada alam pikiran masing-masing anggota masyarakatnya,
seperti Pancalisa, Binneka Tunggal Ika dan lain-lain. Kedua, wujud budaya
berupa perilaku yang terpola berupa aktvitas sosial. Wujud budaya ini secara
kasat mata bisa dilihat dan diamati. Contohnya, prosesi/upacara adat
perkawinan, penguburan mayat, gotong royong dan lain-lain. Ketiga, wujud
kebudayan berupa material. Wujud budaya material dengan mudah dapat
diamati oleh indra manusia, mulai dari bentuk, warna, berat dan lain-lain.
Contohnya, patung, alat-alat berburu, makanan, minuman dan pakain dan
lain-lain.
Jackson dan Huxley, (1985), membagi kebudayaan kedalam tiga
klasifikasi (Awan Mutakin dan Cece Rahmat 2008) yaitu (1) mentifacts, (2)
sociofacts dan (3) artifacts. Kalau dikombinasikan antara kedua teroi tersebut,
dapat dipetakan sebagaimana tabel di bawah. Pertama, mentifact, yaitu
wujud kebudayaan berupa ideas atau mentifacts. Bentuk budaya ini
meerupakan hasil alam pikiran manusia yang diaktualisasi dalam bentuk
gagasan dan pikiran yang sifatnya abstrak. Seperti adat istiadat, nilai norma
peraturan dan sebagainya. Kedua, sociofact, yaitu wujud kebudayaan sebagai
suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
atau disebut sociofacts atau sosial sistem. Seperti sistem sosial (1) sub-
sistem politik, (2) sub-sistem budaya, (3) sub-sistem sosial, (4) sub-sistem
hankam dan (5) sub-sistem sosial budaya’ (Mutaqin dan Rahmat, 2008, hlm.
155).
Ketiga artifact, wujud kebudayaan ketiga adalah benda-benda hasil karya
manusia atau disebut dengan istilah artifacts. Wujud ini dikategorikan ke

5
dalam kelompok budaya material, yang sifatnya konkrit atau kasat mata.
Benda-benda budaya yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah alat-alat
produksi, alat-alat distribusi dan transport, wadah-wadah dan tempat-tempat
untuk menaruh, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat
berlindung dan perumahan dan senjata dan lain-lain. Dalam istilah
Klockhohn wujud budaya artefak ini dimasukkan ke dalam ketegori unsur
peralatan dan teknologi.
Pemetaan tentang wujud kebudayaan dapat dipelajari sebagaimana pada
matrik di bawah ini. Dari matrik tersebut terlihat bahwa kebudayaan tidak selalu
berwujud benda, tapi terdapat juga wujud yang bersifat abstrak. Dalam istilah
sekarang ada budaya benda dan budaya non benda, atau intangible dan
nonintangible
Tabel 2.1 Wujud Budaya dengan Ciri-Cirinya

Wujud Ideal Wujud Kelakuan Wujid Fisik


Think  Ideas Doing  Norms Moving 
Thing
Kompleks ide-ide, Kompleks aktivitas Benda-benda
gagasan, nilai-nilai dsb kelakuan yang terpola hasil karya
di dalam masyarakat manusia
Mentifacts Sociofacts Artifacts
Abstrak, adat kelakuan, Sistem sosial aktivitas - Fisik
mengatur, menghendaki, manusia, berinteraksi - kongkrit
memberi arah
Religious, beliefs Rules (kebisaaan), Building
(kepercayaan, religi), customs (adat istiadat) (bangunan),
folkor (dongeng, cerita ritual (upacara artifacts (barang
rakyat) keagamaan) hasil kecerdasan
manusia, seni

2. Unsur Universal Kebudayaan


Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa budaya itu merupakan produk dari
akal manusia yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Disamping ada 3
wujud kebudayaan tersebut di atas. Kebudayaan juga memiliki unsur yang
bersifat universal. Unsur universal mengandung arti bahwa unsur-unsur
tersebut aka nada disetiap masyarakat apakah masyarakat pritimitif, tradisional,
modern, masyarakat desa maupun kota. ataupun masyarakat modern, mereka
memiliki kebudayaan.

6
Melville J. Herskovits, merumuskan ada 4 unsur kebudayaan dalam
masyarakat yaitu (1) alat-alat teknologi, (2) system ekonomi; (3) keluarga; dan
(4) kekuasaan politik. Demikian hal Bronislaw Malinowski, yang ada 4 unsur
kebudayaan dalam masyarakat yaitu (1) system norma-norma yang
memungkinkan kerjasama antar anggota masyarakat agar menguasai alam
sekelilingnya; (2) organisasi ekonomi; (3) alat-alat dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga adalah
lembiga pendidikan yang utama dan (4) organisasi kekuatan (Soekamto 1990).
Seorang Antropolog yaitu C. Kluckhohn, dalam sebuah karangannya
yang berjudul Universal Categories of Culture (1953), mengindentifikasi ada 7
unsur kebudayaan yang bersifat universal (cultural universals). Ke 7 unsur
universal tersebut adalah sebagai berikut (Koentjaraningrat 2015):
a. Bahasa
b. Sistem pengetahuan
c. Organisasi sosial
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi
e. Sistem mata pencaharian hidup
f. Sistem religi
g. Kesenian
Uraian ke 7 unsur universal kebudayaan tersebut akan di jelaskan lebih
lengkap pada bab selanjutnya.
D. Aneka Ragam Kebudayaan Masyarakat Indonesia
Ada 2 istilah yang harus dipahami secara kontektual dalam memahami
kebudayaan di Indoensia. Pertama, budaya Indonesia, dapat dimaknai semua
unsur budaya yang ada dan dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Kedua, budaya
Nasional Indonesia, dimaknai (Koentjaraningrat 1981) ‘…tiap hasil karya putra
Indonesia dari suku bangsa manapun asalnya, pkoknya asal khas dan bermutu
saja, sedemikian rupa sehingga sebagian besar orang Indonesia mau dan bisa
mengidentifikasi diri dan merasa bangga dengan karya tadi, itulah Kebudayaan
Nasional Indonesia’.
Khas dan bermutu, dapat berwujud berupa gagasan dan ide serta pemikiran
kolektif, perilaku sosial maupun bentuk budaya artefak/material. Khas dan

7
bermutu juga mencakup unsur-unsur kebudayaan, mulai dari sistem Bahasa, sosial
kemasyarakatan, sistem mata pencaharian, sistem teknologi, sistem pengetahuan,
sistem kesenian dan sistem kepercayaan.
Kebudayaan Nasional Indonesia, bersumber dari kebudayaan daerah maupun
hasil cipta rasa dan karya anak bangsa. Sepanjang keduanya mendapat dukungan
memberi rasa kebanggaan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, maka
budaya tersebut telah memenuhi syarat sebagai budaya Nasional Indonesia.
Contohnya seperti (1) wujud budaya ideologi Pancasila dan Bhinneka Tinggal
Ika, (2) wujud budaya sistem sosial yaitu gotong royong, kekeluargaan, tari
kecak, tari saman. (3) wujud budaya material, pakaian batik dan kebaya,
makanan rendang dan rawon, dan lain sebagainya.
Latar belakang historis, geogragrafis dan demografis Indonesia yang sedemikai
rupa, menjadikan bangsa Indonesia memiliki banyak keragaman budaya. Hasil
sensus 2020 persebaran etnik besar di Indonesia dipetakan pada Tabel 2.2 di
bawah ini (Pitoyo, J and Triwahyudi 2017).
Tabel 2.2 Distribusi Suku di Indonesia Tahun 2020

Sebagaimana dikemukakan pada bab 1, bahwa etnis merupakan kesatuan


sosial yang memiliki identitas berupa kebudayaan. Menurut Hildred Geertz,
(1967), terdapat 300 suku bangsa di Indonesia. G. William Skinner, (1959)

8
mengatakan ada lebih dari 35 suku bangsa di Indonesia (Nasikun 1995). Suku-
suku bangsa tersebut oleh Van Hollenhoven membagi Indonesia ke dalam 19
daerah kebudayaan di Indonesia atau Lingkaran-Lingkaran Hukum Adat di
Indonesia (Koentjaraningrat 2015) sebagaimana pata gambar 2.1 yaitu
1. Aceh 1. Gorontalo 10. Surakarta dan
2. Gayo – Alas dan Batak 2. Toraja Yogyakarta
2a. Nias dan Batu 3. Sulawesi Selatan 11. Jawa Barat
3. Minagkabau 4. Ternate
3a. Mentawai 5. Ambon Maluku
4. Sumatra Selatan 13a. Kep Barat Daya
4a. Enggano 6. Irian/Papua
5. Melayu 7. Timor
6. Bangka dan Belitong 8. Bali dan Lombok
7. Kalimantan 9. Jawa Tengan dan
8a. Sangi -Talaud Timur

Ke 19 lingkaran tersebut dipetakan pada gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Lingkaran-Lingkaran Hukum Adat di Indonesia

Sebagaimana diuraikan diatas, bahwa kebudayaan itu memiliki 3 wujud yaitu:


(1) wujud ideel/gagasan/pikiran atau mentifact, (2) wujud kelakuan (perilaku
sosial yang terpola) atau sociofact, dan (3) wujud fisik atau artifact. Adat adalah
wujud ideel dari kebudayaan, disebut juga adat tata-kelakukaan (Koentjaraningrat
1981). Dijelaskan pula bahwa dalam masyarakat ada 4 tingkat adat yaitu (1)

9
tingkat nilai budaya, (2) tingkat norma-norma, (3) tingkat hokum dan (4) tingkat
aturan khusus.
Dari uraian tentang wujud budaya ideel dan pembagian lingkaran hokum adat
sebagaimana tertera pada gambar 2.1. Maka dapat disimpulkan bahwa gambar 2.1
merupakan pemetaan dari lingkaran adat istiadat atau wujud kebudayaan ideel
atau mentifact di Indonesia.
Daftar Pustaka
Awan Mutakin, Dasim Budiman, Gurniwan Kamil Pasha. 2004. Dinamika
Masyarakat Indonesia. Bandung, Genesindo.
Awan Mutakin dan Cece Rahmat. 2008. Hakekat Manusia Dalam Dinamika
Sosial Budaya. Bandung, FPIPS.
Chris Jenks. 2013. Culture Studi Kebudayaan. Yogyakarta: Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.
Jacobus Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar.
Bogor. Bogor, Ghalia Indonesia.
Koentjaraningrat. 1981. Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
———. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. 10th ed. Jakarta: Jakarta, Rineka
Cipta.
Koentjaraningrat dan AA Loedin. 1985. Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan
Kesehatan. 1st ed. ed. Gramedia Jakarta.
Munandar Sulaeman. 2018. Ilmu Budaya Dasar Dan Ilmu Ssosial Budaya Dasar /
Social Culture. Bandung, Repika.
Musliman. 2021. “Kajian Filsafat Ilmu Dalam Kebudayaan.” Jurnal
Bangunrekraprima, Vol 7 Edis: Hal 105 sd 109.
Nasikun. 1995. Sistem Sosial Indonesia. jakarta: jakarts, Raja Grapindo.
Nina Yuliana. 2022. Suku Bangsa Serta Keanekaragaman Suku Bangsa ,
Pengantar Antropologi. ed. Sumarna Atmaja. Pubalingga: Eureka Media
Aksara.
Pitoyo, J, Agus, and Hari Triwahyudi. 2017. “Dinamika Perkembangan Etnis Di
Indonesia Dalam Konteks Persatuan Negara.” Populasi Volume 25: Hal 64
sd 81.
Soekamto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. 4th ed. Jakarta: Jakarta,
Raja Grapindo Persada.
Supriani, Yuli, Ace Nurasa, Aan Hasanah, and Bambang Samsul Arifin. 2022.
“Nilai-Nilai Sebagai Pembentuk Peradaban Manusia.” Edumaspul: Jurnal
Pendidikan 6(1): 1139–47.

10
11

Anda mungkin juga menyukai