Anda di halaman 1dari 26

DETEKSI DINI GANGGUAN KESEHATAN

REPRODUKSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Perempuan dan


Perencanaan Keluarga

Dosen pengampu:
Hj. Dyah Widiyastuti, SST, M.Keb

Disusun oleh:

Kelompok 7

Amalia Viana D. P. NIM: P2.06.24.2.22.003

Anik Vioni NIM: P2.06.24.2.22.004

Annisa Putri N. NIM: P2.06.24.2.22.005

JURUSAN DIII KEBIDANAN KAMPUS CIREBON


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga, pada
semester empat ditahun ajaran 2023, dengan judul " Deteksi Dini Gangguan
Kesehatan Reproduksi".

Dengan tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengerti tentang
Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi. Kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu sudah selayaknya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Dyah
Widiyastuti, SST, M.Keb yang telah memberi tanggung jawab kepada kami.
Orang tua dan keluarga kami yang telah memberi banyak bantuan, dorongan dan
motivasi. Sumber terpercaya yang telah banyak membantu dalam penulisan
makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari
kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun karya
tulis ini, sangat kami harapkan.

Cirebon, 7 Januari 2024

Penyusun

i
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pemeriksaan Fisik Pada Remaja, Calon Pengantin, Dan Pasangan Usia
Subur…………………………………………………………………………………….3
B. Penyakit Menular Sexual (Gonorhoe, sypilis, chlamydia, trichominiasis,
condiloma acuminata, herpes genitalis, HIV/AIDS).....................................................10
BAB IV PENUTUP........................................................................................................21
A. Kesimpulan......................................................................................................21
B. Saran................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan ibu dan
anak yang dapat dipersiapkan sejak dini, bahkan sebelum seorang perempuan
hamil dan menjadi ibu. Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan
secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya.
Perawatan kesehatan prakonsepsi berguna untuk mengurangi resiko dan
mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat.
Perawatan kesehatan prakonsepsi merupakan perawatan yang mengacu
pada intervensi biomedis, perilaku, dan pencegahan sosial yang dapat
meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Untuk dapat menciptakan
kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining prakonsepsi. Skrining
prakonsepsi sangat berguna dan memiliki efek positif terhadap kesehatan ibu dan
anak. Penerapan kegiatan promotif, intervensi kesehatan preventif dan kuratif
sangat efektif dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga membawa
manfaat kesehatan untuk remaja, baik perempuan dan laki-laki selama masa
reproduksinya baik sehat secara fisik, psikologis dan sosial, terlepas dari rencana
mereka untuk menjadi orang tua.
Manfaat dari skrining prakonsepsi adalah menurunkan angka kematian ibu
dan bayi, mencegah kehamilan tidak diinginkan, mencegah komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan, mencegah kelahiran mati, prematur dan bayi dengan
berat lahir rendah, mencegah terjadinya kelahiran cacat, mencegah infeksi pada
neonatal, mencegah kejadian underweight dan stunting sebagai akibat dari
masalah nutrisi ibu, mengurangi resiko diabetes dan penyakit kardiovaskuler
dalam kehamilan dan mencegah penularan Human Immunodeficience Virus dari
ibu kejanin

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi, meliputi:
a. Pemeriksaan fisik pada remaja, calon pengantin, dan Pasangan
Usia Subur
b. Penyakit Menular Sexual (Gonorhoe, sypilis, chlamydia,
trichominiasis, condiloma acuminata, herpes genitalis, HIV/AIDS)

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi,
meliputi:

3
4

a. Pemeriksaan fisik pada remaja, calon pengantin, dan Pasangan


Usia Subur
b. Penyakit Menular Sexual (Gonorhoe, sypilis, chlamydia,
trichominiasis, condiloma acuminata, herpes genitalis,
HIV/AIDS)

C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dan menjadi
bahan acuan selama pembelajaran dan dapat memberikan manfaat dalam
menerapkan praktik klinik lebih baik lagi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Fisik Pada Remaja, Calon Pengantin, Dan Pasangan


Usia Subur
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan
kesehatan seksual. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan
untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes
No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan pasangan usia
subur.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97


TAHUN 2014

TENTANG

PELAYANAN KESEHATAN MASA SEBELUM HAMIL, MASA HAMIL,


PERSALINAN, DAN MASA SESUDAH MELAHIRKAN,
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KONTRASEPSI, SERTA
PELAYANAN KESEHATAN SEKSUAL

- 5-

BAB II

PELAYANAN KESEHATAN MASA SEBELUM HAMIL, MASA HAMIL,


PERSALINAN, DAN MASA SESUDAH MELAHIRKAN

Bagian Kesatu

Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil

Pasal 5

(1) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil dilakukan untuk mempersiapkan


perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat
serta memperoleh bayi yang sehat.

5
6

(2) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan pada:

a. remaja;

b. calon pengantin; dan/atau

c. pasangan usia subur.


7

(3) Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) meliputi:

a. pemeriksaan fisik;

b. pemeriksaan penunjang;

c. pemberian imunisasi;

d. suplementasi gizi;

e. konsultasi kesehatan; dan

f. pelayanan kesehatan lainnya.

Pasal 6

(1) Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a
paling sedikit meliputi:

a. pemeriksaan tanda vital; dan

b. pemeriksaan status gizi.

- 6-

(2) Pemeriksaan status gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus
dilakukan terutama untuk:

a. menanggulangi masalah Kurang Energi Kronis (KEK); dan

b. pemeriksaan status anemia.

Pasal 7

Pemeriksaan penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b


merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis,
terdiri atas:

a. pemeriksaan darah rutin;

b. pemeriksaan darah yang dianjurkan;

c. pemeriksaan penyakit menular seksual;

d. pemeriksaan urin rutin; dan

e. pemeriksaan penunjang lainnya.


8

Pasal 8

(1) Pemberian imunisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c
dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit Tetanus.

(2) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan.

(3) Status T5 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan agar wanita usia
subur memiliki kekebalan penuh.

(4) Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemberian
imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon
pengantin.

(5) Ketentuan mengenai Pemberian imunisasi tetanus toxoid sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 9

(1) Pemberian suplementasi gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)
huruf d bertujuan untuk pencegahan anemia gizi.

(2) Pemberian suplementasi gizi untuk pencegahan anemia gizi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi
seimbang dan tablet tambah darah.

Pasal 10

(1) Konsultasi kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf e
berupa pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi.

(2) Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan.

(3) Tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi guru
usaha kesehatan sekolah, guru bimbingan dan konseling, kader terlatih, konselor
sebaya, dan petugas lain yang terlatih.
9

(4) Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
antara lain diberikan melalui ceramah tanya jawab, kelompok diskusi terarah, dan
diskusi interaktif dengan menggunakan sarana dan media komunikasi, informasi,
dan edukasi.

Pasal 11

(1) Materi pemberian komunikasi informasi dan edukasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 ayat (1) dilakukan sesuai tahap perkembangan mental dan
kebutuhan.

(2) Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk remaja meliputi :

a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);

b. tumbuh kembang Anak Usia Sekolah dan Remaja;

c. kesehatan reproduksi;

d. imunisasi;

e. kesehatan jiwa dan NAPZA;

f. gizi;

g. penyakit menular termasuk HIV dan AIDS;

h. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS);dan

i. kesehatan intelegensia.

(3) Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk calon pengantin
dan pasangan usia subur (prakonsepsi) meliputi :

a. informasi pranikah meliputi:

1. kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup;

2. hak reproduksi;

3. persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan pranikah;

dan

4. informasi lain yang diperlukan;

b. informasi tentang keadilan dan kesetaraan gender dalam pernikahan termasuk


peran laki-laki dalam kesehatan.
10

(4) Persiapan pranikah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a angka 3
antara lain persiapan fisik, persiapan gizi, status imunisasi Tetanus Toxoid, dan
menjaga kesehatan organ reproduksi

Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan


Permenkes No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan pasangan
usia subur. Pelayanan skrining prakonsepsi terutama di tekankan kepada calon
pengantin untuk mempersiapkan kesehatan calon pengantin secara fisik dan
mental dalam menghadapi kehamilan sebagai upaya menyiapkan ibu hamil
sehat, menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Dean, et al (2014) bahwa fungsi dari skrining prakonsepsi
adalah untuk mengetahui status kesehatan fisik dan emosional ibu dan
pasangan sehingga dapat menjadi dasar dalam pemberian intervensi untuk
menyiapkan kehamilan yang optimal. Mayoritas pasangan yang memang
merencanakan kehamilan dapat merasakan manfaat skrining prakonsepsi, baik
bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun
sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan.
Pada pelaksanaan skrining
prakonsepsi, kegiatan pemeriksaan fisik pada calon pengantin sesuai dengan
Permenkes No.97 Tahun 2014 bahwa pemeriksaan fisik yang dimaksudkan
dalam pelayanan masa sebelum hamil paling sedikit meliputi pemeriksaan
tanda vital dan pemeriksaan status gizi. Pemeriksaan status gizi harus
dilakukan terutama untuk menanggulangi masalah kurang energi kronis dan
pemeriksaan status anemia.
Pemeriksaan fisik pada calon pengantin meliputi pemeriksaan tanda-
tanda vital, penimbangan berat badan dan pengukuran lingkar lengan atas
untuk mengetahui status gizi calon pegantin. Pemeriksaan berat badan dan
pengukuran status gizi sangat diperlukan karena berat badan dan status gizi
mempengaruhi kehamilan bila tidak disiapkan dari masa prakonsepi. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian dari Dean, et al (2014) bahwa berat badan ibu
hamil sebelum hamil adalah faktor signifikan yang berkontribusi terhadap
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan. Perempuan yang underweight
pada periode prakonsepsi berkontribusi 32% lebih tinggi terhadap risiko
kelahiran prematur 32%, perempuan dengan obesitas beresiko dua kali lipat
mengalami preeklampsia dan diabetes gestasional. Perempuan dengan obesitas
dan obesitas lebih dari dua kali lipat risiko preeklamsia.
Status gizi pada calon pengantin diperiksa
agar dapat dilakukan rencana tindak lanjut asuhan pada calon pengantin yang
memiliki masalah gizi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Prendergast
dan Humphrey (2014) bahwa status gizi dan kesehatan ibu sebelum, selama
dan setelah kehamilan mempengaruhi pertumbuhan awal anak dan
11

perkembangannya sejak dalam kandungan. Kehamilan dengan kekurangan


energi kronis menyebabkan kejadian stunting pada anak- anak sebesar 20%.
Penyebab lain dari sisi ibu antara lain ibu yang memiliki perawakan pendek,
jarak kelahiran yang terlalu dekat dan kehamilan remaja.
Pemeriksaan penunjang wajib yang dilaksanakan
adalah pemeriksaan urine dan pemeriksaan kadar hemoglobin. Pemeriksaan
lain yang direkomendasikan adalah pemeriksaan gigi, pemeriksaan kadar gula
darah, kolesterol, asam urat serta pemeriksaan penyakit menular seperti
hepatitis B dan infeksi menular seksual. Pengukuran kadar hemoglobin sebagai
pemeriksaan penunjang wajib sangat penting untuk dilakukan karena
kebanyakan perempuan tidak merencanakan kehamilan dengan baik sehingga
bila dari masa prakonsepsi ibu sudah mengalami sub optimal nutrisi maka
mereka risiko lebih tinggi untuk mengalami anemia defisiensi besi pada
kehamilan. Hal ini sejalan dngan penelitian dari Dainty, et al (2014) bahwa
pentingnya skrining status anemia pada masa prakonsepsi adalah agar dapat
diketahui kadar hemoglobin pada calon pengantin sehingga bila terjadi anemia
defisiensi besi dapat dilakukan upaya pengobatan sebelum terjadi kehamilan.
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan
diantaranya adalah pemeriksaan kadar gula darah. Hal yang mendasari
dianjurkannya pemeriksaan kadar gula darah pada calon pengantin adalah
banyak ditemukannya pasangan usia subur terutama perempuan yang
menderita diabetes mellitus. Pemeriksaan ini penting dilakukan bagi calon
pengantin perempuan beresiko untuk mengetahui kadar gula darah pada calon
pengantin sehingga bisa meminimalisir resiko komplikasi pada kehamilan. hal
ini sejalan dengan hasil penelitian dari Wahabi, et al (2010) bahwa skrining
diabetes mellitus pada masa prakonsepsi bermanfaat terhadap pengelolaan gula
darah yang lebih baik sebelum terjadi kehamilan, pemberian suplementasi
asam folat tiga bulan sebelum konsepsi, kondisi metabolik yang lebih baik
selama kehamilan, menurunnya risiko aborsi dan menurunnya angka kematian
bayi sehingga secara tidak langsung mengurangi komplikasi pada kehamilan.
Selain
pemeriksaan kadar gula darah, pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan
kepada calon pengantin adalah pemeriksaan HIV/AIDS. Pemeriksaan status
HIV pada calon pengantin di Puskesmas Tegalrejo bertujuan untuk
menurunkan angka penularan HIV/AIDS kepada pasangan maupun kepada
janin yang dikandung oleh ibunya kelak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dari Manakan dan Sutan (2017) bahwa skrining HIV pada pasangan sebelum
menikah terbukti mengurangi penularan HIV/AIDS.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada calon pengantin
perempuan di dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap
12

penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid dilakukan untuk


mencapai status imunisasi tetanus toxoid ke 5 hasil pemberian imunisasi dasar
dan lanjutan. Status imunisasi tetanus toxoid ke 5 (lengkap) ditujukan agar
wanita usia subur memiliki kekebalan penuh terhadap infeksi tetanus toxoid.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Lassi, et al (2014) bahwa imunisasi
selama periode prakonsepsi dapat mencegah banyak penyakit yang mungkin
memiliki konsekuensi serius atau bahkan terbukti fatal bagi ibu atau bayi yang
baru lahir. Standar nasional pelayanan skrining
prakonsepsi lainnya adalah suplementasi gizi pada calon pengantin. Pemberian
suplementasi gizi berupa asam folat bagi calon pengantin yang tidak menunda
kehamilan dan calon pengantin yang mengalami anemia. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian dari Opon, et al (2017) bahwa ibu hamil biasanya tidak
menyadari bahwa dirinya hamil pada awal kehamilan. sehingga suplementasi
asam folat lebih baik diberikan dari sebelum hamil. Suplai asam folat yang
tepat dari masa prakonsepsi, kehamilan dan laktasi sangat menentukan
perkembangan dan pertumbuhan janin yang tepat. Asam folat adalah zat yang
paling penting dalam unsur-unsur sel-sel pembagi karena memainkan peran
penting dalam sintesis deoxyribonucleic acid (DNA). Pada awal kehamilan,
permintaan asam folat yang tidak disintesis dalam tubuh manusia meningkat.
Asam folat yang dapat dipenuhi melalu pasokan makanan yang kaya asam folat
hanya sekitar 150-250 μg. Hal ini sejalan pula dengan penelitian dari Wen, et al
(2016) bahwa kekurangan asam folat meningkatkan risiko terjadinya kecacatan
saraf tabung (neuro tube defect), bibir sumbing dan down syndrome. Gangguan
metabolisme folat dapat menyebabkan hyperhomocysteinaemia dan komplikasi
yang lebih sering terjadi pada kehamilan, seperti keguguran berulang,
pertumbuhan janin terhambat dan pre eklampsia.
Pemeriksaan lain yang wajib diakses oleh calon pengantin perempuan
adalah pemeriksaan psikologi. Pemeriksaan psikologi memiliki peran penting
dalam mempersiapkan mental calon pengantin menghadapi pernikahan,
kehamilan, persalinan, nifas dan keluarga berencana. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian dari Lassi, et al (2014) bahwa masalah kesehatan mental ibu
sering tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan perawatan kesehatan. hasil
penelitian menunjukkan keterkaitan antara kesehatan mental remaja yang
buruk dan kehamilan yang buruk terhadap kesehatan janin. Perawatan
prakonsepsi untuk kondisi kejiwaan seharusnya selalu dilakukan pada wanita
usia subur. Untuk mengidentifikasi adanya gangguan jiwa. Sehingga dapat
diberikan penanganan lebih lanjut sebelum terjadi kehamilan. misalnya
konseling pada perempuan dengan gangguan depresi dan kecemasan dan
pendampingan agar depresi dan kecemasan tidak berlanjut hingga pada
13

kehamilan dan berdampak pada ibu dan janin seperti ingin mengakhiri
kehamilan, bunuh diri dan lain-lain (Lassi, et al 2014).

Penyakit Menular Sexual (Gonorhoe, sypilis, chlamydia,


trichominiasis, condiloma acuminata, herpes genitalis, HIV/AIDS)

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit menular


seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya sexually transmitted disease
(STD), sexually transmitted infection (STI) or venereal disease (VD). Infeksi
(lebih tepatnya infeksi-infeksi) yang digolongkan dalam IMS/PMS salah satu
cara penularannya melalui hubungan seksual (vaginal, oral, anal) dengan
pasangan yang sudah tertular. Jenisnya sangat banyak, semakin sering kita
berganti-ganti pasangan seks semakin besar kemungkinan tertular (bisa saja
tertular berbagai macam virus, bakteri, jamur, dan protozoa dalam tubuh kita).
Ada jenis yang efeknya terasa dalam 3 hari sesudah terpajan (terkena), ada pula
yang membutuhkan waktu lama. Sebaiknya IMS cepat diobati karena menjadi
pintu gerbang masuknya HIV ke dalam tubuh kita.

1. Penularan IMS Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu :
Melalui darah :
a. transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV,
b. saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba,
c. tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja,
d. menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril,
e. penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika
terluka dan menyisakan darah pada alat).
2. Dari ibu hamil kepada bayi :
a. saat hamil,
b. saat melahirkan,
c. saat menyusui
3. Jenis-jenis IMS Ada banyak jenis-jenis IMS dan berikut jenis-jenis IMS
diantaranya Gonorhoe, sypilis, chlamydia, trichominiasis, condiloma
acuminata, herpes genitalis, HIV/AIDS dan masih banyak lagi
4. Gejala – gejala IMS IMS seringkali tidak menampakkan gejala, terutama
pada wanita. Namun ada pula IMS yang menunjukkan gejala-gejala umum
sebagai berikut :
a. Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari
biasanya,
b. Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau
menjadi sering kencing,
14

c. Adanya luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar


mulut (nyeri ataupun tidak),
d. Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin,
e. Gatal-gatal di sekitar alat kelamin,
f. Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan
paha,
g. Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri,
h. Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi tidak
ada hubungannya dengan haid),
i. Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks, dan
j. Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.

5. IMS tidak dapat dicegah dengan :


a. Meminum minuman beralkohol seperti bir dan lain-lain.
b. Meminum antibiotik seperti supertetra, penisilin dan lain-lain,
sebelum atau sesudah berhubungan seks, tidak ada satu obat pun
yang ampuh untuk membunuh semua jenis kuman IMS secara
bersamaan (kita tidak tahu jenis IMS mana yang masuk ke tubuh
kita). Semakin sering meminum obat-obatan secara sembarangan
malah akan semakin menyulitkan penyembuhan IMS karena
kumannya menjadi kebal terhadap obat.
c. Mendapatkan suntikan antibiotik secara teratur, pencegahan
penyakit hanya dapat dilakukan oleh antibodi di dalam tubuh kita.
d. Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar (misalnya,
yang berkulit putih bersih) atau berdasarkan usia (misalnya, yang
masih muda), anak kecil pun dapat terkena dan mengidap bibit
IMS, karena penyakit tidak membeda-bedakan usia dan tidak
pandang bulu.  Membersihkan/mencuci alat kelamin bagian luar
(dengan cuka, air soda, alkohol, air jahe, dll) dan bagian dalam
(dengan odol, betadine atau jamu) segera setelah berhubungan
seks.
6. Penanganan IMS yang Benar
a. Segera pergi ke dokter untuk diobati
1) Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa
yang menyerang kita (jenis IMS sangat banyak dan ada
kemungkinan terjadi komplikasi), dibutuhkan tes untuk
memastikan IMS yang diderita.
2) Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda,
tergantung jenis IMS yang diderita
15

3) Jangan pergi berobat ke dukun atau tukang obat. Hanya dokter


yang tahu persis kebutuhan obat untuk IMS yang diderita.
Penggunaan herbal bisa dilakukan (sebaiknya) jika ada yang
mengawasi/penanggungjawab.
b. Ikuti saran dokter Jangan menghentikan minum obat yang
diberikan dokter meskipun sakit dan gejalanya sudah hilang. Jika
tidak diobati dengan tuntas (obat dikonsumsi sampai habis sesuai
anjuran dokter) , maka kuman penyebab IMS akan kebal terhadap
obat-obatan.
c. Jangan berhubungan seks selama dalam pengobatan IMS 66 Hal
ini berisiko menularkan IMS yang diderita kepada pasangan seks
Anda.
d. Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks
(khususnya pasangan sah) Pasangan seksual Anda juga harus
diperiksa dan berobat ke dokter. Jika tidak, IMS yang diderita akan
ulang-alik dari kita ke pasangan kita, kemudian dari pasangan kita
ke kita dan seterusnya. Kedua belah pihak harus disembuhkan agar
tidak saling menulari kembali.
7. Pencegahan IMS Pencegahan penyebarluasan IMS hanya dapat dilakukan
dengan cara :
a. Anda jauhi seks, tidak melakukan hubungan seks (abstinensi), atau
b. Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks
(monogami) dan saling setia, atau
c. Cegah dengan memakai kondom, tidak melakukan hubungan seks
berisiko (harus selalu menggunakan kondom).
d. Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku.
e. Edukasi, embuskan informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS
kepada kawan-kawan Anda.

Berikut Jenis-jenis IMS:

1. Gonore

Gonore adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan


oleh N. gonorrhoeae, bakteri aerob coccoid Gram- negatif. Faktor risiko
gonore antara lain berganti-ganti pasangan, usia muda, status belum
menikah, pekerja seks komersial (PSK), penyalahgunaan narkoba,
psikotropika dan aditif (narkotika), tingkat sosial ekonomi dan pendidikan
yang rendah, termasuk prevalensi, penggunaan kondom yang tidak
konsisten, dan riwayat hubungan seksual. infeksi menular. Infeksi. Gonore
adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh N.
16

gonorrhoeae, bakteri aerob coccoid Gram-negatif. Faktor risiko gonore


antara lain berganti-ganti pasangan, usia muda, status belum menikah,
pekerja seks komersial (PSK), penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan
aditif (narkotika), tingkat sosial ekonomi rendah dan tingkat pendidikan,
penggunaan kondom yang tidak konsisten, dan riwayat infeksi menular
seksual.
Penderita gonore sering mengalami koinfeksi, antara lain IMS
ulseratif seperti pada sifilis, herpes progenitalis, ulkus mole, dan
granuloma inguinal, IMS non ulseratif seperti C. trachomatis, HIV, warts,
dan Candida albicans Komplikasi yang dapat terjadi seperti epididimitis,
orkitis, prostatitis, cowperitis, bahkan infertilitas. Penyakit menular
seksual, juga dikenal sebagai PMS, adalah penyakit yang paling umum di
seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini adalah pengobatan yang efektif dan
sangat cepat. Namun, beberapa bakteri tua kebal terhadap obat-obatan dan
tersebar luas di seluruh dunia karena seringnya perjalanan udara. Pada
wanita, gonore dapat naik ke saluran reproduksi dan menginfeksi selaput
di panggul, menyebabkan ruam dan pemulihan panggul. Penyebab gonore
adalah adanya gonore. Neisseria gonorrhoeae adalah diplococcus Gram-
negatif yang menyebabkan infeksi pada saluran urogenital. Pembawa
bakteri ini adalah orang-orang yang mengeluarkan bakteri dari penis,
vagina, rektum, dan mulut mereka. Penularan penyakit terjadi melalui
kontak seksual langsung, dimana bakteri ini masuk ke penis, vagina,&
dubur.

a. Penanganan Kasus Ims


Penatalaksanaan kasus IMS adalah layanan untuk orang yang
memiliki sindrom terkait IMS atau yang dinyatakan positif mengidap
17

satu atau lebih IMS. Komponen penatalaksanaan kasus IMS harus


komprehensif, meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis
akurat, pengobatan dini dan efektif, edukasi pasien, penyediaan dan
anjuran penggunaan kondom karet, menginformasikan dan
memanipulasi pasangan. Oleh karena itu, penatalaksanaan kasus yang
efektif tidak hanya tentang terapi antibiotik untuk menyembuhkan
penyakit dan mengurangi penularan, tetapi juga pelayanan yang
komprehensif dan inklusif untuk kesehatan reproduksi pasien.

2. Sifilis
Sifilis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh spirochaete,
Treponema pallidum (T. pallidum) yang merupakan bentuk dari penyakit
infeksi menular seksual. Ada juga penyakit lain pada manusia yang
dikarenakan treponema yaitu non venereal endemic syiphilis (telah
eradikasi), frambusia (T. pertenue, dan pinta (T. careteum di Amerika
Selatan. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Sifilis secara
umum bisa dibedakan menjadi dua sifilis kongenital (yang biasanya
ditularkan ibu ke janin selama dalam kandungan) dan sifilis yang
didapat/acquired (yang ditularkan dengan hubungan seks, juga bisa dengan
jarum suntik dan produk darah yang sudah tercemar).
Sifilis biasanya bersifat kronis, sistemik dan juga dapat
menginfeksi seluruh tubuh ataupun ibu hamil. Gejala klinis penyakit sifilis
mirip dengan berbagai penyakit IMS lainnya, pada keadaan awal sifilis
primer dapat sembuh dengan sendirinya. Apabila tidak diberikan
pengobatan akan berkembang menjadi stadium lanjutan yang lebih
berbahaya. Sifilis akan menimbulkan kondisi yang cukup parah terhadap
pasien, dan dapat menimbulkan infeksi pada otak atau neurosifilis,
kecacatan tubuh atau gumma. Penyakit ini juga dapat diderita oleh bayi
pada saat masih didalam janin yang terinfeksi oleh ibu yang menderita
penyakit sifilis. Penularan sifilis biasanya melalui hubungan seksual
dengan pasangan yang menederita penyakit sifilis, kontak langsung
dengan luka yang terinfeksi sifilis.
18

a. Jenis-Jenis Sifilis
Sifilis yang didapat bisa dibedakan menjadi 2 yaitu sifilis
dini yaitu mudah menular dan dapat merespon pengobatan secara
baik. Sifilis ini terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut sifilis
stadium primer, sifilis stadium sekunder, sifilis laten dini (biasanya
diderita kurang dari 1 tahun). Sifilis lanjut yang terdiri dari 2
macam yaitu sifilis laten lanjut (yang biasanya diderita dalam
jangka waktu lebih dari 1 tahun) dan sifilis tersier: gumma,
neurosifili, dan sifilis kardiovaskuler. Sifilis konginetal yaitu
penyakit infeksi menural seksual yang ditularkan oleh ibu ke janin
selama di dalam rahim. Sifilis ini dibedakan menjadi 2 yaitu sifilis
konginetal dini yaitu dalam dua tahun pertama kehidupan bayi dan
sifilis konginetal lanjut yaitu penyakit ini diderita berlanjut setelah
usia 2 tahun.

3. HIV / AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency


Sindrome. disebut acquired (diperoleh) karena hanya akan menderita kalau
terinfeksi HIV. Immunodeficiency berarti menyebabkan rusaknya sistem
kekebalan tubuh, disebut syndrome karena di tahun-tahun sebelum HIV
ditemukan dan dikenali sebagai penyebab AIDS, kita mengenali sejumlah
gejala dan komplikasi, termasuk infeksi dan kanker yang terjadi pada
orang yang mempunyai faktor-faktor risiko yang umum. HIV (Human
Immunodeficiency Virus) adalah virus golongan RNA yang spesifik
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan AIDS.
HIV positif adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV dan tubuh
telah membentuk antibodi (zat anti) terhadap virus tersebut. Mereka
berpotensi sebagai sumber penularan bagi orang lain. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome/Sindroma Defisiensi Imun Akut / SIDA)
19

adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul
akibat infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi dengan munculnya
berbagai penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme
dan lainnya.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome/Sindrom Defisiensi
Imun Didapat /SIDA)

A :Acquired artinya didapat, (bukan diturunkan) yang berarti AIDS


terjadi karena tertular virus HIV

I : Immuno/imun artinya kekebalan tubuh. Virus ini menyerang


sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

D :Deficiency/Defisiensi artinya tidak cukup atau kekurangan (sel


darah putih tertentu dalam sistem kekebalan tubuh).

S :Syndrome/sindrom, artinya sekelompok gejala sebagai akibat


infeksi HIV.

Dengan demikian, AIDS pada dasarnya adalah kumpulan gejala


klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV. Ini
artinya orang yang mengidap AIDS sangat mudah tertular berbagai macam
penyakit. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, tubuh tidak
dapat melawan kuman-kuman yang pada kondisi normal tidak
menimbulkan penyakit. Infeksi oportunistik dapat disebabkan oleh
berbagai virus, jamur, dan bakteri serta dapat menyerang berbagai organ
tubuh.

4. Kondiloma

Kondiloma akuminata (KA) atau genital warts atau lebih dikenal


oleh Masyarakat awam dengan istilah penyakit kutil kelamin, ataupun
penyakit jengger ayam digolongkan dalam penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) (Astuti, 2022). Kondiloma
akuminata disebabkan oleh virus HPV. Ada lebih dari 100 jenis HPV yang
teridentifikasi, dengan 40 strain diketahui mempengaruhi area anogenital.
HPV strain 6 dan 11 merupakan strain yang paling umum menyebabkan
20

kondiloma akuminata. Jenis HPV lain diketahui menyebabkan kutil


plantar, yang lesinya terdapat di tangan dan kaki. Infeksi beberapa strain
HPV juga menyebabkan displasia seluler yang menyebabkan kanker
tertentu yaitu kanker serviks dan kanker penis atau dubur pada pria
(Kaderli, 2014). HPV tipe 16 dan 18 subtipe berisiko tinggi berkembang
menjadi keganasan. Penelitian membuktikan secara kuat tipe 16 dan 18
berperan dalam karsinoma serviks, ano genitalia dan mulut.

Kondiloma akuminata dapat menimbulkan dampak psikologi yang


signifikan pada pasien, termasuk kecemasan, rasa bersalah dan kemarahan.
Pasien mungkin juga memiliki kekhawatiran tentang hilangnya kesuburan.
dan kanker. Lesi Praganas dan ganas dapat muncul pada kutil kelamin.
Kondiloma akuminata juga dapat berkembang menjadi lesi ganas. Tanda-
tanda transformasi keganasan meliputi perdarahan, pigmentasi tidak
teratur, ulserasi dan lesi dengan infiltrasi dermal yang teraba (Lacey CJ,
2012).
Pencegahan dan edukasi pasien yaitu dengan adanya Penyedia
layanan harus memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyebab lesi
yang mereka alami. Pasien disarankan untuk memberi tahu pasangan
21

seksualnya saat ini dan sebelumnya dalam 6 bulan terakhir tentang kutil
kelaminnya. Pasien harus diberikan nasihat tentang penggunaan kondom,
karena kondom terbukti melindungi terhadap infeksi HPV, yang
menyebabkan kutil kelamin (Lacey CJ, 2012). Dokter dan perawat di
pelayanan kesehatan primer harus mengedukasi pasien tentang manfaat
vaksin HPV. Vaksin ini melindungi HPV 6 dan 11, yang merupakan agen
penyebab sekitar 90% kutil kelamin. Vaksin ini juga melindungi terhadap
jenis virus penyebab kanker serviks, termasuk HPV 16 dan 18 (Beachler
DC, 2016). Vaksin HPV paling efektif bila diberikan sebelum terpapar
virus. Karena itu, rekomendasi saat ini bagi anak perempuan dan laki-laki
berusia 11-12 tahun menerima dua dosis vaksin. Dan usia dibawah 26
tahun, juga disarankan untuk divaksinasi (Beachler DC, 2016).

Panduan skrining kanker serviks berasal dari pedoman American


Cancer Society dan tidak memerlukan modifikasi dengan ada atau
tidaknya kutil kelamin. Tidak ada indikasi bagi wanita yang berusia
dibawah 21 tahun untuk menjalani pemeriksaan kanker serviks. Wanita
yang berusia 21 sampai 29 tahun harus menjalani pemeriksaan. sitologi
Pap smear setiap 3 tahun. Antara usia 30 sampai 65 tahun harus menjalani
tes sitologi selama 3 tahun, atau kombinasi tes virus HPV dan tes sitologi
setiap 5 tahun. Skrining kanker serviks setelah 65 tahun tidak dianjurkan
jika pasien telah mendapatkan hasil tes negatif yang memadai.

5. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah infeksi yang disebabkan oleh protozoa


Thricomonas vaginalis dan merupakan infeksi menular seksual non-viral
yang paling umum di seluruh dunia (Rowawi et al, 2017). Data prevalensi
tahun 2016 menunjukkan bahwa T. vaginalis menginfeksi sekitar 156 juta
orang di seluruh dunia setiap tahun, baik wanita maupun pria berusia
antara 15 dan 49 tahun. Awalnya, para ahli sepakat pada tahun 1957
bahwa trikomoniasis. adalah infeksi menular seksual yang dianggap
sebagai PMS, tetapi ada beberapa laporan kasus yang menyebar tanpa
kontak seksual dan terkait dengan kurangnya kebersihan pribadi. Sebuah
laporan kasus dari Ghana menemukan infeksi trikomoniasis pada sebuah
keluarga dan sekelompok gadis India di pedesaan India, sehingga dapat
disimpulkan bahwa infeksi T. vaginalis dapat disebabkan oleh kontaminasi
air atau pertukaran pribadi. hal-hal seperti handuk dalam keluarga.
Sebuah studi Zambia oleh Crucciti dan rekan menunjukkan bahwa
22

prevalensi trikomoniasis pada wanita muda adalah 27,1%, dimana 24,7%


terjadi pada wanita muda yang belum pernah berhubungan seks. Infeksi
parasit ini sering muncul tanpa gejala (tanpa gejala), sehingga terkadang
diabaikan dan dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun, menyebabkan komplikasi kesehatan reproduksi.

Trichomonas vaginalis mampu menyebabkan peradangan pada


dinding organ kemih dan kelamin dengan cara menyerang hingga
mencapai jaringan epitel dan subepitel. Waktu pembuatan film rata-rata
adalah dari 4 hari hingga 3 minggu. Pada kasus lanjut, terdapat bercak
dengan jaringan granular bening. Nekrosis dapat ditemukan pada lapisan
subepitel yang meluas ke permukaan epitel. Di vagina dan uretra, parasit
hidup pada puing-puing seluler, bakteri, dan benda lain di dalam cairan
(Daili, 2009).
23

6. Herpes Genital

7. Chlamydia
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan
kesehatan seksual. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan
untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes
No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan pasangan usia
subur.

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit menular


seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya sexually transmitted disease
(STD), sexually transmitted infection (STI) or venereal disease (VD).
Infeksi (lebih tepatnya infeksi-infeksi) yang digolongkan dalam IMS/PMS
salah satu cara penularannya melalui hubungan seksual (vaginal, oral,
anal) dengan pasangan yang sudah tertular. Jenisnya sangat banyak,
semakin sering kita berganti-ganti pasangan seks semakin besar
kemungkinan tertular (bisa saja tertular berbagai macam virus, bakteri,
jamur, dan protozoa dalam tubuh kita). Ada jenis yang efeknya terasa
dalam 3 hari sesudah terpajan (terkena), ada pula yang membutuhkan
waktu lama. Sebaiknya IMS cepat diobati karena menjadi pintu gerbang
masuknya HIV ke dalam tubuh kita.

B. Saran
Kelompok menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami memohon kepada para pembaca untuk memberikan
kritikan dan sarannya.
7

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, E. 2017. Buku Ajar Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga.


Jakata: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta

Kurniawati, Herlin Fitrina, & Yulivantina, E. V. (2021). Pelaksanaan Skrining


Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan. Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 48-52.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 97. Jakarta.

Solehudin. Tribakti, Ichlas. Ester. Dkk. 2023. Epidemiologi Infeksi Penyakit


Menular Seksual. Get Press Indonesia: Padang

Ardiany, Hanifah. Marsanti, Avisena Sakufa. 2021. Buku Ajar Epidemiologi


penyakit menular seksual HIV/AIDS. Uwais Inspirasi Indonesia. Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai