REPRODUKSI
Dosen pengampu:
Hj. Dyah Widiyastuti, SST, M.Keb
Disusun oleh:
Kelompok 7
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga, pada
semester empat ditahun ajaran 2023, dengan judul " Deteksi Dini Gangguan
Kesehatan Reproduksi".
Dengan tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengerti tentang
Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi. Kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu sudah selayaknya kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Dyah
Widiyastuti, SST, M.Keb yang telah memberi tanggung jawab kepada kami.
Orang tua dan keluarga kami yang telah memberi banyak bantuan, dorongan dan
motivasi. Sumber terpercaya yang telah banyak membantu dalam penulisan
makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari
kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun karya
tulis ini, sangat kami harapkan.
Penyusun
i
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pemeriksaan Fisik Pada Remaja, Calon Pengantin, Dan Pasangan Usia
Subur…………………………………………………………………………………….3
B. Penyakit Menular Sexual (Gonorhoe, sypilis, chlamydia, trichominiasis,
condiloma acuminata, herpes genitalis, HIV/AIDS).....................................................10
BAB IV PENUTUP........................................................................................................21
A. Kesimpulan......................................................................................................21
B. Saran................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan ibu dan
anak yang dapat dipersiapkan sejak dini, bahkan sebelum seorang perempuan
hamil dan menjadi ibu. Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan
secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya.
Perawatan kesehatan prakonsepsi berguna untuk mengurangi resiko dan
mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan kehamilan sehat.
Perawatan kesehatan prakonsepsi merupakan perawatan yang mengacu
pada intervensi biomedis, perilaku, dan pencegahan sosial yang dapat
meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Untuk dapat menciptakan
kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining prakonsepsi. Skrining
prakonsepsi sangat berguna dan memiliki efek positif terhadap kesehatan ibu dan
anak. Penerapan kegiatan promotif, intervensi kesehatan preventif dan kuratif
sangat efektif dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga membawa
manfaat kesehatan untuk remaja, baik perempuan dan laki-laki selama masa
reproduksinya baik sehat secara fisik, psikologis dan sosial, terlepas dari rencana
mereka untuk menjadi orang tua.
Manfaat dari skrining prakonsepsi adalah menurunkan angka kematian ibu
dan bayi, mencegah kehamilan tidak diinginkan, mencegah komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan, mencegah kelahiran mati, prematur dan bayi dengan
berat lahir rendah, mencegah terjadinya kelahiran cacat, mencegah infeksi pada
neonatal, mencegah kejadian underweight dan stunting sebagai akibat dari
masalah nutrisi ibu, mengurangi resiko diabetes dan penyakit kardiovaskuler
dalam kehamilan dan mencegah penularan Human Immunodeficience Virus dari
ibu kejanin
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi, meliputi:
a. Pemeriksaan fisik pada remaja, calon pengantin, dan Pasangan
Usia Subur
b. Penyakit Menular Sexual (Gonorhoe, sypilis, chlamydia,
trichominiasis, condiloma acuminata, herpes genitalis, HIV/AIDS)
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi,
meliputi:
3
4
C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dan menjadi
bahan acuan selama pembelajaran dan dapat memberikan manfaat dalam
menerapkan praktik klinik lebih baik lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
TENTANG
- 5-
BAB II
Bagian Kesatu
Pasal 5
5
6
(2) Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan pada:
a. remaja;
a. pemeriksaan fisik;
b. pemeriksaan penunjang;
c. pemberian imunisasi;
d. suplementasi gizi;
Pasal 6
(1) Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a
paling sedikit meliputi:
- 6-
(2) Pemeriksaan status gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus
dilakukan terutama untuk:
Pasal 7
Pasal 8
(1) Pemberian imunisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c
dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit Tetanus.
(2) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan.
(3) Status T5 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan agar wanita usia
subur memiliki kekebalan penuh.
(4) Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemberian
imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon
pengantin.
Pasal 9
(1) Pemberian suplementasi gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)
huruf d bertujuan untuk pencegahan anemia gizi.
Pasal 10
(1) Konsultasi kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf e
berupa pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi.
(2) Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan.
(3) Tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi guru
usaha kesehatan sekolah, guru bimbingan dan konseling, kader terlatih, konselor
sebaya, dan petugas lain yang terlatih.
9
(4) Komunikasi, informasi, dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
antara lain diberikan melalui ceramah tanya jawab, kelompok diskusi terarah, dan
diskusi interaktif dengan menggunakan sarana dan media komunikasi, informasi,
dan edukasi.
Pasal 11
(2) Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk remaja meliputi :
c. kesehatan reproduksi;
d. imunisasi;
f. gizi;
i. kesehatan intelegensia.
(3) Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk calon pengantin
dan pasangan usia subur (prakonsepsi) meliputi :
2. hak reproduksi;
dan
(4) Persiapan pranikah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a angka 3
antara lain persiapan fisik, persiapan gizi, status imunisasi Tetanus Toxoid, dan
menjaga kesehatan organ reproduksi
kehamilan dan berdampak pada ibu dan janin seperti ingin mengakhiri
kehamilan, bunuh diri dan lain-lain (Lassi, et al 2014).
1. Penularan IMS Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu :
Melalui darah :
a. transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV,
b. saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba,
c. tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja,
d. menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril,
e. penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika
terluka dan menyisakan darah pada alat).
2. Dari ibu hamil kepada bayi :
a. saat hamil,
b. saat melahirkan,
c. saat menyusui
3. Jenis-jenis IMS Ada banyak jenis-jenis IMS dan berikut jenis-jenis IMS
diantaranya Gonorhoe, sypilis, chlamydia, trichominiasis, condiloma
acuminata, herpes genitalis, HIV/AIDS dan masih banyak lagi
4. Gejala – gejala IMS IMS seringkali tidak menampakkan gejala, terutama
pada wanita. Namun ada pula IMS yang menunjukkan gejala-gejala umum
sebagai berikut :
a. Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur yang berbeda dari
biasanya,
b. Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau
menjadi sering kencing,
14
1. Gonore
2. Sifilis
Sifilis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh spirochaete,
Treponema pallidum (T. pallidum) yang merupakan bentuk dari penyakit
infeksi menular seksual. Ada juga penyakit lain pada manusia yang
dikarenakan treponema yaitu non venereal endemic syiphilis (telah
eradikasi), frambusia (T. pertenue, dan pinta (T. careteum di Amerika
Selatan. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Sifilis secara
umum bisa dibedakan menjadi dua sifilis kongenital (yang biasanya
ditularkan ibu ke janin selama dalam kandungan) dan sifilis yang
didapat/acquired (yang ditularkan dengan hubungan seks, juga bisa dengan
jarum suntik dan produk darah yang sudah tercemar).
Sifilis biasanya bersifat kronis, sistemik dan juga dapat
menginfeksi seluruh tubuh ataupun ibu hamil. Gejala klinis penyakit sifilis
mirip dengan berbagai penyakit IMS lainnya, pada keadaan awal sifilis
primer dapat sembuh dengan sendirinya. Apabila tidak diberikan
pengobatan akan berkembang menjadi stadium lanjutan yang lebih
berbahaya. Sifilis akan menimbulkan kondisi yang cukup parah terhadap
pasien, dan dapat menimbulkan infeksi pada otak atau neurosifilis,
kecacatan tubuh atau gumma. Penyakit ini juga dapat diderita oleh bayi
pada saat masih didalam janin yang terinfeksi oleh ibu yang menderita
penyakit sifilis. Penularan sifilis biasanya melalui hubungan seksual
dengan pasangan yang menederita penyakit sifilis, kontak langsung
dengan luka yang terinfeksi sifilis.
18
a. Jenis-Jenis Sifilis
Sifilis yang didapat bisa dibedakan menjadi 2 yaitu sifilis
dini yaitu mudah menular dan dapat merespon pengobatan secara
baik. Sifilis ini terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut sifilis
stadium primer, sifilis stadium sekunder, sifilis laten dini (biasanya
diderita kurang dari 1 tahun). Sifilis lanjut yang terdiri dari 2
macam yaitu sifilis laten lanjut (yang biasanya diderita dalam
jangka waktu lebih dari 1 tahun) dan sifilis tersier: gumma,
neurosifili, dan sifilis kardiovaskuler. Sifilis konginetal yaitu
penyakit infeksi menural seksual yang ditularkan oleh ibu ke janin
selama di dalam rahim. Sifilis ini dibedakan menjadi 2 yaitu sifilis
konginetal dini yaitu dalam dua tahun pertama kehidupan bayi dan
sifilis konginetal lanjut yaitu penyakit ini diderita berlanjut setelah
usia 2 tahun.
3. HIV / AIDS
adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul
akibat infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi dengan munculnya
berbagai penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme
dan lainnya.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome/Sindrom Defisiensi
Imun Didapat /SIDA)
4. Kondiloma
seksualnya saat ini dan sebelumnya dalam 6 bulan terakhir tentang kutil
kelaminnya. Pasien harus diberikan nasihat tentang penggunaan kondom,
karena kondom terbukti melindungi terhadap infeksi HPV, yang
menyebabkan kutil kelamin (Lacey CJ, 2012). Dokter dan perawat di
pelayanan kesehatan primer harus mengedukasi pasien tentang manfaat
vaksin HPV. Vaksin ini melindungi HPV 6 dan 11, yang merupakan agen
penyebab sekitar 90% kutil kelamin. Vaksin ini juga melindungi terhadap
jenis virus penyebab kanker serviks, termasuk HPV 16 dan 18 (Beachler
DC, 2016). Vaksin HPV paling efektif bila diberikan sebelum terpapar
virus. Karena itu, rekomendasi saat ini bagi anak perempuan dan laki-laki
berusia 11-12 tahun menerima dua dosis vaksin. Dan usia dibawah 26
tahun, juga disarankan untuk divaksinasi (Beachler DC, 2016).
5. Trikomoniasis
6. Herpes Genital
7. Chlamydia
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan
kesehatan seksual. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan
untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes
No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan pasangan usia
subur.
B. Saran
Kelompok menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami memohon kepada para pembaca untuk memberikan
kritikan dan sarannya.
7
DAFTAR PUSTAKA