KELOMPOK 5 :
AFFRIANI SIHOMBING
ANGEL LUMBANTORUAN
BEATRICE SIMATUPANG
DINDA MARPAUNG
FITRI HUTABARAT
JELYTA PASARIBU
NURCAIDA NABABAN
PUTRI SILABAN
DOSEN PENGAMPUH :
JUANA LINDA SIMBOLON SST, M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Dengan kami memanjatkan puji syukur atas segala limpahan rahmat, serta
hikmat-Nya, sehingga kami dapat menyajikan makalah Kesehatan Reproduksi
Perempuan dan Perencanaan Keluarga. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk melengkapi tugas kelompok diskusi mata kuliah Kesehatan Reproduksi
Perempuan dan Perencanaan Keluarga.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terlampau jauh
dari kata sempurna. Namun demikian, kami telah berusaha semaksimal mungkin
dengan segala kemampuan. Oleh karena itu, atas segala keterbatasan dan
kekurangan didalamnya, akan kami jadikan sebagai bahan koreksi. Tak lupa, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Juana Linda Simbolon SST, M.Kes
yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu sedikit, sehingga
dapat menambah wawasan baru bagi masyarakat pada umumnya dan bagi dunia
pendidikan khususnya. Atas segala kelemahan didalamnya, baik dari segi ilmiah
maupun bahasa, kami mohon maaf. Saran dan kritik dari pembaca sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….…..…..2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………....3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………...….4
A. Latar Belakang…………………………………………………………………...4
B. Tujuan………………………………………………………………………....…5
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………….……..…6
A. Defenisi Kesehatan Reproduksi………...…………………………….……….6
B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi………………………………………..7
C. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi……………………….
….8
D. Budaya Yang Mempengaruhi Gender…………………..……………………10
E. Contoh Suku/ Budaya Yang Mempengaruhi Kesehatan
Reproduksi………....11
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………....13
A. Kesimpulan………………………………………………………………..……13
B. Saran…………………………………………………………………...…….…13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..…………..14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).
B. TUJUAN
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan
hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan
dan anakanaknya.
5
BAB II
TINJAUN TEORI
6
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
empat golongan yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi.
7
5. Usia Lanjut Perhatian terhadap menopause/andropause, Perhatian terhadap
kemungkinan penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan metabolisme
tubuh, gangguan morbilitas dan osteoporosis, Deteksi dini kanker rahim dan
kanker prostat. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi secara “lebih luas“,
meliputi:
8
1. Faktor Ekonomi
3. Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan teman sebaya
(“peer pressure“), tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan
dampak adanya keretakan orang tua dan remaja, depresi karena ketidak
seimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang
membeli kebebasan secara materi.
4. Faktor Biologis
9
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau
cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular
seksual, keadaan gizi buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya
keganasan pada alat reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi diatas dapat memberikan dampak buruk terhadap
kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu adanya penanganan yang baik,
dengan harapan semua perempuan mendapatkan hak-hak reproduksinya
dan menjadikan kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas.
Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin, adalah hasil
rekayasa masyarakat. Masyarakat menghubungkan jenis kelamin seseorang
dengan perilaku tertentu yang seharusnya dilakukan biasanya disebut dengan
area ” kegiatan wanita” dan ”kegiatan laki-laki”. Kegiatan lain tidak sama dari
satu daerah ke daerah lain diseluruh dunia, tergantung pada kebiasaan, hukum
dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut. Peran jenis kelamin bahkan
bisa tidak sama didalam suatu masyarakat, tergantung pada tingkat
pendidikan, suku dan umurnya, contohnya: di dalam suatu masyarakat, wanita
dari suku tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang
wanita lain mempunyai pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa
mereka pegang. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke
10
anaknya. Sejak anak berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak
perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun kadang tanpa mereka sadari.
1. BUDAYA JAWA
11
2. BUDAYA BATAK
Sedangkan yang kita ketahui bahwa fasilitas dan ilmu yang kita miliki itu
berbeda dengan dukun beranak, yang dimna tenaga Kesehatan bersekolah untuk
menguasai ilmu Kesehatan dan dilatih terampil dalam melakukan Kesehatan
terutama bagi Perempuan dan anak serta memiliki fasilitas yang memadai
sedangkan dukun beranak tidak pernah bersekolah dan memiliki fasilitas yang
tidak memadai dan kebersihan belum terjamin bersih 100% bagi Kesehatan
Perempuan khususnya pada system reproduksi Wanita.
12
juga lebu haneut (abu hasil pembakaran kayu bakar dari hawu/ kompor) yang
dibungkus daun kemudian ditempel ke perut supaya perut tidak bengkak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Permasalahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pemahaman akan
kesehatan reproduksi yang cukup, masih cukup banyak ditemukan. Terutama di
kalangan remaja yang merupakan golongan yang paling rentan terhadap masalah
yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Hasil penelitian secara univariat
menyatakan gambaran pengetahuan responden sebesar 86,9 % baik, sikap 85,4 %
baik, perilaku 84 % baik, dan lingkungan 62 % baik. Hasil yang baik di atas,
diperkirakan didapatkan karena sekolah Santa Angela tempat dilakukan penelitian
merupakan lingkungan sekolah yang cukup favorit dengan kebanyakan populasi
muridnya berasal dari kalangan menengah ke atas dan mempunyai orang tua
dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Tingkat pengetahuan, sikap, dan
perilaku yang baik serta ditunjang peran serta lingkungan yang memadai dalam
memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi kepada remaja akan
membentuk pribadi remaja sebagai generasi muda penerus bangsa yang sehat
jasmani dan rohani serta melindungi remaja dari sikap seksual yang berbahaya.
13
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?
id=ZYo5EAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Faktor+budaya+dalam+kesehata
n+reproduksi&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&o
vdme=1&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Faktor%20budaya%20dalam
%20kesehatan%20reproduksi&f=false
https://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-74090.pdf
https://media.neliti.com/media/publications-test/108089-praktik-budaya-
perawatan-dalam-kehamilan-6d999009.pdf
https://eprints.triatmamulya.ac.id/1399/1/74.%20Kesehatan%20Reproduksi
%20dan%20Keluarga%20Berencana.pdf
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/1894
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23